Anda di halaman 1dari 108

Materi Akhlaq Kelas XII MA. Prog.

Keagamaan
Semester 1
TARIKAT DAN TOKOH-TOKOH SERTA AJARANNYA
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1.1.Menjelaskan tarikat Qadiriyah dan
1. Mengenal Tarikat dan ajarannya1.2.Menjelaskan tarikat Rifaiyah dan
ajarannya1.3.Menjelaskan tarikat Syaziliyah dan
tokoh-tokoh serta
ajarannya1.4.Menjelaskan tarikat Maulawiyah dan
ajarannya
ajarannya
1.5.Menjelaskan tarikat Syatiriyah dan ajarannya
1.6.Menjelaskan tarikat Naqsabandiyah dan ajarannya
1.7.Menjelaskan tarikat Suhrawardiyah dan ajarannya

1. A. PENGERTIAN TAREKAT
2. 1. Pengertian secara Bahasa
1. Tarekat (bahasa Arab: arqah ;jamak ;uruq)
berarti jalan atau

metode, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam
Islam. Ia secara konseptual terkait dengan h aqqah atau kebenaran sejati,
yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut.
Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan
mempelajari hukum Islam, yaitu praktek eksoteris atau duniawi Islam, dan
kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk
arqah.
Melalui praktek spiritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat,

calon penghayat tarekat akan berupaya untuk mencapai h aqqah (hakikat, atau
kebenaran hakiki).
2. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab hariqah, jamaknya haraiq, yang
berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub),
(3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang
tempat berteduh, tongkat, payung (amud al-mizalah).
3. Menurut Al-Jurjani Ali bin Muhammad bin Ali (740-816 M), tarekat ialah
meode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah
aala melalui ahapan-ahapan/maqama.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian
bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan
diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi broherhood) yang
ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
1. 2. Pengertian secara istilah
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem
kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk,
syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran

wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan
karamah, barakah atau syafaah atau limpahan pertolongan dari guru.
Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf.
Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mutabarah al-Ahadiyyah, Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Rifaiah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di
Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik
yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang
semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor),
Tarekat Khalawatiah Yusuf (Sulawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya
saja.
Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan) menuju kepada Hakikat atau dengan kata
lain pengalaman Syariat, yang disebut Al-Jaraa atau Al-Amal, sehingga Asy-Syekh
Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut
disebutkan:
1)
Tarekat adalah pengamalan syariat, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun)
dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak
boleh dipermudah.
2)
Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan
kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).
3)
Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal
mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang
disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif
(Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di
beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua
macam pengertian.
1. Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh
orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan
kerohanian yang disebut Al-Maqamaat dan Al-Ahwaal.
2. Tarekat yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut ajaran yang telah
dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu. Maka dalam
perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarekat
yang dianutnya, lalu diamalkan bersama dengan murid-muridnya.
Secara terminologi, pemaknaan tarekat agak sulit dirumuskan dengan pas, karena pengertian
tarekat ikut berkembang mengikuti perjalanan kesejarahan dan perluasan kawasan
penyebarannya. Dari berbagai sumber klasik maupun kontemporer, nampaknya tarekat dapat
dimaknai sebagai suatu sistem hidup bersama dan kebersamaan dalam keberagamaan
sebagai upaya spiritualisasi pamahaman dan pengamalan ajaran Islam menuju tercapainya
marifatuI-lah. Dalam perspektif ini, secara operasional rumusan ini bisa diartikan sebagai
usaha kolektif dalam upaya tazkiyah an nafs dalam rangka interiorisasi keberagamaan.
Tarekat itu artinya jalan petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.
Menurut Mircea Aliade, kata thariqah digunakan dalam dunia tasawuf sebagai jalan yang
harus di tempuh seorang sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah. Atau metode psikologismoral dalam membimbing seseorang untuk mengenali Tuhannya.

Pengertian tarekat menurut Prof.Dr.H.Abubakar Aceh ialah : jalan ,petunjuk dalam


melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh
nabi Muhammad SAW dan dikerjakan oleh Sahabat, tabiin , dan tabiit tabiin turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai.
Dari Abu Al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani mengatakan : kata Tariqat pada para sufi
mutakhir dinisbatkan bagi sejumlah probadi sufi yang bergabung dengan seorang
guru( Syekh) dan tunduk dibawah aturan-aturan terperinci dengan jalan rohaniyah ,yang
hidup secara kolektif secara zawiyah, ribath dan khanaqah, atau berkumpul secara periodic
dalam acara-acara tertentu, serta mengadakan berbagai pertemuan ilmiah maupun rohaniyah
yang teratur.
Sedangkan J. S. Trimingham menyatakan bahwa tarekat adalah a practical method (other
terms were madhhab, riayah and suluk) to guide a seeker by tracing a way of thought,
feeling and action, leading a succession of stages (maqamat, an integral association with
psycological experiance called states ahwal) to experianceof Divine Reality (haqiqa) ,
metode praktis (bentuk-bentuk lainnya, mazhab, riayah, dan suluk) untuk membimbing
murid dengan menggunakan pikiran, perasaan dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan
(maqamat, kesatuan yang utuh dari pengalaman jiwa yang disebut states, ahwal) secara
beruntun untuk merasakan hakikat Tuhan.
Tarekat berakar dari pengalaman seorang sufi ahli tasawuf- dalam mengajarkan ilmunya
kepada orang lain, pengajaran mana kemudian dikembangkan pengikutnya. Oleh karena itu,
dalam perkembangannya kemudian, tarekat terkait erat dengan nama guru tasawuf itu. Dalam
pengertian ini, maka penamaan satu tarekat diambil dari nama pimpinan kelompok belajar
itu. Misalnya tarekat Naqsyabandiyah dinamai demikian adalah karena kelompok
pembelajaran tasawuf itu dirintis oleh Bahauddin al- Naqsyaband. Hal ini berarti, nampaknya
tarekat mirip dengan aliran tasawuf the sufi orders-, atau semacam pranata sosial keagamaan
yang visi dan misinya sufism. Dengan demikian tarekat yang pada awalnya dimaknai sebagai
metode mendekatkan diri kepada Allah, berubah menjadi sistem pembelajaran tasawuf yang
melembaga.
Dalam tarekat sebagai lembaga, ditemui adanya seorang mursyid atau pembimbing dan
biasanya didampingi satu orang asisten atau lebih, yang disebut khalifah atau wakil,
pengikutnya dinamai murid atau yang berminat. Tempat untuk belajar dan pondokan
semacam asrama- disebut ribath atau zawiyah dan juga dinamai taqiyah yang dalam bahasa
persia disebut khanaqoh.
1. 3. Tujuan dan Dasar Utama Tarekat
Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi, termasuk Tarekat QadiriyahNaqsyabandiyah adalah untuk membina dan mengarahkan seseorang agar bias merasakan
hakikat Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan
sempurna. Dalam kegiatan semacam ini, biasanya seorang anggota atau salik (penempuh dan
pencari hakikat ketuhanan) akan diarahkan oleh tradisi-tradisi ritual khas yang terdapat dalam
tarekat bersangkutan sebagai upaya pengembangan untuk bisa menyampaikan mereka ke
wilayah hakikat atau makrifat kepada Allah Azza wa Jalla. Setiap tarekat memilki perbedaan
dalam menentukan metode dan prinsip-prinsip pembinaanya. Meski demikian, tujuan utama
setiap tarekat akan tetap sama, yakni mengharapkan Hakikat Yang Mutlak, Allah Azza wa
Jalla. Secara umum, ujuan uama seiap areka adalah penekanan pada kehidupan akhira,
yang merupakan iik akhir ujuan kehidupan manusia beragama. Sehingga, seiap akifias
aau amal perbuaan selalu diperhiungkan, apakah dapa dierima aau idak oleh uhan.
Karena itu, Muhammad Amin al-Kurdi, salah seorang tokoh Tarekat Naqsyabandi,
menekankan pentingnya seseorang masuk ke dalam tarekat, agar bisa memperoleh
kesempurnaan dalam beribadah kepada Tuhannya. Menurutnya, minimal ada tiga tujuan bagi
seseorang yang memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya

terbuka terhadap sesuatu yang diimaninya, yakni Zat Allah AWT, baik mengenai sifat-sifat,
keagungan maupun kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya
secara dekat lagi, serta untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para
sahabatnya. Kedua, untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian
menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah) dengan
berpegangan pada para pendahulu (shalihin) yang telah memiliki sifat-sifat itu. Ketiga, untuk
menyempurnakan amal-amal syariat, yakni memudahkan beramal salih dan berbuat kebajikan
tanpa menemukan kesulitan dan kesusahan dalam melaksanakannya.
Langkah utama dan pertama bagi seseorang yang akan memasuki dunia tarekat adalah
kesiapan untuk menaati aturan-aturan syariat Islam. Karena seluruh aktifitas kehidupan
anggota tarekat akan selalu bersandar pada hukum-hukum syariat, terutam yang terpilih dan
memiliki keunggulan, dan mereka lebih senang menghindari hukum-hukum Islam yang
ringan dan mudah. Karena itu, mencium ambang pintu syariat, kata Abu al- Majdud asSanai, merupakan kewajiban pertama bagi seseorang yang akan menempuh perjalanan
mistikini. Di samping itu, dasar-dasar akidah yang benar juga merupakan pondasi utama
bagi berlangsungnya perjalanan seorang murid dalam tarekat, yakni akidah para salaf salih,
para sahabat, tabiin, para wali serta para shiddiqin yang selalu berpegang pada Al-quran dan
Sunnah Nabi SAW. Kedua dasar itu (akidah dan syariat) sangat diperlukan bagi seorang salik
(pencari hakikat ketuhanan), mengingat perjalanan yang akan mereka tempuh sangat sulit dan
mendaki, terutama untuk sampai pada maqam-maqam yang mereka tuju. Tanpa memilliki
aqidah yang kuat, menguasai dan menjalani kehidupan syariat, maka pencapaian kehidupan
tarekat mereka mustahil bisa dilakukan dengan benar, karena sesungguhnya dalam tarekat
terjalin hal-hal yang diterangkan oleh syariat. Sebaliknya, kehidupan syariat nampak tidak
akan seimbang bila tidak diiringi dengan nilai-nilai yang ada dalam tarekat atau dunia
tasawuf secara umum. Peranan tarekat atau tasawuf sebagai dimensi batin syariat telah diakui
oleh para pendiri aliran hukum, yang menenkankan pentingnya aspek ini dalam pendalaman
etika Islam.
Di sinilah tarekat memberikan keseimbangan dalam mengiringi jalannya syariat Islam,
sebagai penghalus untuk meresapkan nilai-nilai hukum yang telah ditetapkan dalam AlQuran dan Sunah sehingga bisa mencapaiai hakikatnya. Sebagian besar ulama salaf dalam
masyarakat isalm telah mampu menjaga keseimbangan ini, yakni menjaga jangan sampai
syariat terpisah dari tarekat dan tarekat terasing dari syariat. Vitalitas keagamaan dan spiritual
Islam tumbuh dari kedua dimensi ini (syariat dan tarekat) selama berabadabad, yang secara
bersama-sama telah membentuk tradisi keagamaan yang integraldalam masyarakat religius.
Menurut simbolisme sufi yang cukup terkenal, Islam diumpamakan dengan buah kenari
yang kulitnya diibaratkan syariat, sedangkan isinya adalah tarekat, dan minyaknya yang ada
dimana-mana adalah hakikat. Kenari tanpa kulit tidak akan tumbuh di alam, begitu pula bila
tanpa isi, ia tidak akan mempunyai arti apa-apa. Syariat tanpa tarekat seperti tubuh tanpa
jiwa, dan tarekat tanpa syariat pasti tidak akan mempunyai bentuk lahiriah serta tidak akan
mampu bertahan dan mewujudkan dirinya di dunia ini. Bagi keseluruhan tradisi, keduanya
mutlak diperlukan. Di sinilah secara universal rekat telah menunjukkan tujuannya sebagai
penyempuna dalam memberikan keseimbangan bagi setiap hamba untuk menjalankan ajaran
islam dan mengantarkan mereka menuju pintu hakikatnya. Melalui latihan-latihan mental dan
spiritual (riyadhah)- nya, tarekat telah menunjuk kan metode praktisnya dalam memberikan
nilai-nilai keseimbangan tadi.
1. 4. Perkembangan Tarekat dalam Dunia Islam
Dilihat dari sisi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai lembaga,
sulit diketahui karena tiadanya artifact sejarah yang jelas. Dari beberapa literatur yang
dirujuk, nampaknya Tarekat Taifuriyah adalah tarekat tertua. Tarekat ini berdiri pada abad keIX di Persia yang mengembangkan tasawuf Abu Yazid al-Busthami al-Taifuriyah. Pendapat
ini dipandang cukup beralasan, karena tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid alBusthami. Pada umumnya tarekat yang berkembang di Persia, menganut paham tasawuf Abu
Yazid yang lahir di Taifur, satu desa yang terletak di Khurasan Persia atau Iran. Namun

perkembangan nyata keberadaan tarekat adalah sekitar abad ke XII di dua daerah basis, yaitu
di Khurasan (Persia) dan Mesopotamia (Irak). Tarekat yang bermunculan di daerah Khurasan
beraliran tasawuf Abu Yazid, sedangkan tarekat yang berkembang di Mesopotamia berakar
pada tasawuf Junaid al-Baghdadi. Pada era abad dua belas itu, di Khurasan berdiri tarekat
Yasaviyah yang dipelopori oleh Ahmad al-Yasavi (w. 1169) dan tarekat khawajaganiyah yang
didirikan oleh Abdul Khaliq al- Ghazdawani (1220).
Tarekat Yasaviyah melebarkan sayapnya ke kawasan Turki dengan nama baru tarekat
Bektashiyah diidentikkan dengan nama pendirinya Muhammad Atha bin Ibrahim Hajji
Bekhtash (w.1335). Tarekat ini cukup populer pada masa kekuasaan Sultan Murad I, karena
tarekat itu memiliki komando sebagai kekuatan inti kerajaan Turki Osmani, yang disebut
jenissari. Tarekat Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat yang merupakan
pengembangan dari tarekat Khawajaganiyah yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin alNaqsyaband al-Awisi al-Bukhari (w.1335) . Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat ini
menyebar ke Turki, India dan Indonesia dengan nama baru sesuai dengan pendirinya di
kawasan setempat. Di Indonesia tarekat yang merupakan cabang dari Naqsyabandiyah, antara
lain tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujaddidah., Ahsaniyah dan lain-lain. Selain dari kedua
tarekat induk tadi, tarekat yang tergolong rumpun Khurasan masih banyak lagi yang
berpengaruh dalam dunia tarekat, seperti tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar alKhalwati (w.1397). Di kawasan Mesir tarekat ini didirikan oleh Ibrahim Ghulseni (1534)
yang kemudian berganti nama tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad Ibn
Abdul Karim as-Sammani (w.1775), tarekat ini disebut juga dengan nama Tarekat Hafniyah.
Tarekat yang berasal dari rumpun Mesopotamia-Irak anutannya berakar pada tasawuf Abdul
Qasim al-Junaidi yang meninggal sekitar tahun 910 atau menganut paham tasawuf Abdul
Qadir al-Jailani (w.1078). Tarekat Suhrawardiyah yang dirintis oleh Abu Hafs as Suhrawardi
(w.1234), tarekat Kubrawiyah yang dipelopori Najamuddin al-Kubra (w.1221) dan tarekat
Maulawiyah yang didirikan oleh Jalaludin al-Rummi (w.1273), adalah tarekat-tarekat besar
yang mengacu pada tasawuf al-Junaidi. Tarekat Kubrawiyah cukup digemari di India dan
Pakistan, sedangkan Tarekat Maulawiyah berkembang subur diwilayah Turki, Tarekat
Qadariyah yang dibangun oleh Muhyidin Abdul Qadir al- Jaelani di Irak, melebarkan ajaran
tasawufnya melalui tarekat Shadziliyah yang didirikan oleh Nuruddin as-Shadzili (w.1258)
dan tarekat Rifaiyah yang dirintis oleh Ahmad Ibn Ali Ar-Rifai (w. 1182). Tarekat yang
berasal dari rumpun Qadiriyah, tersebar luas dihampir seluruh negeri islam. Tarekat Faridiyah
yang mengilhami lahirnya tarekat Sanusiyah dan Idrisiyah di kawasan Afrika Utara, adalah
tarekat yang termasuk rumpun Qadiriyah yang berakar pada tasawuf Dzuan Nun al-Mishri
(w.860). Tarekat Qadariyah masuk ke kawasan India atas jasa Muhammad al-Ghawth dengan
mendirikan tarekat Ghawthiya sekitar tahun 1617.
Oleh karena banyaknya penyebaran tarekat dari satu induk saja, maka terasa sulit menelusuri
perkembangan dan pertumbuhan tarekat secara sistematis. Tetapi yang jelas, cabang-cabang
atau tarekat baru yang berdiri itu adalah karena tersebarnya abituren satu tarekat ke berbagai
kawasan. Di antara abituren itu, pasti ada sekian orang yang mendapat wewenang untuk
membuka tarekat baru di daerah asalnya masing-masing. Dengan cara demikian maka dari
satu Ribath induk dapat melahirkan beberapa ribath cabang, dan dari satu ribath cabang dapat
pula berkembang menjadi banyak ribath ranting dan seterusnya berkembang secara diasporis.
Namun demikian perkembangan satu tarekat induk kekawasan manapun atau sebanyak
apapun, nilai anutannya tetap sama seperti tarekat induknya. Dengan kata lain, penyebaran itu
hanyalah dalam segi jumlah tetapi tidak menyentuh aspek anutannya. Kehidupan tarekat di
Indonesia cukup subur dan banyak pengikut, karena sesuai dengan kultur mayoritas bangsa
ini. Hal ini terbukti dari banyaknya ribath-ribath yang menyebar di hampir seluruh kawasan
nusantara. Namun yang cukup luas dikenal masyarakat dan banyak pengikutnya, antara lain :
Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalidiyah, Rifaiyah dan Khalwatiyah. Menurut
Jumhur Ulama Pada abad ini terdapat 41 thariqah. Masing-masing mempunyai Syekh.
1. 5. Urgensi Mursyid dalam Tariqat

Secara luas, kata mursyid berasal dari irsyad yang artinya petunjuk. Sedangkan pelakunya
adalah mursyid yang artinya orang yang ahli dalam memberi petunjuk dalam bidang agama.
Menurut pengertian ini, yang disebut mursyid adalah orang-orang yang ditugasi oleh Allah
Swt untuk menuntun, membimbing dan menunjukkan manusia ke jalan yang lurus atau benar
dan menghindarkan manusia dari jalan yang sesat. Tentu saja mereka sebelum ditugasi oleh
Allah telah mendapat pengajaran terlebih dahulu dan mendapatkan bekal yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pembimbingan.
Menurut Rasulullah Saw, bahwa jajaran petugas-petugas Allah Swt memimpin dan
membimbing umat adalah para Nabi, para Rasul, dan para Khalifah Allah (Khulafaur
Rasyidin al Mahdiyyin) yakni Khalifah Allah dan Khalifah Rasulullah yang memberi
petunjuk dan mendapat petunjuk dari Allah Swt, Nabi bersabda :
Dari Abu Hurairah ra. menyatakan: Rasulullah Saw bersabda: Dahulu kaum Bani Israil
dipimpin oleh para Nabi. Setiap seorang nabi meninggal dunia, maka diganti seorang nabi
lainnya. Maka sesungguhnya tidak ada nabi yang menggantikan setelah aku meninggal dunia,
Namun yang menggantikanku adalah khalifah-khalifah. Maka mereka banyak mempunyai
pengikut-pengikut , Sahabat bertanya, Wahai Rasul apa yang engkau perintahkan pada
kami? Rasul menjawab, Laksanakan baiat seperti baiat pertama kali di hadapan mereka dan
tunaikan hak-hak mereka, Kalian mintalah kepada Allah yang menjadi bagian kalian, karena
Allah Taala menanyakan tentang apa yang mereka pimpin. (HR. Bukhari Muslim).
Pengertian Mursyid secara terbatas pada kalangan sufi dan ahli thareqat adalah orang yang
pernah membaiat dan menalqin atau mengajari kepada murid tentang teknik-teknik
bermunajat kepada Allah berupa teknik dzikir atau beramalan-amalan saleh.
Mursyid adalah guru yang membimbing kepada murid untuk berjalan menuju Allah Swt
dengan menapaki jalannya. Dengan bimbingan guru itu, murid meningkat derajatnya di sisi
Allah, mencapai Rijalallah, dengan berbekal ilmu syariat dan ilmu hakikat yang diperkuat
oleh al Quran dan as sunah serta mengikuti jejak ulama pewaris nabi dan ulama yang telah
terdidik oleh mursyid sebelumnya dan mendapat izin dari guru di atasnya untuk mengajar
umat. Guru yang dimaksud adalah guru yang hidup sezaman dengan murid dan mempunyai
tali keguruan sampai nabi Muhammad Saw. Guru yang demikian itu adalah yang sudah Arif
Billah, tali penyambung murid kepada Allah, dan merupakan pintu bagi murid masuk kepada
istana Allah. Dengan demikian guru merupakan faktor yang penting bagi murid untuk
mengantarkannya menuju diterimanya taubat dan dibebaskannya dari kelalaian.
Dalam perjalanan menuju Allah Swt, murid wajib baginya menggunakan mursyid atau
pembimbing. Syekh Abu Yazid al Busthomi berkata :

Orang yang tidak mempunyai syeikh mursyid, maka syekh mursyidnya adalah syetan.
Muhammad Amin al Kurdi dalam kitanya yang bejudul Tanwirul Qulub fi muamalati alamil
ghulub menjelaskan bahwa pada saat murid ingin meniti jalan menuju Allah (thareqatullah),
ia harus bangkit dari kelalaian. Perjalanan itu harus didahului dengan taubat dan segala dosa
kemudian ia melakukan amal saleh. Setelah itu ia harus mencari seorang guru mursyid yang
ahli keruhanian yang mengetahui penyakit-penyakit kejiwaan dari murid-muridnya. Guru
tersebut hidup semasa dengannya. Yaitu seorang guru yang terus meningkatkan diri ke
berbagai kedudukan kesempurnaan, baik secara syariat maupun hakikat. Perilakunya juga
sejalan dengan al Quran dan al Sunnah serta mengikuti jejak langkah para ulama
pendahulunya. Secara berantai hingga kepada Nabi Saw. Gurunya itu juga telah mendapat
lisensi atau izin dari kakek gurunya untuk menjadi seorang mursyid dan pembimbing
keruhanian kepada Allah Swt, sehingga murid berhasil diantarkan kepada maqam-maqam
dalam tasawuf dan thareqat. Penentuan guru ini juga tidak boleh atas dasar kebodohan dan
mengikuti nafsu. (Amin al Kurdi, Tanwirul Qulub, hlm.524)

Sebelum ia menjadi mursyid yang arif billahi, seseorang harus mendapat tarbiah atau
pendidikan dari guru yang selalu mengawasi perkembangan ruhani murid, sehingga murid
mencapai maqam shiddiq. Kemudian diizinkan oleh guru untuk membaiat kepada calon
murid dengan mengajari mereka.
Tampilnya menjadi mursyid itu bukan kehendak dirinya tapi kehendak gurunya, dengan
demikian orang yang memunculkan dirinya sebagai mursyid tanpa seizin guru maka ia sangat
membahayakan kepada calon muridnya. Murid yang di bawah bimbingannya itu akan
mengalami keterputusan. Berarti mursyid yang palsu ini menjadi penghalang muridnya
menuju Allah dan dosa-dosa mereka akan ditanggung oleh mursyid jadi-jadian itu. (Amin al
Kurdi: tt, hlm. 525)
Seluruh pembelajaran dan pengajaran serta bimbingan mesti bersesuaian dengan isi, terutama
bagian dalam al Quran dan al Sunnah serta sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh nabi
dan ulama pewarisnya. Orang yang menyandang demikian itulah yang layak dicontoh /
diteladani oleh murid-muridnya, syaikh Imam Junaid al Baghdadi mengatakan :


Ilmu kami diperkuat dengan dalil-dalil al Quran dan al Hadits, maka siapa yang tidak
membaca al Quran dan tidak menulis hadits, serta tidak duduk sering-sering dengan ulama,
maka ia tidak layak menjadi panutan di dalam perkara-perkara (thareqat) ini.
Dengan keterangan di atas, mursyid semestinya adalah orang yang tergolong ulama,
pemimpin umat yang bersifat kamil lagi mukammil yakni pribadinya bersih dan suci serta
berakhlak yang terpuji, dan mampu menyempurnakan akhlak murid-muridnya. Mursyid
adalah kuat keyakinannya dan menjadi kekasih Tuhan, membawa berkah untuk umatnya serta
rahmat bagi kaumnya. Ia mengetahui berbagai penyakit ruhani dan jasmani muridnya,
mampu menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut atau mampu mengajarkan teknik-teknik
penyembuhan dan pengobatan jasmani dan ruhani. Mampu menyelesaikan persoalanpersoalan yang rumit yang membelenggu umat dengan kekeramatan dan maunah yang
diberikan oleh Allah kepadanya.
1. 6. Kemampuan dan syarat syarat Musyid
Idealnya seorang guru mursyid atau syaikh dalam thareqat memenuhi kemampuankemampuan dan harapan di mata muridnya sebagai berikut :
1. Syaikh al Iradah, yaitu tingkat tertinggi dalam thareqat yang iradahnya (kehendaknya)
telah bercampur dan bergabung dengan hukum tuhan, sehingga dari syaikh itu atau
atas pengaruhnya orang yang meminta petunjuk menyerahkan jiwa dan raganya
secara total.
2. Syaikh al Iqtida, yaitu guru yang tindak tanduknya sebaiknya ditiru oleh murid,
demikian pula perkataan dan perbuatannya seyogyanya diikuti.
3. Syaikh at Tabarruk, yaitu guru yang selalu dikunjungi oleh orang-orang yang meminta
petunjuk, sehingga berkahnya melimpah kepada mereka.
4. Syaikh al Intisab, ialah guru yang atas campur tangan dan sifat kebapakannya, maka
orang yang meminta petunjuknya akan beruntung, lantaran bergantung kepadanya.
Dalam hubungan ini orang itu akan menjadi khadamnya (pembantunya) yang setia,
serta rela menerima berbagai perintahnya yang berkaitan dengan tugas-tugas
keduniaan.
5. Syaikh at Talqin, adalah guru keruhanian yang mengajar setiap individu anggota
thareqat dengan berbagai doa atau wirid yang selalu harus diulang-ulang.

6. Syaikh at Tarbiyah, adalah guru yang melaksanakan urusan-urusan para pemula dari
pengamal thareqat.
Dalam kitab Al-Mafaakhirul Aliyah, karya Ahmad bin Muhammad bin Ayyad, ditegaskan,
dengan mengutip ungkapan Sulthanul Auliya Syekh Abul Hasan asy-Syadzily ra,
bahwa syarat-syarat seorang Syekh atau Mursyid yang layak minimal ada lima:
1. Memiliki sentuhan rasa ruhani yang jelas dan tegas.
2. Memiliki pengetahuan yang benar.
3. Memiliki cita (himmah) yang luhur.
4. Memiliki perilaku ruhani yang diridhai.
5. Memiliki matahati yang tajam untuk menunjukkan jalan Ilahi.
Sebaliknya kemursyidan seseorang gugur manakala melakukan salah satu tindakan berikut:
1. Bodoh terhadap ajaran agama.
2. Mengabaikan kehormatan ummat Islam.
3. Melakukan hal-hal yang tidak berguna.
4. Mengikuti selera hawa nafsu dalam segala tindakan.
5. Berakhlaq buruk tanpa peduli dengan perilakunya.
Syekh Abu Madyan ra- menyatakan, siapa pun yang mengaku dirinya mencapai tahap
ruhani dalam perilakunya di hadapan Allah Swt. lalu muncul salah satu dari lima karakter di
bawah ini maka, orang ini adalah seorang pendusta ruhani:
1. Membiarkan dirinya dalam kemaksiatan.
2. Mempermainkan thaat kepada Allah.
3. Tamak terhadap sesama makhuk.
4. Kontra terhadap Ahlullah
5. Tidak menghormati sesama ummat Islam sebagaimana diperintahkan Allah Swt.
Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili mengatakan, Siapa yang menunjukkan dirimu kepada
dunia, maka ia akan menghancurkan dirimu. Siapa yang menunjukkan dirimu pada amal, ia
akan memayahkan dirimu. Dan barangsiapa menunjukkan dirimu kepada Allah Swt. maka, ia
pasti menjadi penasehatmu.
Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan, Janganlah berguru pada
seseorang yang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula
menunjukkan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah.
Seorang Mursyid yang hakiki, menurut Asy-Syadzili adalah seorang Mursyid yang tidak
memberikan beban berat kepada para muridnya. Dari kalimat ini menunjukkan bahwa banyak
para guru sufi yang tidak mengetahui kadar bathin para muridnya, tidak pula mengetahui
masa depan kalbu para muridnya, tidak pula mengetahui rahasia Ilahi di balik nurani para
muridnya, sehingga guru ini, dengan mudahnya dan gegabahnya memberikan amaliyah atau

tugas-tugas yang sangat membebani fisik dan jiwa muridnya. Jika seperti demikian, guru ini
bukanlah guru yang hakiki dalam dunia sufi.
Jika secara khusus, karakteristik para Mursyid sedemikian rupa itu, maka secara umum,
mereka pun berpijak pada lima (5) prinsip hariqa itu sendiri:
1. Taqwa kepada Allah swt. lahir dan batin.
2. Mengikuti Sunnah Nabi Saw. baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk (berkonsentrasi kepada Allah) ketika mereka datang dan
pergi.
4. Ridha kepada Allah, atas anugerah-Nya, baik sedikit maupun banyak.
5. Dan kembali kepada Allah dalam suka maupun duka.
Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara dan istiqamah. Perwujudan atas Ittiba sunnah Nabi
melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang baik. Sedangkan perwujudan berpaling dari
makhluk melalui kesabaran dan tawakal. Sementara perwujudan ridha kepada Allah, melalui
sikap qanaah dan pasrah total. Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah
dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika
mendapatkan bencana.
Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1. Himmah yang tinggi,
2. Menjaga kehormatan,
3. Bakti yang baik,
4. Melaksanakan prinsip utama; dan
5. Mengagungkan nikmat Allah Swt.
Dari sejumlah ilusttrasi di atas, maka bagi para penempuh jalan sufi hendaknya memilih
seorang Mursyid yang benar-benar memenuhi standar di atas, sehingga mampu menghantar
dirinya dalam penempuhan menuju kepada Allah Swt.
Rasulullah saw. adalah teladan paling paripurna. Ketika hendak menuju kepada Allah dalam
Isra dan Miraj, Rasulullah Saw. senantiasa dibimbing oleh Malaikat Jibril as. Fungsi Jibril
di sini identik dengan Mursyid di mata kaum sufi. Hal yang sama, ketika Nabiyullah Musa as,
yang merasa telah sampai kepada-Nya, ternyata harus diuji melalui bimbingan ruhani seorang
Nabi Khidir as. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan
Syekh. Maka dalam soal-soal rasional Musa as sangat progresif, tetapi beliau tidak sehebat
Khidir dalam soal batiniyah.
Karena itu lebih penting lagi, tentu menyangkut soal etika hubungan antara Murid dengan
Mursyidnya, atau antara pelaku sufi dengan Syekhnya. Syekh Abdul Wahhab asy-Syarani,
(W. 973 H) secara khusus menulis kitab yang berkaitan dengan etika hubungan antara Murid
dengan Mursyid tersebut, dalam Lawaqihul Anwaar al-Qudsiyah fi Marifati Qawaidus
Shufiyah.
1. 7. Tahapan-tahapan Tarekat

Empat tingkatan spiritual


Bagan yang menggambarkan kedudukan tarekat dalam empat tingkatan spiritual (syariah,
tariqah, haqiqah, dan marifah yang dianggap tidak terlihat)
Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu
syaria, ariqah, haqiqah, dan tingkatan keempat marifa yang merupakan tingkatan yang
tak terlihat. Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai
esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama tersebut.
Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan
perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang
dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama- sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu
untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut Al-Maqaamaat dan AlAkhwaal, meskipun kedua istilah ini ada segi perbedaannya. Latihan kerohanian itu, sering
juga disebut Suluk, maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi
amalannya (prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu
saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama
Kembali kepada masalah Al-Maqaamaat dan Al-Akhwaal, yang dapat dibedakan dari dua
segi:
a) Tingkat kerohanian yang disebut maqam hanya dapat diperoleh dengan cara pengamalan
ajaran Tasawuf yang sungguh-sungguh. Sedangkan ahwaal, di samping dapat diperoleh
manusia yang mengamalkannya, dapat juga diperoleh manusia hanya karena anugrah sematamata dari Tuhan, meskipun ia tidak pernah mengamalkan ajaran Tasawuf secara sungguhsungguh.
b) Tingkatan kerohanian yang disebut maqam sifatnya langgeng atau bertahan lama,
sedangkan ahwaal sifatnya sementara; sering ada pada diri manusia, dan sering pula hilang.
Meskipun ada pendapat Ulama Tasawuf yang mengatakan bahwa maqam dan ahwaal sama
pengertiannya, namun penulis mengikuti pendapat yang membedakannya beserta alasanalasannya.
Tentang jumlah tingkatan maqam dan ahwaal, tidak disepakati oleh Ulama Tasawuf. Abu
Nashr As-Sarraaj mengatakan bahwa tingkatan maqam ada tujuh, sedangkan tingkatan
ahwaal ada sepuluh. Adapun tingkatan maqam menurut Abu Nashr As-Sarraj, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Tingkatan Taubat (At-Taubah); T
a) Tingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan yang haram dan yang makruh, serta yang
syubhat (Al-Wara);
b) Tingkatan meninggalkan kesenangan dunia (As-Zuhdu).
c) Tingkatan memfakirkan diri (Al-Faqru).
d) Tingkatan Sabar (Ash-Shabru).
e) Tingkatan Tawakkal (At-Tawakkul).
f) Tingkatan kerelaaan (Ar-Ridhaa).

