Anda di halaman 1dari 357

Pedoman

BUMN
Akuntansi
Perkebunan
Berbasis IFRS

PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (persero)


PT. Rajawali Nusantara Indonesia
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis
IFRS
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

iv
Bab I

SAMBUTAN menteri negara badan usaha


milik negara

Sambutan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara


Sambutan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara
KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Proses konvergensi ke International Financial Reporting


Standards menyebabkan revisi seluruh Standar Akuntansi
Keuangan yang ada. Penggunaan nilai wajar dan pertimbangan
profesional sangat dibutuhkan dalam penerapan ketentuan
akuntansi yang baru. Hal tersebut tentu berdampak terhadap
perlakuan akuntansi di BUMN Perkebunan, termasuk hal-hal lain
yang terkait dengan pelaporan keuangan, yang menjadi semakin
kompleks. Untuk itu dibutuhkan sarana dan infrastruktur
pendukung supaya BUMN Perkebunan mampu menyusun laporan
keuangan sesuai dengan ketentuan akuntansi yang baru, salah
satunya dalam bentuk Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan ini.

Dengan penyusunan revisi pedoman akuntansi ini diharapkan bisa


memberikan keseragaman panduan akuntansi sehingga informasi
yang dihasilkan oleh laporan keuangan memenuhi tujuannya. Suatu
pedoman akuntansi merupakan penjelasan dari ketentuan dalam
v
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Standar Akuntansi Keuangan, regulasi, dan praktik yang ada,


sehingga harus ditelaah secara regular untuk memastikan bahwa
pengaturannya masih sesuai dengan perkembangan dari faktor
tersebut.

Pedoman akuntansi bukan merupakan bagian dari produk yang


dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Produk dari DSAK IAI berupa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Sedangkan pedoman
akuntansi umumnya dikeluarkan oleh regulator dan asosiasi
industri. Untuk itu, Ikatan Akuntan Indonesia menyampaikan
penghargaan atas sikap proaktif dan kepedulian Kementerian
Negara BUMN yang telah mendorong BUMN Perkebunan untuk
melakukan pemutakhiran atas pedoman akuntansi ini.

Keberadaan dari pedoman akuntansi ini diharapkan dapat


memperkaya kazanah pelaporan keuangan di Indonesia, dan
sekaligus sebagai kontribusi

Sambutan Ikatan Akuntan Indonesia


kolektif dalam menjawab permasalaan praktik pelaporan keuangan
serta untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan keuangan.

Akhirnya pada kesempatan ini Ikatan Akuntan Indonesia


mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada
tim penyusun dan PT Perkebunan Nusantara I s.d. XIV (persero)
vi
dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero) atas usaha dan
kerja samanya dalam penyusunan pedoman akuntansi ini. Semoga
kerja sama ini dapat diteruskan lagi di masa mendatang.

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Dewan Pengurus Nasional

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak


Ketua

Sambutan Ikatan Akuntan Indonesia

vii
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Bab I

SAMBUTAN ketua tim koordinasi implementasi iFrs

pt perkebunan nusantara i sampai dengan pt pekebunan


nusantara XiV
dan pt rajawali nusantara indonesia (persero)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Adopsi IFRS bukanlah pilihan bagi Indonesia, tapi keharusan,


mengapa? Karena Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan
pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.

Menyikapi hal tersebut, BUMN perkebunan yang terdiri dari PT


Perkebunan Nusantara (PTPN) I sampai dengan PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) XIV ditambah PT Rajawali Nusantara Indonesia
(RNI) sepakat bersinergi mengimplementasikan IFRS dalam
pelaporan keuangan yang sudah mulai diberlakukan secara
bertahap dalam laporan keuangan tahun 2011, dan akan
diberlakukan secara penuh dalam laporan keuangan tahun 2012.

Bagi Indonesia, standar akuntansi yang berlaku umum adalah


PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang belum
mengadopsi penuh standar akuntansi international (IFRS). Standar
akuntansi yang digunakan di Indonesia masih mengacu pada US
GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard).

Dengan kondisi PSAK sedemikian yang juga berlaku bagi


BUMN Perkebunan, akan menjadi penghalang dan hambatan bagi
viii
BUMN Perkebunan dalam memasuki pasar global khususnya bagi
BUMN yang akan melakukan listing di Bursa Efek Indonesia
karena laporan keuangan yang tidak standar dan dapat
diinteprestasikan berbeda oleh calon investor.

Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS


Mempertimbangkan hal tersebut, seluruh BUMN Perkebunan
bertindak proaktif bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) melakukan konvergensi PSAK yang masih mengacu pada US
GAAP menjadi PSAK yang berbasis IFRS. Di mana tujuan dari
konvergensi ini adalah agar informasi keuangan yang dihasilkan
dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis
kompetitif, meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan,
meningkatkan transparansi keuangan, menurunkan biaya modal
dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar
modal serta efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Dengan keuntungan konvergensi PSAK yang berbasis IFRS,


terdapat satu standar akuntansi yang sama dan digunakan oleh
seluruh negara akan semakin mendorong investor untuk masuk
dalam pasar modal Indonesia, dikarenakan mutu dari laporan
keuangan yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi,
pengungkapan yang lebih luas, informasi keuangan yang relevan
dan akurat serta dapat diperbandingkan dan yang lebih penting
adalah laporan keuangan tersebut dapat diterima secara
internasional serta mudah untuk dipahami.

Walau dalam prosesnya penyusunan Buku Pedoman Akuntansi


Perkebunan Berbasis International Financial Reporting Standards
ix
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

(IFRS) terdapat berbagai kendala terutama diversifitas laporan


keuangan yang berbeda di setiap BUMN Perkebunan, namun
penyusunan buku pedoman tersebut dapat diselesaikan sebelum
batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan
pemerintah untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012.

Buku Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan berbasis IFRS


tersebut diharapkan akan meningkatkan posisi BUMN Indonesia
sebagai BUMN yang bisa dipercaya di Indonesia bahkan dunia
dengan tata kelola dan pertanggungjawaban kepada stakeholders-
nya yang lebih baik dan konsisten.

Atas selesainya buku Buku Pedoman ini, saya selaku Ketua Tim
Implementasi IFRS PT Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT
Pekebunan Nusantara XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia
(Persero) mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya bagi :

1. Menteri Negara BUMN dan Jajarannya yang mendukung


penyelesaian Buku Pedoman ini.
2. Seluruh Anggota Badan Musyawarah Direksi BUMN
Perkebunan dan PT RNI.
3. Seluruh Jajaran dan Pengurus Ikatan Akuntan Indonesia.

Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. Seluruh anggota Tim Implementasi IFRS PT Perkebunan


Nusantara I sampai dengan PT Pekebunan Nusantara XIV dan
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero).
x
5. Seluruh pihak yang telah berjasa dan mendukung
penyelesaian buku Pedoman ini.

Akhir kata, semoga semua yang telah dilakukan dan dikerjakan


oleh kita semua diberkahi oleh Allah SWT. Amin.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ketua Tim Koordinasi Implementasi IFRS

PT Perkebunan Nusantara I s/d PT Pekebunan Nusantara XIV dan

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

Irwan Makdoerah

xi
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS


Sambutan Tim Koordinasi
Implementasi IFRS
pelaksana penYusunan pedoman akuntansi bumn
perkebunan ptpn – rni berbasis iFrs

Ketua Tim Irwan Makdoerah ( PT RNI)

Ketua Pelaksana Dicky Nugraha (PT RNI)

Ketua Perumus M Najib ( PT RNI )

Wakil Ketua Perumus Tanaman Semusim Zainul Muntoha


(PTPN XI)

Wakil Ketua Perumus Tanaman Tahunan Arih Muli Bangun


(PTPN III)

Sekretaris Maxmillion (PT RNI)

Bendahara Silvana Irawati Butar–Butar (PT RNI)

Pendamping Yakub (IAI)

Deny Poerhadiyanto (IAI)

Tim Perumus Direksi

H.Dharmansyah Simamora Direktur Keuangan PTPN I

Naif Ali Dahbul Direktur Keuangan PTPN II

Johanes Sitepu Direktur Keuangan PTPN III

Setia Dharma Sebayang Direktur Keuangan PTPN IV

xii
Erwan Pelawi Direktur Keuangan PTPN V

A.Karimuddin Direktur Keuangan PTPN VI

Boyke Budiono Direktur Keuangan PTPN VII

Ishak Z Soediredja Direktur Keuangan PTPN VIII

A. Amien Mastur Direktur Keuangan PTPN IX

Dolly P Pulungan Direktur Keuangan PTPN X

Soenari Yono Direktur Keuangan PTPN XI

Sahala Hutasoit Direktur Keuangan PTPN XII

Budi Purnomo Direktur Keuangan PTPN XIV

Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN


Anggota Tim Perumus
1. H Ruslan Nasution PTPN I

2. Lidya PTPN I

3. Suhendri PTPN II

4. Donny Amril PTPN III

5. Jarmidi Purba PTPN IV

6. Ali Akbar PTPN IV

7. Budi Susanto PTPN IV

8. Mili Mahardika PTPN IV

9. Ali Musri PTPN IV

10. T. Zaluchu PTPN V

11. Jesaya Ginting PTPN V

12. Hotmatua PTPN V

xiii
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

13. Syawaludin Hasibuan PTPN V

14. Arfinaldi PTPN VI

15. Eko Galih Pribadi PTPN VI

16. Andy Fauzi Siregar PTPN VI

17. Rizki Prima Lubis PTPN VI

18. Sapta Yoga PTPN VII

19. Edy Santoso PTPN VII

20. Iyushar Ganda Saputra PTPN VII

21. Dadang Mulyadi PTPN VIII

22. Hariyanto PTPN VIII 23. Arasuhara PTPN


VIII
24. Adji Kaniawan PTPN VIII

25. Umar Affandi PTPN IX

26. Purdjoko PTPN IX

27. Eriek Kristiono PTPN IX

28. Adiatmo Ega PTPN IX

29. Akhmad Juhri PTPN IX

30. TP Harianja PTPN X

Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis
IFRS

31. Nurul Fanch PTPN X

xiv
32. Aries Sutaringadi Sayogya PTPN X

33. Putranto PTPN X

34. Fallen Wicaksono PTPN XI 35. Istighfani PTPN


XI
36. Gurit Maharendra PTPN XI

37. Bambang Widjanarko PTPN XII

38. Hadisaroso PTPN XII

39. Didik Kridatama PTPN XII

40. P. Sinambela PTPN XIII

41. Edward Pangaribuan PTPN XIII

42. V.T Moses Situmorang PTPN XIII 43. Akhmad Irfanjauhari


PTPN XIII
44. Marudut P. Simamora PTPN XIII

45. Mardiayanto PTPN XIV

46. Rudy karim PTPN XIV

47. Riswan M PTPN XIV

48. Ananto Widodo PT RNI

49. Widyo Utomo PT RNI

50. Nugraha Adi Prasetya PT RNI

51. Agus Sarwoko PT RNI 52. Yasir Ismail PT RNI


53. Yohanes Agung T. PT RNI

54. Della Christin Hutapea IAI

55. Yenny Agapitasari IAI

xv
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN


Pelaksana Penyusun Pedoman
Akuntansi BUMN
Bab I

DAFTAR ISI

sambutan menteri negara badan usaha milik negara v


sambutan ikatan akuntan indonesia vii
sambutan ketua tim koordinasi implementasi iFrs ix

daFtar isi xiii


bab i pendahuluan 1

LATAR BELAKANG 1

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2

REFERENSI PENYUSUNAN 2

KETENTUAN LAIN-LAIN 3

bab ii laporan keuangan bumn perkebunan 5

KARAKTERISTIK ENTITAS BUMN PERKEBUNAN 5

Kegiatan Operasional 5
Bentuk Usaha 6
Kepemilikan 6
KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN 6
Tujuan Laporan Keuangan 6
Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan 7

xvi
Komponen Laporan Keuangan 7
Bahasa Laporan Keuangan 8
Mata Uang Pelaporan 8
Kebijakan Akuntansi 8
Penyajian Laporan Keuangan 9
Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan 11
Perubahan Akuntansi 11
Materialitas dan Agregasi 13
Saling Hapus 13
Periode pelaporan 13
Informasi Komparatif 14
Laporan Keuangan Interim 14
Laporan Keuangan Konsolidasian 15
Ketentuan Mengenai Pihak-pihak Berelasi 18
Ketentuan Umum Aset Keuangan 18
Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan 23
Ketentuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan 24

Daftar Isi
bab iii akuntansi aset 25

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ASET 25

ASET LANCAR 28

Kas dan Setara Kas 28

Piutang Usaha 30

Piutang Lain-lain 33

Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek 36

xvii
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Investasi Jangka Pendek 40

Persediaan 47

Aset Dimiliki untuk Dijual 53

Biaya Dibayar Dimuka 57

Pajak Dibayar Dimuka 59

Aset Lancar Lain 61

ASET TIDAK LANCAR 63

Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat 63

Piutang Antar Badan Hukum Jangka Panjang 66

Investasi Jangka Panjang 69

Investasi pada Entitas Lain 74

Investasi pada Entitas Asosiasi/Ventura Bersama 78

Properti Investasi 83

Aset Tanaman Semusim 88

Aset Tanaman Tahunan 94

Aset Tetap 101

Aset Tidak Berwujud 111

Aset/Liabilitas Pajak Tangguhan 115

Aset Tidak Lancar Lain 119

bab iV akuntansi liabilitas dan ekuitas 121

xviii
AKUNTANSI LIABILITAS 121

Pengertian dan Karakteristik 121

Biaya Pinjaman 124

LIABILITAS JANGKA PENDEK 126

Utang Usaha 126

Utang Pajak 128

Biaya yang Masih Harus Dibayar 130

Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 132

Pendapatan Diterima Dimuka 134

Utang Bank Jangka Pendek 136

Liabilitas Jangka Pendek Lain 138

LIABILITAS JANGKA PANJANG 140

Utang Antar Badan Hukum 140

Utang Kepada Pemerintah 143

Utang Bank Jangka Panjang 147

Utang Sewa Pembiayaan 150

Liabilitas Imbalan Kerja Jangka panjang 156

Daftar Isi
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Provisi 159
xix
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Liabilitas Jangka Panjang Lain 164

AKUNTANSI EKUITAS 166

Pengertian dan Karakteristik 166

Modal Disetor 167

Tambahan Modal Disetor 169

Selisih Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali 171

Pendapatan Komprehensif Lain 174

Saldo Laba 176

Kepentingan Nonpengendali 178

bab V laporan laba rugi komprehensiF 181

PENGERTIAN 181

PENGHASILAN 181

Pendapatan Usaha 183

Pendapatan Nonusaha 189

BEBAN 192

Beban Pokok Penjualan 193

Beban Usaha 197

Beban Nonusaha 199

Pajak Penghasilan 201

Pendapatan Komprehensif Lain 204

xx
bab Vi perubahan ekuitas 207

PENGERTIAN 207

DASAR PENGATURAN 207

PENJELASAN 207

bab Vii laporan arus kas 211

PENGERTIAN 211

DASAR PENGATURAN 212

PENJELASAN 212

bab Viii Catatan atas laporan keuangan 217

Daftar Isi
PENGERTIAN 217

DASAR PENGATURAN 218

PENJELASAN 219

UNSUR-UNSUR 222

Kepatuhan terhadap SAK 222

Gambaran Umum Entitas 222

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi 223

Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan 224

lampiran 229

Daftar Isi

xxi
Bab I PENDAHULUAN

latar belakang
1.1. Usaha di bidang perkebunan mengalami perkembangan
yang pesat dan semakin dinamis akhir-akhir ini. Banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan tersebut, seperti perkembangan
teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya
permintaan hasil perkebunan, dan munculnya otonomi daerah yang
berdampak terhadap pengelolaan usaha perkebunan.

1.2. Selain itu, semakin meningkatnya tuntutan transparansi


dan akuntabilitas pengelolaan usaha seiring keterbukaan informasi
yang difasilitasi oleh keberadaan teknologi komunikasi dan
informasi yang semakin maju dan semakin murah. Tata kelola
korporasi yang baik (good corporate governance) merupakan
suatu hal yang tidak terelakkan, apalagi bagi BUMN
Perkebunan (untuk selanjutnya disebut “entitas”) yang sahamnya
dimiliki oleh negara.

1.3. Saat ini revisi atas Standar Akuntansi Keuangan terus


dilakukan sesuai dengan program konvergensi dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS), sehingga
penyusunan laporan keuangan menjadi lebih kompleks dengan
banyak menggunakan konsep nilai wajar dan pertimbangan
profesional.

1.4. Perkembangan dan kondisi di atas mempengaruhi entitas


dalam pelaporan keuangannya supaya lebih sesuai dengan

1
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia yang


dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Selama ini di antara
entitas sering terjadi perbedaan perlakuan akuntansi untuk
transaksi yang sama. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri
bagi para pengguna laporan keuangan pada umumnya, khususnya
pemegang saham, dalam mengevaluasi kinerja setiap entitas. Untuk
itu dipandang perlu menyempurnakan pedoman akuntansi yang
sudah ada.

Bab I: Pendahuluan
1.5. Dalam menghadapi permasalahan tersebut PT. Perkebunan
Nusantara I s/d XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(Persero) bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia
berinisiatif untuk merevisi Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan
(untuk selanjutnya disebut “Pedoman”).

tujuan dan ruang lingkup


1.6. Tujuan dari penyusunan Pedoman, antara lain:
1. membantu penyusun dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan agar sesuai dengan tujuannya;
2. menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan
akuntansi dan penyajian laporan keuangan. Keseragaman
penyajian sebagaimana diatur dalam pedoman ini tidak
menghalangi setiap entitas untuk menambah informasi yang
relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan;
3. menjadi acuan minimal dalam menyusun laporan keuangan;
2
4. menjadi referensi bagi pemerhati akuntansi untuk lebih
mengenal tentang penerapan perlakuan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan.

1.7. Ruang lingkup penerapan Pedoman ini adalah sebagai


berikut:
1. pedoman ini berlaku untuk laporan keuangan yang
disusun dan disajikan oleh BUMN Perkebunan;
2. entitas selain BUMN Perkebunan dapat menggunakan
Pedoman ini dalam menyusun laporan keuangan;
3. hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pedoman ini
wajib mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan yang
terkait.

reFerensi penYusunan
1.8. Penyusunan Pedoman ini didasarkan pada referensi yang
relevan, antara lain:

1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:


a. Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
b. Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Bab I: Pendahuluan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

c. Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan


Usaha Milik Negara.
d. Undang-Undang nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.

e. Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang


Pendirian, Pengurusan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Negara.
f. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2005
tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/ Daerah.
g. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
h. A nggaran Dasar masing-masing entitas.

2. Standar Akuntansi Keuangan.

1.9. Jika Standar Akuntansi Keuangan memberikan pilihan


atas suatu perlakuan akuntansi tertentu, maka entitas diwajibkan
untuk mengikuti perlakuan akuntansi yang dipilih dalam Pedoman
ini.

ketentuan lain-lain
1.10. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini
hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. Entitas
dapat mengembangkan metode pencatatan dan pengakuan sesuai
sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil yang tidak
berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman ini
menggambarkan pencatatan akuntansi secara manual.

4
1.11. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini
diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi.

1.12. Jika terdapat transaksi khusus yang dipandang


perlu untuk dituangkan dalam buku Pedoman ini, maka hal
tersebut agar dikaji sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan
Pedoman ini.

1.13. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan


disesuaikan dengan perkembangan usaha perkebunan, Standar
Akuntansi Keuangan, ketentuan Pemerintah, dan ketentuan lain
yang terkait dengan entitas.

1.14. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi, dan


persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang harus dipenuhi
oleh entitas untuk keperluan penyajian kepada pemegang saham
maupun pemangku kepentingan lainnya.

Bab I: Pendahuluan
1.15. Pedoman ini merupakan pedoman penyajian laporan
keuangan secara umum. Bentuk, isi, dan persyaratan dalam
penyajian laporan keuangan mengikuti Standar Akuntansi
Keuangan.

1.16. Laporan keuangan dalam Pedoman ini sesuai


dengan pengertian laporan keuangan yang termuat dalam Standar
Akuntansi Keuangan, meliputi laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan.

5
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Bab I: Pendahuluan

6
Bab II LAPORAN KEUANGAN BUMN PERKEBUNAN

karakteristik entitas bumn perkebunan

Kegiatan Operasional

2.1. Entitas melakukan kegiatan usaha di bidang perkebunan


meliputi:
1. kegiatan pengusahaan budidaya tanaman, meliputi
pembukaan, persiapan, dan pengelolaan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan serta kegiatan-kegiatan lain
sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut;
2. kegiatan produksi, meliputi pemungutan hasil tanaman, dan
pengolahan hasil tanaman sendiri atau pihak lain menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi;
3. kegiatan perdagangan, meliputi kegiatan pemasaran
berbagai macam hasil produksi dan kegiatan perdagangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha;
4. kegiatan pengembangan usaha di bidang perkebunan,
agrowisata, dan agrobisnis;
5. kegiatan usaha lain yang menunjang kegiatan usaha di
bidang perkebunan.

2.2. Dalam melakukan usaha di bidang perkebunan, jenis-jenis


kegiatan perkebunan yang dilakukan oleh entitas meliputi:
1. budidaya tanaman, melalui perkebunan tanaman kelapa
sawit, karet, teh, kopi, tebu, kakao, tembakau, kina, dan
lainnya;

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 7


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. proses produksi, melalui pabrik kelapa sawit, pabrik


pengolahan inti sawit, pabrik fraksionasi yaitu pengolahan
minyak sawit, pabrik pengolahan karet, pabrik teh kemasan,
pabrik gula, pabrik spirtus/ alkohol, pabrik pengeringan
kakao, pengolahan teh dan lainnya;
3. kegiatan perdagangan, melalui penjualan hasil tanaman dan
hasil produksi ke pasar domestik dan luar negeri baik
dilakukan sendiri maupun melalui Kantor Pemasaran
Bersama, serta mengimpor dan memasarkan beberapa
komoditas seperti gula putih dan raw sugar;
4. pengembangan usaha di bidang perkebunan, melalui
pendirian pabrik karung goni, pabrik karung plastik, dan
lainnya;
5. dalam usaha lain, m i s a l ny a entitas mendirikan rumah
sakit, pusat penelitian, bengkel, dan lainnya.

Bentuk Usaha

2.3. Bentuk usaha entitas adalah perseroan terbatas (persero)


yang dapat memiliki unit usaha, entitas anak, entitas asosiasi, usaha
patungan, dan lainnya.

Kepemilikan

2.4. Entitas dimiliki oleh Negara, baik seluruhnya atau sebagian


besar.

ketentuan umum laporan keuangan

8 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Tujuan Laporan Keuangan

2.5. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang


bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan ekonomi, seperti:
1. pemegang saham;
2. karyawan;
3. pemberi pinjaman;
4. p emasok dan kreditur usaha lainnya;
5. pelanggan;
6. regulator; dan 7. masyarakat.
2.6. Pihak pengguna laporan keuangan entitas mempunyai
kepentingan bersama dalam rangka menilai:
1. usaha perkebunan dan usaha lainnya yang dilakukan
entitas dan kesinambungan usaha tersebut;
2. kinerja manajemen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam mengelola entitas.

2.7. Laporan keuangan juga merupakan sarana


pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.

2.8. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan


memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan
mengenai:
1. jumlah dan sifat aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban entitas;
2. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang
mengubah

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 9


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

nilai dan sifat ekuitas;


3. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya
dalam kurun waktu tertentu (satu periode) dan hubungan
antara keduanya;
4. cara entitas mendapatkan dan membelanjakan kas,
memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor
lainnya yang berpengaruh pada likuiditasnya;
5. hasil usaha perkebunan dan usaha lainnya yang terkait;
6. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;
7. keuntungan dan kerugian.

Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan

2.9. Manajemen entitas bertanggung jawab atas


penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Komponen Laporan Keuangan

2.10. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:


1. Laporan posisi keuangan;
2. Laporan laba rugi komprehensif;
3. Laporan perubahan ekuitas;
4. Laporan arus kas;
5. Catatan atas laporan keuangan.
Bahasa Laporan Keuangan

2.11. Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa


Indonesia. Jika laporan keuangan disusun juga selain dalam bahasa

10 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Indonesia, maka laporan keuangan tersebut harus memuat


informasi dan waktu (tanggal laporan keuangan dan cakupan
periode) yang sama.

2.12. Jika terdapat perbedaan penafsiran akibat


penerjemahan bahasa, maka yang digunakan sebagai acuan adalah
laporan keuangan dalam bahasa Indonesia.

Mata Uang Pelaporan

2.13. Mata uang pelaporan yang digunakan adalah rupiah.


Jika entitas menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata
uang pelaporan, maka mata uang tersebut harus memenuhi kriteria
mata uang fungsional.

2.14. Mata uang fungsional adalah mata uang pada


lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi.

2.15. Laporan keuangan konsolidasian yang disajikan


dalam mata uang fungsional harus mempertimbangkan indikator
mata uang fungsional pada entitas induk dan entitas anak.

2.16. Entitas harus menggunakan pengaturan kurs di


bawah ini, yaitu:
1. pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs
penutup;
2. pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam
mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal
transaksi; dan

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 11


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. pos nonmeneter yang diukur pada nilai wajar dalam mata


uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika
nilai wajar ditentukan.

Kebijakan Akuntansi

2.17. Kebijakan akuntansi harus mencerminkan prinsip


kehati-hatian dan mencakup semua hal yang material dan sesuai
dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku.
2.18. Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang ada belum mengatur masalah pengakuan,
pengukuran, penyajian atau pengungkapan suatu transaksi atau
peristiwa, maka manajemen entitas harus menetapkan kebijakan
akuntansi sehingga laporan keuangan yang disajikan memuat
informasi yang relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan.

2.19. Dalam menetapkan kebijakan akuntansi, manajemen


entitas harus memperhatikan:
1. persyaratan dan pedoman dalam PSAK yang mengatur hal-
hal yang serupa dengan masalah terkait;
2. definisi dan kriteria pengakuan dan pengukuran aset,
liabilitas, penghasilan, dan beban yang ditetapkan dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK);
3. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain
dan praktik industri yang lazim sepanjang konsisten dengan
PSAK dan KDPPLK.

12 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian Laporan Keuangan

2.20. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar


posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan
disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

2.21. Dalam penyajian pada laporan posisi keuangan, aset


diklasifikasikan secara terpisah sebagai aset lancar dan aset tidak
lancar, dan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek dan liabilitas
jangka panjang.

2.22. Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar


jika:
1. entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau
bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus
operasi normal;
2. entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
3. entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan; atau
4. kas dan setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran
atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-
kurangnya 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.

2.23. Entitas mengklasifikasikan suatu aset sebagai aset


tidak lancar jika tidak memenuhi karakteristik aset lancar seperti
yang dijelaskan dalam paragraf 2.22 di atas.
2.24. Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai
liabilitas jangka pendek jika:

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 13


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas


tersebut dalam siklus operasi normalnya;
2. entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan
diperdagangkan;
3. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan;
4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 (dua
belas) bulan setelah periode pelaporan.

2.25. Entitas mengklasifikasikan suatu liabilitas sebagai


liabilitas jangka panjang jika tidak memenuhi karakteristik
liabilitas jangka pendek seperti yang dijelaskan dalam paragraf
2.24 di atas.

2.26. Laporan laba rugi komprehensif menyajikan seluruh


pos penghasilan dan beban yang diakui dalam bentuk satu format
laporan.

2.27. Perubahan ekuitas disajikan berdasarkan urutan


waktu terjadinya.

2.28. Laporan arus kas disajikan berdasarkan klasifikasi


menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan metode
langsung.

2.29. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan


secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen
utamanya yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan harus

14 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

berkaitan dengan pos-pos dalam laporan posisi keuangan, laporan


laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan kualitatif maupun
kuantitatif.

2.30. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak


diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk
menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan
dalam jumlah nominal atau persentase.

2.31. Pada setiap halaman laporan posisi keuangan,


laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas, harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan”.
Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan

2.32. Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan


keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
1. telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat
operasi entitas atau apabila dalam mengkaji ulang atas laporan
keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
pengklasifikasian yang lain lebih tepat untuk digunakan;
2. perubahan tersebut diatur oleh SAK.

2.33. Jika penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam


laporan keuangan diubah, maka penyajian periode sebelumnya
harus direklasifikasi dan alasannya harus diungkapkan.

Perubahan Akuntansi

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 15


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Perubahan Kebijakan Akuntansi

2.34. Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan karena:


1. disyaratkan oleh SAK, dimana perubahan kebijakan
akuntansi tersebut diterapkan sesuai dengan ketentuan transisi
yang terdapat dalam SAK. Jika tidak diatur pada ketentuan
transisi dalam SAK maka harus dilakukan secara retrospektif;
2. dilakukan secara sukarela oleh manajemen untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat memberikan
informasi lebih andal dan relevan. Perubahan kebijakan
akuntansi tersebut diterapkan secara retrospektif.

2.35. Perubahan kebijakan secara retrospektif diterapkan dengan


melakukan penyesuaian terhadap:
1. saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk
periode sajian paling awal; dan
2. jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap
periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut sudah
diterapkan sebelumnya.

2.36. Penerapan suatu perubahan kebijakan akuntansi


secara retrospektif adalah tidak praktis pada saat entitas tidak dapat
menerapkan kebijakan akuntansi baru setelah melakukan seluruh
upaya yang rasional.
2.37. Penerapan retrospektif atau penyajian kembali
retrospektif adalah tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
jika:
1. dampaknya tidak dapat ditentukan;

16 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen yang


ada pada periode
lalu tersebut;
3. memerlukan estimasi jumlah yang signifikan dan tidak
mungkin untuk membedakan secara objektif informasi
mengenai estimasi yang:
a. menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal
ketika jumlah tersebut diakui, diukur, atau diungkapkan;
dan
b. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan periode lalu
dengan informasi lain.

2.38. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak


spesifik terhadap suatu periode, maka kebijakan akuntansi baru
diterapkan secara prospektif pada awal periode paling awal ketika
menjadi praktis serta membuat penyesuaian saldo ekuitas yang
terpengaruh.

2.39. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak


kumulatif terhadap periode lalu, maka informasi komparatif
disesuaikan secara prospektif sejak tanggal praktis paling awal.

Perubahan Estimasi Akuntansi

2.40. Estimasi akuntansi diubah jika terdapat perubahan


jumlah tercatat aset dan liabilitas atau jumlah konsumsi
pemanfaatan periodik aset yang berasal dari pengujian status saat
ini dan perkiraan manfaat masa depan dari aset dan liabilitas.

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 17


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2.41. Perubahan estimasi akuntansi diterapkan secara


prospektif.

Kesalahan

2.42. Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan


menyajikan kembali secara retrospektif:
1. periode sajian komparatif yang lalu ketika kesalahan terjadi;
2. saldo awal pos yang terkait pada periode sajian paling awal,
jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian.
2.43. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak
kesalahan secara spesifik terhadap suatu periode, maka entitas
menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabilitas, dan ekuitas
untuk periode paling awal di saat penyajian kembali retrospektif
adalah praktis.

2.44. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak


kesalahan secara kumulatif, maka entitas menyajikan kembali
informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara
prospektif dari tanggal praktis paling awal.

Materialitas dan Agregasi

2.45. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep


materialitas.

2.46. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan


tersendiri dalam laporan keuangan, sedangkan yang jumlahnya
tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat dan
fungsi yang sejenis.

18 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2.47. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk


mencantumkan, atau kesalahan dalam mencatat, informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan yang diambil.

Saling Hapus

2.48. Jumlah aset dan liabilitas yang disajikan tidak boleh


disalinghapuskan dengan liabilitas atau aset lain kecuali sesuai
dengan SAK dan saling hapus tersebut mencerminkan prakiraan
realisasi atau penyelesaian aset atau liabilitas.

2.49. Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh


disalinghapuskan, kecuali pendapatan dan beban yang disajikan
secara neto sesuai dengan SAK.

Periode pelaporan

2.50. Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan


berdasarkan tahun takwin.
2.51. Dalam hal entitas baru berdiri, laporan keuangan
dapat disajikan untuk periode yang lebih pendek dari satu takwin.
Selain itu, untuk kepentingan pihak lainnya, entitas dapat membuat
dua laporan yaitu dengan menggunakan periode tahun takwin dan
periode efektif, dengan mencantumkan: 1. alasan penggunaan
periode pelaporan selain periode satu tahunan;
2. fakta bahwa jumlah yang tercantum dalam dua periode
pelaporan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat
diperbandingkan.
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 19
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Informasi Komparatif

2.52. Laporan keuangan harus disajikan secara komparatif


dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

2.53. Informasi komparatif untuk laporan keuangan


bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan.

2.54. Laporan keuangan harus disusun secara komparatif


untuk 2 (dua) tahun buku terakhir, agar lebih memberikan
informasi yang jelas mengenai perkembangan keadaan keuangan
entitas dari waktu ke waktu.

2.55. Entitas harus menyajikan tambahan laporan posisi


keuangan untuk posisi awal periode komparatif yang disajikan,
jika: 1. menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif;
2. membuat penyajian kembali secara retrospektif akibat
koreksi kesalahan; atau
3. membuat reklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

Laporan Keuangan Interim

2.56. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan


lengkap untuk suatu periode interim yang diterbitkan di antara
dua laporan keuangan tahunan. Penyusunan laporan keuangan
interim dapat dilakukan secara triwulanan, semesteran atau
periode lain yang kurang dari satu tahun.
2.57. Laporan keuangan interim lengkap terdiri dari:
1. Laporan posisi keuangan;

20 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. Laporan laba rugi komprehensif;


3. Laporan perubahan ekuitas;
4. Laporan arus kas; dan
5. Catatan atas laporan keuangan.

2.58. Penyajian laporan keuangan interim triwulanan yang


berakhir per 30 September 20X1 adalah sebagai berikut:

Komponen Laporan Periode Interim Periode


Keuangan Komparatif
Laporan posisi
keuangan
Per 30 September 31 Desember

Laporan laba rugi 20X1 20X0

komprehensif
1 Jan s/d 30 1 Jan s/d 30
Untuk periode 9
Sept 20X1 1 Sept 20X0 1
bulan
Juli s/d 30 Sept Juli s/d 30 Sept
Untuk periode 3
20X1 20X0
bulan

Laporan arus kas 1 Jan s/d 30 Sept 1 Jan s/d 30 Sept


Untuk periode 9 20X1 20X0
bulan

Laporan perubahan 1 Jan s/d 30 Sept 1 Jan s/d 30 Sept

ekuitas 20X1 20X0

Untuk periode 9
bulan
Laporan Keuangan Konsolidasian

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 21


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2.59. Entitas harus mengkonsolidasikan suatu entitas jika


mempunyai pengendalian atas entitas tersebut (entitas anak dan
entitas bertujuan khusus).

2.60. Entitas anak yang bergerak dalam jenis usaha yang


berbeda atau tidak ada hubungannya dengan jenis usaha entitas
induk, dan memenuhi syarat pengendalian, maka laporan keuangan
entitas anak tersebut tetap dimasukkan dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasian.
Syarat Konsolidasi

2.61. Entitas memiliki pengendalian terhadap suatu entitas


jika:
1. memiliki secara langsung dan tidak langsung melalui entitas
anak, lebih dari setengah kekuasaan suara (voting power)
entitas.
2. memiliki setengah atau kurang voting power entitas, jika
memenuhi salah satu dari hal-hal berikut ini:
a. memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara
(voting right) sesuai perjanjian dengan investor lain;
b. memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan
dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau
perjanjian;
c. memiliki kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti
sebagian besar dewan direksi atau dewan komisaris atau
organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui
dewan atau organ tersebut;
d. memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas
pada rapat dewan direksi dan dewan komisaris atau organ

22 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui dewan


direksi dan dewan komisaris atau organ tersebut;

2.62. Entitas mempertimbangkan hak suara potensial


dalam menilai keberadaan pengendalian atas entitas lain.

2.63. Hak suara potensial dapat timbul apabila entitas


memiliki waran saham atau opsi saham, atau instrumen lain yang
dapat dikonversikan menjadi saham. Kepemilikan instrumen
tersebut memberikan potensi bagi entitas untuk menambah voting
power kepada entitas lain atau mengurangi voting power dari pihak
lain.

2.64. Entitas menilai apakah hak suara potensial


berkontribusi terhadap munculnya suatu pengendalian, dengan
cara:
1. menguji fakta dan keadaan timbulnya hak suara potensial;
2. menguji syarat pelaksanaan hak suara potensial;
3. menguji perjanjian kontraktual lain, yang dipertimbangkan
secara individu maupun kombinasi.
2.65. Tetapi, entitas tidak mempertimbangkan hal berikut dalam
menilai hak suara potensial, yaitu:
1. menilai maksud manajemen untuk melaksanakan atau
mengkonversi hak tersebut;
2. menilai kemampuan keuangan untuk melaksanakan atau
mengkonversi hak tersebut.

Prosedur Konsolidasi

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 23


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2.66. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian,


entitas menggabungkan secara satu per satu dengan menjumlahkan
pos-pos sejenis dari aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban
dari laporan keuangan entitas anak dan entitas bertujuan khusus.

2.67. Entitas harus dapat menyajikan informasi keuangan


dari kelompok usahanya sebagai entitas ekonomi tunggal dalam
laporan keuangan konsolidasian.

2.68. Prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan


laporan konsolidasian adalah sebagai berikut:
1. mengeliminasi jumlah tercatat investasi entitas terhadap
entitas anak sebesar porsi entitas atas ekuitas entitas anak;
2. menentukan kepentingan nonpengendali atas laba atau rugi
entitas anak selama periode pelaporan;
3. menentukan secara terpisah kepentingan nonpengendali dan
bagian kepemilikan entitas atas aset neto entitas anak.
Kepentingan non pengendali atas aset neto terdiri dari:
a. jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi
bisnis awal;
b. bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas
sejak tanggal kombinasi bisnis awal.

2.69. Untuk tujuan konsolidasian, tanggal laporan keuangan


entitas anak harus sama dengan tanggal laporan keuangan entitas.
Apabila tanggal laporan keuangan tersebut berbeda, maka entitas
anak harus menyusun laporan keuangan tambahan dengan tanggal
yang sama dengan laporan keuangan entitas. Apabila penyesuaian
tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, laporan keuangan

24 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

konsolidasian per tanggal laporan keuangan entitas masih dapat


dilakukan sepanjang:
1. perbedaan tanggal laporan posisi keuangan tersebut tidak
lebih dari 3 (tiga) bulan; dan
2. peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara
tanggal laporan posisi keuangan tersebut diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan konsolidasian.

2.70. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan


menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan
transaksi yang sejenis antara entitas dengan entitas anak.

2.71. Kepentingan non pengendali disajikan dalam


ekuitas, terpisah dari ekuitas milik entitas.

Ketentuan Mengenai Pihak-pihak Berelasi

2.72. Laporan keuangan entitas harus berisi


pengungkapan bahwa posisi keuangan dan laba rugi telah
dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak berelasi, transaksi dan
saldo, dan komitmen dengan pihak tersebut.

2.73. Entitas memiliki relasi dengan pemerintah dan


entitas lain yang dikendalikan, dikendalikan bersama, atau
dipengaruhi secara signifikan oleh pemerintah.

Ketentuan Umum Aset Keuangan

Pengertian Aset Keuangan

2.74. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 25


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. kas;
2. instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain,
misalnya saham
entitas lain;
3. hak kontraktual, yaitu hak yang timbul dari kesepakatan,
baik tertulis maupun tidak tertulis untuk:
a. menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain,
misalnya obligasi yang diterbitkan entitas lain dan piutang
usaha;
b. mempertukarkan aset atau liabilitas keuangan dengan aset
atau liabilitas keuangan entitas lain dengan kondisi yang
berpotensi menguntungkan.

2.75. Aset keuangan dikategorikan sebagai:


1. diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi/Fair
Value Through Profit and Loss (FVTPL);
2. dimiliki hingga jatuh tempo/Held-to-Maturity (HTM); 3.
pinjaman yang diberikan dan Piutang/Loan and
Receivable (LR);
4. tersedia untuk dijual/Available-for-sale (AFS).

Kategori Aset Keuangan

FVTPL

2.76. Persyaratan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam


kategori FVTPL adalah:
1. aset keuangan yang diklasifikasikan untuk tujuan
diperdagangkan (trading); atau

26 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah


ditetapkan untuk FVTPL (fair value option/FVO).

2.77. Syarat aset keuangan yang termasuk kelompok


diperdagangkan adalah:
1. diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau
dibeli kembali dalam waktu dekat;
2. merupakan bagian portfolio instrumen keuangan tertentu
yang dikelola dan terdapat bukti mengenai adanya pola untuk
mengambil untung dalam jangka pendek (short term profit
taking) yang terkini;
3. derivatif.

2.78. Pengertian diperdagangkan mencerminkan aktivitas


pembelian dan penjualan yang bersifat aktif dan berulang, dan
umumnya digunakan untuk tujuan memperoleh laba dari fluktuasi
harga jangka pendek.

2.79. Persyaratan FVO dapat digunakan untuk


menghasilkan informasi yang lebih relevan karena untuk
mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan
ketidakkonsistenan suatu pengukuran atau pengakuan yang akan
timbul (accounting mismatch).
HTM

2.80. Persyaratan aset keuangan yang diklasifikasikan


dalam kategori HTM adalah:
1. aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan; dan

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 27


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk


memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

LR

2.81. Syarat aset keuangan diklasifikasikan sebagai LR adalah:


1. aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau
telah ditentukan; dan
2. tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.

AFS

2.82. Syarat aset keuangan sebagai AFS adalah:


1. aset keuangan nonderivatif yang diklasifikasikan sebagai
tersedia untuk dijual;
2. aset keuangan tidak dapat diklasifikasikan sebagai FVTPL,
HTM atau LR.

Ringkasan Perlakuan Akuntansi Aset Keuangan

2.83. Ringkasan perlakuan akuntansi untuk setiap kategori


aset keuangan tersaji dalam tabel berikut:

Kateg Jenis Pengak Premiu Lapora Dampak Penuru


ori instru uan m, n perubah nan dan
men awal diskonto posisi an nilai pemulih
dan keuang wajar an nilai
biaya an
transaks
i

28 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

FVTP Efek Efek Biaya Nilai Keuntun


L ekuitas diukur transaksi wajar gan atau
dan pada diakui kerugian
utang biaya sebagai diakui
peroleha beban dalam
n dalam laba rugi
dikurang laporan
i biaya laba rugi
transaksi komprehe
nsif

Kateg Jenis Pengak Premiu Lapora Dampak Penurun


ori instru uan m, n perubah an dan
men awal diskonto posisi an nilai pemulih
dan keuang wajar an nilai
biaya an
transaks
i
HTM Efek Efek Diamortis Biaya - • P
utang diukur asi dengan peroleha enurun
pada suku n yang an
biaya bunga telah nilai
peroleh efektif diamorti diakui
an dan diakui sasi sebaga
sebagai dengan i
pendapata suku kerugi
n bunga bunga an
efektif dalam

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 29


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

laba
rugi
• P
emulih
an
nilai
diakui
sebaga
i
keuntu
ngan
dalam
laba
rugi
• N
ilai
tercata
t
setelah
pemuli
han
tidak
boleh
melebi
hi nilai
tercata
t
seanda

30 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

inya
tidak
terjadi
penuru
nan
nilai
pada
tanggal
pemuli
han
tersebu
t
LR Efek Efek Diamortis Biaya - • P
utang diukur asi dengan peroleha enurun
pada suku n yang an
biaya bunga telah nilai
peroleh efektif diamorti diakui
an dan diakui sasi sebaga
sebagai dengan i
pendapata suku kerugi
n bunga bunga an
efektif dalam
laba
rugi
• P
emulih
an
nilai

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 31


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

diakui
sebaga
i
keuntu
ngan
dalam
laba
rugi
• N
ilai
tercata
t
setelah
pemuli
han
tidak
boleh
melebi
hi nilai
tercata
t
seanda
inya
tidak
terjadi
penuru
nan
nilai

32 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

pada
tanggal
pemuli
han
tersebu
t

AFS Efek Harga Diamort Nilai Kenaikan • P


utang peroleh isasi wajar dan enurun
an dengan penuruna an
suku n diakui nilai
bunga dalam diakui
efektif pendapat sebaga
dan an i
diakui kompreh kerugi
sebagai ensif an
pendapa lain dalam
tan laba
bunga rugi

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 33


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Efek Harga - Nilai Kenaikan • P


ekuitas peroleh wajar dan emulih
an penuruna an
n diakui nilai
dalam diakui
pendapat sebaga
an i
kompreh keuntu
ensif ngan
lain dalam
laba
rugi
• N
ilai
tercata
t
setelah
pemuli
han
tidak
boleh
melebi
hi nilai
tercata
t
seanda
inya
tidak

34 terjadi
Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kateg Jenis Pengak Premiu Lapora Dampak Penurun


ori instru uan m, n perubah an dan
men awal diskonto posisi an nilai pemulih
dan keuang wajar an nilai
biaya an
transaks
i
Instru Harga - Harga - • P
men peroleh peroleha enurun
ekuitas an n an
yang nilai
nilai diakui
wajarn sebaga
ya i
tidak kerugi
dapat an
ditentu dalam
kan laba
secara rugi
andal • T
idak
ada
pemuli
han
nilai
Metode Suku Bunga Efektif

2.84. Metode suku bunga efektif adalah metode yang


digunakan untuk menghitung biaya perolehan yang diamortisasi

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 35


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

dari aset keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan


bunga selama periode yang relevan.

2.85. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara


tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di
masa depan selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau
jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk
memperoleh nilai tercatat neto dari aset keuangan.

2.86. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas


mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh
persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti
pelunasan dipercepat, opsi beli dan opsi serupa lainnya), namun
tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan.

Penurunan Nilai

2.87. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana


terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang merugikan yang
berdampak pada estimasi arus kas masa datang (indikasi penurunan
nilai).

2.88. Indikasi-indikasi penurunan nilai adalah:


1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau
pihak peminjam;
2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau
tunggakan pembayaran pokok atau bunga;
3. Pemberian keringanan pada pihak peminjam yang tidak
mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami
kesulitan;

36 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. Terdapat kemungkinan pihak peminjam akan dinyatakan


pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan
keuangan, misalnya delisting;
6. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya
penurunan estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset
keuangan, meskipun belum dapat diidentifikasi secara
individual, termasuk;
a. memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam
kelompok;
b. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan
wanprestasi atas aset dalam kelompok.

2.89. Uji penurunan nilai dilakukan secara individual


untuk aset keuangan yang signifikan yang terdapat indikasi
penurunan nilai. Metode pembentukan candangan kerugian
penurunan nilai secara individual dengan perhitungan present
value dari estimasi arus kas masa depan dibandingkan jumlah
tercatat.

2.90. Uji penurunan nilai dilakukan secara kolektif untuk


aset keuangan yang tidak signifikan dan aset keuangan yang
signifikan tetapi tidak memiliki indikasi penurunan nilai
berdasarkan data kerugian historis.

Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan

2.91. Liabilitas keuangan adalah setiap kewajiban yang


berupa kewajiban kontraktual:

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 37


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya kepada


entitas lain, misalnya utang usaha; atau
2. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas
keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi
merugikan entitas.

2.92. Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori


diukur pada harga perolehan diamortisasi dengan metode suku
bunga efektif (amortized cost).
Ketentuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan

2.93. Secara umum untuk aset keuangan dan liabilitas


keuangan, hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk
namun tidak terbatas pada:
a. kategorisasi dan dasar pengukuran aset keuangan dalam
penyusunan laporan keuangan; dan
b. kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan aset
keuangan yang dapat mendukung pemahaman terhadap
laporan keuangan;
2. metode dan teknik penilaian (valuasi) yang digunakan;
3. kategorisasi dan nilai tercatat aset keuangan dan liabilitas
keuangan;
4. perubahan nilai wajar atas aset keuangan dalam kategori
FVTPL;
5. jumlah aset keuangan yang berpindah dari atau ke setiap
kategori dan latar belakang perpindahan kategori tersebut;

38 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

6. tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode


pengukuran risiko aset keuangan dan perubahan dari periode
sebelumnya (jika ada);
7. analisis terhadap aset keuangan berdasarkan karakteristik
ekonomi yang sama; dan
8. jumlah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh pihak
berelasi.

Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan 39


Bab III AKUNTANSI ASET

pengertian dan karakteristik aset

3.1. Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas


sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dimana manfaat ekonomis
di masa depan diperkirakan akan diperoleh oleh entitas.

3.2. Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset


adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan,
baik langsung maupun tidak langsung, atas arus kas dan setara kas.
Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan
merupakan bagian dari aktivitas usaha. Mungkin pula berbentuk
sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau
berbentuk kemampuan unt uk mengurangi pengeluaran kas.

3.3. Manfaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset


dapat mengalir dengan beberapa cara, misalnya aset dapat:
1. digunakan sendiri maupun bersama aset lain dalam
produksi barang dan jasa yang dijual oleh entitas;
2. dipertukarkan dengan aset lain;
3. digunakan untuk menyelesaikan liabilitas; atau
4. dibagikan kepada para pemilik.

3.4. Pada umumnya, aset memiliki bentuk fisik. Namun


demikian, bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan
eksistensi aset. Oleh karena itu, misalnya aset tidak berwujud

40
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

merupakan aset kalau mendatangkan manfaat ekonomis di masa


depan dan dikendalikan oleh entitas.

3.5. Pada umumnya aset dihubungkan dengan hak menurut


hukum, termasuk hak milik, misalnya piutang dan properti. Namun
demikian, eksistensi aset ditentukan bukan semata-mata oleh
adanya hak milik tetapi berdasarkan

Bab III: Akuntansi Aset


kemampuan untuk mengendalikan manfaat yang diharapkan dari
aset tersebut, misalnya properti yang diperoleh melalui sewa
pembiayaan (finance lease), maka properti tersebut diakui menjadi
aset. Selain itu, suatu barang atau jasa dapat memenuhi definisi
aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum, misalnya
pengetahuan yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan dapat
memenuhi definisi aset jika, dengan merahasiakan pengetahuan
tersebut, maka entitas menikmati manfaat yang diperkirakan dari
pengetahuan tersebut.

3.6. Aset berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang


terjadi di masa lalu. Aset biasanya diperoleh melalui pembelian,
tetapi transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aset,
misalnya properti yang diterima dari pemerintah sebagai bagian
dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi nasional.

3.7. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di


masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aset, misalnya
maksud untuk membeli persediaan tidak dengan sendirinya
memenuhi definisi aset.
Bab III: Akuntansi Aset 41
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.8. Terdapat hubungan erat antara terjadinya pengeluaran


dan timbulnya aset, tetapi kedua peristiwa ini tidak perlu harus
terjadi bersamaan. Apabila entitas melakukan pengeluaran, maka
peristiwa ini memberikan bukti bahwa entitas tersebut
memperkirakan manfaat ekonomis, tetapi belum merupakan bukti
konklusif bahwa suatu barang atau jasa yang memenuhi definisi
aset telah diperoleh. Sama halnya dengan tidak adanya pengeluaran
tidak mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi definisi aset
dan dengan demikian terdapat kemungkinan untuk diakui dalam
laporan posisi keuangan, misalnya barang atau jasa yang telah
diterima melalui donasi memenuhi definisi aset.

3.9. Aset kontinjensi merupakan aset potensial yang timbul dari


peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

3.10. Timbulnya aset kontinjensi biasanya berasal dari


peristiwa tidak terencana atau tidak diperkirakan yang
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomis.
3.11. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan
keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan penghasilan
yang mungkin tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi, apabila
realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, aset tersebut bukan
merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

3.12. Aset kontinjensi harus dikaji ulang secara terus-


menerus untuk memastikan bahwa perkembangannya telah
tercermin dengan semestinya dalam laporan keuangan. Jika dapat

42 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

dipastikan bahwa entitas akan menerima arus masuk manfaat


ekonomis, maka diakui sebagai aset dan penghasilan terkait pada
periode timbulnya kepastian tersebut.

3.13. Akan tetapi, apabila yang timbul hanya


kemungkinan besar (bahwa akan memperoleh arus masuk
manfaat ekonomis), maka diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Pengungkapan tersebut meliputi uraian singkat
mengenai karakteristik aset kontinjensi pada tanggal laporan posisi
keuangan dan, apabila praktis, estimasi dampak keuangannya.

Bab III: Akuntansi Aset 43


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

aset lanCar

Kas dan Setara Kas

Definisi

3.14. Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah
maupun mata uang asing yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah dan rekening giro.

3.15. Setara kas adalah investasi yang sangat likuid,


berjangka pendek, dan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Dasar Pengaturan

3.16. Dasar pengaturan untuk kas dan setara kas antara


lain:
1. PSAK 2: Laporan Arus Kas;
2. PSAK 23: Pendapatan;
3. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
4. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
5. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Penjelasan

3.17. Kas dan setara kas merupakan aset keuangan yang


diklasifikasikan dalam kategori LR.

44 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.18. Suatu investasi dapat memenuhi syarat sebagai


setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo misalnya dalam
waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehannya.

3.19. Kas dan setara kas antara lain terdiri dari:


1. kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing;
2. giro pada bank;
3. setoran dalam perjalanan;
4. deposit on call.

3.20. Deposit on call adalah simpanan yang hanya dapat


ditarik dengan syarat pemberitahuan sebelumnya.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

3.21. Kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya


sebesar nilai nominal.

Penyajian

3.22. Kas dan setara kas disajikan dalam kelompok aset


lancar.

Pengungkapan

3.23. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah kas dan setara
kas; 2. kas dan setara kas yang dibatasi
penggunaannya;

Bab III: Akuntansi Aset 45


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. pengungkapan lainnya.

3.24. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat penerimaan Db. Kas dan


setara kas
Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos terkait

2. Pada saat penggunaan


Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait
Kr. Kas dan setara kas
Piutang Usaha

Definisi

3.25. Piutang usaha adalah hak tagih terhadap pihak lain


atas kas, barang atau jasa dari kegiatan usaha entitas.

Dasar Pengaturan

3.26. Dasar pengaturan untuk piutang usaha antara lain:


1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

46 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penjelasan

3.27. Piutang usaha merupakan tagihan kepada pihak lain


atas penjualan barang atau pemberian jasa yang merupakan bagian
dari kegiatan usaha sesuai anggaran dasar.

3.28. Piutang usaha merupakan hak yang muncul


dari penyerahan barang atau jasa, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara entitas dan pihak lain, yang mewajibkan pihak
lain tersebut untuk melunasi pembayaran atas barang atau jasa
yang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan.

3.29. Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki


karakteristik sebagai berikut:
1. adanya penyerahan barang atau jasa;
2. persetujuan atau kesepakatan
berutang;
3. jangka waktu tertentu.

3.30. Piutang usaha antara lain berasal dari penjualan


produk atau jasa dari aktivitas utama entitas.

3.31. Piutang usaha merupakan aset keuangan yang


diklasifikasikan dalam kategori LR.
3.32. Tata cara pembentukan cadangan kerugian
penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset
keuangan pada Bab II paragraf 2.89– 2.90.

Bab III: Akuntansi Aset 47


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.33. Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan


penurunan piutang tidak tertagih yang sudah 100% dari jumlah
piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.34. Piutang usaha diakui pada saat barang diserahkan


kepada pembeli sesuai dengan perjanjian penjualan barang.
1. FOB shipping point diakui pada saat barang diterima entitas
pengiriman untuk diserahkan kepada pembeli;
2. FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli.

Pengukuran selanjutnya

3.35. Piutang usaha berkurang pada saat pembayaran


diterima atau dihapuskan.

3.36. Penurunan nilai piutang usaha diakui sebagai


kerugian pada periode terjadinya.

3.37. Pemulihan nilai piutang usaha diakui sebagai


keuntungan pada periode terjadinya.

3.38. Piutang usaha dihentikan pengakuannya pada saat


diselesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas
atau aset lain.

48 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.39. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang


dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan nonusaha.

Penyajian

3.40. Piutang usaha disajikan dalam kelompok aset lancar.


Pengungkapan

3.41. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah piutang;
2. jumlah piutang dengan pihak-pihak berelasi;
3. metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian
penurunan nilai piutang;
4. jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank;
5. pengungkapan lainnya.

3.42. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragaraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat penjualan barang/jasa


Db. Piutang usaha
Kr. Penjualan ekspor/lokal

2. Pada saat menerima pembayaran


Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang yang terkait

Bab III: Akuntansi Aset 49


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. Pada saat terjadi penurunan nilai: Db. Beban penurunan nilai


piutang
Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang

4. Pada saat hapus buku


Db. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang usaha

5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah


dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
Piutang Lain-lain

Definisi

3.43. Piutang lain-lain adalah hak tagih terhadap pihak


lain atas kas, barang atau jasa dari kegiatan diluar kegiatan usaha
entitas.

Dasar Pengaturan

3.44. Dasar pengaturan untuk piutang lain-lain antara lain:


1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Penjelasan
50 Bab III: Akuntansi Aset
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.45. Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan


usaha atau piutang selain piutang usaha.

3.46. Piutang lain-lain merupakan hak yang muncul


dari penyerahan barang atau jasa diluar kegiatan usaha entitas,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara entitas dan
pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untuk melunasi
pembayaran atas barang atau jasa yang telah diterimanya atau
utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

3.47. Piutang lain-lain antara lain berasal dari pemberian


pinjaman kepada pihak lain, seperti karyawan.

3.48. Piutang lain-lain merupakan aset keuangan yang


diklasifikasikan dalam kategori LR.

3.49. Tata cara pembentukan cadangan kerugian


penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset
keuangan pada Bab II paragraf 2.89– 2.90.

3.50. Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan


penurunan piutang tidak tertagih yang sudah 100% dari jumlah
piutang), tetap disajikan sebagai bagian piutang.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.51. Piutang lain-lain diakui pada saat aset, misalnya


kas, diserahkan kepada pihak lain.

Bab III: Akuntansi Aset 51


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pengukuran selanjutnya

3.52. Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima


atau dihapuskan.

3.53. Penurunan nilai piutang lain-lain diakui sebagai


kerugian pada periode terjadinya.

3.54. Pemulihan nilai piutang lain-lain diakui sebagai


keuntungan pada periode terjadinya.

3.55. Piutang lain-lain dihentikan pengakuannya pada saat


diselesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas
atau aset lain.

3.56. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang


dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan nonusaha.

Penyajian

3.57. Piutang lain-lain disajikan dalam kelompok aset


lancar.

Pengungkapan

3.58. Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah piutang;
2. jumlah piutang dengan pihak-pihak yang berelasi;
3. metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian
penurunan nilai piutang yang dibentuk;
4. pengungkapan lainnya.

52 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.59. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf
2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Piutang lain-lain
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat menerima pembayaran


Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang lain-lain

3. Pada saat terjadi penurunan nilai Db. Beban penurunan nilai


piutang
Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang

4. Pada saat hapus buku


Db. Akumulasi penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang lain-lain

5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah


dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek

Bab III: Akuntansi Aset 53


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Definisi

3.60. Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah


piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi nonusaha dengan
pihak-pihak yang berelasi, selain untuk pos yang telah ditentukan
penyajiannya dan akan diselesaikan dalam satu periode setelah
tanggal laporan posisi keuangan yang diselesaikan dengan
menggunakan kas atau aset keuangan lainnya.

3.61. Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas lain


yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan.

3.62. Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan


sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan
pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.

Dasar Pengaturan

3.63. Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum


jangka pendek antara lain:
1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang berelasi;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran; 4. PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan.

Penjelasan

3.64. Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah


hubungan antar entitas BUMN perkebunan.

54 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.65. Piutang antar badan hukum jangka pendek


mencakup piutang yang timbul dari transaksi nonusaha antara
entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan entitas asosiasinya
yang berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode setelah
tanggal laporan posisi keuangan. Sedangkan untuk piutang yang
timbul dari transaksi usaha, termasuk dalam bagian piutang usaha.
3.66. Piutang antar badan hukum terdiri dari antara lain:
1. piutang yang berasal dari transaksi di luar usaha melalui
rekening antar badan hukum yang dilakukan pelunasan
piutang secara reguler, misalnya piutang atas pengobatan dan
biaya rumah sakit untuk karyawan. Penyelesaian atas piutang
tersebut dapat berupa kas atau aset nonkeuangan lainnya;
2. piutang yang berupa modal kerja.

3.67. Piutang antar badan hukum jangka pendek termasuk


aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori LR.

3.68. Untuk piutang antar badan hukum yang akan


dilakukan pelunasan secara reguler, tidak perlu dilakukan uji
penurunan nilai untuk menentukan cadangan kerugian penurunan
nilai piutang.

3.69. Untuk piutang antar badan hukum yang berupa


modal kerja perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan
cadangan kerugian penurunan nilai piutang. Metode untuk
menentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang adalah
secara individual.

Bab III: Akuntansi Aset 55


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.70. Tata cara pembentukan cadangan kerugian


penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset
keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.71. Piutang antar badan hukum jangka pendek diakui


pada saat penyerahan aset sebesar jumlah yang diserahkan.
Pengukuran selanjutnya

3.72. Untuk piutang modal kerja, biaya transaksi (jika ada


amortisasi atas premium, diskon atau biaya-biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan piutang tersebut)
diamortisasi dengan suku bunga efektif.

3.73. Penurunan nilai piutang antar badan hukum jangka


pendek diakui sebagai kerugian pada periode terjadinya.
3.74. Pemulihan nilai piutang antar badan hukum jangka
pendek diakui sebagai keuntungan pada periode terjadinya.

3.75. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang


dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan nonusaha.

3.76. Piutang antar badan hukum dihentikan


pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan atau
dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.

56 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian

3.77. Piutang antar badan hukum jangka pendek disajikan


dalam kelompok aset lancar.

Pengungkapan

3.78. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan
jenis, umur dan jumlah;
2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
3. nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh
pemerintah) dan sifat hubungannya dengan entitas;
4. sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual
signifikan;
5. untuk transaksi yang signifikan secara kolektif; 6.
indikasi kuantitatif atau kualitatif luasnya transaksi; 7.
pengungkapan lainnya.

3.79. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Piutang antar badan hukum jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas
2. Pada saat penyelesaian Db. Kas dan setara kas
Bab III: Akuntansi Aset 57
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek

3. Pada saat terjadi penurunan nilai


Db. Beban kerugian penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang

4. Pada saat hapus buku


Db. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek

5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan


hukum jangka pendek yang telah dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha

58 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Investasi Jangka Pendek

Definisi

3.80. Investasi jangka pendek adalah investasi yang


dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama
satu tahun atau kurang, yang berbentuk aset keuangan.

3.81. Deposito berjangka adalah simpanan yang


penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian dengan bank.

Dasar Pengaturan

3.82. Dasar pengaturan untuk investasi jangka pendek


antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan;

Penjelasan

3.83. Investasi jangka pendek adalah penanaman dana


yang berisiko atau yang sejenis yang dimaksudkan untuk
memperoleh pendapatan yang diperkirakan akan direalisasi dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.

Bab III: Akuntansi Aset 59


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.84. Investasi jangka pendek yang dimaksud adalah


penempatan dana di bank dan surat berharga (efek), antara lain
dalam bentuk:
1. penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka
yang akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal
laporan posisi keuangan;
2. penempatan dana pada efek utang, misalnya obligasi, yang
akan jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal laporan
posisi keuangan;
3. penempatan dana pada efek ekuitas, misalnya saham,
yang bersifat jangka pendek.

3.85. Investasi jangka pendek merupakan aset keuangan yang


dikategorikan menjadi:
1. diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL);
2. investasi dimiliki hingga jatuh tempo (HTM);
3. tersedia untuk dijual (AFS);
4. pinjaman yang diberikan dan piutang (LR).

60 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.86. Jenis investasi jangka pendek dengan kategori aset


keuangan ditunjukkan dalam matrik berikut ini:

No Jenis Investasi Jangka FVTPL HTM AFS LR


Pendek
1. Deposito berjangka - - - √
2. Obligasi √ √ √ -
3. Saham √ - √ -
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.87. Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di


bank diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai
nominal.

3.88. Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di


surat berharga/ efek diakui pada saat dilakukan penyerahan dana
sebesar biaya perolehan.

3.89. Biaya transaksi kategori FVTPL diakui sebagai


beban periode berjalan.

3.90. Biaya transaksi kategori AFS, LR, dan HTM diakui


sebagai penambah biaya perolehan.

Pengukuran selanjutnya

Bab III: Akuntansi Aset 61


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.91. Investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL dan


AFS diukur pada nilai wajar.

3.92. Investasi jangka pendek dalam kategori HTM dan


LR diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan
menggunakan suku bunga efektif (lihat paragraf 2.85).

Perubahan nilai wajar

3.93. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori


FVTPL, kenaikan atau penurunan nilai wajar diakui dalam laba
rugi.
3.94. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS,
kenaikan dan penurunan nilai wajar diakui dalam pendapatan
komprehensif lain. Penurunan nilai

3.95. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS,


HTM dan LR, penurunan nilai diakui sebagai kerugian. Pemulihan
nilai

3.96. Untuk investasi jangka pendek dengan kategori


AFS, HTM dan LR, pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan.

3.97. Jumlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh


mengakibatkan jumlah tercatat pada saat pemulihan melebihi
jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai.

Pendapatan Investasi

62 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.98. Pendapatan bunga, dividen, keuntungan atau


kerugian akibat investasi jangka pendek diakui sebagai pendapatan
dan beban nonusaha. Penghentian Pengakuan

3.99. Investasi jangka pendek dihentikan pengakuannya


pada saat dilepaskan misalnya dijual atau jatuh tempo.

3.100. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan invetasi


jangka pendek diakui dalam laba rugi.

Penyajian

3.101. Investasi jangka pendek disajikan dalam


kelompok aset lancar.
Pengungkapan

3.102. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat
dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan pengukuran;
3. apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi
atau penyelesaian;
4. nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang dijadikan
agunan;
5. nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang termasuk
bagian diperdagangkan;
6. alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi;

Bab III: Akuntansi Aset 63


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

7. item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau


kerugian akibat investasi jangka pendek;
8. sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai.

3.103. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

Kategori FVTPL

1. Pada saat perolehan


Db. Investasi jangka pendek – FVTPL
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat perubahan nilai wajar


a. Terjadi keuntungan

Db. Investasi jangka pendek – FVTPL


Kr. Keuntungan

b.Terjadi kerugian

Db. Kerugian
Kr. Investasi jangka pendek – FVTPL
3. Pada saat pengakuan pendapatan investasi
a. Pada saat pengakuan

Db. Piutang dividen/bunga


Kr. Pendapatan dividen/bunga

b.Pada saat penerimaan

64 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang dividen/bunga

4. Pada saat penjualan investasi


Db. Kas atau setara kas
Dr/Kr. Keuntungan/kerugian
Kr. Investasi jangka pendek

Kategori AFS

1. Pada saat perolehan


Db. Investasi jangka pendek – AFS
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat penyesuaian nilai wajar


a. Terjadi kenaikan

Db. Investasi jangka pendek – AFS


Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
b.Terjadi penurunan

Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif


lain)
Kr. Investasi jangka pendek – AFS

3. Pada saat pengakuan pendapatan investasi


Sama dengan ilustrasi jurnal untuk kategori FVTPL di atas

4. Pada saat penurunan nilai Db. Kerugian


penurunan nilai
Db/Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif
lain)

Bab III: Akuntansi Aset 65


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Investasi jangka pendek – AFS

5. Pada saat pemulihan nilai Db. Investasi


jangka pendek – AFS
Kr. Keuntungan pemulihan nilai
6. Pada saat pelepasan Db. Kas dan
setara kas
Db/Kr Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif
lain)
Db/Kr Kerugian/Keuntungan
Kr. Investasi jangka pendek-AFS

Kategori HTM dan LR

1. Pada saat perolehan awal


a. Diperoleh dengan premium

Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR


Db. Investasi jangka pendek –
premium Kr. Kas dan setara kas

b.Diperoleh dengan diskonto

Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR


Kr. Investasi jangka pendek –
diskonto Kr. Kas dan setara kas

c. Diperoleh pada par

Db. Investasi jangka pendek – HTM/LR


Kr Kas dan setara kas

2. Pendapatan bunga

66 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a. Diperoleh dengan premium

Db. Kas dan setara kas


Db. Amortisasi premium (pengurang pendapatan bunga)
Kr. Investasi jangka pendek –
premium Kr. Pendapatan bunga

b.Diperoleh dengan diskon

Db. Kas dan setara kas


Db. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Amortisasi diskonto (penambah pendapatan
bunga) Kr. Pendapatan bunga

c. Diperoleh pada par

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan bunga
3. Pada saat perubahan nilai wajar Tidak ada jurnal

4. Pada saat penurunan nilai


Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Investasi jangka pendek – HTM/LR

5. Pada saat pemulihan nilai Db. Investasi jangka pendek –


HTM/LR
Kr. Keuntungan pemulihan nilai

6. Pada saat jatuh tempo


a. Dengan diskonto

Db. Kas atau setara kas


Db. Investasi jangka pendek – diskonto

Bab III: Akuntansi Aset 67


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Investasi jangka pendek –


HTM/LR Kr. Pendapatan bunga

b.Dengan premium

Db. Kas atau setara kas


Db. Pendapatan bunga
Kr. Investasi jangka pendek – premium
Kr. Investasi jangka pendek – HTM/LR

c. Pada Par

Db. Kas dan setara kas


Kr. Investasi jangka pendek–HTM/LR
Kr. Pendapatan bunga
Persediaan

Definisi

3.104. Persediaan adalah:


1. aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. aset dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan
untuk digunakan dalam pemberian pelayanan, proses
produksi, dan mendukung kegiatan administratif.

3.105. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk


mempertukarkan suatu aset antar pihak-pihak yang berkeinginan
dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan
wajar.

68 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.106. Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga wajar


penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi dengan taksiran
biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan, jika ada.

3.107. Produk utama adalah produk yang dimaksudkan


untuk dihasilkan dari suatu proses produksi yang serentak.

3.108. Produk sampingan adalah produk yang tidak


dimaksudkan untuk dihasilkan dari suatu proses produksi yang
serentak dan mempunyai nilai yang relatif rendah.

Dasar Pengaturan

3.109. Dasar pengaturan untuk persediaan antara lain


adalah PSAK 14: Persediaan. Penjelasan
Jenis Persediaan

3.110. Persediaan yang dimiliki entitas dalam bentuk


hasil tanaman, barang dalam proses, bahan baku, bahan
pelengkap serta biaya persediaan tebu giling (biaya-biaya
perawatan, pemupukan dan biaya lainnya yang berhubungan untuk
menghasilkan tanaman termasuk tanaman tebu giling tahun
berjalan dan biaya penyusutan bibit kepras)
3.111. Persediaan hasil tanaman, antara lain terdiri dari:
1. minyak sawit;
2. inti sawit;
3. karet;
4. teh;
5. gula;

Bab III: Akuntansi Aset 69


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

6. tetes;
7. alkohol/spirtus;
8. kopi;
9. kakao;
10. bibit (untuk entitas yang bisnis utamanya menjual bibit);

11. lain-lain.

3.112. Persediaan barang dalam proses, antara lain terdiri dari:


1. tembakau dalam
proses; 2. gula sisan;
3. lain-lain.

3.113. Persediaan bahan baku dan bahan pelengkap, antara


lain terdiri dari:
1. pupuk;
2. obat-obatan tanaman (pestisida dan sebagainya);
3. suku cadang (yang bukan merupakan suku cadang utama
mesin
tertentu);
4. bahan
bakar;
5. lain-lain.

Penentuan Biaya Persediaan

3.114. Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya


konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada
dalam kondisi dan lokasi saat ini.

3.115. Rumus biaya yang digunakan adalah:

70 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. rata-rata tertimbang;
2. rata-rata tertimbang dihitung untuk setiap kelompok
persediaan, misalnya rata-rata tertimbang persediaan inti
sawit, rata-rata tertimbang persediaan minyak sawit, rata-rata
tertimbang gula, rata-rata tertimbang tetes, dan seterusnya.
3.116. Biaya perolehan persediaan terdiri dari:
1. biaya pembelian persediaan;
2. biaya konversi; dan
3. biaya lain-lain (jika ada).

3.117. Penentuan besarnya biaya pembelian persediaan yaitu:


1. dalam hal persediaan diperoleh dari pihak luar yang
kemudian diproses lebih lanjut oleh entitas, maka biaya
pembelian sebesar harga pembelian (termasuk ongkos angkut
dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai barang tersebut
diterima di tempat) setelah dikurangi diskon dan sebagainya,
termasuk pajak yang tidak bisa direstitusi;
2. dalam hal persediaan diperoleh dari internal entitas, maka
biaya pembelian sebesar jumlah tercatat aset yang ditransfer
(transfer cost) berdasarkan rata-rata tertimbang untuk diolah
lebih lanjut menjadi persediaan;
3. untuk persediaan yang diperoleh dari hasil aset tanaman
tahunan dan aset tanaman semusim, biaya pembelian
persediaan/biaya input berupa biaya penyusutan dari aset
tanaman tahunan dan aset tanaman semusim.

3.118. Biaya konversi terdiri dari:

Bab III: Akuntansi Aset 71


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. biaya yang secara langsung terkait unit persediaan yang


diproduksi, yang terdiri dari:
a. biaya tenaga kerja langsung;
b. biaya bahan baku langsung lainnya; 2.
overhead produksi yang terdiri dari:
a. overhead produksi yang bersifat variabel

b.overhead produksi yang bersifat tetap, yaitu:

1) alokasi overhead produksi tetap didasarkan pada


kapasitas normal fasilitas produksi;
2) kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang
diperkirakan akan tercapai selama suatu periode atau
musim dalam keadaan normal, dengan
memperhitungkan hilangnya kapasitas selama
pemeliharaan terencana;
3) overhead produksi yang dimaksud adalah overhead
yang terjadi di kebun/pabrik/unit.
3.119. Biaya lain-lain dapat dibebankan ke persediaan jika biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dipakai atau dijual. Misalnya, dalam
keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya
overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk
pelanggan khusus sebagai biaya persediaan. Tetapi hal tersebut
kecil kemungkinannya terjadi di bidang usaha entitas yang bersifat
masal atau produk yang dihasilkan bersifat komoditas.

