Anda di halaman 1dari 11

Bab 2

Dualisme Gelombang Cahaya

Efek Fotolistrik
Efek Compton
Hipotesa de Broglie

A. Sifat Cahaya sebagai Partikel


1. Radiasi Benda Hitam
Benda hitam didefinisikan sebagai suatu sistem yang dapat menyerap semua
radiasi kalor yang mengenai benda tersebut (Kamajaya,2007:216).
Spectrum energi yang dipancarkan oleh sebuah benda bergantungpada
beberapa factor, antara lain suhu benda, sifat permukaan benda, dan jenis bahan
benda. Spectrum energi dalam bentuk gelombang

elektromagnetik yang

dipancarkan oleh permukaan benda menunjukkan intensitas radiasi benda.


Semakin tinggi suhu permukaan benda, semakin besar intesitas radiasi yang
dipancarkannya (etc:216).
Permukaan benda hitam merupakan permukaan yang memiliki sifat sebagai
pemancar atau penyerap radiasi yang sangat baik. Jika suhu permukaannya tinggi,
akan bersifat memancarkan radiasi. Akan tetapi, jika suhunya rendah, akan
bersifat sebagai penyerap radiasi(etc:216)
Tabel di bawah ini menunjukkan hubungan antara suhu benda dengan warna
benda dari hasil eksperimen.
Suhu Benda dalam

500 700
700 800
800 900
900 1000
1000 1100
1100 1300
1300 1500

Warna Benda
Merah tua
Merah
Merah jingga
Jingga
Kuning
Kuning muda
Putih

Beberapa Hukum dari Radiasi Benda Hitam:

a. Stevan-Bolzman
Daya total dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam sebanding dengan
pangkat empat suhu mutlaknya
P= T4.A.e
P=T4 .A
Untuk memunculkan intenstas :
P=I.A
I= .T4

= Sigma(tetapan Stevan-Boltzman)

= Suhun Mutlak (K)

Hukum Stefan-Boltzman mengatakan Daya total


dipancarkan

oleh

benda

hitam

sebanding

dari radiasi yang

dengan

pangkat

suhu

mutlaknya,semakin besar suhunya,maka semakin besar dayanya


Secara matematis :
P = T4 . . A . e
Jika e = 1 dan P = I . A ,maka ,
I = . T4
Dengan :
I = Intensitas cahaya
T=suhu mutlak (K)
= Tetapan stefan-boltzman (5,67 x 10-8 w/m )
Kegagalan hukum stefan-boltzman yaitu tidak mampu menjelaskan jika suhu
semakin tinggi,maka cahayanya bisa berubah-ubah warna.
b. Hukum Pergeseran Wien
Wien mempelajari hubungan antara suhu dan panjang gelombang pada
intensitas maksimum.
Hukum Pergeseran Wien mengatakan panjang gelombang untuk
intesitas cahaya yang maksimum akan berkurang atau bergeser seiring
bertambahnya waktu.
Secara matematis :
max . T = C
Dengan :

max = panjang gelombang untuk intesitas maksimum ( m)


T = Suhu mutlak ( K )
C = konstanta Wien ( 2,9 x 10-3 mk )
Hukum Pergeseran Wien telah mampu menjelaskan bahwa

benda yang

semakin dipanaskan akan berubah warna.

Kegagalan hukum Pergeseran Wien yaitu :


1. Hukum Pergeseran Wien Tidak mampu menjelaskan bahwa radiasi yang
di pancarkan, berlangsung secara terus menerus ( Energi kontinyu )
2. Hukum Pergeseran Wien hanya mampu menjelaskan radiasi energi untuk
panjang gelombang yang kecil dan tidak dapat menjelaskan radiasi pada
panjang gelombang yang besar .
untuk Intensitas maksimum, panjang gelombang akan bergeser seiring
bertambahnya suhu.
maksimum =T.C
ket: = Panjang gelombang
T = Suhu mutlak
C =Konstanta Wien (2,9 X 10-3)
semakin besar suhunya maka energi yang dihasilkan juga semakin besar dan
warnanya berubah.
Kelemahan hukum pergesaran Wien :
Energi Continue (secara terus - menerus).
Tidak bisa menjelaskan radiasi pada panjang gelombang ()yang besar.

c. Hukum Rayleigh-Jeans
Pada saat =0, maka intensitasnya tak berhingga,yang menyebabkan energi
tak berhingga .
I=

1
^4

=0=~

Dan persamaan datas disebut bencana ultraviolet.


