Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN MOBILITAS

A. PENGERTIAN
Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau Imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan
(aktivitas).

A. JENIS MOBILITAS DAN IMOBILITAs


Jenis Mobilitas :
1.

Mobilitas penuh,

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas,


sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2.

Mobilitas Sebagian,

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak
mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya, mobilitas sebagian dibagi dua jenis :
a.

Mobilitas sebagian temporer,

merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya


sementara.
b.

Mobilitas sebagian permanen,

merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya


menetap.

Jenis Imobilitas :

1.

Imobilisasi fisik,

merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah


terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2.

Imobilisasi intelektual,

merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir.


3.

Imobilitas emosional,

merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional


karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4.

Imobilitas sosial,

merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan


interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

B.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS

1.

Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang


karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari

2.

Proses Penyakit / Cedera

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat


mempengaruhi fungsi sistem tubuh

3.

Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.

4.

Tingkat Energi

Energi adalh sumber untuk mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

5.

Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerka sejalan dengan
perkembangan usia.

C.

PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS

(Tanda dan Gejala)

a.

Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,


mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh.
b.

Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas


akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum
berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya
perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema,
sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c.

Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein
dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel
menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,
d.

Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena imobilitas


dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan
proses eliminasi.
e.

Perubahan Sistem Pernapasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat


imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot,
f.

Perubahan Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi


ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
g.
-

Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Gangguan Muskular

: menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas,

dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara


langsung.
Gangguan Skeletal
gangguan

: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan

skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi


dan osteoporosis.
h.

Perubahan Sistem Integumen

Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena
menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.

i.

Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.


j.

Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa


bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

D.
1.
a.

PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat Keperawatan Sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b.

Riwayat Keperawatan Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan mobilitas
c.

Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat
alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d.

Kemampuan Mobilitas
Tingkat
Aktivitas/Mobilitas

Kategori

Tingkat 0

Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1

Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2

Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Tingkat 3

Memerlukan bantuan, pengawasan orang


lain, dan peralatan
Tingkat 4

e.

Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap
gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi)

f.

Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem


pernapasan dan sistem kardiovaskular.

g.

Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak.

h.

Skal Procentase Kekuatan


a
Normal

Karakteristik

Paralisis sempurna

10

Tidak ada gerakan, kontraksi otot


dapat dipalpasi atau dilihat

25

Gerakan otot penuh melawan


gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan
gravitasi

50

75

Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan melawan tahan minimal

100

Kekuatan normal, gerakan penuh


yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas


dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.

2.

Diagnosis

Gangguan penurunan curah jantung berhubungan dengan imobilitas

otot

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya terus dan kekuatan

Tidak efektifnya pola napas berhubunagn dengan menurunnya ekspansi paru

Gannguan interaksi sosial berhubungan dengan imobilitas

Gangguan konsep diri berhubungan dengan imobilitas

3.

Perencanaan

Tujuan :
1.

Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi

2.

Meningkatkan fungsi kardiovaskular

3.

Meningkatkan fungsi respirasi

4.

Memperbaiki gangguan psikologis

Rencana Tindakan :
a.
Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh
yang benar
b.

Ambulasi dini

c.

Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

d.

Latihan isotonik dan isometrik

e.

Latihan ROM

f.

Latihan napas dalam dan batuk efektif

g.

Melakukan postural drainage

h.

Melakukan komunikasi terapeutik

4.

Pelaksanaan

a.

Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan untuk


meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi
tersebut, yaitu :
1.

Posisi fowler

2.

Posisi sim

3.

Posisi trendelenburg

4.

Posisi Dorsal Recumbent

5.

Posisi lithotomi

6.

Posisi genu pectoral

b.

Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur,
bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.

c.
Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan
fungsi kardiovaskular.

d.

Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan
cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic
exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan
latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah
jantung dan denyut nadi.

e.

Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
1.

Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2.

Fleksi dan ekstensi siku

3.

Pronasi dan supinasi lengan bawah

4.

Pronasi fleksi bahu

5.

Abduksi dan adduksi

6.

Rotasi bahu

7.

Fleksi dan ekstensi jari-jari

8.

Infersi dan efersi kaki

9.

Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10. Fleksi dan ekstensi lutut


11. Rotasi pangkal paha
12. Abduksi dan adduksi pangkal paha

f.

Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak


terjadinya imobilitas.

g.

Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri. Postural
drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran napas
tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis,
sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi
sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan
vibrasi dada.
h.

Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan cara
berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-lain.

5.

Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi


gangguan mobilitas adalah :
a.

Peningkatan fungsi sistem tubuh

b.

Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot

c.