1. Mengenai tingkatan hal (al-ahwaal) menurut Abu Nash As Sarraj, dapat dikemukakan
sebagai berikut;
a)

Tingkatan Pengawasan diri (Al-Muraaqabah)

b)

Tingkatan kedekatan/kehampiran diri (Al-Qurbu)

c)

Tingkatan cinta (Al-Mahabbah)

d)

Tingkatan takut (Al-Khauf)

e)

Tingkatan harapan (Ar-Rajaa)

f)

Tingkatan kerinduan (Asy-Syauuq)

g)

Tingkatan kejinakan atau senang mendekat kepada perintah Allah (Al-Unsu).

h)

Tingkatan ketengan jiwa (Al-Itminaan)

i)

Tingkatan Perenungan (Al-Musyaahaah)

j)

Tingkatan kepastian (Al-Yaqiin).


1. B. TAREKAT QODIRIYAH DAN AJARANNAYA
1. 1. Tokoh Pendiri Tarekat Qodiriyah Dan Perkembanganya

Tarekat Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu
Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi QS. Tarekat Qodiriyah berkembang dan
berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman,
Suriah, Turki, Mesir, India, Kamerun,Kongo,Mauritania & Tanzania,& wilayah Asia
tengah,serta di tempat2 la,. Di indonesia,tradisi tarekat ini jg masih melekat di masyarakat
kita.Syekh Abdul Qadir al-jailani merupakan tokoh yg sgt masyhur.Namanya selalu disebut
dlm tradisi Tawasul acara2 keagamaan. Tarekat ini sudah berkembang sejak abad ke-13.
Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada
abad ke 15 M. Di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.
Tarekat Qodiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang
bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost alJaelani. Lahir di Nif, distrik Gilan, sebelah selatan Laut Kaspia.tahun 470 H/1077 M dan
wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan
menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah
Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan
saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, dia tetap belajar sampai mendapat ijazah dari
gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang
sama itu sampai mendapatkan ijazah.
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada
masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani
menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal
oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan
ribath di Baggdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu
tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan
anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani,
Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258
M.

Sejak itu tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh
jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski
sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di
India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku
keturunan Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi
gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180
H/1669 M.
Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi QS, ini adalah
urutan ke 17 dari rantai mata emas mursyid tarekat. Garis Salsilah tarekat Qodiriyah ini
berasal dari Sayidina Muhammad Rasulullah SAW, kemudian turun temurun berlanjut
melalui Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, Sayidina Al-Imam Abu Abdullah Al-Husein ra,
Sayidina Al-Imam Ali Zainal Abidin ra, Sayidina Muhammad Baqir ra, Sayidina Al-Imam
Jafar As Shodiq ra, Syaikh Al-Imam Musa Al Kazhim, Syaikh Al-Imam Abul Hasan Ali bin
Musa Al Rido, Syaikh Maruf Al-Karkhi, Syaikh Abul Hasan Sarri As-Saqoti, Syaikh AlImam Abul Qosim Al Junaidi Al-Baghdadi, Syaikh Abu Bakar As-Syibli, Syaikh Abul Fadli
Abdul Wahid At-Tamimi, Syaikh Abul Faraj Altartusi, Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hakkari,
Syaikh Abu Said Mubarok Al Makhhzymi, Syaikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir
Al-Jaelani Al-Baghdadi QS.
Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka
murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia
berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak
pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri, Bahwa murid yang sudah mencapai deraja
gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya unuk
seerusnya.
Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk
dalam kategori Qodiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19,
Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), dan lain-lain, semuanya
berasal dari India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah,dal lain-lain. Dan di
Yaman ada tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah. Sedangkan di Afrika diantaranya
terdapat tarekat Ammariyah, Tarekat Bakkaiyah, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, pencabangan tarekat Qodiriyah ini secara khusus oleh Syaikh Achmad Khotib
Al-Syambasi digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah . Kemudian garis salsilahnya yang salah satunya melalui Syaikh Abdul
Kaim Tanara Al-Bantani berkembang pesat di seluruh Indonesia.
Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani ini berasal dari Banten dan merupakan ulama
Indonesia pertama yang menjadi Imam Masjidil Haram. Selanjutnya jalur salsilahnya
berlanjut ke Syaikh Abdullah Mubarok Cibuntu atau lazim dikenal sebagai Syaikh Abdul
Khoir Cibuntu Banten. Terus berlanjut ke Syaikh Nur Annaum Suryadipraja bin Haji Agus
Tajudin yang berkedudukan di Pabuaran Bogor. Selanjutnya garis salsilah ini saat ini
berlanjut ke Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin.
Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin selain mempunyai sanad dari tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah juga khirkoh dari tarekat Naqsyabandiyah dari garis salsilah Syaikh
Jalaludin. Ia sampai dengan hari ini meneruskan tradisi tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah dengan kholaqoh dzikirnya yang bertempat di Bogor Baru kotamadya Bogor
propinsi Jawa Barat.
Jalan ini diadakan oleh para pengikut Abdul Qadir dari Gilan dan menggunakan terminologi
sangat sederhana yang kemudian hari digunakan oleh orang-orang Rosicrucia di Eropa.
Semua kaum darwis menggunakan bunga mawar (ward) sebagai suatu lencana dan simbol
dari persamaan bunyi (rima) dari kata wird (latihan konsentrasi-mengingat Allah).

Abdul Qadir, pendiri tarekat Qadiriyah, termasuk dalam suatu peristiwa yang memberinya
julukan Mawar dari Baghdad. Hal itu dikaitkan bahwa Baghdad telah demikian penuh dengan
para guru kebatinan (mistik), ketika Abdul Qadir tiba di kota, maka diputuskan untuk
mengiriminya sebuah pesan. Kaum mistik oleh karena itu mengirimkan kepadanya, di
pinggiran kota, sebuah bejana yang diisi penuh dengan air. Maksudnya sudah jelas: Cawan
Baghdad sudah penuh. Meski musim kemarau dan di luar musim, Abdul Qadir telah
menghasilkan bunga mawar yang berkembang penuh, yang dia letakkan di atas air dalam
bejana tersebut, menunjukkan kekuatannya yang luar biasa dan juga bahwa masih ada tempat
bagi dirinya.
Ketika tanda-tanda ini telah dibawa kepada mereka, kumpulan kaum kebatinan tersebut
berteriak, Abdul Qadir adalah mawar kami, dan mereka pun cepat-cepat mengantarkannya
ke kota.
1. 2. Ajaran Tarekat Qodiriyah
Adapun pengertian Tareqat Qodiriyah ialah : seperti yang telah dikatakan oleh
Prof.Dr.Hamka,tharekat-tharekat itu berdiri sendiri, dibawah pimpinan syekh dan memakai
nama dibangsakan kepada syekh-syekhnya itu. Yang sangat terkenal ialah tareqat Qodiriyah
yang didirikan dan dibangsakan kepada sayyid Abdul Qodir Jailani di negeri Baghdad..
Menurut Huston Smith dalam The Concise Encyclopedia of Islam, bahwa Syekh Abdul Qodir
Jailani adalah peletak dasar-dasar tareqat Qodiriyah.tariat ini adalah yang pertama lahir
dengan memiliki bentuk dan karakteristik tersendiri.Menurut keterangan lain bahwa tareqat
ini lahir setelah wafatnya Syekh Abdul Qodir Jailani dan dibangun oleh orang-orang yang
menganut dan meneruskan ajarannya. Dengan kata lain dia tidak mendirikan tareqat
Qodiriyah.
Tareqat Qodiriyah bermula dari ribath dan madrasah Syekh Abdul Qodir Jailani, tempat dia
menyampaikan ajaran-ajaran tasawufnya. Dia memimpin tempat tersebut sejak tahun 521 H
hingga wafatnya tahun 561 H .setelah itu ribath diteruskan kepemimpinannya oleh anakanaknya kemudian dilanjutkan oleh murid-muridnya dengan zawiyah sebagai pusat
kegiatannya, yaitu suatu tempat dimana para sufi melatih diri dalam bertasawuf.Dari zawiyah
inilah tareqat Qodiriyah mengalami perkembangan pesat.
Ditempat tersebut para murid mendapatkan ajaran dan pembinaan ruhani yang sesuai dengan
ajarannya, bagi murid yang sudah tamat akan diberikan ijazah yang berupa Khirqah dengan
melakukan janji untuk meneruskan ajarannya yang telah didapat. Bagi Syekh Abdul Qodir
Jailani sendiri tentang perolehan khirqah tidak terlalu penting, pembentukan jiwa sufi lebih
utama dan dianggap cukup.
Murid-muridnya banyak memegan peran penting dalam penyebaran ajaran tasawufnya.ada
beberapa nama muridnya yang diketahui menyebarkan ajaranya yaitu : Muhammad ibn Abd
al-Samad di Mesir, Muhammad al-Bataihi dan Taqiy al-Dina al-Yunini di Suriah, dan Ali alHadad di Yaman. Pada abad ke-15,tarekat ini masuk dan berkembang di anak benua India.
Perkembangan yang sama terjadi di Afrika Utara.Pada tahun 1550 M, tarekat ini tersebar di
Afrika Timur.Pada abad ke-17, tarekat ini mulai masuk ke Turki.Penyebar didaerah ini
bernama Ismail Rumi (wafat 1631 atau 1643 M), dia kira-kira mendirikan 40 pusat tarekat di
Istambul dan sekitarnya. Tareqat Qodiriyah tersebar di Asia Kecil dan Eropa Timur, setelah
beberapa desawarsa kemudian di Indonesia tareqat ini adalah yang pertamakali masuk
menurut sumber-sumber yang ada di Indonesia.Orang yang pertama menganut tarekat
Qodiriyah dari Indosesia ialah Hamzah Fansuri (wafat sekitar 1590 M) dia masuk tarekat
Qodiriyah antara Baghdad dan Syahr-I Naw (Ayuthia, ibukota Muangrtai). Hamzah
memperoleh ilmu Syekh Abdul Qodir Jailani melalui jalan ruhani.setelah Hamzah Fansuri
tarekat ini berkembang di Aceh.Syekh Yusuf Makasari adalah orang yang masuk tarekat

didaerah tersebut. Tarekat Qodiriyah di Aceh berhubungan dengan tarekat yang lahir di India
(Gujarat)tarekat di Indonesia juga mendapat pengaruh dari Yaman.
Di Indonesia tarekat Qodiriyah bergabung dengan tarekat Naksabandiyah. Pengabungan
kedua tarekat ini dilakukan oleh tokoh asal Indonesia, Ahmad Khatib ibn Abd Al-Ghaffar
Sambas, yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19 berasal dari
Kalimantan barat, akan tetapi meninggal di Mekkah tahun 1878 M.
Diantara murid-murid Ahmad Khatib ialah: Abd Al-Karim dari Banten, sebagai orang yang
menyebarkan dan mempopulerkan tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah didaerah ini dan Syekh
Tolhah dari Cirebon yang mempunyai murid bernama Abdullah Mubarak.mengenai murid
syekh Tholhah yang dikenal sebagai pendiri Pesantren Suryalaya ini, penulis buku tarekat
Naqsabandiyah di Indonesia.Martin Van Bruinessen mengatakan:
Khalifah dari Kiyai Tolhah Cirebon yang paling penting ialah Abdallah Mubarak, belakang
dikenal sebagai Abah sepuh.Abdallah melakukan baiat ulang dengan Abd Karim Banten di
Mekkah, dan pada tahun 1905M mendirikan pesantren Suryalaya di Pangerageung, dekat
Tasikmalaya ( Jawa Barat ).Dibawah pimpinan putranya dan penerusnya Abah Anom (atau
lebih gagah ,K.H.A. Shahibilwafa Tadjul Arifin) pesantren ini menjadi lebih terkenal secara
nasional karena pengobatan yang dilakukan terhadap para korban Narkotika, penderita
gangguan kejiwaan dan macam-macam penyakit lainya dengan mengamalkan dzikir
tarekatnya. Abah Anom banyak mendapatkan patronase dari para pejabat tinggi dari Golkar
yang telah dimasukinya hamper sejak permulaan berdirinya organisasi tersebut. Khalifahnya
ada diseluruh jawa di Singapura di Sumatra Timur, Kalimantan Barat dan Lombok.
Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah , adalah amalan utama di Pondok
Pesantren Suryalaya sejak masa Abah Sepuh hingga Abah Anom.zikir tersebut diamalkan
setelah shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih.diluar shalat wajib ,zikir tersebut tidak
dilarang untuk diamalkan,bahkan dianjurkan.zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang
diucapkan dengan suara keras.zikir yang lain yaitu Zikir Khafi, yaitu zikir yang dibaca dalam
hati.ini juga menjadi amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.
Zikir pokok tarekat Qadiriyah yaitu membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau duapuluh
kali dengan lafadz Astaghfir Allah al-ghafur al-Rahim. Kemudian membaca shalawat
sebanyak itu pula dengan lafadsz Allahuma shaliala sayyidina Muhammad waala alihi wa
shahbihi wa sallim. Setelah itu membaca La ilaha illallah seratus enampuluh kali setelah
selesai shalat fardhu. Pengucapan lafadz Lailaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu kata la
dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga otak, kemudian kata ilaha
dibaca sambil menggerakkan kepala kesebelah kanan, lalu kata illallah dibaca dengan keras
sambil dipukulkan kedalam sanubari, yaitu kebagian sebelah kiri. Setelah selesai melakukan
zikir itu lalu membaca Sayyidina Muhammad Rasul Allah Shalallah alaihi wa sallam.lalu
membaca shalawat Allahuma shalliala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami
al-ahwal wa al-afat hingga akhirnya.kemudian membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada
Rasulullah SAW dan kepada seluruh Syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya
juga seluruh oragn islam baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Sebelum dan ketika melakukan zikir tersebut seorang murid membayangkan wajah
guru(mursyid) didepanya dan limpahan karunia Allah kepada Nabi dan Syekh.
Bagi setiap orang yang menganut tarekat Qadiriyah harus berpegang kepada akidah para
sahabat, tabiin dan tabi;it tabi;in yaitu yang disebut akidah al-salaf al-salih. Berpedoman
kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW, agar dalam menjalani tarekat tidak tersesat.
Bagi pemula (mubtadi, agar memiliki sifat bersih hati, jernih muka, suka memberi kebajikan,
menghapus kejahatan, sabar dalam kekafiran, menjaga kehormatan syekh, bergaul baik
sesame ikhwan, memberi nasihat kepada orang kecil dan orang besar, menjauhi permusuhan
dan berkorban dalam masalah agama dan dunia.
Selain persyaratan tersebut diatas,setiap orang yang hendak mengikuti tarekat Qadiriyah
harus menjalani dua tahapan.

Pertama , yaitu tahap permulaan yang terdiri dari :


1.Mengikuti dan menerima bayat guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2.Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3.Pernyataan guru membayat muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4.Pembacaan doa oleh guru yang terdiri dari doa umum dan doa khusus.
5.Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Quran.
Setelah pemberian minum tersebut ,maka selesailah tahap permulaan.dan dengan demikian
maka resmilah seorang murid menjadi pengikut tarekat Qadiriyah.
Kedua, tahap perjalanan, maksudnya ialah tahap murid menuju Allah melaluyi bimbingan
guru. Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahun-tahun sebelum ia memperoleh
karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya.selama perjalanan itu,murid masih menerima
ilmu hakikat dari gurunya.selain itu dia dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi
larangannya.murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri
(mujahadah dan Riyadhah ).
Apabila murid telah berhasil melalui tahapan tersebut, maka guru memberikan ijazah dan
memberikan talqin tauhid kepada muridnya, dengan telah diterima ijazahnya maka murid
menyandang gelar guru atau syekh dalam tarekat Qadiriyah. Seorang murid yang telah
menjadi syekh sudah tidak terikat lagi dengan gurunya, akan tetapi dia masih boleh untuk
mengikutinya. Dan berdasarkan petuah Syekh Abdul Qodir Jailani bahwa murid yang telah
menjadi syekh boleh mandiri dan yang menjadi walinya adalah Allah.
Mengenai corak tarekat Qodiriyah ,Syekh Ali ibn al-Haiti ra. Memberikan komentar,Tarekat
adalah tauhid semata dan pentauhidan diri serta menghadirkannya dalam segala sikap
ubudiyah dengan melepaskan dari segala sesuatu dan untuk sesuatu. Selain itu syekh Abdi
ibn Musafir ra. Juga memberikan komentar Tarekatnya adalah kepasrahan kepada alur-alur
takdir dengan keselarasan hati dan ruh, pernyataan lahir dan batin, dan pembersihan jiwa dari
sifat-sifat kedirian(nafs) serta mengasingkannya dari memandang manfaat, mudharat,
kedekatan dan rasa jauh.
Adapun pokok-pokok ajaran Tarekat Qadiriyah yaitu ada lima macam, pertama Tinggi citacita, Kedua Memelihara kehormatan Ketiga Memelihara nikmat, Keempat Melaksanakan
maksud dan Kelima Mengagungkan nikmat.
Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu
sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira di samping untuk mengasingkan diri dari
masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan
Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
problematika dunia yang kompleks tersebut.
Proses khalwat nabi yang kemudian disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada
Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada
keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga
tarekatnya dinamai Qodiriyah. Sebagaimana dalam silsilah tarekat Qadiriyah yang merujuk
pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari
Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.
Tarekat Qodiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang
bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost alJaelani. Lahir di di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M.
Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M.
Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin
Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, dia tetap
belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.

Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada
masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani
menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal
oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan
ribath di Baggdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu
tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan
anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani,
Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258
M.
Sejak itu tarekat Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh
jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski
sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di
India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku
keturunan Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi
gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180
H/1669 M.
Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka
murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia
berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak
pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri,Bahwa murid yang sudah mencapai derajat
gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk
seterusnya.
Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk
dalam kategori Qidiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19,
Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), Miyan Khei (1550 M),
Qumaishiyah (1584), Hayat al-Mir, semuanya di India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah,
Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, Waslatiyyah. Dan di Yaman ada
tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah, Urabiyyah, Yafiiyah (718-768 H/1316 M) dan
Zaylaiyah. Sedangkan di Afrika terdapat tarekat Ammariyah, Bakkaiyah, Bu Aliyya,
Manzaliyah dan tarekat Jilala, nama yang biasa diberikan masyarakat Maroko kepada Abdul
Qodir Jilani. Jilala dimasukkan dari Maroko ke Spanyol dan diduga setelah keturunannya
pindah dari Granada, sebelum kota itu jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M dan
makam mereka disebut Syurafa Jilala.
Dari ketauladanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt tersebut,
yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qodiriyah menurut ulama sufi juga memiliki
tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho dari Allah swt. Oleh sebab itu
dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan
terpuji untuk kemudian diamalkan, maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.
Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir Laa ilaha Illa Allah dengan suara
nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh ucapan dzikir dari Syiekh
Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, hingga disebut tarekat Qodiriyah.
Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya
dan Subuh), diwajibkan membaca istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga
kali, Laailaha illa Allah 165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar
berdzikir semampunya.
Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat Laa Ilaha Illa Allah kita harus konsentrasi
dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak. Kemudian disusul dengan bacaan Ilaha dari
arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi,
menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat
manusia kembali. Sehingga akan menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat
dan perilaku yang tercela.

Menurut ulama sufi (al-Futuhat al-Rubbaniyah), melalui tarekat mutabarah tersebut, setiap
muslim dalam mengamalkannya akan memiliki keistimewaan, kelebihan dan karomah
masing-masing. Ada yang terkenal sebagai ahli ilmu agama seperti sahabat Umar bin
Khattab, ahli syiddatil haya sahabat Usman bin Affan, ahli jihad fisabilillah sahabat Hamzah
dan Khalid bin Walid, ahli falak Zaid al-Farisi, ahli syiir Hasan bin Tsabit, ahli lagu Alquran
sahabat Abdillah bin Masud dan Ubay bin Kaab, ahli hadis Abi Hurairah, ahli adzan sahabat
Bilal dan Ibni Ummi Maktum, ahli mencatat wahyu dari Nabi Muhammad saw adalah
sahabat Zaid bin Tsabit, ahli zuhud Abi Dzarr, ahli fiqh Muad bin Jabal, ahli politik
peperangan sahabat Salman al-Farisi, ahli berdagang adalah Abdurrahman bin Auf dan
sebagainya.
Baiat
Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti
Pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid, murid mengerjakan salat dua rakaat
(sunnah muthalaq) lebih dahulu, diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah yang
dihadiahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian murid duduk bersila di depan guru dan
mengucapkan istighfar, lalu guru mengajarkan lafadz Laailaha Illa Allah, dan guru
mengucapkan infahna binafhihi minka dan dilanjutkan dengan ayat mubayaah (QS AlFath 10). Kemudian guru mendengarkan kalimat tauhid (Laa Ilaha Illallah) sebanyak tiga kali
sampai ucapan sang murid tersebut benar dan itu dianggap selesai. Kemudian guru berwasiat,
membaiat sebagai murid, berdoa dan minum.
Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini memerlukan proses panjang dan bertahun-tahun.
Karena murid akan menerima hakikat pengajaran, ia harus selalu berbakti, menjunjung segala
perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjuang keras melawan hawa nafsunya dan
melatih dirinya (mujahadah-riyadhah) hingga memperoleh dari Allah seperti yang diberikan
pada para nabi dan wali.
Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti jalan sama seperti syariah, sabil, shirath dan
manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati
ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS
Al-Jin:16,
q9r&ur (#qJs)tF$# n?t ps)
9$# NgoYs)V{ !$B $]%yx

Artinya : Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti
akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah. (QS. Al Jin :
16)
Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan
itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini
mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi
eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat rahasia yang bobot
kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan
tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan baiat dan guru yang mengajarkannya harus
mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada
silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama
sufi di Indonesia.
Qodiriyah di Indonesia
Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat Qodiriyah di Indonesia juga berasal
dari Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16,
khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya

Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan
Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid
kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling
berjasa dalam penyebaran tarekat Qodiriyah. Murid-murid Sambas yang berasal dari Jawa
dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qodiriyah tersebut.
Tarekat ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi
penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya
Mystical Dimensions of Islam hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang
untuk menyusun kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli
1888, wilayah Anyer di Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani
yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi di Jawa,
terutama dalam abad ke-19 dan Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.
Tapi, pemberontakan kali ini benar-benar mengguncang Belanda, karena pemberontakan itu
dipimpin oleh para ulama dan kiai. Dari hasil penyelidikan (Belanda, Martin van Bruneissen)
menunjukkan mereka itu pengikut tarekat Qodiriyah, Syeikh Abdul Karim bersama
khalifahnya yaitu KH Marzuki, adalah pemimpin pemberontakan tersebut hingga Belanda
kewalahan. Pada tahun 1891 pemberontakan yang sama terjadi di Praya, Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan pada tahun 1903 KH Khasan Mukmin dari Sidoarjo Jatim
serta KH Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta, juga melakukan pemberontakan yang
sama.
Sementara itu organisasi agama yang tidak bisa dilepaskan dari tarekat Qodiriyah adalah
organisasi tebrbesar Islam Nahdlaltul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926.
Bahkan tarekat yang dikenal sebagai Qadariyah Naqsabandiyah sudah menjadi organisasi
resmi di Indonesia.
Juga pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya. Dalam kitab Miftahus Shudur
yang ditulis KH Ahmad Shohibulwafa Tadjul Arifin (Mbah Anom) di Pimpinan Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37, sampai
merujuk pada Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan Syeikh Khatib
Sambas ke-34.
Sama halnya dengan silsilah tarekat almrhum KH Mustain Romli, Pengasuh Pesantren
Rejoso Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib Sambas ke-35. Bahwa
beliau mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil Rejoso Jombang, KH Moh Kholil dari
Syeikh Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai marifat
kepada Allah) yang berdiam di Makkah di Kampung Suqul Lail.
Silsilahnya.
1. M Mustain Romli, 2, Usman Ishaq, 3. Moh Romli Tamim, 4. Moh Kholil, 5. Ahmad
Hasbullah ibn Muhammad Madura, 6. Abdul Karim, 7. Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul
Gaffar, 8. Syamsuddin, 9. Moh. Murod, 10. Abdul Fattah, 11. Kamaluddin, 12. Usman, 13.
Abdurrahim, 14. Abu Bakar, 15. Yahya, 16. Hisyamuddin, 17. Waliyuddin, 18. Nuruddin, 19.
Zainuddin, 20. Syarafuddin, 21. Syamsuddin, 22. Moh Hattak, 23. Syeikh Abdul Qadir Jilani,
24. Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, 25. Abu Hasan Ali al-Hakkari, 26. Abul Faraj alThusi, 27. Abdul Wahid al-Tamimi, 28. Abu Bakar Dulafi al-Syibli, 29. Abul Qasim al-Junaid
al-Bagdadi, 30. Sari al-Saqathi, 31. Maruf al-Karkhi, 32. Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho,
33. Musa al-Kadzim, 34. Jafar Shodiq, 35. Muhammad al-Baqir, 36. Imam Zainul Abidin,
37. Sayyidina Husein, 38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw,
40. Sayyiduna Jibril dan 41. Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama
lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula
guru di antara para kiai itu sendiri.
Cara Mengamalkan Zikir Tarekat Qodiriyah

CONTOH :
Assalamualikum Warahmatullahi Wabaraakatuh Wamaghfirah Kepada Saudara ikhwan
Muslimin dunia dan Akhirat Jika ingin Membaca Amalan yang Saya tulis Nama, alamat,
dan usia dan konfirmasi ke 085885865599 dan Tata caranya seperti Dibawah ini :
Mandi Taubat dengan Niat Nawaitu Gushla Tobatan sunnatan Lillahitaala
Apabila ingin puasa sebaiknya 3 hari mulai hari Rabu, kamis dan jumat dengan niat
Nawaitu saum sunnah lillahitaala
Sebelum Berzikir Baca Hadiah kepada:
Bismillahir rahmanir rahiim
NAWAITU HADIAHTAN LILLAHI TAALA
1. Ila Hadrati Nabiyi Mustofa Sayyidina Muhammadin S.A.W Wa ala Alihi, Wa
ashabihi, wa Dzuriyati wa Ahli Baiti Kirom, Wa ala Jamiii Anbiyai wa Ulul Adziim
Wal Mursaliin, Wakhulafatur Rasidin ( Sayyidina Abu Bakar, sayyidina Umar,
Sayyidina Ustman, Sayyidina Ali R.a), Wa Arifin, Wa Shaddiqin, Wa Syuhadai , wal
Muttaqiin, wa Sholihin. (Alfatihah) 1 X
2. Wa Khususon Ila Hadrati Sayyidina Maulana Sultanu Auliayi Ghausi lahi
Mahbubillahi TajulArifin wa Qutbu wasilina Syyaidi Syeckh Muhyidin Abdul qodir
Jaelani Qoddasallahu Sirohul Aziz Mahabbatan Marhabatan Nafaana Bi ulumihim
Wa Asrorihim wabikaromahtihim Nas aluka salamatan wa Barokaahtan wa Ijazatan
wa Ijabatan wa Qobulan Bisafaatihi rasulullah SAW (Alfatihah) 1 X
3. Tsumma Ila Hadrati Jamiii auliyai lahi taala min masyariqil ardhi wa magharibiha
min Simaliha Wa Ila Junubihim fi Bahriha Aina Makana Fi Ilmillahi Taala
Qoddasallahu sirohul aziz Nafaana Biulumihim Wa Asrorihim Wabi Karomahtihim
NasAluka Salamatan Wa barokahtan wa Ijazatan Wa Ijabatan wa Qobulan Bisafaatihi
Rasulullah SAW (Alfatihah) 1X
4.Tsumma illa Hadraati Abaainna Syyaidina Syaikh Abii Muhammad Abdul Qodir Alina Wa jamiiil Muminin Wal Muminat Wal Muslimin Wal Muslimat Tarekat
Qodiriyah AlFirqoh AnNajiyah Wa alihii Wa azwajihii Wa auladihii Wa
dzurriyatihi.(Al-Fatihah) 3 X
Baca Niat wirid (zikir) :
Bismillahir rahmanir rahiim Nawaitu Taqoruban ilallah taala kemudian baru baca
zikir contoh : Baca zikir asma jaljalut
Yang perlu diperhatikan Zikir di baca setiap selesai setelah sholat 5 waktu
semampunya, dan juga diwaktu malam dan waktu2 yang lain. InsyaAllah apa yang kita
kerjakan semata-mata mencari rahmat, ridho dan Cinta-Nya Allahul adzim.
Penutup Baca Shalawat, apa saja di sarankan shalawat fatih, Nurildzati atau shalawat
bani hasyim. Wabillahi Taufik Wal hidayah wal inayah wal maghfirah
Zikir asma jaljalut sbb :
Bismillahir Rahmanir Rahiim

1. Badatu bibismillaahi ruuchi bihihtadat,


Kuawali dengan menyebut Asma Alloh,dengan demikian arwah saya memperoleh petunjuk
Ilaa kasyfi asroori bibaathinihinthowat
Kepada tersingkapnya rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya (Asma Alloh) yang
terlempit (tersembunyi/tersimpan)
2. Washollaitu fits tsaanii alaa khoiri kholqihi,
Yang kedua Sholawat atas sebaik-sebaik ciptaanNya
Muchammadin man zaachadh dholaalata walgholat
Muchammad seorang yang menghapus kesesatan dan kesalahan (kotoran hati)
3. Wa achyii ilaahil qolba mimbadi mautihi,
Yaa Tuhanku hidupkanlah hati dan setelah matinya
Bidzikrika yaa qoyyumu chaqqon taqowwamat
Dengan dzikirMu (mengingatMu) wahai Dzat yang Maha Tegak yang sebenar-sebenarnya
(nyata-nyata) tegak
4. Wazidnii yaqiinan tsaabitambika waatsiqoo,
Dan tambahkanlah keyaqinanku tetap dan teguh kepadaMu
Wathohhir bihi qolbii minarrijsi walgholat
Dan bersihkanlah dengannya (dengan dzikir kepadaMu) hatiku dari kotoran dan kesalahan
(kotoran hati)
5.Wa ashmim wa abkim tsumma ami aduwwanaa,
Dan jadikan tuli, bisu serta butakan musuh kami
Wa akhrushumu yaa dzal jalaali bichausamat
Dan sekali lagi bisukanlah mereka itu, wahai Tuhan Dzat yang Pencabut nyawa
6.Naruddu bikal adaaa minkulli wijhatin,
Dengan asma Mu tolaklah para musuh dari segala penjuru
Wa bil ismi tarmiihiim minal budi bisysyatat
Dengan Asma ini Engkau melempar mereka dari kejauhan dengan bercerai berai.
7. Sa altuka bil ismil muazdzdomi qodrohu,
Aku memohon dengan Asma yang dihormati (diagungkan) kebesarannya
Biaajin ahuujin jalla jalyuutu jaljalat
Dengan nama Alloh Yang Maha Esa,indah ciptaanNya, Yang Maha Kuasa
8. Fakun yaa ilaahi kaasyifadhdhurri walbalaa,
Maka adalah Alloh wahai Tuhanku Yang menghilangkan mudhorot (celaka) dan balak
Bihayyin jalaa hammii bihallin bihalhalat
Dengan Dzat Yang Mencukupi jelaslah cita-citaku dengan Dzat Yang Mengasihi dan Dzat
Yang Maha Memperlonggar
9. Wazidnii yaqiinan tsaabitambika waatsiqoo,
Dan tambahkanlah keyakinanku dengan tetap dan teguh besertaMu
Bichaqqika yaa chaqqol umuuri tayassarot
Dengan kebenaran Mu wahai Dzat Yang Maha Benar segala urusan menjadi mudah
10. Washobba alaa qolbii sya aabiiba rochmatin,
Dan semoga Alloh menuangkan (melimpahkan) pada hatiku curahan rochmat
Bichikmati maulaanal chakimi fa achkamat
Dengan hikmah Tuhan kami Yang Maha Bijaksana sehingga menjadi kukuh
11. Achaathot binal anwaaru minkulli jaanibin,
Cahaya-cahaya meliputi kami dari segala penjuru

Wahaibaatu maulaanal azdiimi binaa alat


Tetapi Kewibawaan Alloh Yang Maha Agung lebih tinggi bagi kami
12. Fasubchaanakallohumma yaa khoiro baariin,
Maka Maha Suci Alloh wahai Dzat Yang Bebas
Wayaa khoiro khollaaqin wayaa khoiro mambaats
Dan wahai Dzat Yang sebaik-baik Pencipta dan wahai Dzat Yang sebaik-sebaik yang
mengembalikan
13. Afuwwun ghofuurur roochimun mutafadhdhilun,
Pemaaf, Pengampun, Penyayang, Pemberi karunia
Kariimun chaliimun dzuu thooyaa takaatsarot
Mulia, Penyantun, empunya pemberian menjadi banyak
14. Rochiimun warochmaanun bichaqqika sayyidi,
Penyayang, Pengasih demi haqMu wahai Tuanku
Sa altuka ghufroonadz dzunuubi idzaa badat
Aku memohon pengampunan dosa-dosa jika mulai (nyata)
Alhamdulillahi Rabil Alamin
Syaikh Abii Muhammad Abdul Qodir Al-ina
Nasihat Sultan Auliya Syyaikh Abdul Qodir Al-Jilani Qsa
1. Antara Shalat Syariat & Shalat Thariqah
Nasihat Spiritual
Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani
Sholat Syariah, anda sudah tahu ayat:
(#qym n?t Nuqn=9$# o4qn=9$#ur 4sq9$# (#qBq%ur !
tFYs%
Peliharalah shola-shola (Al-Baqoroh: 238)
yang disana tentu ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah dengan gerakan-gerakan jasmani,
seperti berdiri, ruku, sujud, duduk, suara dan lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk dalam
ayat, Peliharalah.
Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu, yaitu sholat yang diabadikan. Dalam
ayat itu berlanjut : Dan shola yang di engah.. atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu
sholatnya qalbu, karena qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara kanan dan kiri, antara
bawah dan atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana sabda Nabi Saw, : Qalbu berada
dianara dua Jemari dari Jemari-jemari Ar-Rahman, dimana Allah membolak-balikkannya
semauNya (Hr. Muslim, dan juga dikuip oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya).
Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah dua sifatNya, Al-Qahr (Yang Maha Memaksa) dan
Al-Luthf (Yang Maha Lembut), sebab Allah Maha Suci dari Jemari-jemari. Maka menjadi
jelas maksud ayat tersebut adalah Sholat Qalbu. Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya
pun rusak termasuk sholat jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, idak ada shola
melainkan dengan hai yang hadir di hadapan Allah.
Orang yang sholat bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat munajat itu qalbu (hati). Jika
hatinya alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati adalah pokoknya, yang lain hanyalah

pengikutnya, sebagaimana dalam hadits Nabi Saw. Ingalah! Sesungguhnya dalam jasad
iu ada segumpal daging, apabila ia bagus maka bagus pula seluruh jasadnya, dan jika ia
rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ingalah, daging iu adalah qalbu (Hr. Bukhori).
Sholat syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima kali. Disunnahkan berjamaah di
masjid dan harus menghadap Kabah, mengikuti iman, tanpa ada sikap pamer dan
popularitas.
Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah sepanjang hidup. Masjidnya adalah
qalbunya. Jamaahnya adalah perkumpulan kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus
menerus mengingat Nama-nama Allah dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya
adalah rasa rindu dalam spirit qalbu (Fuad). Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah
(Manunggal hamba-Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat
Hakikat.
Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang zaman. Karena Qalbu tidak mati
dan tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga dengan kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa
berdiri dan tanpa duduk. Itulah yang disebut oleh Allah swt:Hanya kepadaMu kami
menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan (Al-Fatihah, 5)
x$) 7tR y$)ur tGnS
Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil wa Asdrorut Tawil, beliau mengatakan, Dalam
ayat tersebut ada isyarat bagi orang yang marifat kepada Allah, dan transformasinya dari
kondisi dimana ia tidak hadir jiwanya menjadi hadir di hadapan Allah Taala. Maka ia berhak
mendapatkan tugas ini, sebagaimana sabda Rasululllah saw: Para Nabi dan para wali
senantiasa sholat dalam kuburnya sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah
mereka.Maksudnya mereka terus sibuk bersama Allah dan munajat bagi kehidupan
qalbunya. Bila Sholat Syariat dan Sholat Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka
sempurnalah sholatnya, dan meraih pahala yang agung dalam taqarrub dengan alam
ruhaninya. Dan dia juga meraih derajat jasmaniyah, lalu si hamba menjadi seorang abid
secara dzohir, dan arif secara batin.Jika seseorang tidak berhasil sholat Thoriqoh dengan hati
yang hidup, maka ia tergolong tidak sempurna, dan pahalanya tidak sampai pada derajat
taqarrub kepada Allah Taala.
1. Jihad Terbesar -Nasihat Spiritual Asy-Syyaikh Maulana Syaikh Abdul Qadir al
Jilani
Allah Azza wa-Jalla Taala telah memberi penjelasan tentang dua Perjuangan : Perjuangan
Dzahir dan Perjuangan Batin.
Jihad Batin adalah perjuangan melawan hawa nafsu, watak nalurinya, setan serta taubat dari
kemaksiatan, dosa-dosa, dan meninggalkan hal-hal yang menyenangkan yang diharamkan.
Sedangkan Jihad Lahir adalah Jihad melawan orang-orang kafir yang kontra terhadap Allah
dan RasulNya, melalui senjata dan berperang.
Jihad Batin itu lebih sulit dibanding Jihad Lahir, karena Jihad Batin itu dilakukan terus
menerus dan menjadi keharusan. Bagaimana tidak lebih sulit? Sebab Jihad Batin berarti
memutuskan segala kecenderungan nafsu yang dilarang, menjauhinya, dan menjalankan
seluruh perintah Allah serta menjauhi laranganNya.
Siapa pun yang bisa meraih perjuangan lahir batin berarti ia mendapatkan kemenangan dunia
dan akhirat. Luka-luka yang menimpa jasad syuhada, seperti luka ditangan anda, tak berasa.
Sedangkan mati di tangan Mujahid yang melawan nafsunya, yang bertobat dari dosanya,
seperti minuman dingin di mata orang yang haus dahaga.