Kelemahan Hukum Rayleigh- Jeans
Hanya mampu menjelaskan radiasi pada panjang gelombang( ) yang besar

d. Max Planck
1) Energi Radiasi bersifat diskrit (beritingkat-tingkat,secara terus menerus)
2) Bergantung pada tingka-tingkat energi untuk setiap keadaan kuantum
E=n.f.h

n=1,2,3....+n

Ket:
n = bilangan Kuantum
h = konstanta (6,626 X 10-3) J.S
f = Frekuensi cahaya
Penjelasan Max Planck berdasarkan hukum wien dan rayleigh jeans :
Untuk panjang gelombang yang pendek memerlukan energi yang
besar karena jaraknya yang jauh
Untuk panjang gelombang yang panjang energi yang digunakan
sedikit karena jaraknya yang dekat

2. Efek Fotolistrik
Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian
Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki
bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut
foton yang memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih
dikenal dengan sebutan efek fotolistrik. Peristiwa efek fotolistrik yaitu terlepasnya
elektron dari permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya.

Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik


a. Einstein say:
Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya
akan menumbuk elektron- elektron pada permukaan logam tersebut
sehingga elektron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik.
Einstein menemukan bahwa setiap foton mempunyai energi yang sangat
besar, bergantung pada frekuensi. Dalam fisika, energi dari foton
dituliskan sebagai E = h x f, simbol f adalah frekuensi dan h adalah
konstanta Planck
b. Hukum pancaran fotolistrik

Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektron yang dipancarkan


sebanding dengan intensitas cahaya yang digunakan.

Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi, artinya di


bawah frekuensi ini fotoelektron tidak bisa terpancar, karena energinya
lebih kecil dibandingkan dengan energi ikat elektron.

Di atas frekuensi ambang, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron


tidak bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada
frekuensi cahaya

Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang


terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah
besar
jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa energi kinetic elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton
yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek
fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan
untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar
dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron
terlepas dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam
waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik
maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan
diperbesar(Suharyanto,2009:227).
Ek = hf hf0

Ek = h - h0
Dengan:
Ek = Energi kinetik elektron
hf = energi foton
hf0 = energi ambang bahan
Jadi efek fotolistrik dapat terjadi jika f > f0 atau < 0.
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori
kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga

menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak


menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket,
sehingga energi ini jika diberikan pada electron akan diberikan seluruhnya,
sehingga foton tersebut lenyap(Suharyanto,2009:227).
B. Sifat Partikel sebagai Gelombang
1. Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923.
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak
memiliki massa diam. Berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan
oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejalagejala tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron.
Compton mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat
diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf
dan momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang
memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis sebagai
sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang
terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan
kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan
sebesar terhadap arah semula.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki
panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal
ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton
sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf hf)
dalam hal ini f > f, sedangkan panjang gelombang yang terhambur menjadi
tambah besar yaitu >

Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan electron


Gelombang EM yg berupa foton dapat dianggap sebagai partikel2 sehingga
mempunyai momentum, pendapat ini disebut efek Compton.
Jika foton menumbuk partikel lain misalnya elektron, maka secara mekanik
boleh kita anggap sbg tumbukan partikel2. Misal panjang gelombang mula2 0
dan menjadi karena menumbuk elektron yg diam, sehingga pancaran foton
menyimpang terhadap arah semula.
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi
Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton
terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :

1 0
Dengan:

h
.(1 cos )
me c

0= panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)


1= panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)
h = konstanta Planck (6,625 10-34 Js)
me = massa diam elektron (9,1 10-31 kg)
c = kecepatan cahaya (3 108 ms-1)

= sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)


Besaran

sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi jelaslah

sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari
sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga
memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat,
yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel
yang sering disebut sebagai dualime gelombang cahaya.

2. Hipotesa de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari prancis
mengemukakan hipotesis tentang gelombang materi. Gagasan ini adalh timbal
balik daripada gagasab partikel cahaya yang dikemukakan Max Planck. Louis de
Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi berkas
elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan materi mempunyai sifat
gelombang di samping partikel, yang dikenal dengan prinsip dualitas.
Semua partikel, seperti elektron dapat bersifat seperti gelombang, dengan panjang
gelombang:

h
p

atau

= panjang gelombang de Broglie


h = konstanta Planck
m = massa partikel
v = kecepatan partikel

h
mv

Anda mungkin juga menyukai