Peningkatan fleksibilitas sendi

d.
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi
pasien menunjukkan keceriaan
A. Diagnosa
1. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan yang banyak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal,
immobilisasi, stress dan cemas.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen
tulang yang berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.
B. Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi
Rasional
1. Resiko syok berhubu-ngan dengan perdarahan yang banyak
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak
sampai mengalami syok, dengan kriteria hasil :
1.

Perdarahan pada daerah vaskuler yang mengalami kerusakan terhenti.

2.

Aliran darah ke semua jaringan tubuh tercukupi

3.

Tidak terjadinya disfungsi seluler

MANDIRI:
1. Observasi tanda-tanda vital.

2. Kaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan


3. Berikan posisi supinasi
4. Berikan banyak cairan (minum)

KOLABORASI:
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus IV koloid 30-40 mg/kg BB

6. Pemberian obat koagulansia (vitamin K, Adona) dan peng- hentian perdarahan


dengan fiksasi.
7. Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hematokrit)

1.Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin


2.Untuk menentukan tindakan selanjutnya
3.Untuk mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak dan ke
organ ektremitas atas lainnya
4.Untuk mencegah kekurangan cairan (mengganti cairan yang hilang)
5.Pemberian cairan perinfus dapat membantu intake pasien dalam menjaga fluid
balance dalam tubuh
6.Membantu proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan.

7.Untuk mengetahui kadar Hb, Hematokrit apakah perlu transfusi atau tidak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal,
immobilisasi, stress dan cemas
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu
melakukan yang ingin dilakukan sendiri dengan mempergunakan ekstremitas atas
tanpa melibatkan mobilisasi dari ekstremitas bawah terutama yang mengalami
kerusakan, dengan kriteria hasil :
1. Kerusakan neuromuskuler skeletal tidak bertambah parah akibat mobilisasi yang
dipaksakan
2. Stress teratasi secepat dan sedini mungkin agar pasien kooperatif dan mau
mengikuti saran perawat untuk tidak terlalu banyak bergerak
3. Kecemasan terhadap intoleransi aktivitas yang di sangka pasien akan
berlangsung lama hilang.
MANDIRI:
1.
Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien
tentang immobilisasi ter- sebut.
2.
Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran,
dan lain-lain yang tidak melibatkan ekstremitas bawah)
3.
Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak.
4.

Bantu pasien dalam perawatan diri

5.
Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar
BAB teratur.

KOLABORASI :
6.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet tinggi protein, vitamin, dan
mineral.
7.

Konsul dengan bagi- an fisioterapi

1. Mengkaji tingkat imobilisasi pasien dapat menentukan tindakan selanjutnya


2. Memberikan ke- sempatan untuk me- ngeluarkan energi, memusatkan perhatian,meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam
mengurangi isolasi sosial.

3. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur/atropi dan reapsorbsi Ca
yang tidak digunakan.
4. Meningkatkan ke- kuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan kemampuan pasien
dalam mengontrol situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5. Bedrest, penggunaan analgetika dan pe- rubahan diet dapat menyebabkan
penurunan peristaltik usus dan konstipasi.

6. Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada


immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb untuk pasien yang sudah
dilakukan traksi)
7. Untuk menentukan program latihan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada daerah fragmen
tulang yang berubah, luka pada jaringan lunak, dan pemasangan back slab.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien mampu
menggerakkan bagian tubuh yang mengalami inkontinuitas, dengan kriteria hasil :
1. Pasien mampu melakukan ROM aktif, body mechanic, dan ambulasi dengan
perlahan
2. Neuromuskuler dan skeletal tidak mengalami atrofi dan terlatih
3. Pasien mampu sedini mungkin melakukan mobilisasi apabila kontinuitas
neuromuskuler dan skeletal berada dalam tahap penyembuhan total

MANDIRI :
1. Kaji tingkat kemampuan ROM aktif pasien
2.

Anjurkan pasien untuk melakukan body mechanic dan ambulasi

3. Berikan sokongan (support) pada ekstremitas yang luka


4. Ajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam mobilisasi
seperti body mechanic ROM aktif, dan ambulasi
KOLABORASI :
5. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan
dan yang belum boleh digerakkan

1.
ROM aktif dapat membantu dalam mempertahankan/ meningkatkan kekuatan
dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi cardiorespirasi, dan mencegah
kontraktur dan kekakuan sendi
2.
Body mechanic dan ambulasi merupakan usaha koordinasi diri muskuloskeletal
dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat
3.
Memberikan sokongan pada ekstremitas yang luka dapat mingkatkan kerja
vena, menurunkan edema, dan mengurangi rasa nyeri
4.

Agar pasien terhindar dari kerusakan kembali pada ekstremitas yang luka

5.

Penanganan yang tepat dapat mempercepat waktu penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai