Anda di halaman 1dari 44

SUPERVISI PENUGASAN

Agenda
• Pendahuluan
• Penugasan
• Tujuan Penugasan
• Cakupan Penugasan
• Kriteria
• Perencanaan Penugasan
• Identifikasi Penilaian Risiko
• Penilaian Risiko Secara Terinci
• Risiko
• Penilaian Risiko
• Supervisi Penugasan
• Supervisi dan Tingkat Penugasan
• Hubungan dengan pihak-pihak yang berkaitan (Relationships)
• Koordinasi Selama Penugasan

2
PENDAHULUAN
– Definisi Supervisi
• Supervisi adalah pengawasan utama, pengontrolan
tertinggi, atau penyeliaan.
• Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia dinyatakan
bahwa: Supervise diartikan Mengawasi, Supervision
diartikan Pengawasan, Supervisor diartikan
Pengawas, Supervisory diartikan dalam kedudukan
sebagai pengawas.
• Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan yang
dilaksanakan, sedangkan Supervisor merupakan
pelaksana utama dari kegiatan supervisi itu sendiri.

3
PENDAHULUAN
– Pentingnya Supervisi
• untuk memastikan tercapainya sasaran,terjaminnya kualitas,
dan meningkatnya kemampuan auditor.
– Siapa dan Kapan melakukan supervisi
• Supervisi ini harus dilakukan pada seluruh tahapan audit
secara berjenjang dimana ketua tim melakukan supervisi atas
anggota timnya, pengendali teknis mengawasi tim audit yang
dibawahinya, dan pengendali mutu melakukan supervisi
atas seluruh kerja audit yang dilaksanakan.

4
Penugasan
• Tujuan penugasan harus menjelaskan mengapa
audit dilakukan dan juga menjelaskan jenis
asurans mana yang akan dicapai.

5
Penugasan
Tujuan Penugasan:
• Auditor menentukan tujuan untuk menjelaskan risiko yang
berkaitan dengn kegiatan yang direviu.
• Penugasan yang direncanakan, tujuan penugasan harus
konsisten dengan tujuan yang pada awalnya yang
diidentifikasikan selama proses penilaian risiko dimana
perencanaan audit ditentukan.

6
Cakupan Penugasan

• Cakupan penugasan adalah penentuan dari jenis aktifitas


yang dilakukan dan jangka waktu dari dokumentasi yang
menjadi tujuan penugasan (audit, reviu dll).

7
Jenis Audit Menurut Pihak yang
Melakukan Audit
• Audit Intern
– Audit intern adalah audit yang dilakukan oleh pihak
dari dalam organisasi auditi.

• Audit Ekstern
– Audit ekstern adalah audit yang dilakukan oleh pihak di
luar organisasi auditi.

8
Jenis Audit Menurut
Tujuan Pelaksanaan Audit
• Audit Keuangan
– Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan.
• Audit Kinerja/Audit Operasional
– Banyak nama dan istilah yang dipergunakan untuk menunjuk pada
pengertian jenis audit ini. Istilah yang paling sering dijumpai adalah
performance audit, Value for Money (VFM) audit, audit manajemen, audit
operasional atau audit 3E (efektif, efisien dan ekonomis). Audit
(pemeriksaan) kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas
• Audit dengan Tujuan Tertentu
– Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak
termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit
operasional. Jenis audit tersebut termasuk diantaranya audit ketaatan dan
audit investigatif.

9
Kriteria
• Kriteria diperlukan untuk mengukur keefektifan
pengendalian intern. Manajemen dan internal
auditor memililki tanggungjawab yang berbeda
terkait dengan hal ini.
• Standar industri yang dapat diterima, standar yang
dikembangkan oleh lembaga profesi atau asosiasi,
standar pada hukum dan peraturan, praktek bisnis
yang baik adalah sumber-sumber kriteria.