Biaya-biaya yang Tidak Termasuk Persediaan

72 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.120. Biaya-biaya yang tidak terkait langsung dengan unit


persediaan yang diproduksi (misalnya biaya umum seperti gaji
pimpinan dan tata usaha pabrik) tidak diperkenankan menambah
harga persediaan yang diproduksi.

3.121. Biaya pemborosan tidak boleh diakui sebagai harga


pokok produksi dan persediaan.

3.122. Beban bonus yang diberikan kepada pegawai di


kebun/pabrik/unit tidak termasuk komponen overhead produksi.

3.123. Beberapa contoh biaya yang tidak diakui sebagai bagian


dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya adalah:
1. jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya
yang tidak normal;
2. biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan
dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap
produksi berikutnya;
3. biaya umum di kebun/pabrik/unit yang tidak memberikan
kontribusi langsung untuk membuat persediaan berada dalam
lokasi dan kondisi sekarang, tidak dimasukkan dalam
komponen harga pokok produksi;
4. biaya penjualan;
5. biaya umum di luar kebun/pabrik/unit, misalnya biaya
umum kantor pusat atau kantor direksi, kantor distrik/grup
usaha/SBU tidak diakui sebagai bagian dari biaya persediaan.

Produk sampingan

Bab III: Akuntansi Aset 73


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.124. Hasil penjualan produk sampingan tidak boleh


mengurangi biaya produk utama, tetapi diakui sebagai pendapatan
nonusaha.
3.125. Contoh produk sampingan: baggase tebu, cangkang
sawit, dan lain lain.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.126. Persediaan diakui pada saat perolehan sebesar


biaya perolehan.

3.127. Pada setiap tanggal pelaporan persediaan diukur


mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dengan nilai
realisasi bersih.

3.128. Penurunan nilai persediaan akibat nilai realisasi


bersih lebih rendah daripada biaya perolehan diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan.

3.129. Persediaan berkurang pada saat digunakan atau


dijual.

Penyajian

3.130. Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar.

Pengungkapan

3.131. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

74 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran


persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai;
2. jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut
klasifikasi persediaan;
3. pengungkapan terpisah untuk persediaan tanaman semusim
yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan;
4. jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi
bersih;
5. jumlah pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang beban persediaan selama periode berjalan;
6. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai
persediaan yang telah diturunkan;
7. nilai tercatat persediaan yang dijadikan sebagai agunan; 8.
pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan persediaan Db. Persediaan


Kr. Kas dan setara kas/pos terkait

2. Pemakaian bahan baku dan pelengkap


Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Persediaan

3. Penjualan persediaan hasil jadi Db. Kas dan setara kas/piutang


usaha
Kr. Penjualan (pendapatan usaha)

4. Penjualan produk sampingan

Bab III: Akuntansi Aset 75


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan nonusaha

5. Pada saat terjadi penurunan nilai


Db. Kerugian penurunan nilai persediaan
Kr. Selisih penurunan nilai persediaan (pengurang nilai
persediaan)

6. Pada saat pemulihan nilai


Db. Selisih penurunan nilai persediaan
Kr. Pendapatan pemulihan nilai persediaan (pengurang
beban persediaan)
Aset Dimiliki untuk Dijual

Definisi

3.132. Aset dimiliki untuk dijual adalah aset tidak lancar


yang jumlah tercatatnya akan dipulihkan dengan penjualan bukan
digunakan lebih lanjut.

Dasar Pengaturan

3.133. Dasar pengaturan untuk aset dimiliki untuk dijual


antara lain adalah PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

Penjelasan

3.134. Aset dimiliki untuk dijual berasal dari aset tidak


lancar yang akan dijual daripada terus dipergunakan.

76 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.135. Persyaratan suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai


aset tersedia untuk dijual adalah sebagai berikut:
1. aset tersedia untuk segera dijual dalam kondisinya sekarang;
2. kondisi sekarang aset tersebut sesuai dengan persyaratan
dalam suatu penjualan untuk aset tersebut; dan
3. penjualan tersebut harus kemungkinan besar terjadi.

3.136. Kondisi yang mengindikasikan bahwa penjualan


kemungkinan besar terjadi yaitu:
1. adanya komitmen dari manajemen entitas terhadap rencana
penjualan aset tersebut termasuk sudah ada persetujuan dari
pemegang saham (Kementerian Negara BUMN);
2. manajemen entitas harus sudah mengadakan suatu program
aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana
penjualan tersebut;
3. aset tersebut harus dipasarkan secara aktif pada harga yang
pantas sesuai dengan nilai wajar kininya;
4. penjualan diperkirakan terjadi dalam waktu satu tahun dari
tanggal klasifikasi. Penjualan dapat dilakukan lebih dari satu
tahun, dan aset tersebut tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual jika:
a. penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan
di luar kendali entitas; dan
b.terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen atas
rencana penjualan tersebut;
5. tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan
rencana penjualan harus mengindikasikan bahwa

Bab III: Akuntansi Aset 77


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

kemungkinan terjadinya perubahan signifikan atau pembatalan


rencana penjualan tersebut sangat kecil.

3.137. Aset yang ditinggalkan sementara tidak termasuk


aset dimiliki untuk dijual karena akan digunakan di masa
mendatang.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.138. Aset dimiliki untuk dijual diakui pada saat


ditetapkan akan dijual atau diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual.

3.139. Aset dimiliki untuk dijual diukur pada nilai yang


lebih rendah antara:
1. jumlah tercatat, dengan
2. nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih rendah
daripada jumlah tercatat, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.

Pengukuran selanjutnya

3.140. Pada setiap tanggal pelaporan:


1. apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual lebih
rendah daripada jumlah tercatat, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;

78 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. apabila nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual


meningkat, maka diakui sebagai keuntungan maksimal sebesar
jumlah kerugian yang pernah diakui.

3.141. Aset dimiliki untuk dijual tidak dilakukan


penyusutan.
Penyajian

3.142. Aset dimiliki untuk dijual disajikan dalam


kelompok aset lancar.

Pengungkapan

3.143. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

1. penjelasan mengenai aset tidak lancar yang diklasifikasikan


sebagai aset dimiliki untuk dijual;
2. penjelasan mengenai fakta dan keadaan penjualan atau
ekspektasian penjualan, dan ekspektasi pelaksanaan dan waktu
pelepasan;
3. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Aset dimiliki untuk dijual (aset lancar)
Db. Kerugian penurunan nilai (jika nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual lebih rendah daripada jumlah tercatat)
Db. Akumulasi penyusutan
Kr. Aset tetap/properti investasi/pos aset tidak lancar lain

2. Pengukuran setelah pengakuan awal

Bab III: Akuntansi Aset 79


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a. Jika terjadi kenaikan nilai wajar dikurangi biaya untuk


menjual
1) Jika ada kerugian penurunan nilai diakui pada awal
pengakuan, maka kenaikan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual diakui sebagai keuntungan.
Db. Aset dimiliki untuk dijual
Kr. Keuntungan kenaikan nilai (maksimal sama dengan
jumlah kerugian yang telah diakui sebelumnya)

2) Jika tidak ada kerugian penurunan nilai yang telah


diakui, maka tidak ada pengakuan keuntungan. Tidak
ada jurnal
b. Jika terjadi penurunan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
lebih rendah daripada jumlah tercatat
Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Aset dimiliki untuk dijual

3. Pada saat aset dijual


a. Apabila terjadi keuntungan

Db. Kas dan setara kas


Kr. Aset dimiliki untuk dijual
Kr. Keuntungan pelepasan aset

b.Apabila terjadi kerugian Db. Kas dan


setara kas
Db. Kerugian pelepasan aset
Kr. Aset dimiliki untuk dijual

80 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Biaya Dibayar Dimuka

Definisi

3.144. Biaya dibayar dimuka adalah pembayaran biaya


dimuka yang manfaatnya akan digunakan di dalam 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan yang akan datang.

Dasar Pengaturan

3.145. Dasar pengaturan untuk biaya dibayar dimuka


adalah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.

Penjelasan

3.146. Biaya dibayar dimuka berfungsi antara lain untuk


membiayai operasional tidak lebih dari dua belas bulan setelah
tanggal laporan posisi keuangan.

3.147. Biaya dibayar di muka antara lain terdiri:


1. uang muka pembelian barang atau jasa;
2. uang muka rental untuk satu tahun yang akan datang;
3. biaya asuransi yang dibayar dimuka;
4. biaya lain yang dibayar dimuka.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Bab III: Akuntansi Aset 81


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.148. Biaya dibayar dimuka diakui pada saat pengeluaran uang


dilakukan tetapi barang/jasa/manfaat belum diterima atau
dinikmati.

3.149. Biaya dibayar dimuka berkurang pada saat


barang/jasa/manfaat diterima atau habis masanya.

3.150. Biaya dibayar dimuka diakui sebesar jumlah yang


dibayarkan.

3.151. Pada akhir periode pelaporan, biaya dibayar dimuka


diakui sebesar nilai barang/jasa/manfaat atau setaranya yang belum
diakui pada periode berjalan.
Penyajian

3.152. Biaya dibayar dimuka disajikan dalam kelompok aset


lancar.

Pengungkapan

3.153. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian biaya dibayar dimuka berdasarkan jenis dan jangka
waktunya;
2. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka


Db. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat dilakukan penyesuaian pada akhir periode

82 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Beban sewa/asuransi/pos yang terkait


Kr. Biaya dibayar dimuka

Contoh ilustrasi untuk biaya dibayar dimuka untuk pekerjaan


pembangunan aset
1. Pada saat pembayaran biaya dibayar dimuka
Db. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat penerimaan progres pekerjaan


Db. Aset dalam pelaksanaan
Kr. Utang usaha/pemborong

3. Pada saat pembayaran utang sesuai progres pekerjaan


Db. Utang usaha/pemborong
Kr. Biaya dibayar dimuka
Kr. Kas dan setara kas
Pajak Dibayar Dimuka

Definisi

3.154. Pajak dibayar dimuka adalah pembayaran pajak


yang akan diperhitungkan dengan kewajiban pajak.

Dasar Pengaturan

3.155. Dasar pengaturan untuk pajak dibayar dimuka antara


lain:
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan;

Bab III: Akuntansi Aset 83


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. peraturan perpajakan.

Penjelasan

3.156. Pajak dibayar dimuka terdiri dari:


1. angsuran pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, 23, 24, dan 25;
2. PPN masukan yang dapat dikreditkan.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.157. Pajak dibayar dimuka diakui pada saat angsuran


PPh disetor ke kas negara atau pada saat PPN masukan (yang
dapat dikreditkan) dibayar.

3.158. Pajak dibayar dimuka diakui sebesar:


1. angsuran untuk PPh;
2. PPN masukan yang dapat dikreditkan untuk PPN masukan.

3.159. PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan diakui


sebagai beban pos yang terkait.

Penyajian

3.160. Pajak dibayar dimuka disajikan dalam kelompok


aset lancar.
Pengungkapan

3.161. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1.


rincian pajak dibayar dimuka;
2. pengungkapan lainnya.

84 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pembayaran angsuran PPh


Db. Pajak dibayar dimuka (angsuran PPh)
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat pencatatan PPN masukan


Db. Aset atau beban yang terkait
Db. Pajak dibayar dimuka (PPN masukan)
Kr. Kas dan setara kas

Bab III: Akuntansi Aset 85


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Aset Lancar Lain

Definisi

3.162. Aset lancar lain adalah aset lancar yang tidak dapat
digolongkan ke dalam salah satu pos-pos aset lancar yang ada
dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.

Dasar Pengaturan

3.163. Dasar pengaturan untuk aset lancar lain adalah


antara lain PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

3.164. Suatu aset dapat digolongkan menjadi aset lancar


lain jika memenuhi kriteria berikut ini:
1. entitas memperkirakan akan merealisasi aset, atau
bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus
operasi normal;
2. entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.165. Aset lancar lain diakui pada saat diterima atau


dibayar atau timbulnya penyebab lain aset lancar lain tersebut.

86 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.166. Aset lancar lain diakui sebesar jumlah yang diterima


atau dibayar.

Penyajian

3.167. Aset lancar lain disajikan dalam kelompok aset


lancar.

Pengungkapan

3.168. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian


sifat dan jumlah aset lancar lain serta pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Aset lancar lain
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait

2. Saat penggunaan
Db. Pos yang terkait
Kr. Aset lancar lain

Bab III: Akuntansi Aset 87


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

aset tidak lanCar

Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat

Definisi

3.169. Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat (Piutang


PPR) adalah piutang yang timbul dari program pemerintah untuk
pengembangan perkebunan rakyat yang akan diselesaikan lebih
dari satu periode akuntansi, seperti antara lain: Program PIR dan
KKP-E.

Dasar Pengaturan

3.170. Dasar pengaturan untuk piutang pengembangan


perkebunan rakyat antara lain:
1. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
2. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Penjelasan

3.171. Pengembangan Perkebunan Rakyat merupakan


program pemerintah terkait dengan bidang perkebunan, yang
mewajibkan entitas untuk membina masyarakat untuk
menghasilkan komoditi perkebunan tertentu dalam wilayah kerja
entitas.

88 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.172. Program Pengembangan Perkebunan Rakyat


dibiayai olehpemerintah dan atau lembaga keuangan yang
disalurkan kepada entitas atau ditalangi sementara oleh entitas.
Pengelolaan perkebunan rakyat ini akan diserahterimakan kepada
petani senilai harga konversi yang ditetapkan pemerintah pada saat
perkebunan rakyat siap menghasilkan.

3.173. Piutang PPR merupakan aset keuangan yang


diklasifikasikan dalam kategori LR.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.174. Saat pengakuan awal, piutang PPR diakui pada saat


penyerahan aset atau pembayaran sebesar nilai wajarnya (biaya
perolehan). Pengukuran selanjutnya

3.175. Pengukuran setelah pengakuan dan pengukuran


awal, piutang PPR diukur sebesar biaya perolehan yang
diamortisasikan dengan suku bunga efektif (pada umumnya tidak
ada amortisasi tersebut).

3.176. Piutang PPR berkurang pada saat pembayaran


diterima atau dihapuskan.

3.177. Tata cara pembentukan cadangan kerugian


penurunan nilai piutang mengacu pada ketentuan umum aset
keuangan pada Bab II paragraf 2.89– 2.90.

Bab III: Akuntansi Aset 89


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.178. Piutang PPR dihentikan pengakuannya pada saat


diselesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan aset lain.

Penyajian

3.179. Piutang PPR disajikan dalam kelompok aset tidak


lancar.

Pengungkapan

3.180. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian piutang PPR berdasarkan jenis dan jumlahnya;
cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat
signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
3. piutang yang dijadikan agunan, jika ada;
4. penyisihan yang dibentuk;
5. alasan dan dasar pembentukan penyisihan;
6. jumlah penyisihan dan penghapusan piutang;
7. pengungkapan lainnya.

3.181. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal

90 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Piutang PPR


Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait

2. Pada saat penyelesaian Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang PPR
3. Pada saat terjadi penurunan nilai
Db. Beban cadangan penurunan nilai piutang
Kr. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang

4. Pada saat hapus buku


Db. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang
Db. Beban penghapusan piutang
Kr. Piutang PPR

5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah


dihapusbukukan
Db. Kas dan setara kas
Kr. Pendapatan nonusaha
Piutang Antar Badan Hukum Jangka Panjang

Definisi

3.182. Piutang antar badan hukum jangka panjang adalah


piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi dengan pihak
yang berelasi, selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya
dan akan diselesaikan lebih dari satu periode setelah tanggal
laporan posisi keuangan.

3.183. Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas lain


yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan.

Bab III: Akuntansi Aset 91


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.184. Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan


sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan
pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.

Dasar Pengaturan

3.185. Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum


jangka panjang antara lain:
1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran; 4. PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan.

Penjelasan

3.186. Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah


hubungan antar BUMN perkebunan.

3.187. Piutang antar badan hukum jangka panjang


mencakup piutang yang timbul dari transaksi nonusaha antara
entitas dengan entitas lain, entitas anak, dan entitas asosiasinya
yang berelasi, dimana akan diselesaikan dalam satu periode setelah
tanggal laporan posisi keuangan.

3.188. Piutang antar badan hukum jangka panjang termasuk


aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kategori LR.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

92 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pengakuan dan pengukuran awal

3.189. Piutang antar badan hukum jangka panjang diakui


pada saat penyerahan aset atau pembayaran sebesar biaya
perolehan.

Pengukuran selanjutnya

3.190. Piutang antar badan hukum jangka panjang


diukur sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku
bunga efektif.

3.191. Piutang antar badan hukum jangka panjang secara


periodik dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan cadangan
kerugian penurunan nilai piutang dengan mengacu pada ketentuan
umum aset keuangan pada Bab II paragraf 2.89–2.90.

3.192. Piutang antar badan hukum jangka panjang


dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan melalui pelunasan
atau penyelesaian lainnya.

Penyajian

3.193. Piutang antar badan hukum jangka panjang disajikan


sebagai aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.194. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan
jenis, umur dan jumlah;

Bab III: Akuntansi Aset 93


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk


kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
3. nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh
pemerintah) dan sifat hubungannya dengan entitas;
4. sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual
signifikan;
5. transaksi lain signifikan secara kolektif, indikasi kuantitatif
atau kualitatif luasnya transaksi;
6. pengungkapan lainnya.
3.195. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang
diatur dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada
Bab II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

3.196. Untuk ilustrasi jurnal piutang antar badan hukum


jangka panjang dapat mengacu pada piutang antar badan hukum
jangka pendek.

94 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Investasi Jangka Panjang

Definisi

3.197. Investasi jangka panjang adalah investasi yang tidak


segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12
(dua belas) bulan yang berbentuk aset keuangan.

Dasar Pengaturan

3.198. Dasar pengaturan untuk investasi jangka panjang


antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Penjelasan

3.199. Investasi jangka panjang adalah penanaman dana


yang berisiko atau yang sejenis yang dimaksudkan untuk
memperoleh pendapatan dan akan diselesaikan dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan.

3.200. Investasi jangka panjang berupa bentuk penempatan


dana di efek utang, misalnya obligasi yang akan jatuh tempo
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal laporan posisi
keuangan.

Bab III: Akuntansi Aset 95


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.201. Investasi jangka panjang merupakan aset keuangan


yang diklasifikasikan dalam kategori HTM.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.202. Penempatan dana sebagai investasi jangka panjang


diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar biaya
perolehan.
Pengukuran selanjutnya

3.203. Investasi jangka panjang dengan diukur pada biaya


perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga
efektif.

Penurunan Nilai

3.204. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada saat


terjadinya.

Pemulihan Nilai

3.205. Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan pada saat


terjadinya.

3.206. Jumlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh


mengakibatkan jumlah tercatat pada saat pemulihan melebihi
jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi penurunan nilai.

96 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pendapatan Investasi

3.207. Pendapatan bunga diakui sebagai pendapatan


nonusaha.

Penghentian Pengakuan

3.208. Investasi jangka panjang dihentikan pengakuannya


pada saat dilepaskan misalnya dijual atau jatuh tempo.

3.209. Laba atau rugi dari pelepasan invetasi jangka


panjang diakui dalam pendapatan dan beban nonusaha.

Penyajian

3.210. Investasi jangka panjang disajikan dalam


kelompok aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.211. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat
dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan,
termasuk kriteria pengakuan dan pengukuran;
3. apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal
transaksi atau penyelesaian;
4. nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan
agunan.

Bab III: Akuntansi Aset 97


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5. nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang


termasuk bagian diperdagangkan;
6. alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi;
7. item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau
kerugian akibat investasi jangka panjang;
8. sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai;
9. pengungkapan lainnya.

3.212. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan awal:


a. Diperoleh dengan premium

Db. Investasi jangka panjang – HTM


Db. Investasi jangka panjang –
premium Kr. Kas dan setara kas

b.Diperoleh dengan diskonto

Db. Investasi jangka panjang – HTM


Kr. Investasi jangka panjang –
diskonto Kr. Kas dan setara kas

c. Diperoleh pada par

Db. Investasi jangka panjang – HTM


Kr. Kas dan setara kas

2. Pendapatan bunga

98 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a. Diperoleh dengan premium

Db. Kas dan setara kas


Kr. Investasi jangka panjang – premium
Kr. Pendapatan bunga
b.Diperoleh dengan diskon

Db. Kas dan setara kas


Db. Investasi jangka panjang –
diskonto Kr. Pendapatan bunga

c. Diperoleh pada par

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan bunga

3. Pada saat perubahan nilai wajar Tidak ada jurnal

4. Pada saat penurunan nilai


Db. Kerugian penurunan nilai
Kr. Cadangan penurunan nilai

5. Pada saat pemulihan nilai Db. Cadangan penurunan nilai


Kr. Keuntungan pemulihan nilai

6. Pada saat akan jatuh tempo


a. Premium

Db. Investasi jangka pendek–HTM


Db. Investasi jangka pendek–premium
Kr. Investasi jangka panjang–HTM
Kr. Investasi jangka panjang–premium

b.Diskonto

Bab III: Akuntansi Aset 99


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Investasi jangka pendek–HTM


Db. Investasi jangka panjang – diskonto
Kr. Investasi jangka panjang–HTM
Kr. Investasi jangka pendek–diskonto

7. Pada saat jatuh tempo


a. Dengan diskonto

Db. Kas dan setara kas


Db. Investasi jangka pendek – diskonto
Kr. Investasi jangka pendek – HTM
b.Dengan premium

Db. Kas dan setara kas


Kr. Investasi jangka pendek –
premium Kr. Investasi jangka pendek
– HTM

c. Pada par

Db. Kas dan setara kas


Kr. Investasi jangka pendek – HTM

100 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Investasi pada Entitas Lain

Definisi

3.213. Investasi pada entitas lain adalah penanaman dana


dalam bentuk kepemilikan saham pada entitas lain untuk tujuan
jangka panjang di mana entitas (investor) tidak mempunyai
pengaruh signifikan.

Dasar Pengaturan

3.214. Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas lain


antara lain:
1. PSAK 23: Pendapatan;
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran;
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Penjelasan

3.215. Investasi pada entitas lain merupakan penyertaan


saham dengan tujuan jangka panjang.

3.216. Pada umumnya investasi pada entitas lain yang tidak


memiliki pengaruh signifikan adalah investasi dengan kurang dari
20% hak suara.

3.217. Apabila entitas memiliki investasi pada entitas lain


untuk tujuan jangka pendek, maka perlakuan akuntansinya dapat

Bab III: Akuntansi Aset 101


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

mengacu ke bagian investasi jangka pendek pada bagian aset


lancar.

3.218. Apabila entitas memiliki kepemilikan saham pada


entitas lain kurang dari 20% hak suara namun mempunyai
pengaruh signifikan, maka perlakuan akuntansi mengacu pada
bagian investasi pada entitas asosiasi.

3.219. Investasi pada entitas lain merupakan aset keuangan


yang diklasifikasikan dalam kategori AFS.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.220. Investasi pada entitas lain diakui pada saat perolehan


saham sebesar biaya perolehan.

Pengukuran selanjutnya

3.221. Setelah pengakuan awal investasi pada entitas lain


diukur sebesar nilai wajar.

Perubahan nilai wajar

3.222. Kenaikan atau penurunan atas perubahan nilai wajar


diakui dalam pendapatan komprehensif lain.

Penurunan nilai

102 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.223. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian.

Pemulihan nilai

3.224. Pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan.

3.225. Jumlah pemulihan nilai tersebut maksimal sebesar


kerugian penurunan nilai sebelumnya. Pendapatan investasi

3.226. Pendapatan dividen dari investasi pada entitas lain


diakui sebagai pendapatan nonusaha.

3.227. Penghasilan dividen diakui pada saat penentuan


pembagian dividen sebesar bagiannya atas dividen yang dibagikan.
Penghentian pengakuan

3.228. Investasi pada entitas lain dihentikan pengakuannya


pada saat dilepaskan misalnya dijual.

3.229. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan invetasi


pada entitas lain diakui dalam pendapatan atau beban nonusaha.

Penyajian

3.230. Investasi pada entitas lain disajikan dalam


kelompok aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.231. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

Bab III: Akuntansi Aset 103


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk syarat


dan kondisi signifikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan,
termasuk kriteria pengakuan dan pengukuran;
3. apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal
transaksi atau penyelesaian;
4. nilai tercatat dari investasi jangka panjang yang dijadikan
agunan;
5. alasan reklasifikasi, jika melakukan reklasifikasi;
6. hal material dari pendapatan, beban, keuntungan atau
kerugian akibat investasi jangka panjang;
7. sifat dan jumlah kerugian penurunan nilai;
8. tambahan saham yang berasal dari dividen saham yang
dikeluarkan oleh investee;
9. pengungkapan lainnya.

3.232. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.
Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan


Db. Investasi pada entitas lain – AFS
Kr. Kas dan setara kas

2. Pada saat perubahan nilai wajar investasi


a. Terjadi keuntungan

Db. Investasi pada entitas lain – AFS

104 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)

b.Terjadi kerugian

Db. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif


lain)
Kr. Investasi pada entitas lain – AFS

3. Pada saat pengakuan pendapatan investasi berupa dividen


a. Pada saat pengumuman dividen

Db. Piutang dividen


Kr. Pendapatan dividen

b.Pada saat penerimaan dividen

Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang dividen

4. Pada saat penurunan nilai Db. Kerugian penurunan


nilai
Kr. Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif lain)
Kr. Investasi pada entitas lain – AFS

5. Pada saat pemulihan nilai


Db. Investasi pada entitas lain – AFS
Kr. Keuntungan pemulihan nilai

6. Pada saat pelepasan investasi


Db. Kas dan setara kas
Db/Kr Penyesuaian nilai wajar (pendapatan komprehensif
lain)
Dr/Kr Kerugian/keutungan

Bab III: Akuntansi Aset 105


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Investasi pada entitas lain-AFS


Investasi pada Entitas Asosiasi/Ventura Bersama

Definisi

3.233. Investasi pada entitas asosiasi adalah penanaman


dana dalam bentuk kepemilikan saham pada entitas lain untuk
tujuan jangka panjang di mana investor mempunyai pengaruh
signifikan.

3.234. Investasi pada ventura bersama (pengendalian


bersama entitas) adalah investasi pada entitas lain, dimana entitas
mempunyai pengendalian bersama dengan venturer lain atas entitas
tersebut.

Dasar Pengaturan

3.235. Dasar pengaturan untuk investasi pada entitas


asosiasi/ventura bersama antara lain:
1. PSAK 12: Bagian partisipasi dalam ventura bersama
2. PSAK 15: Investasi pada entitas asosiasi

Penjelasan

3.236. Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk


entitas nonkorporasi seperti persekutuan, dimana entitas memiliki
pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
bagian partisipasi dalam ventura bersama.

106 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.237. Pengaruh signifikan dimiliki oleh entitas jika


memiliki 20% atau lebih hak suara, kecuali dapat dibuktikan bahwa
tidak ada pengaruh signifikan.

3.238. Kepemilikan hak suara kurang dari 20% dianggap


tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali dapat dibuktikan
bahwa ada pengaruh signifikan.

3.239. Keberadaan pengaruh signifikan dibuktikan dengan


satu atau lebih cara berikut:
1. keterwakilan dalam dewan direksi dan dewan komisaris atau
organ setara investee;
2. partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan yang bersifat
strategik terkait dengan masalah keuangan dan operasional,
termasuk partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
dividen atau distribusi lainnya;
3. adanya transaksi material antara investor dengan investee.
Transaksi material dimaksud adalah sebagian besar transaksi
investee dilakukan investor.
4. pertukaran personel manajerial;
5. penyediaan informasi teknis pokok, termasuk rahasia bisnis
yang tidak dipublikasikan kepada publik.

3.240. Dalam menilai keberadaan pengaruh signifikan, hak


suara potensial yang dimiliki entitas dan investor lain harus
dipertimbangkan.

3.241. Hak suara potensial dapat timbul apabila entitas


memiliki waran atau opsi saham, atau instrumen lain yang dapat
dikonversi menjadi saham. Kepemilikan instrumen tersebut

Bab III: Akuntansi Aset 107


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

memberikan potensi bagi entitas untuk menambah hak suara


kepada entitas lain atau mengurangi hal suara dari pihak lain.

3.242. Entitas menilai apakah hak suara potensial


berkontribusi terhadap munculnya suatu pengendalian, dengan
cara:
1. menguji fakta dan keadaan timbulnya hak suara potensial;
2. menguji syarat pelaksanaan hak suara potensial;
3. menguji perjanjian kontraktual lain, yang dipertimbangkan
secara individual maupun kombinasi.

3.243. Apabila investasi pada entitas asosiasi kehilangan


pengaruh signifikan, maka perlakuan akuntansi mengikuti bagian
investasi pada entitas lain. Hal yang sama apabila investasi pada
ventura bersama kehilangan pengendalian bersama dan tidak
menjadi pengaruh signifikan.

3.244. Pengendalian bersama entitas adalah persetujuan


kontraktual untuk berbagi pengendalian atas suatu aktivitas
ekonomi, dan ada hanya ketika keputusan keuangan dan
operasional strategis terkait dengan aktivitas tersebut mensyaratkan
konsensus dari seluruh pihak-pihak yang berbagi pengendalian
(venturer).

3.245. Pengendalian bersama entitas harus didukung oleh


suatu perjanjian kontraktual.

3.246. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama


dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.

108 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.247. Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana


investasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan dan
selanjutnya disesuaikan untuk perubahan pasca perolehan dalam
bagian investor atas aset neto investee. Laba atau rugi investor
meliputi bagian investor atas laba atau rugi investee.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.248. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama


diakui sebesar biaya perolehan.

Pengukuran selanjutnya

3.249. Laba rugi investee diakui sebesar bagian entitas atas


laba atau rugi tersebut sebagai pendapatan dan penambah jumlah
tercatat investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama.

3.250. Dividen tunai diakui sebagai pengurang jumlah


tercatat invetasi pada entitas asosiasi/ventura bersama.

3.251. Dividen saham tidak mempengaruhi jumlah tercatat


investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama.

3.252. Bagian laba/rugi menambah/mengurangi investasi


pada entitas asosiasi/ventura bersama. Akumulasi kerugian yang
diakui tidak boleh mengakibatkan investasi menjadi negatif.

Penyajian

Bab III: Akuntansi Aset 109


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.253. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama


disajikan dalam kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan

3.254. Hal-hal yang harus diungkapkan untuk investasi


pada entitas asosiasi antara lain:
1. nilai wajar investasi pada entitas asosiasi yang tersedia kuotasi
harga yang dipublikasikan;
2. ringkasan informasi keuangan entitas asosiasi;
3. alasan mengapa mempunyai pengaruh signifikan, namun
entitas memiliki kurang dari 20% hak investee;
4. alasan mengapa tidak mempunyai pengaruh signifikan, namun
entitas memiliki lebih dari 20% hak investee;
5. sifat dan tingkatan pembatasan signifikan atas kemampuan
entitas asosiasi mentransfer dana kepada entitas dalam bentuk
dividen tunai;
6. bagian rugi entitas asosiasi yang tidak diakui apabila kerugian
telah melewati nilai investasi;
7. pengungkapan lain.

3.255. Hal-hal yang harus diungkapkan untuk investasi pada


ventura bersama antara lain:
1. jumlah liabilitas kontijensi (jika ada) yang ditanggung
venturer sendiri dan para venturer, bagian liabilitas kontijensi
ventura bersama, dan liabilitas kontijensi atas venturer lain;
2. komitmen modal venturer sendiri dan para venturer, dan
bagian komitmen modal ventura;

110 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. daftar dan penjelasan bagian partisipasi dalam ventura


bersama yang signifikan dan bagian partisipasi kepemilikan
dalam pengendalian bersama entitas;
4. jumlah agregat aset, liabilitas, penghasilan dan beban yang
terkait dengan partisipasinya dalam ventura bersama;
5. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat penyertaan


Db. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
Kr. Kas dan setara kas
2. Pada saat pengakuan bagian laba atau rugi
a. Jika terdapat laba

Db. Investasi pada entitas asosiasi/ventura


bersama Kr. Bagian laba/rugi

b.Jika terdapat rugi

Db. Bagian laba/rugi


Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama

3. Pada saat pengakuan dividen tunai


a. Pada saat pengumuman

Db. Piutang dividen


Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama

b.Pada saat penerimaan

Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang dividen

Bab III: Akuntansi Aset 111


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. Pada saat pengakuan dividen saham Tidak terdapat jurnal

5. Pada saat pelepasan investasi pada entitas asosiasi/ventura


bersama
a. Terjadi keuntungan

Db. Kas dan setara kas


Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura
bersama Kr. Keuntungan pelepasan investasi

b.Terjadi kerugian

Db. Kas dan setara kas


Kr. Kerugian pelepasan investasi
Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama
Properti Investasi

Definisi

3.256. Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan


atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan)
untuk menghasilkan pendapatan rental atau untuk kenaikan nilai
atau keduanya, dan tidak untuk:
1. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
atau untuk tujuan administratif; atau
2. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

3.257. Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang


dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan)
untuk:

112 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa;


atau
2. untuk tujuan administratif.

Dasar Pengaturan

3.258. Dasar pengaturan untuk properti investasi antara lain


adalah PSAK 13: Properti Investasi.

Penjelasan

3.259. Properti investasi menghasilkan sebagian besar arus


kas secara bebas dari aset lainnya, sementara aset yang digunakan
sendiri (aset tetap) dapat menghasilkan arus kas yang
didistribusikan tidak hanya pada properti tersebut, tetapi juga pada
aset lain yang digunakan dalam proses produksi atau persediaan.

3.260. Berikut adalah contoh properti investasi:


1. tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan
nilai dan bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan
usaha sehari-hari;
2. tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di
masa depan belum ditentukan;
3. bangunan yang dimiliki (atau dikuasai melalui sewa
pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu
atau lebih sewa operasi;
4. bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk
disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa
operasi.

Bab III: Akuntansi Aset 113


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.261. Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan


properti investasi:
1. properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari- hari atau sedang dalam proses pembangunan
atau pengembangan untuk dijual;
2. properti dalam proses pembangunan atau pengembangan
atas nama
pihak ketiga;
3. properti yang digunakan sendiri, termasuk:
a. properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan
sebagai properti yang digunakan sendiri;
b.properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa
depan dan penggunaan selanjutnya sebagai properti yang
digunakan sendiri, properti yang digunakan oleh
karyawan dengan atau tanpa karyawan tersebut membayar
rental sesuai harga pasar;
c. properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk
dijual.
4. properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara
sewa pembiayaan.

3.262. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli


meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung. Pengeluaran yang dapat
diatribusikan langsung termasuk, misalnya, biaya jasa hukum,
pajak penjualan dan biaya transaksi lainnya.

114 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.263. Transfer dari dan ke properti investasi apabila


ada perubahan penggunaan:
1. ke properti investasi;
a. berakhirnya penggunaan oleh pemilik, dari properti yang
digunakan sendiri, termasuk aset tetap, menjadi properti
investasi;
b.berakhirnya pembangunan atau pengembangan, dari
properti yang sedang dibangun atau dikembangkan,
termasuk aset tetap, menjadi properti investasi;
c. dimulai sewa operasi ke entitas lain, dari persediaan
menjadi properti investasi.
2. dari properti investasi;
a. digunakan sendiri, dari properti investasi menjadi properti
yang digunakan sendiri (aset tetap);
b.mulai dikembangkan untuk dijual, dari properti investasi
menjadi persediaan.
3.264. Properti investasi dihentikan pengakuannya atau
dikeluarkan dari laporan posisi keuangan pada saat:
1. pelepasan; atau
2. tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki
manfaat ekonomi di masa depan yang dapat diharapkan pada
saat pelepasannya.

3.265. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai


kebijakan akuntansi untuk seluruh properti investasi.

Bab III: Akuntansi Aset 115


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.266. Properti investasi disusutkan sesuai dengan pola


manfaat selama umur manfaat. Ketentuan penurunan nilai mengacu
pada paragraf 3.360– 3.364.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengkuran awal

3.267. Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya


perolehan.

3.268. Biaya perolehan properti investasi melalui sewa


pembiayaan diukur pada jumlah mana yang lebih rendah antara
nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa minimum
(pengertian pembayaran sewa minimum dapat dilihat pada Bab III
paragraf 3.351). Pengukuran selanjutnya

3.269. Properti investasi diukur pada harga perolehan


dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai.

3.270. Laba atau rugi akibat penghentian atau pelepasan


properti investasi diakui dalam pendapatan atau beban nonusaha.