Wahai kaum Sufi, tak ada yang membebanimu, kecuali Allah akan memberikanmu sesuatu
yang lebih baik dibanding bebanmu. Setiap saat mestinya punya makna khusus di hatimu
untuk Allah, baik berkait dengan perintah maupun laranganNya. Berbeda dengan kebanyakan
makhluk dan orang-orang munafik yang menjadi musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla, karena
kebodohan dirinya terhadap kebenaran dan sikap bermusuhannya terhadap Allah Taala,
mereka masuk ke neraka.
Bagaimana mereka tidak masuk neraka? Sedangkan mereka di dunia kontra terhadap Allah
Taala, mengikuti keselarasan nafsunya, egonya, tradisinya, setan-setannya, mendahulukan
kepentingan dunianya dibanding akhiratnya.
Bagaimana tidak masuk neraka? Mereka telah mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, tidak
beriman, tidak mengamalkan perintahNya dan tidak menjauhi laranganNya.Wahai kaumku,
berimanlah dengan Quran ini, amalkan dan ikhlaslah dalam mengamalkannya, tidak untuk
diteriakkan, dan jangan sampai kalian munafik dalam amaliahmu, jangan sampai mencari
pujian dari makhluk dan mencari balas budi mereka.
Sedikit sekali orang yang beriman dan Quran diamalkan benar-benar demi Wajah Allah.
Karenanya betapa minoritasnya kaum muhklisin, dan betapa banyaknya kaum munafik.
Bahkan betapa kalian ini sangat malas dalam ketaatan kepada Allah Azza wa-Jalla, justru
kalian lebih semangat taat kepada musuhmu, yaitu setan yang dirajam.
Kaum Sufi senantiasa berharap, dalam detik-detiknya tidak lepas dari tugas-tugas Allah azza
wa-Jalla. Mereka benar-benar mengetahui bahwa kesabaran terhadap tugas dan ketentuanNya
serta takdirNya, itu merupakan limpahan kebajikan dunia akhirat, yang berarti berselaras
dengan kehendak dan tindakanNya, kadang ia bersabar, kadang pula ia bersyukur, kadang
dalam nuansa dekat dan kadang merasa jauh, kadang dalam kesibukan yang penat kadang
pula dalam rasa ringan, kadang dalam limpahan kekayaan dan kadang dalam kemiskinan,
kadang sehat kadang sakit. Seluruhnya tidak lepas dari kebersamaannya dengan Allah Azza
wa-Jalla. Itulah yang paling penting bagi mereka, harapan bagi kesalamatan mereka dan
keselamatan makhluk lain ketika bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, dan mereka terus
menerus memohon kepadaNya bagi kemaslahatan manusia.Anak-anak sekalian.
Jadilah kalian ini selalu berpijak pada yang benar, maka kalian akan cemerlang. Jika kalian
benar dalam hukum, kalian fasih dalam pengetahuan. Jika kalian benar dalam batin, akan
fasih dalam lahir. Seluruh keselamatan ada dalam ketaatan, yaitu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan, bersabar atas seluruh ketentuanNya. Siapa yang memohon ijabah dari
Allah maka Allah Taala akan mengijabahi, siapa yang taat padaNya maka seluruh makhluk
pun taat kepadanya.
Wahai jamaahku. Terimalah dariku, aku yang menasehatimu. Aku mendampingimu, dan
mendampingi apa yang yang diberlakukan oleh Allah kepadaku dan kepadamu. Jangan
sampai kalian mencurigaiku, karena aku hanya ingin kebahagiaanmu sebagaimana
kebahagiaanku. Nabi Saww bersabda:Orang beriman tidak akan sempurna keimanannya
sampai ia berhasrat agar saudaranya muslim mendapatkan apa yang didapatkannya. Inilah
sabda junjungan dan panutan kita, yang membimbing kita dan mensyafaati kita. Seorang
pemuka para Nabi dan Rasul, para shiddiqin, dari masa Adam as, sampai hari kiamat kelak.
Betapa kesempurnaan iman telah terhalang oleh kehendak orang yang tidak mencintai
saudaranya yang muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Bila anda mencintai diri anda, anda akan memakai pakaian terbaik, makanan paling lezat,
tempat tinggal paling elok, harta yang banyak, kenapa anda tidak bersikap seperti itu untuk
sahabat anda yang muslim. Berarti anda sungguh pendusta, jika anda mengaku telah
sempurna iman anda.
Wahai orang yang mau berfikir, lihatlah tetanggamu miskin, sedangkan anda punya harta.
Mereka wajib menerima zakat anda, bahkan setiap hari anda memetik laba anda, bahkan

sangat berlebih dari sekadar kecukupan sehari-hari, lalu anda menghalangi untuk
memberikan harta anda, sementara mereka pun si miskin itu tetap rela dengan
kekuarangannya. Namun karena hawa nafsumu, setanmu ada di belakangmu, yang membuat
anda sulit berbuat baik, sedangkan ambisi anda terus bergolak untuk harta dunia anda, iman
dan ketaqwaan sangat minim, sungguh anda telah melakukan kemusyrikan melalui harta dan
sesama makhluk. Sementara tak ada kebajikan pada dirimu.
Siapa saja yang banyak kesenangannya pada dunia, ambisinya liar sampai lupa maut, lupa
kelak bertemu Allah, tidak bisa membedakan yang halal dan yang haram, sesungguhnya
orang itu telah serupa dengan orang-orang kafir. Mereka katakan:Tidak ada kecuali
kehidupan dunia, dimana kami mati dan hidup. Tak ada yang menghancurkan kami kecuali
sang waktu. (Al-Jatsiyah 24) Seakan-akan anda ini seperti bagian dari mereka, hanya saja
anda menggunakan baju Islam, dan anda telah mengalirkan darah anda dengan dua syahadat,
anda ikut sholat, puasa, hanya sebagai tradisi kebiasaan, bukan sebagai ibadah. Tampaknya
dimata khalayak anda orang yang bertaqwa, sedangkan hatimu pengecut, dan itu sama sekali
tidak berguna.
Wahai kaum Sufi, sungguh mana berguna bagimu, lapar dan dahaga di siang hari, sedang di
malam hari anda memakan barang haram. Puasa di siang hari, maksiat di malam hari. Anda
mencegah untuk minum di siang hari lalu anda berbuka dengan darah kaum muslimin.
Diantara kalian puasa di siang hari, fasik di malam harinya. Rasulullah saw,
bersabda:Ummatku tidak akan hina sepanjang memuliakan bulan Ramadlan.(Hr Muslim)
Mengagungkan bulan Ramadlan itu dengan ketaqwaan, dan berpuasa hanya untuk Allah
Taala disertai menjaga batas syariat.Anak-anak sekalian. Berpuasalah. Dan ketika berbuka,
bagilah bukamu dengan kaum miskin. Jangan anda makan sendiri, jika anda makan sendiri,
dikawatirkan anda tertimpa kesulitan dan kemiskinan.Wahai kaumku: Anda semua kenyang
sementara tetangga anda lapar, sedangkan anda mengaku sebagai orang beriman. Imanmu
tidak sah, ketika makanan berlimpah sedangkan ada sang miskin sedang di pintumu lalu anda
menolaknya. Dalam sekejap tersebar berita anda, dan sekejab pula anda bisa jatuh miskin,
anda pun ditolak dimana-mana ketika meminta.
Sungguh perhatikan! Semestinya anda himpun dua hal apa yang ada di tanganmu dan
sekaligus tangan lain memberikan. Tawadlu (rendah hati) ketika anda bangkit, dan
memberikan harta di satu sisi. Nabi kita Sayyidina Muhammad Saww, memberi orang yang
meminta dengan tangannya, dan beliau juga memerah sendiri air susu onta, memerah susu
kambing, dan menjahit bajunya.Bagaimana kalian mengaku mengikuti jejaknya, sedangkan
anda anda justru kontra dengan beliau baik dalam tindakan, ucapan dan perbuatan? Anda
membuat pengakuan tanpa bukti? Kalau anda Yahudi sejati mestinya sangat patuh pada
Taurat yang benar, begitu juga kalau anda muslim sejati mestinya memenuhi syarat-syarat keIslaman anda, jika tidak jangan mengaku-aku sebagai muslim sejati. Mestinya anda
memenuhi syarat ke-Islaman, hakikat ke-Islaman, yaitu menyerahkan sepenuhnya dirimu di
hadapan Allah Azza wa-Jalla. Pedulilah kepada makhluk, sampai akhirnya Allah peduli
padamu. Cintailah orang yang ada di muka bumi, sampai mencintaimu yang di
langit.Sepanjang dirimu tegak dengan dirimu, kamu tidak akan sampai ke maqom ini.
Sepanjang kamu masih memelihara hasrat dan kesenangannya kamu pasti berada dalam tali
ikatannya, dan mencegahmu untuk sampai kepada Allah. Karena kamu hanya sampai pada
bagian ego nafsumu dengan kehancurannya. Hak nafsu itu adalah kesenangan berpesta,
berpakaian, minum dan tempat yang nyaman di dalamnya, bagiannya adalah kelezatan dan
syahwat. Maka ambillah dengan tangan syariat. Sepanjang anda mengambil itu menurut
kadar dan kepastian dari Allah Azza wa-Jalla, maka boleh anda makan. Duduklah di pintu
syariat dan berbaktilah, anda akan bahagia. Allah swt telah berfirman:Apa yang datang dari
Rasul, maka ambillah dan apa yang dilarang darinya, hindarilah. (Al-Hasyr : 7)
Terimalah dengan riang dan ringan, dan benamkan dirimu padanya. Jika banyak yang anda
dapat dari kepastianNya, sebagaimana ilmuNya, maka disanalah anda berada. Jika anda

menerima dengan gampang, anda tidak akan hancur, bahkan tak akan pernah luput dari
anugerah pemberianNya.
Hasan al Bashri berkata, Cukuplah bagi orang beriman, sekadar makanan ringan, cukuplah
kurma jelek dan seteguk air.Orang beriman itu makan untuk kekuatan tubuh, orang munafik
makan untuk menikmati makanan. Orang beriman mengkonsumi makanan karena ia butuh
kekuatan melintasi jalan menuju tempat, dimana tempat itu justru seluruh kebutuhannya
tercukupi, karenanya ia makan hanya sekadar kuat saja. Sedang orang munafik memang tidak
punya tempat, tidak punya tujuan hidup. Betapa banyak hari-hari dan bulanmu teledor.
Usiamu kalian potong tanpa manfaat. Aku melihat kalian tidak teledor dengan duniamu,
sementara kalian teledor dengan agamamu. Berbaliklah, kalian akan berpijak pada kebenaran.
Dunia tidak akan abadi bagi siapa pun, begitu pula bagimu. Apakah kalian masih punya
harapan hidup bersama Allah Azza wa-Jalla?
Oh betapa minimnya pikiranmu. Betapa banyak orang menumpuk dunianya, membangun
dunianya, sementara di satu sisi ia merobohkan bangunan akhiratnya, dengan mengumpulkan
dunia dan membuang agamanya. Benar-benar dramatik terjadi antara dirinya dan Allah Azza
wa-Jalla, ia malah mendendam kepada Tuhannya dan lebih ridlo kepada makhlukNya. Kalau
dia tahu bakal mati dalam waktu dekat, hadir di hadapanNya, ia pun juga dihisab atas seluruh
perbuatannya, maka tidak ada yang banyak dari jumlah amalnya.
Dari Luqmanul Hakim ra, berkata pada putranya, Wahai anakku, sebagaimana engkau sakit,
kalian tidak tahu bagaimana tiba-tibanya penyakit. Demikian pula kalian mati dan kalian
tidak tahu bagaimana anda nanti mati.Aku peringatkan pada kalian dan aku hindarkan
kalian. Tapi kalian tidak pernah perhatikan, tidak pernah menghindari. Kalian malah lenyap
dari kebaikan sibuk dengan dunia. Sebentar lagi anda tua, dan dunia tidak ada gunanya,
bahkan semua yang anda kumpulkan jadi bebanmu.Anak-anak sekalian, semestinya kalian
menanggung tugas dan memutuskan kejahatan. Kalimat kejahatan akan bercabang, jika
kalian bicara, lalu saling bersahut, datang pula kalimat sepadannya, lalu hadir keburukan
diantara kalian. Hanya sedikit makhluk yang mengajak ke pintu Allah Azza wa-Jalla, dan
mereka ini sebagai bukti dan argument kebenaran atas mereka. Jika khalayak tidak menerima,
maka kaum mukmin akan meraihnya sebagai nikmat, tapi derita bagi kaum munafik, mereka
ini adalah musuh-musuh Allah Azza wa-Jalla.
Ya Allah semoga Engkau berikan kebajikan bersama auhid, dan sirnakan kami dari
makhluk dan selain DiriMu secara oal.
Wahai orang yang bertauhid, wahai orang yang masih musyrik, sesungguhnya di tangan para
makhluk itu tak berarti apa-apa. Sebuah kemuliaan di mata penguasa, para raja, orang-orang
kaya, semua itu hakikatnya di tangan Allah SWT. Hati mereka berada di TanganNya, terserah
Dia membolak balikkannya.
.4 }s9 m=WJx. x ( uqdur J9$# t79$#
Tak ada sesuatu pun yang menyamaiNya, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat. (AsySyuuro : 11)
Jangan manjakan dirimu, ia bisa memakan jiwamu, seperti orang yang mendidik anjing dan
memanjakannya, suatu ketika lengah anjing itu akan memangsanya pula. Jangan kau
andalkan senjata nafsumu dan jangan pula mengasah ketajamannya, karena akan mengenai
dirimu di wadah kehancuran ketika nafsu mengkhianatimu. Potonglah isi nafsu dan jangan
melewati syahwatnya.
Ya Allah olonglah kami aas nafsu-nafsu kami. Ya uhan berikanlah kami kebajikan di dunia
dan kebajikan di akhira, dan lindungilah kami dari azab neraka.
1. Membuka Pintu-pintu Kedekatan Dengan Allah Taala

Pertentanganmu dengan (aturan) Allah swt, akan mengusirmu dan menghilangkan dirimu dari
Allah. Kembalilah dirimu dari sikap penentanganmu sebelum engkau dihantam, dihinakan
dan dinistakan oleh ular-ular bencana dan kalajengking cobaan. Betapa pedihnya rasa cobaan,
apalagi jika engkau terpedaya. Karena itu anda jangan bergembira dengan yang engkau
miliki, karena apa yang ada di tangan anda pasti sirna.
Allah Taala berfirman:
Sehingga ketika mereka bergembira atas apa yang mereka dapatkan, tiba-tiba Kami
mengambil mereka seketika
Meraih anugerah keuntungan dari Allah Taala harus ditempuh dengan kesabaran. Karena itu
Allah menguatkan berkali-kali tentang sabar itu. Kefakiran (rasa butuh kepada Allah) dan
kesabaran tidak akan pernah bertemu kecuali bagi kewajiban orang beriman.Sedangkan para
pecinta yang senantiasa mendapat cobaan, lalu mereka menjadi sabar, terlimpahi ilham untuk
berbuat kebaikan beriringan dengan cobaan dan ujiannya, senantiasa bersabar atas sesuatu
yang yang baru terjadi dari Allah Taala.
Kalau bukan karena kesabaran, anda semua tidak akan pernah bertemu denganku. Aku telah
membuat jebakan untuk memburu burung, dari satu malam ke malam berikutnya, yang
membuatku terus terjaga dan membuatku sunyi dari orang ketika di siang hari dengan mata
yang terpejam. Seorang lelaki yang terikat oleh jaring-jaring jebakan, dan itu pun dilakukan
demi kemaslahatan anda semua, sementara anda semua tidak mengerti.Kalau bukan demi
berselaras dengan Allah taala, bagaimana mungkin orang berakal mau bergaul dengan
penduduk negeri yang telah dibutakan hatinya oleh riya, kemunafikan dan kezaliman,
bercampurbaurnya syubhat dan keharaman?
Betapa banyak nikmat-nikmat Allah telah dikufuri, sementara terjadi kolusi luarbiasa untuk
menciptakan kefasikan dan penyimpangan. Betapa banyak orang lumpuh di rumahnya
sendiri, orang zindiq dalam kedai minumnya, orang jujur di atas kursinya. Kalau bukan
karena sebuah aturan, niscaya aku bicara tentang hal-hal yang ada di rumah-rumah kalian.
Namun bagiku ada fondasi yang harus kubangun. Aku punya murid-murid yang butuh
pendidikan. Seandainya tersingkap sebagian apa yang ada dalam diriku, itu bisa menjadi
penyebab berpisahnya diriku dengan diri kalian semua, lalu terlempar dalam jejak-jejak yang
menghancurkan.Karena itu tutuplah pintu-pintu kemakhlukan (dari hatimu) dan bukalah
pintu-pintu antara dirimu dengan Allah. Akuilah dosa-dosamu, mohonlah maaf kepada-Nya
atas keteledoranmu selama ini. Yakinlah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang bisa
membahayakan, memberikan manfaat, yang memberikan anugerah, tidak ada yang bisa
mencegah, kecuali Allah Taala semata. Dengan demikian, kebutaan mata hatimu akan sirna,
lalu mata hati terbuka bergerak, hingga membuka mata kepalamu.
Wahai anak-anakku. Persoalan sesungguhnya bukan memakai pakaian kumal atau pun
makanan kasar. Persoalan sesungguhnya adalah kezuhudan dalam hatimu. Awal mula yang
dipakai oleh shiddiqun adalah pakaian wol dalam hatinya, lalu terefleksi kesederhanaan itu
dalam lahiriyahnya. Ia memakai pakaian itu dalam rahasia batinnya, lalu dalam hatinya,
kemudian untuk menutup nafsunya, lalu fisiknya.
Ketika secara keseluruhan dirinya menggunakan pakaian sederhana, maka tibalah tangantangan lembut dan kinasih serta tangan anugerah, sampai akhirnya berubah drastis dalam
tragedi ini. Ia copot baju hitamnya dan diganti dengan baju kegembiraan pesta, ia ganti
penderitaan dengan kenikmatan, ia ganti dendam dengan keceriaan, ia rubah ketakutan
dengan rasa aman, ia rubah rasa jauh menuju rasa dekat, rasa fakir menuju rasa cukup.
Wahai anak-anakku, raihlah bagian dengan tangan zuhud, bukan dengan tangan ambisi
pribadi. Orang yang makan dengan menangis, berbeda dengan orang yang makan dengan
tertawa. Makanlah bagian itu, dan hatimu bersama Allah Taala. Anda akan selamat dari
keburukannya. Jika engkau makan dari resep dokter atau ahli kesehatan tentu itu lebih baik

daripada anda makan sendiri, tanpa anda tahu asal usulnya makanan itu, sehingga,
menyebabkan hatimu keras jauh dari amanah, sementara anda benar-benar kehilangan
rahmat. Hilang pula amanah syariah di sisimu, karena kalian telah meninggalkan dan
mengkhianatinya. Sungguh celaka, jika amanah kalian sia-siakan.
Jagalah mahkotamu itu bersama Tuhanmu Azza wa Jalla. Waspadalah atas ancamanNya,
karena siksaNya begitu dahsyat. Siksa itu bisa merebut rasa amanmu, rasa sehat afiatmu,
foya-foya dan sukacitamu. Taatlah kepadaNya, karena Dia adalah Tuhan langit dan bumi.
Jagalah nikmatNya dengan syukur. Terimalah perintah dan laranganNya dengan patuh dan
taat. Terimalah kesukaran dariNya dengan kesabaranmu, dan terimalah dengan syukurmu atas
kemudahanNya. Karena demikian adalah perilaku pendahulumu, dari para Nabi, para Rasul
dan orang-orang yang saleh, yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan bersabar atas cobaan.
Tegaslah terhadap kemaksiatan. Terimalah ketaaatan. Jagalah aturanNya, dan ketika datang
kemudahan bersyukurlah. Sebaliknya jika yang datang kesukaran bertobatlah dari dosadosamu, lalu debatlah, lawanlah hawa nafsumu. Karena Allah tak pernah menzalimi Maka
dari itu ingatlah maut dan resiko sesudah maut. Ingatlah Tuhan Yang maha agung dan Luhur,
hisab dan pengawasanNya padamu.
Bangunlah, sampai kapan kamu semua tidur terlelap, sampai kapan kamu terlempar dalam
kebodohan dan keluar masuk dalam kebatilan? Bergelimang dengan nafsu, hawa, dan
kebiasan-kebiasaan. Kenapa? Kenapa tidak mendidiknya demi ibadah kepada Allah dan
mengikuti aturan hukumNya. Padahal ibadah itu meninggalkan kebiasan-kebiasaan nafsu,
kenapa tidak mendidik dirimu dengan adab Quran dan sunnah?
Anak-anak muridku..Jangan bergaul dengan banyak orang disertai kebutaan hati, ketololan
disertai kealpaan dan kelelapan. Bergaulah dengan mereka, dengan matahati, ilmu dan
keterjagaan jiwa. Jika anda temukan hal yang terpuji dari mereka, ikutilah, dan jika ada yang
menyeretmu pada keburukan, jauhilah dan tolak. Engkau berada dalam alpa total, alpa dari
Allah Azza wa Jalla. Makanya, anda harus bangkit, disiplin dengan masjid, memperbanyhak
sholawat kepada Nabi SAW.Nabi saw, bersabda: Seandainya neraka turun dari langit, tak
ada yang selamat kecuali ahli masjid.Jika kalian semua menunaikan sholat, totalkan
sholatmu hanya kepada Allah Taala, dan karena itu Rasulullah saw, bersabda, Yang paling
dekat bagi hamba pada Tuhannya, apabila hamba sedang bersujud.
Duh.. celaka kalian. Kenapa kalian sering membuat ulah dan mencari-cari keringanan? Orang
yang mencari-cari takwil demi seleranya sesungguhnya terpedaya. Padahal jika kita
merengkuh azimah (pr insip), dan kita bergantung pada Ijma, sementara amal kita ikhlas,
maka kita pun akan bersih bersama Allah Taala. Lalu bagaimana bisa terjadi jika anda malah
merekayasa azimah, mencari jalan kemudahan nafsu, lalu para pemegang teguh azimah
sirna?Inilah zaman rukhsoh, bukan zaman azimah. Inilah zaman riya dan kemunafikan,
dimana harta didapat dengan cara tidak benar. Betapa banyak orang yang sholat, puasa, zakat,
haji, dan berbuat baik untuk makhluk, bukan untuk Khaliq. Dan mayoritas yang memenuhi
alam semesta ini adalah demi kepentingan sesama makhluk, bukan demi Khaliq.
Kalian semua telah mati jiwa, menghidupkan nafsu dan hawa nafsu untuk dunia. Padahal
hidupnya hati ketika keluar dari kepentingan makhluk dan teguh bersama Allah Azza wa
Jalla.Hidupnya hati dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah azza wa Jalla.
Hidupnya hati dengan sabar atas Qodlo, Qodar dan ujianNya.
Wahai anak muridkuSerahkan dirimu kepadaNya dalam soal kepastianNya. Bangunlah
bersamaNya dalam soal itu. Perkara itu butuh fondasi, lalu butuh bangunan, dan dawamkan
setiap waktu, siang dan malammu. Karena itu, waspadalah. Tafakkurlah dalam masalah
hatimu.Jika engkau melihat kebajikan, bersyukurlah. Jika engkau melihat keburukan
bertobatlah. Dengan tafakkur ini agamamu akan hidup dan matilah syetanmu. Karena itu
dikatakan, tafakkur sejam lebih baik dibanding bangun sepanjang malam.

Wahai ummat Muhammad, bersyukurlah kepada Allah Taala yang telah menerima amalmu
yang sedikit dengan menyandarkan kepada amal pendahulumu. Sebab kalian semua adalah
yang terakhir di dunia, tetapi yang pertama di hari kiamat. Jika kalian benar, maka tak ada
yang lebih benar menandingi kalian. Kalian semua adalah para pemuka dan pemimpin,
sedangkan umat lain adalah rakyat. Tetapi jika sepanjang anda masih duduk di rumah
nafsumu dan watakmu, sulit untuk menjadi benar. Jika sepanjang anda bangkit bersama
makhluk dan terpaku terhadap apa yang ada di tangan mereka, dengan menarik mereka
melalui riya dan kemunafikan anda, sungguh tetap tidak benar bagi anda. Sepanjang anda
masih ambisi dunia, sepanjang hati anda masih bersiteguh pada selain Allah, tidak ada yang
dibenarkan.
Ya Allah berilah kami rizki, unuk senaniasa di sisiMu.uhan, berikanlah kami kebajikan di
dunia, dan kebajikan di akhira, dan lindungilah kami dari siksa neraka.
(Diambil dari kitab Fah ar Rabbani Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)
1. Menyatu Dengan Syaikh Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani
Anak-anak muridku sekalian.
Ingatlah, sebelum diingatkan, tanpa anda harus diperintah anda mendekat kepada Allah.
Bergaullah dengan kalangan ahli agama, karena mereka adalah manusia paling berakal dan
mengerti siapa yang paling taat kepada Allah dan siapa paling maksiat padaNya.Nabi saw,
bersabda, Beruntunglah anda Artinya anda sangat butuh kepadaNya dan anda cukup
bersamaNya.
Bila anda bersama Ahlud Din, dan anda mencintainya anda akan merasa cukup, dan hati anda
akan lari dari kemunafikan. Karena kaum munafik sesungguhnya hanya suka pamer, tidak
ada yang diterima amalnya. Allah tidak menerima bentuk amal anda, rupa amal anda, tetapi
Allah menerima apa yang ada dibalik amal anda, hati anda. Jika anda melawan hawa nafsu
anda, setan anda, duniawi anda dalam amaliyah anda, Allah akan menerima anda.
Berbuatlah kebaikan, Allah akan menerima dari sisi jiwanya. Dan jangan melihat amaliyah
anda sedikit pun, karena Allah tidak akan menerimanya kecuali amaliyah itu hanya
untukNya, demi WajahNya, bukan untuk wajah makhluk.Celaka anda ini! Anda berbuat baik
demi makhluk, tetapi ingin diterima oleh Allah Azza wajalla. Ini sebuah penipuan dari diri
sendiri. Tinggalkan kerakusan anda, kesombongan anda, kesenang-senangan anda. Anda
harus prihatin, jangan bersenang-senang, sebab anda berada di alam keprihatinan dalam
penjara dunia.Nabi Saw senanatiasa bertafakkur, tidak banyak gembiranya, banyak
prihatinnya, tidak banyak tertawanya kecuali hanya tersenyum, hanya untuk menyenangkan
lainnya.
Hati Nabi penuh kerpihatinan dan kesibukan bersama Allah. Jika saja bukan karena para
sahabat dan perkara dunia ini, Nabi saw, tak akan pernah keluar dari rumahnya dan tak
pernah duduk dengan siapapun.Wahai anak muridku.
Jika Khalwat anda benar bersama Allah Azza wa-Jalla Sirrmu akan cemerlang dan hatimu
akan jernih. Pandangan anda akan penuh pelajaran. Hati anda akan penuh dengan tafakkur,
ruh anda akan membubung menuju Allah Azza wa-Jall, wushul kepadaNya.Memikirkan
dunia justru menyiksa dan menghijab. Sedangkan tafakkur tehadap akhirat membuahkan
pengetahuan dan menghidupkan hati. Allah tidak memberikan anugerah bagi orang yang
tafakkur kecuali pengetahuan mengenai dunia akhirat.
Wah! Anda telah menelantarkan hati anda di dunia, sedangkan Allah Azza wa-Jall, telah
memberikan segalanya untuk anda. Allah telah menentukan waktu setiap hari bagi anda, dan
Allah telah terus menerus melimpahkan rizki pada anda, baik anda mencarinya atau tidak.
Ambisi dan kerakusan anda telah membuat anda hina di depan Allah maupun di depan

makhluk. Dengan iman yang kurang anda lalu mencari rizki, padahal ketika iman anda
bertambah anda tidak perlu mencarinya. Bahkan dengan keparipurnaan dan kesempurnaan
iman, anda cukup istirahat dari dunia.
Anak muridku, anda jangan mencampur adukkan hal yang serius dengan guyonan. Jika hati
anda belum mampu teguh, bagaimana anda bersama khalayak untuk anda baurkan bersama
Khaliq, sedang anda berhati ganda dengan dunia? Bagaimana anda bersama Allah?
Bagaimana anda bisa mencampuradukkan yang lahir dan yang batin? Yang tak masuk akal
dan yang masuk akal, hal-hal yang ada di sisi makhluk dan Khaliq? Betapa bodohnya orang
yang melalaikan Khaliq dan sibuk dengan makhluk, berteguh dengan yang duniawi dan alpa
pada Allah? Melupakan yang abadi dan bergembira dengan yang fana?Anda bersahabat
dengan orang-orang bodoh lalu mereka menularkan kebodohannya pada anda. Sebab, bergaul
dengan orang tolol berarti meraih kesia-siaan.
Bergaullah dengan orang mukmin yang yakin, yang mengamalkan ilmunya. Karena orang
beriman seperti ini, betapa baiknya mereka, betapa kuatnya perjuangan mereka dalam
melawan hawa nafsunya. Dalam konteks inilah Rasulullah saw, bersabda: Kegembiraan
orang berimaan pada wajahnya, prihainnya ada dalam qalbunya. Itulah kekuatan si
mukmin ini, hingga mampu mengekspresikan kegembiraan di hadapan para makhluk,
sementara ia mampu menyembunyikan keprihatinannya, antara dirinya dengan Allah Taala.
Sepanjang hidupnya ada keprihatinan, banyak merenungnya, banyak menangisnya pada
Allah, sedikit tertawanya, dan itulah Nabi saw, bersabda: ak ada kegembiraan bagi orang
mumin kecuali beremu Allah Azza wa-Jalla.
Orang beriman menutupi keprihatinannya dengan kegembiraannya. Fisiknya bekerja di
dunia, batinnya bersama Allah Taala. Fisiknya untuk keluarganya, batinnya untuk Tuhannya
Azza wa-Jalla. Ia tak pernah mengumbar keprihatinan jiwanya kepada keluarganya, isteri dan
anaknya, tetangga-tetangganya, bahkan kepada siapa saja dari khalayak makhlukNya, karena
ia mendengarkan ucapan Nabi SAW. : Raihlah perolongan aas persoalan kalian semua
melalui cara merahasiakan (masalah). Ia senantiasa menyembunyikan apa yang ada di
dalam batinnya. Seandainya saja ada yang keceplosan, itu pun tetap ia ungkapkan dengan
metafor, lalu ia tutupi, dan ia mohon maaf atas apa yang terungkap.
Anak-anak muridku. Jadikan diriku sebagai cerminmu. Jadikan diriku sebagai
cermin hati dan rahasia batinmu, sebagai cermin amaliahmu!
Kemarilah mendekat kepadaku, anda akan melihat apa yang ada di dalam dirimu,
sesuatu yang tidak bisa anda lihat ketika kalian jauh dariku. Jika anda punya hajat
seputar agamamu, anda harus dekat denganku, karena aku tidak akan pernah
menyembunyikan agama Allah Azza wa-Jalla. Tak ada yang harus malu menyangkut
agama Allah Azza wa Jalla. Karena anda selama ini berada dalam pelukan
kemunafikan. Tinggalkan duniamu yang ada di rumahmu, mendekatlah kepadaku.
Karena saya berdiri di pintu gerbang akhirat. Bersamalah denganku dan dengarkan
kata-kataku, dan amalkanlah sebelum maut menjemputmu.
Masalahnya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah. Bila kalian tidak punya rasa
takut padaNya, kalian tidak aman di dunia dan di akhirat. Sedangkan rasa Cinta dan Takut itu
datang dari Allah juga untuk anda yaitu mengenalNya dengan sesungguhnya. Karena itu Dia
berfirman:Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah para
UlamaTak ada yang takut penuh cinta kecuali para Ulama yang mengamalkan ilmunya,
yang mengamalkannya dan memang mengetahuinya. Bahkan mereka tidak meminta balasan
dari Tuhannya, kecuali hanya ingin WajahNya dan mendekatiNya, hanya ingin CintaNya,
bersih dari hijab dan rentangan jarak. Mereka tidak ingin pintuNya tertutup bagi mereka,
dunia hingga akhirat, bahkan tidak ingin tertutup ketika ada pada selainNya.
Dunia bagi suatu kaum, dan akhirat juga bagi suatu kaum. Allah Taala juga bagi suatu kaum,
yaitu kaum yang keyakini imannya, yang marifat dan mencintaiNya, yang bertaqwa dan

khusyu kepadaNya, yang senantiasa prihatin hanya demi Dia. Suatu kaum yang yang takut
penuh cinta kepadaNya, walau mata fisiknya tak memandangNya, tetapi hatinya selalu
memandangNya. Bagaimana tidak takut setiap saat Allah mengurus semuanya, merubah dan
mengganti, menolong dan menghinakan ini dan itu, menghidupkan ini dan mematikan
itu.Allah tidak ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya (apa yang
mereka lakukan).
Ya uhan, dekakan diri kami padaMu, dan janganlah Engkau jauhkan diri kami dariMu.
Dan berikanlah kami kebajikan dunia dan kebajikan Akhira, dan lindungi kami dari siksa
neraka.
1. Hilangnya Agama Karena Empat Hal -Nasihate Spiritual Maulana Syyaikh
Abdul Qadir al Jilani
Hilangnya Agama Ini karena Empat Hal:
Pertama, karena anda tidak mengetahui apa yang anda amalkan.
Kedua, karena anda mengamalkan perkara-perkara yang anda tidak mengetahuinya.
Ketiga, karena anda tidak mau belajar hal-hal yang anda tidak mengerti, lalu anda terus
menerus bodoh.
Keempat, anda menghalangi orang-orang yang belajar pengetahuan, dimana mereka tidak
tahu.
Wahai kaum Sufi.Jika anda menghadiri majlis dzikir, ternyata anda menghadirinya agar
masalah anda terpecahkan. Anda malah kontra dengan nasehat kebajikan, lalu anda pelihara
kesalahan dan ketergelinciran, bahkan anda tertawa dan main-main. Anda benar-benar
mengkawatirkan, padahal anda bersama Allah Azza wajalla.
Karena itu bertobatlah kalian dari situasi itu, jangan sampai anda ini seperti para musuh Allah
Azza waJalla. Raihlah manfaat dari apa yang anda simak disana.Anak-anak, anda sudah
terikat dengan ibadah, dan Allah mengikat dengan AnugerahNya. Hendaknya anda berpijak
pada Sang Penyebab, bukan pada akibat, dan bertawakallah padaNya. Hendaknya anda tidak
mengabaikan amaliah, hendaknya pula ikhlas dalam beramal.
Allah SWT berfirman: Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah.
Allah tidak menciptakan mereka untuk berdusta, tidak menciptakan mereka untuk bermainmain hampa, mencipatakan mereka bukan untuk makan dan minum, tidur dan kawin.
Ingatlah! Wahai orang-orang yang alpa dari kealpaanmu. Ingatlah, anda melangkahkan
hatimu satu langkah, Allah menuju kepadamu beberapa langkah, dan Dia paling layak untuk
anda rindukan semua dibanding yang lainNya.
Allah memberi rizki pada yang dikehendaki tanpa terhingga.
Jika Allah menginginkan pada hambaNya, Allah menyediakan langsung padanya. Ini sesuatu
yang berhubungan dengan makna hakiki bukan rupa fisik. Bila si hamba benar dalam
ubudiyahnya ini, maka benarlah zuhudnya di dunia dan akhirat.Selain Allah Taala, ketika
anda datang padanya, anda bisa tetap benar, baik raja, sulthan, pemerintah, maka kedatangan
anda, atom anda adalah bukit, tetesannya adalah lautan, bintanya adalah rembulan,
rembulannya adalah matahari, sedikitnya adalah banyak, terhapusnya adalah tetapnya,
fananya adalah baqonya, geraknya adalah tetapnya. Pohonnya menjulang hingga
menyentuh Arasy, dan akarnya membubung sampai ke bintang Tsurayya, dan dahandahannya melindungi dunia dan akhirat. Pohon apakah ini? Pohon Hikmah dan Pengetahuan.

Dunia seperti lingkaran cincin, bukan dunia yang anda miliki, bukan akhirat yang anda kait,
yang tidak dimiliki oleh raja maupun budak, tidak bisa dihalangi oleh apa pun atau diambil
oleh siapa pun, tidak bisa dikotori. Jika anda bisa memenuhi semua itu, anda akan bagus
ketika berada di tengah-tengah khalayak publik.
Manakala Allah menghendaki kebajikan pada hambaNya, maka Allah menjadikan hamba itu
sebagai dalil bagi mereka, menjadikan dokter bagi mereka, menjadikan pendidik dan
pengatur mereka. Sang hamba dijakdikan penerjemah untuk mereka, dijadikan riasan bagi
mereka, dijadikan lampu dan matahari bagi mereka. Bila Allah menghendaki, segala
terwujud. Jika tidak demikian, si hamba ditirai dari segala hal selain DiriNya.
Individu-individu jenis manusia seperti ini memang ditugaskan di tengah-tengah makhluk
tetapi dengan perlindungan dan kesalamatan menyeluruh pada dirinya. Allah menolong
hamba ini untuk sebuah kemashlahatan makhluk dan memberikan jalan menuju hidayah.
Orang yang zuhud dari dunia, diuji dengan akhirat. Orang yang zuhud dari dunia dan akhirat,
diuji oleh Pencipta dunia dan akhirat. Kalau semua telah alpa, seakan-akan kalian tidak
pernah bakal mati, seakan-akan kalian tidak akan dihamparkan di padang mahsyar, anda tidak
di hisab di sana, anda tidak melewati jembatan Shirothol Mustaqim?
Ini sifat-sifat anda, padahal anda mengajak Islam dan Iman. Ini Al-Quran dan Ilmu sebagai
argumentasi bagi kalian. Jika kalian hadir dalam majlis Ulama, dan anda menolak apa yang
dikatakan mereka, maka kehadiran anda sebagai hujjah yang membuat anda berdosa.
Sebagaimana anda semua bertemu Rasulullah Saww, di hari kiamat nanti, sementara anda
tidak menerima beliau, ketika seluruh makhluk dalam ketakutan atas kebesaran, keagungan
dan keadilan serta kesombonganNya, maka ketika itu seluruh kerajaan dunia musnah, dan
hanya kerajaan Ilahi yang abadi, semuanya di hari kiamat kembali kepadaNya.
Sementara itu para pemuka kaum Sufi juga tampak di sana dengan kemuliaan dan
kelengkapannya, dan bagaimana Allah memuliakan mereka di hari itu. Para paku bumi,
adalah penegak bumi, yaitu mereka sebagai penguasa makhluk dan pemukanya sekaligus
sebagai wakil Tuhan Azza wa-Jalla. Mereka hari ini tidak tampak dalam rupa, tapi dalam
makna, tetapi esok mereka tampak dalam rupa.Para pemberani dalam argumentasi dan perang
adalah mereka yang melawan orang kafir. Sedangkan sang pemberani dari kalangan orangorang sholeh adalah yang melawan hawa nafsunya, watak manusiawinya, syetan dan para
kolaborator kejahatan. Mereka ini adalah syetan-syetan manusia. Sedangkan sang pemberani
dari kalangan Khowash adalah keberaniannya dalam Zuhud dunia dan akhirat dan zuhud dari
segala hal selain Allah secara total.
1. Pengabdian Kepada Allah Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al
Jilani
Anak-anak muridku semua, manakah sesungguhnya Ubudiyah yang benar kepada Allah
Taala? Betapa jauh anda meraih hakikatnya. Raihlah rasa cukup bersama Allah dalam
seluruh perkara kehidupan anda. Anda adalah hamba yang pergi dari tuan anda, dan
kembalilah kepadaNya. Merasalah sebagai hamba yang hina dan rendah hatilah di
hadapanNya, mengikuti perintah dan menjauhi laranganNya. Bersabar dan berselaras
terhadap ketentuanNya.
Bila semua ini sudah anda lakukan dengan sempurna berarti pengabdian anda pada Tuan anda
sudah maksimal, dan anda bisa merasa cukup bersama Allah. Bukankan Allah telah
mencukupi hambaNya?Jika ubudiyah anda benar Allah pasti mencintai anda yang anda
rasakan dalam hati anda, yang membuat hati anda mesra bersamaNya. Taqarub anda pun
tanpa disertai susah payah, dan anda tidak merasa kesunyian karena Allah bersama Anda,
sehingga anda terus menerus Ridlo kepadaNya dalam segala hal. Bahkan jika saja dunia ini
terasa sempit bagi anda dan peluang-peluangnya tertutup, maka Allah Yang Maha luas tetap
bersama Anda. Bahkan anda tidak ingin makan makanan selain dariNya, anda pun akan

berselaras dengan Nabi Musa as, ketika Allah berfirman:Dan Kami haramkan pada Musa
untuk disusui para wanita penyusu sebelumnya. (Al-Qashsah, 12)
Tuhan kita Azza wa-Jalla, senantiasa Melihat dan Menyaksikan segalanya, dalam segala
sesuatu senantiasa Hadir, Dekat dengan segalaNya, tidak butuh pada segalaNya. Lalu kenapa
mesti ada keingkaran setelah mengenalNya?
Celaka anda ini. Anda sudah mengenalNya kenapa harus mengingkariNya berkali-kali?
Kalau anda tidak segera kembali kepadaNya, anda akan terhalang dari semua kebaikan.
Karena itu bersabarlah bersamaNya, dan jangan bersabar untuk jauh dariNya.Ketahuilah,
siapa yang sabar akan mendapatkan kemampuan. Mana akal dan kehidupan anda? Allah
sampai berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan jadilah orang yang
penyabar, berkaitlah kepada Allah dan bertaqwalah pada Allah agar kalian semua meraih
kemenangan.
Banyak ayat tentang kesabaran yang menunjukkan adanya kebaikan dan kenikmatan, balasan
dan pemberian yang yang besar, ringan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karenanya
bersamalah dengan Allah, dunia akhirat anda akan bahagia dengan kebajikan.Anda semua
harus banyak berziarah kubur dan ziarah pada orang-orang yang saleh, berbuat kebaikan,
maka perkara kehidupan anda akan beres. Jangan seperti orang-orang yang yang mendapat
nasehat tetapi tidak dihayati, dan seperti orang yang mendengarkan pengetahuan tetapi tidak
diamalkan.
1. Jangan Jual Agamamu Dengan Debu
Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilani
Hari Jumat Pertengahan Syawal Tahun 545 H.
Qalbu orang-orang beriman senaniasa bersih, suci dan melupakan makhluk, erus menerus
menginga Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, menginga akhira, melupakan apa yang
ada padamu, dan menginga apa yang ada di sisi Allah aala.
Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan
kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di
hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah
nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang
ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu.
Karena itu Rasulullah Saww bersabda: Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.
Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan
apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak
keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati
makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.
Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah
menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia,
karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah
azza wa-Jalla.
Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan
Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka.
Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku,
aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi
melalui diriku?

Anak-anak muridku.Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi
anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang
membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.
Wahai para kaum Sufi tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di
hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu. Awalmu
hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua
jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang
mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka,
untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu begitu
hinadina.
Kanjeng Nabi Saww, bersabda:Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada
hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.
Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian
menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang
bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus
menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla,
dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak
naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai
anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.
Diantara para Ulama sufi mengatakan, Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan
hakiki, pasti tidak pernah bahagia. Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya
mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda.
Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan
hakiki. Allah Azza wa-Jalla berfirman:Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang
buta adalah matahati yang ada di dalam dada.
Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu,
menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya.
Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya
untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari
mereka. Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal
jiwa anda kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati
pada budak dunia menuju kepada Allah Taala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh
makhluk.
Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan
popularitasmu. Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut
hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi
hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan
ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan
dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam
batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.
Wahai para kaum sufi. Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu,
mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda
akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling
tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan. Nabi kita SAW bersabda:Kosongkan dirimu dari
problema duniawi semampu (semaksimalmu).
Anak-anak muridkuJika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia,
lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla.
Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Taala, sampai problema dunia keluar dari hatimu,
karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada

KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan


dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan marifat padaNya, mengenalNya dan cukup
denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan
kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya
dariNya bukan dari selain Dia.
Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan
lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.Anak
muridku.Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda
tidak bisa melangkah kepada Allah Taala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan
Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki
disertai disiplin pada aturan syariat dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati)
kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.
Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran
benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal
sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan
anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya
manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh. Fondasi amal
adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan
meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah
amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan
Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah
yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami
kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.
1. Pasrahkan Jiwamu Kepada Allah
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Ahad, 9 Dzul Qadah tahun 545 H.
Orang beriman itu meraih bekal, sedangkan orang kafir itu menikmati. Orang beriman meraih
bekal, karena itu dia berada di perjalanan, lalu menerima sedikit saja dari hartanya, dengan
lebih mengedepankan pada akhirat yang lebih besar. Ia membiarkan dirinya dengan sekadar
bekal seorang penempuh perjalanan, karena semua hartanya untuk akhirat. Hati dan cintanya
di akhirat sana. Hatinya memutuskan untuk menetap di akhirat, bukan menetap di dunia dan
penghuninya. Kalau ia dapat makanan yang baik, ia prioritaskan makanan itu untuk orang
faqir, karena ia tahu bahwa di akhirat ada makanan lebih baik dari itu semua.
Tujuan utama orang beriman yang arif dan alim adalah mendekati Pintu Allah Azza waJalla. Dengan hatinya ia ingin mendekatiNya di dunia sebelum sampai ke akhirat. Mendekati
dengan hatinya adalah tujuan perjalanannya.Aku melihat anda ketika berdiri, ruku, sujud,
bangun malam, berpayah-payah, sementara hatimu terus menerus tidak pernah meninggalkan
tempat, tidak keluar dari rumah WujudNya, dan tidak bergerak dari tradisiNya.
Carilah Tuhanmu dengan cara yang benar, karena bukan bersusah payah itu yang disebut
dengan cara yang benar. Lubangi dirimu dengan alat pelubang kebenaranmu. Buanglah tali
pengikatmu dengan makhluk dengan tali keikhlasan dan tauhidmu. Patahkan cekatan
tanganmu untuk meraih segalanya dengan tangan zuhudmu di dalamnya. Lemparkan hatimu
sampai ke pantai lautan kedekatan dengan Tuhanmu Azza Wa-Jalla. Pada saat itu akan datang
kepadamu kapal pertolongan yang meraihmu menuju Allah Azza wa-Jalla.Dunia ini adalah
lautan, dan imanmu adalah kapal.
Di sinilah Luqman Al-Hakim ra, berkata, Wahai anakku, dunia adalah lautan, dan iman
adalah kapal, angin yang menjalankan perahunya adalah ketaatan, dan benua adalah
akhirat.Wahai orang-orang yang terus menerus bermaksiat, dalam waktu dekat kamu akan

buta, tuli, lumpuh dan miskin. Kerasnya hati para makhluk akan merampas hartamu penuh
kerugian. Berfikirlah, kembalilah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Jangan sampai kamu musyrik karena hartamu, dan kalian mengandalkan hartamu itu.
Renungkanlah datangnya maut. Minimalkan ambisi duniawimu, pendek dan potonglah
angan-khayalanmu. Sebagaimana Abu Yazid al-Bisthamy ra, berkata, Orang mukmin yang
arif sama sekali tidak menuntut Allah, bukan tuntutan dunia, bukan pula tuntutan akhirat. Ia
hanya meminta dari Tuhannya.
Anak-anak, kembalilah pada Tuhanmu dengan hatimu. Orang yang bertobat adalah yang
kembali kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya:Kembalilah kepada
Tuhanmu..Kembalilah, maka kalian serahkan semua kepadaNya, serahkan jiwamu,
lemparkan dirimu di hadapanNya, pada Rencana, Takdir dan PerintahNya, larangan dan
kehendakNya. Lemparkan hatimu tanpa kata-katamu, tanpa tangan dan kakimu, tanpa mata,
tanpa bagaimana, tanpa kenapa, tanpa kontra dan tanpa berbeda. Tetapi dengan keselarasan
dan kejujuran, dengan ucapan yang benar, dengan perintah yang benar, dengan takdir yang
benar, dan engkau dapatkan kehendak yang benar. Kalau kamu seperti itu, pasti hatimu akan
kembali dengan musyahadah kepadaNya.
Jangan bersenang dengan sesuatu, tetapi hati-hati dengan sesuatu itu, sesuatu mulai di bawah
Arasy sampai bintang tsuraya. Cepatlah lari dari semua makhluk itu, sampai tak tersisa di
hatimu. Beradab dengan para syeikh tidak baik kecuali pada orang yang telah berkhidmah
demi keselamatan makhluk. Lihatlah perilaku mereka bersama Allah Azza wa-Jalla.Banyak
orang yang membikin pujian dan cacian seperti hujan dan kemarau, malam dan siang,
keduanya silih berganti, dipandang semuanya dari Allah Azza wa-Jalla, karena semua itu
takdir Allah Azza wa-Jalla. Ketika sudah benar-benar nyata di mata mereka, mereka pun tidak
menghiraukan pujian orang memuji dan tidak lari dari cacian para pencaci. Karena hati
mereka telah keluar dari kecintaan terhadap makhluk maupun kebencian mereka. Justru
mereka merasa kasihan sekali dengan para makhluk itu.
Jangan sampai kalian disesatkan oleh ilmu, yang membuat anda tersesat. Anda sholat dan
puasa demi makhluk, sampai para makhluk itu merasa tunduk padamu, menyerahkan
hartanya padamu, memuji anda di rumah-rumah mereka dan di majlis-majlis mereka, dan
anda merasa berhasil karena makhluk-makhluk itu. Jika maut menjemputmu, siksa
mendatangimu, kesusahan dan penderitaan yang menghalangi dirimu dengan mereka,
padahal tak satu pun yang bisa menolong dirimu, dan harta yang kalian raih dari mereka itu
dirampas orang lain, sementara siksa dan hisab menantimu, sungguh wahai mahrum, anda
dapatkan semua di dunia, tapi anda dapatkan semua siksa di akhirat esok.
Ahli ibadah adalah para wali, dan para abdal yang mukhlis sangat dekat dengan Allah Azza
wa-Jalla. Para Ulama yang mengamalkan ilmunya adalah pengganti Allah di bumiNya,
menjadi utusanNya, mewarisi para NabiNya dan RasulNya. Bukan kalian wahai orang yang
di sibukkan oleh retorika, bukan kalian yang religius-formalis sementara batin anda
bodoh.Apa yang anda dapatkan? Islam? Islam anda tidak benar! Padahal dasar Islam itu
Syahadat. Sementara hatimu tidak bersyahadat. Kalian berucap Tiada Tuhan selain Allah,
tetapi anda dusta. Di hatimu terkumpul berhala-berhala ketakutanmu pada penguasamu, lalu
menjadi sesembahan hatimu yang menjubali jiwamu. Prinsip mengandalkan karyamu,
labamu, upayamu, kekuatanmu, pendengaranmu, penglihatanmu, pukulanmu, adalah berhalaberhala.
Pandanganmu bahwa manfaat, bencana, anugerah, hambatan, kamu anggap dari makhluk,
adalah berhala-berhala. Betapa banyak orang menyebutkan semua ini dengan ucapannya, lalu
mereka memamerkan, menampakkan seakan-akan mereka ini ahli tawakkal pada Allah Azza
wa-Jalla, justru dzikir mereka hanya di lisan, bukan sampai di hatinya. Mereka begitu bangga
dengan stylenya, dan mereka katakan, Nah, begini iniinilah.bukankah kami ini muslim?
Besok di akhirat akan tampak jelas cacat mental mereka, dan jelas keburukannya.Hai celaka!
Anda mengokohkan dalam ucapan Tiada Tuhan. Dengan menafikan semuanya, dan

Kecuali Allah sebagai penetapan total padaNya, bukan selainNya. Lalu kenapa masih ada
sisa waktu bagi hatimu untuk mengandalkan yang lain selain Allah Azza wa-Jalla? Anda
bohong besar! Ternyata anda punya berhala yang anda andalkan? Padahal hati adalah yang
beriman, yang menyatu, yang mukhlish, yang taqwa, yang wara, yang zahid, yang meyakini,
yang mengenal, yang mengamalkan. Hatimulah pemimpin, yang lain hanya pasukan. Kalau
kamu mengucapkan Laailaaha Illallah, haruslah hatimu dulu baru lisanmu. Pasrahkan
padaNya, gantungkan padaNya, bukan pada lainNya.Biarkan lahiriyahmu sibuk dengan
aturan hukum, tetapi hatimu harus bersama Allah Azza wa-Jalla.
Biarkan dzohirmu menghadapi kebajikan dan kejahatan, tetapi hatimu harus sibuk bersama
pencipta kebajikan dan kejahatan. Yang mengenalNya, akan sampai kepadaNya. Semua
ucapan ada di hadiratNya. Tawadlulah padaNya dan hamba-hambaNya yang sholeh.
Lipatkanlah hasrat, kesedihan, tangisan, ketakutan dan rasa hinamu, rasa malumu,
penyesalanmu atas keteledoranmu karena hilangnya marifat dan pengetahuan serta
kedekatan denganNya.Allah yang bertindak apa yang dikehendakiNya, tidak akan ditanya
apa yang dilakukanNya, dan mereka justru yang ditanya (apa yang mereka
lakukan)Renungkan apa yang kurang, yang teledor, yang bodoh, yang terlempar, yang bakal
menimpanya, dan lihatlah ke masa depan yang dihadapinya, apakah ia diterima atau ditolak
oleh Allah SWT, apakah ia diberangus, apakah kelak di hari kiamat bersama orang yang
beriman atau bersama orang-orang kafir. Nabi SAW saja bersabda:Akulah yang paling
marifat kepada Allah, dan paling takut kepadaNya.
Diantara jumlah kecil para arifin, ada yang membaca apa yang ada di Lauhul Mahfudz, lalu
ia merenungkan di hatinya, dan Allah memerintahkan untuk menyembunyikannya, tidak
menampakkan melalui nafsunya, dengan tetap ber-islam, menjalankan perintah dan menjauhi
laranganNya, sabar atas bencana, dan Zuhud dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Sama
bagi merka antara debu dan emas, antara pujian dan cacian, antara pemberian dan halangan,
antara nikmat dan derita, antara kaya dan miskin, antara ada dan tidaknya sesama makhluk.
Kalau sesudah sempurna semua itu Allah di belakang mereka secara total, baru kemudian
Allah memberikan stempel dengan kepemimpinan ruhani dan kewalian atas makhluk. Setiap
orang yang memandangnya senantiasa meraih manfaat karena Kharisma Ilahi dan cahayaNya
yang membias padanya.Ya Tuhan Kami berikanlah kami di dunia kebajikan, dan di akhirat
kebajikan, dan lindungilah kami dari siksa neraka.
1. Orang Yang Bodoh Merasa Gembira Dengan Hal Duniawi
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-JilanyHari Selasa 11 Dzul Qadah, 545 H.
Al-Hasan Bashri mengatakan, Pandanglah dunia ini dengan mata yang hina, maka demi
Allah sesungguhnya anda tidak akan meraih kebaikan sebelum anda melihatnya dengan
pandangan kehinaan.
Anak-anak sekalian. Mengamalkan Al-Quran berarti memposisikan dirimu pada sisiNya,
dan mengamalkan Sunnah berarti memposisikan dirimu di sisi RasulNya, Nabi Muhammad
SAW. Hatinya dan citanya tidak pernah bergeser dari jiwa sesama manusia. Orang inilah yang
yang diberi anugerah kebajikan dan kedalaman, kejernihan dan riasan atas rahasia-rahasia
jiwanya. Orang inilah yang dibukakan pintu taqarrub, yang bangkit, yang pergi meninggalkan
diri antara hati dan rahasia hati dan antara Tuhannya Azza wa-Jalla. Setiap langkah jejaknya
senantiasa menambah kegembiraan jiwanya.
Maka siapa pun yang dianugerahi rizki seperti itu, ia harus bersyukur dan bertambah taatnya.
Kalau seseorang bergembira di luar anugerah seperti itu, berarti seseorang telah meraih
ketololan, karena orang bodoh adalah orang yang bergembira dengan dunia. Sedangkan orang
yang pandai adalah yang memanfaat peluang semampang di dunia. Orang yang bodoh selalu
membantah takdir dan kontra pada ketentuanNya. Orang alim senantiasa selaras dan ridlo
kepada takdirNya.

Hei kalian, sungguh kasihan sekali. Jangan sampai dirimu menentang takdir dan
memberontakNya, hingga dirimu masuk dalam jurang kehancuran. Rotasi hakikat adalah rela
kepada Perilaku Allah Azza wa-Jalla, mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu, sampai
kalian bertemu Sang Pemelihara makhluk. Engkau menemuiNya dengan hatimu, sirrmu dan
maknamu. Dengan begitu kalian bisa mengikuti Langkah Ilahi Azza wa-Jalla, jejak RasulNya
dan hamba-hambaNya yang saleh.Bila kalian punya kemampuan untuk berkhidmah kepada
orang-orang saleh, lakukan, karena itu lebih baik bagimu di dunia dan di akhirat.
Kalau kalian memiliki seluruh dunia, sementara hatimu tidak seperti hati mereka, maka
kalian tidak memiliki sedikit pun, seperti hati mereka yang dilimpahi kebajikan Allah Azza
wa-Jalla. Mereka yang memiliki dunia dan akhirat, dalam aturan antara kalangan publik dan
kalangan elit Ilahi dengan aturan Allah Azza wa-Jalla.Aduh, kalian jangan menyandarkan
hasratmu kepada sesama makhluk. Sementara dalam benakmu hanya makan dan minum,
bergaya pakaian, memuaskan kawin, menumpuk dunia dan ambisius. Orang-orang yang
memburu dunia akan terjerumuskan ketika di akhirat. Dagingmu hanya akan jadi santapan
ulat dan belatung serta binatang ganas bumi.
Sabda Nabi saw:Allah Azza wa-Jalla punya malaikat yang terus mengumandangkan pagi
dan petang: Wahai manusia, siapkan dirimu untuk maut.sadarlah kalian datangnya
kehancuran.dan bersatulah menghadapi musuhOrang mukmin yang benar selalu punya
niat yang baik dalam seluruh urusan kerjanya di dunia, bukan demi dunia, tetapi demi akhirat.
Ia bangun masjid, gedung, madrasah, pesantren dan membangun jalan bagi ummat. Kalau
tidak membangun itu semua, maka ia hanya membangun keperluan keluarga, orang miskin
dan orang yang tak berdaya dan hal-hal yang harus dilakukannya. Yang ia inginkan
sesungguhnya dari membangun itu adalah membangun di akhirat, bukan membangun
menuruti hawa nafsunya.Bila manusia berpijak benar seperti itu, ia bersama Allah Azza waJalla dalam semua perilakunya, lalu kekurangannya tetap bersama Allah, kelebihan materinya
tetap bersama Allah, hatinya bertemu dengan para Nabi dan Rasul SAW. Ia menerima apa
yang datang dari para Nabi dan rasul itu, baik dalam ucapan maupun tindakan, penuh
keimanan dan keyakinan, apalagi jika bisa bertemu mereka di dunia dan di akhirat.
Orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa-Jalla adalah orang yang hidup, yang mengalami
transformasi dari kehidupan ke kehidupan, maka ia tak pernah mati kecuali sejenak.
Manakala dzikir terus langgeng berlangsung dalam hati, langgeng pula dzikir hamba kepada
Allah Azza wa-Jalla, walau lisannya tidak berdzikir. Sepanjang hamba langgeng berdzikir,
langgeng pula keselarasannya dengan Allah, ridlo dengan perilaku Ilahi. Bila anda tidak
berselaras dengan Allah atas datangnya musim dingin, berarti anda mendustai musim dingin,
begitu pula jika anda tidak berselaras dengan Allah datangnya musim panas, anda mendustai
musim panas. Berselaras atas dua musim itulah yang menghilangkan penderitaan anda dan
kerasnya dua musim itu. Begitu pula berselaras dengan cobaan dan penderitaan
menghilangkan keruwetan, kesempitan dan luka, serta depressi, disaat dua musim itu
tiba.Betapa mengagumkan perilaku kaum Sufi, betapa indahnya kondisi jiwa mereka. Semua
yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dirasa baik di hati mereka. Karena mereka telah
dilimpahi air marifat dan berapa dalampangkuanNya, senantiasa mesra bersamaNya di
sisiNya dan menghapuskan diri dari selain DiriNya, senantiasa mati di hadapanNya. Ia telah
diliputi oleh sifat Kharisma Ilahi, dan jika Allah berkehendak Dia membangkitkan mereka,
menghidupkan mereka. Mereka di Tangan Allah seperti Ashhabul Kahfi dalam guanya. Yaitu
mereka dikatakan dalam Al-Quran:Dan mereka Kami belokkan ke arah kanan dan ke arah
kiriMereka adalah manusia paling cerdas, karena menyerahkan harapannya kepada
Tuhannya, harapan maghfirah dan keselamatan dalam seluruh perilaku kehidupannya.
Sementara kalian, beramal dengan amalnya ahli neraka sembari mengharap syurga. Anda
mengangan-angan sesuatu yang bukan tempatnya. Anda jangan terpedaya oleh tipudaya
orang yang meminjami, dan dalam waktu singkat mengambil harta anda. Allah telah
meminjami kehidupan kepada anda, sampai dirimu taat kepadaNya dalam kehidupan itu.
Allah menahanmu di dunia agar kamu bisa melakukan peluang yang diberikan. Begitu juga
kesehatan, kekayaan, keamanan, derajat, semuanya adalah pinjaman dari Allah. Semua
kenikmatan adalah pinjaman pula. Jangan anda berbuat sembrono, atas pinjaman tersebut.

Maka semua pinjaman Allah itu harus anda jadikan sebagai peluang ketaatan. Semuanya
harus dijadikan tempat aktivitas untuk kesalamatan bersama Allah Azza wa-Jalla, dunia
hingga akhirat.
Sebagian Sufi mengatakan, Berselaraslah dengan Allah dalam mengurusi soal sesama
makhluk. Jangan berselaras dengan kepentingan makhluk untuk urusan Allah. Bangkrutlah
orang yang bangkrut. Tuntaslah orang yang menunaikan. Karena anda tahu, bahwa orang
yang berselaras dengan Allah Azza wa-Jalla itu adalah orang-orang yang saleh dari hambahambaNya yang berselaras.
10. Jangan Ikuti Ulama Yang Tidak Shaleh
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jumat Pagi Tanggal 7 Dzul Qadah, 545 H.
Hai Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih tersisa dari
kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama Sholeh, para Auliya yang
Soleh? Kalian memakan daging mereka dalam pesta bersama dengan kelompok-kelompok
munafikmu? Padahal dalam waktu dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu,
dan ulat-ulat itu akan mencabik-cabik dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu,
menjepitmu dan menggilasmu.
Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki baik sangka
(husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hambaNya yang saleh, tak ada
kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu pada hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak
rendah hati kepada mereka? Padahal mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin
ummat. Apa pangkatmu wahai munafik, dibanding mereka?Padahal Allah Azza wa-Jalla telah
mengikat jiwa para Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum karena
mereka. Setiap makhluk seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini
seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka
dan ridlo mereka begitu kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka. Mereka senantiasa berjuang
untuk ummat dan jiwanya.
Bertaubatlah kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah kepadaNya, akuilah dosa-dosamu,
antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu
apa yang ada padamu saat ini, anda semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di
hadapanNya, sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa
anda seperti banci? Watak, perilaku dan keberanianmu? Keberanian dalam agama adalah
berani menegakkan kewajiban Allah Taala.
Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka adalah
obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali kalian semua mengikuti para
Ulama saleh, karena dengan begitu kalian mengikuti jejak Nabi SAW, karena merekalah yang
mengukuti jejak nabi dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti
Nabi, jika kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.
Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa
barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, karena
berguru kepada mereka malah runyam. Jika kamu berguru kepada orang yang lebih taqwa
dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru
kepada orang yang lebih tua dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka
belajarmu akan membawa bencana.
Beribadahlah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk Allah,
jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain Allah bisa kufur.
Membiarkan hati untuk selain Allah Riya. Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal
untuk selain ini dia berada dalam kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya.Hatihati kalian. Kalian harus sampai kepada Tuhan kalian.

Putuskan hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi SAW:Berwushullah pada orang
yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan bahagiaBeradalah bersama
shaf orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang
saleh.Anak-anak sekalian. Jika anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara
orang miskin dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan
kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis dengan
mereka. Nabi saw, bersabda: Kaum fakir adalah para penyabar, merekalah kaum majlis ArRahman di hari kiamat.Saat ini mereka bermajelis dengan Allah melalui hatinya, besok
mereka dengan jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia,
berpaling dari pesona dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding kemewahan, mereka
bersabar dengan kenyataan itu. Ketika telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika
bertemu akhirat mereka melihat bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka
berpindah dari akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung
dan Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus bermukim pada selain Allah? Akhirnya mereka
bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan denganNya, lalu menyerahkan semua
perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan kepatuhan, lalu mereka terbang degan
sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka terbang menuju yang
mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul Ala (Allah Yang Maha Asih lagi Luhur). Meraih
Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha Bathin, sampai pada cakrawala
Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang disebut Allah Azza wa-Jalla:Dan
mereka sesungguhnya, di sisi Kami,. Termasuk orang-orang yang sangat terpilih.Hati
mereka, hasrat mereka dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya
bagi Kami.
Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan akhirat.
Langit dan bumi dan diantara langit dan bumi telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah
menfanakan mereka dari selain Allah dan mempertemukan Allah SAWT. Kalau saja mereka
ada di dunia, tetap dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir
mereka, agar Ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka memperbaiki adab
bersama Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah
melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan
hukum dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah
bakhil kepada sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia, semuanya untuk mendekatkan diri
mereka kepada Allah Taala, tak sebesar atom pun di hatinya ada sisa dunia.Kalau kalian
masih bersama dunia, kalian tak dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian
tak dapatkan Allah Talaa.
Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi! Jangan sampai kalian
tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran. Diantara caramu bertemu
Allah, temuilah orang-orang miskin melalui hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama
dengan Allah Taala Yang Maha Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama
dengan Yang Maha Kaya dan Maha Murah? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom
yang kau nafkahkan demi Allah, akan kau dapatkan segunung balasan dariNya. Setetes yang
kau nafkahkan, selautan yang diberikanNya, di dunia dan di akhirat akan kau raih semuanya,
pahala dan balasanNya.Anak-anakkalau kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu,
mengalirlah sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu. Perintahkan kebaikan,
cegahlah kemungkaran dan tolonglah agama Allah azza wa-Jalla. Hadiahkan semua di
dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam kebaikan akan abadi sedekahnya, baik
dalam sunyi, sendiri, terang-terangan, suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.
Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama sesama
makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Taala, Allah akan melimpahkan ilhamNya untuk
dirimu keman arah yang harus kau raih hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan
dari mereka tetapi dari Allah swt.
Orang-orang Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya dari hati mereka, karena mereka
tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu

hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugerah
Allah Taala, atas Maha DekatNya dan PengetahuanNya. Jikia sudah sempurna perilaku
perjalanannya mereka menghadap arah makhl;uk lain, dan memberikan pencerahan pada
mereka agar menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk
dekat kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.
Diantara para Sufi semoga Allah merahmati berkata, Hamba Allah yang sesungguhnya
adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah, sama sekali tidak pernah
mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya mencariNya, bukan lainNya.Ya Allah, tunjukkan
semua makhluk menuju PintuMu. Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah
Engkau.Ini doa umum yang kupanjatkan padaNya. Adapun Allah azza wa-Jalla berbuat
sekehendakNya bagi makhlukNya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan
melimpah ke sesama.
Seorang Sufi berkata, Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan tidak
meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun meninggalkan dosa besar dan
kecil, kemudian menjaga waranya dari kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang
dibolehkan tetapi masih kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal).
Kaum Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak
manusiawi, dan meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap
bersabar ketika terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa
tapi tidak diijabah, dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya,
dia mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak tahu apakah Dia
dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak bertauhid. Dan semua itu dilakukan
dengan penuh kesabaran, karena dia hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi
kejernihan jiwanya, bagi pendekatan kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba setelah
perjuangannya itu. Maka disinilah bedanya orang beriman dan orang munafik, orang
bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang yang pamer, orang yang berani
dan orang penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang sabar dan orang emosional.,
orang yang benar dan orang bathil, orang yang jujur dan pendusta, orang pencinta dan
pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bidah.
Dengarkan ucapan kaum sufi. Jadilah di dunia ini seperti orang yang terluka dan sabar atas
obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya. Semua yang ada di dunia adalah
cobaan dan bencana ketika anda bersama makhluk. Mereka memandang dalam bencana,
manfaat, anugerah dan kegagalan. Semua obat, dan hilangnya bala, justru ketika hatimu
keluar dari makhluk, dan tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi
menjadi pemuka diantara mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza waJalla, sirrmu jernih bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya. Jika nyata bagimu
seperti itu maka hatimu membubung di barisan para Nabi dan rasul , Syuhada dan Sholihin,
serta Malaikat Muqarrabin. Jika langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung, tinggi,
membubung, dan semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya,
memberikan apa yang diberikanNya. Sungguh rugi orang yang tuli dari ucapan ini.Wahai
orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari meraca cukup bersamaku, sedangkan laba
ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali
lagi, kenapa kalian masih menengok selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika
berhasil meraih akhirat padaku, aku tidak makan sendiri, karena orang dermawan tidak
pernah makan sendiri. jadilah kalian orang yang melihat kemurahan Ilahi, dan anda tidak
pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, selainNya
terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif telah mati jika disandarkan
pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah Azza wa-Jalla, takut dengan
ancamanNya.
Ya Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahi rizki pada kaum Sufi.
Dan berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, dan lindungi kami dari
azab neraka.

11. Keluarkan Ego dan Nafsu Dari Dirimu


Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany Hari Jumat pagi tanggal 14 Dzul Qadah 545 H.
Anda jangan ragu dengan rizki anda, sebab rizki yang mencarimu itu lebih penting daripada
kamu mencarinya. Jika anda meraih rizki hari ini, tinggalkan berambisi untuk rizki besok
pagi. Seperti ketika engkau melewati sore, anda juga tidak tahu apakah rizki itu akan datang
atau tidak dengan kesibukanmu.
Kalau anda mengenal Allah, pasti anda lebih sibuk dengan Allah Azza wa-Jalla dibanding
memburu rizki, sebab KharismaNya akan menghalangi perburuan anda. Karena orang yang
mengenal Allah, lisannya akan terbungkam. Orang arif akan terus membisu di hadapan
Allah, sampai datang perintah Ilahi untuk terjun ke wilayah mashlahat publik. Jika Allah
memerintahkan si arif ke publik, akan hilang kebisuan lisannya, dan hilang pula
keterasingannya dengan ragam masyarakat.
Nabiyullah Musa AS, ketika menggembala kambing, lisannya terasa cadel, dan asing dengan
massa. Namun ketika Allah memerintahkannya, maka Nabi Musa AS, berdoa, Dan
lepaskanlah kecadelan di lisanku hingga mereka faham ucapankuSeakan-akan Nabi Musa
as, berkata, Ketika aku terjun di padang untuk menggembala domba, aku tidak
membutuhkan pada kekeluan lisanku, sekarang aku berada di tengah khalayak dan harus
memberikan pengetahuan kepada mereka. Maka dengan hilangnya kecadelan atau kekeluan
di lisannya, dia bicara sembilan puluh kalimat yang sangat fasih dan sangat mudah difahami.
Kecadelan Musa as, gara-gara ia menelan bara api di hadapan Firaun dan Asiah di saat masih
balita dulu.
Anak-anak sekalian, aku melihatmu, sangat sedikit pengetahuanmu kepada Allah Azza waJalla, dan pada RasulNya serta AuliyaNya, para pengganti Nabi, dan KhalifahNya. Kalian
sunyi dari hakikat makna. Anda adalah burung dalam sangkar. Rumah yang kosong dan telah
roboh. Pohon yang kering dan telah gugur daun-daunnya.Kibaran bendera hati seorang
hamba, pertama-tama dengan Islam, kemudian meneguhkan ke-Islam dengan Istislam (pasrah
total pada Allah), pasrahkanlah dirimu pada Allah Azza wa-Jalla, maka selamat pula jiwamu
dan yang lainnya.Anda harus keluar dari dirimu dengan hatimu, keluarkan hatimu dari
makhluk, dan hadir ke hadapanNya telanjang dari dirimu dan dari mereka.
Bila Allah menghendaki, Dia akan memberikan pakaian dan menghias pakaianmu lalu
mengembalikan dirimu pada khalayak, kemudian dirimu melaksanakan tugas perintahNya,
dengan RidloNya dan Ridlo RasulNya SAW, sembari kamu menunggu perintah berikutnya,
dirimu tetap simpuh di hadapanNya. Jika bisa menepiskan segala hal selain Allah Azza waJalla, si hamba ini teguh di hadapanNya di atas telapak jiwanya dan rahasia jiwanya.
Musa as, berkata dengan ucapan kondisi ruhaninya:Aku bergegas kepadaMu, oh Tuhanku,
semoga Engkau meridhoiSeakan beliau bermunajat, aku menyingkirkan duniaku dan
akhiratku serta seluruh makhluk. Aku telah putus dari sebab akibat dunia, dan aku
melepaskan apa yang kumiliki. Aku datang kepadaMu dengan bergegas, agar Engkau ridho
kepadaKu dan mengampuni dosaku, ketika sebelumnya aku bergabung dengan mereka.Jika
dibandingkan dengan munajat itu, wahai orang bodoh, dimana dan apa yang ada padamu?
Kalian ini ternyata hamba nafsumu, duniamu dan hawamu. Kalian hamba khalayak, dan
bermusyrik dengan mereka, karena kalian mengandalkan pandangan mereka dalam soal
manfaat dan bahaya, sementara kalian mengharapkan syurga, kalian merasa takut masuk
neraka. Dimana posisi kalian di hadapan Allah yang membolak-balik hatimu yang berfirman,
Jadilah, maka terjadilah
Anak-anak sekalian, janganlah anda ini diperdaya oleh taatmu yang membuatmu kagum pada
prestasi ibadahmu. Mohonlah kepada Allah Azza wa-Jalla, agar taatmu diterima, jangan
sampai amalmu itu tertolak. Jangan sampai anda disebut: Jadilah taatmu sebagai maksiat
dan kejernihanmu jadi kotoran. Siapa pun yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, tidak pernah

mengandalkan sesuatu dan tidak pula diperdaya oleh sesuatu. Dia tidak merasa aman sampai
ia keluar dari dunia dengan keselamatan agamanya, dan menjaga antara dirinya dan Allah
Azza wa-Jalla.Anak-anak sekalian. Seharusnya anda melakukan amaliyah qalbu dan
keikhlasannya. Ikhlas yang sempurna adalah bersih dari segala hal selain Allah, sedangkan
keikhlasan itu didasari marifatullah Azza wajalla. Sementara aku tidak melihat anda sekalian
kecuali anda ini adalah para pendusta, baik dalam wacana maupun tindakan, baik dalam
sunyi atau ramai. Apa yang kalian jadikan pijakan, jika kalian berkata tanpa tindakan? Kalian
bertindak tanpa keikhlasan dan tauhid? Bila kalian penuh kotoran di dirimu, dan berharap
Allah meridhoimu, berharap penerimaan amalmu dan ridloNya, bagaimana mungkin?
Padahal dalam sesaat anda telah menyalakan api neraka, sedangkan amalmu kelak di hari
kiamat sudah dipilah, mana yang putih, mana yang hitam, mana yang kelabu.
Setiap amal yang tidak bertujuan demi Allah akan batil. Karena itu beramallah, cintailah,
bersahabatlah dan carilah dari orang yang masuk dalam penghayatan:Tiada yang menyamai
Nya sesuatu pun, dan Dia Maha Mendengar lagi Melihat.Bersihkanlah semua, lalu teguhkan
dirimu. Bersihkan semua dari kotoran hal-hal yang tak layak dan teguhkan yang selaras
denganNya. Yaitu hal-hal yang diridhoiNya dan diridhoi RasulNya Saww. Bila kalian berbuat
demikian, sirnalah semua keraguan, kelabuan dan kehampaan dari hatimu. Bersahabatlah
dengan Allah, dengan Rasul-Nya dan dengan orang-orang yang saleh dengan penuh
pengagungan, pemuliaan dan penghormatan.
Bila kalian ingin bahagia, jangan kalian hadir di hadapanku tanpa adab dan sopan santun. Jika
masih tidak ada adab, kalian akan terus berlebih-lebihan, maka mulai saat ini tinggalkan
segala yang berlebihan. Bisa secara diantara semua ini ada yang memiliki rasa hormat dan
adab yang baik dari balik akal sehatnya. Sang koki akan tahu bumbu masakannya. Tukang
roti mengerti adonannya. Perancang tahu akan rancangannya. Orang yang mengajak tahu
yang akan diajak. Duniamu sesungguhnya telah membutakan hatimu sampai kalian tak
melihat apa pun. Hati-hatilah kalian dari peristiwa yang menimpamu itu, sedikit demi sedikit
bisa menghancurkanmu hingga kalian jadi korbannya di akhirnya. Kalian mabuk terbius oleh
minumannya, sampai terputus tangan dan kakimu, sedang matamu melihat. Dan ketika sadar,
anda bakal tahu apa yang telah anda lakukan. Inilah dampak dari cinta dunia, sedang musuh
ada di belakangnya, ambisi terus menumpuknya. Itulah yang terjadi, hati-hati.
Anak-anak sekalian, tak ada kebahagiaan bagimu sementara kamu mencintai dunia. Kalian
merasa sebagai pengajak Jalan Ilahi, anda merasa mencintai akhirat atau sedangkan anda
masih terus mencintai dunia.Orang arif pecinta tak akan pernah mencintai semua itu bahkan
semua hal selain Allah Azza wa-Jalla. Bila cinta kepadaNya paripurna, maka bagian dunia
terasa hina. Begitu pula ketika sampai di akhirat, semua apa yang ditinggalkan di
belakangnya, akan tampak ketika ada di depan Pintu Tuhannya. Semua ditinggalkan hanya
demi meraih Wajah Ilahi. Allah memberikan semua bagian bagi para waliNya, sementara para
wali itu merasa tidak memerlukan lagi dari bagian dunia itu. Sebab bagian jiwa adalah
tersembunyi. Bagian nafsulah yang tampak kasat mata. Bagian hati tidak akan pernah tiba
kecuali ketika bagian nafsu dibersihkan. Lalu terbukalah bagian konsumsi hati. Bila bagian
hati telah terpuaskan di sisiNya, datanglah rahmat bagi nafsunya.Dikatakan pada hamba
tersebut, Jangan bunuh nafsumu Lalu saat itu ia meraih bagian nafsunya, dan itulah
nafsunya yang muthmainnah.
Karena itu tinggalkan majlis yang penuh dengan kecintaan dunia, dan datangilah majlis yang
zuhud dari dunia. Jenis tertentu akan bersenyawa dengan jenis yang sama, saling melingkari
dan mengitari. Pecinta akan saling mencintai yang lain, saling menolong untuk dakwah
menuju keimanan, tauhid, keikhlasan di dalam amal. Mereka meraih dengan kemampuannya
di jalan Allah Azza wa-jalla. Siapa yang melayani akan dilayani, siapa yang berbuat baik
akan diberi kebaikan. Siapa yang memberi akan diberi. Bila kalian berbuat untuk neraka,
maka neraka esok bagimu.Amalmu adalah apa yang engkau raih. Kalian beramal dengan
amaliah ahli neraka tetapi kalian berharap syurga. Bagaimana berharap syurga sementara
kalian bukan orang yang melakukan amaliah ahli syurga? Orang yang memiliki hati adalah
orang yang tidak saja taat secara fisik belaka, tetapi patuh jiwanya. Untuk apa beramal tanpa

hati yang ikhlas? Orang yang riya hanya menampakkan visualnya, sedangkan orang ikhlas
dengan hati dan lahiriyahnya.
Orang beriman itu hidup, sedang orang munafik itu mati. Orang beriman itu beramal untuk
Allah, sedang orang munafik untuk dilihat sesama, dipuji dan mendapat balas budi. Tindakan
orang beriman maujud dalam sunyi dan ramai, dan suka dan duka. Tindakan orang munafik
hanya dalam tontonannya belaka. Ia berbuat baik ketika suka, tetapi ketika sedih ia menolak.
Ia tidak bergabung dengan Allah Azza wa-Jalla, tak ada iman kepada Allah, kepada Rasul dan
KitabNya. Tidak mengingat padang mahsyar maupun hisab. Islamnya hanya untuk cari
perhatian dan selamat di dunia, bukan selamat di akhirat dari neraka dan siksanya. Dia sholat
dan puasa untuk dilihat manusia, jika kembali sendiri, kembali pula pada kesibukan nafsunya
dan kekufurannya.
Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari kondisi seperti ini. Kami mohon keikhlasan di
dunia dan keikhlasan hari esok. Amin.Anak-anak sekalian, sudah seharusnya kalian ikhlas
ketika berbuat baik. Buanglah matamu untuk melihat amalmu dan ganti rugi, baik dari
makhluk maupun Khaliq. Berbuatlah hanya untuk Wajah Allah, bukan dalam rangka meraih
nikmatNya. Jadilah kalian termasuk yang berkehendak hanya menuju WajahNya. Carilah
WajahNya, hingga Dia memberikan kepadamu. Bila Dia memberikan anugerah, pasti kalian
dapatkan syurga di dunia dan di akhirat. Syurga dunia berupa taqarrub kepadaNya, dan
syurga akhirat adalah memandangNya, serta segala janji dan jaminan yang diberikan
kepadamu.Selamatkan dirimu dan hartamu, pada Tangan Kekuasaan, Aturan dan
RencanaNya. Engkau telah dibeli olehNya, dan kelak harganya akan diberikan
kepadamu.Wahai hamba-hamba Allah. Selamatkan dirimu kepadaNya. Katakan, Jiwa, harta
dan syurga hanya bagiMu, dan selainMu hanya untukMu. Kami tidak berhasrat sedikitpun
selain DiriMu.
Dahulukan Allah sebelum syurga. Allah Yang Maha Asih sebelum jalan menuju kepadaNya.
Wahai orang yang berhasrat syurga, engkau membelinya dan meramaikannya hari ini. Bukan
besok. Alirkan sungaimu, airmu hari ini, bukan besok di akhirat.Wahai kaumku. Hari kiamat
hati dan mata bergolak, dimana hari itu pijakan-pijakan bisa terpeleset. Padahal setiap orang
beriman berpijak dengan kakinya iman dan ketakwaannya sendiri-sendiri. Kokohnya pijakan
tergantung kokohnya iman di hari itu. Orang zalim akan menerima kebusukan di tangannya.
Orang yang suka merusak akan mendapatkan kehancurannya. Bagaimana ia bisa zalim dan
bagaimana ia menjadi perusak, bagaimana ia pergi dari Tuhannya.Anak-anakku. Kalian
jangan terpedaya oleh amal, sebab nilai amal itu ternilai di akhirnya. Semestinya kalian terus
memohon kepada Allah azza wa-Jalla atas akhir hayat anda, dan diberikan rasa cinta untuk
berbakti kepadaNya. Hati-hatilah kalian semua, ketika anda taubat, lalu kembali maksiat.
Maksiat kepada Tuhanmu hari ini atau esok, akan membuat dirimu terhinakan dan terlempar
dari pertolongan.Ya Allah tolonglah kami untuk taat kepadaMu dan janganlah kami Engkau
hina dengan maksiat kepadaMu. Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di
akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.
12. Sang Pecinta
Syeikh Abdul Qadir al JilaniHari Ahad pagi, 13 Jumadil Akhir 545 H di zawiyahnya.
Siapa yang melihat orang yang mencintai Allah Azza wa-Jalla maka orang itu telah melihat
orang yang melihat Allah Azza wa-Jalla dengan hatinya dan masuk dengan rahasia hakikat
jiwanya. Tuhan kita Azza wa-Jalla adalah yang Maujud dan Terlilihat. Nabi SAW
bersabda:Kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat matahari dan bulan,
sama sekali tidak bisa disembunyikan penglihatan dalam pandangannya.Sekarang (di dunia)
Allah dilihat melalui matahati, sedangkan besok (di akhirat) dengan mata kepala. Tidak ada
seuatu apa pun yang menyerupainNya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.Para pecinta senantiasa ridlo hanya kepadaNya, bukan lainNya. Mereka memohon
pertolongan hanya kepadaNya dan membatasi yang lainNya. Kepedihan faqir adalah
kemanisan bagi mereka, lebih pada meraih RidloNya, mendapatkan nikmat dariNya.

Kecukupan mereka pada kefaqiran mereka, kenikmatan mereka pada duka mereka,
kemesraan mereka pada gentarnya mereka. Rasa dekat mereka pada jauh mereka, istirahat
mereka pada beban mereka. Sungguh baik dan indah bagi mereka wahai yang bersabar, wahai
yang ridlo, wahai mereka yang fana dari nafsunya dan hawa nafsunya.
Wahai orang-orang sufi, berselaraslah kalian dengan Allah swt dan ridlolah kepadaNya atas
AfalNya yang diberikan padamu dan sesamamu. Janganlah kalian semua mengajariNya dan
merekayasa dengan akalmu kepadaNya, karena Dia lebih mengerti dari dirimu. Allah Maha
Tahu sedangkan kalian tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 216)Berhentilah di hadapanNya
dengan jejak-jejak kekosongan dari akal dan pengetahuanmu serta ilmumu, agar kalian
meraih ilmuNya. Biarkanlah dirimu dan jangan memilih, biarkan dirimu agar Dia
memilihkan pengetahuanNya padamu. Membiarkan diri, lalu meraih pengetahuan, kemudian
sampai pada yang diketahui, lalu sampai pada tujuan.Awalnya adalah kehendak, kemudian
meraih maksud kehendak. Beramallah, sesungguhnya aku hanyalah pemintal tali, dimana aku
memintal tali kalian yang putus. Aku tidak punya sedikit pun kepentingan kecuali semua ini
adalah kepentinganmu. Aku tak pernah susah kecuali susahmu. Aku terbang kemana pun
kalian jatuh aku temukan.Yang terpenting bagi kalian adalah batu-batu yang terlontarkan,
wahai orang yang hanya duduk-duduk, penuh dengan benan berat yang ditimbun oleh nafsu
dan terikat oleh kesenangan nafsumu. Ya Allah rahmati aku dan rahmati mereka.
13. Manifestasi Afal Allah Taala
Wejangan Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani
Diambil Dari Kitab Fath al Ghaib (Pembuka Rahasia Kegaiban)
Perbuatan Allah itu ditampakkan kepada Aulia dan Abdal di dalam pandangan dan
pengalaman kerohanian. Ini berada di luar jangkauan akal manusia dan keluar dari adat
kebiasaan. Penampakkan atau pemanifestasian ini ada dua jenis : yang pertama dinamakan
Jalal (kebesaran dan keagungan) dan yang kedua dinamakan Jamal (keindahan). Jalal ini
menimbulkan kehebatan dan mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tanda-tandanya
tampak pada badan kasar.
Diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW tengah melakukan shalat, terdengarlah oleh
orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena hebatnya dan gentarnya hati beliau
ketika menghadap Allah SWT, ini adalah suatu pengalaman yang beliau rasakan apabila Allah
menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya. Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi
Ibrahim a.s. dan Khalifah Umar r.a.
Pengalaman yang akan dirasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat
Jamal-Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan selamat, ia
akan mengucapkan kata-kata yang penuh kasih mesra, dan akan tampak tanda-tanda yang
menggembirakan tentang karunia-karunia yang besar, kedudukan yang tinggi dan kedekatan
kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka itu akan kembali. Inilah karuniakarunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada mereka di dunia ini. Hati mereka yang cinta
kepada-Nya akan dipuaskan oleh-Nya, sehingga mereka akan merasa senang. Allah
mengasihi dan menyayangi mereka.
Nabi pernah bersabda kepada Bilal, Hai Bilal, hiburlah hati kami. Apa yang Nabi
maksudkan adalah agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan
merasakan manifestasi sifat Jamal Allah itu. Karena itu, Nabi bersabda, Dan kesejukan
mataku, telah kurasakan di dalam shalatku.
14. Keluarlah Dari Syirik Dengan Taubat
Wejangan Spiritual Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Diambil dari kitab Fath al Ghaib (Pembuka Rahasia Kegaiban)


Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan
Allah. Patuhlah kepada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu
badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar. Untuk membuang nafsu-nafsu
badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan jangan menyerah kepadanya
dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. Oleh karena itu,
janganlah menghendaki sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak
sesuai dengan kehendak Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu
turuti, maka ia akan merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah.
Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, bertawakallah kepada-Nya dan jangan
sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah yang telah menjadikan nafsu dan kehendakmu.
Oleh karena itu, janganlah kamu berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk
mendapatkan sesuatu, agar kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman :
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan uhannya, maka hendaklah ia mengerjakan
amal saleh, dan janganlah ia mempersekuukan seorangpun dalam beribada kepada
uhannya. (QS 18:110) .
Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi termasuk juga di dalamnya adalah
menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja yang ada di dunia dan di akhirat dengan
Allah, karena apa saja selain Allah bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan
hatimu kepada sesuatu selain Allah, berarti kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu
menyekutukan Allah dengan jalan apapun juga, baik dengan jalan kasar maupun dengan jalan
halus. Berjaga-jagalah selalu dan jangan berdiam diri, berhati-hatilah selalu dan waspadalah,
semoga kamu beroleh keselamatan.
Segala kedudukan dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang
dari kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu atau
kenaikan pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun. Sebab, ia dalam
pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu menampakkan keagungan-Nya dalam
aspek-aspek yang senantiasa baru, dan Allah berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hatihati mereka.
Boleh jadi apa yang dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan
boleh jadi apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu
terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih baik
kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan kamu saja dan tidak usah
kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah
karunia Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya supaya Dia
menambahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas darimu, maka Dia akan
menambah ilmumu, kesadaranmu dan kewaspadaanmu.
Allah berfirman : Apa saja aya yang Kami nashkhkan aau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami daangkan yang lebih baik dari padanya aau yang sebanding dengannya.
idakkah kamu mengeahui bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa aas segala
sesuau ? (QS 2:106)
Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak berkuasa atas segala sesuatu,
janganlah kamu menduga bahwa ketentuan dan peraturan-Nya mempunyai kekurangan dan
janganlah kamu merasa ragu akan janji-Nya. Contohlah Nabi besar Muhammad SAW, ayatayat yang diwahyukan kepadanya dipraktekkan, dibaca di dalam masjid, ditulis di dalam
buku, diambil dan ditukar dengan yang lainnya, dan perhatian Nabi diarahkan kepada wahyuwahyu yang baru diterimanya yang menggantikan ayat-ayat yang telah lama. Ini terjadi
dalam masalah-masalah hukum yang zhahir. Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan,
ilmu dan kondisi kerohanian yang didapatinya dari Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa
hatinya selalu diliputi, dan beliau memohon perlindungan kepada Allah sebanyak tujuhpuluh

kali di dalam satu hari. Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus kali dalam sehari Nabi
dibawa dari satu keadaan kepada satu keadaan yang lainnya yang dengan itu beliau dibawa
menuju peringkat yang paling dekat kepada Allah. Beliau mengembara ke alam yang maha
tinggi sambil diselubungi oleh nur, dari satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih
tinggi. Tiap-tiap beliau menaiki satu peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu tampak
gelap jika dibandingkan dengan peringkat atas itu. Semakin tinggi beliau naik, semakin
bersinarlah nur Allah meliputi hati sanubarinya. Beliau senantiasa menerima pengarahan
supaya memohon ampunan dan perlindungan Tuhan, karena sebaik-baiknya hamba Allah itu
adalah mereka yang senantiasa memohon ampunan dan perlindungan Allah dan senantiasa
pula kembali kepada-Nya. Ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita bahwa kita ini
mempunyai dosa dan kesalahan yang keduanya terdapat pada hamba-hamba Allah di dalam
seluruh aspek kehidupannya, sebagai ahli waris Adam as, bapak seluruh manusia dan hamba
pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap perintah Allah telah mengaburkan cahaya
kerohanian Adam dan beliaupun menampakkan keinginannya untuk kekal hidup di surga
berada di samping Tuhan, dan Tuhanpun berkehendak mengantarkan malaikat Jibril kepada
beliau, maka ketika itulah kehendak diri (ego) beliau nampak, kehendak Adam bercampur
dengan kehendak Allah.
Oleh karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama itu dihilangkan, kedekatan
kepada Tuhan di masa itu dihilangkan, cahaya keimanan yang bersinar terang itu berubah
menjadi pudar dan kesucian rohani beliau telah menjadi sedikit kotor. Kemudian Allah
hendak memberikan peringatan kepada beliau, menyadarkan beliau akan dosa dan
kesalahannya, memerintahkannya untuk mengakui kesalahan dan dosanya serta meminta
ampun kepada Allah. Adam as berkata, Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan
mengasihani kami, sudah barang tentu kami termasuk dalam golongan orang-orang yang
merugi. Kemudian datanglah petunjuk kepada Beliau, kesadaran untuk bertobat,
pengetahuan tentang hakikat akibatnya dan ilmu hikmah yang tersembunyi di dalam
peristiwa inipun tersingkaplah. Dengan kasih sayang-Nya, Allah menyuruh mereka supaya
tobat. Setelah itu, kehendak yang timbul dari Adam diganti dan keadaannya yang semulapun
dirubah, maka diberikanlah kepadanya jabatan Wilayah yang lebih tinggi serta diberi
kedudukan di dalam dunia ini dan di akhirat kelak. Maka jadilah dunia ini sebagai tempat
tinggalnya dan tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah tempat kembalinya yang kekal
abadi.
Jadikanlah Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang
pilihan itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah, sebagai contoh
dan tauladan. Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui kesalahan dan dosanya
sendiri, di dalam meminta ampun kepada-Nya dan di dalam memohon pertolongan-Nya dari
segala noda dan dosa. Dan contohlah mereka di dalam hal merendahkan diri kepada Allah,
karena manusia adalah mahluk yang lemah dalam segala halnya.
15. Hakikat Pasrah Dalam Perjalanan Spiritual
Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani
Janganlah kamu bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula kamu
mencoba menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika
memang sudah ditentukan oleh Allah untuk kamu, baik kamu sengaja untuk mencarinya
maupun tidak. Malapetaka itupun akan datang menimpamu, baik kamu menghindarkannya
dengan doa dan shalat atau kamu menghadapinya dengan penuh kesabaran, karena hendak
mencari keridhoan Allah.
Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal,
agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu dapati, maka
bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpa kamu, maka bersabarlah dan kembalilah
kepada Dia. Kemudian, rasakanlah keuntungan yang kamu dapati dari apa yang kamu anggap

sebagai bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan
yang kamu miliki dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan cara
inilah kamu dinaikkan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam
perjalanan menuju Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia. Kemudian kamu akan
disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq, para
syuhada dan orang-orang saleh sebelum kamu. Dengan demikian kamu akan dekat dengan
Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelum kamu dengan menuju Raja
Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kesentosaan, keselamatan
dan keuntungan. Biarlah bencana itu menimpa kamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba
menghindarkannya dengan doa dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang
dengan kedatangan bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api
neraka.
Telah diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, Sesungguhnya api neraka
akan berkata kepada orang-orang yang beriman; Lekaslah kamu pergi wahai orang-orang
mumin, karena cahayamu akan memadamkan apiku Bukankah cahaya si Mumin yang
memadamkan api neraka itu serupa dengan cahaya yang terdapat padanya di dunia ini dan
yang membedakan orang-orang yang taat kepada Allah dengan orang-orang yang durhaka
kepada-Nya ? Biarkanlah cahaya itu memadamkan api bencana, dan biarkanlah kesabaranmu
terhadap Tuhan itu memadamkan hawa panas yang hendak menguasai kamu.
Sebenarnya, bencana yang datang kepada kamu itu bukannya akan menghancurkan kamu,
melainkan sebenarnya adalah akan menguji kamu, mengesahkan kesempurnaan iman kamu,
menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu. Allah
berfirman, Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik
buruknya) hal ihwalmu. (QS 47:31)
Oleh karena itu, manakala kebenaran keimanan kamu telah terbukti dan kamu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah juga, maka
hendaklah kamu tetap bersabar dan ridho serta patuh kepada-Nya. Janganlah kamu
melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah datang, maka
dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah melakukannya, senantiasalah kamu bergerak dan
jangan bersikap pasif terhadap takdir dan perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya
dan upayamu untuk melaksanakan perintah-Nya itu.
Sekiranya kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu, maka janganlah lalai untuk
kembali menghadap Tuhan. Mohonlah ampunan-Nya dan memintalah dengan penuh
merendahkan diri kepada-Nya. Carilah sebab musabab mengapa kamu tidak sanggup
melaksanakan perintah itu. Mungkin saja kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu
lantaran kejahatan syak wasangka yang tedapat di dalam pikiranmu, atau kamu kurang
bersopan santun di dalam mematuhi-Nya, atau kamu terlalu sombong dan bangga, atau kamu
terlalu menggantungkan diri kepada daya dan upayamu sendiri, dan atau kamu menyekutukan
Allah dengan dirimu atau mahluk. Akibat semua itu, kamu berada terlalu jauh dari Dia,
membuatmu lupa untuk mematuhi Dia, kamu dijauhkan dari pertolongan-Nya, Dia murka
kepadamu dan membiarkanmu asyik terlena dengan hal-hal keduniaan dan menuruti nafsu
angkara murkamu. Tahukah kamu, bahwa semua itu menyebabkan kamu lupa kepada Allah
dan menjauhkan kamu dari Dia yang menjadikan dan mengasuhmu serta memberimu rizki
yang tiada terkira.
Oleh karena itu waspadalah terhadap apa saja yang dapat menjauhkan kau dari Allah.
Berhati-hatilah terhadap apa saja selain Allah yang hendak memalingkan kamu dari Allah.
Apa saja selain Allah bukanlah Allah. Karenanya, kamu jangan mengambil apa saja selain
Allah lalu kamu membuang Allah, karena Allahmembencinya, maupun kamu mencoba
menciptakan kamu itu hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja. Maka janganlah kamu
menganiaya dirimu sendiri dengan melupakan Allah dan perintah-Nya, karena hal ini akan
menyeretmu masuk neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu. Ketika itu

kamu akan menyesal, sesal yang tiada berguna lagi. Tobat pada waktu itu sudah tidak berguna
lagi. Merataplah dan menangislah, tetapi siapakah yang berdaya untuk menolongmu ? Kamu
memohon ampun kepada Allah, tetapi Allah tidak menerima permohonanmu lagi ketika itu.
Kemudian kamu berangan-angan hendak kembali lagi ke dunia untuk membetulkan
ibadahmu kepada Allah, tetapi apa daya dunia sudah tidak ada lagi bagi kamu.
Kasihanilah diri kamu itu. Gunakanlah segala daya dan upayamu untuk mengabdikan diri
kepada Allah SWT. Gunakanlah apa saja yang telah diberikan Allah kepadamu, berupa ilmu,
akal, kepercayaan dan cahaya kerohanian kamu untuk mengabdikan diri kepada Allah, agar
kamu diliputi cahaya yang terang benderang dan tidak lagi berada di dalam kegelapan.
Berpegang teguhlah kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, dan mengembaralah kamu
menuju Allah menurut aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah. Dia-lah yang telah
menciptakan dan memelihara kamu seta menjadikan kamu seorang manusia yang sempurna.
Janganlah kamu mencari apa-apa yang tidak diperintahkan-Nya dan janganlah kamu
mengatakan bahwa sesuatu itu buruk sebelum Dia mengharamkannya. Apabila telah terdapat
keserasian antara kamu dengan Allah dan perintah-Nya, maka seluruh alam ini akan
menghambakan diri kepada kamu. Dan apabila kamu menghindarkan apa-apa yang
diharamkan oleh Allah, maka semua perkara yang tidak diinginkan itu akan lari dari kamu di
manapun juga kamu berada.
Allah berfirman, Wahai manusia, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Aku. Jika Aku
mengatakan kepada sesuatu, Jadilah ! maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku sehingga jika
kamu mengatakan kepada sesuatu, Jadilah ! maka jadilah ia. Allah juga berfirman, Wahai
bumi, barangsiapa menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmadlah engkau
kepadanya. Dan barangsiapa menghambakan dirinya kepadamu, maka buatlah ia susah.
Demikianlah firman-firman Tuhan di dalam kitab-Nya.
Oleh karena itulah, jika datang larangan dari Allah, maka jadikanlah dirimu seolah-olah orang
yang letih, lesu dan tiada berdaya; atau seperti tubuh yang tiada bersemangat, tiada
berkehendak dan bernafsu, bebas dari dunia kebendaan, lepas dari nafsu-nafsu kebinatangan;
atau bagaikan halaman rumah yang gelap gulita; dan atau seperti bangunan yang hendak
roboh yang tidak berpenghuni. Hendaknya kamu menjadi seperti orang yang telah tuli, buta,
bisu, sakit gigi, lumpuh, tidak bernafsu, tidak berakal dan badan kamu seolah-olah mati dan
dibawa kabur. Hendaklah kamu memperhatikan dan segera melaksanakan perintah-perintah
Allah. Bencilah dan malaslah untuk melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah, beraksilah
terhadapnya seperti orang mati dan serahkanlah bulat-bulat dirimu kepada Allah. Minumlah
minuman ini, ambillah obat ini dan makanlah makanan ini, supaya kamu bebas dari nafsunafsu kebinatangan dan kesetanan, agar kamu sembuh dari penyakit dosa dan maksiat serta
terlepas dari ikatan hawa nafsu. Semoga kamu mencapai kesehatan jiwa yang sempurna.
16. Khalwat & Uzlah
Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah Allah, dari nafsumu dengan perintahNya dan dari kehendakmu dengan perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu
Allah. Tanda bahwa kamu telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara
keseluruhannya kamu telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan
telah membebaskan seluruh pikiranmu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.
Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila kamu telah membuang segala
usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan dan segala hubungan dengan caracara duniawi untuk mendapatkan suatu keuntungan dan menghindarkan bahaya. Janganlah
kamu bergerak untuk kepentinganmu sendiri. Janganlah kamu bergantung kepada dirimu
sendiri di dalam hal-hal yang bersangkutan dengan dirimu. Janganlah kamu melindungi dan
menolong dirimu dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya kepada Allah, karena Dia-lah
yang memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya. Dialah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan Dia pulalah
yang memelihara kamu semasa kamu masih bayi.

Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah
adalah apabila kamu tidak lagi melayani kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai
tujuan apa-apa dan tidak lagi mempunyai kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak
mempunyai tujuan atau kebutuhan selain kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak
pada kamu dan pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif,
hatimu tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur. Dengan
demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karena kamu telah
berhubungan dengan Al-Khaliq. Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu. Lidah
Yang Maha Abadi akan memanggilmu. Tuhan semesta alam akan mengajar kamu dan
memberimu pakaian cahaya-Nya dan pakaian kerohanian serta akan mendudukkan kamu
pada peringkat orang-orang alim terdahulu.
Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah lebur, sehingga nafsu dan
kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang pecah yang tidak lagi berisikan air
walau setetespun. Kosonglah dirimu dari seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan
tidak menerima suatu kehendak selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan
dikaruniai keramat-keramat dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya, perkaraperkara itu datang darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah
semata.
Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan orang-orang yang telah luluh hatinya dan
telah hilang nafsu-nafsu kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat keTuhan-an yang maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad
Saww bersabda, Aku menyukai tiga perkara dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita
dan shalat yang apabila aku melakukannya, maka mataku akan merasa sejuk di dalamnya.
Semua ini diberikan kepadanya setelah seluruh kehendak dan nafsu sebagaimana disebutkan
di atas terlepas dari dirinya. Allah berfirman, Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah
luluh hatinya karena Aku.
Allah Taala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua nafsu dan kehendakmu itu tidak
diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada
dirimu, maka telah pantaslah kamu untuk diisi oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu
sebagai orang baru yang dilengkapi dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu
tampil kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan menghancurkannya lagi, sehingga
kamu akan kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap luluh hati.
Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan jika dalam pada itu
masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan terus menghancurkannya.
Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu di akhir hayatmu nanti.
Inilah maksud firman Tuhan, Sesungguhnya Aku bersama mereka yang telah luluh hatinya
karena Aku. Kamu akan mendapatkan dirimu kosong, yang sebenarnya ada hanyalah
Allah. Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, Hamba-Ku yang taat senantiasa memohon
untuk dekat dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya. Sehingga aku menjadikannya sebagai
rekan-Ku, dan apabila Aku menjadikan dia sebagai rekan-Ku, maka aku menjadi telinganya
yang dengan itu ia mendengar, menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi
tangannya yang dengannya ia memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan,
yakni ia mendengar melalui Aku, memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.
Sebenarnya, ini adalah keadaan fana (hapusnya diri). Apabila kamu sudah melepaskan
dirimu dan mahluk, karena mahluk itu bisa baik dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu
bisa baik dan juga bisa jahat, maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang
datang dari diri kamu atau dari mahluk itu dan kamu tidak akan merasa takut kepada
datangnya kejahatan dari mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata. Karenanya,
datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang menentukannya semenjak awalnya.
Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala kejahatan mahluk-Nya dan
menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya. Sehingga kamu menjadi titik tumpuan

segala kebaikan, sumber keberkatan, kebahagiaan, kesentosaan, nur (cahaya) keselamatan


dan keamanan. Oleh karena itu, Fana adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan
wali Allah. Semua wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah memohon dengan
sungguh-sungguh kepada Allah untuk menggantikan kehendak atau kemauan mereka dengan
kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau kehendak
mereka dengan kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu mem-fana-kan diri
mereka dan me-wujud-kan Allah. Karena itu mereka dijuluki Abdal (perkataan yang
diambil dari kata Badal yang berarti pertukaran).
Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu
perbuatan dosa. Sekiranya mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut,
maka Allah Yang Maha Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian
mereka akan kembali sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia
yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat.
Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan para Nabi
dipelihara dari nafsu badaniah mereka. Sedangkan jin dan manusia telah diberi tanggung
jawab untuk berakhlak baik, tetapi mereka tidak terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan
maksiat. Para wali dipelihara dari nafsu-nafsu badaniah dan abdal dipelihara dari kekotoran
kehendak dan niat. Walaupun demikian, mereka tidak bebas mu tlak, karena merekapun
mungkin mempunyai kelemahan untuk melakukan dosa. Tapi, dengan kasih sayang-Nya,
Allah akan menolong dan menyadarkan mereka.
(Fathul Ghaib Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)
17. Maqam Syarif Syaikh Abdul Qadir al Jilani
18. Mati Sebelum Mati
Apabila kamu mati dari mahluk, maka akan dikatakan kepada kamu, Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsunafsu badanniyah. Apabila kamu telah mati dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan
kepada kamu, Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian Allah
akan mematikan kamu dari kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah mati dari
kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu
kehidupan yang baru.
Setelah itu, kamu akan diberi hidup yang tidak ada mati lagi. Kamu akan dikayakan dan
tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi
ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentosaan dan kamu
tidak akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib
kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan.
Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya. Martabat kamu akan
menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga kamu
tidak lagi merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki
kepribadian yang mandiri. Dengan demikian, kamu boleh dikatakan sebagai manusia super
atau orang yang luar biasa.
Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan
demikian, kamu akan menjadi manikam bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih
hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan
melalui shalatmu, tanamantanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan
malapetaka yang akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat
dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.
Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh
dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka

kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua.
Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang
beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempattempat ramai dan mereka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai
kekuasaan yang tiada batas.
(Fathul Ghaib Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani)
1. C. TARIKAT RIFAIYAH DAN AJARANNYA
Ajaran tarekat ini dibangun oleh Syekh Ahmad ar-Rifai (1182) di Bashra. Tarekat ini
menyebar ke Mesir,Suriah Anatolia di Turki Eropa Timur dan akhir-akhir ini di Amerika
Utara. Ciri khas tarekat adalah pelaksanaan zikirnya yg dilakukan ber-sama2 & di iringi dgn
suara gendang yg bertalu-talu.Zikir tsb dilakukan sampai mencapai suatu keadaan dimana
mereka dpt melakukan perbuatan2 yg menakjubkan,antara lain berguling-guling dlm cara &
tdk mempan oleh senjata tajam.

Rifaiyah adalah sebuah Organisasi para santri K.H. Ahmad Rifai Desa Kalisalak
Kecamatan Limpung Batang Jawa Tengah Indonesia. Untuk lebih mengenal tentang
Rifaiyah disini saya paparkan mengenai tokoh utama Rifaiyah yaitu Kyai Haji Ahmad
Rifai. Saya mengutip tulisan ini dari buku karangan H. Ahmad Syadirin Amin yang berjudul
Pemikiran Kiai Haji Ahmad Rifai Tentang Rukun Islam Satuterbitan Jamaah Masjid
Baiturrahman Jakarta Pusat Tahun 1994/1415 H dengan harapan akan membantu anda
mengenal siapa Kiai Haji Ahmad Rifai sehingga diketahui asal muasal Rifaiyah.
Sebelumnya Sebagai Tradisi K.H.Ahmad Rifai yang harus saya lestarikan adalah beliau
selalu mengawali setiap tulisan beliau dengan bacaan Bismillah dan Hamdallah dan Solawat ,
setelah membaca Bismillah dan Hamdallah serta solawat maka mari Kita mulai membaca
uraian dibawah ini.

Biografi
Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau 1786 di desa Tempuran
Kabupaten Semarang (saat itu) dari pasangan suami isteri K.H. Muhammad Marhum Bin Abi
Sujak Seorang Penghulu Landerad di Kendal dan Siti Rahmah, pada waktu usia Beliau
sekitar 6 tahun ayah Beliau wafat (Semoga Allah Mengasihinya), sehingga Beliau mendapat
sentuhan kasih sayang dari seorang ayah dalam waktu yang singkat, yaitu selama 6 tahun.
pada usianya yang begitu muda itu (6 tahun) itu beliau (Ki Ahmad) sudah diasuh oleh
kakaknya yang bernama Nyai Rajiyah istri Kiai Asari seoarang ulama pendiri dan pengasuh
Pondok Pesantren Kaliwungu.
Di sinilah Syekhina belajar ilmu agama kepada kiai Asari dan diamalkan melalui dakwah
lisan dan tulisan kepada rakyat sekitarnya, sebelum sampai kesuksesannya menelurkan
banyak karya ilmiah yang sarat ilmu dan patriotisme serta cita-cita kemerdekaan yang justru
menghadirkannya pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan baginya dan bagi kita
(dampaknya sampai sekarang) yaitu: berpisah dengan keluarga dan menikmati masa masa
terakhir hidup dalam pengasingan meski sempat ada komunikasi lewat surat-menyurat
dengan Maufuro tetapi setelah ketahuan Belanda hubungan benar-benar putus dan para murid
semakin terpojok oleh isolasi Belanda, kitab-kitab banyak disita Belanda dan sekarang cerita
ini hanya diketahui oleh beberapa orang saja bahkan keturunan syeikhina dijawa tidak
diketahui, tanah wakaf dijarah penduduk meski sebagian telah dibeli / dimerdekakan oleh
para Saudara Rifaiyah yang semoga dimuliakan Allah ( Aneh!!!!!!?!!) serta isu klasik yang
menyerang para muridnya ditambah tidak adanya regenarasi menjadikan kita minoritas kalah
kuantitas bahkan mungkin kualitas.

Beliau hidup dipengasingan sampai ajalnya menjemputnya di Ambon pada Kamis 25 Robiul
Akhir 1286 H (usia 86 tahun), ada riwayat lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H
(92 tahun, semoga yang ini benar, karena itu berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa
Tondono Kabupaten Minahasa, Manado Sulawesi Utara dan dimakamkan di komplek makam
pahlawan Kiai Modjo di sebuah bukit yang terletak kurang lebih 1 km dari kampung Jawa
Tondano (Jaton) mencari ilmu ke Mekkah dan Mesir.
Setelah beberapa kali keluar masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas,
dalam usia 30 tahun, Ahmad Rifai berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, ke
Madinah ziarah Makam Rosululloh SAW dan memperdalam ilmu di sana selama 8 tahun.
Dan kemudian di Mesir selama 12 tahun. Di Haramain (Mekkah dan Madinah) ia berguru
kepada Syaikh Abdul Aziz Al Habisyi, Syaikh Ahmad Ustman dan Syaikh Is Al -Barawi.
Sedang di Mesir ia berguru pada Syaikh Ibrahim Al Bajuri dan kawan-kawan.
Pulang ke Kendal menjelang kembali ke kampung halaman di Kendal, Kiai Haji Ahmad Rifai
bertemu dengan ulama-ulama Indonesia di Mekkah , Nawawi dari Banten, Muhammmad
Khallil dari Madura dan teman yang lain. Dalam pertemuan itu, mereka mengadakan
musyawarah untuk memikirkan nasib umat di Indonesia yang sedang terbelenggu oleh
takhayul, kufarat dan mistis. Bahkan bangsa Indonesia sedang dalam cengkeraman Belanda
hasil musyawarah yang mereka sepakati bersama, mengadakan pembaharuan dan pemurnian
islam lewat pengajian, diskusi, dialog dan penerjemahan kitab-kitab bahasa Arab ke bahasa
Jawa ( Jarwaake!).
Isi dalam karya diutamakan membahas ilmu pokok yaitu Aqidah Islamiah Ibadah
Muammalah dan Akhlak. Kiai Nawawi mengemban tugas menyusun kitab Aqidah, Ahmad
Rifai Fiqih dan Muhammad Khallil menyusun Tasawuf. Pada tahun 1254 H Haji Ahmad
Rifai telah selesai menyusun kitab Nasihatul Awam di Kalisalak Batang Pekalongan. Nawawi
menetap di Banten dan Khllil di Madura. Bagi Syekh Nawawi , karena keadaan pada waktu
itu masih di bawah jajahan Belanda, dan setiap gerak-gerik ulama selalu diawasi, termasuk
kegiatan Nawawi, ia terpaksa kembali ke Mekkah untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki
kepada mahasiswa yang berdatangan ke sana dari berbagai negara.
Di Mekkah, ia tinggal disebuah perkampungan Syiib Ali sampai wafatnya. Muhammad
Khallil memimpin pesantren dan sebagai guru tarekat muktabarah di Bangkalan Madura
sampai akhir hayatnya. Sedang Ahmad Rifai sebelum hijrah ke Kalisalak, Haji Ahmad Rifai
pulang ke desa Tempuran Kendal ingin melepas rindu dengan keluarga. Namun Tuhan
menghendaki lain, istri yang diharapkan bisa memberi semangat dalam perjuangan, telah
tiada.
Meskipun demikian, semangat Syeikhina dalam menegakkan kebenaran mengalahkan
kebatilan tidak menjadi surut. Tidak lama setelah pulang dari Mekkah, Syeikhina beliau tidak
diperkenankan tinggal di Kendal karena Haji Ahmad Rifai selalu mengkritik elit e agama
,birokrasi Belanda dan Masyarakat yang berkolaborasi dengan kolonial Belanda. Karena
Menurut Syaikhina Belanda adalah kafir. Strategi Dakwah Pesantren Kaliwungu Kendal
adalah sebuah pemondokan para santri dari berbagai daerah belajar mengaji kitab salaf
kepada seorang kiai asli keturunan Keraton Yogyakarta Kiai Asyari namanya kakak ipar
Syeikhina, suami Nyai Rajiyah (kakak perempuan Syeikhina).
Di pesantren inilah Syeikhina dibesarkan dan memperoleh pendidikan dan pembinaan dari
Kiai Asyari, setelah tumbuh menjadi pemuda dan dianggap cukup pengetahuan ilmu
agamanya, Kiai Ahmad Rifai terjun ke dunia dakwah di Kendal, Wonosobo bahkan
Pekalongan, di Kendal ia mendirikan pengajian dan menghimpun parasantri yang datang dari
berbagai daerah, sehingga menjadi kelompok pengajian yang besar.
Keberhasilan Kiai Ahmad Rifai ini karena dakwah dan pengajiannya sangat menarik sebelum
kegiatannya diketahui oleh pemerintah kafir kolonial setempat, Ahmad Rifai Kiai keturunan
Kraton Yogyakarta ini telah berhasil menggalang kekuatan barangkali belum pernah dimiliki

kiai-kiai lain. Sehingga pada saat ia diasingkan dari Kendal kemudian atas inisiatif sendiri
menetap di Kalisalak , Kiai Ahmad Rifai sudah punya jaringan luas untuk mengembangkan
ajarannya. Strategi dakwah yang dikembangkan kiai Ahmad Rifai saat itu antara lain:
menghimpun anak-anak muda untuk dipersiapkan kelak menjadi kader-kader dakwah, karena
pemuda adalah harapan keluarga dan masyarakat. Di tangan pemudalah urusan umat dan
dalam derap langkah pemudalah hidupnya umat. Sekarang pemuda, esok pemimpin. Pemuda
Qahar dan Maufuro adalah bukti hasil pengaderannya.
Menghimpun kaum dewasa lelaki dan perempuan dari kaum petani, pedagang dan pegawai
pemerintah, dimaksudkan untuk memperkokoh strategi dakwah, penyokong utama dalam
segi finansial dan dewan harian pelaksanaan dakwah pengajiannya itu. Mengunjungi sanak
famili terdekat diajak bicara tentang kondisi agama, politik dan sosial yang dimainkan oleh
pemerintah kolonialisme Belanda dengan membuktikan fakta-fakta yang ada dan langkah
yang akan ditempuh dengan dakwah dan pengajian, supaya memperoleh simpati keluarga.
Para santri dan murid dianjurkan kawin antar sesama murid atau murid dengan anak guru,
antar desa dan antar daerah dimaksudkan agar terjalin hubungan yang mesra dan saling
menumbuhkan kasih sayang dan dapat mengembangkan ilmunya didaerah masing masing.
Kiai Maufuro menikah dengan anaknya bernama Nyai Fatimah alias Umroh.
Pada hari-hari tertentu mengadakan kegiatan khuruj berkunjung ke tempat lain yang miskin
materi dan agama . Dengan kunjungan itu diharafkan akan memperoleh respon dari
masyarakat atau mungkin paling tidak dapat membentengi pengaruh budaya barat yang
merusak. Menghimpun kader-kader muslim terdiri dari santri dan murid dari berbagai daerah
kemudian dijadikan mubalig untuk diterjunkan ke berbagai pelosok guna memberi dan
menyampaikan dakwah ketengah masyarakat.
Mendatangi masjid-masjid untuk memperbaruhi arah sholat ke arah menghadap kiblat.
Masyarakatnya, disarankan agar tidak menaati pemerintah kolonial, Belanda di Indonesia
telah merusak kepribadian dan kebudayaan bangsa.
Menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab dengan kitab berbahasa Jawa yang mudah
dipahami dan diamalkan dengan model karangan sendiri. Untuk menyesuaikan kondisi
masyarakat pada waktu itu, dibuatkan kitab -kitab berbentuk syair atau nadzam yang indah
dan dilagukan sedemikian rupa sehingga menarik minat pembaca dan pendengar, kertas
putih, tulisan merah, untuk setiap Al Quran, Al Hadits, Qoulul Ulama (perkataan ulama)
serta tiap kata awal dari syair (yang Mengilhami ditulisnya tulisan ini dengan huruf merah
pada awal paragraf) serta hitam untuk tulisan makna dan komentar, penulisan ini sesuai
dengan budaya bangsa sejak Sultan Agung Mataram XVI dalam penulisan kitab-kitab Arab.
Menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzamnadzam yang diambil dari kitab karangannya, sehingga terbangan itu di sebut Jawan.
Terbangan itu dimanfaatkan untuk mengingat pelajaran, hiburan pada saat ada hajatan dan
sekaligus mengantisipasi budaya asing yang merusak. Budaya itu sengaja dibawa Belanda ke
Indonesia untuk melawan budaya tanah air yang diwariskan oleh nenek moyang kita yang
muslim dan mukmin.
Pindah Ke Kalisalak rupanya pemerintah kolonial merasa khawatir terhadap gerakan
keagamaan Haji Ahmad Rifai itu berkembang di daerah kendal dan sekitarnya, karena
gerakan yang semula dirintangi itu ternyata makin banyak pengikutnya dari daerah lain.
Diduga kekhawatiran pemerintah Belanda terhadap gerakan Ahmad Rifai ini, diilhami oleh
kekhawatiran pemerintah kolonial akan munculnya kembali pemberontakan, seperti
terjadinya Perang Diponegoro di Jawa Tengah pada 1825 1830.
Pemerintah tidak mau lagi jatuh kedua kalinya dalam satu lubang. Sebelum Mubalig Ulung
lebih jauh melangkah, pemerintah kolonial mengambil langkah mengasingkan ulama
kharismatik ini ke luar Kendal, tidak lain agar gerakan beliau terhambat dan tidak
berkembang. Atas kenyataannya ini kemudian ia memilih tempat tinggal di Kalisalak sebagai

basis perjuangannya. Langkah ini ditempuh karena Kalisalak merupakan daerah strategis
untuk medan dakwah dan memudahkan kontak hubungan dengan semua pihak dari berbagai
wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Pada umumnya masyarakat disana kaum petani yang pengetahuan agamanya perlu
disempurnakan. Selain itu para murid yang pernah mendapat latihan mental waktu di Kendal
adalah dari Krisidenan Pekalongan, di samping Karisidenan lain, seperti Maufuro Batang,
Abu Ilham Batang, Abdul Azis Wonosobo, Abdul Hamid Wonosobo, Abdul Qohar Kendal,
Muhammad Thuba Kendal, Imamtani Kutowinangun, Muh Idris Indramayu, Muharrar
Purworejo, Mukhsin Kendal, Mas Suemodiwiryo Salatiga, Abdullah ( Dolak ) Magelang,
Abu Hasan Wonosobo, Abu Salim Pekalongan, Abdul Hadie Wonosobo, Tawwan Tegal,
Asnawi Pekalongan, Abdul Saman Kendal, Abu Mansyur Wonosobo, Abdul Ghani
Wonosobo, Muhammad Hasan Wonosobo, Muhammad Tayyib Wonosobo, Ahmad Hasan
Pekalongan, Nawawi Batang , Abu Nawawi Purwodadi.
Mereka itulah kader-kader Mubaligh tangguh yang berjasa mengembangkan pemikiran Haji
Ahmad Rifai ke daerah daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ketika Haji Ahmad Rifai
berada di Kendal sempat menuklahkan putranya, Fatimah Alias Umroh dengan lurah Pondok,
Maufuro bin Nawawi, Keranggonan ( sekarang Karanganyar ) Kecamatan Limpung. Setelah
meninggalkan kota Kendal, Haji Ahmad Rifai sementara tinggal di rumah Kiai Maufuro
menantunya.
Tidak lama kemudian Ahmad Rifai menikahi janda Demang Kalisalak Alm Martowidjojo
namanya Sujainah lalu ia hidup bersama istrinya di Kalisalak. Di Kalisalak pada mulanya
Kiai Haji Ahmad Rifai menyelenggarakan pengajian untuk anak-anak. Namun lembaga itu
kemudian berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula orang-orang dewasa,
baik laki-laki maupun perempuan. Satu hal yang menyebabkan pengajian haji Ahmad Rifai
cepat terkenal adalah metode terjemahannya, baik Al-Quran, Al-Hadits maupun kitab-kitab
karangan ulama Arab dan Aceh lebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sebelum
diajarkan kepada para murid, bahkan kelihatan sebagai kewajiban yang ditempuh secara
sadar,seperti yang tersirat di dalam satu bait kitab Riayatal Himmah karya Haji Ahmad Rifai,
sebagai berikut:
Wajib saben alim adil nuliyan narajumah kitab Arab rinetenan supoyo wong jawi akeh ngerti
pitutur saking Quran lan kitab kitab Arab jujur kaduwe wong awam enggal ngerti milahur
ningali kitab Tarjamah jawi pitutur
Artinya: Diwajibkan bagi setiap alim adil ( ulama akhirat ) untuk menejemahkan kitab Arab,
agar orang jawa lebih mengerti ajaran dari Al Quran dan kitab-kitab Arab ( Hadits dan Ulama
) dengan benar sehingga orang awam mengerti dan segera melaksanakannya.
melihat ( membaca dan mempelajari ) kitab Tarjumah jawa sebagai ajaran. karena metodenya
yang tepat manfaat maka tak mustahil pengajian Ahmad Rifai cepat berkembang. Para
muridnya datang dari daerah yang dekat saja seperti Kendal, Batang dan Pekalongan tetapi
juga berasal dari Kedu , Wonosobo, Magelang , Banyumas, Kerawang, Indramayu dan
lainnya . Dan intensitas pengajaran tauhid , fiqh dan tasawuf rasional yang dijalankan oleh
Haji Ahmad Rifai yang menyebabkan perbedaan antara tradisi keliru yang telah mapan
dengan pemikiran barunya . Mendirikan Pesantren Kiai Haji Ahamd Rifai mendirikan
lembaga pendidikan pondok pesantren di Kalisalak Batang . Sistem pengajaran yang
menggunakan terjemahan bahasa jawa untuk memahami ajaran ajaran islam , mendorong
bertambahnya murid pesantren yang berdatangan dari berbagai daerah Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Sementara waktu itu kebiasaan di pondok pesantren masih berlaku pengajian kitab
kiatb berbahasa Arab saja , dan masih asing terhadap kitab kitab terjemahan. Menurut DR.
[Karel A. Steenbrink]] ( Sarjana Belanda ) bahwa didalam sejarah dakwah , Ahmad Rifai bisa
dianggap hampir satu satunya tokoh yang bisa memberikan uraian tentang agama Islam
tanpa memakai idiom idiom Arab dan mampu mengarang buku dalam bahasa yang menarik

karena memakai bentuk syair. Metodologi yang digunakan dalam pengajarannnya


menggaunakan empat tahapan . Keempat tahapan itu adalah:
Tahapan Pertama ; Seorang santri harus belajar membaca kitab Tarojumah terbatas pada
tulisan Jawa. Sistem pengajaran ini dinamakan ngaji irengan , mengejakan satu persatu huruf
kemudian merangkum menjadi bacaan atau kalimat, tingkatan ini merupakan awal didalam
cara membaca kitab Tarojumah . Disamping itu para Santri harus menghafal syarat rukun
iman, dan islam, ibadah sholat dan wiridan Angawaruhi Ati Ningsun.! atau Sahadat
Loro. Setelah Sholat fardlu, diwajibkan mengikuti praktek Sholat yang dipimpin oleh lurah
-pondok yang bersangkutan .
Tahapan Kedua ; Mengaji dalil dalil Al Quran , Hadist dan Qoulul Ulama, yang terdapat
Kitab Tarojumah. Dalam Tahapan ini Seorang Lurah pondok harus menguasai ilmu tajwid Al
Quran dan mampu mengaplikasikannya dalam bacaan Al-Quran dengan benar. Pengajian
tahap ini disebut ngaji abangan karena memang tulisan Arab untuk dalil adalah berwarna
merah atau ABANG atau disebut juga ngaji dalil karena hanya dalil saja yang dibaca. Di
samping itu santri harus hafal dan bisa serta paham tentang Syarat Rukun Puasa dan Sholat.
Tahapan Ketiga ; Mengaji dalil dan makna jadi satu dari kitab kitab Tarojumah , tahapan ini
dinamakan ngaji lafal makno ( belajar menerjemahkan tiap kata dalil / kalimat dalil dengan
bahasa jawa yang ada dibawah dalil itui ) , disini para santri membutuhkan kejelian dalam
mencari arti.
Tahapan Keempat ; Seorang santri diajak memahami maksud yang terkandung dalam kitab
kitab Tarojumah , karena hampir setiap kalimat mempunyai makna harfiah dan tafsiriah yang
tentunya membutuhkan keterangan dan pemahaman yang dalam . Kitab kitab Tarojumah
disusun dengan formula lengkap : Kamaknanan , Kamurodan , Kasarahan , Kamaksudan Dan
Kapertelanan , atau dengan kata lain ngaji maksud , ngaji sorah , ngaji bandungan , atau ngaji
sorogan . Pengajian ini berupa pembacaan dan penerangan isi kandungannya dan dilakukan
oleh Syaikhina Haji Ahmad Rifai sendiri dihadapan para santri dan murid pilihan kemudian
mereka satu persatu memcoba menirukan seperti apa kata beliau . Dalam pengajian ini
diajarkan pula oleh ulama itu tentang ilmu dan amalan kesunahan yang tidak tertulis didalam
kitab kitab Tarojumahnya.
Kitab Kitab Tarojumah Karangannya Kitab -kitab karya Kiai Haji Ahmad Rifai di Jawa
yang dapat diketahui pasti ada 62 buah judul kitab rangkuman berbagai soal keagamaan yang
diambil dari Al Quran dan Al Hadits dan kitab kitab bahas Arab karangan ulama
ulama terdahulu yang diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Jawa , karenanya disebut
Tarajumah , berisi ilmu Tauhid , Fiqih dan Tasawuf , memakai huruf Arab Jawa Pegon,
sebagian besar berbentuk nadzam ( puisi tembang ), setiap empat baris dengan akhiran sama
dan sebagian lagi natsar ( prosa ) atau natsrah ( nadzam dan natsar sekaligus ) , selain itu ada
juga yang berbentuk miring yang disebut Tanbih Rejeng.

karya Tulis
Kitab kitab yang disusun di pulau Jawa ada 62:
Risalah berisi fatwa fatwa agama ( 1254 H ) ;
Nasihatul Awam , berisi Nasihat kepada masyarakat / awam ( 1254 H ) ;
Syarihul Iman, berisi Bab Iman , Islam , Ihsan dan barang taalu ( 1255 H ) ;
Taisir , berisi Ilmu Sholat Jumat ( 1255 H ) ;
Inayah , berisi Bab Khalifah Rosullulloh ( 1256 H ) ;

Bayan , berisi Ilmu meteodologi mendidik dan mengajar ( 1256 H ) ;


Jamul Masail , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( 1256 H ) ;
Qowaid , berisi Bab Ilmu Agama ( 1257 H ) ;
Targhib , berisi Bab Makrifatulloh ( 1257 H ) ;
Thoriqot Besar , berisi Bab Hidayatulloh ( 1257 H ) ;
Thoriqot Kecil , berisi Bab Thariqotulloh ( 1257 H ) ;
Athlab , berisi Bab mencari Ilmu Pengetahuan ( 1259 H ) ;
Husnul Mitholab , berisi 3 Ilmu Agama ( 1259 H );
Thulaab , berisi Bab Kiblat Sholat ( 1259 H ) ;
Absyar , berisi Bab Kiblat Sholat ( 1259 H ) ;
Tafriqoh , berisi Bab Kewajiban Mukalaf ( 1260 H ) ;
Asnal Miqosod , Bab 3 Ilmu Agama ( 1261 H ) ;
Tafsilah , berisi Bab Kemntapan Iman ( 1261 H ) ;
Imdaad , berisi Masalah Dosa Takabur ( 1261 H ) ;
Irsyaad , berisi Bab Ilmu Manfaat ( 1261 H ) ;
Irfaq , berisi Bab Iman , Islam , dan Ihsan ( 1261 H ) ;
Nadzam Arja Safaat , berisi Hikayat Isro Miroj Nabi SolAm ( 1261 H ) ;
Jam ul Masail , berisi Bab Fiqih dan Tasawuf ( 1261 H );
Jamul Masail , berisi Bab Tasawuf ( 1261 H ) ;
Tahsin , berisi Bab Fidyah Sholat Dan Puasa ( 1261 H ) ;
Showalih , berisi Kerukunan Umat Beragama ( 1262 H ) ;
Miqshadi , berisi Bab bacaan Al Fatihah ( 1262 H );
Asad , berisi Bab Iman dan Marifatulloh ( 1262 H ) ;
Fauziah , berisi Bab Jumalah Maksiat ( 1262 H ) ;
Hasaniah , berisi Bab Fardlu Mubadarah ( 1262 H ) ;
Fadliyah , berisi Bab Dzikrulloh ( 1263 H ) ;
Tabyanal Islah , berisi Bab Nikah Tholaq Rujuk ( 1264 H );
Abyanal Hawaij , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( Ushul-Fiqih-Tasawuf ) ( 1265 H ) ;

Takhirah Mukhtasar , berisi Bab Iman Islam ( 1266 H ) ;


Riayatal Himmah , berisi Bab 3 Ilmu Agama ( 1266 H ) ;
Tasyrihatal Muhtaj , berisi Masalah Muamalah ( EKSOS ) ( 1266 H ) ;
Kaifiyah , berisi Bab Tata Cara Sholat ( 1266 H ) ;
Misbahah , berisi Bab Dosa Meninggalkan Sholat ( 1266 H ) ;
Mauniyah , berisi Sebab Jadi kafir ( 1266 H ) ;
Uluwiyah , berisi Bab Takabur karena Harta ( 1266 H ) ;
Rujumiyah , berisi Bab Sholat Jumah ( 1266 H ) ;
Mufhamah , berisi Bab Mukmin dan Kafir ( 1266 H ;
Basthiyah , berisi Bab Ilmu Syariat ( 1267 H ) ;
Tahsinah , berisi Bab Ilmu Tajwid ( 1268 H ) ;
Tadzkiyah , berisi Bab Menyembelih Binatang ( 1269 H );
Fatawiyah , berisi Bab Cara Berfatwa Agama ( 1269 H ) ;
Samhiyah , berisi Bab Sholat Jumah ( 1269 H ) ;
Rukhsiyah , berisi Bab Sholat Jama Qosor dan Sholat Musafir ( 1269 H ) ;
Maslahah , berisi Bab Pembagian Warisan Islami ( 1270 H ) ;
Wadlihah , berisi Bab Manasikh Haji ( 1272 H ) ;
Munawirul Himmah , berisi Bab Wasiat Kepada Manusia ( 1272 H ) ;
Surat kepada R. Penghulu Pekalongan ( 1273 H );
Tansyirah , 10 Wasiyat Agama ( 1273 H );
Mahabbatulloh , berisi Bab Nikmatulloh ( 1273 H ) ;
Mirghabut Thaah* , berisi Iman dan Syahadah ( 1273 H ) ;
Hujahiyyah , berisi Bab Tata Cara Berdialog ( 1273 H ) ;
Tashfiyah , Bab Makna Fatihah ( 1273 H ) ;
500 Tanbih Bahasa Jawa , ( 1273 H ) ;
700 Nadzam Doa dan Jawabannya ( 1270 1273 H ) ;
Puluhan Tanbih Rejeng , Masalah Agama ( 1273 H ) ;
Shihatun Nikah , Mukhtashar Tabyanal Islah ( 1270-an H );

Nadzam Wiqoyah ( 1270 -an H )

Kitab Kitab , Surat Wasiat dan Tanbih yang disusun di Ambon


Targhibul Mathlabah , Berisi Bab Ushuliddin ( 1274 H ) ;
Kaifiyatul Miqshadi , Berisi Bab Fiqih ( 1275 H ) ;
Nasihatul Haq , Bab Tasawuf ( 1275 H ) ;
Hidayatul Himmah , Bab Tasawuf ( 1275 H ) ;
60 Buah kitab Tanbih bahasa Melayu ( 1275 H );
Surat wasiat kepada Maufuro dan Murid Murid lainnya ! ( 1275 H ) ;
Perlu diketahui bahwa kitab Tanbih terdiri dari tiga halaman folio sebanyak 114 baris nadzam
dan di dalam setiap tanbih membahas satu masalah agama yang berbeda dengan nyang lain ,
berati dalam 500 tanbih terdapat 500 judul. Kalau tiap satu tanbih dapat dihitung sebuah kitab
, maka kitab kitab karangan syeikhina Kiai Haji Ahmad Rifai ada 562 Kitab yang dikarang
di Pulau Jawa saja, kitab kitab yang dikarang di Ambon yang terdiri dari 60 Tanbih dan 4
kitab bahasa melayu serta dua surat wasiat kepada Maufuro, jadi kalau ditotal semua
karangan Guru Besar Tarjumah ada 627 buah kitab.
Adapun data mengenai nama kitab, tahun selesai dikarang, dan kandungan bersumber pada :
1. Jadwal Kitab yang disusun oleh Kiai Ahmad Nasihun bin Abu Hasan Paesan tengah
Kedungwuni Pekalongan ( 1966 M ) ;
2. Kitab kitab karangan Kiai Haji Ahmad Rifai dipulau Jawa
3. Buku Sejarah Nasional karangan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo , Nugroho
Notosusanto dkk. Masa Akhir Perjuangan Beliau Di Pulau Jawa
Tahun 1272 H ( 1856 ) adalah merupakan tahun permulaan krisis bagi gerakan Syeikhina
Kiai Haji Ahmad Rifai . Hal ini disebabkan hampir seluruh kitab karangan ( dan Hasil tulisan
tangan beliau ) disita oleh pemerintah Belanda , disamping itu para murid dan Ahmad Rifai
sendiri terus menerus mendapat tekanan Ratu Kafir Tanah Jawa ( RKTJ Bukan GITJ ) yaitu
Belanda . Sebelum Haji Ahmad Rifai diasingkan dari kaliwungu Kendal Semarang , tuduhan
yang dikenakan hanyalah persoalan menghasut pemerintah Belanda dan membawa Haji
Ahmad Rifai dipenjara beberapa hari di Kendal , Semarang dan terakhir di Wonosobo .
Maka selama di Kalisalak persidangan panjang dialaminya , menghasut , mendoktrin jamaah
membuat Syair Syair protes dan beberapa Kitab yang isinya menyinggung Anti kolonial
Belanda dan Kroni kroninya serta mengkader pejuang pejuang militan di Pesantrennya
adalah selalu menjadi tuduhannya. Tuduhan itu dari wedono Kalisalak yang meminta agar
Haji Ahmad Rifai diasingkan dari Kalisalak ternyata tidak bisa dibuktikan sebagaimana
dalam surat keputusan kelima dari Gubernur Jenderal Duymaer Van Twist yang dibuat pada
tanggal 2 Juli 1855 menyatakan bahwa seluruh tuduhan terhadap Haji Ahmad Rifai belum
bisa dibuktikan , dan perlu diperiksa dalam persidangan biasa . Untuk sementara waktu waktu
perkara tersebut ditutup.
Pada tahun 1856 Jendral Albertus Jacub Duymaer Van Twist oleh Jendral Charles Ferdinand
Pahud, Wedono Kalisalak memandang perlu untuk mengangkat kembali permasalahan
pengasingan Kiai Haji Ahmad Rifai , namun ternyata jendral Pahud pun menyatakan menolak
sebagaimana yang ditulis dalam suratnya tertanggal 23 November 1858. Akan tetapi tekad
dan dendam Iblis Wedono Kalisalak tidak berhenti sampai disini , Dia menulis surat kepada

Bupati Batang tertanggal 19 April 1859 No.1 A yang isinya diteruskan ke Karisidenan
Pekalongan oleh bupati Batang pada tanggal 24 April 1859 No.29 . Inti surat tersebut isinya
adalah sebagaimana bunyi surat yang pernah dikirim sebelumnya tertanggal 9 November
1858 No.578 dan 5 November 1858 No.700, mengigat belum juga mendapat perhatian dari
Residen Pekalongan, maka diperjelas lagi dengan suratnya tertanggal 29 April 1859. Selain
itu pada tanggal 30 April 1859 Residen Pekalongan menulis surat kepada Buiten Zorg di
Bogor yang isinya agar Kyai Haji Ahmad Rifai disidangkan ke pengadilan dan diasingkan
dari Kalisalak. Pada tanggal 6 Mei 1859 secara resmi Haji Ahmad Rifai dipanggil Residen
Pekalongan Franciscus Netscher untuk pemeriksaan terakhir dan syarat untuk memenuhi
pengasingan ke Ambon. Sejak tanggal 6 Mei 1859 Haji Ahmad Rifai sudah tidak
diperkenankan kembali ke rumah lagi untuk menunggu keberangkatan pengasingan hingga
tanggal 9 Mei 1859, berdasarkan surat keputusan No.35 tertanggal 19 Mei 1859 K.H. Ahmad
Rifai meninggalkan jamaah beserta para keluarganya karena mulai hari itu beliau diasingkan
di Ambon,Maluku.
Setelah dua tahun Haji Ahmad Rifai di Ambon beliau telah mengirim kitab sebanyak empat
buah dalam bahasa Melayu dan 60 buah judul Tanbih berbahasa Melayu juga surat wasiat
tertanggal 21 Dzulhijjah 1277 H kepada menantunya Kyai Maufura bin Nawawi di
Keranggongan, Batang yang isinya agar para muridnya beserta keluarganya jangan sekali-kali
taat pada pemerintah Belanda dan orang-orang yang berkolaborasi dengannya. Setelah di
Ambon Haji Ahmad Rifai bersama Kyai Modjo dan 46 ulama lainnya dipindahkan ke
kampung Jawa Tondano, Manado, Sulawesi Utara karena ia bersama ulama-ulama Tarojumah
menganggap perlu lahirnya organisasi Rifaiyah secara nasional , dan dia tinggal disana untuk
menanti panggilan dari sang Robb, Beliau wafat dengan tenang sebagai Pahlawan Islam dan
bukan Pahlawan Nasional pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H (usia 86 tahun) , ada riwayat
lain yang mengatakan beliau wafat pada 1292 H (92 tahun, semoga yang ini benar, karena itu
berarti beliau panjang umur) di kampung Jawa Tondono Kabupaten Minahasa, Manado
Sulawesi Utara dan dimakamkan dikomplek makam pahlawan kiai Modjo disebuah bukit
yang terletak kurang lebih 1 km dari kampung Jawa Tondano (Jaton).
1. D. TARIKAT SYAZILIYAH DAN AJARANNYA
Tarekat ini lahir di Maroko,yg direalisasikan oleh Syekh Abdul Hasan as-Syadzili(1258).
Tarekat ini merupakan salah satu komunitas ajaran sufistik yg memiliki pengikut yg luar
biasa banyaknya. Sekarang ,tarekat ini sudah menyebar di berbagai negara.Diantaranya,di
Afrika utara,Mesir, Kenya, Tanzania, Timur-tengah,& Sri langka.Bahkan ,aliran tarekat ini
telah merambah ke Amerika barat/utara.Tarekat ini umumnya diikuti oleh kalangan kelas
menengah, pengusaha, pejabat, dan pegawai negeri. Sebagian ajaran tarekat ini dipengaruhi
oleh iman al-Ghazali & al-Makki.

1. 1. Pendiri Tarekat Syadziliyah


Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili.
Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin
Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya bin Ward bin Baththal bin
Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu
sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra
binti Rasulullah SAW.[1].
Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya
adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa
yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). menghapal al-Quran
dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh

karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa
tersebut.[1]
1. Intisari tarekat
Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga
muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib.
Ibn Athaillah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaran-ajaran, pesanpesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn
Athaillah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan
tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Athaillah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke
Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi
individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan
pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan muridmuridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk
kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan
ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar
tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan asSyadzili kepada murid-muridnya: Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan
kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali. Perkataan yang lainnya:
Kitab Ihya Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub,
karya al-Makki, mewarisi anda cahaya. Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam
al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, AsySyifa karya Qadhi Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn
Atahillah.
1. 3. Silsilah
Sanad dan Silsilah Tariqah

As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp

As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp

As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp

As-Syaikh Muhammad Salih ra drp

As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp

As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp

As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp

As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp

As-Syaikh At-Tartusi ra drp

As-Syaikh Asy-Shibli ra drp

As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp

As-Syaikh Maruf Al-Kharkhi ra drp

As-Syaikh Daud At-Tai ra drp

As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp

Imam Hasan Al-Basri ra drp

Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp

Sayyidina Muhammad saw

Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili

As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin

Ali bin

Abdullah bin

Tamim bin

Hurmuz bin

Hatim bin

Qusay bin

Yusuf bin

Yusya bin

Ward bin

Bathaal bin

Ali bin

Ahmad bin

Muhammad bin

Isa bin

Muhammad bin

Abi Muhammad bin

Imam Hasan bin

Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti

Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.

1. 4. Wejangan Dasar
Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musrik kepada Alloh taala
1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan
bersikap wara dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt.
2. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang
direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
1. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan,
dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).
2. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang
diwujudkan dengan menerima apa adanya (qanaah/ tidak rakus) dan
menyerah.
3. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan
susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan
berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.
Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:
1. Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
2. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah
atas kehormatannya.
3. Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada
pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
4. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan
hidupnya.
5. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan
nikmat yang lebih besar.
Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan
akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan
tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Athaillah menjadi doktrin
utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus
dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa
dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan
yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.
Perkembangan Tarekat
Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w.
790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran
Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan
hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan
mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan
memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita.
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada
pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam
lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat

lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam
tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk
mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan
memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun
terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan
oleh Ibn Athailah berikut: Asma al-Latif, Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi
dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; AlWadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila
dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin
berkobar; dan Asma al-Faiq, Yang Mengalahkan sebaiknya jangan dipakai oleh para
pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.
Demografik Para Pengikut
Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan
pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya
dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang
lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat didalam kehidupan
dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung
kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini
adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini
adalah ketenagan yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili,
Ibn Athaillah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat
dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Riayah karya al-Muhasibi.
Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan
lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri
ketenangan ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang
membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliyanya, Hakim atTirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka
bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam
Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat
ini.
Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan
tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif
jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan
para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang
(hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini
mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan
oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru
tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari
sebuah tareqat.
Amalan-Amalan
Hizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupakan HizibHizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya
oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama
dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan
kadar ibadah kepada Alloh taala.
Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan
panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum
dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk
pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.

Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat
lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah,
seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifaiyah, dan di Banten utara
yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut
dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Alloh taala.
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan
mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah Azhim) dan, apabila
dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supra natural dan
yang terpenting adalah mendapatkan Ridho Alloh taala semata. Menyangkut pemakaian
hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib
(Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan
personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya
tanpa berlandaskan Al Quran dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang
mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Alloh taala dengan
benar.
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizibhizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat
Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah
laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.
Pengaruh dan Cabang-Cabang Tarekat Syadziliyyah
Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di
Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat
yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal
mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah,
al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah,
al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan alHasyimiyyah.
Kata-Kata Hikmah
Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih
kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang
sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya Jika kau
memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan
memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu
kuat memiliki-Nya.Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala
puji itu milik Alloh taala!
Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): Jangan anda melangkahkan kaki
kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan Allah taala, dan jangan duduk
dimajelis kecuali majelis yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan
orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang
yang menambah keyakinanmu terhadap Allah.
Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar
sendiri.
Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu.
Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu
adalah untuk dapat selalu taat kepada Allah yang memiliki pemelihara dirimu.

Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai
macam bala dan nimat yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahankesalahannya didalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya dan bersyukur atas syukur
yang mendalam.
Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih baik dari banyak amal
dengan terus merasa kurang beramal.
Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mumin yang berbuat dosa, niscaya ini akan
memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : Andaikan
Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah
mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
1. Ibn Abi-Qasim al-Humairi: Jejak-jejak Wali Allah, halaman 2-4. Penerbit
ERLANGGA, 2009 -033-319-2
1. E. TARIKAT MAULAWIYAH DAN AJARANNYA

Bagi kalangan pencinta musik sufi,nama tarekat ini cukup dikenal. Maulawiyah merupakan
tarekat yg berasal dari ajaran sufi besar bernama Jalaluddin Rumi (1273) di Turki. Tarekat ini
menyebar luas ke beberapa wilayah,diantaranya di Turki dan Amerika Utara.Salah satu
keunikan pd praktik ajaran sufi tarekat ini adalah tata cara meditasinya,yaitu berputar-putar
spt menari-mari cukup lama. Upaya ini merupakan bagian dari cara untuk mengingatkan
seseorang bahwa segala sesuatu berawal dari sebuah putaran. Hidup merupakan putaran dari
tiada menjadi ada,kemudian tidak ada, ada, dan tiada lagi.

Biografi Maulana Jalaluddin Ar Rummy


Mauln Jalluddn Muhammad Rm[2] (Parsi:
, Bahasa Turki:
Mevln Celleddin Mehmed Rumi) , juga dikenali Mauln Jalluddn Muhammad Balkh
(Parsi: ) , atau Rumi sahaja di negara-negara bertutur Inggeris, (30 September, 1207
17 Disember, 1273), merupakan penyair, Qadi dan ahli teologi Parsi Muslim abad ke 13 Farsi
(jk)[3][4]. Namanya bermaksud Keagungan Agama, Jalal berarti agung dan Din berarti
agama.[5]
Rumi lahir di Balkh (ketika itu sebahagian dari Khorasan Besar di Negeri Parsi, kini dalam
Afghanistan) dan meninggal dunia di Konya ( di Turki sekarang )
Tempat lahir dan bahasa ibunda/tempatannya menggambarkan latar belakang Farsi. Beliau
juga menulis puisi Farsi dan karya-karyanya tersebar di Iran, Afghanistan, Tajikistan, dan
dialih bahasa di Turki, Azerbaijan, A.S., dan Asia Tenggara. Sebahagian besar hayat dan era
penulisan ketika Empayar Seljuk.[6] Disamping puisi Farsi beliau juga menulis beberapa
rangkap dalam bahasa Arab, Greek, dan Turki Oghuz.
Kepentingan Rumi melangkaui batas bangsa, budaya dan negara. Sepanjang abad dia
mempunyai pengaruh dalam Kesusasteraan Parsi disamping dalam Kesusasteraan Urdu dan
Kesusasteraan Turki. Sajak-sajak karangannya dibaca dengan meluas di negara-negara seperti
Iran, Afghanistan dan Tajikistan dan telah banyak diterjemah dalam pelbagai bahasa di dunia
dalam pelbagai bentuk.
Mawlana Jalaludin Rumi yaitu Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani (Grandson of
Mawlana Rumi )

Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan Saya
mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap
orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang
Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah
dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta,
kalian akan memahaminya.
( Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil al-Haqqani Cucu dari Mawlana Rumi,
Lefke, Cyprus Turki, September 1998)
Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang tokoh sufi yang berpengaruh di
zamannya. Rumi adalah guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat yang berpusat
di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh besar
dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman sekitar tahun l648.
Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan
kebenaran.Di zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka
kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang
tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengancepat mereka ingkari dan tidak diakui.
Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman
kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan
kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam
agama samawi, bisa menjadi goyah.
Rumi mengatakan, Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan
adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mutazilah. Mereka merupakan para budak yang
tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah.
Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak
mau pula memanjakannya.
Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan
mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu
tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat.
Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang
tersembunyi di balik dirinya. Bukankah
Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?
tegas Rumi.
PENGARUH TABRIZ
Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi, ketika berjumpa dengan Rumi yang
baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan menjadi tokoh
spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset.
Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207. Mawlana Rumi
menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi alQunuwi.Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnyadihabiskan di Konya (kini
Turki), yang dahulu dikenalsebagai daerah Rum (Roma).
Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab
Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul
Ulama. Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan mereka
pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa
terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu

Rumi baru berusia lima tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindahpindah dari suatu negara ke negara lain.
Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad,
Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki.
Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga
mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota
tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.
Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq atTurmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di
Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut
mengajar di perguruan tersebut.
Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan
pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga menjadi dai dan ahli
hukum Islam. Ketika itu banyak tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika
Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru
dunia.
Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau sudah berumur cukup tua, 48 tahun.
Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya
murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan
tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan
puluh derajat ketika beliau berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias
Syamsi dari kota Tabriz.
Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang
menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba seorang lelaki asingyakni Syamsi Tabrizikut
bertanya, Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu? Mendengar pertanyaan seperti itu
Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Beliau tidak mampu
menjawab. Akhirnya Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, beliau
mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi.
Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, Sesungguhnya, seorang
guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba
ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya.
Dalam diri Tabriz, guru besar itumelihat kandungan ilmu yang tiada taranya.
Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan
kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan
emosinya, sehingga beliau menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan
menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang himpunannya kemudian dikenal
dengan nama Divan Syams Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan
buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.
Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin
Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masahidupnya beliau
berhasil menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama
Masnavi.
Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat
ajaran-ajaran
tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot,
dan lain-lain.
Bahkan Masnavi sering disebut Quran Persia. Karyatulisnya yang lain adalah Rubaiyyat
(sajak empat baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan

himpunan ceramahnya tentang metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada


sahabat atau pengikutnya).
Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan Thariqat Maulawiyah atau
Jalaliyah. Thariqat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para Darwisy
yang berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut thariqat ini melakukan tarian
berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai
ekstase.
WAFATNYA MAWLANA RUMI
Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi.
Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar bahwa tokoh panutan
mereka, Rumi, tengah menderita sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih
menampakkan kejernihannya.
Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendoakan,Semoga Allah berkenan memberi
ketenangan kepadamu dengan kesembuhan. Rumi sempat menyahut, Jika engkau beriman
dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan
pahit.
Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi
dipanggil ke Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan,penduduk setempat
berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal
sebagai Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para pengikut Thariqat
Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.
SAMA, Tarian Darwis yang Berputar
Suatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannya dalam tarian Sama ketika itu
seorang sahabatnya memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan, Seperti juga
ketika salat kita berbicara dengan Tuhan, maka dalam keadaan extase para darwis juga
berdialog dengan Tuhannya melalui cinta. Musik Sama yang merupakan bagian salawat atas
baginda Nabi Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik cinta demi cinta
Nabi saw dan pengetahuanNya.
Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyi dalam Musik dan Sama, dimana
musik merupakan gerbang menuju keabadian dan Sama adalah seperti electron
yangmengelilingi intinya bertawaf menuju sang Maha Pencipta. Semasa Rumi hidup tarian
Sama sering dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan minuman. Rumi
bersama teman darwisnya selepas solat
Isa sering melakukan tarian sama dijalan-jalan kota Konya.
Terdapat beberapa puisi dalam Matsnawi yang memuji Sama dan perasaan harmonis alami
yang muncul dari tarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumi menuliskan puisi tentang
kefanaan dalam Sama, ketika gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasukbagai
buih-buih yang meleleh dari debur ombak laut.
Tarian Sakral Sama dari tariqah Mevlevi Haqqani atau Tariqah Mawlawiyah ini masih
dilakukan saat ini di Lefke, Cyprus Turki dibawah bimbingan Mawlana Syaikh Nazim Adil
al-Haqqani. Ajaran Sufi Mawlana Syaikh Nazim dan mawlana Syaikh Hisyam juga
merambah keberbagai kota di Amerika maupun Eropa, sehingga tarian Whirling Dervishes
ini juga dilakukan di banyak kota-kota di Amerika, Eropa dan Asia di bawah bimbingan
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani.
Tarian Sama ini sebagai tiruan dari keteraturan alam raya yang diungkap melalui perputaran
planet-planet. Perayaan Sama dari tariqah Mevlevi dilakukan dalam situasi yang sangat sakral

dan ditata dalam penataan khusus pada abad ke tujuh belas. Perayaan ini untuk menghormati
wafatnya Rumi, suatu peristiwa yang Rumi dambakan dan ia lukiskan dalam istilah-istilah
yang menyenangkan.
Para Anggota Tariqah Mevlevi sekarang belajar menarikan tarian ini dengan bimbingan
Mursyidnya. Tarian ini dalam bentuknya sekarang dimulai dengan seorang peniup suling
yang memainkan Ney, seruling kayu. Para penari masuk mengenakan pakaian putih yang
sebagai simbol kain kafan, dan jubah hitam besar sebagai symbol alam kubur dan topi
panjang merah atau abu-abu yang menandakan batu nisan.
Akhirnya seorang Syaikh masuk paling akhir dan menghormat para Darwish lainnya. Mereka
kemudian balas menghormati. Ketika Syaikh duduk dialas karpet merahmenyala yang
menyimbolkan matahari senja merah tua yang mengacu pada keindahan langit senja sewaktu
Rumiwafat. Syaikh mulai bersalawat untuk Rasulullah saw yang ditulis oleh Rumi disertai
iringan musik,
gendang, marawis dan seruling ney. Peniup seruling dan penabuh gendang memulai
musiknya,maka para darwis memulai dengan tiga putaran secara perlahan yang merupakaan
simbolisasi bagi tiga tahapan yang membawa manusia menemui Tuhannya. Pada puatran
ketiga Syaikh kembali duduk dan para penari melepas jubah hitamnya dengan gerakan yang
menyimbulkan kuburan untuk mengalami mati sebelum mati,
kelahiran kedua. Ketika Syaikh mengijinkan para penari menari, mereka mulai dengan
gerakan perlahan memutar seperti putaran tawaf dan putaran planet-planet mengelilingi
matahari. Ketika tarian hamper usai maka syaikh berdiri dan alunan musik dipercepat. Proses
ini diakhiri dengan musik penutup danpembacaan ayat suci Al-Quran.
Rombongan Penari Darwis, secara teratur menampilkan Sama di auditorium umum di Eropa
dan Amerika Serikat. Sekalipun beberapa gerakan tarian ini pelan dan terasa lambat tetapi
para pemirsa mengatakan penampilan ini sangat magis dan menawan. Kedalaman
konsentrasi, atauperasaan dzawq dan ketulusan para darwis menjadikan gerakan mereka
begitu menghipnotis. Pada akhir penampilan para hadirin diminta untuk tidak bertepuktangan
karena Sama adalah sebuah ritual spiritual
bukan sebuah pertunjukan seni.
Pada abad ke 17, Tariqah Mevlevi atau Mawlawiyahdikendalikan oleh kerajaan Utsmaniyah.
Meskipun Tariqah Mawlawiyah kehilangan sebagian besarkebebasannya ketika berada
dibawah dominasi Ustmaniyah, tetapi perlindungan Sang Raja menungkinkan.Tariqah
Mawlawi menyebar luas keberbagai daerah danmemperkenalkan kepada banyak orang
tentang tatanan musik dan tradisi puisi yang unik dan indah. Pada Abad ke 18, Salim III
seorang Sultan Utsmaniyah menjadi anggota Tariqah Mawlawiyah dan kemudian
diamenciptakan musik untuk upacara-upacara Mawlawi.
Selama abad ke 19 , Mawlawiyah merupakan salah satu dari sekitar Sembilan belas aliran
sufi di Turtki dan sekitar tigapuluh lima kelompok semacam itu dikerajaanUtsmaniyah.
Karena perlindungan dari raja mereka, Mawlawi menjadi kelompok yang paling
berpengarhdiseluruh kerajaan dan prestasi cultural mereka dianggap sangat murni. Kelompok
itu menjadi terkenal di barat., Di Eropa dan Amerika pertunjukkan keliling mereka menyita
perhatian public. Selama abad 19, sebuah panggung pertunjukkan yang didirikan di Turki
menarik perhatian banyak kelompok wisatawan Eropa yang datang ke Turki.
Pada tahun 1925, Tariqah Mawlawi dipaksa membubarkan diri ditanah kelahiran mereka
Turki, setelah Kemal Ataturk pendiri modernisasi Turki melarang semua kelompok darwis
lengkap dengan upacara serta pertunjukkan mereka. Pada saat itu makam Rumi di Konya
diambil alih pemerintah dan diubah menjadi museumNegara.
Motivasi utama Atatutrk adalah memutuskan hubungan Turki dengan masa pertengahan guna
mengintegrasikan Turki dengan dunia modern seperti demokrasi ala barat. Bagi Ataturk

tariqah sufi menjadi ancaman bagi modernisasi Turki. Pada saat itulah Syaikh Nazim mulai
menyebarkan bimbingan spiritual dan mengajar agama Islam di Siprus, Turki.
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
Banyak murid yang mendatangi Mawlana Syaikh Nazim danmenerima Thariqat Naqsybandi
Haqqani. Selain itu beliau adalah pemegang otoritas Mursyid tujuh Tariqah Sufi besar
lainnya, termasuk Mevlevi Haqqani atau Mawlawiyah, Qodiriah, Syadziliyah, Chisty. Namun
sayang, waktu itu semua agama dilarang di Turki dan karena beliau berada di dalam
komunitas orang-orang Turki di Siprus, agama pun dilarang di sana.
Bahkanmengumandangkan azan pun tak diperbolehkan.
Langkah Syaikh Nazim yang pertama ketika itu adalah menuju masjid di tempat kelahirannya
dan mengumandangkan azan di sana, segera beliau dimasukkanpenjara selama seminggu.
Begitu dibebaskan, Syaikh Nazim pergi menuju masjid besar di Nikosia dan melakukan
azan di menaranya. Hal itu membuat parapejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran
hukum.
Sambil menunggu sidang, Syaikh Nazim terus mengumandangkan azan di menara-menara
masjid di seluruh Nikosia. Sehingga tuntutannya pun terus bertambah, ada 114 kasus yang
menunggu beliau. Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan azan, namun Syaikh
Nazim mengatakan, Tidak, aku tidak bisa mengehntikannya. Orang-orang
harusmendengar panggilan azan untuk shalat.
Ketika hari persidangan tiba, Mawlana Syaikh Nazim didakwa atas 114 kasus
mngumandangkan azan diseluruh Cyprus. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, maka beliau
bisa dihukum 100 tahun penjara. Tetapi pada hari yang sama hasil pemilu diumumkan di
Turki. Seorang laki-laki bernama Adnan Menderes dicalonkan untuk berkuasa. Langkah
pertamanya ketika terpilih menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid dan
mengizinkan azan dikumandangkan dalam bahasa Arab. Inilah keajaiban yang diberikan
Allah swt kepada Mawlana Syaikh Nazim.
Hingga saat ini makam Rumi di Konya tetap terpeliharadan dikelola oleh pemerintah Turki
sebagai tempat wisata. Meskipun demikian pengunjung yang datang kesana yang terbanyak
adalah para peziarah dan bukan wisatawan. Melalui sebuah kesepakatan pemerintah Turki,
pada tahun 1953 akhirnya menyetujui tarian Sama Tariqah Mawlawi dipeertontonkan lagi
di Konya dengan syarat pertunjukan tersebut bersifat culturaluntuk para wisatawan.
Rombongan Darwis juga diijinkan untuk berkelana secara Internasional. Meskipun demikian
secara keseluruhan berbagai aspek sufisme tetap menjadi praktek yang illegal di Turki dan
para sufi banyak diburu sejakAtaturk melarang agama mereka.
Maulana Jalaluddin Rumi, Menari di Depan Tuhan
AKAN tiba saatnya, ketika Konya menjadi semarak, dan makam kita tegak di jantung kota.
Gelombang demi gelombang khalayak menjenguk mousoleum kita, menggemakan ucapanucapan kita.
Itulah ucapan Jalaluddin Rumi pada putranya, Sultan Walad, di suatu pagi. Dan waktu
kemudian berlayar, melintasi tahun dan abad. Konya seakan terlelap dalam debu sejarah.
Tetapi, kota Anatolia Tengah ini tetap berdiri sebagai saksi kebenaran ucapan Rumi, tulis
Talat Said Halman, peneliti karya-karya mistik Rumi.
Kenyataannya memang demikian. Lebih dari 7 abad, Rumi bak bayangan yang abadi
mengawal Konya, terutama untuk pada pengikutnya, the whirling dervishes, para darwis yang

menari. Setiap tahun, dari tanggal 2-17 Desember, jutaan peziarah menyemut menuju Konya.
Dari delapan penjuru angin mereka berarak untuk memperingatikematian Rumi, 727 tahun
silam.
Siapakah sesungguhnya makhluk ini, yang telahmenegakkan sebuah pilar di tengah khazanah
keagamaan Islam dan silang sengketa paham? Dialah penyairmistik terbesar sepanjang
zaman, kata orientalis Inggris Reynold A Nicholson. Ia bukan nabi, tetapi iamampu
menulis kitab suci, seru Jami, penyair Persia Klasik, tentang karya Rumi,Matsnawi.
Gandhi pernah mengutip kata-katanya. Rembrandt mengabadikannya dikanvas, Muhammad
Iqbal, filsuf dan penyair Pakistan, sekali waktu pernah berdendang,Maulana mengubah
tanah menjadi madu. Aku mabuk oleh anggurnya; aku hidup dari napasnya. Bahkan, Paus
Yohanes XXIII, pada 1958 menuliskan pesan khusus: Atas nama dunia Katolik, saya
menundukkan kepala penuh hormat mengenang Rumi.
Besar dalam kembara
Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di Balkh, kini wilayah Afganistan. Ia Putra
Bahauddin Walad, ulama dan mistikus termasyhur, yang diusir dari kota Balkh tatkala ia
berumur 12 tahun. Pengusiran itu buntutperbedaan pendapat antara Sultan dan Walad.
Keluarga ini kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus), dan di situ kebeliaan Jalaluddin diisi
oleh guru-guru bahasa Arab yang tersohor. Tak lama di Damakus, keluarga ini pindah ke
Laranda, kota di Anatolia Tengah, atas permintaan Sultan Seljuk Alauddin Kaykobad.
Konon, Kaykobad membujuk dalam sebuah surat kepada Walad, Kendati saya tak pernah
menundukkan kepala kepada seorang pun, saya siap menjadi pelayan dan pengikut setia
Anda. Di kota ini ibu Jalaluddin, Mumin Khatum, meninggal dunia. Tak lama kemudian,
dalam usia 18 tahun, Jalaluddin menikah. 1226, putra pertama Jalaluddin, Sultan Walad, lahir.
Setahun kemudian, keluarga ini pindah ke Konya, 100 Km dariLaranda. Di sini, Bahauddin
Walad mengajar di madrasah. 1229, anak kedua Jalaluddin, Alauddin, lahir. Dua tahun
kemudian, dalam usia 82 tahun, Bahaudin Walad meninggal dunia.
Era baru pun dialami Jalaluddin. Dia menggantikan Walad, dan mengajarkan ilmu-ilmu
ketuhanan tradisional, tanpa menyentuh mistik. Setahun setelahkematian ayahnya, suatu
pagi, madrasahnya kedatangan tamu, Burhannuddin Muhaqiq, yang ternyata murid terkasih
Walad. Dan ketika menyadari sang guru telahtiada, Muhaqiq mewariskan ilmunya pada
Jalaluddin. Burhanuddin pun menggembleng muridnya dengan latihan tasawuf yang telah
dimatangkan selama 4 abad terakhir oleh para sufi, dan beberapa kali meminta dia ke
Damakus untuk menambah lmu. 8 tahun menggembleng, 1240, Burhanuddin kembali ke
Kayseri. Jalaluddin Rumipun menggembleng diri sendiri.
Cinta adalah menari
Tahun 1244, saat berusia 37 tahun, Jalaluddin sudah berada di atas semua ulama di Konya.
Ilmu yang dia timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan Ibrani, membuat dia
nyaris ensiklopedis. Gelar Maulana Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih. Tapi, di sebuah
senja Oktober, sehabis pulang dari madrasah, seseorang yang tak dia kenal, menjegat
langkahnya, dan menanyakan satu hal. Mendengar pertanyaan itu, Rumilangsung pingsan!
Sebuah riwayat mengatakan, orang tak dikenal itu bertanya, Siapa yang lebih agung,
Muhammad Rasulullah yang berdoa, Kami tak mengenal-Mu seperti seharusnya atau
seorang sufi Persia, Bayazid Bisthami yang berkata, Subhani, mahasuci diriku, betapa
agungnya kekuasaanku. Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabriz itu mengubah hidup Rumi.
Dia kemudian tak lagi terpisahkan dari Syams. Dan di bawah pengaruh Syams,ia menjalani
periode mistik yang nyala, penuh gairah, tanpa batas, dan kini, mulai menyukai musik.
Mereka menghabiskan hari bersama-sama, dan menurut riwayat, selama berbulan-bulan

mereka dapat bertahan hidup tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khusuk menuju
Cinta Ilahiah.
Tapi hal ini tak lama. Kecemburuan warga Konya, membuat Syams pergi. Dan saat Syams
kembali, warga membunuhnya. Rumi kehilangan, kehilangan terbesar yangdia gambarkan
seperti kehidupan kehilangan mentari.
Tapi, suatu pagi, seorang pandai besi membuat Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu,
Shalahuddin, membuat dia ekstase, dan tanpa sadar mengucapkan puisi-puisi mistis, yang
berisi ketakjuban pada pengalaman syatahat. Rumi pun kemudian bersabahat dengan
Shalahuddin, yang kemudian menggantikan posisi Syams. Dan era menari pun dimulai Rumi,
menari sambil memadahkan syair-syair cinta Ilahi. Tarian para darwis itulah yang kemudian
menjadi semacam bentukratapan Rumi atas kehilangan Syams, jelas Talat.
Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, Rumi tak pernah berhenti menari, kerana dia tak
pernah berhenti mencintai Allah. Tarian itu juga yang membuat peringkatnya dalam inisiasi
sufi berubah dari yang mencintai jadi yang dicintai. (Aulia A Muhammad)
Singkir
Wikipedia akan berubah kepada muka baru.
Bantulah kami mengesan kesilapan dan menlengkapkan penterjemahan.
Jalaluddin Muhammad Rumi
Ahli falsafah Parsi
Zaman Pertengahan
Nama:
Jalluddn Muhammad Rm
Kelahiran:
1207 M
Kematian:
1273 M
Sufi; Hanafi Sunni, mungkin berpengaruh
Mazhab:
Syiah[1]
Minat utama: sajak, syair, muzik
Muzik Timur Tengah, Puisi Sufi, Falsafah
Idea terkenal:
Sufi, dan Sufi dance
Dipengaruhi:
Attar, Shams-e Tabrizi
Mempengaruhi: Muhammad Iqbal
Ajaran Tarekat maulawiyah.
Tarekat maulawiyah adalah sebuah tarekat pengikut jalaluddin rumi. Tarekat ini mengajarkan
ajaran sufistik beraliran jalldn rumi. Jalaludn sendri mrupkan seorang sufi yg memprknalkn
tarian the whirling dervishes (tarian sufistik). Ajaran tasawuf yg ditekankn lbh trknal pd sisi
musik sufistik. Bentuk cinta nya di metmorphosiskn pada syair2 nya.