10
Perencanaan Penugasan
• Formalitas dan dokumentasi dari perencanaan (rapat
perencanaan, penilaian risiko, dan audit program yang rinci)
harus sesuai dengan keadaan organisasi.
• Persyaratan lain yang akan ditentukan pada periode
penugasan, tanggal-tanggal penting, dan model komunikasi.
• Manajer akan diinformasikan berdasarkan tingkat
kepentingannya.
• Rapat diadakan dengan manajer yang bertanggungjawab
untuk keperluan aktifitas audit dan kesimpulan dari rapat
dibagikan dan didokumentasikan.
• Pimpinan Auditor menentukan kapan, bagaimana, dan
kepada siapa hasil audit dikomunikasikan.

11
Identifikasi Penilaian Risiko
• Dalam perencanaan penugasan, auditor internal
harus mengidentifikasikan risiko kunci dan
pengendaliannya terutama risiko inherent dari
auditi.
• Penilaian risiko harus mencakup dampak dari
risiko dan tingkat kemungkinan. Pengendalian-
pengendalian yang penting untuk menurunkan
risiko organisasi harus diidentifikasikan.

12
Penilaian Risiko Secara Terinci

• Risiko
– Risiko adalah kemungkinan terjadinya kejadian yang
berdampak atas pencapaian tujuan. Diukur dalam
bentuk dampak dan kemungkinan.
• Penilaian Risiko
– Setelah menyelesaikan survei pendahuluan, auditor
internal melakukan penilaian pendahuluan atas risiko.
– Penilaian Risiko dalam Perencanaan Penugasan:

13
Penilaian Risiko Secara Terinci
Penilaian Risiko dalam Perencanaan Penugasan:
 Auditor Internal mempertimbangkan:
 Penilaian risiko oleh manajemen.
 Reliabilitas dari Penilaian risiko oleh manajemen.
 Proses penentuan risiko dan pengendaliannya.
 Pelaporan, response terkait dengan selera risiko yang
melebihi selera risiko.

14
Supervisi Penugasan

Supervisi dan Tingkat Penugasan


– Supervisi diperlukan pada setiap aktivitas
auditor dari perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan hasil. Pimpinan auditor dapat
mendelegasikan tugas supervisi pada
penugasan individu.

15
Supervisi oleh pimpinan auditor relevan dengan
semua tahap penugasan. Prosesnya mencakup:
• Memastikan bahwa auditor secara gabungan memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi yang lain.
• Menyediakan instruksi selama masa penugasan dan
menyetujui program penugasan.
• Memastikan bahwa program telah lengkap (jika ada
perubahan maka perubahan telah dipahami dan disetujui)
dan tujuan telah tercapai.
• Menentukan kertas kerja yang didukung dengan observasi,
kesimpulan dan rekomendasi.
• Memastikan komunikasi telah akurat, objektif, jelas,
sederhana, konstruktif dan sesuai dengan waktunya.
• Mengembangkan kecakapan internal auditor.
16
Pimpinan auditor bertanggungjawab pada seluruh penugasan
internal audit dan pertimbangan profesional yang penting.
Pimpinan auditor menerapkan beberapa hal :

• Meminimalkan risiko ketidakkonsistenan terkait


pertimbangan profesional.
• Menyelesaikan perbedaan dalam hal pertimbangan
profesional antara pimpinan auditi dan bawahannya.
– Penyelesaian konflik dapat mencakup
• Diskusi tentang fakta-fakta.
• Pertanyaan atau riset.
• Dokumentasi kertas kerja terkait dengan hal perbedaan.
• Terkait dengan hal etis, rujukan terhadap seseorang maka orang
tersebut ikut bertanggungjawab terkait hal yang menjadi
perbedaan.

17
Hubungan dengan pihak-pihak
yang berkaitan (Relationships)
• Untuk memastikan kerjasama yang lengkap,
pimpinan senior bertanggungjawab untuk
menginformasikan ke bagian lain tentang
keberadaan aktifitas audit internal.
– Berteman dengan manajemen pada setiap tingkatan
adalah cara yang paling baik bagi auditor internal untuk
mendapatkan informasi.
– Pegawai adalah sumber informasi.

18
Auditor internal memerlukan ketrampilan hubungan antar
manusia untuk menjelaskan kegiatan internal audit ke organisasi.
Internal audit mengembangkan kemampuan dengan tujuan:

• Mendapatkan dan memelihara jaringan informasi yang luas.


• Menciptakan kesempatan dan acara yang akan membantu membangun
hubungan dengan pihak lain.
• Memuji dan mendukung pihak-pihak lain
• Membangun hubungan dengan saling mambagi pengalaman dan
pandangan.
• Tetap menjaga hubungan dengan pihak lain
• Mencari kesempatan untuk berhubungan dalam membangun komunikasi.
• Memulai dan berpartisipasi dalam percakapan untuk meningkatkan
kedekatan.
• Mengesankan diri sebgai orang yang mudah didekati dan sebagai sumber
informasi.
• Diplomatis dan bijaksana.

19
Auditor internal memerlukan ketrampilan hubungan antar
manusia untuk menjelaskan kegiatan internal audit ke organisasi.
Internal audit mengembangkan kemampuan dengan tujuan:

• Auditor Internal mengandalkan kolaborasi dan kerjasama antara


bagian dan kelompok lain untuk bekerja sama mencapai tujuan
organisasi. Selama penugasan auditor internal mendapatkan
sebuah kesempatan yang unik untuk membangun kepercayaan dan
mendorong tujuan meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan
kinerja organisasi.

20
Koordinasi Selama Penugasan

• Auditor yang bertugas harus mengkordinasikan semua


pekerjaan terkait penugasan kepada tim auditor.
• Koordinasi selama penugasan memastikan bahwa
objektifitas penugasan dapat dicapai dengan efektif dan
efisien.
• Pimpinan auditor harus berbagi informasi dan
mengoordinasikan kegiatan dengan penyedia layanan
assurance dan konsultasi lainnya, baik internal maupun
eksternal, untuk memastikan lingkup yang
tepat/memadai serta mengurangi duplikasi pekerjaan
(efforts).
21
KERTAS KERJA , EXIT MEETING
DAN EVALUASI STAFF
Agenda
• Pendahuluan
• Prosedur Penugasan
• Pemilihan Prosedur Penugasan
• Program Kerja
• Tujuan Kertas Kerja
• Exit Meeting
• Penilaian Kinerja Staff
• Staff dan Sumberdaya
• Rangkuman

23
Pendahuluan

• Sebelum membahas kertas kerja ada baiknya kita


menjelaskan terlebih dahulu perihal prosedur penugasan,
program kerja audit dan pengelolaan sumber daya yang
dimiliki auditor.

24
Prosedur Penugasan

• Auditor internal harus mengembangkan dan


mendokumentasikan kertas kerja yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan penugasan.
• Auditor Internal harus dapat menerapkan
pengetahuannya terkait konsep audit pada situasi yang
belum jelas dalam memilih prosedur penugasan.
• Prosedur dilaksanakan untuk mendapatkan kecukupan,
kehandalan, relevansi dan informasi yang berguna untuk
mencapai tujuan penugasan.

25
Prosedur Penugasan

• Tiga prosedur dasar yang dilaksanakan oleh auditor


internal untuk mengumpulkan adalah:
 Mengamati kondisi
 Interviu pegawai
 Menganalisis catatan

26
Prosedur khusus lainnya adalah variasi dari
prosedur dasar dalam mengeksaminasi
catatan/dokumentasi sbb:
• Konfirmasi adalah surat kepada pihak ketiga yang menanyakan dengan
tujuan untuk verifikasi dari existensi dan valuation terhadap jumlah nilai
moneter pada catatan klien, seperti nilai yang disimpan oleh pihak ketiga
pada lembaga sekuritas.
• Konfimasi umumnya digunakan untuk memverifikasi jumlah dari piutang,
produk yang dikonsinyasikan, dan hutang-hutang.
• Konfirmasi positif digunakan jika jumlah yang dikonformasikan nilainya
material. Pihak yang menerima konfirmasi diminta untuk
menandatangani surat yang akan dikembalikan dengan asersi positif
bahwa jumlah yang dikonfirmasi tersebut benar atau tidak.
• Konfirmasi Negatif digunakan jika jumlah yang dikonfirmasi tidak
material atau jika pengendaliannya sangat baik.

27
Tracing dan Vouching
• Tracing adalah proses yang mengikuti sebuah transaksi secara maju dari
mulai kejadian yang memicu kejadian sampai akhir, untuk memastikan
bahwa transaksi telah dilaksanakan dengan benar.
• Tracing digunakan untuk mendapatkan asurans terkait dengan asersi
completeness, contohnya kewajiban telah di catat untuk semua barang-
barang yang diterima.
• Vouching adalah proses penelusuran kembali hasil keproses awalnya untuk
memastikan bahwa catatan/dokumen telah terdukung dengan baik.
• Vouching dihgnakan untuk mendapatkan asurans terkait dengan asersi
existence, contohnya piutang yang dinyatakan pada laporan keuangan
didukung dengan data penjualan ke konsumen.

28
Pemilihan Prosedur Penugasan
• Program kerja adalah sebuah dokumen yang membuat prosedur-
prosedur yang akan dilaksanakan dalam penugasan dan dirancang
untuk menghasilkan perencanaan penugasan.

• Ketrampilan penting dalam problem solving adalah kemampuan


dalam menentukan kemungkinan pemilihan prosedur penugasan
audit yang memadai pada situasi tertentu

29
Program Kerja
• Program kerja harus termasuk prosedur
mengidentifikasikan, analisis, evaluasi dan
mendokumentasikan informasi selama masa
penugasan. Program kerja harus disetujui sebelum
implementasi, dan jika ada perubahan harus
disetujui.

30
Element yang paling penting dari
program kerja adalah sbb:
• Sebelum memulai penugasan, auditor internal menyiapkan sebuah
program yaitu:
– Menetapkan tujuan penugasan,
– Mengidentifikasikan persyaratan teknis, tujuan, risiko, proses dan
transaksi yang akan diuji,
– Menetapkan sifat dan kepentingan dari pengujian,
– Mendokumentasikan prosedur dalam mengumpulkan, analisis,
menerjemahkan dan mendokumentasikan informasi,
– Melakukan perubahan selama penugasan dengan persetujuan
pimpinan auditor.

31
Hal lain terkait program kerja
adalah sbb:
• Auditor mengembangkan dan memilih dokumen
persetujuan program kerja sebelum memulai
penugasan. Program kerja termasuk metode yang
digunakan, seperi audit berbasiskan teknologi dan
teknik sampling.

• Mengumpulkan, menganalisis, menerjemahkan


informasi yang disupervisi untuk menghasilkan tingkat
asurans yang memadai dimana tujuan penugasan
dapat dicapai serta objektifitas penugasan dapat
terjaga.

32
Penggunaan Program Kerja Standar
• Program Kerja yang standar digunakan untuk penugasan yang
berulang. Biasanya diubah dalam periode tertntu terkait dengan
permasalahan yang ditemukan dalam penugasan.

• Progran kerja yang standar memastikan paling tidak cakupan


minimum, menyajikan perbandingan, dan menyisakan sumber
daya jika penugasan dilakukan pada beberapa lokasi yang
memiliki kesamaan aktifitas, risiko dan pengendalian.

• Walaupun demikian, program kerja standar tidak cocok untuk


cakupan penugasan yang berubah atau rumit. Tujuan penugasan
dan prosedur yang berkaitan yang pernah dilaksanakan
kemungkinan tidak lagi relevan lagi.

33
Tujuan Kertas Kerja
• Kertas Kerja Audit (KKA) adalah catatan (dokumentasi)
yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-bukti yang
dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang
diterapkan, serta simpulan-simpulan yang dibuat selama
melakukan audit.

34
KKA Mencerminkan:
• Kegiatan audit mulai dari perencanaan, survai pendahuluan,
evaluasi pengendalian manajemen, pengujian substantif,
sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut hasil audit. Hal
ini dikarenakan semua kegiatan audit didokumentasikan
dalam bentuk KKA.

• Langkah-langkah audit yang ditempuh, pengujian yang


dilakukan, informasi yang diperoleh dan simpulan-simpulan
hasil audit. langkah kerja dalam PKA yang telah dilaksanakan
menghasilkan data beserta penarikan simpulan hasil audit
didokumentasikan dalam KKA.

35
KKA Mencerminkan:
• Kertas kerja memfasilitasi supervisi pada penugasan.
• Kertas kerja merupakan alat komunikasi antara auditor
dan auditor yang sedang bertugas.

36
Pentingnya reviu atas kertas kerja
dalam aktivitas sbb:
• Semua kertas kerja direviu untuk
memastikan;(a)mendukung komunikasi penugasan
dan (b) semua prosedur audit telah dilaksanakan.

• Menulis catatan reviu terkait pertanyaan yang


timbul saat melakukan reviu. Pada saat
menjelaskan catatan reviu, auditor memastikan
bahwa kertas kerja menyajikan bukti yang cukup
terkait pertanyaan yang telah diselesaikan.
37
Exit Meeting
• Exit meeting adalah bagian yang penting dalam proses komunikasi
audit. Prosesnya adalah auditor mendiskusikan kesimpulan dan
rekomendasi dengan pihak auditi sebelum pimpinan auditor
mengeluarkan hasil komunikasi yang final. Diskusi biasanya terjadi
selama penugasan atau pada saat penugasan berakhir atau pada
saat exit meeting.

• Tujuan utama dari exit meeting adalah untuk memastikan akurasi


dari data yang digunakan oleh auditor internal.

• Supervisor harus menghadiri exit meeting untuk menjaga hubungan


baik dengan klien juga untuk memperkuat observasi terkait audit.
38
Penilaian Kinerja Staf
• Auditor Internal harus menentukan sumberdaya yang
cukup dan efisien untuk mencapai tujuan penugasan
berdasarkan hasil evaluasi dari sifat dan kompleksitas
setiap penugasan, batasan waktu dan sumberdaya yang
tersedia.

39
Penilaian Kinerja Staf
• Standar yang diterapkan menjadi tanggungjawab auditor, bukan
pada pimpinan auditor. Standar yang diterapkan dan menjadi
tanggungjawab pimpinan auditor adalah tentang pengelolaan
aktifitas audit internal, independensi organisasi, dan hal-hal lain.

40
Staff dan Sumberdaya

• Alokasi Sumberdaya Penugasan


Jumlah staff yang berpengalaman
Pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi dari staff
Keperluan pelatihan,
Persyaratan penggunaan tenaga dari luar.

41
Jadwal Staff Audit

• Staff audit harus dipersiapkan sehingga penggunaan


waktunya efisien. Jadwal staff audit ditentukan
berdasarkan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi
lain untuk memenuhi cakupan penugasan secara efektif
dan efisien. Setiap ada kesempatan pelatihan hendaknya
dapat diikuti. Semua penugasan harus dapat dikendalikan
biayanya. Penganggaran penugasan harus dibuat pada
setiap penugasan.

42
• Pimpinan Auditor bertanggungjawab untuk memastikan bahwa
aktifitas audit memiliki sumberdaya yang cukup, termasuk
pegawai dengan pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi lain
yang memadai untuk aktifitas yang telah direncanakan.

• Sebagai bagian dari proses pengelolaan sumberdaya, penilaian


secara tertulis hendaknya dilakukan minimal 1 tahun sekali.

• Selanjutnya pada kesimpulan dari penugasan yang penting,


pengawas harus menyelesaikan penilaian kinerja kepada seluruh
staff yang terlibat pada penugasan. Penilaian tersebut akan
membantu pada: (1) Pimpinan Auditor untuk menilai kebutuhan
akan pelatihan dan menilai kemampuan auditor yang ada dan (2)
Staff untuk mengidentifikasikan area yang lemah dan kekuatan
auditor.

43
Terima Kasih

44

Anda mungkin juga menyukai