Penyajian

3.271. Properti investasi disajikan dalam kelompok aset


tidak lancar.
Pengungkapan

116 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.272. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. model pengukuran yang digunakan, yaitu model biaya;
2. jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
untuk:
a. penghasilan rental;

b.beban operasi langsung dari properti investasi yang


menghasilkan dan tidak menghasilkan penghasilan rental;
3. keberadaan dan jumlah pembatasan atas realisasi dari
properti investasi atau pembayaran penghasilan dan hasil
pelepasan;
4. kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau
mengembangkan properti investasi atau untuk perbaikan,
pemeliharaan atau peningkatan;
5. penyusutan atas properti investasi meliputi:
a. metode penyusutan;

b.masa manfaat atau tarif penyusutan;

c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat


dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan
akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan
akhir periode, yang menunjukkan: a. penambahan;
b.penambahan dari akuisisi melalui penggabungan usaha;

c. aset yang diklasifikasikan sebagai Aset Dimiliki untuk


Dijual yang dinilai mana yang lebih rendah antara nilai
tercatat dan nilai jual dikurangi beban penjualan;
d.penyusutan;

Bab III: Akuntansi Aset 117


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

e. jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah


pemulihan rugi penurunan nilai;
f. perbedaan nilai tukar bersih yang timbul pada
penjabaran laporan keuangan;
g.transfer ke dan dari persediaan dan properti yang
digunakan sendiri; dan
h.perubahan lain;

7. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan Db. Properti investasi


Kr. Kas dan setara kas/aset tetap

2. Pada saat pengakuan pendapatan sewa


Db. Piutang sewa
Kr. Pendapatan sewa

3. Pada saat penerimaan sewa


Db. Kas dan setara kas
Kr. Piutang sewa

4. Pada saat penyusutan


Db. Beban penyusutan
Kr. Akumulasi penyusutan

5. Pada saat penghentian pengakuan


a. Melalui penjualan
1) Terjadi keuntungan

Db. Kas dan setara kas

118 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Properti investasi


Kr. Keuntungan pelepasan investasi
2) Terjadi kerugian

Db. Kas dan setara kas


Db. Kerugian pelepasan
investasi Kr. Properti investasi

b. Transfer ke aset lain


Db. Aset yang terkait
Kr. Properti investasi
Aset Tanaman Semusim

Definisi

3.273. Aset tanaman semusim adalah aset tanaman


perkebunan semusim yang belum menghasilkan (aset
pembibitan).

Dasar Pengaturan

3.274. Dasar pengaturan aset tanaman semusim antara lain


adalah:
1. PSAK 16: Aset Tetap
3. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

Penjelasan

Biaya Perolehan

3.275. Aset tanaman semusim yang diakui sebagai aset


tanaman adalah bibit untuk tanaman yang akan datang.

Bab III: Akuntansi Aset 119


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.276. Biaya perolehan adalah sebesar jumlah kas atau


setara kas atau pengorbanan lain yang dibayarkan atau imbalan lain
yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset tanaman semusim.
Biaya perolehan diakui jika memenuhi dua syarat, yaitu:
1. adanya kemungkinan besar manfaat ekonomi yang akan
mengalir ke
entitas;
2. dapat diukur dengan andal.

3.277. Biaya perolehan awal aset tanaman semusim antara lain:


1. biaya yang diakui sebagai bagian dari pembibitan, yaitu:
a. biaya input

Adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang


dikeluarkan entitas sampai dengan bibit siap tanam.
b.biaya proses

Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah biaya input


sampai menjadi bibit tanaman berikutnya yang terdiri dari:
1) biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk
pemeliharaan aset tanaman belum menghasilkan
meliputi imbalan kerja yang terkait langsung dengan
pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga kerja;
2) biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang
dapat diatribusikan secara langsung ke aset tanaman
semusim seperti: a) biaya penyiapan lahan (land
clearing),
b) biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman,

c) biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan,


d) biaya pengujian aset tanaman,

120 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

e) biaya komisi profesional yang menangani aset


tanaman.
c. alokasi biaya tidak langsung;
Biaya tidak langsung yang dapat dikapitalisasi ke aset
tanaman semusin antara lain biaya pinjaman sesuai yang
disyaratkan dalam Bab IV paragraf 4.17-4.24.
2. biaya penyisipan
a. biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal
pembibitan diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset
tanaman semusim.
b.biaya penyisipan/sulaman suatu aset tanaman dalam areal
kebun diakui sebagai beban.

Bukan Biaya Perolehan

3.278. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan


pembudidayaan tanaman tidak dapat diakui sebagai biaya
perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh
biaya-biaya tersebut antara lain:
1. biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan
pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, tunjangan, dan
sebagainya;
2. biaya pembukaan fasilitas baru;
3. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau
kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf;
4. biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya;
5. biaya umum dan administrasi diunit/kebun, kantor
pusat/kantor direksi, dan di tempat lainnya;

Bab III: Akuntansi Aset 121


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.279. Biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan


lainnya tidak termasuk biaya perolehan aset tanaman semusim.
Penyusutan

3.280. Penyusutan aset tanaman semusim dimulai ketika


bibit ditanam menjadi tanaman siap panen.

3.281. Jumlah penyusutan adalah sebesar jumlah yang


dapat disusutkan dengan metode garis lurus tanpa dikurangi nilai
residu.

3.282. Entitas dapat mengubah metode penyusutan yang


berbeda dengan yang telah ditentukan dalam Pedoman ini jika
didukung oleh pendapat ahli.

Perubahan Estimasi Akuntansi

3.283. Entitas melakukan review atas umur manfaat dan


metode penyusutan aset tanaman semusim secara periodik. Apabila
ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku secara prospektif.

Penurunan dan Pemulihan Nilai

3.284. Pada setiap tanggal laporan keuangan harus


dilakukan review atas adanya indikasi penurunan nilai aset tanaman
semusim. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tanaman
semusim, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh
kembali dari aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai
indikasi penurunan nilai dapat dilihat pada Bab III paragraf 3.360-
3.364).

122 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.285. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih


rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas
mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka
entitas mengakui keutungan pemulian nilai, tetapi tidak boleh
menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai
buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.

Penghentian Pengakuan

3.286. Penghentian pengakuan aset tanaman semusim


dilakukan saat aset tanaman semusim diganti atau dimusnahkan,
dijual, atau dengan cara lainnya.
Model Pengukuran

3.287. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai


kebijakan akuntansi untuk pengukuran setelah pengakuan awal.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.288. Biaya perolehan aset tanaman semusim diakui


sebesar akumulasi biaya yang dapat dikapitalisasi sampai menjadi
tanaman siap panen.

Pengukuran selanjutnya

Bab III: Akuntansi Aset 123


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.289. Aset tanaman semusim diukur pada biaya perolehan


dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai.

Penyusutan

3.290. Penyusutan aset tanaman semusim diakui sebagai


penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya.

3.291. Akumulasi penyusutan aset tanaman semusim


disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

Penurunan dan pemulihan nilai

3.292. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada


periode terjadinya. Pemulihan penurunan nilai diakui sebesar
keuntungan pada periode terjadinya.

3.293. Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman


semusim disajikan sebagai pos lawan.

Penghentian pengakuan

3.294. Keuntungan atau kerugian dari penghentian


pengakuan diakui pada periode terjadinya.
3.295. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai
pendapatan atau beban nonusaha.

Penyajian

124 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.296. Aset tanaman semusim disajikan dalam kelompok


aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.297. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah aset tanaman semusim yaitu aset
tanaman pembibitan;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah
bruto aset tanaman semusim;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan
akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;
d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;
f. setiap pengklasifikasian kembali;7. pengungkapan
lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan Db. Aset tanaman


semusim
Kr. Beban input

Bab III: Akuntansi Aset 125


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban


langsung lainnya Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi

2. Penyusutan
Db. Beban penyusutan – aset tanaman semusim
Kr. Akumulasi penyusutan – aset tanaman semusim
(Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan)
3. Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai – aset tanaman semusim

4. Penghentian pengakuan Db. Akumulasi


penyusutan
Db. Akumulasi penurunan nilai – aset tanaman semusim
Kr. Aset tanaman semusim

126 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Aset Tanaman Tahunan

Definisi

3.298. Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman


perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM).

Dasar Pengaturan

3.299. Dasar pengaturan aset tanaman tahunan antara lain


adalah:
1. PSAK 16: Aset Tetap
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

Penjelasan

3.300. Aset tanaman tahunan dapat dibedakan


menjadi: 1. tanaman belum menghasilkan (TBM);
2. tanaman telah menghasilkan (TM).

3.301. Proses yang dilalui menjadi untuk aset tanaman tahunan


adalah:
1. dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman telah
menghasilkan (proses dari TBM menjadi TM);
2. dari tanaman telah menghasilkan sampai dengan dihentikan
pengakuannya, misalnya ditebang atau diganti dengan
tanaman lain.

Bab III: Akuntansi Aset 127


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Proses dari TBM menjadi TM

3.302. Biaya perolehan awal aset tanaman tahunan antara lain:

1. Biaya yang diakui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan


awal), yaitu:
a. biaya input

Adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang


dikeluarkan entitas sampai dengan bibit siap tanam.
b.biaya proses

Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah biaya input


sampai menjadi bibit tanaman berikutnya yang terdiri dari:
1) biaya tenaga kerja langsung di unit/kebun untuk
pemeliharaan aset tanaman belum menghasilkan
meliputi imbalan kerja yang terkait langsung dengan
pembudidayaan tanaman seperti upah tenaga kerja.
2) biaya-biaya lainnya yang terjadi di unit/kebun yang
dapat diatribusikan secara langsung ke aset tanaman
tahunan seperti: a) biaya penyiapan lahan (land
clearing);
b) biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman;

c) biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan;


d) biaya pengujian aset tanaman tahunan apakah aset
berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil
bersih penjualan produk yang dihasilkan
sehubungan dengan pengujian tersebut;
e) biaya komisi profesional yang menangani aset
tanaman.

128 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

c. Alokasi biaya tidak langsung


Biaya pinjaman dikapitalisasi jika memenuhi persyaratan
sesuai Bab IV paragraf 4.17–4.24.
2. Penjualan hasil tanaman selama TBM diakui sebagai
pendapatan usaha;
3. Biaya penyisipan
a. Pendekatan areal
1) biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TBM
diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM.
2) biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TM
diakui sebagai beban periode terjadinya.
b. Pendekatan per pohon
1) jumlah tercatat aset tanaman TM yang diganti diakui
sebagai beban periode terjadinya.
2) biaya aset tanaman baru diakui sebagai biaya perolehan
aset tanaman.
Bukan Biaya Perolehan

3.303. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan


pembudidayaan tanaman tidak dapat diakui sebagai biaya
perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh
biaya-biaya tersebut antara lain:
1. biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan
pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, tunjangan, dsb;
2. biaya pembukaan fasilitas baru;
3. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau
kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf;

Bab III: Akuntansi Aset 129


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya;


5. biaya umum dan administrasi di unit/kebun kantor
pusat/kantor direksi, dan di tempat lainnya.

3.304. Biaya pemborosan material, tenaga kerja, dan


lainnya tidak termasuk biaya perolehan aset tanaman tahunan.

Reklasifikasi dari TBM ke TM

3.305. TBM direklasifikasi ke TM pada saat tanaman


menghasilkan.

3.306. Penentuan waktu tanaman dapat menghasilkan


ditentukan oleh:
1. pertumbuhan vegetatif; dan 2. b
erdasarkan taksiran manajemen.

3.307. Setelah menjadi TM


1. Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM yang
direklasifikasi ke TM.
2. Biaya-biaya yang terjadi setelah TM diakui sebagai beban
periode terjadinya, kecuali biaya-biaya yang memenuhi
syarat untuk dikapitalisasi ke aset.
3. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset
tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset
tanaman, atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman
ke kondisi normalnya, maka biayabiaya tersebut dibebankan
pada periode terjadinya. Misalnya, biaya pemupukan rutin.
Penyusutan

130 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.308. Penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM


direklasifikasi ke
TM.

3.309. Penyusutan dilakukan menggunakan metode garis


lurus dengan taksiran umur manfaat (setelah menjadi TM) sebagai
berikut:

Jenis Aset Umur Manfaat


Tanaman
Kelapa sawit 25 tahun
Karet 25 tahun
Kakao 25 tahun
Teh 50 tahun
Kina 15 tahun
Kopi 40 tahun
3.310. Entitas dapat mengubah metode penyusutan
dan/atau menggunakan umur manfaat yang berbeda dengan yang
telah ditentukan dalam Pedoman ini jika didukung oleh pendapat
ahli.

3.311. Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya


perolehan dikurangi nilai residu.

Perubahan Estimasi Akuntansi

3.312. Entitas melakukan review atas umur manfaat, nilai


residu, dan metode penyusutan aset tanaman semusim secara
periodik. Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku
secara prospektif.

Penurunan dan Pemulihan Nilai

Bab III: Akuntansi Aset 131


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.313. Pada setiap tanggal laporan keuangan harus


dilakukan review atas adanya indikasi penurunan nilai aset tanaman
tahunan. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tanaman
tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh
kembali dari aset tersebut. (Penjelasan lebih detail mengenai
indikasi penurunan nilai dapat dilihat di paragraf 3.360 - 3.364).
3.314. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih
rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas
mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka
entitas mengakui keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh
menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai
buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.

Penghentian pengakuan

3.315. Penghentian pengakuan aset tanaman tahunan


dilakukan saat aset tanaman tahunan ditebang, dijual, atau dengan
cara lainnya. Model pengukuran

3.316. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai


kebijakan akuntansi untuk pengukuran setelah pengakuan awal.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal (TBM dan TM)

132 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.317. Biaya perolehan TBM sebesar akumulasi biaya


yang dikapitalisasi ke TBM tersebut.

3.318. Biaya perolehan TM sebesar nilai tercatat TBM


yang direklasifikasi ke TM.

Pengukuran selanjutnya (TBM dan TM)

3.319. TBM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi


akumulasi rugi penurunan nilai.

3.320. TM diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi


akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Penyusutan (TM)

3.321. Penyusutan aset tanaman tahunan diakui sebagai


beban produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang
dihasilkannya.

3.322. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan


sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

Penurunan nilai (TBM dan TM)

3.323. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian pada


periode terjadinya.

3.324. Akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman


disajikan sebagai pos lawan jumlah tercatatnya.

3.325. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai


keuntungan.

Bab III: Akuntansi Aset 133


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penghentian pengakuan (TBM dan TM)

3.326. Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada


periode terjadinya.

3.327. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai


pendapatan atau beban nonusaha.

Penyajian

3.328. Aset tanaman tahunan disajikan dalam kelompok


aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.329. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan
TM;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah
bruto aset tanaman tahunan;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan
akhir periode;
6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;

134 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;
f. setiap pengklasifikasian kembali; 7. pengungkapan
lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan


a. Aset tanaman TBM

Db. Aset tanaman TBM


Kr. Beban input
Kr. Beban tenaga kerja langsung/pos beban langsung
lainnya Kr. Beban bunga yang dikapitalisasi

b.Reklasifikasi aset tanaman TBM menjadi TM

Db. Aset tanaman TM


Kr. Aset tanaman TBM

2. P enyusutan
Db. Beban penyusutan – aset tanaman TM
Kr A. kumulasi penyusutan – aset tanaman TM
(Beban penyusutan akan menjadi biaya perolehan persediaan)

3. Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai

4. Pemulihan nilai
Db. Akumulasi rugi penurunan nilai
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (pendapatan nonusaha)

Bab III: Akuntansi Aset 135


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5. P enghentian pengakuan
Db. Akumulasi penyusutan – aset tanaman TM
Kr. Aset aset tanaman TM
Aset Tetap

Definisi

3.330. Aset tetap adalah aset berwujud yang:


1. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

Dasar Pengaturan

3.331. Dasar pengaturan aset tetap adalah:


1. PSAK 16 : Aset Tetap
2. PSAK 30 : Sewa
3. PSAK 48 : Penurunan Nilai Aset
4. ISAK 8 : Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung
Sewa
5. ISAK 25 : Hak atas Tanah

Penjelasan

3.332. Aset tetap, antara lain, meliputi:


1. tanah;
2. gedung dan bangunan fisik lainnya;
3. mesin dan instalasi;

136 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. alat pertanian;
5. alat inventaris/peralatan; 6. jalan, jembatan, dan saluran
air; 7. kendaraan.

3.333. Aset tetap dapat diperoleh dalam bentuk siap pakai


atau dibangun terlebih dahulu sampai siap pakai.

3.334. Aset tetap dapat diperoleh dari transaksi sewa


pembiayaan, sedangkan jika dilakukan dengan sewa operasi tidak
dicatat sebagai aset tetap.

3.335. Aset sewaan adalah aset yang berasal dari perjanjian


sewa dan nonsewa yang mengandung sewa.
3.336. Kriteria perjanjian yang mengandung sewa adalah:
1. pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan aset
tertentu; dan
2. memberikan hak untuk menggunakan aset tertentu.

3.337. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa


pembiayaan jika sewa mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

3.338. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi


jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko
dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

3.339. Indikasi primer dari situasi yang mengarah pada


sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada
akhir masa sewa;

Bab III: Akuntansi Aset 137


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga


yang cukup rendah dibanding nilai wajar pada tanggal opsi
mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;
3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset
meskipun hak milik tidak dialihkan;
4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset
sewaan;
5. aset sewaan memiliki karakteristik khusus dimana hanya
lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi
secara material.

3.340. Indikator sekunder dari situasi yang menunjukkan bahwa


sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
1. jika lessee dapat membatalkan sewa, kerugian lessor yang
terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee;
2. keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu
dibebankan kepada lessee, misalnya, dalam bentuk potongan
harga sewa yang setara
dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa;
3. lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk
periode kedua dengan nilai sewa yang secara substansial lebih
rendah dari nilai sewa pasar.
3.341. Hak untuk menggunakan aset tersebut (paragraf 3.330
huruf 2) jika memenuhi salah satu dari kondisi-kondisi berikut:
1. pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk
mengoperasikan aset;

138 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. pembeli mempunyai kemampuan atau hak untuk


mengendalikan akses
fisik;
3. kemungkinan kecil ada pembeli lain atau output aset dengan
jumlah yang lebih besar dari tidak signifikan dan harganya
tidak tetap atau harga pasar.

3.342. Aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran suatu aset


tetap dengan aset tetap lainnya, termasuk pembayaran dalam
bentuk kas, setara kas, atau aset keuangan lainnya.

3.343. Pertukaran aset tetap dievaluasi apakah mengandung


substansi komersial atau tidak. Suatu transaksi pertukaran memiliki
substansi komersial jika:
1. konfigurasi risiko, waktu, dan jumlah arus kas dari aset
yang diterima berbeda dengan aset yang diserahkan; atau nilai
khusus entitas dari kegiatan operasional yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut berubah; dan
2. selisihnya adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari
aset yang dipertukarkan.

Biaya perolehan

3.344. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:


1. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi
diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset

Bab III: Akuntansi Aset 139


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud


manajemen;
3. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut
timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

3.345. Perubahan estimasi biaya pembongkaran dan


pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset diakui sebagai
bagian dari harga perolehan (menambah /mengurangi biaya
perolehan).
3.346. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung adalah:
1. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari
pembangunan
atau akuisisi aset tetap;
2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. biaya handling dan penyerahan awal;
4. b iaya perakitan dan instalasi;
5. b iaya pengujian aset baru apakah aset berfungsi dengan
baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang
dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut,
misalnya sample yang diproduksi dari peralatan baru yang
sedang diuji;
6. k omisi profesional, misalnya biaya arsitek.

140 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.347. Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya


perolehan aset tetap adalah:
1. b iaya pembukaan fasilitas baru;
2. biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan
aktivitas promosi;
3. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok
pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf;
4. biaya administrasi dan overhead umum lainnya.

3.348. Untuk aset tetap yang dibangun sendiri, biaya


pemborosan material, tenaga kerja, dan lainnya tidak termasuk
biaya perolehan aset tetap.

3.349. Pengukuran biaya perolehan aset tetap baru yang


diperoleh dari pertukaran aset tetap meliputi:
a. Jika pertukaran aset tetap memiliki substansi komersial,
maka aset tetap baru diukur sebesar:
1) nilai wajar aset tetap yang diserahkan; atau

2) nilai wajar aset tetap yang diterima jika lebih andal


dibandingkan nilai wajar aset tetap yang diserahkan.
b. Jika pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
nilai wajar dari aset tetap yang diserahkan atau diterima tidak
dapat diukur secara andal, maka diukur sebesar nilai tercatat
aset tetap yang diserahkan.

3.350. Aset sewaan diukur sebesar pembayaran sewa


minimum.
3.351. Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran
selama masa sewa yang harus dibayar oleh lessee atau lessee dapat

Bab III: Akuntansi Aset 141


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

dituntut untuk membayar, tidak meliputi rental kontinjen, biaya


jasa, dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya kepada
lessor, ditambah dengan jumlah yang dijamin oleh lessee atau oleh
pihak yang terkait dengan lessee.

3.352. Biaya pinjaman dikapitalisasi jika memenuhi


persyaratan sesuai Bab IV paragraf 4.17–4.24.

3.353. Hibah pemerintah yang terkait dengan perolehan


suatu aset diakui sebagai pengurang biaya perolehan aset.

Biaya setelah perolehan awal

3.354. Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal


diakui sebagai beban pada periode terjadinya, termasuk biaya
pemakaian dan pengembangan aset, misalnya:
1. biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu
beroperasi sebagaimana dimaksudkan oleh manajemen namun
belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas
penuhnya;
2. kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap
keluaran/ output masih rendah; dan
3. biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau
seluruh operasi entitas.

3.355. Biaya-biaya yang terjadi setelah perolehan awal diakui


sebagai penambah nilai tercatat aset tetap (dikapitalisasi) jika
memenuhi syarat kualitatif dan kuantitatif berikut ini:
1. syarat kualitatif yaitu:
a. memperpanjang umur manfaat aset tetap; atau

142 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b.kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomis di


masa datang dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi,
peningkatan mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja;
2. syarat kuantitatif yaitu jumlah batasan biaya yang dapat
dikapitalisasi;
a. batasan jumlah tersebut ditentukan oleh kebijakan
masing-masing entitas;
b.Kebijakan tersebut didasarkan pada pertimbangan
bisnis yang rasional.
3.356. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara aset tetap yang tidak menambah umur manfaat atau
biaya-biaya yang mengembalikan aset tetap ke kondisi
normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode
terjadinya. Misalnya, biaya pemeliharaan rutin.

3.357. Aset tetap tanah tidak disusutkan, kecuali:


1. kondisi kualitas tanah tidak layak lagi digunakan dalam
operasi utama;
2. sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bagunan begitu
saja jika proyek selesai;
3. prediksi manjemen atas kepastian perpanjangan atau
pembaruan hak atas tanah kemungkinan besar atau pasti tidak
diperoleh.

3.358. Beban pengurusan legal hak atas tanah pada saat


perolehan tanah diakui sebagai biaya perolehan tanah. Beban
pengurusan untuk perpanjangan atau pembaruan legal hak atas

Bab III: Akuntansi Aset 143


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

tanah diakui sebagai aset tidak berwujud yang diamortisasi selama


masa hak atas tanah atau umur ekonomis tanah, mana yang lebih
pendek.

Perubahan estimasi akuntansi

3.359. Entitas melakukan review atas umur manfaat,


metode penyusutan, dan nilai residu aset tetap secara periodik.
Apabila ada perubahan, maka perubahan tersebut berlaku secara
prospektif.

Penurunan nilai

3.360. Pada setiap tanggal pelaporan harus dilakukan


review adanya indikasi penurunan nilai aset. Jika terdapat indikasi
penurunan nilai aset, maka entitas harus menaksir jumlah yang
dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.

3.361. Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya


penurunan nilai aset tetap, paling tidak harus mempertimbangkan
hal-hal berikut ini:

1. Informasi dari luar:


a. selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara
signifikan melebihi penurunan akibat proses normal
depresiasi;
b.telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi
dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan
dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum

144 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang


dihasilkan dari aset tersebut;
c. selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat
kembalian investasi pasar telah meningkat, dan
peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aset
yang dapat diperoleh kembali secara material.
2. Informasi dari dalam:
a. terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik
aset;
b.telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan
signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan
cara penggunaan aset;
c. terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan
bahwa kinerja ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau
akan lebih buruk dari yang diperkirakan; dan
d.aset yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar
nilai pakainya, dimana aliran kas sesungguhnya secara
material lebih kecil dari aliran kas taksiran, sebelum
diperhitungkan diskonto.

3.362. Indikasi penurunan nilai aset tetap yang disajikan di


atas belum meliputi seluruh indikasi yang mungkin muncul. Entitas
mungkin mengidentifikasi hal-hal lain yang secara potensial
berpengaruh terhadap penurunan nilai aset tetap dan menjadikan
indikasi tersebut sebagai dasar untuk menentukan nilai yang dapat
diperoleh kembali.

Bab III: Akuntansi Aset 145


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.363. Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih


rendah dibandingkan jumlah tercatat, maka entitas mengakui
kerugian penurunan nilai.

3.364. Seluruh kerugian tersebut diakui pada periode


terjadinya. Model pengukuran

3.365. Pedoman ini menggunakan model biaya sebagai


kebijakan akuntansi untuk pengukuran setelah pengukuran awal.

Penyusutan

3.366. Aset tetap harus disusutkan secara sistematis


selama masa manfaatnya dengan dasar per kelompok umur
manfaatnya. Komponen aset tetap yang jumlahnya signifikan dan
umur manfaat berbeda dengan komponen lainnya disusutkan secara
terpisah (komponenisasi).
3.367. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode
garis lurus.

3.368. Umur manfaat untuk setiap kelompok aset tetap


adalah sesuai dengan masa ekonomis atas komponen-komponen
yang terdapat pada masing-masing jenis asetnya.

Kelompok Aset Tetap Umur


Ekonomis
Bangunan
permanen 20 tahun
semi permanen 10 tahun
kerangka kayu 5 tahun
Bangunan Rumah Dinas

146 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

permanen 20 tahun
semi permanen 10 tahun
kerangka kayu 5 tahun
Jalan, jembatan, dan saluran
air
permanen 16 tahun
semi permanen 5 tahun
Alat Pengangkutan 5 tahun
Alat Pertanian 5 tahun
Inventaris 5 tahun
3.369. Untuk pabrik sawit dan gula umur ekonomis atas
komponenkomponen masing-masing jenis asetnya dapat dilihat
pada daftar komponenisasi aset tetap (terlampir).

3.370. Jumlah yang dapat disusutkan yaitu biaya perolehan


dikurangi nilai residunya.

3.371. Entitas dapat mengubah metode penyusutan


dan/atau umur manfaat yang berbeda dengan yang telah ditentukan
dalam Pedoman ini jika didukung oleh pendapat ahli.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.372. Aset tetap diakui sebesar biaya perolehan.


Penyusutan

3.373. Beban penyusutan untuk setiap periode diakui


sebagai beban untuk periode yang bersangkutan. Penurunan nilai

Bab III: Akuntansi Aset 147


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.374. Penurunan nilai aset tetap diakui pada periode


terjadinya sebagai beban nonusaha. Pemulihan nilai diakui sebagai
pendapatan nonusaha. Penghentian pengakuan

3.375. Keuntungan atau kerugian dari penghentian


pengakuan diakui pada periode terjadinya sebagai pendapatan atau
beban nonusaha.

Penyajian

3.376. Aset tetap disajikan pada kelompok aset tidak lancar.

Pengungkapan

3.377. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah aset tetap;
2. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah
bruto aset tetap;
3. metode penyusutan yang digunakan;
4. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
5. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan
akhir periode; 6. rekonsiliasi jumlah tercatat awal dan akhir
periode yang menunjukkan:
a. penambahan;
b. pelepasan;
c. penurunan nilai tercatat;
d. penyusutan;
e. perbedaan pertukaran neto yang timbul;

148 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

f. setiap pengklasifikasian kembali; 7. pengungkapan


lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan:


Db. Aset tetap
Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait

2. Pada saat penyusutan Db. Beban penyusutan


Kr. Akumulasi penyusutan – aset tetap

3. Penggantian komponen aset tetap


a. Pengakuan komponen pengganti

Db. Aset tetap (biaya komponen


pengganti) Kr. Kas dan setara kas

b.Penghentian pengakuan komponen yang digantikan

Db. Akumulasi penyusutan komponen aset tetap yang


digantikan Kr. Aset tetap (komponen yang diganti)

4. Penurunan nilai
Db. Kerugian penurunan nilai (beban nonusaha)
Kr. Akumulasi penurunan nilai

5. Pemulihan nilai
Db. Akumulasi penurunan nilai
Kr. Keuntungan pemulihan nilai (pendapatan nonusaha)

6. Pada saat penghentian pengakuan Db. Akumulasi


penyusutan–aset tetap

Bab III: Akuntansi Aset 149


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Aset tetap


Aset Tidak Berwujud

Definisi

3.378. Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang


dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk
tujuan administratif.

Dasar Pengaturan

3.379. Dasar pengaturan aset tidak berwujud adalah


1. PSAK 19: Aset Takberwujud
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

Penjelasan

3.380. Aset tidak berwujud harus memiliki karakteristik sebagai


berikut:
1. keteridentifikasian;
2. adanya pengendalian sumber daya; dan 3.
adanya manfaat ekonomis di masa depan.

3.381. Pengeluaran untuk penelitian diakui sebagai beban.


Contoh- contoh kegiatan penelitian adalah:
1. kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan
baru;
2. pencarian, evaluasi, dan seleksi penerapan temuan riset atau
pengetahuan lainnya;

150 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses,


sistem, atau jasa; dan
4. perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi berbagai alternatif
kemungkinan bahan baku, peralatan, produk, proses atau
sistem.

3.382. Pengeluaran untuk pengembangan diakui sebagai aset


tidak berwujud sepanjang memenuhi seluruh kriteria aset tidak
berwujud. Aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan
diakui jika entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini:
1. kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud sehingga
aset tersebut dapat digunakan atau dijual;
2. niat untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan
menggunakannya atau menjualnya;
3. bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan
kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara lain
entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset
tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu sendiri,
atau, jika aset tidak berwujud itu akan digunakan secara
internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset tidak
berwujud tersebut;
4. tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan
sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset
tidak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset
tersebut;
5. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang
terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya.

Bab III: Akuntansi Aset 151


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.383. Contoh- contoh kegiatan pengembangan adalah:


1. pengembangan piranti lunak komputer;
2. desain, konstruksi, dan pengujian alternatif produk, proses,
sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.
3. desain, konstruksi, dan operasional pabrik percontohan yang
skalanya tidak ekonomis untuk produksi komersial;
4. desain, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku,
peralatan, produk, proses, sistem yang baru atau yang
diperbaiki.

3.384. Beban pengurusan perpanjangan atau pembaruan


hak atas tanah diakui sebagai aset tidak berwujud. Beban tersebut
diamortisasi selama, mana yang lebih pendek antara umur legal hak
atau umur ekomomi tanah. Jika beban pengurusan perpanjangan
atau pembaruan hak atas tanah tidak material, maka dibebankan
pada periode berjalan.

3.385. Pada setiap tanggal laporan keuangan harus


dilakukan review atas adanya indikasi penurunan nilai aset tidak
berwujud. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tidak
berwujud, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat
diperoleh kembali dari aset tersebut. (Penjelasan lebih detail
mengenai indikasi penurunan nilai dapat dilihat di paragraf 3.360 -
3.364).

3.386 . Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih


rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas
mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya,
apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka

152 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

entitas mengakui keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh


menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai
buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.
3.387. Ketentuan penurunan nilai aset tidak berwujud
mengacu pada Bab III paragraf 3.360 - 3.364.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran awal

3.388. Aset tidak berwujud diakui pada saat terjadinya


beban untuk memperoleh aset tersebut sebesar biaya perolehan.

Pengukuran selanjutnya

3.389. Aset tidak berwujud dicatat pada biaya perolehannya


dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan
nilai. Amortisasi, penurunan nilai dan pemulihan nilai

3.390. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas


diamortisasi sebesar jumlah alokasi yang sistematis.

3.391. Jumlah alokasi yang sistematis tersebut diakui


sebagai beban amortisasi pada saat terjadinya.

3.392. Penurunan nilai diakui sebagai kerugian sebesar


selisih jumlah tercatat dengan nilai yang dapat dipulihkan.
Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai keuntungan kerugian
dan keuntungan tersebut merupakan beban atau pendapatan
nonusaha.

Bab III: Akuntansi Aset 153


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.393. Aset tidak berwujud dengan umur manfaat tidak


terbatas tidak diamortisasi tapi diuji penurunan nilainya secara
periodik.

Penghentian pengakuan

3.394. Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada


periode terjadinya.

3.395. Keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai


pendapatan atau beban nonusaha.
Penyajian

3.396. Aset tidak berwujud disajikan dalam kelompok aset


tidak lancar.

Pengungkapan

3.397. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. kebijakan akuntansi;
2. rincian aset tidak berwujud;
3. untuk setiap kelompok aset tidak berwujud yang dihasilkan
secara internal dan lainnya;
a. masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;

b.metode amortisasi yang digunakan;

c. nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang


digabungkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada
awal dan akhir periode;
d.unsur pada laporan keuangan yang didalamnya terdapat
amortisasi aset tidak berwujud; dan

154 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

e. rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode


dengan menunjukan:
1) penambahan aset tidak berwujud yang terjadi, dengan
mengungkapkan secara terpisah penambahan yang
berasal dari
2) pengembangan di dalam entitas dan dari penggabungan
usaha;
3) penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;

4) amortisasi yang diakui selama periode berjalan; dan


perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode
berjalan;
4. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan Db. Aset tidak berwujud


Kr. Kas dan setara kas

2. Amortisasi aset tidak berwujud


Db. Beban amortisasi
Kr. Akumulasi amortisasi

3. Pada saat penghentian pengakuan


Db. Akumulasi amortisasi
Kr. Aset tidak berwujud
Aset/Liabilitas Pajak Tangguhan

Definisi

Bab III: Akuntansi Aset 155


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.398. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak


penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode mendatang sebagai
akibat adanya: 1. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;
dan 2. sisa kompensasi kerugian.
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer kena pajak.

3.399. Perbedaan temporer atau beda waktu adalah


perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas secara
akuntansi dengan dasar pengenaan pajak. Perbedaan temporer dapat
berupa:
1. perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai
tercatat aset dipulihkan atau nilai tercatat liabilitas tersebut
diselesaikan; atau
2. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang
boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal periode
mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai
tercatat liabilitas tersebut diselesaikan.

Dasar Pengaturan

3.400. Dasar pengaturan aset pajak tangguhan antara lain


adalah PSAK 46: Pajak Penghasilan.

Penjelasan

156 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.401. Pengakuan aset pajak tangguhan pada saat besar


kemungkinan bahwa pemulihan aset akan mengakibatkan
pembayaran pajak pada periode mendatang yang lebih kecil,
kecuali pengakuan awal aset atau liabilitas pada suatu transaksi
yang:
1. bukan transaksi kombinasi bisnis; dan
2. tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
3.402. Pengakuan liabilitas pada laporan keuangan entitas akan
dapat melunasi nilai tercatat liabilitas tersebut. Apabila besar
kemungkinan bahwa pelunasan liabilitas tersebut akan
mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang
yang lebih besar, maka dalam ketentuan SAK, mengharuskan
entitas untuk mengakui liabilitas pajak tangguhan.

3.403. Pengakuan aset dan liabilitas pajak tangguhan pada suatu


kombinasi bisnis yang dilakukan oleh entitas, mempengaruhi
saldo goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis tersebut.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.404. Aset pajak tangguhan diakui:

1. untuk seluruh perbedaan temporer yang boleh dikurangkan


apabila nilai basis akuntansi lebih kecil daripada nilai basis
pajak;
2. saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan.

Bab III: Akuntansi Aset 157


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3.405. Apabila diperkirakan sebagian atau seluruh aset


pajak tangguhan tidak dapat direalisasikan pada periode
mendatang, maka jumlahnya harus diturunkan.

3.406. Penyisihan aset pajak tangguhan harus dievaluasi


secara periodik, dan apabila pada akhir periode selanjutnya ternyata
aset pajak tangguhan diperkirakan dapat direalisasikan sepenuhnya
atau dalam jumlah yang lebih besar, maka dapat dinaikan kembali.

3.407. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk seluruh


perbedaan temporer kena pajak apabila nilai basis akuntansi lebih
besar nilai basis pajak yang akan mengakibatkan penambahan
penghasilan kena pajak di masa mendatang.

Penyajian

3.408. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan


harus disajikan terpisah dari aset dan liabilitas lain dalam laporan
posisi keuangan.

3.409. Aset pajak tangguhan harus dibedakan dari


piutang pajak/pajak dibayar dimuka.
3.410. Liabilitas pajak tangguhan harus dibedakan dari
utang pajak.

3.411. Aset pajak tangguhan disajikan dalam kelompok


aset tidak lancar.

3.412. Liabilitas pajak tangguhan disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka panjang.

158 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pengungkapan

3.413. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. kebijakan akuntansi yang diterapkan;
2. unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
3. jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari
transaksitransaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan
ke ekuitas;
4. penjelasan mengenai hubungan antara beban (penghasilan)
pajak dan laba akuntansi dalam salah satu atau kedua bentuk
berikut ini:
a. rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak hasil perkalian
laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku, dengan
mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang
berlaku; atau
b.rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak
yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan
tarif pajak yang berlaku;
5. penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan
perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada periode
akuntansi sebelumnya;
6. jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer yang boleh dikurangkan dan sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke periode berikut, yang tidak diakui sebagai
aset pajak tangguhan pada laporan posisi keuangan;
7. untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap
kelompok rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikutnya:

Bab III: Akuntansi Aset 159


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a. jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada


laporan posisi keuangan untuk setiap periode penyajian;
b.jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui
pada laporan laba rugi jika jumlah tersebut tidak terlihat
dari perubahan jumlah aset atau liabilitas pajak tanguhan
yang diakui pada laporan posisi keuangan; dan
c. Untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang
berasal dari:
1) keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi; dan

2) laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak


dilanjutkan untuk periode pelaporan, bersama dengan
jumlah periode akuntansi sebelumnya yang disajikan pada
laporan keuangan.
8. jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung
pengakuannya, jika:
a. penggunaan aset pajak tangguhan tergantung pada apakah
laba fiskal yang dapat dihasilkan pada periode mendatang
melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak
yang telah ada; dan
b.entitas telah menderita kerugian pada periode berjalan atau
periode sebelumnya;
9. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pembentukan aset pajak tangguhan


Db. Beban pajak kini

160 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Aset pajak tangguhan


Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Penghasilan pajak tangguhan

2. Pada saat pembentukan liabilitas pajak tangguhan


Db. Beban pajak kini
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Liabilitas pajak tangguhan
Aset Tidak Lancar Lain

Definisi

3.414. Aset tidak lancar lain adalah pos-pos yang tidak


dapat secara layak digolongkan dalam kelompok pos aset tidak
lancar yang ada dan tidak material untuk disajikan tersendiri.

Dasar Pengaturan

3.415. Dasar pengaturan aset tidak lancar lain antara lain


adalah PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

3.416. Contoh aset tidak lancar lain, antara lain:


1. kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya lebih dari
satu tahun; 2. biaya ditangguhkan lebih dari satu tahun;
3. lain-lain.

3.417. Biaya tangguhan adalah biaya yang telah


dikeluarkan tetapi belum diakui sebagai beban pada periode

Bab III: Akuntansi Aset 161


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

terjadinya dan memiliki masa manfaat tertentu. Contoh beban


ditangguhkan antara lain beban pengurusan sertifikasi, misalnya
ISO, GMP, HCCP.

3.418. Biaya tangguhan diamortisasi selama umur manfaat.

3.419. Biaya-biaya yang tidak mempunyai masa mafaat


lebih dari satu periode tidak dapat ditangguhkan, termasuk
kerugian yang timbul dari kegiatan awal operasi dan biaya
praoperasi/perintisan usaha.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

3.420. Aset tidak lancar lain diakui pada saat diperoleh


sebesar biaya perolehan.

Penyajian

3.421. Pos-pos aset tidak lancar lain disajikan dalam


kelompok aset tidak lancar.
Pengungkapan

3.422. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. kebijakan akuntansi;
2. rincian aset lainnya;
3. sifat dan uraian penting dari aset yang bersangkutan;
4. alasan perubahan klasifikasi aset yang sebelumnya tidak
termasuk dalam aset tidak lancar lain;

162 Bab III: Akuntansi Aset


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5. untuk kas dan setara kas yang dibatasi penggunaanya, alasan


dan maksud pembatasan tersebut;
6. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Saat perolehan (pembatasan atas kas dan setara kas)


Db. Aset tidak lancar lain – (kas dan setara kas yang
dibatasi/beban sertifikasi ISO)
Kr. Kas dan setara kas

2. Saat amortisasi biaya yang ditangguhkan


Db. Beban amortisasi
Kr. Biaya yang ditangguhkan

3. Saat selesainya pembatasan


Db. Kas dan setara kas
Kr. Aset tidak lancar lain – kas dan setara kas yang dibatasi

Bab III: Akuntansi Aset 163


Bab IV AKUNTANSI LIABILITAS DAN EKUITAS

akuntansi liabilitas

Pengertian dan Karakteristik

4.1 Liabilitas adalah kewajiban masa kini yang timbul dari


peristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya diperkirakan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi.

4.2 Karakteristik dasar liabilitas adalah bahwa entitas


mempunyai kewajiban masa kini. Kewajiban merupakan suatu
tugas dan tanggung jawab untuk bertindak atau untuk
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
mengikat atau peraturan perundang-undangan yang disertai jumlah
yang terutang untuk pembayaran barang dan jasa yang telah
diterima. Kewajiban juga dapat timbul dari praktik usaha yang
lazim, kebiasaan, dan keinginan untuk memelihara hubungan yang
baik atau bertindak dengan cara yang adil.

4.3 Kewajiban masa kini berbeda dengan komitmen di masa


depan. Keputusan untuk membeli aset di masa depan tidak dengan
sendirinya menimbulkan kewajiban kini. Kewajiban biasanya
timbul hanya jika aset telah diterima atau telah membuat perjanjian
yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aset. Perjanjian tidak
dapat dibatalkan jika terdapat konsekuensi ekonomi berupa

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 164


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

keluarnya sumber daya kepada pihak lain jika gagal untuk


memenuhi kewajiban tersebut.

4.4 Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya mengakibatkan


penyerahan atau pengorbanan sumber daya yang memiliki manfaat
masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban masa kini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya, dengan:
1. pembayaran kas;
2. penyerahan aset lain;
3. pemberian jasa;
4. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
5. konversi kewajiban menjadi ekuitas.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.

4.5 Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu.


Sebagai contoh, pembelian barang atau penggunaan jasa dapat
menimbulkan utang usaha (kecuali kalau dibayarkan dimuka atau
pada saat penyerahan) dan penerimaan pinjaman bank
menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman
tersebut.

4.6 Beberapa jenis liabilitas hanya dapat diukur dengan


menggunakan estimasi dalam derajat yang substansial. Secara
umum, liabilitas ini disebut sebagai provisi. Dalam pengertian
sempit, provisi tidak dipandang sebagai liabilitas, karena liabilitas
hanya mencakup jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 165


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

membuat estimasi. Namun demikian, definisi liabilitas di atas


mengikuti pendekatan luas. Jadi, kalau provisi menyangkut
kewajiban masa kini dan memenuhi ketentuan lain dalam definisi
tersebut, maka pos yang bersangkutan merupakan liabilitas
meskipun jumlahnya hanya diestimasi. Sebagai contoh, provisi
untuk menutup kewajiban manfaat pensiun karyawan.

4.7 Liabilitas kontijensi adalah:

1. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu


dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak
terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
2. kewajiban kini yang timbul sebagai peristiwa masa lalu,
tetapi tidak diakui karena:
a. tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk
menyelesaikan kewajibannya.
b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

4.8 Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan apabila


besar kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan
andal.
4.9 Liabilitas keuangan yang dimiliki oleh entitas dikategorikan
sebagai liabilitas lain (amortized cost) atau bukan liabilitas yang
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas keungan pada

166 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi dan


premium/diskonto. Selanjutnya liabilitas keuangan diamortisasi
dengan menggunakan suku bunga efektif.

4.10. Liabilitas diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka


pendek dan liabilitas jangka panjang.

4.11. Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas


jangka pendek jika:
1. entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas
tersebut dalam siklus operasi normalnya;
2. entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan
diperdagangkan;
3. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan;
atau
4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda
penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 (dua
belas) bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori
tersebut sebagai liabilitas jangka panjang.

4.12. Entitas mengklasifikasikan liabilitas keuangan sebagai


liabilitas jangka pendek jika liabilitas tersebut akan jatuh tempo
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode
pelaporan, meskipun:
1. kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan ; dan

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 167


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. perjanjian untuk pembiayaan kembali, atau penjadualan


kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah
diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.

4.13. Liabilitas jangka panjang adalah semua liabilitas


selain yang termasuk dalam liabilitas jangka pendek.

4.14. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo


dalam siklus operasional tahun berikutnya, diperkirakan dapat
dibiayai kembali atau diperpanjang kembali sehingga diperkirakan
tidak akan ada penggunaan modal kerja lancar. Liabilitas tersebut
merupakan bagian dari pembiayaan jangka panjang entitas dan
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
4.15. Dalam hal tidak terdapat perjanjian mengenai
pembiayaan kembali, maka pembiayaan kembali tidak dapat
diasumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga liabilitas harus
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek.

Biaya Pinjaman
4.16. Aset kualifikasian adalah aset yang membutuhkan
waktu yang cukup lama agar siap digunakan atau dijual sesuai
dengan maksudnya.

4.17. Biaya pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain


yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana.

Komponen Biaya Pinjaman

168 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.18. Biaya pinjaman meliputi bunga kontraktual, biaya


transaksi, dan premi serta diskonto.

4.19. Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat


diatribusikan secara langsung dengan perolehan suatu pinjaman,
misalnya biaya provisi, administrasi, perikatan agunan dan
sebagainya.

4.20. Beban bunga dihitung menggunakan suku bunga


efektif.

Biaya Pinjaman yang Layak Dikapitalisasi

4.21. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah


biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
perolehan, konstruksi atau produksi aset yang memenuhi syarat
(aset kualifikasian) sebagai bagian dari biaya perolehan aset
tersebut. Biaya pinjaman selain itu diakui sebagai beban pada
periode terjadinya;

4.22. Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara


langsung dengan perolehan, konstruksi atau pembuatan aset
kualifikasian adalah biaya-biaya pinjaman yang dapat dihindari
jika pengeluaran atas aset kualifikasian tidak dilakukan. Jika entitas
meminjam dana secara langsung untuk tujuan memperoleh suatu
aset kualifikasian tertentu, maka biaya pinjaman yang terkait
dengan aset kualifikasian dapat diidentikasi dengan mudah.
4.23. Apabila pinjaman secara spesifik digunakan untuk
memperoleh suatu aset tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 169


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang timbul selama


peminjaman dana tersebut dikurangi pendapatan bunga dari
investasi sementara dana pinjaman yang belum digunakan;

4.24. Apabila pinjaman tidak secara spesifik digunakan


untuk memperoleh aset tertentu, maka jumlah biaya pinjaman yang
dapat dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat
kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh
aset tersebut. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata
tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan jumlah pinjaman
dari suatu periode (tidak termasuk jumlah pinjaman yang secara
khusus digunakan untuk perolehan aset tertentu). Jumlah biaya
pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh
melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi selama periode
tersebut.

Waktu Kapitalisasi

4.25. Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari


biaya perolehan suatu aset dimulai ketika:
1. pengeluaran untuk aset tersebut telah mulai dilakukan;
2. biaya pinjaman sedang terjadi; dan
3. aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan
pembangunan atau memproduksi aset tersebut sedang
berlangsung.

4.26. Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila


dalam suatu periode yang cukup lama entitas menangguhkan atau

170 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

menunda aktivitas perolehan, pembangunan ataupun produksi


suatu aset.

4.27. Kapitalisasi biaya pinjaman harus diakhiri apabila


aktivitas untuk memperoleh, membangun atau memproduksi suatu
aset sesuai dengan tujuannya secara substansial telah selesai.

4.28. Apabila pembangunan atau konstruksi suatu aset


dapat diselesaikan perbagian dimana bagian yang telah selesai
dapat segera digunakan sementara bagian lainnya masih dalam
penyelesaian, maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
adalah untuk bagian yang belum selesai saja.
liabilitas jangka pendek

Utang Usaha

Definisi

4.29. Utang usaha adalah kewajiban yang timbul karena


pengadaan kebutuhan barang atau jasa untuk pelaksanaan aktivitas
operasional.

Dasar Pengaturan

4.30. Dasar pengaturan utang usaha antara lain:


1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 171


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penjelasan

4.31. Utang usaha meliputi utang kepada pemasok


untuk pengadaan bahan baku dan bahan pelengkap, bangunan,
fasilitas pabrik, mesin, alat-alat fasilitas produksi, instalasi
fasilitas produksi, peralatan, kendaraan, dan sebagainya.

4.32. Nilai utang usaha yang dimaksud terdiri dari


jumlah pokok utang dan bunga (jika ada), dan tidak ada
diskonto/premium dan biaya transaksi atas utang usaha tersebut.
Sehingga secara umum, jumlah tercatat utang usaha sama
dengan jumlah terutang dan tidak ada amortisasi diskon/premium
dan biaya transaksi.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.33. Utang usaha diakui pada saat terjadinya sebesar


jumlah yang harus diselesaikan.

4.34. Utang usaha berkurang pada saat dilakukan


pembayaran, pelunasan atau dilakukan penyelesaian lainnya.

172 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian
4.35. Utang usaha disajikan dalam kelompok liabilitas
jangka pendek.

Pengungkapan

4.36. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian jenis dan jumlah masing-masing
utang usaha; 2. serta utang usaha dengan
pihak-pihak berelasi;
3. pengungkapan lainnya.

4.37. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan


Db. Persediaan
Kr. Utang usaha

2. Pada saat pembayaran


Db. Utang usaha
Kr. Kas dan setara kas
Utang Pajak

Definisi

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 173


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.38. Utang pajak adalah pajak yang belum disetorkan ke kas


negara.

Dasar Pengaturan

4.39. Dasar pengaturan mengenai utang pajak antara lain


adalah PSAK
46: Pajak Penghasilan

Penjelasan

4.40. Utang pajak antara lain:

1. utang PPh
Pasal 21; 2. utang
PPh Pasal 23;
3. utang PPh Pasal 29;
4. utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
5. utang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan utang pajak
lainnya.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.41. Utang pajak diakui pada saat terjadinya transaksi


atau kejadian yang telah mewajibkan entitas untuk
membayar/menyetor pajak kepada negara.

174 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian
4.42. Utang pajak berkurang pada saat disetorkan ke kas
negara.

4.43. Utang pajak dinilai sebesar:


1. PPh yang dipotong/dipungut tetapi belum disetorkan ke kas
negara;
2. PPh Pasal 29 yang belum dibayar berdasarkan SPT
Tahunan;
3. PPN yang dipungut tetapi belum disetor ke kas negara;
4. PBB yang belum dibayar sebesar SPPT;
5. Pajak yang terutang berdasarkan SKPKB, SKPKBT, STP
dan SK Peninjauan Kembali.
4.44. Utang pajak disajikan dalam kelompok liabilitas
jangka pendek.

Pengungkapan

4.45. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah


dan rincian utang pajak berdasarkan jenis pajak yang terutang.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan utang pajak untuk:


a. PPh pasal 21 dan 23

Db. Beban yang terkait


Kr. U tang pajak – PPh pasal
21dan 23 Kr. Kas dan setara kas

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 175


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b. PPh pasal 25

Db. Uang muka pajak


Kr. Kas dan setara kas

c. PPh Pasal 29

Db. Pajak PPh badan Kr.


Uang muka PPh
pasal 25
Kr. Utang pajak – PPh pasal 29

d. PPN keluaran

Db. Kas dan setara kas


Kr. PPN keluaran
Kr. Pendapatan yang terkait

e. PBB pada saat menerima SPPT

Db. Pajak PBB


Kr. Utang pajak – PBB

2. Pada saat pembayaran/penyetoran pajak:


Db. Utang pajak
Kr. Kas dan setara kas
Biaya yang Masih Harus Dibayar

Definisi

4.46. Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya-biaya


yang sudah jatuh tempo atau yang telah diterima manfaatnya oleh
entitas tetapi belum dibayar, termasuk bagian biaya yang telah

176 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian
diakru sampai tanggal laporan posisi keuangan namun biaya secara
keseluruhan belum jatuh tempo.

Dasar Pengaturan

4.47. Dasar pengaturan untuk biaya yang masih harus


dibayar antara lain adalah Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

4.48. Biaya yang masih harus dibayar antara lain:


1. beban langganan seperti listrik, telepon, air, gas, majalah,
surat kabar, dan sejenisnya;
2. beban yang sudah diterima manfaatnya dan belum dilunasi
pada tanggal laporan posisi keuangan.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.49. Biaya yang masih harus dibayar diakui pada saat


entitas menerima manfaat ekonomi dari pihak lain tetapi belum
melunasi pembayaran atas manfaat ekonomi tersebut.

4.50. Biaya yang masih harus dibayar berkurang pada saat


dilakukan pembayaran atau pelunasan oleh entitas.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 177


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.51. Biaya yang masih harus dibayar dinilai sebesar


jumlah rupiah atau nilai tunai sumber daya ekonomi yang harus
diserahkan kepada pihak lain untuk menyelesaikan liabilitas
tersebut.
4.52. Biaya yang harus dibayar disajikan dalam kelompok
liabilitas jangka pendek.

Pengungkapan

4.53. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian biaya yang masih harus dibayar berdasarkan jenis
dan jumlah masing-masing beban;
2. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan Db. Beban yang


terkait
Kr. Biaya yang masih harus dibayar

2. Pada saat penyelesaian


Db. Biaya yang masih harus dibayar
Kr. Kas dan setara kas
Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek

Definisi

4.54. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek adalah


imbalan kerja yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)

178 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian
bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasa.

Dasar Pengaturan

4.55. Dasar pengaturan untuk liabilitas imbalan kerja


jangka pendek antara lain adalah PSAK 24: Imbalan Kerja.

Penjelasan

4.56. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek meliputi:


1. upah, gaji dan iuran jaminan sosial;
2. cuti berimbalan jangka pendek dimana ketidakhadiran
terjadi dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode
pelaporan saat pekerja memberikan jasanya;
3. utang bagi laba dan utang bonus dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja
memberikan jasanya;
4. imbalan nonmoneter untuk pekerja, seperti imbalan
kesehatan, rumah, mobil dan barang atau jasa yang diberikan
secara cuma-cuma atau melalui subsidi.

4.57. Utang tantiem yang merupakan pembagian insentif


kepada direksi dan komisaris ditetapkan oleh RUPS, yang dapat
dihitung dari laba bersih dan dibebankan pada periode yang
bersangkutan.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 179


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.58. Utang dana pensiun adalah utang iuran pensiun yang


ditanggung oleh entitas, sebagai pemberi kerja, yang telah jatuh
tempo dan belum dibayarkan kepada entitas dana pensiun.

4.59. Utang diestimasi imbalan kerja jangka pendek


adalah utang atas imbalan kerja jangka pendek yang waktu dan
jumlahnya belum pasti.

4.60. Contoh dari liabilitas imbalan kerja jangka pendek


antara lain utang iuran Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) dan
iuran Jamsostek yang diakru pada tanggal laporan posisi keuangan.

180 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.61. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek diakui pada


saat pekerja/ pegawai telah memberikan jasanya kepada entitas
dalam suatu periode.

4.62. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek diakui


sebesar jumlah tidak terdiskonto (undiscounted basis).

4.63. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek berkurang


pada saat diselesaikan.

Penyajian

4.64. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek disajikan


dalam kelompok liabilitas jangka pendek.

Pengungkapan

4.65. Entitas harus mengungkapkan antara lain:


1. rincian liabilitas imbalan kerja jangka pendek
berdasarkan jenisnya; 2. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal Db. Beban


imbalan kerja
Kr. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 181


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. Pada saat penyelesaian


Db. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek
Kr. Kas dan Setara Kas
Pendapatan Diterima Dimuka

Definisi

4.66. Pendapatan diterima dimuka adalah penerimaan


uang dari pihak lain sehubungan dengan penjualan produk yang
akan dilakukan oleh entitas di masa depan, tetapi produk tersebut
belum diserahkan kepada pihak tersebut.

Dasar Pengaturan

4.67. Dasar pengaturan untuk pendapatan diterima


dimuka antara lain adalah Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

4.68. Pendapatan diterima dimuka berasal dari:


1. pendapatan diterima dimuka sehubungan dengan penjualan
produk seperti uang muka penjualan produk dari
pemesan/pembeli;
2. penyelesaian pesanan akan dilakukan dalam siklus
normal operasional entitas.

Perlakuan Akuntansi

182 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pengakuan dan pengukuran

4.69. Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat


diterimanya uang dari pihak lain dan entitas belum
menyerahkan/memberikan manfaat ekonominya kepada pihak lain
tersebut.

4.70. Pendapatan diterima dimuka dinilai sebesar nilai


manfaat ekonomi yang belum diserahkan kepada pihak lain.

4.71. Pendapatan diterima dimuka berkurang pada saat


diserahkannya produk atau manfaat ekonomi kepada pihak lain
atau sejalan dengan berlalunya waktu.
Penyajian

4.72. Pendapatan diterima dimuka disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka pendek.

Pengungkapan

4.73. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian pendapatan diterima dimuka
berdasarkan jenis; 2. jumlah masing-masing
pendapatan diterima dimuka;
3. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 183


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. Pada saat penerimaan Db. Kas dan


setara kas
Kr. Pendapatan diterima dimuka

2. Pada saat penyelesaian di akhir periode


Db. Pendapatan diterima dimuka
Kr. Pendapatan
Utang Bank Jangka Pendek

Definisi

4.74. Utang bank jangka pendek adalah kewajiban kepada


bank atau lembaga keuangan yang akan dibayar atau diselesaikan
dalam periode kurang dari 12 (dua belas) bulan atau siklus normal
operasional entitas yang digunakan untuk pelaksanaan
kegiatannya.

Dasar Pengaturan

4.75. Dasar pengaturan utang bank jangka pendek antara


lain:
1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
2. PSAK 26: Biaya Pinjaman
3. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
4. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
5. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

184 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.76. Utang bank jangka pendek merupakan pinjaman


kepada bank yang akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan atau satu periode pelaporan keuangan, antara lain
terdiri dari kredit modal kerja, kredit restrukturisasi utang,
penjualan wesel bayar jangka pendek kepada bank, dan segala
pinjaman jangka pendek lainnya pada bank.

4.77. K omponen suku bunga efektif mencakup bunga


kontraktual dan biaya transaksi (biaya-biaya yang terkait langsung
dengan perolehan pinjaman tersebut, misalnya: provisi,
administrasi, perikatan jaminan dan lain-lain).

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.78. Pada saat pengakuan awal, utang bank jangka


pendek diakui sebesar pokok dikurangi biaya transaksi.

4.79. Selanjutnya, utang bank jangka pendek diukur


sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga
efektif. Beban bunga yang timbul diakui sebagai beban pada
periode berjalan, kecuali memenuhi syarat dikapitalisasi (lihat
bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18. – 4.24.)
4.80. Utang bank jangka pendek berkurang pada saat
dilunasi atau cara penyelesaian lainnya.

Penyajian

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 185


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.81. Utang bank jangka pendek disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka pendek.

Pengungkapan

4.82. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian utang bank jangka pendek berdasarkan jenis dan
jumlah;
2. cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan
yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
3. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
4. eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo
dan suku bunga
efektif;
5. agunan dan nilai agunan;
6. pengungkapan lainnya.

4.83. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Kas dan setara kas
Db. Utang bank jangka pendek - biaya transaksi

186 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Utang bank jangka pendek

2. Pada akhir periode pelaporan


Db. Beban bunga
Kr. Utang bank jangka pendek - biaya
transaksi Kr. Kas dan setara kas

3. Pada saat pelunasan


Db. Utang bank jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas
Liabilitas Jangka Pendek Lain

Definisi

4.84. Liabilitas jangka pendek lain adalah pos yang


dimaksudkan untuk menampung liabilitas entitas yang tidak dapat
digolongkan ke dalam salah satu pos liabilitas jangka pendek yang
ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.

Dasar Pengaturan

4.85. Dasar pengaturan untuk liabilitas jangka pendek lain


antara lain adalah PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

4.86. Liabilitas jangka pendek lain terdiri dari:


1. utang kepada pihak ketiga;
2. uang titipan;
3. utang lainnya

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 187


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.87. Komponen liabilitas jangka pendek lain dengan


jumlah yang meterial disajikan dalam pos tersendiri.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.88. Liabilitas jangka pendek lain diakui pada saat


terjadinya sebesar nilai yang harus diselesaikan.

4.89. Liabilitas jangka pendek lain berkurang pada saat


dilakukan pembayaran atau penyelesaian.

Penyajian

4.90. Liabilitas jangka pendek lain disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka pendek.
Pengungkapan

4.91. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian liabilitas jangka pendek lain;
2. jumlah liabilitas jangka pendek lain dengan pihak-pihak
berelasi; 3. pengungkapan lain.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan


Db. Kas dan setara kas/pos yang terkait
Kr. Liabilitas jangka pendek lain

188 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. Pada saat penyelesaian


Db. Liabilitas jangka pendek lain
Kr. Kas dan setara kas/pos yang terkait

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 189


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

liabilitas jangka panjang

Utang Antar Badan Hukum

Definisi

4.92. Utang antar badan hukum adalah utang yang timbul


sebagai akibat dari transaksi nonusaha dengan BUMN
Perkebunan.

Dasar Pengaturan

4.93. Dasar pengaturan untuk utang antar badan hukum


antara lain:
1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

4.94. Utang antar badan hukum terdiri dari utang antar


badan hukum jangka pendek dan utang antar badan hukum jangka
panjang

4.95. Utang antar badan hukum diukur pada nilai


wajarnya (pada umumnya nilai nominal).

190 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.96. Pada umumnya bahwa dalam utang antar badan


hukum ini tidak ada komponen biaya transaksi.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

4.97. Utang antar badan hukum diakui sebesar jumlah


terutang.

4.98. Utang antar badan hukum berkurang pada saat


dilunasi atau cara penyelesaian lainnya.
Penyajian

4.99. Utang antar badan hukum jangka pendek disajikan


dalam kelompok liabilitas jangka pendek, sedangkan utang antar
badan hukum jangka panjang disajikan dalam kelompok liabilitas
jangka panjang.

Pengungkapan

4.100. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian utang antar badan hukum berdasarkan jenis, umur
dan jumlah;
2. cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat signifikan
yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat
kepastian arus kas di masa mendatang;
3. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 191


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo


dan suku bunga
efektif;
5. rincian nama pihak-pihak berelasi, dan jumlah utang;
6. pengungkapan lainnya.

4.101. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat pengakuan awal
Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang antar badan hukum

2. Pada akhir periode pelaporan


Db. Beban bunga
Kr. Utang bunga

3. Pada saat pembayaran bunga


Db. Utang bunga
Kr. Kas dan
setara kas

4. Pada saat penyelesaian pokok Db. Utang antar badan hukum


Kr. Kas dan setara kas

192 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pada saat pengakuan bagian utang antara badan hukum jangka


panjang yang akan jatuh tempo
Db. Utang antar badan hukum jangka panjang
Kr. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum jangka
panjang

6. Pada saat penyelesaian


Db. Bagian jangka pendek utang antar badan hukum
jangka panjang Kr. Kas dan setara kas

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 193


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.

Utang Kepada Pemerintah

Definisi

4.102. Utang kepada pemerintah adalah utang yang timbul


dari pemberian pinjaman oleh pemerintah yang bersumber dari
penerusan pinjaman.

4103. Penerusan pinjaman adalah pinjaman yang berasal dari


dalam dan luar negeri kepada BUMN/entitas atau yang
dipersamakan.

Dasar Pengaturan

4.104. Dasar pengaturan utang kepada pemerintah antara lain:


1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
2. PSAK 26: Biaya Pinjaman
3. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
4. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
5. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

4.105. Utang kepada pemerintah yang dimaksud di sini


adalah utang yang berasal dari penerusan pinjaman.

4.106. Penyelesaian utang kepada pemerintah dapat


berbentuk:

194 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. pelunasan;
2. penjadwalan kembali yang mengakibatkan perubahan
besaran pembayaran pokok utang, bunga/biaya administrasi,
biaya komitmen, denda, dan biaya lainnya;
3. perubahan persyaratan baik sebagian atau seluruh
persyaratan pinjaman kecuali jangka waktu pinjaman;
4. dikonversi menjadi penyertaan modal negara (kekayaan
negara yang dipisahkan) dengan mengubah utang kepada
pemerintah menjadi modal apabila tidak dapat dilakukan
penjadwalan kembali atau perubahan persyaratan, dimana
diikuti dengan keluarnya Peraturan Pemerintah untuk
mencatat penyertaan modal negara tersebut;
dihapuskan sebagian atau seluruhnya apabila tidak bisa
dijadwalkan kembali, diubah persyaratan atau dikonversi
menjadi penyertaan modal negara, yang diatur sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.107. Pembayaran angsuran utang kepada pemerintah


dibagi menjadi pelunasan pokok utang dan beban bunga.

4.108. Beban bunga yang merupakan bagian dari biaya


pinjaman diperhitungkan dengan komponen biaya pinjaman
lainnya dengan menggunakan suku bunga efektif. Komponen suku
bunga efektif mencakup bunga kontraktual dan biaya transaksi
(biaya-biaya yang terkait langsung dengan perolehan pinjaman).
Apabila suku bunga kontraktual berbeda dengan suku bunga pasar,
maka digunakan suku bunga pasar.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 195


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.
4.109. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dapat
dilihat di Bab IV paragraf
4.18 – 4.24.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

4.110. Pada saat pengakuan awal, utang kepada pemerintah


diakui sebesar pokok dikurangi biaya transaksi.

4.111. Selanjutnya, utang kepada pemerintah diukur


sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga
efektif. Beban bunga yang timbul diakui sebagai beban pada
periode berjalan kecuali memenuhi syarat dikapitalisasi (lihat
bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18. - 4.24).

4.112. Utang kepada pemerintah berkurang pada saat


dilunasi atau cara penyelesaian lainnya.

Penyajian

4.113. Utang kepada pemerintah disajikan dalam pos


liabilitas jangka panjang.
Pengungkapan

4.114. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian utang kepada pemerintah berdasarkan jenis dan
jumlah;

196 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat


signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
3. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
4. eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo
dan suku bunga
efektif;
5. rincian nama pihak –pihak berelasi, dan jumlah utang;
6. pengungkapan lainnya.

4.115. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Kas dan setara kas
Kr. Utang kepada pemerintah

2. Pada saat pengakuan bagian utang kepada pemerintah yang


akan jatuh tempo
Db. Utang kepada pemerintah
Kr. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah

3. Pada akhir periode pelaporan


Db. Beban bunga

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 197


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.
Kr. Utang bunga

4. Pada saat pembayaran bunga


Db. Utang bunga
Kr. Kas dan setara kas
P ada saat
penyelesaian a.
Pelunasan
Db. Bagian jangka pendek utang kepada
pemerintah Kr. Kas dan setara kas

b. Penjadwalan kembali Tidak ada jurnal

c. Konversi menjadi Penyertaan Modal


Negara
Db. Utang kepada pemerintah
Db. Bagian jangka pendek utang kepada pemerintah
Kr. Penyertaan Modal Negara

6. Penghapusan sebagian atau seluruh


Db. Bagian jangka pendek utang kepada
pemerintah
Kr. Keuntungan penghapusan utang kepada pemerintah

198 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Utang Bank Jangka Panjang

Definisi

4.116. Utang bank jangka panjang adalah utang kepada bank


atau lembaga keuangan yang akan dibayar atau diselesaikan
dalam periode lebih dari satu tahun atau satu siklus normal
operasional entitas, mana yang lebih panjang yang digunakan
untuk pelaksanaan kegiatan entitas.

4.117. Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo


adalah bagian dari utang jangka panjang yang telah jatuh tempo
dalam periode berjalan atau akan dilunasi dalam waktu kurang dari
12 (dua belas) bulan.

Dasar Pengaturan

4.118. Dasar pengaturan utang bank jangka panjang antara lain:


1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi
2. PSAK 26: Biaya Pinjaman
3. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
4. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
5. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

4.119. Utang bank jangka panjang adalah utang kepada


bank atau lembaga keuangan lain yang berjangka panjang, antara

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 199


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.
lain adalah kredit investasi, kredit pembiayaan bersama, kredit
restrukturisasi utang, penjualan wesel bayar jangka panjang
kepada bank dan segala pinjaman jangka panjang pada bank
lainnya.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.120. Pada saat pengakuan awal, utang bank jangka


panjang diakui sebesar pokok dikurangi biaya transaksi.

4.121. Selanjutnya, utang bank jangka panjang diukur


sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga
efektif. Beban bunga yang timbul diakui sebagai beban pada
periode berjalan kecuali memenuhi syarat dikapitalisasi (lihat
bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18.-4.24).

200 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.122. Utang bank jangka panjang berkurang pada saat


dilunasi atau cara penyelesaian lainnya.

Penyajian

4.123. Utang bank jangka panjang disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka panjang.

Pengungkapan

4.124. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian utang jangka panjang serta rincian liabilitas jangka
panjang yang akan jatuh tempo berdasarkan jenis dan jumlah;
2. cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat
signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
3. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
4. eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo
dan suku bunga efektif;
5. eksposur kredit;
6. eksposur liabilitas;
7. pengungkapan lainnya.

4.125. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur


dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 201


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. Pada saat pengakuan awal


Db. Kas dan setara kas
Db. Utang bank jangka panjang - biaya transaksi
Kr. Utang bank jangka panjang

2. Pada akhir periode pelaporan


Db. Beban bunga
Kr. Utang bank jangka panjang - biaya transaksi
Kr. Utang bunga
3. Pada saat pembayaran bunga
Db. Utang bunga
Kr. Kas dan setara kas

4. Pada saat reklasifikasi liabilitas jangka panjang ke liabilitas


jangka pendek
Db. Utang bank jangka panjang
Kr. Bagian jangka pendek utang bank jangka panjang

5. Pada saat pelunasan


Db. Bagian jangka pendek utang bank jangka panjang
Kr. Kas dan setara kas

202 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Utang Sewa Pembiayaan

Definisi

4.126. Utang sewa pembiayaan adalah liabilitas kepada


perusahaan pembiayaan (lessor) sebagai akibat perjanjian sewa
pembiayaan (finance lease) yang dilakukan oleh entitas (lessee)
untuk pelaksanaan kegiatan operasional.

Dasar Pengaturan

4.127. Dasar pengaturan utang sewa pembiayaan antara


lain adalah PSAK 30: Sewa.

Penjelasan

4.128. Utang sewa pembiayaan timbul dari perjanjian sewa


yang diklasifikasikan dalam sewa pembiayaan sebagaimana yang
dijelaskan pada Bab III paragraf 3.337.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.129. Utang sewa pembiayaan diakui pada saat awal masa


sewa.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 203


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.130. Utang sewa pembiayaan diakui sebesar nilai kini


pembayaran sewa minimum atau nilai wajar aset sewaan (jika lebih
rendah).

4.131. Pembayaran utang sewa pembiayaan dibagi menjadi


pelunasan pokok dan beban bunga.

4.132. Beban bunga yang memenuhi persyaratan dapat


dikapitalisasi ke aset yang terkait sebagaimana dijelaskan pada Bab
IV paragraf 4.18-4.24.

Penyajian

4.133. Utang sewa pembiayaan disajikan dalam kelompok


liabilitas jangka panjang.
Pengungkapan

4.134. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di
masa mendatang pada tanggal laporan posisi keuangan,
dengan nilai kininya;
2. total pembayaran sewa minimum di masa mendatang pada
tanggal laporan posisi keuangan, dan nilai kininya, untuk
setiap periode berikut:
a. sampai dengan satu tahun;

b. lebih dari satu tahun sampai lima tahun;

c. lebih dari lima tahun.

3. sewa kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode


tersebut;

204 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa di


masa mendatang dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat
dibatalkan pada tanggal laporan posisi keuangan;
5. deskripsi umum isi perjanjian sewa yang material, yang
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal berikut:
a. dasar penentuan sewa kontinjen;

b. ada tidaknya klausul-klausul yang berkaitan dengan opsi


perpanjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-
syaratnya; dan
c. pembatasan-pembatasan dalam perjanjian sewa.

6. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat perolehan


Db. Aset tetap
Kr. Utang sewa pembiayaan

2. Reklasifikasi ke liabilitas jangka pendek


Db. Utang sewa pembiayaan
Kr. Bagian jangka pendek dari utang sewa pembiayaan

3. Saat pembayaran angsuran


Db. Bagian jangka pendek dari utang sewa pembiayaan
Db. Beban bunga
Kr. Kas dan setara kas
Utang Medium Term Note dan Obligasi
Definisi

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 205


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.135. Medium term note (MTN) adalah surat utang jangka


menengah yang mencerminkan kewajiban kontraktual entitas untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman.

4.136. Obligasi adalah instrumen utang jangka panjang


yang mencerminkan kewajiban kontraktual entitas untuk
membayar bunga dan pokok.

4.137. Nilai par adalah nilai yang tertera (nilai pokok)


dalam instrumen obligasi ketika diterbitkan.

4.138. Premium adalah jumlah lebih harga jual obligasi


daripada nilai par.

4.139. Diskonto adalah jumlah kurang harga jual obligasi


daripada nilai par.

Dasar Pengaturan

4.140. Dasar pengaturan utang MTN dan obligasi antara


lain:
1. PSAK 26: Biaya Pinjaman
2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

206 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.141. Utang MTN dan obligasi merupakan liabilitas


keuangan yang dikategorikan sebagai liabilitas lain (amortized
cost).

4.142. Utang MTN dan obligasi diukur sebesar biaya


perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
1. biaya-biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung termasuk dalam biaya perolehan diamortisasi
tersebut, misalnya biaya legal, penjamin emisi, dan
sebagainya;
2. premium atau diskonto termasuk dalam perhitungan biaya
perolehan diamortisasi;
3. suku bunga efektif ditentukan saat awal penerbitan MTN
dan obligasi.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.143. Pada saat pengakuan awal, utang MTN dan obligasi


diakui sebesar pokok dikurangi biaya transaksi dan
diskonto/premium.

4.144. Selanjutnya, utang MTN dan obligasi diukur


sebesar biaya perolehan yang diamortisasi dengan suku bunga
efektif. Beban bunga yang timbul diakui sebagai beban pada
periode berjalan kecuali memenuhi syarat dikapitalisasi (lihat
bagian biaya pinjaman dalam Bab IV paragraf 4.18.- 4.24).

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 207


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.145. Utang MTN dan obligasi berkurang pada saat


dilunasi atau cara penyelesaian lainnya.

Penyajian

4.146. Utang MTN dan obligasi disajikan dalam kelompok


liabilitas jangka panjang.

Pengungkapan

4.147. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian utang kepada pemerintah berdasarkan jenis dan
jumlah;
2. cakupan dan sifat, termasuk kondisi yang bersifat
signifikan yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan
tingkat kepastian arus kas di masa mendatang;
3. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk
kriteria pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;
4. eksposur risiko suku bunga, termasuk tanggal jatuh tempo
dan suku bunga efektif;
5. eksposur kredit;
6. eksposur liabilitas;
7. pengungkapan lainnya.
4.148. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur
dalam pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab
II paragraf 2.93.

Ilustrasi Jurnal

208 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. Pada saat pengakuan awal


a. Dijual pada nilai par

Db. Kas dan setara kas


Db. Utang MTN dan obligasi – biaya
transaksi Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai
par)

b. Dijual pada premium

Db. Kas dan setara kas


Db. Utang MTN dan obligasi – biaya transaksi
Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai par)
Kr. Utang MTN dan obligasi – premium

c. Dijual pada diskonto

Db. Kas dan setara kas


Db. Utang MTN dan obligasi– diskonto
Db. Utang MTN dan obligasi– biaya transaksi
Kr. Utang MTN dan obligasi (nilai par)

2. Pada akhir periode pelaporan


a. Dijual pada nilai par

Db. Beban bunga


Kr. Utang MTN dan obligasi – biaya
transaksi Kr. Utang bunga

b. Dijual pada premium

Db. Beban bunga


Db. Utang MTN dan obligasi – premium

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 209


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr.Utang MTN dan obligasi – biaya transaksi


Kr. Utang bunga
c. Dijual pada diskonto

Db. Beban bunga


Kr. Utang MTN dan obligasi– diskonto
Kr. Utang MTN dan obligasi – biaya transaksi
Kr. Utang bunga
3. Pada saat pembayaran
Db. Utang bunga
Kr. Kas dan setara kas

4. Pada saat penyisihan dana kepada sinking fund


Db. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari
aset tidak lancar lain)
Kr. Kas dan setara kas

5. Pada saat direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek


Db. Utang MTN dan obligasi
Kr. B agian utang MTN dan obligasi yang akan jatuh tempo

6. Pada saat pelunasan


Db. Bagian utang MTN dan obligasi yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas – sinking fund (sebagai bagian dari aset
tidak lancar lain)

210 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Liabilitas Imbalan Kerja Jangka panjang

Definisi

4.149. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang adalah


liabilitas atas imbalan kerja yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua
belas) bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja
memberikan jasa.

Dasar Pengaturan

4.150. Dasar pengaturan liabilitas imbalan kerja jangka


panjang antara lain adalah PSAK 24: Imbalan Kerja.

Penjelasan

4.151. Imbalan kerja jangka panjang meliputi:


1. tunjangan pensiun;
2. imbalan pasca kerja lainnya, seperti tunjangan kesehatan
jangka panjang, asuransi jiwa jangka panjang.

4.152. Program imbalan kerja jangka panjang dapat


diklasifikasikan sebagai iuran pasti atau imbalan pasti tergantung
dari substansi ekonomis program tersebut.

4.153. Karakteristik dalam program iuran pasti adalah:


1. kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif entitas
terbatas pada jumlah yang disepakati sebagai iuran kepada
dana (entitas terpisah);

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 211


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. jumlah imbalan kerja yang diterima pekerja ditentukan


berdasarkan jumlah iuran yang dibayarkan entitas (dan
mungkin juga oleh pekerja) kepada program imbalan pasca
kerja atau perusahaan asuransi ditambah dengan hasil
investasinya;
3. risiko aktuarial dan risiko investasi ditanggung oleh
pekerja.

4.154. Karakteristik dalam program imbalan pasti adalah:


1. kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang
dijanjikan kepada pekerja maupun matan pekerja;
2. risiko aktuarial dan risiko investasi ditanggung oleh entitas.

4.155. Liabilitas imbalan jangka panjang dalam program


imbalan pasti dihitung dengan “projected unit credit“.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

4.156. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang diakui saat


pekerja/pegawai telah memberikan jasanya kepada entitas dalam
suatu periode.

4.157. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang diakui


sebesar jumlah terdiskonto (discounted amount).

4.158. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang berkurang


saat dibayarkan.

212 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.159. Keuntungan atau kerugian aktuarial dari program


imbalan pasti diakui dalam pendapatan komprehensif lain.

Penyajian

4.160. Liabilitas imbalan jangka kerja panjang disajikan


dalam kelompok liabilitas jangka panjang.

Pengungkapan

4.161. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. rincian liabilitas imbalan kerja jangka panjang
berdasarkan jenisnya.
2. jika menggunakan program iuran pasti, entitas
mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk
program iuran pasti.
3. jika menggunakan program imbalan pasti, entitas harus
mengungkapkan informasi berikut:
a. kebijakan akuntansi entitas dalam mengakui keuntungan
dan kerugian aktuarial;
b. gambaran umum mengenai program;

c. rekonsiliasi aset dan liabilitas yang diakui di laporan posisi


keuangan, setidaknya menunjukkan:
1) nilai kini liabilitas imbalan pasti per tanggal laporan
posisi keuangan yang seluruhnya tidak didanai;

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 213


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2) nilai kini (sebelum dikurangi nilai wajar aset program)


liabilitas imbalan pasti per tanggal laporan posisi
keuangan yang seluruhnya atau sebagian didanai;
3) nilai wajar setiap aset program per tanggal laporan
posisi keuangan;
4) nilai bersih keuntungan dan kerugian aktuarial yang
tidak diakui di laporan posisi keuangan;
5) biaya jasa lalu yang diakui di laporan posisi keuangan;

6) jumlah yang tidak diakui sebagai aset, karena


pembatasan;
7) nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan hak
penggantian yang diakui sebagai aset; dan
8) jumlah lain yang diakui dalam laporan posisi keuangan.

d. jumlah yang termasuk dalam nilai wajar aset program:

1) tiap kategori instrumen keuangan yang diterbitkan


oleh entitas; 2) properti atau aset lain yang digunakan
oleh entitas.
e. rekonsiliasi yang menunjukkan mutasi nilai bersih
liabilitas (aset) selama suatu periode di laporan posisi
keuangan;
f. total beban yang diakui di laporan laba rugi
komprehensif untuk setiap hal berikut dan jumlah yang
dilaporkan dalam laporan laba rugi yang didalamnya
terdapat:
1) biaya jasa kini;

2) biaya bunga;

214 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3) hasil yang diharapkan dari aset program;

4) hasil yang diharapkan dari hak penggantian yang


diakui sebagai aset;
5) keuntungan dan kerugian aktuarial;

6) biaya jasa lalu;

7) dampak dari adanya kurtailmen atau penyelesaian.

g. hasil aktual dari aset program, sama baiknya dengan hasil


aktual atas hak penggantian yang diakui sebagai aset;
h. asumsi aktuarial utama yang digunakan per tanggal laporan
posisi keuangan, termasuk, jika dapat diterapkan:
1) tingkat diskonto;

2) tingkat hasil yang diharapkan dari setiap aset program


untuk periode-periode penyajian laporan keuangan;
3) tingkat hasil yang diharapkan dari hak penggantian
yang diakui sebagai aset untuk periode yang di sajikan
dalam laporan keuangan;
4) tingkat kenaikan gaji yang diharapkan (dan perubahan
dari indeks atau variabel lain yang dirinci dalam
ketentuan formal atau konstruktif sebuah program
sebagai dasar dari kenaikan imbalan di masa
mendatang);
5) tingkat tren biaya kesehatan; dan

6) asumsi aktuarial material lainnya yang dipergunakan;

7) setiap asumsi aktuarial dalam angka absolut (sebagai


contoh dalam persentase absolut) dan tidak hanya

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 215


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

sebagai selisih persentasepersentase atau variabel-


variabel lainnya.
4. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal Db. Beban


imbalan kerja
Kr. Liabilitas imbalan jangka panjang

2. Pada saat penyelesaian


Db. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek
Kr. Kas dan setara kas

216 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Provisi

Definisi

4.162. Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya


belum pasti.

4.163. Provisi adalah liabilitas entitas yang jumlah dan


waktunya belum pasti serta dibentuk untuk estimasi pengeluaran
dalam jangka pendek (diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu satu siklus normal operasi entitas atau jatuh tempo
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan).

4.164. Provisi jangka panjang adalah liabilitas entitas yang


jumlah dan waktunya belum pasti yang dibentuk untuk estimasi
pengeluaran dalam jangka panjang (diperkirakan akan
diselesaikan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus normal
operasi entitas atau jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan dari tanggal laporan posisi keuangan).

4.165. Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul


dari:
1. suatu kontrak (secara eksplisit atau
implisit); 2. peraturan perundang-
undangan; atau 3. pelaksanaan produk
hukum lainnya.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 217


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.166. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari


entitas yang dalam hal ini:
1. berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah
dipublikasi, atau pernyataan baru yang cukup spesifik, entitas
telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
2. akibatnya, entitas telah menciptakan ekspektasi valid
kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung
jawab tersebut.

Dasar Pengaturan

4.167. Dasar pengaturan untuk provisi antara lain adalah


PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi dan Aset Kontijensi
Penjelasan

4.168. Provisi jangka pendek diakui sebagai liabilitas


(dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal) karena provisi tersebut
merupakan kewajiban kini dan kemungkinan besar (probable)
mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan
kewajiban tersebut, dimana penyelesaian kewajiban tersebut akan
dilakukan dalam jangka pendek.

4.169. Penyelesaian liabilitas dalam jangka pendek apabila:


1. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu satu
siklus normal operasi entitas; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari
tanggal laporan posisi keuangan.

218 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.170. Penyelesaian liabilitas dalam jangka panjang terjadi


apabila:
1. diperkirakan akan diselesaikan lebih dari jangka waktu satu
siklus normal operasi entitas; atau
2. jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan dari tanggal laporan posisi keuangan.

4.171. Liabilitas kontijensi tidak diakui sebagai liabilitas dalam


laporan posisi keuangan karena liabilitas kontijensi tersebut
merupakan salah satu dari berikut ini:
1. kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas
memiliki kewajiban kini yang akan menimbulkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; atau
2. kewajiban kini yang tidak memenuhi kriteria pengakuan
(karena tidak besar kemungkinannya (not probable) bahwa
penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya atau yang mengandung manfaat ekonomi karena
estimasi memadai yang andal mengenai jumlah kewajiban
tidak dapat dibuat).

4.172. Kewajiban kini, dalam peristiwa yang jarang terjadi,


tidak dapat ditentukan secara jelas apakah terdapat kewajiban kini.
Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap menimbulkan
kewajiban kini jika, setelah mempertimbangkan semua bukti
tersedia, terdapat kemungkinan lebih besar daripada tidak terjadi
bahwa kewajiban kini muncul pada akhir periode pelaporan.
4.173. Peristiwa masa lalu yang menimbulkan kewajiban
kini disebut peristiwa mengikat. Dalam peristiwa mengikat, entitas

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 219


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

tidak mempunyai alternatif realistis selain kewajiban yang timbul


dari persitiwa tersebut. Ini akan terjadi hanya jika:
1. penyelesaian kewajiban dipaksakan oleh hukum; atau
2. dalam kasus kewajiban konstruktif, suatu peristiwa
(mungkin berupa tidakan entitas) menciptakan ekspektasi yang
valid pada pihak lain bahwa entitas akan bertangung jawab
terhadap kewajiban tersebut.

4.174. Suatu peristiwa tidak segera menimbulkan


kewajiban konstruktif. Namun dikemudian hari peristiwa tersebut
dapat menimbulkan kewajiban kosntruktif karena peraturan
perundang-undangan atau tindakan entitas.

4.175. Arus keluar sumber daya atau terjadinya suatu


peristiwa dianggap sebagai suatu “kemungkinan besar” jika
kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut lebih besar daripada
kemungkinan tidak terjadinya.

4.176. Apabila tidak terdapat kemungkinan besar bahwa


kewajiban kini telah ada, maka entitas mengungkapkan kewajiban
kontijensi. Pengungkapan tersebut tidak perlu dilakukan jika arus
keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
kemungkinannya kecil.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

220 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.177. Provisi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut


dipenuhi:
1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum
maupun bersifat konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa
lalu;
2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung
manfaat ekonomi; dan 3. estimasi yang andal mengenai
jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

4.178. Provisi diakui sebesar peritungan hasil estimasi


terbaik.

4.179. Provisi harus ditelaah pada setiap akhir periode


pelaporan dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik
yang paling kini. Jika arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban kemungkinan tidak terjadi, maka provisi
tersebut dibatalkan.
4.180. Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran
yang berhubungan langsung dengan tujuan pembentukan provisi.

4.181. Provisi jangka panjang pengukurannya


menggunakan present value, selama masa atau berlalunya waktu
akan diakui sebagai beban bunga.

Penyajian

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 221


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.182. Provisi jangka pendek disajikan dalam kelompok


liabilitas jangka pendek, sedangkan provisi jangka panjang
disajikan dalam kelompok liabilitas jangka panjang.

Pengungkapan

4.183. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
2. provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan,
termasuk peningkatan jumlah provisi yang ada;
3. jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan
dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan;
4. jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama
periode bersangkutan; dan
5. peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam
nilai kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak
dari setiap perubahan tingkat diskonto.

4.184. Entitas juga harus mengungkapkan:


1. uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan
perkiraan saat arus keluar sumber daya ekonomi terjadi;
2. indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus
keluar tersebut. Jika diperlukan dalam rangka menyediakan
informasi yang memadai, maka entitas mengungkapkan
asumsi utama yang mendasari perkiraan peristiwa masa depan;
3. jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan
menyebutkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi
penggantian tersebut.

222 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan provisi jangka pendek


Db. Beban/pos yang terkait
Kr. Provisi jangka pendek

2. Pada saat penyelesaian Db. Provisi jangka pendek


Kr. Kas atau setara kas

3. Pada saat pengakuan provisi jangka panjang


Db. Beban yang terkait
Kr. Provisi jangka panjang

4. Pada akhir periode pelaporan


Db. Beban bunga
Kr. Provisi jangka panjang

5. Pada saat reklasifikasi menjadi provisi jangka pendek


Db. Provisi jangka panjang
Kr. Provisi jangka pendek

6. Pada saat penyelesaianDb. Provisi jangka pendek


Kr. Kas atau setara kas
Apabila terjadi selisih jumlah penyelesaian dengan jumlah
estimasi maka diakui sebagai penambah atau pengurang
beban periode berjalan.
Liabilitas Jangka Panjang Lain

Definisi

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 223


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.185. Liabilitas jangka panjang lain adalah liabilitas


jangka panjang yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
pos liabilitas jangka panjang yang ada dan tidak cukup material
untuk disajikan dalam pos tersendiri.

Dasar Pengaturan

4.186. Dasar pengaturan mengenai liabilitas jangka


panjang lain antara lain adalah PSAK 1: Penyajian Laporan
Keuangan

Penjelasan

4.187. Liabilitas jangka panjang lain dimaksudkan untuk


menampung liabilitas entitas yang tidak dapat digolongkan ke
dalam salah satu pos liabilitas jangka panjang yang ada dan tidak
cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri. Apabila
jumlahnya material, maka disajikan dalam pos tersendiri.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

4.188. Liabilitas jangka panjang lain diakui pada saat


terjadinya liabilitas sebesar nilai tunai sumber daya ekonomi yang
harus diserahkan kepada pihak lain untuk menyelesaikan liabilitas
tersebut.

4.189. Liabilitas jangka panjang lain berkurang pada saat


dilakukan pembayaran atau pelunasan.

224 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian

4.190. Liabilitas jangka panjang lain disajikan dalam


kelompok liabilitas jangka panjang.
Pengungkapan

4.191. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain yaitu: 1.


jumlah dan rincian liabilitas jangka panjang;
2. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat pengakuan awal Db. Beban/pos yang terkait


Kr. Liabilitas jangka panjang lain

2. Pada saat direklasifikasi menjadi liabilitas jangka pendek


Db. Liabilitas jangka panjang lain
Kr. Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo

3. Pada saat penyelesaian


Db. Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo
Kr. Kas dan setara kas

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 225


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

akuntansi ekuitas

Pengertian dan Karakteristik


4.192. Ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset
entitas setelah dikurangi semua liabilitas.

4.193. Bentuk kepemilikan dapat ditunjukkan dengan


bukti kepemilikanberupa saham atau bukti kepemilikan lainnya.

4.194. Meskipun ekuitas didefinisikan sebagai residual,


unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi pos-pos ekuitas.
Misalnya, dalam perseroan terbatas, setoran pemegang saham,
saldo laba, penyisihan saldo laba, dan penyisihan pemeliharaan
modal yang disajikan dalam pos-pos terpisah. Klasifikasi semacam
itu dapat menjadi relevan untuk pengambilan keputusan pengguna
laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan
pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap
kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan
ekuitas.

4.195. Pembentukan cadangan diharuskan oleh peraturan


perundangundangan yang berlaku untuk memberikan
perlindungan tambahan kepada entitas terhadap kerugian yang
terjadi. Pemindahan ke cadangan tersebut lebih merupakan
penyisihan saldo laba daripada beban. Eksistensi dan besarnya
cadangan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ini
merupakan informasi yang relevan untuk kebutuhan pengambilan
keputusan bagi para pengguna laporan keuangan.

226 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.196. Jumlah ekuitas yang disajikan dalam laporan posisi


keuangan bergantung pada pengukuran aset dan liabilitas. Ekuitas
entitas antara lain terdiri atas:
1. Modal disetor.
2. Tambahan modal disetor.
3. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali.
4. Pendapatan komprehensif lain.
5. Saldo laba.
6. Kepentingan nonpengendali.
Modal Disetor

Definisi

4.197. Modal dasar adalah seluruh nilai nominal saham


sesuai dengan Anggaran Dasar.

4.198. Modal disetor adalah modal yang telah efektif


diterima entitas dari pemilik sebesar nilai nominal saham.

Dasar Pengaturan

4.199. Dasar pengaturan mengenai modal disetor antara


lain:
1. Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
2. PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
3. PSAK 60 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 227


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.200. Modal disetor merupakan bagian dari modal


ditempatkan yang telah disetor penuh oleh pemilik.

4.201. Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:


1. jumlah uang yang diterima;
2. nilai wajar aset nonkas yang diterima.

4.202. Pengurangan modal disetor dicatat berdasarkan:


1. jumlah uang yang dibayarkan;
2. nilai wajar aset nonkas yang diserahkan.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.203. Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran


modal dari pemilik baik berupa dana kas maupun aset nonkas.
4.204. Penambahan modal disetor diukur dengan cara:
1. setoran modal berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima;
2. setoran modal berupa aset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar aset nonkas yang diterima;
3. pengurangan modal disetor dinilai sebesar:
a) kerugian yang disetujui sebagai pengurang modal disetor
oleh RUPS;
b) jumlah uang yang dibayarkan untuk penebusan atau
penarikan kembali kepada pemilik;
c) nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk penebusan
atau penarikan kembali kepada pemilik.

228 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Penyajian

4.205. Modal disetor disajikan dalam kelompok pos


ekuitas.

Pengungkapan

4.206. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal
yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham;
2. hak dan keistimewaan pemilik sebagai pemegang
saham; 3. perubahan atas modal yang ditanam dalam
tahun berjalan;
4. saham beredar yang diperoleh kembali.
5. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat penyetoran modal oleh pihak ketiga dalam bentuk


kas/bank sebesar nilai nominal:
Db. Kas dan setara kas
Kr. Modal disetor

2. Penyetoran modal dalam bentuk aset nonkas


Db. Aset yang diterima (nilai wajar)
Kr. Modal disetor

3. Pengurangan modal disetor akibat adanya kerugian


Db. Modal disetor
Kr. Saldo laba

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 229


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Tambahan Modal Disetor

Definisi

4.207. Tambahan modal disetor adalah selisih lebih dari


nilai nominal saham yang telah diterima entitas dari pemilik.

Dasar Pengaturan

4.208. Dasar pengaturan mengenai tambahan modal disetor


adalah:
1. Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
2. PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
3. PSAK 60 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Pengungkapan

Penjelasan

4.209. Tambahan modal disetor merupakan bagian dari


modal ditempatkan yang telah disetor penuh oleh pemilik.

4.210. Pos tambahan modal disetor terdiri dari berbagai


macam unsur penambah modal, agio saham, dan selisih perolehan
dari pelepasan saham treasuri.

4.211. Biaya-biaya terkait dengan penerbitan saham


merupakan pengurang agio saham.

4.212. Pos tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau


dikredit dengan pos laba rugi.

230 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

4.213. Tambahan modal disetor (agio saham) diakui pada


saat penerimaan setoran modal dari pihak ketiga baik berupa dana
kas maupun aset nonkas.

4.214. Tambahan modal disetor (agio saham) diakui


sebesar selisih antara jumlah yang diterima dan nilai nominal
saham.
Penyajian

4.215. Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok


pos ekuitas.

Pengungkapan

4.216. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. agio saham;
2. selisih perolehan dan pelepasan saham treasuri; dan
3. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

Db. Kas dan setara kas


Kr. Modal disetor
Kr. Tambahan modal disetor - agio saham

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 231


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Selisih Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

Definisi

4.217. Entitas sepengendali adalah entitas yang secara


langsung atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara),
mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah
pengendalian yang sama.

4.218. Kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah


kombinasi bisnis yang semua entitas atau bisnis yang bergabung,
pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama (baik sebelum
maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak
bersifat sementara.

4.219. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah


selisih antara harga pengalihan dan jumlah tercatat setiap transaksi
kombinasi bisnis entitas sepengendali.

Dasar Pengaturan

4.220. Dasar pengaturan untuk selisih kombinasi bisnis


entitas sepengendali antara lain adalah PSAK 38: Akuntansi
Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.

Penjelasan

4.221. Transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali


adalah transaksi pengalihan aset, liabilitas, saham atau bentuk

232 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

instrumen kepemilikan lainnya antara pihak-pihak (perorangan,


perseroan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung
atau tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara),
mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah
pengendalian yang sama.

4.222. Pengalihan aset, liabilitas atau instrumen


kepemilikan lainnya termasuk dalam kategori kombinasi bisnis
apabila yang dialihkan merupakan suatu bisnis.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.223. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas


sepengendali diakui pada saat terjadinya pengalihan aset, liabilitas
atau instrumen kepemilikan kepada atau dari entitas sepengendali.

4.224. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas


sepengendali diakui sebesar selisih antara harga pengalihan dengan
nilai buku setiap transaksi kombinasi bisnis antara entitas
sepengendali.

4.225. Saldo pos selisih nilai transaksi kombinasi bisnis


entitas sepengendali dapat berubah pada saat adanya transaksi
resiprokal antara entitas sepengendali yang sama.

Penyajian

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 233


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.226. Selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas


sepengendali disajikan sebagai pos tersendiri dalam kelompok
ekuitas.

Pengungkapan

4.227. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. nama dan penjelasan entitas atau bisnis yang berkombinasi
2. penjelasan hubungan kesepengendalian;
3. tanggal efektif transaksi;
4. operasi atau kegiatan bisnis yang dihentikan/dijual akibat
kombinasi bisnis;
5. kepemilikan entitas/bisnis yang ditransfer serta jenis dan
imbalan yang terjadi;
6. nilai tercatat bisnis yang terkombinasikan serta selisih antara
nilai tersebut dengan jumlah imbalan yang diberikan;
7. pengungkapan mengenai penyajian kembali laporan
keuangan;
8. pengungkapan lainnya.
Ilustrasi Jurnal

Db Aset yang diperoleh


Kr. Liabilitas yang diambil alih
Kr. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali
Kr. Kas dan setara kas

Db. Aset yang diperoleh


Db. Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali

234 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Liabilitas yang diambil alih


Kr. Kas dan setara kas

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 235


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pendapatan Komprehensif Lain

Definisi

4.228. Pendapatan komprehensif lain adalah pendapatan dan


beban termasuk penyesuaian reklasifikasi yang tidak diakui dalam
bagian laba rugi.

Dasar Pengaturan

4.229. Dasar pengaturan mengenai pendapatan komprehensif


lain antara lain:
1. PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing;
2. PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama;
3. PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi;
4. PSAK 24: Imbalan Kerja;
5. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

Penjelasan

4.230. Pendapatan komprehensif lain entitas terdiri dari:


1. selisih penilaian aset keuangan kategori AFS (investasi
jangka pendek dan investasi pada entitas lain);
2. selisih kurs penjabaran laporan keuangan dalam mata uang
asing;
3. keuntungan atau kerugian aktuarial dari program pensiun
imbalan
pasti;

236 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi


atau ventura bersama.

4.231. Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan


komprehensif lain di atas terdapat dalam bagian yang terkait.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.232. Pengakuan dan pengukuran setiap komponen


pendapatan komprehensif lain mengacu pada pengakuan dan
pengukuran pos-pos terkait.
Penyajian

4.233. Pendapatan komprehensif lain disajikan di


kelompok ekuitas.

Pengungkapan

4.234. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah


dan rincian pendapatan komprehensif lain.

Ilustrasi Jurnal

4.235. Ilustrasi jurnal mengacu pada ilustrasi jurnal pos-


pos terkait.

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 237


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Saldo Laba

Definisi

4.236. Saldo laba adalah laba bersih setelah pajak yang


belum didistribusikan yang terdiri dari cadangan umum, cadangan
tujuan, dan laba yang belum ditentukan penggunaannya.

Dasar Pengaturan

4.237. Dasar pengaturan untuk saldo laba antara lain:

1. Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas;
2. Anggaran dasar atau anggaran rumah tangga yang mengatur
pembagian laba.

Penjelasan

4.238. Pos saldo laba harus dinyatakan secara terpisah dari


pos modal disetor.

4.239. Saldo laba tahun lalu tidak boleh dibebani atau


dikredit dengan pospos yang seharusnya diperhitungkan pada laba
rugi tahun berjalan, misalnya tantiem dan bonus.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

238 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.240. Laba atau rugi periode berjalan diklasifikasikan ke


saldo laba pada akhir periode pelaporan.

4.241. Dividen diakui sebagai pengurang saldo laba.

Penyajian

4.242. Saldo laba disajikan sebagai pos tersendiri dalam


kelompok ekuitas.
Pengungkapan

4.243. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. penjelasan jenis, tujuan, jumlah, untuk setiap
alokasi saldo laba;
2. dasar pelaksanaan pendistribusian saldo laba; 3.
pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba


Db. Ikhtisar laba rugi
Kr. Saldo laba

2. Pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba


Db. Saldo rugi
Kr. Ikhtisar laba rugi

3 Pada saat alokasi saldo laba


a) Pada saat diumumkan

Db. Saldo laba

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 239


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Kr. Cadangan umum


Kr. Utang dividen
b) Pada saat dibayar

Db. Utang dividen


Kr. Kas dan setara kas
Kepentingan Nonpengendali

Definisi

4.244. Kepentingan nonpengendali adalah ekuitas entitas anak


yang tidak dapat diatribusikan secara langsung atau tidak langsung
pada entitas induk.

Dasar Pengaturan

4.245. Dasar pengaturan mengenai kepentingan nonpengendali


antara lain:
1. PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri;
3. PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis;

Penjelasan

4.246. Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas


dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari ekuitas
pemilik entitas induk.

240 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4.247. Kepentingan nonpengendali timbul dalam laporan


keuangan konsolidasian.

4.248. Kepentingan nonpengendali atas aset neto entitas


anak terdiri dari:
1. jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi
awal;
2. bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas
sejak tanggal kombinasi bisnis tersebut.

4.249. Saat kombinasi bisnis, kepentingan nonpengendali


diukur berdasarkan nilai wajar atau proporsi aset neto.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

4.250. Kepentingan nonpengendali diakui pada saat


kombinasi bisnis sebesar nilai wajar atau proporsi aset neto serta
perubahan ekuitas sejak tanggal kombinasi bisnis.
Penyajian

4.251. Kepentingan nonpengendali disajikan di ekuitas


terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.

Pengungkapan

4.252. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi
awal;

Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas 241


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas


sejak tanggal kombinasi bisnis.
3. nilai kepentingan nonpengendali untuk masing-masing entitas
anak;
4. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

Db. Aset yang terkait


Kr. Liabilitas yang terkait
Kr. Investasi pada entitas anak
Kr. Kepentingan nonpengendali

242 Bab IV: Akuntansi Liabilitas dan Ekuitas


Bab V LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF

pengertian
5.1. Laporan laba rugi komprehensif disajikan secara
berjenjang. Laporan laba rugi komprehensif yang disajikan secara
berjenjang menyajikan beban berdasarkan fungsinya sebagai harga
pokok penjualan, beban kegiatan usaha, dan beban kegiatan bukan
usaha. Penyajian dengan metode ini memberikan informasi yang
lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan. Namun
demikian, di sisi lain alokasi biaya ke masing-masing fungsi
merupakan proses arbitrase dan membutuhkan banyak
pertimbangan.

5.2. Pedoman ini mensyaratkan entitas untuk menyajikan


laporan laba rugi komprehensif dalam satu bentuk laporan.

penghasilan
5.3. Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset
atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi pemilik.

5.4. Penghasilan meliputi:

1. pendapatan yaitu penghasilan yang timbul dari pelaksanaan


aktivitas entitas yang biasa, seperti: penghasilan dari penjualan
tanaman perkebunan; dan
2. keuntungan yang merupakan pos lainnya yang memenuhi
definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 243


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

timbul dalam pelaksaan aktivitas entitas yang biasa, seperti


keuntungan penjualan aset tetap.
5.5. Penghasilan juga mencakup keuntungan yang belum
direalisasi, seperti keuntungan dari penilaian aset keuangan dalam
kategori FVTPL.

5.6. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif


jika kenaikan manfaat ekonomi di masa datang yang berkaitan
dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti bahwa pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset
atau penurunan liabilitas.

244 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pendapatan Usaha

Definisi

5.7. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh dari


aktivitas yang disebutkan dalam anggaran dasar.

Dasar Pengaturan

5.8. Dasar pengaturan pendapatan usaha antara lain adalah


PSAK 23:
Pendapatan

Penjelasan

5.9. Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berkaitan


langsung dengan produk utama entitas dan produk turunannya, atau
pendapatan yang berkaitan langsung dengan aktivitas perkebunan
sebagaimana yang disebutkan dalam anggaran dasar.

5.10. Produk utama, antara lain terdiri dari: komoditi


kelapa sawit, karet, teh, tebu, tembakau, kakao, kopi, dan kina.

5.11. Produk turunan adalah produk turunan dari produk


utama, antara lain, produk turunan dari komoditi kelapa sawit,
karet, teh, tebu, tembakau, kakao, kopi, dan kina.

5.12. Apabila terjadi perubahan anggaran dasar entitas


yang mencakup juga aktivitas di luar bidang perkebunan, maka
pendapatan usaha dapat meliputi pendapatan yang berasal dari

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 245


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

aktivitas nonperkebunan atau turunannya. Misalnya, pendapatan


dari aktivitas di bidang properti, kawasan industri, atau
pertambangan.

5.13. Penjualan ekspor adalah penjualan yang didukung


oleh dokumen ekspor.

5.14. Penjualan lokal adalah penjualan selain penjualan


ekspor.
Penjualan Barang

5.15. Penjualan barang dapat dilakukan sebagai berikut:


1. FOB shipping point yaitu penjualan diakui pada saat entitas
menyerahkan barang yang dijual kepada perusahaan
pengiriman; atau
2. FOB destination yaitu penjualan diakui pada saat barang
diterima pembeli.

5.16. Syarat-syarat pengakuan penjualan barang yaitu:


1. adanya pemindahan manfaat dan risiko kepemilikan atas barang
kepada pembeli dan penjual tidak mengendalikan barang tersebut;
2. besar kemungkinan adanya aliran manfaat ekonomi ke penjual;
dan
3. pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal.

5.17. Pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan barang terjadi


saat:
1. bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik
atau pemindahan penguasaan atas barang; atau

246 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau


pemindahan penguasaan atas barang.

5.18. Jika entitas menahan risiko signifikan atas


kepemilikan barang, maka tidak terjadi suatu penjualan dan
pendapatan tidak diakui. Misalnya, penerimaan pendapatan dari
suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang
bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan.

5.19. Jika entitas menahan risiko tidak signifikan atas


kepemilikan barang, maka terjadi penjualan dan pendapatan diakui.
Misalnya, entitas menahan hak milik atas barang semata-mata
untuk melindungi kolektibilitas dari jumlah yang jatuh tempo.

Penjualan Jasa

5.20. Persyaratan pengakuan penjualan jasa meliputi:


1. tingkat penyelesaian dapat diukur secara andal;
2. besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh; dan
3. pendapatan dan biaya dapat diukur secara andal.

5.21. Jika hasil transaksi penjualan jasa tidak dapat


diestimasi dengan andal, maka pendapatan yang diakui hanya yang
berkaitan dengan biaya yang telah diakui yang dapat diperoleh
kembali.
5.22. Namun, jika kecil kemungkinan biaya tersebut dapat
diperoleh kembali, maka pendapatan tidak diakui dan biaya
tersebut diakui sebagai beban.

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 247


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Aliran Manfaat Ekonomi

5.23. Pendapatan usaha diakui jika besar kemungkinan


manfaat ekonomi dari transaksi penjualan akan mengalir ke entitas.

5.24. Kadang-kadang kemungkinan hal tersebut terjadi


sangat kecil sampai imbalan diterima atau ketidakpastian
dihilangkan.

Keandalan Pengukuran Pendapatan dan Biaya

5.25. Pendapatan dan beban diakui secara bersamaan


(matching revenue and expense).

5.26. Beban biasanya dapat diukur dengan andal jika


kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat
dipenuhi.

5.27. Pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang


berkaitan tidak dapat diukur dengan andal.

Penjualan Ekspor

5.28. Dalam hal penjualan ekspor maka dicatat


berdasarkan kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

Pembayaran secara Tangguhan

5.29. Penjualan dengan pembayaran secara tangguhan


diukur sebesar nilai kininya. Selisih antara harga jual dan nilai kini

248 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

merupakan pendapatan bunga yang diakui secara bertahap sampai


dengan jatuh tempo pembayaran.
Agen atau Prinsipal

5.30. Dalam hal terdapat kerjasama antara entitas dan


entitas lain, entitas dapat bertindak sebagai prinsipal atau agen
secara substansi. Entitas bertindak sebagai prinsipal jika
menanggung dampak manfaat dan risiko signifikan atas penjualan
barang atau jasa. Sebaliknya jika tidak menanggung dampak
manfaat dan risiko signifikan, maka entitas bertindak sebagai agen.

5.31. Kriteria entitas bertindak sebagai prinsipal antara


lain:
1. adanya tanggung jawab utama dalam penyediaan barang
atau jasa;
2. adanya kebebasan dalam menentukan harga;
3. adanya kewajiban menanggung risiko persediaan; 4.
adanya kewajiban menanggung risiko kredit.

5.32. Contoh kriteria entitas bertindak sebagai agen yaitu


jika imbalan yang diterima telah ditetapkan sebelumnya (imbalan
tetap per transaksi atau presentase tertentu dari jumlah tagihan).

5.33. Entitas harus mengidentifikasi untuk setiap transaksi


apakah bertindak sebagai agen atau prinsipal. Apabila entitas
bertindak sebagai prinsipal, maka entitas mengakui pendapatan
dengan basis bruto (gross). Sebaliknya, apabila entitas bertindak
sebagai agen, maka entitas mengakui pendapatan dengan basis neto
(net).

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 249


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

Penjualan barang

5.34. Penjualan barang diakui pada saat terjadinya


pengalihan hak atas barang yang dijual tersebut sesuai dengan
perjanjian yaitu sebagai berikut:
1. FOB shipping point pada saat barang diserahkan kepada
perusahaan pengiriman;
2. FOB destination pada saat barang diterima oleh pembeli.

5.35. Penjualan diukur sebesar jumlah tagihan dikurangi


diskon, pengembalian, dan kewajiban lain yang harus dipenuhi di
masa mendatang sehubungan dengan penjualan barang tersebut.
5.36. Penjualan produk sampingan diakui secara terpisah
dan tidak diperkenankan untuk mengurangi beban pokok penjualan
produk utama.

5.37. Dalam hal penjualan dilakukan secara terpusat


melalui entitas lain, maka pengakuan penjualan dilakukan sesuai
persyaratan pengakuan penjualan barang Penjualan jasa

5.38. Penjualan jasa diakui pada saat penyelesaian


pemberian jasa sebesar jumlah yang setara dengan penyelesaian
pekerjaan.

Penyajian

250 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.39. Pendapatan usaha disajikan secara neto setelah


diskon, pengembalian, dan sebagainya dalam laporan laba rugi
komprehensif.

5.40. Pendapatan usaha disajikan sebagai pos tersendiri


dalam laporan laba rugi komprehensif yang dibagi menjadi: 1.
penjualan ekspor;
2. penjualan lokal.

Pengungkapan

5.41. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan
pendapatan dan metode dalam menentukan tingkat
penyelesaian transaksi penjualan jasa;
2. rincian penjualan berdasarkan jenis, jumlah, dan pasar;
3. jumlah penjualan secara bruto dan pos-pos pengurang;
4. penjelasan penjualan yang dilakukan melalui pemasaran
bersama dengan
entitas lain;
5. penjualan dengan pihak-pihak berelasi; 6. pengungkapan
lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Saat pengakuan awal


a. Penjualan lokal

Db. Piutang usaha

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 251


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Penjualan lokal –


diskon Kr. Penjualan lokal

b. Penjualan ekspor

Db. Piutang usaha


Db. Penjualan ekspor – diskon
Kr. Penjualan ekspor

Db. Uang muka penjualan


Db. Penjualan lokal – diskon
Kr. Penjualan lokal

2. Saat penerimaan barang yang dikembalikan


a. Penjualan lokal

Db. Penjualan lokal – pengembalian


barang Kr. Piutang usaha

b. Penjualan ekspor

Db. Penjualan ekspor – pengembalian barang


Kr. Piutang usaha

3. Saat penyelesaian/pelunasan
a. Penjualan lokal

Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang usaha

b. Penjualan ekspor

Db. Kas dan setara kas


Kr. Piutang usaha

252 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Dapat terjadi keuntungan atau kerugian selisih kurs valas.


Pendapatan Nonusaha

Definisi

5.42. Pendapatan nonusaha adalah semua jenis


pendapatan entitas yang berasal dari aktivitas pendukung atau
bukan aktivitas utama entitas, baik pendapatan lain dan
keuntungan, termasuk pendapatan bunga dari transaksi
pembayaran ditangguhkan.

Dasar Pengaturan

5.43. Dasar pengaturan pendapatan nonusaha antara lain:


1. PSAK 23 : Pendapatan
2. PSAK 30: Sewa
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran

Penjelasan

5.44. Pendapatan nonusaha berasal dari kegiatan di luar


aktivitas entitas yang disebutkan dalam anggaran dasar.

5.45. Pendapatan nonusaha terdiri dari: 1. pendapatan


selain pendapatan usaha; 2. keuntungan.

5.46. Pendapatan selain pendapatan usaha terdiri dari:


1. pendapatan sewa;
2. pendapatan jasa giro;

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 253


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. pendapatan bunga deposito;


4. pendapatan investasi;
5. penjualan nonkomoditi utama; 6. penjualan produk
sampingan.

5.47. Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diperoleh


penyewaan aset tetap, bangunan atau tanah (properti investasi)
yang diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

5.48. Pendapatan jasa giro adalah pendapatan yang


diperoleh dari simpanan dana rekening giro.
5.49. Pendapatan bunga deposito adalah pendapatan yang
diperoleh dari dana deposito.

5.50. Pendapatan investasi adalah pendapatan yang


diperoleh dari kegiatan investasi dalam instrumen keuangan,
misalnya obligasi atau saham, seperti pendapatan bunga dan
dividen.

5.51. Keuntungan antara lain terdiri dari:


1. keuntungan penjualan aset tetap;
2. keuntungan penjualan investasi jangka pendek;
3. keuntungan selisih kurs mata uang asing.

5.52. Keuntungan lainnya dapat terjadi untuk


transaksi-transaksi yang tidak disebutkan di atas.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

254 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.53. Pendapatan nonusaha dari penjualan aset diakui


pada saat telah terjadi pengalihan risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset tersebut sebesar hasil neto setelah dikurangi
jumlah tercatat aset dan biaya untuk menjual.

5.54. Pendapatan nonusaha dari penjualan jasa diakui


pada saat jumlah penjualan diestimasi secara andal sebesar tingkat
penyelesaian.

5.55. Pendapatan bunga diakui menggunakan metode


suku bunga efektif.

5.56. Pendapatan dividen diakui jika hak pemegang


saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

5.57. Pendapatan sewa operasi diakui dengan dasar akrual


sesuai dengan substansi perjanjiannya.

Penyajian

5.58. Pendapatan nonusaha disajikan secara neto dalam


laporan laba rugi komprehensif.
Pengungkapan

5.59. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain rincian


jenis dan jumlah pendapatan nonusaha.

Ilustrasi Jurnal

1. Pendapatan nonusaha
a. Pada saat pengakuan

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 255


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan nonusaha

b. Pada saat akhir periode

Db. Pendapatan yang masih akan


diterima Kr. Pendapatan nonusaha

c. Pada saat penerimaan (pada periode berikutnya)

Db. Kas dan setara kas


Kr. Pendapatan yang masih akan diterima

2. Keuntungan
Db. Kas dan setara kas
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Kr. Aset tetap
Kr. Keuntungan penjualan aset tetap
beban
5.60. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
pemilik.

5.61. Beban meliputi:


1. beban yang timbul dalam aktivitas entitas yang biasa,
misalnya beban usaha;
2. kerugian yang merupakan pos lainnya yang memenuhi
definisi beban dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam

256 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

pelaksanaan entitas yang biasa, misalnya kerugian pelepasan


aset tetap.

5.62. Beban juga mencakup kerugian yang belum


direalisasi, seperti kerugian yang berasal dari penilaian aset
keuangan dalam kategori FVTPL.

5.63. Kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi


komprehensif biasanya disajikan secara terpisah dan disajikan
dalam jumlah neto.

5.64. Beban diakui dalam laporan laba rugi komprehensif


jika penurunan manfaat ekonomi di masa datang yang berkaitan
dengan penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti pengakuan beban terjadi
bersamaan dengan kenaikan liabilitas atau penurunan aset.

5.65. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi


komprehensif jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat
ekonomi masa datang atau jika sepanjang manfaat ekonomi masa
datang tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat,
untuk diakui sebagai aset.

5.66. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi


komprehensif pada saat timbul liabilitas tanpa adanya pengakuan
aset.
Beban Pokok Penjualan

Definisi

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 257


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.67. Beban pokok penjualan adalah biaya suatu produk


yang dijual.

5.68. Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi


suatu produk yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi.

5.69. Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan yang


menjadi bagian yang menyatu dari suatu produk jadi dan
jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.

5.70. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga


kerja yang terlibat langsung dalam mengubah bahan menjadi
produk jadi dan jumlahnya signifikan dari total biaya produksi.

5.71. Biaya overhead produksi adalah biaya selain biaya


bahan langsung atau biaya tenaga kerja langsung yang terjadi
dalam proses produksi suatu produk.

Dasar Pengaturan

5.72. Dasar pengaturan beban pokok penjualan antara lain


adalah PSAK 14: Persediaan.

Penjelasan

5.73. Biaya dapat dibagi menjadi:


1. biaya produksi atau manufakturing (product
cost); 2. biaya periode atau nonmanufakturing
(period cost).

258 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.74. Biaya produksi terdiri dari:


1. Biaya langsung yaitu:
a. biaya bahan baku langsung
1) biaya persediaan hasil perkebunan yang ditransfer ke
proses produksi selanjutnya (jika bahan baku berasal
dari internal entitas), atau biaya perolehan bahan baku
(jika bahan baku bukan berasal dari internal entitas);
2) biaya bahan baku langsung lainnya atau bahan baku
langsung di luar persediaan yang ditransfer atau bahan
baku yang diperoleh.
b. biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang
langsung berhubungan dengan proses konversi bahan
baku menjadi produk yang siap dijual;

2. Biaya overhead produksi yaitu:


a. biaya overhead produksi merupakan biaya overhead
yang terjadi dalam unit atau bagian yang terlibat langsung
dalam proses produksi, misalnya overhead produksi di
unit/pabrik;
b. biaya overhead produksi terdiri dari biaya overhead
produksi tetap dan biaya overhead produksi variabel, serta
dialokasikan secara sistematis ke persediaan;
c. biaya overhead produksi tetap adalah biaya overhead
yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume
produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan
pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik;

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 259


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

d. biaya overhead produksi variabel adalah biaya yang


berubah secara langsung mengikuti perubahan volume
produksi, seperti bahan tidak langsung dan upah tidak
langsung;
e. dalam mengalokasikan biaya overhead produksi tetap
ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas normal
fasilitas produksi;
f. kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang
diperkirakan akan tercapai selama suatu periode atau
musim dalam keadaan normal, dengan memperhitungkan
hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana.
Tingkat produksi aktual dapat digunakan bila mendekati
kapasitas normal;
g. pembebanan biaya overhead produksi tetap pada setiap unit
produk tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya
produksi atau tidak terpakainya kapasitas pabrik. Biaya
overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada
periode terjadinya. Dalam periode produksi luar biasa
tinggi, biaya overhead yang dialokasikan pada unit produk
diturunkan, agar persediaan tidak dinilai di atas biaya;
h. biaya overhead produksi variabel dialokasikan pada unit
produk atas dasar penggunaan fasilitas produksi yang
sebenarnya.
5.75. Biaya produksi terkait secara langsung dengan
pengaturan mengenai aset tanaman untuk menentukan beban
penyusutan aset tanaman semusim dan tahunan yang akan diubah
menjadi biaya perolehan persediaan.

260 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.76. Biaya produksi terkait persediaan akan digunakan


untuk menentukan biaya persediaan yang akan siap dijual atau
digunakan.

5.77. Apabila biaya produksi merupakan biaya produksi


untuk menghasilkan lebih dari satu produk, maka biaya produksi
tersebut harus dibebankan kepada masing-masing produk dengan
menggunakan metoda alokasi biaya sesuai kebijakan masing-
masing entitas.

5.78. Beban pokok penjualan merupakan biaya


produksi untuk produk yang dijual dan dihitung secara perpetual
(perpetual system) atau periodik (periodic system).

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

5.79. Dalam sistem perpetual, beban pokok penjualan


diakui pada saat terjadi penjualan sebesar nilai persediaan yang
dijual.

5.80. Dalam sistem periodik, beban pokok penjualan


diakui pada secara periodik sebesar selisih antara nilai persediaan
awal dan penambahan persediaan selama periode berjalan
dikurangi nilai persediaan akhir.

Penyajian

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 261


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.81. Beban pokok penjualan disajikan sebagai pos


tersendiri dalam laporan laba rugi komprehensif.

Pengungkapan

5.82. Hal-hal yang harus diungkapkan entitas antara lain:


1. jumlah beban pokok penjualan untuk penjualan lokal dan
ekspor;
2. sistem pencatatan beban pokok penjualan yang digunakan
(perpetual atau periodik);
3. rumus biaya persediaan yang digunakan;
4. metode alokasi biaya untuk joint cost; 5. pengungkapan
lainnya.
Ilustrasi Jurnal

1. Sistem perpetual
a. Pada saat penjualan

Db. Kas dan setara kas/piutang


usaha Kr. Penjualan
Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan

b. Pada saat akhir periode Tidak ada


jurnal

2. Sistem periodik
a. Pada saat penjualan

Db. Kas dan setara kas/piutang usaha


Kr. Penjualan

262 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b. Pada saat akhir periode

Db. Persediaan – akhir (sesuai perhitungan)


Db. Beban pokok penjualan
Kr. Persediaan (penambahan selama periode berjalan)
Kr. Persediaan – awal
Beban Usaha

Definisi

5.83. Beban usaha adalah beban yang berhubungan


dengan pelaksanaan usaha, tetapi tidak dapat dibebankan secara
langsung kepada produk atau jasa yang dijual.

Dasar Pengaturan

5.84. Dasar pengaturan beban usaha antara lain adalah


Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Penjelasan

5.85. Beban usaha terdiri dari:


1. beban penjualan;
2. beban umum dan administrasi.

5.86. Beban penjualan adalah beban yang timbul


terkait dengan aktivitaspenjualan produk, misalnya beban gudang
diluar unit produksi, pengiriman barang, promosi, marketing fee,
beban pemindahan produk ke pembeli dan sebagainya.

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 263


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.87. Beban umum dan administrasi adalah beban


yang timbulterkait dengan aktivitas dukungan dan tidak secara
langsung terkait dengan aktivitas produksi atau penjualan, misalnya
beban pegawai, beban pemeliharaan, beban penyusutan dan
amortisasi kantor pusat, beban asuransi diluar unit produksi, beban
sewa kecuali untuk kepentingan produksi, beban administrasi, dan
beban umum.

5.88. Beban umum dan administrasi kantor direksi/kantor


pusat dan unit usaha/kebun tidak dialokasikan ke aset
tanaman/produksi atau persediaan, tetapi langsung dibebankan
pada periode terjadinya.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

5.89. Beban usaha diakui pada saat terjadinya transaksi


atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya arus keluar sumber
daya ekonomis entitas.

5.90. Beban usaha diakui sebesar jumlah yang harus


diselesaikan.

Penyajian

5.91. Beban usaha disajikan sebagai pos terpisah dalam


laporan laba rugi komprehensif.

Pengungkapan

264 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.92. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain jumlah


dan rincian beban usaha.

Ilustrasi Jurnal

Db. Pos beban yang terkait


Kr. Kas dan setara kas/utang usaha/pos yang terkait
Beban Nonusaha

Definisi

5.93. Beban nonusaha adalah adalah beban yang tidak


berhubungan dengan pelaksanaan usaha atau beban aktivitas
pendukung atau bukan aktivitas utama, baik beban lainnya dan
kerugian.

Dasar Pengaturan

5.94. Dasar pengaturan beban nonusaha antara lain:


1. PSAK 10: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
2. PSAK 16: Aset Tetap
3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

Penjelasan

5.95. Beban nonusaha terdiri dari beban yang bukan


berasal dari aktivitas utama entitas dan kerugian lainnya, misalnya
beban administrasi bank dan beban bunga.

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 265


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.96. Contoh kerugian lainnya antara lain kerugian yang


timbul dari penjualan aset tetap dan investasi jangka pendek, selisih
kurs, dan sebagainya.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan pengukuran

5.97. Beban nonusaha dari penjualan aset diakui pada saat


telah terjadi pengalihan risiko dan manfaat atas kepemilikan aset
tersebut (true sale) sebesar jumlah tercatat aset dan biaya untuk
menjual setelah dikurangi hasil neto.

5.98. Kerugian selisih kurs diakui pada saat terjadinya.

Penyajian

5.99. Beban nonusaha disajikan sebagai pos tersendiri


dalam laporan laba rugi komprehensif.
Pengungkapan

5.100. Hal-hal yang harus diungkapkan anatara lain rincian


jenis dan jumlah beban nonusaha.

Ilustrasi Jurnal

1. Beban lain
a. Pada saat perolehan

Db. Beban nonusaha


Kr. Kas dan setara kas/beban yang masih harus dibayar

266 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b. Pada saat akhir periode

Db. Beban nonusaha


Kr. Beban yang masih harus dibayar

c. Pada saat pembayaran (pada periode berikutnya)

Db. Beban yang masih harus dibayar


Kr. Kas dan setara kas

2. Kerugian
Db. Kas dan setara kas
Db. Akumulasi penyusutan aset tetap
Db. Kerugian penjualan aset tetap
Kr. Aset tetap
Pajak Penghasilan

Definisi

5.101. Beban pajak penghasilan adalah jumlah beban pajak


kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan
laba atau rugi pada satu periode.

5.102. Beban pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan


terutang atas penghasilan kena pajak pada satu periode.

5.103. Beban pajak tangguhan adalah jumlah pajak


penghasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat
adanya perbedaan temporer kena pajak.

5.104. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan


yang setelah pelunasannya, liabilitas pajak telah selesai dan
penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 267


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak


penghasilan yang bersifat tidak final.

Dasar Pengaturan

5.105. Dasar pengaturan pajak penghasilan antara lain


adalah PSAK 46: Pajak Penghasilan.

Penjelasan

5.106. Beban pajak yang diakui di laporan laba rugi


komprehensif yaitu beban (penghasilan) pajak kini dan beban pajak
tangguhan.

5.107. Beban (penghasilan) pajak kini dihitung berdasarkan


laba fiskal dan bersifat sentralisasi, yaitu dihitung, disetor, dan
dilaporkan oleh kantor pusat.

5.108. Beban (penghasilan) pajak tangguhan dihitung


berdasarkan laba akuntansi, sehingga terdapat perbedaan temporer
kena pajak setelah dikurangkan dengan beban (penghasilan) pajak
kini.
Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

5.109. Beban (penghasilan) pajak kini diakui sebesar


penghasilan kena pajak dikalikan tarif pajak.

268 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

5.110. Penghasilan kena pajak adalah selisih antara laba


komersial ditambah koreksi fiskal positif dan dikurangi koreksi
fiskal negatif.

5.111. Beban (penghasilan) pajak tangguhan diakui untuk


semua perbedaan temporer kena pajak yang dapat mengakibatkan
penambahan dan pengurangan penghasilan kena pajak di masa
datang.

Penyajian

5.112. Beban (penghasilan) pajak kini disajikan pada


laporan laba rugi komprehensif dalam pos tersendiri.

5.113. Beban (penghasilan) pajak tangguhan disajikan pada


laporan laba rugi komprehensif dan terpisah dari beban pajak kini.

Pengungkapan

5.114. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


1. unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak;
2. jumlah pajak kini dan tangguhan yang berasal dari
transaksi-transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan
ke ekuitas;
3. penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak
dan laba akuntansi dengan cara berikut:
a. rekonsiliasi antara beban (penghasilan) pajak dengan
hasil kali laba akuntansi dan tarif pajak yang berlaku; atau

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 269


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b. rekonsiliasi antara tarif pajak efektif rata-rata sama


dengan beban (penghasilan) pajak dibagi laba akuntansi
dengan tarif pajak.
4. penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku
dan perbandingannya dengan tarif pada periode sebelumnya;
5. jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan
temporer dan sisa rugi kompensasi yang boleh/tidak boleh
diakui sebagai aset pajak tangguhan;
6. untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap
kelompok rugi yang dapat dikompensasikan ke tahun berikut:
a. jumlah aset dan kewajiban pajak tangguhan yang
diakui pada laporan posisi keuangan untuk setiap periode
penyajian;
b. jumlah beban/penghasilan pajak tangguhan yang diakui
pada laporan laba rugi komprehensif apabila jumlah
tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aset atau
kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi
keuangan;
7. untuk usaha yang dihentikan, beban pajak yang berasal dari:
a. keuntungan atau kerugian atas penghentian usaha;

b. laba (rugi) dari aktivitas normal usaha yang dihentikan


untuk periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode
akuntansi sebelumnya yang disajikan dalam laporan
keuangan.

Ilustrasi Jurnal

270 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. Pencatatan transaksi pada saat terjadi kenaikan pajak


penghasilan terutang pada periode mendatang sebagai akibat
adanya “perbedaan temporer“.
Db. Beban pajak kini
Db. Beban pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Liabilitas pajak tangguhan

2. Ketika aset pajak tangguhan dapat mencerminkan bahwa


sejumlah pajak penghasilan dapat diperoleh kembali sebagai
akibat adanya “perbedaan temporer yang boleh dikurangkan“
pada akhir periode pelaporan.
Db. Beban pajak kini
Db. Aset pajak tangguhan
Kr. Utang pajak penghasilan
Kr. Beban pajak tangguhan
Pendapatan Komprehensif Lain

Definisi

5.115. Pendapatan komprehensif lain adalah pendapatan


dan beban termasuk penyesuaian reklasifikasi yang tidak diakui
dalam bagian laba rugi.

Dasar Pengaturan

5.116. Dasar pengaturan pendapatan komprehensif lain


antara lain:
1. PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 271


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

2. PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama


3. PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi
4. PSAK 24: Imbalan Kerja
5. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

Penjelasan

5.117. Pendapatan komprehensif lain terdiri dari:


1. selisih penilaian aset keuangan dalam kategori AFS;
2. selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam
mata uang
asing;
3. keuntungan atau kerugian aktuarial dari program pasca
kerja imbalan
pasti;
4. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi/pengendalian bersama entitas.

Perlakuan Akuntansi

Pengakuan dan Pengukuran

5.118. Selisih penilaian aset keuangan dalam kategori AFS


mengacu pada perlakuan akuntansi perubahan nilai wajar Bab III
bagian Investasi Jangka Pendek dan Investasi pada Entitas Lain.

5.119. Bagian atas pendapatan komprehensif lain dari


asosiasi/pengendalian bersama entitas diakui sebesar porsi

272 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

kepemilikan terhadap pendapatan komprehensif lain entitas


asosiasi/pengendalian bersama entitas.
Penyajian

5.120. Pendapatan komprehensif lain disajikan dalam


laporan laba rugi komprehensif setelah laba tahun berjalan sebesar
neto setelah pajak terkait.

Pengungkapan

5.121. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain:


1. rincian pendapatan komprehensif lain;
2. jumlah pajak penghasilan terkait;
3. penyesuaian reklasifikasi terkait pendapatan komprehensif
lain;
4. pengungkapan lainnya.

Ilustrasi Jurnal

1. Selisih penilaian investasi aset keuangan dalam kategori


AFS
(Lihat contoh ilustrasi jurnal dalam Bab III bagian Investasi
Jangka Pendek dan Investasi pada Entitas Lain).

2. Bagian atas pendapatan komprehensif lain dari entitas


asosiasi dan ventura bersama
a. Jika bersaldo debit:

Db. Bagian atas pendapatan komprehensif lain


Kr. Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama

Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif 273


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

b. Jika bersaldo kredit:

Db. Investasi entitas asosiasi/ventura bersama


Kr. Bagian atas pendapatan komprehensif lain

274 Bab V: Laporan Laba Rugi Komprehensif


Bab VI PERUBAHAN EKUITAS

pengertian
6.1. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang
menunjukkan perubahan ekuitas entitas yang menggambarkan
peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan selama
periode pelaporan.

dasar pengaturan
6.2. Dasar pengaturan laporan perubahan ekuitas antara lain
adalah PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

penjelasan
6.3. Entitas menyusun laporan perubahan ekuitas, dimana divisi
atau unit tidak perlu menyusun laporan perubahan ekuitas.

6.4. Perubahan ekuitas entitas antara awal dan akhir periode


pelaporan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto
atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.

6.5. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang


berasal dari transaksi dengan pemegang saham (transaksi ekuitas)
seperti setoran modal, menggambarkan jumlah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari kegiatan entitas selama periode yang
bersangkutan.

275
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

6.6. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai


komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

1. total laba atau rugi komprehensif selama periode pelaporan,


terdiri dari laba rugi dan pendapatan komprehensif lain;

Bab VI: Perubahan Ekuitas


2. total penyesuaian atas pengaruh penerapan retrospektif atau
penyajian kembali retrospektif terhadap komponen ekuitas;

3. rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode


untuk setiap komponen ekuitas. Entitas secara terpisah harus
mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
a. laba rugi periode berjalan;

b. pendapatan komprehensif lain (selisih kurs karena


penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing,
selisih nilai wajar aset keuangan dalam kategori AFS,
bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi/ventura bersama dan keuntungan atau kerugian
aktuarial dari program imbalan pasti).
c. transaksi ekuitas, yaitu transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara
terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada
pemilik (misalnya penerbitan saham baru dan pembagian
dividen) dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak
yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

6.7. Pos-pos laporan perubahan ekuitas antara lain:


1. modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh;
2. tambahan modal disetor;
276
3. selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali;
4. selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam
mata uang asing;
5. selisih nilai wajar aset keuangan dalam kategori AFS;
6. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas
asosiasi/ventura bersama;
7. keuntungan atau kerugian aktuarial;
8. cadangan umum;
9. cadangan tujuan;
10. saldo laba yang belum ditetapkan penggunaannya.

Bab VI: Perubahan Ekuitas


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

6.8. Laporan perubahan ekuitas disajikan dalam bentuk tabel


matriks dengan ketentuan:
1. pada bagian baris mencerminkan gambaran transaksi mutasi
pos-pos
ekuitas;
2. pada bagian kolom dibagi berdasarkan jenis pos yang ada
dalam struktur ekuitas.

277
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Bab VI: Perubahan Ekuitas


Bab VI: Perubahan
Ekuitas
Bab VII LAPORAN ARUS KAS

pengertian
7.1. Informasi tentang arus kas berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas
dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan
penggunaan arus kas tersebut.

7.2. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para


pengguna laporan keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
kepastian perolehannya. Evaluasi tersebut untuk mengetahui
bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan kas dan setara
kas, serta kebutuhan kas dan setara kas untuk melaksanakan usaha,
melunasi liabilitas, dan membagikan dividen kepada pemegang
saham.

7.3. Laporan arus kas memberikan informasi historis mengenai


perubahan kas dan setara kas dengan mengklasifikasikan arus kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama
suatu periode akuntansi.

7.4. Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Pedoman ini


didefinisikan sebagai berikut:
a. laporan arus kas merupakan laporan yang
menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
278
selama periode tertentu yang dikelompokkan ke dalam
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
b. kas terdiri dari saldo kas dan rekening giro.
c. setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan.
d. arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara
kas.

Bab VI: Laporan Arus Kas

279
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

e. aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama


pendapatan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
f. aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset
jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara
kas.
g. aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman.

dasar pengaturan
7.5. Dasar pengaturan mengenai laporan arus kas antara lain
adalah PSAK 2: Laporan Arus Kas.

penjelasan
7.6. Entitas harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan
persyaratan dalam Pedoman ini dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan atau integral
dengan laporan keuangan untuk setiap periode sajian laporan
keuangan.

7.7. Pedoman ini mewajibkan semua entitas menyajikan laporan


arus kas dengan metode langsung (direct method).

7.8. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang


memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan
dalam aset neto, struktur keuangan, termasuk likuiditas dan
solvabilitas, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta

280 Bab VII: Laporan Arus Kas


waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan
peluang yang berubah.

7.9. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan


entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai kini arus kas masa depan dari berbagai
entitas.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

7.10. Informasi arus kas historis sering digunakan


sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa
depan. Selain itu, informasi arus kas historis juga berguna untuk
meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah
dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara
profitabilitas dan arus kas neto serta dampak perubahan harga.

7.11. Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi,


investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan
bisnis entitas. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi
yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk
menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan
entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut
dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara
ketiga aktivitas tersebut.

7.12. Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus


kas yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas.
Misalnya, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman
dan bunga, maka unsur bunga dapat diklasifikasikan sebagai
281
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

aktivitas operasi dan unsur pokok pinjaman diklasifikasikan


sebagai aktivitas pendanaan.

7.13. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi


merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi
entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi, membayar dividen, dan
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan
dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis,
bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus
kas operasi masa depan.

7.14. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh


dari aktivitas penghasil utama pendapatan. Oleh karena itu, arus
kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa
lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa
contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
1. penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
2. penerimaan kas dari pendapatan lain;
3. pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
4. pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
5. pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.

Bab VII: Laporan Arus Kas


7.15. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari
aktivitas investasi adalah penting karena arus kas tersebut
mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya

282 Bab VII: Laporan Arus Kas


yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah:
1. pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak
berwujud, dan aset tidak lancar lain, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang
dibangun sendiri;
2. penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak
berwujud, dan aset tidak lancar lain;
3. pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau
instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura
bersama;
4. penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan
instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura
bersama;
5. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;
6. penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman
yang diberikan kepada pihak lain.

7.16. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari


aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk
memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia
modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
pendanaan adalah:
1. penerimaan kas dari penerbitan saham;
2. pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau
menebus saham
entitas;

283
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3. penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, dan


pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain;
4. pelunasan pinjaman;
5. pembayaran kas untuk mengurangi saldo liabilitas yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.

7.17. Entitas diharuskan untuk melaporkan arus kas dari


aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode
ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus
kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak
langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok
utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat
diperoleh dengan cara antara lain:
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1. melalui catatan akuntansi; atau


2. menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-
pos lain dalam laporan laba rugi komprehensif untuk;
a. perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha
selama periode berjalan;
b. pos bukan kas lainnya; dan

c. pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan


pendanaan.

7.18. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan


menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.

7.19. Pada tanggal pelaporan, pos aset dan liabilitas


moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang

284 Bab VII: Laporan Arus Kas


rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal pelaporan. Sedangkan untuk pos nonmoneter harus
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.

7.20. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi


yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata uang asing bukan
merupakan arus kas. Namun demikian, pengaruh perubahan nilai
tukar atas kas dan setara kas dalam mata uang asing dilaporkan
dalam laporan arus kas untuk merekonsiliasikan saldo awal dan
akhir dari kas dan setara kas. Jumlah selisih kurs tersebut disajikan
terpisah dari arus kas aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan,
dan termasuk perbedaan, jika ada, seandainya arus kas tersebut
telah dilaporkan dengan nilai tukar pada akhir periode.

7.21. Pajak penghasilan dikenakan atas transaksi yang


menghasilkan arus kas yang diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi, investasi, atau pendanaan. Walaupun beban pajak
penghasilan dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan aktivitas
investasi atau pendanaan, namun arus kas yang bersangkutan sering
kali tidak mudah diidentifikasikan dan dapat terjadi dalam periode
yang berbeda dengan transaksi arus kas yang mendasarinya. Oleh
karena itu, pajak yang dibayarkan biasanya diklasifikasikan sebagai
arus kas dari aktivitas operasi. Namun demikian, jika arus kas pajak
tersebut dapat diidentifikasikan dengan transaksi individual yang
menimbulkan arus kas, maka arus kas tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan atau investasi, sesuai dengan jenis
aktivitas tersebut. Jika arus kas pajak dialokasikan pada lebih dari
satu jenis aktivitas, maka jumlah keseluruhan pajak yang dibayar
diungkapkan.

285
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Bab VII: Laporan Arus Kas


7.22. Untuk investasi pada entitas asosiasi atau ventura
bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, entitas
membatasi pelaporannya dalam laporan arus kas hanya pada arus
kas yang terjadi antara entitas dan entitas asosiasi/ventura bersama,
misalnya jumlah dividen dan uang muka yang diterima.

7.23. Arus kas dari pelaporan kepemilikan di entitas anak


yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian merupakan arus
kas pendanaan. Jika menyebabkan hilangnya pengendalian
merupakan arus kas investasi.

286 Bab VII: Laporan Arus Kas


Bab VIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

pengertian
8.1. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memuat penjelasan mengenai gambaran umum entitas,
ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan
dan informasi penting lainnya.

8.2. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara


sistematis. Setiap pos dalam laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas
harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan atas
laporan keuangan.

8.3. Catatan atas laporan keuangan harus menyajikan pernyataan


yang eksplisit bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK.
Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah
patuh terhadap SAK, kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh
terhadap semua yang disyaratkan dalam SAK.

8.4. Catatan atas laporan keuangan maupun pengungkapan


kebijakan akuntansi tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengungkapan atas perbaikan kebijakan akuntansi yang tidak
tepat.

8.5. Dalam Pedoman ini diatur hal-hal yang harus diungkapkan


mencakup, tetapi tidak terbatas, pada unsur-unsur yang diuraikan

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 287


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

dalam bagian ini. Secara umum, catatan atas laporan keuangan


mengungkapkan:
a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam SAK tetapi tidak
disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas;
c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar;
d. informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa
depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lain
pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan
yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah
tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya;
e. informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses entitas
dalam mengelola pemodalannya.

8.6. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan


dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Sedangkan untuk
pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci dan dijelaskan pada

288 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan


materialitasnya;

8.7. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa


pos sejenis dirinci dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam
catatan atas laporan keuangan.

8.8. Catatan atas laporan keuangan harus menunjukkan secara


terpisah jumlah dari setiap jenis transaksi dan saldo dengan pihak-
pihak berelasi. Ikhtisar terpisah tersebut diperlukan untuk piutang,
utang, penjualan atau pendapatan dan beban.

dasar pengaturan
8.9. Dasar pengaturan antara lain adalah PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan dan SAK lain.
penjelasan
8.10. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang
disajikan dalam laporan keuangan periode sebelumnya masih tetap
relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya,
rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil
akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya
dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali
pada periode berjalan. Pengguna laporan keuangan akan
memperoleh manfaat dari informasi adanya ketidakpastian pada
akhir periode pelaporan sebelumnya, dan langkah yang telah
dilakukan selama periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian
tersebut.

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 289


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

8.11. Peningkatkan daya banding informasi antar periode


membantu pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan
ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas trend informasi
keuangan untuk tujuan prediksi. Dalam beberapa keadaan,
reklasifikasi informasi komparatif tidak praktis untuk dilakukan
untuk periode tertentu sebelumnya untuk mencapai daya banding
dengan periode berjalan. Misalnya, entitas mungkin belum
mengumpulkan data dalam periode sebelumnya yang
memungkinkan untuk melakukan reklasifikasi, dan mungkin tidak
praktis untuk menyusun kembali informasi tersebut.

8.12. Rincian subklasifikasi bergantung pada ketentuan


SAK, serta ukuran dan fungsi jumlah yang terkait. Pertimbangkan
apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada
penilaian dari: a. sifat, likuiditas, fungsi dan aset;
b. jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.

8.13. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif


atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas dan laporan
perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti liabilitas
kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga
mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk
diungkapkan dalam SAK serta pengungkapan-pengungkapan lain
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar.

290 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

8.14. Entitas menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan


urutan sebagai berikut:
a. pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK;
b. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;
c. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam
laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas,
sesuai dengan urutan penyajian laporan dan penyajian masing-
masing pos; dan
d. pengungkapan lainnya.

8.15. Hal yang penting bagi entitas untuk


menginformasikan kepada pengguna laporan keuangan mengenai
dasar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan
(misalnya, biaya historis, biaya perolehan kini, nilai realisasi neto,
nilai wajar atau jumlah terpulihkan).

8.16. Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi


tertentu diungkapkan, manajemen mempertimbangkan apakah
pengungkapan tersebut akan membantu pengguna laporan
keuangan untuk memahami bagaimana transaksi, peristiwa lain dan
kondisi yang tercermin dalam laporan kinerja keuangan dan posisi
keuangan yang dilaporkan.

8.17. Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi,


manajemen membuat berbagai pertimbangan secara signifikan
dapat mempengaruhi jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 291


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

8.18. Entitas menyajikan pengungkapan sumber estimasi


ketidakpastian dalam suatu cara yang dapat membantu pengguna
laporan keuangan untuk memahami pertimbangan yang dibuat
manajemen tentang masa depan dan tentang sumber estimasi
ketidakpastian lain. Sifat dan luasnya informasi yang diberikan
bervariasi sesuai dengan sifat asumsi dan kondisi lainnya. Contoh
pengungkapan yang dibuat adalah:
a. sifat asumsi atau estimasi ketidakpastian lain;
b. sensitivitas jumlah tercatat terhadap metode, asumsi dan
estimasi yang mendasari penghitungan jumlah tercatat
tersebut, termasuk alasan atas sensitivitas tersebut;
c. penyelesaian yang diharapkan atas ketidakpastian dan
kisaran hasil yang mungkin selama periode pelaporan
berikutnya atas jumlah tercatat aset dan liabilitas yang
terpengaruh; dan
d. penjelasan tentang perubahan yang dilakukan terhadap
asumsi sebelumnya yang terkait dengan aset dan liabilitas
tersebut, jika ketidakpastian tetap belum dapat diselesaikan.

8.19. Untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan


pengguna laporan keuangan mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan
proses entitas dalam mengelola permodalannya entitas
mengungkapkan hal-hal berikut:
a. informasi kualitatif tentang tujuan, kebijakan, dan proses
entitas dalam mengelola permodalannya.
b. ringkasan data kuantitatif tentang apa yang dikelolanya
sebagai modal.

292 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

c. setiap perubahan di (a) dan (b) dari periode sebelumnya.

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 293


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

unsur-unsur

Kepatuhan terhadap SAK

8.20. Entitas membuat penyataan secara terpisah


mengenai kepatuhan terhadap SAK.

Gambaran Umum Entitas

8.21. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:


a. pendirian.
b. riwayat ringkas.
c. nomor dan tanggal akta pendirian serta perubahan
terakhir, pengesahan kementerian hukum dan hak asasi
manusia dan atau nomor dan tanggal berita negara yang
bersangkutan.
d. bidang usaha utama sesuai anggaran dasar dan kegiatan
utama pada periode pelaporan.
e. tempat kedudukan dan lokasi utama kegiatan usaha.
f. tanggal mulai beroperasi. apabila entitas melakukan ekspansi
atau penciutan usaha secara signifikan pada periode laporan
yang disajikan, harus disebutkan saat dimulainya ekspansi atau
penciutan usaha dan kapasitas usaha.
g. karyawan, direksi dan komisaris:
1) nama anggota direksi dan dewan komisaris;

2) jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah


karyawan selama periode yang bersangkutan.

294 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

h. struktur kepemilikan entitas dan entitas anak.


i. penjelasan hubungan kepemilikan antara entitas dan entitas
anak baik yang dimiliki secara langsung maupun tidak
langsung. Penjelasan tersebut mencakup hal-hal berikut:
1) nama entitas anak yang dimiliki;

2) tempat kedudukan entitas anak;

3) jenis usaha entitas anak;

4) tahun beroperasi entitas anak secara komersial;

5) persentase kepemilikan pada entitas anak; 6) total aset


entitas anak;
7) informasi penting lain:
j. penjelasan kerja sama usaha antara entitas dan entitas anak
dengan mitra usahanya. Penjelasan tersebut mencakup hal-
hal berikut:
1) nama mitra usaha;

2) jenis aktivitas yang tercakup dalam kerja sama usaha;

3) jangka waktu kerja sama usaha;

4) aset entitas/entitas anak dan mitra usaha yang digunakan


dalam kerja sama usaha;
5) persentase pembagian hasil;

6) informasi penting lain yang berkaitan dengan kerja sama


usaha.

Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

8.22. Dalam bagian ini harus diungkapkan hal-hal sebagai


berikut:

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 295


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a. Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan.


1) dasar pengukuran laporan keuangan.

2) dasar penyusunan laporan keuangan yaitu dasar akrual


kecuali untuk laporan arus kas.
3) kebijakan akuntansi tertentu.

b. Kebijakan akuntansi antara lain meliputi hal-hal berikut:


1) konsep dasar pengukuran laporan keuangan;

2) prinsip-prinsip konsolidasi;

3) transaksi dalam mata uang asing;

4) kas dan setara kas;

5) piutang dan penyisihan piutang;

6) persediaan;

7) aset tanaman semusim

8) aset tanaman tahunan

9) aset tetap dan penyusutan;

10) aset tidak berwujud

11) investasi pada aset keuangan, entitas asosiasi, dan ventura


bersama;
12) utang usaha;

13) pendapatan diterima dimuka;

14) pengakuan pendapatan;

15) pengakuan beban;

16) pajak penghasilan;

17) imbalan kerja;

18) sewa;

296 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

19) hibah pemerintah; 20) pos lainnya.

Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan

8.23. Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan disusun dengan


memperhatikan urutan penyajian laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas, serta informasi tambahan sesuai dengan ketentuan
pengungkapan pada setiap pos pada bagian yang terkait, ditambah
dengan pengungkapan: a. Kepentingan nonpengendali
Rincian bagian pemilik kepentingan nonpengendali atas aset neto
entitas anak untuk masing-masing entitas.
b. Bagian kepentingan nonpengendali
Rincian bagian kepentingan nonpengendali atas laba tahun
berjalan dan laba komprehensif entitas anak untuk masing-
masing entitas.
c. Transaksi pihak-pihak berelasi
1) Pihak-pihak berelasi dengan pemerintah

a) nama departemen atau instansi pemerintah dan sifat


hubungannya dengan entitas;
b) informasi tentang sifat dan jumlah transaksi yang secara
individual signifikan, dan transaksi lainnya yang secara
kolektif signifikan termasuk indikasi kualitatif atau
kuantitatif luasnya transaksi.
2) Pihak-pihak berelasi lainnya

a) sifat hubungan.

b) transaksi dan saldo.

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 297


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3) Kompensasi personal manajemen kunci:

a) imbalan kerja jangka pendek

b) imbalan pascakerja

c) imbalan kerja jangka panjang lain

d) pesangon pemutusan kontrak kerja

d. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan


1) Perubahan estimasi akuntansi

a) sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang


berdampak pada periode berjalan.
b) pengaruh estimasi terhadap periode mendatang.

2) Perubahan kebijakan akuntansi

a) Ketika penerapan awal suatu SAK

(1) judul SAK;

(2) bahwa kebijakan akuntansi dilakukan sesuai


dengan ketentuan transisinya;
(3) sifat perubahan akuntansi;

(4) penjelasan ketentuan transisi;

(5) ketentuan transisi yang mungkin memiliki dampak


periode mendatang, ketika dapat diterapkan;
(6) apabila penerapan awal SAK berdampak terhadap
periode berjalan dan periode sebelumnya yang
disajikan, diungkapkan jumlah penyesuaian setiap
pos laporan keuangan yang terpengaruh;
(7) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode
sebelum periode tersebut disajikan;

298 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

(8) apabila penerapan retrospektif tidak praktis maka


entitas mengungkapkan keadaan yang
menyebabkan menjadi tidak praktis, sejak kapan
perubahan kebijakan tersebut menjadi praktis dan
alasannya;
(9) pengungkapan diatas tidak perlu diulang pada
laporan keuangan periode berikutnya.

b) Perubahan kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela

(1) sifat perubahan kebijakan akuntansi;

(2) alasan penerapan kebijakan akuntansi baru


memberikan informasi yang lebih andal dan
relevan;
(3) jumlah penyesuaian setiap pos laporan keuangan
yang terpengaruh pada periode berjalan dan periode
sebelumnya yang disajikan;
(4) apabila penerapan retrospektif tidak praktis maka
entitas mengungkapkan keadaan yang
menyebabkan menjadi tidak praktis, sejak kapan
perubahan kebijakan tersebut menjadi praktis dan
alasannya;
(5) pengungkapan diatas tidak perlu diulang pada
laporan keuangan periode berikutnya.
c) Ketika SAK telah terbit tetapi belum efektif berlaku,
entitas mengungkapkan:
(1) fakta tersebut;

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 299


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

(2) informasi relevan yang dapat diestimasi secara


wajar atau dapat diketahui untuk menilai dampak
yang mungkin terjadi atas penerapan SAK tersebut
pada laporan keuangan pada awal penerapannya.
3) Kesalahan periode lalu

a) sifat kesalahan periode lalu;

b) jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, yang


disajikan;
c) jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal;

d) apabila penyajian kembali retrospektif tidak praktis


maka entitas mengungkapkan keadaan yang
menyebabkan menjadi tidak praktis, sejak kapan
perubahan kebijakan tersebut menjadi praktis dan
alasannya.
e. Sumber estimasi ketidakpastian
Informasi asumsi masa depan dan sumber utama estimasi
ketidakpastian yang memiliki risiko signifikan terhadap
jumlah tercatat aset dan liabilitas untuk periode berikutnya
harus diungkapkan atas catatan atas laporan keuangan,
meliputi sifat dan jumlah tercatat pada akhir periode
pelaporan. entitas mempertimbangkan sifat kegiatan operasi
dan kebijakan yang diharapkan pengguna laporan keuangan
untuk diungkapkan oleh entitas yang berjenis demikian.
f. Komitmen dan kontinjensi
1) Perikatan

300 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

a) Kontrak/perjanjian yang memerlukan penggunaan dana


di masa yang akan datang, seperti perjanjian jual beli
dan ikatan untuk investasi.
(1) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;

(2) periode berlakunya perikatan;

(3) nilai keseluruhan, mata uang, dan bagian yang telah

direalisasi; dan
(4) sanksi-sanksi.

b) Uraian mengenai sifat, jenis, jumlah, dan batasan-


batasannya
2) Kontinjensi

a) Perkara/sengketa hukum:

(1) pihak-pihak yang terkait;

(2) jumlah yang diperkarakan;

(3) latar belakang, isi dan status perkara dan pendapat


hukum;
b) Peraturan pemerintah yang mengikat entitas seperti:
masalah ketenagakerjaan, diungkapkan uraian singkat
tentang peraturan dan dampaknya terhadap entitas.
c) Kemungkinan liabilitas pajak tambahan:

(1) jenis ketetapan/tagihan pajak, jenis pajak, tahun


pajak serta jumlah pokok dan denda/bunganya;
(2) sikap entitas terhadap ketetapan/tagihan pajak
(keberatan, banding dan sebagainya).
g. Modal

Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan 301


Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

1) informasi kualitatif mengenai tujuan kebijakan dan proses


dalam mengelola permodalan;
2) ringkasan data kuantitatif tentang apa yang dikelola sebagai
modal;
3) setiap perubahan dari periode sebelumnya;

h. Peristiwa setelah periode pelaporan


1) uraian peristiwa, misalnya tanggal terjadinya, sifat
peristiwa, dan
2) jumlah moneter yang mempengaruhi akun-akun laporan
keuangan.
i. Perkembangan terakhir SAK dan peraturan lainnya
1) penjelasan mengenai SAK dan peraturan baru yang akan
diterapkan dan mempengaruhi aktivitas entitas; 2) estimasi
dampak penerapannya.
j. Informasi penting lainnya
Informasi penting lainnya antara lain sifat, jenis, jumlah dan
dampak dari peristiwa atau keadaan tertentu yang
mempengaruhi kinerja entitas, seperti peristiwa/keadaan yang
mempengaruhi kelangsungan hidup entitas.

302 Bab VIII: Catatan Atas Laporan Keuangan


LAMPIRAN

ilustrasi laporan keuangan

PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 20X2 dan 20X1
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan 20X2 20X1
ASET
Aset Lancar xxxx xxxx
Kas dan setara kas xxxx xxxx
Piutang usaha xxxx xxxx
Piutang antar badan hukum jangka pendek xxxx xxxx
Piutang lain-lain xxxx xxxx
Investasi jangka pendek xxxx xxxx
Persediaan xxxx xxxx
Aset dimiliki untuk dijual xxxx xxxx
Biaya dibayar dimuka xxxx xxxx
Pajak dibayar dimuka xxxx xxxx
Aset lancar lainnya xxxx xxxx
Jumlah aset lancar xxxx xxxx
Aset Tidak Lancar xxxx xxxx
Piutang pengembangan perkebunan rakyat xxxx xxxx
Piutang antar badan hukum jangka panjang xxxx xxxx
Investasi jangka panjang xxxx xxxx
Investasi pada entitas lainnya xxxx xxxx
Investasi pada entitas asosiasi/ventura bersama xxxx xxxx
Properti investasi xxxx xxxx
Aset tanaman semusim xxxx xxxx
Aset tanaman tahunan xxxx xxxx
Aset tetap xxxx xxxx
Aset tidak berwujud xxxx xxxx
Goodwill xxxx xxxx
Lampiran 303
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS
Aset pajak tangguhan xxxx xxxx
Aset tidak lancar lain xxxx xxxx
Jumlah aset tidak lancar xxxx xxxx
JUMLAH ASET xxxx xxxx

Berlanjut
Lanjuta
n

LIABILITAS
Liabilitas jangka pendek
Utang usaha xxxx xxxx
Utang pajak xxxx xxxx
Biaya yang masih harus dibayar xxxx xxxx
Liabilitas imbalan kerja jangka pendek xxxx xxxx
Pendapatan diterima dimuka xxxx xxxx
Utang bank jangka pendek xxxx xxxx
Utang antar badan hukum jangka pendek xxxx xxxx
Bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh xxxx xxxx
tempo
Provisi jangka pendek xxxx xxxx
Liabilitas jangka pendek lain xxxx xxxx
Jumlah liabilitas jangka pendek xxxx xxxx
Liabilitas jangka panjang
Utang kepada pemerintah xxxx xxxx
Utang antar badan hukum jangka panjang xxxx xxxx
Utang bank jangka panjang xxxx xxxx
Utang sewa pembiayaan xxxx xxxx
Utang medium term note xxxx xxxx
Utang obligasi xxxx xxxx
Utang imbalan kerja jangka panjang xxxx xxxx
Provisi jangka panjang xxxx xxxx
Liabilitas pajak tangguhan xxxx xxxx
Liabilitas jangka panjang lain xxxx xxxx

304
Jumlah liabilitas jangka panjang xxxx xxxx
JUMLAH LIABILITAS xxxx xxxx
EKUITAS
Ekuitas pemilik entitas induk
Modal disetor xxxx xxxx
Tambahan modal disetor xxxx xxxx
Selisih kombinasi bisnis entitas sepengendali xxxx xxxx
Selisih nilai wajar aset keuangan AFS xxxx xxxx
Keuntungan / kerugian aktuarial xxxx xxxx
Selisih kurs penjabaran laporan keuangan xxxx xxxx
Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas xxxx xxxx
asosiasi dan ventura bersama
Saldo laba xxxx xxxx
Kepentingan nonpengendali xxxx xxxx
JUMLAH EKUITAS xxxx xxxx
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS xxxx xxxx
Lampiran
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember 20X1 dan 20X2
(dalam jutaan Rupiah)

Keterangan Catatan 20X1 20X2

Lampiran 305
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Pendapatan usaha
Penjualan
xxxx xxxx
Ekspor
xxxx xxxx
Lokal
xxxx xxxx
Beban pokok penjualan
xxxx xxxx
Laba bruto

Beban usaha (xxxx) (xxxx)


Beban penjualan (xxxx) (xxxx)
Beban umum dan administrasi xxxx xxxx
Laba usaha xxxx xxxx
Pendapatan (beban) nonusaha
xxxx
xxxx
Bagian laba (rugi) entitas xxxx
xxxx
asosiasi/ventura bersama
(xxxx)
Laba (rugi) sebelum pajak (xxxx)
(xxxx)
penghasilan (xxxx)
(xxxx)
(xxxx)
Beban pajak xxxx
xxxx
penghasilan (xxxx)
(xxxx)
Beban pajak xxxx
xxxx
kini
Beban pajak tangguhan xxxx
xxxx
Laba dari operasi yang
xxxx
dilanjutkan xxxx
xxxx
Kerugian dari operasi xxxx
xxxx
yang dihentikan Laba xxxx
xxxx
(rugi) neto xxxx
xxxx
xxxx
Pendapatan komprehensif lain
xxxx
Selisih nilai wajar xxxx
306
aset keuangan AFS xxxx xxxx
Selisih penjabaran
laporan
xxxx xxxx
keuangan dalam mata
xxxx xxxx
uang asing
Keuntungan
(kerugian) aktuarial
Bagian pendapatan
komprehensif lain
entitas asosiasi/ventura
bersama

Pendapatan komprehensif lain

Total laba komprehensif

Laba neto yang dapat diatribusikan


kepada:
Pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali

Laba komprehensif
yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali

Lampiran 307
)
PT PERKEBUNAN
LAPORAN PERUBAHAN
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X2 dan
NUSANTARA
dalam jutaan Rupiah
EKUITAS

Lampiran
20X1
(

308
Lampiran
Keteranga Catatan Modal Selisih Selisih kurs Selisih Keuntungan Bagian Saldo Jumlah
n disetor dan kombinasi penjabaran penilaian dan kerugian komprehensif lain laba Ekuitas
tambahan bisnis enttas laporan keuangan AFS aktuarial dari enttasasosiasi
modal sepengendali dalam mata uang /ventura bersama
disetor asing
Saldo per 31 Des xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
20X0
Setoran xxxx x- x- x- x- x- x- x
xxx
) )
Modal
Divide x- - - - - - x
xxxx xxxx
n ( ) ( )
Cadangan - - - - - - xxxx xxxx
umum ( ) ( )
Cadangan - - - - - - xxxx xxxx
tujuan ( (
Laba (rugi ) neto - - - - - - xxx xxx
berjala
periode x x
n
Saldo per 31 Des xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx XXX
) )
20X1
Divide x- x- x- x- x- x- xxxxx Xxxxx
( ) ( )
n
Cadangan - - - - - - xxxx xxxx
umum ( (
Laba (rugi ) neto - - - - - - xxx xxx
berjala
periode x x
nSaldo per 31 Des xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxxx XXXX
20X2 x x x x x x

309
PT PERKEBUNAN NUSANTARA
LAPORAN ARUS KAS

Lampiran 310
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember 20X2 dan 20X1
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan Catatan 20X2 20X1
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
OPERASI
Penerimaan
Pelanggan/pembeli
Bunga xxxx xxxx
Lain-lain xxxx xxxx
Total penerimaan xxxx xxxx
xxxx xxxx
Pengeluaran
Pemasok
xxxx xxxx
Mitra usaha
Karyawan xxxx xxxx
Pajak xxxx xxxx
Lain-lain xxxx xxxx
Total Pengeluaran xxxx xxxx
Jumlah arus kas dari aktivitas xxxx xxxx
operasi xxxx xxxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS xxxx xxxx
INVESTASI xxxx xxxx
Penerimaan xxxx xxxx
Penerimaan dividen xxxx xxxx
Penjualan investasi
Lain-lain xxxx xxxx

Lampiran 311
Total penerimaan

Pengeluaran
Perolehan entitas anak
Pembelian aset tetap xxxx xxxx
Lain-lain xxxx xxxx
Total pengeluaran xxxx xxxx
Jumlah arus dari aktivitas investasi xxxx xxxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
PENDANAAN
Penerimaan
Emisi saham
Emisi obligasi / MTN
Pinjaman bank
Penjualan investasi pada entitas anak xxxx xxxx
yang tidak xxxx xxxx
menyebabkan hilangnya pengendalian xxxx xxxx
Lain-lain
xxxx xxxx
Total Penerimaan
xxxx xxxx
Pengeluaran xxxx xxxx
Pembelian kembali saham
Pembayaran utang bank xxxx xxxx
Pembayaran dividen xxxx xxxx
Lain-lain xxxx xxxx
Total Pengeluaran xxxx xxxx
Jumlah arus kas dari aktivitas xxxx xxxx
pendanaan xxxx xxxx

Lampiran 312
Kenaikan (penurunan) arus kas neto xxxx xxxx

Saldo kas dan setara kas awal periode xxxx xxxx

Saldo kas dan setara kas akhir xxxx xxxx


periode

Lampiran 313
kompar standakunta keuan
Berikut
asi ini komparasi
ar secara
nsiumum ketentuan
gan dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2011 yang relevan untuk BUMN Perkebunan

Lampiran
dibandingkan dengan ketentuan sebelumnya:

SAK PERIHAL SAAT INI SEBELUMNYA


PSAK 1 tentang Komponen laporan keuangan lengkap − Laporan posisi keuangan − Neraca
penyajian laporan − Laporan laba rugi komprehensif − Laporan laba rugi
keuangan − Laporan perubahan ekuitas − Laporan perubahan
− Laporan arus kas ekuitas
− Catatan atas laporan keuangan − Laporan arus kas
− Catatan atas laporan
keuangan
Terdapat perubahan kebijakan akuntansi secara Tambahan laporan posisi keuangan awal periode
Tidak diatur
retrospektf, atau koreksi kesalahan, sehingga laporan
komparatf
keuangan harus disajikan kembali, atau reklasifkasi pos
laporan keuangan
Kepentngan non-pengendali (hak minoritas) Disajikan dalam ekuitas. Disajikan di antara liabilitas
dan ekuitas
Penjadualan kembali atau pembiayaan kembaliLiabilitas
yang tersebut diklasifkasn sebagai liabilitas
Liabilitas tersebut
dilakukan setelah tanggal pelaporan dan sebelumjangka
tanggal
pendek diklasifkasikan sebagai
laporan keuangan diotorisasi untuk terbit atas liabilitas liabilitas jangka panjang
jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode
selanjutnya
Tepat waktu Tidak diatur Sampai dengan empat bulan
Pengungkapan Pernyataan kepatuhan terhadap SAK, sumber
Tidak diatur
estmasi ketdakpastan, dan permodalan
PSAK 2 tentang Pelepasan kepemilikan pada enttas anak yangArus tdakkas dari aktvitas pendanaan Arus kas dari aktvitas
laporan arus kas menyebabkan hilangnya pengendalian investasi

314
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

315 Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY
K PSAK 3 tentang Isi laporan keuangan
L interim Laporan keuangan
INI lengkap atau A Tidak

Lampiran
laporan keuangan ringkas diatur
interim
Periode komparatf (kuartalan pada kuartal 1
Laporan posisi keuangan Laporan0posisi Tidak diatur
kedua) Jun 2xx keuangan
1 Des 2xx
30
Laporan laba
1 rugi Laporan laba rugi
31
komprehensif: komprehensif:
Jan sd 30 Jun 2xx Jan sd 30 Jun
0
Apr sd 30 Jun 2xx xx
2 Apr sd 30 Jun
1
1 xx0
1 1 2
Laporan perubahan ekuitas
1 Laporan 0 perubahan
Jun 2xx ekuitas
Jun 2xx
30 1 1
Laporan arus kas 30Laporan arus kas
Jun 2xx Jun 2xx
30 30
PSAK 4 Laporan Enttas anak yang dikonsolidasi Seluruh enttas anak harus dikonsolidasi Seluruh enttas anak harus
keuangan dikonsolidasi, kecuali enttas
konsolidasian dan anak yg diperoleh untuk
laporan keuangan dijual kembali dan terdapat
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

tersendiri restriksi jangka panjang


Kepentngan non-pengendali (hak minoritas) Dapat bersaldo negatf Minimal bersaldo nol
Pelepasan kepemilikan pada enttas anak yang tdak Selisih diakui di ekuitas Selisih diakui di laba rugi
menyebabkan hilangnya pengendalian
Beberapa transaksi pelepasan atas suatu kepemilikan pada
Transaksi tersebut digabungkan jika disepakat Tidak diatur
enttas pada waktu sama atau terkait, suatu transaksi
tunggal secara komersial, adanya ketergantungan
antar perjanjian, atau secara ekonomi tdak dapat

316
dijustfkasi secara individual tetapi dapat dijustfkasi
secara gabungan
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

317
K Kepemilikan padaL enttas anak dalam laporan keuangan INI
Nilai wajar atau biaya perolehan A
Metode
tersendiri ekuitas
PSAK 5 Segmen Segmen operasi Aktvitas untuk menghasilkan pendapatan dan Dibedakan dalam
operasi terjadinya beban, diikaji secara reguler untuk alokasi
menghasilkan produk/jasa
sumber daya dan menilai kinerja, dan tersedia dan risiko dan imbalan
infomasi terpisah berbeda dari segmen lain
Segmen dilaporkan Syarat kuanttatf dan kualitatf Syarat kuanttatf
Level pengungkapan Level segmen dan enttas Level segmen
PSAK 7 PengungkapanImbalan kerja personil manajemen kunci Harus diungkapkan Tidak diatur
pihak-pihak berelasi
Pihak tdak berelasi Departemen dan instansi pemerintah yg tdak Departemen dan instansi
mengendalikan, mengendalikan bersama, dan pemerintah
memiliki pengaruh signifkan
Pihak berelasi dengan pemerintah Pengungkapan normal atau pengungkapan lebih Tidak diatur
sederhana
PSAK 8 Peristwa Tanggal penyelesaian laporan keuangan Tanggal otorisasi untuk Tanggal laporan
setelah periode terbit audit
pelaporan
PSAK 10 Pengaruh Mata uang fungsional − Indikator primer: harga jual dan kekuatan − Indikator arus kas:
perubahan kurs persaingan dan peraturan negara yang kegiatan utama
valuta asing mempengaruhi harga jual − Indikator harga jual:
− Indikator sekunder: perolehan pendanaan dan pengaruh pergerakan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

penyimpan operasi kurs jangka pendek dan


ekspor
− Indikator biaya
Mata uang pengukuran Mata uang fungsional Rupiah, selain rupiah dapat
digunakan jika merupakan
mata uang fungsional

Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

Lampiran
K Mata uang L Bebas, umumnya INI Sama dengan A mata
penyajian rupiah fungsiona
uang
Selisih kurs yang Tidak lDikapitalisasi ke
devaluasi atau depresiasi
disebabkan diatur aset
biasa dimana tdak
luar
dilakukan lindung
mungkin
PSAK 12 nilai
Bagian Pengendalian bersama enttas Metode ekuitas atau konsolidasi proporsional, dan Tidak diatur
partsipasi dalam dianjurkan metode ekuitas
ventura bersama
PSAK 13 Propert Cakupan Tanah dan -
investasi1 bangunan
Pengukuran Biaya dan nilai -
PSAK 14 Persediaan Rumus biaya LIFO, FIFO danwajar
rata-rata FIFO dan rata-rata
tertmbang tertmban
PSAK 15 Investasi Cakupan Tidak berlaku untuk investasi pada enttas asosiasiTidak diatur g
pada enttas asosiasi yang diukur pada nilai untuk beberapa jenis enttas
tertentu
Pengaruh signifkan Indikator kuanttatf yaitu jumlah kepemilikan dan Indikator kuanttatf yaitu
indikator kualitatf, termasuk hak suara potensialjumlah kepemilikan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Metode pencatatan Metode ekuitas, kecuali investasi pada enttas Metode ekuitas dan metode
asosiasi yang diklasifkasikan sebagai dimiliki untuk
biaya jika ada pembatasan
dijual
2
PSAK 16 Aset tetap Biaya perolehan Harga beli, biaya yang dapat dikaitkan secara Harga beli dan biaya yang
langsung, dan estmasi biaya perbongkaran, dapat dikaitkan secara
pemindahan dan restorasi langsung
Pertukaran aset tetap Berdasarkan pendekatan adanya substansi komersial
Berdasarkan pendekatan
adanya kesamaan jenis aset

318
tetap
Penyusutan Berdasarkan komponen aset tetap Berdasarkan jenis aset tetap
319
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Lampiran
1
Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 13 (revisi 2011) dan tdak ada perubahan ketentuan yang signifkan
2
Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 16 (revisi 2011) dan tdak ada perubahan ketentuan yang signifkan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Lampiran 320
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

321
K Review L Review atasINImetode penyusutan, umur manfaat, dan
Tidak
A ada
tahunan nilai residu
Model Model biaya dan model revaluasi Model biaya
pengukuran PSAK 18 Akuntansi
dan pelaporan
program manfaat Tidak
purnakary relevan

PSAK 19 Aset Umur a Terbatas dan tdak Terbatas


takberwuju manfaat terbatas
d Review tahunan Aset tdak berwujud yang belum Tidak
Model Model biaya dan model
digunakan Model
diatur
pengukuran
PSAK 22 Kombinasi Metode pencatatan Metode revaluasi biaya
Metode pembelian
bisnis akuisisi penyatuan
dan
Biaya terkait Beban Bagian kepemilikan
dari biaya akuisisi
akuisisi
Akuisisi Pengukuran ulang atas kepemilikan sebelumnya -
bertahap
Pengukuran kepentngan non- Nilai wajar dan proporsi aset neto Nilai tercatat aset neto
pengendali
Goodwil Uji penurunan nilai Diamortsasi
lGoodwill Pendapatan Pendapatan ditangguhkan
PSAK 23 Pendapatan
negatf Pendapatan secara bruto atau neto Tanggung jawab penyediaan barang/jasa, risiko Tidak diatur
persediaan, penentuan harga, dan risiko kredit
pelanggan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

PSAK 24 Imbalan Keuntungan dan kerugian aktuarial Pendekatan koridor dan pendekatan pendapatan Pendekatan koridor
kerja komprehensif lain
Saling hapus aset dan Tidak Diatur
PSAK 25 Kebijakan liabilitas
Tidak prakts diatur
Setelah dilakukan seluruh usaha yang tersendiri
Tidak
akuntansi, perubahan rasional diatur
estmasi akuntansi,
dan kesalahan

Lampiran
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Lampiran 322
323
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

3
Saat ini sudah dikeluarkan ED PSAK 30 (revisi 2011) dan tdak ada perubahan ketentuan yang signifkan

Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY
K L
PSAK 26 Biaya INI A
Tidak ada perubahan yang

Lampiran
pinjama
n signifkan
PSAK 28 Akuntansi
kontrak asuransi Tidak
kerugia relevan
3 n
PSAK 30 Sewa Cakupan Perjanjian sewa dan perjanjian non-sewa yang Perjanjian sewa barang
mengandung sewa modal
Klasifkasi sewa Jika ada pengalihan manfaat dan risiko signifkanJika
dari
memenuhi seluruh
kepemilikan aset, sebagai sewa pembiayaan syarat di bawah, sebagai
sewa pembiayaan
Indikasi yang mengarah kepada sewa pembiayaan: − Ada hak opsi beli
− Pengalihan kepemilikan pada akhir masa sewa − Pembayaran berkala
− Opsi beli yang dapat dipastkan akan dilakukan ditambah ) nilai sisa
− Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur mencakup harga
ekonomis aset perolehan dan bunga
− Nilai kini dari pembayaran sewa minimum full payout lease
mendekat nilai wajar aset − Masa sewa minimum
− Aset bersifat khusus dan hanya lessee yang dua tahun
(
dapat menggunakannya tanpa perlu modifkasi
secara material
− Jika sewa dibatalkan, kerugian lessor ditanggung
lessee
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

− Laba atau rugi dari fuktuasi nilai wajar residu


dibebankan kepada lessee
− Lessee berkemampuan untuk melanjutkan sewa
untuk periode kedua dengan nilai rental yang
lebih rendah daripada nilai pasar

324
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

325 Lampiran
Lampiran
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

4
Perbandingan antara ED PSAK 38 (revisi 2011) dan PSAK 38 (revisi 2004)

326
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

327
K L PSAK 33 Aktvitas INI A
pengupasan
lapisan tanah
dan pengelolaan Tidak
lingkungan hidup relevan
pada
umu
pertambangan
m
PSAK 34 Kontrak
konstruks Tidak
iPSAK 36 Akuntansi relevan
kontrak asuransi Tidak
jiwa relevan
PSAK 38 Kombinasi Cakupan Kombinasi bisnis enttas Transaksi
bisnis enttas sepengendali enttas
restrukturisasi
4
sepengendali sepengendali
Pengendalian Tidak bersifat Tidak
Selisih antara jumlah imbalan dan nilai Bagian dari
sementara diatur
Bagian dari ekuitas
buku modal direklasifkasi ke laba
dan
ketka hilang
rugi
dan pengalihan ke
sepengendalian
tdak
pihak
PSAK 45 sepengendali
keuangan enttas
Pelaporan Tidak
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

nirlab relevan
a
PSAK 46 Pajak
penghasila Tidak perubahan yang
n signifkan

Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

Lampiran
K L PSAK 47 Akuntansi INI A
tana5 Tidak ada
h perubahan
PSAK 48 PenurunanIdentfkasi penurunan nilai Seluruh aset dilakukan uji penurunan nilai setelahSeluruh aset dilakukan uji
nilai aset ada indikasi penurunan nilai, kecuali goodwill, aset
penurunan nilai setelah ada
tdak berwujud yang umurnya tdak terbatas, danindikasi penurunan nilai
aset tdak berwujud yang belum digunakan, harus
dilakukan uji penurunan nilai secara periodik
Indikasi penurunan nilai − Nilai tercatat melebihi nilai kapitalisasi pasarTidak diatur indikasi
− Nilai investasi melebihi nilai aset neto tersebut
− Dividen melebihi laba
Goodwill Goodwill dialokasikan ke unit penghasil kas terkecil
Tidak diatur
Rugi penurunan nilai unit penghasil kas − Goodwill − Goodwill
− Aset lain secara pro rata − Aset tdak berwujud
tanpa harga pasar
− Aset yang harga jual
lebih kecil daripada
nilai tercatat
− Aset lain secara pro
rata
Pemulihan rugi penurunan nilai Tidak berlaku untuk goodwill Termasuk goodwill
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

PSAK 50 Instrumen Klasifkasi instrumen keuangan sebagai instrumen ekuitas Tidak ada kewajiban kontraktual untuk menyerahkanTidak diatur
keuangan: penyajian aset keuangan, atau mempertukarkan aset keuangan
atau liabilitas keuangan dalam kondisi tdak
menguntungkan
Saling hapus aset dan liabilitas keuangan Hak yang dapat dipaksakan secara hukum dan Tidak diatur
berniat menyelesaikan atau merealisasikan aset dan
liabilitas dengan dasar neto secara simultan
PSAK 53

328
berbasis Tidak relevan saat
Pembayaran
saham ini
329
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Lampiran
5
Saat ini sudah dikeluarkan ED ISAK 25 dan tdak ada perubahan ketentuan yang signifkan
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

Lampiran 330
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

331
K
PSAK 55 Instrumen Klasifkasi L Diukur pada nilai wajarINI
melalui laba A
− − Diperdagangkan
keuangan: pengakuan − Tersedia
rugi untuk − Tersedia untuk dijual
dan pengukuran − Dimiliki
dijual hingga jatuh − Dimiliki hingga jatuh
− Pinjaman
tempo yang diberikan dan tempo
piutang
Perhitungan Metode suku bunga efektf Metode suku bunga
bunga sederhana
Penurunan Berbasis kerugian yang sudah terjadi (incurred loss)
Berbasisi kerugian yang akan
nilai terjadi (expected loss)
PSAK 56 Laba per
saha Tidak ada perubahan
m signifkan
PSAK 57 Provisi,
liabilitas Tidak ada perubahan
dan aset
kontjensi, signifkan
kontnjensi
PSAK 58 Aset tdak Syarat aset dimiliki untuk dijual − Tersedia untuk segera dijual dalam Tidak
lancar dimiliki untuk sekarang dan sesuai dengan persyaratan
kondisinya diatur
dijual dan operasi penjualan,
dalam
yang dihentkan dan
− Penjualan harus kemungkinan besar
komitmen manajemen, program aktf cari
terjadi
pembeli, harga wajar, diperkirakan dijual
satu
dalamtahun, dan pembatalan kecil
Pengukuran dan penyajian Diukur pada nilai yang lebih rendah Tidak
− terjadi)
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

jumlah tercatat dan nilai wajar dikurangi


antara diatur
untuk
biaya
( menjual
− Tidak
disusutkan
− Disajikan di aset
lancar
PSAK 59 Akuntansi
perbankan Tidak
syariah relevan

Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY
K
PSAK 60 Instrumen Hal yang diungkapkan L INI A
− Signifkansi terhadap posisi keuangan dan − Signifkansi terhadap

Lampiran
keuangan: kinerja keuangan posisi keuangan dan
pengungkapan − Sifat dan luas risiko yang tmbul kinerja keuangan
− Sifat risiko yang tmbul
PSAK 61 Akuntansi Hibah pemerintah Diakui sebagai pendapatan Diakui sebagai modal donasi
hibah pemerintah
dan pengungkapan
bantuan pemerintah
Hibah terkait dengan aset Disajikan sebagai pengurang biaya peroleha asetTidak
atau diatur
pendapatan ditangguhkan
Hibah terkait dengan pendapatan Disajikan dalam pos tersendiri atau pos umum Tidak diatur
PSAK 62 Kontrak
asurans Tidak
relevan
PSAKi 63
keuangan dalam
Pelaporan Tidak relevan saat
ekonomi ini
hiperinfasi
PSAK 64 Aktvitas
eksplorasi dan
evaluasi pada Tidak
pertambangan relevan
sumber daya
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

mineral
ISAK 7 Konsolidasi
enttas bertujuan Tidak ada perubahan yang
khusu signifkan
ISAK 8 Penentuan Kriteria perjanjians mengandung sewa Ketergantungan aset tertentu dan hak menggunakanTidak diatur
apakah suatu aset
perjanjian
mengandung sewa

332
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

333 Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY
K ISAK 9 Perubahan L
Perubahan liabilitas purnaoperasi, restorasi, dan liabilitas INI
Model biaya, menyesuaikan jumlah tercatat asetTidak
A diatur

Lampiran
liabilitas serupa tetap
purnaoperasi, − Model revaluasi, penurunan liabilitas diakui
restorasi, dan sebagai kenaikan surplus revaluasi, dan kenaikan
liabilitas serupa liabilitas diakui sebagai kerugian
ISAK 10 Program Program sendiri atau jumlah signifkan Diakui sebagai pendapatan ditangguhkan dan Tidak diatur
loyalitas pelanggan kemudian diakui sebagai pendapatan ketka
penukaran poin
Program pihak lain atau jumlah tdak signifkan Diakui sebagai beban Tidak diatur
ISAK 11 Distribusi
aset nonkas Tidak
pemili
kepada relevan
ISAK 12 Pengendalian
Penyertaan saham dalam bentuk
k aset non-moneter Selisih nilai wajar dan nilai buku diakui sebagai Tidak diatur
bersama enttas keuntungan atau kerugian sebesar porsi pemegang
– kontribusi aset saham lain
nonmoneter oleh
venturer
ISAK 13 Lindung
investasi neto atas
nilai
kegiatan usaha Tidak relevan saat
neger
luar ini
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

ISAK 14 Aset tdak i


Situs web yang menghasilkan pendapatan secara langsung
Diakui sebagai aset tdak berwujud Tidak
berwujud – biaya diatur
situs web
Situs web yang tdak menghasilkan pendapatan secara Diakui sebagai beban Tidak
langsung diatur
ISAK 15 PSAK 24
batas aset
past, persyaratan
manfaat Tidak relevan saat

334
pendanaan ini
dan
minimum
interaksinya
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY

335
K L ISAK 16 Perjanjian INI A
konsesi Tidak
relevan
ISAK 17 Laporan Goodwill dan instrumenjasa
ekuitas yang dicatat pada biaya Tidak ada pemulihan dalam laporan keuangan Tidak diatur
keuangan interim dan perolehan interim selanjutnya
penurunan nilai
ISAK 18 Bantuan Bantuan pemerintah yang tdak terkait spesifk denganTermasuk bagian hibah pemerintah Tidak
pemerintah – tdak aktvitas diatur
ada relasi spesifk
dengan akttvas
operasi
ISAK 19
pendekatan
Penerapan
kembali PSAK 63
penyajian
pelaporan Tidak relevan saat
dalam ekonomi
keuangan ini
hiperinfas
iISAK 20 Pajak
penghasilan
– perubahan Tidak relevan saat
pajak enttas dan
status ini
pemegang
para
sahamnya
ISAK 21 Perjanjian
konstruksi real Tidak
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

estat relevan
ISAK 22 Perjanjian
konsesi jasa Tidak
– relevan
pengungkapan
ISAK 23 Sewa operasi Insentf untuk sewa operasi baru atau yang diperbarui Bagian tdak terpisahkan dari imbalan neto yang Tidak diatur
– insentf disepakat dalam sewa

Lampiran
SA PERIHA SAAT SEBELUMNY
K ISAK 24 Evaluasi L
Indikasi perjanjian yang melibatkan suatu bentuk legal INI
Tidak ada pengalihan manfaat dan risiko terkait Tidak
A diatur

Lampiran
substansi beberapa sewa tetapi bukan perjanjian sewa kepemilikan aset dan hak atas penggunaan aset
transaksi yang sebagaimana sebelum perjanjian, alasan untuk
melibatkan suatu memperoleh manfaat pajak, dan adanya opsi yang
bentuk legal sewa hampir dilaksanakan.
Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

336

Anda mungkin juga menyukai