Anda di halaman 1dari 5

1.

FORMASI CILETUH
Nama Ciletuh diajukan oleh Soekamto (1975) terhadap satuan batuan yang terdiri dari
konglomerat, pasir dan lempung di DAS Ciletuh, di Teluk Ciletuh, Pelabuhanratu. Penamaan ini
didasari oleh penerbitan terdahulu (anonim, 1939/1940), yang memberikan nama Ciletuh Lagen
terhadap satuan batuan yang sama.
Hasil penyelidikan terdahulu di daerah ini yang tidak diterbitkan seperti Duyfjes (1939, 1940,
1941), Sunu (1940), Soehanda (1967), pada hakekatnya setuju mengelompokkan batuan ini pada
satu kesatuan litostratigrafi tersendiri.
Didalam tulisan ini nama Ciletuh dipakai sebagai nama resmi formasi di daerah tersebut diatas
dan terhadap satuan-satuan lain yang sejenis yang ditafsirkan mempunyai hubungan genesa serta
kesinambungan dalam mulajadinya. Satuan yang dimaksud adalah Formasi Rajamandala
(Soekamto, 1975), suatu singkapan batuan lempung dan pasir di desa Cinyomplong, di selatan
aliran Sungai Cimandiri.
Sinonim
Formasi Ciletuh bersinonim dengan Formasi Rajamandala (Soekamto, 1975).
Penyebaran dan Ketebalan
Singkapan terluas Formasi Ciletuh terdapat di Teluk Ciletuh, Pelabuhanratu, Sukabumi. Dalam
penyelidikan ini ditafsirkan, penyebaran Formasi Ciletuh menerus dibawah batuan neogen di
sebagian jawa Barat, terutama Cekungan Bogor.
Penyebaran di daerah lokasitipenya sangat sulit dipastikan, karena telah mengalami penyesaran
yang kuat. Anonymus (1940) beranggapan tebal di lokasitipenya sekitar 1500 m, sedangkan
Hudaya (1978) dalam pengukurannya, bagian terbawah tersingkap di Cikadal, tebal minimal
362,5 m. bagian tengah di Cigadung (Ciletuh) 540 m dan bagian atas di Cibenda (Ciletuh) sekitar
500 m. Sehingga secara keseluruhan ketebalan minimal Formasi Ciletuh adalah 1400 m.
Lokasitipe dan Stratotipe
Lokasitipe dari Formasi Ciletuh ditentukan pada Sungai Ciletuh di Teluk Pelabuhanratu.Lokasi
ini berkoordinat 106 28 B.T dan 7 14 L.S (gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Fm. Ciletuh via Google earth

stratotipe Formasi Ciletuh merupakan stratotipe gabungan dari beberapa tipe


penampang.Penampang terbawah di Cikadal (Cibatununggul), bagian tengah di Cigadung,
sedangkan yang atas di Bantarlimus (lihat gambar 2)

Gambar 2. Lokasi kolom


Ciri Litologi
Di lokasitipenya, sepanjang Sungai Ciletuh, Pelabuhanratu, singkapan formasi ini merupakan inti
dari suatu ampitheater , dimana bagian tepinya terdiri dari Formasi Jampang. Di daerah ini
Formasi Ciletuh dapat dibagi menjadi dua bagian, dengan batas yang transisi diantaranya.
Bagian terbawah dari Formasi Ciletuh, di Ciletuh tersingkap sangat baik sekitar G. Badak
desaCikadal (stratotipe) (gambar 3).

Gambar 3. Stratotipe Fm. Ciletuh


Di bagian ini daerah bawah bercirikan endapan turbidit, mengandung foraminifera plangton.
Satuan ini terdiri dari lempung, serpih hitam, berlapis tipis. Berselingan dengan batupasir
greywacke yang berwarna abu-abu.Tebal lapisan ini sekitar 10 m. Diatasnya didapatkan lapisan
breksi, terpilah sangat jelek, dengan komponen dari ukuran pasir sampai bongkah, terdiri dari
fragmen peridotit dan filit. Di bagian teratas dari Formasi Ciletuh bawah ini, sebagaimana
tersingkap di G. Badak, mulai banyak mengandung fragmen kwarsa dan kalsedon, yang
membundar. Disini juga ditemukan bongkah gamping yang banyak mengandung fosil foram
besar, seperti : Assilina, discocyclina dispansa, Alveolina serta Nummulites kecil. Urutan turbidit
Bouma terlihat pada greywacke. Urutan Bouma pada greywacke tipis umumnya adalah C, D,dan
E, sedangkan pada breksi menunjukkan ciri turbidit fluxo.
Formasi Ciletuh bagian bawah ini, ditemukan juga di daerah-daerah lain di Teluk Ciletuh, yang
selalu berbatasan sesar terhadap kompleks mlange, seperti terlihat di sepanjang Cibatununggul,

dekat kompleks Melange Citisuk/Cianggabangsa. Ketebalan yang pasti dari formasi ini sulit
dikerjakan karena sesar dan perlipatan yang sangat kuat.
Bagian tengah Formasi Ciletuh di Ciletuh terlihat di Cigadung anak Sungai Ciletuh yang
mengalir dari selatan ke utara dan daerah perbukitan di sekitar Cikadal. Singkapan satuan ini
pada umumnya sangat jelek, merupakan perbukitan bergelombang. Batuan disini terdiri dari
selang seling lempung serpihan dan pasir. Di Cigadung, lempung terlihat masih sangat dominan (
15 m sampai 25 m ). Kadang-kadang pasir merupakan suatu lapisan tebal, mencapai 7 8 m,
dengan ciri dasar tegas dan atas berangsur. Baik lempung maupun pasir tidak mengandung fosil.
Satuan ini sangat luas tersebar di daerah Ciletuh. Ketebalannya mencapai >540 m, sebagaimana
terukur di Ciletuh.
Singkapan Formasi Ciletuh dapat pula ditemui dengan baik di sepanjang Sungai Cikalong (anak
Sungai Cimandiri) menerus sampai ke Sungai Cisarua. Singkapan umumnya searah dengan jurus
lapisan. Pada anak-anak sungainya seperti Sungai Kandang Sapi, Sungai Citiis, Sungai Cipicung
dan lainnya, singkapan tidak begitu baik, karena lapuk atau tertutup bongkah-bongkah guguran
satuan yang diatasnya.
Bagian bawah dari Formasi Ciletuh yang di pelajari di Sungai Cikalong memperlihatkan endapan
turbidit distal. Satuan batuan ini terdiri dari serpih abu-abu tua, berlapis tipis, berselingan dengan
batupasir kwarsa halus yang mempunyai sisipan tipis dengan batupasir greywacke warna abu-abu
tua. Tebal lapisan ini dari 50 cm sampai dengan 9 m.
Batupasir kwarsa berukuran halus sampai sangat halus, warna putih sampai abu-abu muda,
sangat keras, memperlihatkan gelembur gelombang sampai lipatan keriput. Serpih berwarna abuabu tua, mudah di remas sampai kompak, dengan ketebalan bervariasi dari 5 cm sampai 2 m
serta memperlihatkan struktur perlapisan horizontal. Batupasir greywacke warna abu-abu tua
didapatkan sebagai sisipan tipis pada serpih dan batupasir kwarsa halus.
Di Sungai Cipanas, Sungai Cikalong dan di Sungai Cisarongge didapatkan sisipan batu lempung,
kehijauan, keras, sedikit gampingan, sebagai sisipan pada batupasir kwarsa dengan ketebalan
mencapai 10 m. Paling atas dari Formasi Ciletuh bagian bawah berupa lapisan breksi dengan
pemilahan sangat jelek, komponen berukuran antara pasir sampai bongkah, terdiri dari fragmen
sekis, kwarsa dan peridotit. Di bagian teratas dari Formasi Ciletuh di daerah ini didapatkan pula
komponen kalsedon, arpus, kwarsa didalam konglomerat yang berukuran kerikil sampai kerakal.
Mungkin yang terakhir ini termasuk Formasi Bayah.
Ciri Batas
Formasi Ciletuh bagian bawah di daerah Ciletuh selalu ditemukan berbatas sesar dengan
kompleks mlange dibawahnya. Bagian atas dari formasi ini ditandai oleh perubahan berangsur
dari batuan yang dominan lempung ke batupasir kwarsa.
Kandungan Fosil dan Umur

Beberapa fragmen gamping pada bagian bawah Formasi Ciletuh yang ditemukan di sebelah tepi
utara G. Badak, Cikadal (Hudaya, 1978), kaya akan fosil foram besar, seperti : Assilina,
Discocyclina dispansa, Fasciolites, dan Nummulites, yang menunjukkan umur Eosen Awal
sampai Tengah.
Contoh dari serpih dan lempung terbawah 2 m dari kontak dengan filit di Karang haji, Cikadal,
telah didapatkan fosil foram plangton yang terdiri dari : Globigerina ampliapertura (?),
globigerina cf. tripartita, Globigerinita pera, Globorotalia permicra (?), dan Globorotalia
siakensis (?), yang menunjukkan kisaran umur Eosen Oligosen Awal ( Soejono, suparka,
Hadiwisastra, 1978). Contoh foram plangton diatas perlu diberi tanda tanya, mengingat
umumnya contoh fosil sudah mengalami perubahan bentuk karena tekanan.
Bagian tengah dari formasi ini di Sungai Cigadung oleh Endang Tayib dkk. (1977), telah
ditemukan foram plangton yang terdiri dari : globigerina cf. tripartite, Gb. cf.
pseudoampliapertura, Gb. ampliapertura, Globorotalia cf. cerroazulensis, dan Globorotalia
pomeroli, yang menunjukkan umur Eosen Oligosen Awal. Di tempat ini juga ditemukan fosil
berumur Kapur yang dianggap telah mengalami endapan ulang (reworked) seperti
pseudotextularia dan Globotruncana sp. Di tempat lain , di tenggara Sungai Cibenda, Endang
Tayib lebih lanjut menemukan lempung napalan yang mengandung foraminifera plangton,
seperti : Globigerina cf. tripartita, Gb. cf. eocaena, Gb. Cf. pseudoampliapertura dan
Globorotalia cf. opima, yang semuanya juga menunjukkan umur Eosen Oligosen Awal.
Dari uraian tersebut diatas, jelas agak sulit bagi kita untuk menentukan umur dari Formasi
Ciletuh ini secara lebih tepat. Mengingat, formasi ini dititupi oleh Formasi Bayah yang berumur
Eosen Tengah, Maka mur Formasi Ciletuh kemungkinan adalah Eosen Awal.
Kedudukan Stratigrafi
Penyelidikan terdahulu, seperti anonymous (1939), van Bemmelen (1949), Soekamto (1975)
serta Tayib dkk. (1977) beranggapan bahwa kedudukan Formasi Ciletuh terhadap satuan
mlange dibawahnya sebagai kedudukan tidak selaras. Pendapat ini pada hakekatnya dilandasi
oleh anggapan bahwa endapan mlange yang kompak sebagai endapan Pra-tersier, sehingga
adanya rombakan endapan mlange ini pada bagian bawah Formasi Ciletuh dianggap sebagai
tanda ketidak selarasan.
Soejono, Suparka, hadiwisastra (1978) berkesimpulan bahwa kedudukan ini adalah selaras. Hal
ini mengingat kisaran waktu antara kedua batuan tersebut adalah sama. Dari urutan ciri litologi
maupun struktur dan ciri fosilnya Formasi Ciletuh adalah menyamai ciri litologi, struktur dan
fosil dari endapan prisma akresi atau pond deposits (Karig, 1975), sehingga berdasar model
prisma akresi dari karig dan Sharman (1975), kejadian kedua satuan tersebut dapat dikatakan
tidak terputus.
Lingkungan Pengendapan
Mulajadi dari Formasi Ciletuh telah dibahas secara mendalam oleh Soejono, Suparka,
Hadiwisastra ( 1978). Dalam tulisannya bagian bawah dari formasi ini telah ditafsirkan sebagai

pond deposits atau endapan lereng atas dari suatu sistem akresi pada umur Eosen Awal.
Lingkungan pengendapan dari satuan ini, dari laut dalam pada bagian bawah , berubah secara
berangsur ke lingkungan laut dangkal di bagian atasnya. sumber :Soejono M, 2003, Evolusi
Cekungan Bogor, ITB

Anda mungkin juga menyukai