Jalaluddin Rumi
Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia
Ia berkata, Siapa itu berada di pintu?
Aku berkata, Hamba sahaya Paduka.
Ia berkata, Kenapa kau ke mari?
Aku berkata, Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti.
Ia berkata, Berapa lama kau bisa bertahan?

Aku berkata, Sampai ada panggilan.


Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan.
Aku berkata, Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku.
Ia berkata, Saksi tidak sah, matamu juling.
Aku berkata, Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa.
Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari
Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan
mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu,
puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah kedalaman
makna dan keindahan bahasa yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh
penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada
zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah sebuah tarekat yang berpusat di
Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar
dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.
Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam
menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.
Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu
digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal,
cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.
Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman
kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan
kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam
agama samawi, bisa menjadi goyah.
Rumi mengatakan, Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan
adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mutazilah. Mereka merupakan para budak yang
tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah.
Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak
mau pula memanjakannya.
Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan
mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu
tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat.
Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang
tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah
kegunaannya tersembunyi di dalamnya? tegas Rumi.

PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan
Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi
tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.
Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama
lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan
Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal
sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab
Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul
Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain.
Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya
sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk
keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.
Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke
negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke
Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya,
Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan
juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota
tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.
Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq atTurmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di
Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut
mengajar pada perguruan tersebut.
Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan
pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi dai dan ahli
hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya
kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.
Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun.
Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya
murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan
ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh
derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.
Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang
menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing yakni Syamsi Tabriz ikut
bertanya, Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu? Mendengar pertanyaan seperti itu
Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu
menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia
mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat
tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berharihari.
Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, Sesungguhnya, seorang
guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba
ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya.
Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.
Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar
sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya
banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena
takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam
meninggalkan Konya.
Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz
itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di
dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas
berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah
Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di
Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf
atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali
ke Konya.
Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi
berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan
diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz.
Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi
fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.
Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan
kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan
emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan
menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan
nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu
dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.
Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin
Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa
hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama
Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini,
terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi,
fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Rubaiyyat (sajak
empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan
himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada
sahabat atau pengikutnya).
Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah.
Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang
Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian
berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai
ekstase.

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada
Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa
tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih
menampakkan kejernihannya.
Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendoakan, Semoga Allah berkenan memberi
ketenangan kepadamu dengan kesembuhan. Rumi sempat menyahut, Jika engkau beriman
dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan
pahit.
Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala
jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan.
Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.

Aku mati sebagai mineral


dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.

Kenapa aku harus takut?


Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;
Kepada Nya, kita semua akan kembali

Apa Yang mesti Ku lakukan


Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal
Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.
Aku bukan dari dunia in ataupun dari akhirat, bukan dari Sorga ataupun Neraka
Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan
Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak
Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa
Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil
Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin
Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu dan Ya man Hu
Aku mabok oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabok gila-gilaan
Kalau sekali saja aku semenit tanpa kau,
Saat itu aku pasti menyesali hidupku
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,
Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.
O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabok dan gila-gilaan.
Pembacaan Pujian untuk Kanjeng Nabi SAW dengan nama Nat- erif Nat- erif:
Y Hazret-i Mevlana Hak dost,
Ya Habiballah rasul-i Halk- yekta tyi,
Ber gzin-i Zlcelli pak- bihemta tyi
Dost Sultanm,
Nazenin-i Hazret-i Hak sadr- bedr-i kainat,

Nur-i em-i Enbiya em-i era-i ma tuyi


Ya Mevlana hak dost
emsi Tebrizi ki dared nati Peygamber ziber,
Mustafa v Mcteba an seyyid-i ala tyi
Ya tabibel kulb ya Veliyallah Allah dost

1. F. TARIKAT SYATHARIYAH DAN AJARANNYA


Syattariyah adalah aliran tarekat pertama di india pd abad ke-15. Tarekat ini dinisbahkan kpd
Abdullah as -Syattar. Tarekat ini awalnya dikenal di Iran & Transoksania dgn nama Isyqiyah.
Sedangkan di wilayah Turki Usmani,tarekat ini disebut Bistamiyah.Martin Van
Bruinessen.ahli antropologi,menyebutkan bahwa tarekat ini banyak ditemukan di jawa &
sumatra.Tapi,antara satu dgn lainya tdk berhubungan. Tarekat ini relatif gampang berpadu
dgn berbagai tradisi setempat sehingga menjadi tarekat paling mempribumi diantara tarekat
yg ada.
Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa
mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.
Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama
Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah.
Tarekat Syathariyah
Tarekat Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Tarekat
Syaththariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh
Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua
ulama ini diteruskan oleh Syekh Abd al-Rauf al-Sinkili ke nusantara, kemudian
dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau.
Tarekat Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din berkembang pada 4 (empat) kelompok,
yaitu; Pertama. Silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, Silsilah yang dibuat oleh
Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, Silsilah yang diterima oleh
Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; Silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang
ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa aI-Qulub.
Berdasarkan silsilah seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tarekat
Syaththariyah di Minangkabau masih terpelihara kokoh. Untuk mendukung ke1embagaan
tarekat, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan
Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam
Minangkabau, bahkan di propinsi tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya
kelembagaan tarekat Syaththariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan bersafar ke
makam Syekh Burhan al-Din Ulakan.
Adapun ajaran tarekat Syaththariyah yang berkembang di Minangkabau sama seperti yang
dikembangkan oleh Abd al-Rauf al-Sinkili. Masalah pokoknya dapat dikelompokkan pada
tiga;

Bahagian Perama, Ketuhanan dan hubungannya dengan alam. Paham ketuhanan dalam
hubungannya dengan alam ini seolah-olah hampir sama dengan paham Wahdat a1- Wujud,
dengan pengertian bahwa Tuhan dan alam adalah satu kesatuan atau Tuhan itu immanen
dengan alam, bedanya oleh al-Sinkili ini dijelaskannya dengan menekankan pada
trancendennya Tuhan dengan alam. la mengungkapkan wujud yang hakiki hanya Allah,
sedangkan alam ciptaan-Nya bukan wujud yang hakiki. Bagaimana hubungan Tuhan dengan
alam dalam transendennya, al-Sinkili menjelaskan bahwa sebelum Tuhan menciptakan alam
raya (al- a/am), Dia selalu memikirkan (bertaakul) tentang diri-Nya, yang kemudian
mengakibatkan terciptanya Nur Muhammad (cahaya Muhammad). Dari Nur Muhammad itu
Tuhan menciptakan pola-pola dasar (a/ ayan tsabitah), yaitu potensi dari semua alam raya,
yang menjadi sumber dari pola dasar luar (a/-ayan alkharijiyah) yaitu ciptaan dalam bentuk
konkritnya.
Ajaran tentang ketuhanan al-Sinkili di atas, disadur dan dikembangkan oleh Syekh Burhan alDin Ulakan seperti yang terdapat dalam kitab Tahqiq. Kajian mengenai ketuhanan yang
dimuat dalam kitab Tahqiq dapat disimpulkan pada Iman dan Tauhid. Tauhid dalam
pengertian Tauhid syariat, Tauhid tarekat, dan Tauhid hakekat, yaitu tingkatan penghayatan
tauhid yang tinggi.
Bahagian kedua, Insan Kamil atau manusia ideal. Insan kamil lebih mengacu kepada hakikat
manusia dan hubungannya dengan penciptanya (Tuhannya). Manusia adalah penampakan
cinta Tuhan yang azali kepada esensi-Nya, yang sebenarnya manusia adalah esensi dari
esensi-Nya yang tak mungkin disifatkan itu. Oleh karenanya, Adam diciptakan Tuhan dalam
bentuk rupa-Nya, mencerminkan segala sifat dan nama-nama-Nya, sehingga Ia adalah Dia.
Manusia adalah kutub yang diedari oleh seluruh alam wujud ini sampat akhirnya. Pada setiap
zaman ini ia mempunyai nama yang sesuai dengan pakaiannya. Manusia yang merupakan
perwujudannya pada zaman itu, itulah yang lahir dalam rupa-rupa para Nabidari Nabi Adam
as sampat Nabi Muhammad SAW dan para qutub (wali tertinggi pada satu zaman) yang
datang sesudah mereka.
Hubungan wujud Tuhan dengan insan kamil bagaikan cermin dengan bayangannya.
Pembahasan tentang Insan KamiI ini meliputi tiga masalah pokok: Pertama; Masalah Hati.
Kedua Kejadian manusia yang dikenal dengan ayan kharijiyyah dan ayan tsabitah. Ketiga;
Akhlak, Takhalli, tahalli dan Tajalli.
Bahagian keiga, jalan kepada Tuhan (Tarekat). Dalam hal ini Tarekat Syaththariyah
menekankan pada rekonsiliasi syariat dan tasawuf, yaitu memadukan tauhid dan zikir.
Tauhid itu memiliki empat martabat, yaitu tauhid uluhiyah, tauhid sifat, tauhid zat dan tauhid
afal. Segala martabat itu terhimpun dalam kalimah 1a ilaha ilIa Allah. Oleh karena itu kita
hendaklah memesrakan diri dengan La ilaha illa Allah. Begitu juga halnya dengan zikir yang
tentunya diperlukan sebagai jalan untuk menemukan pencerahan intuitif (kasyf) guna
bertemu dengan Tuhan. Zikir itu dimaksudkan untuk mendapatkan al-mawat al-ikhtiyari
(kematian sukarela) atau disebut juga al-mawat al-manawi (kematian ideasional) yang
merupakan lawan dari al mawat al-tabii (kematian alamiah). Namun tentunya perlu
diberikan catatan bahwa marifat yang diperoleh seseorang tidaklah boleh menafikan jalan
syariat.

1. G. TARIKAT NAQSABANDIYAH DAN AJARANNYA


1. 1. Sekilas Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat yg diambil dari mana sendirinya,Syekh Bahaudin Naqsaband dr
Bukhara(1390)Tarekat ini tersebar luas di wilayah Asia Tengah,Volga,&
Kaukasus,China,Indonesia,India,Turki,Eropa & Amerika Utara. Ini adalah satu2nya tarekat
yg silsilah penyampaian ilmunya berakar dari Abu Bakar as-Shidiq. Syeikh Yusup Makassari

(1623-1699)adalah orang pertama yg memperkenalkan tarekat ini di indonesia.


Penyebarannya meluas,dari Makasar,Kalimatan,Sumatra,Jawa Tengah/timur
Tarekat merupakan sebuah organisasi tasawuf dibawah pimpinan seorang Syeikh yang
menerapkan ajarannya kepada para murid-muridnya. Tareqat juga dimaksudkan sebagai suatu
jalan yang dilalui oleh calon sufi dalam mencapai marifat. Tidak mudah bagi seorang sufi
untuk mencapai titik puncak yang harus dicapai olehnya dalam menjalani kehidupan
bertasawuf. Sehingga pilihan lain dari hal ini adalah menjalaninya dengan kehidupan
bertareqat.
Dalam perkembangannya, Tareqat sebagai suatu organisasi keagamaan kaum sufi sudah
banyak lahir dengan corak yang berbeda. Ini sudah berkembang pesat dan tersebar ke Asia
Tenggara, Asia Tengah, Afrika Timur, Afrika Utara, India, Iran dan Turki. Perbedaanperbedaan tersebut dalam realitasnya mengarah kepada tujuan yang sama, yaitu berada
sedekat mungkin dengan Tuhan. Karena Tareqat merupakan sebuah Organisasi yang lahir dari
seorang Syeikh yang berniat ingin melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi maka masing-masing
dari syikeh tersebut tentu punya cara tersendiri dalam pengembangannya tersebut. Terbukti
dengan lahirnya tarekat tersebut semakin berbeda pulalah metode-metode yang digunakan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi mudahnya Tarekat berkembang yaitu : a) Sufi
mempunyai kegemaran mengembara dari sustu tempat ke tempat yang lain. Dalam setiap
persinggahannya para sufi ini sennatiasa menyampaikan ajaran tareqat yang dianutnya. b)
Ajaran Tarekat yang mudah dipahami oleh siapa pun dan tidak mensyaratkan bagi calon
murid mempunyai tingkat inteaktual yang tinggi.[1]
Di Indonesia, Tarekat juga sudah mulai berkembang pada abad ke-13 hijriah. Terbukti pada
periode yang sama lahir 3 organisasi tarekat besar yang berkembang yaitu Qadiriyah,
Naqsabandiyah dan Sattariyah. Kemudian disusul oleh tarekat Rifaiiah yang mengabadikan
beberapa jenis kesenian rakyat aceh.
Sebagai salah satu Tareqat yang juga sudah berkembang di Indonesia ialah Tareqat
Naqsabandiyah juga sebagai salah satu Tareqat yang paling luas penyebarannya. Maka, dalam
pembahasan makalah ini akan di jelaskan hal ihwal tentang Tareqat Naqsabandiyah baik
seputar latar belakang, perkembangan dan penyebarannya di dunia dan khususnya di
Indonesia serta ajaran-ajarannya.
1. 2. Pendiri Tarekat Naqsabandiyah.
Istilah Naqsabandiyah pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad bin Muhammad Baha alDin al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi, yang juga sekaligus sebagai pendiri Tarekat
Naqsabandiyah. Beliau dilahirkan pada tahun 1318 di desa Qasr-i-Hinduvan (yang kemudian
bernama Qasr-i Arifan) di dekat Bukhara, yang juga merupakan tempat di mana ia wafat pada
tahun 1389. Sebagian besar masa hidupnya dihabiskan di Bukhara, Uzbekistan serta daerah di
dekatnya, Transoxiana. Ini dilakukan untuk menjaga prinsip melakukan perjalanan di dalam
negeri, yang merupakan salah satu bentuk laku seperti yang ditulis oleh Omar Ali-Shah
dalam bukunya Ajaran atau Rahasia dari Tariqat Naqsyabandi. Perjalanan jauh yang
dilakukannya hanya pada waktu ia menjalankan ibadah haji dua kali.
Dari awal, ia memiliki kaitan erat dengan Khwajagan, yaitu para guru dalam mata rantai
Tariqat Naqsyabandi. Sejak masih bayi, ia diadopsi sebagai anak spiritual oleh salah seorang
dari mereka, yaitu Baba Muhammad Sammasi. Sammasi merupakan pemandu pertamanya
dalam mempelajari ilmu tasawuf. tepatnya ketika ia menginjak usia 18 tahun, dan yang lebih
penting lagi adalah hubungannya dengan penerus (khalifah) Sammasi, yaitu Amir Sayyid
Kulal al-Bukhari (w. 772/1371). Dari Kulal inilah ia pertama kali belajar terekat yang
didirikannya.

Terakat Naqsabandiyah adalah satu-satunya tarekat terkenal yang silsilah penyampaian ilmu
spritualnya kepada Nabi Muhammad saw. melalui penguasa Muslim pertama yakni Abu
Bakar Shidiq , tidak seperti tarekat-tarekat sufi terkenal lainnya yang asalnya kembali kepada
salah satu imam Syiah, dan dengan demikian melalui Imam Ali, sampai Nabi Muhammad
SAW. Tariqat Naqshbandiyah terbina asas dan rukunnya oleh 5 bintang yang bersinar diatas
jalan Rasulullah (s.a.w) ini dan inilah yang merupakan ciri yang unik bagi tariqat ini yang
membezakannya daripada tariqat lain. Lima bintang yang bersinar itu ialah Abu Bakr asSiddiq,Salman Al-Farisi,Bayazid al-Bistami,Abdul Khaliq al-Ghujdawani dan Muhammad
Bahauddin Uwaysi a-Bukhari yang lebih dikenali sebagai Shah Naqshband Imam yang
utama didalam tariqat ini.
3. Perkembangan Tarekat Naqsabandiyah
a. Gambaran Umum Perkembangan Tarekat Naqsabandiyah
Dalam perkembangannya Tarekat Naqsabandiyah sudah menyentuh lapisan masyarakat
muslim di berbagai wilayah, dengan dampak dan pengaruhnya Tarekat ini pertama kali
berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Di Asia
Tengah bukan hanya di kota-kota penting, melainkan di kampung-kampung kecil pun tarekat
ini mempunyai Zawiyah (padepokan sufi) dan rumah peristirahatan Naqsabandi sebagai
tempat berlangsungnya aktivitas keagamaan yang semarak[5] Disamping itu tarekat ini juga
berkembang Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural.
Pengaruh mereka mungkin paling kuat di Turki dan wilayah Kurdistan, dan yang paling
lemah adalah di Pakistan. Pada masa pemerintahan Soviet, pengaruh Naqsyabandiyah sangat
terasa pada gerakan Islam bawah tahan di Kaukasus Asia Tengah. Namun, pada akhirnya
pemerintahan Soviet tidak diikuti perkembangan Naqsyabandiyah di permukaan.
Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag dalam areka-areka Mukabarah di Indonesia
memberikan ciri-ciri yang menonjol dalam tarekat ini[6] yaitu :
1. Mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah dan menolak musik dan
tari dalam ibadah dan lebih menyukai berzikir dalam hati.
2. Upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa
serta mendekatkan negara pada agama. Berbeda dengan tarekat lainnuya, tarekat
naqsabandiyah tidak menganut kebijaksanan isolasi diri dalam menghadapi
pemerintahan yang sedang berkuasa saat itu. Sebaliknya berusaha untuk mengubah
pandangan mereka melalui gerakan politiknya.
3. membebankan tanggung jawab yang sama kepada para penguasa sebagai usaha untuk
memperbaik masyarakat.
b. Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah dan Tokohnya
Baha al-Din Naqsabandi sebagai pendiri tarekat ini, dalam menjalankan aktivitas dan
penyebaran tarekatnya mempunyai khalifah utama, yaitu Yaqub Carkhi, Ala al-Din Aththar
dan Muhammad Parsa. Yang paling menonjol dalam perkembangan selanjutnya adalah
Ubaidillah Ahrar. Ubaidillah terkenal dengan Syeikh yang memilki banyak lahan, kekayaan,
dan harta. Ia mempunyai watak yang sederhana dan ramah, tidak suka kesombongan dan
keangkuhan. Ia menganggap kesombongan dan keangkuhan merendahkan tingkat moral
seseorang dan melemahkan tali pengikat spritual.[7] Ia juga berjasa dalam meletakkan ciri
khas tarekat ini yang terkenal dalam menjalin hubungan akrab dengan para penguasa saat itu
sehingga ia mendapat dukungan yang luas jangkauannya. Pada tatanan selanjutnya tarekat ini
mulai menyebarkan gerakannya diluar Islam.

Tokoh lain yang berperan besar dalam penyebaran tarekat ini secara geografis adalah Said alDin Kashghari. Ia juag telah membaiat penyair dan ulama besar Abd al-Rahman Jami ia
yang kemudian mempopulerkan tarekat ini dikalangan istana. Kontribusi utama Jami adalah
paparannya tentang pemikiran Ibnu Arabi dan mengomentari karya-karya Ibnu Arabi, Rumi,
Parsa dan sebagainya, sehingga tersusun dalam gubahan syair yang mudah dipahami dari
gagasan mereka tersebut.
Di India, Tarekat ini mulai tersebar pada tahun 1526. Baqi Billah, dilahirkan di Kabul
merupakan syeikh yang menyebarkan ajaran Tarekat ini di India. Ia mengembangkan ajaran
Tarekat ini kepada orang awam dan kaum bangsawan Mughal. Dakwahnya di India
berlangsung selama 5 tahun. Hampir semua garis silsilah pengikut Naqsabandiyah di India
mengambil garis spritual mereka melalui Baqi Biillah dan Khalifahnya Ahmad Sirhindi.[8]
Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai
menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani (Pembaru Milenium kedua).
Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh Asia
Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah.[9] Orientasi Baru yang di
bawa Sirhindi ini terlihat pada pemahamannya yang menolak paham Wahdatul Wujud yang
dibawa Ibnu Arabi. Sirhindi sangat menuntut murid-muridnya agar berpegang secara cermat
pada Al-Quran dan Tradisi-tradisi Nabi.
1. c. Pelopor dan Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah Di Nusantara
AjaranTarekat Naqsabandiyah di Indonesia pertama kali di perkenalkan oleh Syeikh Yusuf
Al-Makassari(1626-1699). Seperti disebutkan dalam bukunya safinah al-Najah ia telah
mendapat ijazah dari Syeikh Naqsabandiyah yaitu Muhammad Abd al Baqi di Yaman dan
mempelajari tarekat ini ketika berada di Madinah dibawah bimbingan Syaikh Ibrahim alKurani. Syeikh Yusuf berasal dari Kerajaan Gowa Sulawesi. Pada tahun 1644 ia pergi ke
Yaman kemudian diteruskan lagi ke makkah, madinah untuk menuntut ilmu dan naik haji.
Karena kondisi politik saat itu, ia mengrungkan niatnya untuk pulang ke tanah kelahirannya
di Makassar sehingga membawanya menetap di Jawa Barat Banten hingga ia menikah
dengan putri Sultan Banten. Kehadirannya di Banten membawa sumbangan besar dalam
mengangkat nama Banten sebagai pusat pendidikan Islam. mIa terkenal sebagai ulama
Indonesia pertama yang menulis tentang tarekat ini.
Syeikh Yusuf telah menulis berbagai risalah mengenai Tasawuf dan menulis surah-surah
tentang nasihat kerohanian untuk orang-orang penting. Kebanyakan risalah dan surahsurahnya ditulis dalam bahasa Arab dan Bugis[10]. Didalam tulisan-tulisannya, Syeikh Yusuf
tetap konsisten pada paham Wahdaul Wujud dan menekankan akan pentingnya meditasi
melalui seorang Syeikh (Tawassul) dan kewajiban sang murid untuk patuh tanpa banyak
tanya kepada gurunya. Ia mengemukakan bahwa kepatuhan paripurna kepada syeikh
merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi demi pencapaian spiritual.[11]
Tarekat Naqsabandiyah menyebar di nusantara berasal dari pusatnya di Makkah, yang dibawa
oleh para pelajar Indonesia yang beajar disana dan oleh para jemaah haji Indonesia. Mereka
ini kemudian memperluas dan menyebarkan tarekat ini keseluruh pelosok nusantara.
Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Nusantara dapat dilihat dari para tokoh-tokoh tarekat
ini yang mengambangkan ajaran Tareqat Naqsabandiyah di bebarapa pelosok nusantara
diantaranya adalah :
1. Muhammad Yusuf adalah yang dipertuan muda di kepulauan Riau, beliau menjadi
sultan di pulau tempat dia tinggal. Dan mempunyai istana di penyengat dan di Lingga.
2. Di Pontianak, sebelum perkembangannya telah ada Tarekat Naqsabandiyah
Mazhariyah. Tarekat Naqsabandiyah mulai dikembangkan oleh Ismail Jabal yang

merupakan teman dari Usman al-Puntani (ulama yang terkenal di Pontianak sebagai
penganut Tasawuf dan penerjemah tak sufi)
3. Di Madura, Tarekat Naqsabandiyah sudah hadir pada abad ke 11 hijriyah. Tarekat
Naqsabandiyah Mazhariyah merupakan Tarekat yang paling berpengaruh di Madura
dan juga di beberapa tempat lain yang banyak penduduknya bersal dari madura,
seperti surabaya, Jakarta, dan Kalimantan Barat.
4. Di Dataran Tinggi Minangkabau tarekat Naqsabandiyah adlah yang paling padat.
Tokohnya adalah jalaludin dari Cangking, Abd al Wahab, Tuanku Syaikh Labuan di
Padang. Perkembangannya di Minangkabau sangat pesat hingga sampai ke
silungkang, cangking, Singkarak dan Bonjol.
5. Di Jawa Tengah berasal dari Muhammad Ilyas dari Sukaraja dan Muhammad Hadi
dari Giri Kusumo. Popongan menjadi salah satu pusat utama Naqsabandiyah di Jawa
Tengah.\
Perkembangan selanjutnya di Jawa antara lain di Rembang, Blora, Banyumas-Purwokerto,
Cirebon, Jawa Timur bagian Utara, Kediri, dan Blitar.
Tarekat ini merupakan satu-satunya tarekat yang terwakili di semua provinsi yang
berpenduduk mayoritas muslim. Tarekat ini sudah tersebar hampir keseluruh provinsi yang
ada di tanah air yakni sampai ke Jawa, Sulawesi Selatan, Lombok, Madura, Kalimantan
Selatan, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan Barat, dan daerah-daerah lainnya.
Pengikutnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dari yang berstatus sosial rendah sampai
lapisan menengah dan lapisan yang lebih tinggi.
d. Ajaran Tarekat Naqsabandiyah
1). Azas-Azas
Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan
oleh Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha al-Din
Naqsyaband. Asas-asas ini disebutkan satu per satu dalam banyak risalah, termasuk dalam
dua kitab pegangan utama para penganut Khalidiyah, Jami al-Ushul Fi al-Auliya. Kitab
karya Ahmad Dhiya al-Din Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari Makkah oleh tidak
sedikit jamaah haji Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kitab yang satu
lagi, yaitu Tanwir al-Qulub oleh Muhammad Amin al-Kurdi dicetak ulang di Singapura dan
di Surabaya, dan masih dipakai secara luas. Uraian dalam karya-karya ini sebagian besar
mirip dengan uraian Taj al-Din Zakarya (Kakek spiritual dari Yusuf Makassar)
sebagaimana dikutip Trimingham. Masing-masing asas dikenal dengan namanya dalam
bahasa Parsi (bahasa para Khwajagan dan kebanyakan penganut Naqsyabandiyah India).[12]
Asas-asasnya Abd al-Khaliq[13] adalah:
1. Hush dar dam: sadar sewaktu bernafas. Suatu latihan konsentrasi: sufi yang
bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika
berhenti sebentar di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan
Allah, memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang lebih hampir kepada
Allah; lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh
dari Allah (al-Kurdi).
2. Nazar bar qadam: menjaga langkah. Sewaktu berjalan, sang murid haruslah
menjaga langkah-langkahnya, sewaktu duduk memandang lurus ke depan,
demikianlah agar supaya tujuan-tujuan (ruhani)-nya tidak dikacaukan oleh segala hal
di sekelilingnya yang tidak relevan.

3. Safar dar watan: melakukan perjalanan di tanah kelahirannya. Melakukan


perjalanan batin, yakni meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai
manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia. [Atau,
dengan penafsiran lain: suatu perjalanan fisik, melintasi sekian negeri, untuk mencari
mursyid yang sejati, kepada siapa seseorang sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan
menjadi perantaranya dengan Allah (Gumusykhanawi)].\
4. Khalwat dar anjuman: sepi di tengah keramaian. Berbagai pengarang memberikan
bermacam tafsiran, beberapa dekat pada konsep innerweltliche Askese dalam
sosiologi agama Max Weber. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa,
anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini
sebagai menyibukkan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa
memperhatikan hal-hal lainnya bahkan sewaktu berada di tengah keramaian orang;
yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan
bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya tetap terpaut kepada Allah
saja dan selalu wara. Keterlibatan banyak kaum Naqsyabandiyah secara aktif dalam
politik dilegitimasikan (dan mungkin dirangsang) dengan mengacu kepada asas ini.
5. Yad kard: ingat, menyebut. Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir tauhid
(berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang diberikan oleh guru
seseorang, dalam hati atau dengan lisan. Oleh sebab itu, bagi penganut
Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjamaah ataupun sendirian
sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran
akan Allah yang permanen.
6. Baz gasyt: kembali, memperbarui. Demi mengendalikan hati supaya tidak
condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur), sang murid harus membaca
setelah dzikir tauhid atau ketika berhenti sebentar di antara dua nafas, formula ilahi
anta maqsudi wa ridlaka mathlubi (Ya Tuhanku, Engkaulah tempatku memohon dan
keridlaan-Mulah yang kuharapkan). Sewaktu mengucapkan dzikir, arti dari kalimat ini
haruslah senantiasa berada di hati seseorang, untuk mengarahkan perasaannya yang
halus kepada Tuhan semata.
7. Nigah dasyt: waspada. Yaitu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu
melakukan dzikir tauhid, untuk mencegah agar pikiran dan perasaan tidak
menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Tuhan, dan untuk memlihara pikiran dan
perilaku seseorang agar sesuai dengan makna kalimat tersebut. Al-Kurdi mengutip
seorang guru (anonim): Kujaga hatiku selama sepuluh hari; kemudian hatiku
menjagaku selama dua puluh tahun.
8. Yad dasyt: mengingat kembali. Penglihatan yang diberkahi: secara langsung
menangkap Zat Allah, yang berbeda dari sifat-sifat dan nama-namanya; mengalami
bahwa segalanya berasal dari Allah Yang Esa dan beraneka ragam ciptaan terus
berlanjut ke tak berhingga. Penglihatan ini ternyata hanya mungkin dalam keadaan
jadzbah: itulah derajat ruhani tertinggi yang bisa dicapai.
Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandi[14]:
1. Wuquf-i zamani: memeriksa penggunaan waktu seseorang. Mengamati secara
teratur bagaimana seseorang menghabiskan waktunya. (Al-Kurdi menyarankan agar
ini dikerjakan setiap dua atau tiga jam). Jika seseorang secara terus-menerus sadar dan
tenggelam dalam dzikir, dan melakukan perbuatan terpuji, hendaklah berterimakasih
kepada Allah, jika seseorang tidak ada perhatian atau lupa atau melakukan perbuatan
berdosa, hendaklah ia meminta ampun kepada-Nya.
2. Wuquf-i adadi: memeriksa hitungan dzikir seseorang. Dengan hati-hati beberapa
kali seseorang mengulangi kalimat dzikir (tanpa pikirannya mengembara ke mana-

mana). Dzikir itu diucapkan dalam jumlah hitungan ganjil yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Wuquf-I qalbi: menjaga hati tetap terkontrol. Dengan membayangkan hati
seseorang (yang di dalamnya secara batin dzikir ditempatkan) berada di hadirat Allah,
maka hati itu tidak sadar akan yang lain kecuali Allah, dan dengan demikian perhatian
seseorang secara sempurna selaras dengan dzikir dan maknanya. Taj al-Din
menganjurkan untuk membayangkan gambar hati dengan nama Allah terukir di
atasnya.
2). Zikir dan Wirid
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu
berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan
latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen.
Pertama sekali, Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal
dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, tersembunyi, atau qalbi, dalam hati),
sebagai lawan dari dzikir keras (dhahri) yang lebih disukai tarekat-tarekat lain. Kedua, jumlah
hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah daripada
kebanyakan tarekat lain.
Dzikir dapat dilakukan baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri. Banyak penganut
Naqsyabandiyah lebih sering melakukan dzikir secara sendiri-sendiri, tetapi mereka yang
tinggal dekat seseorang syekh cenderung ikut serta secara teratur dalam pertemuanpertemuan di mana dilakukan dzikir berjamaah. Di banyak tempat pertemuan semacam itu
dilakukan dua kali seminggu, pada malam Jumat dan malam Selasa; di tempat lain
dilaksanakan tengah hari sekali seminggu atau dalam selang waktu yang lebih lama lagi.
Tarekat Naqsabandiyah mempunyai dua macam zikir yaitu[15]:
1. Dzikir ism al-dza, mengingat yang Haqiqi dan dzikir tauhid, mengingat keesaan.
Yang duluan terdiri dari pengucapan asma Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan
kali (dihitung dengan tasbih), sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan semata.
2. Dzikir auhid (juga dzikir tahlil atau dzikir nafty wa itsbat) terdiri atas bacaan
perlahan disertai dengan pengaturan nafas, kalimat la ilaha illa llah, yang dibayangkan
seperti menggambar jalan (garis) melalui tubuh. Bunyi la permulaan digambar dari
daerah pusar terus ke hati sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha turun ke kanan dan
berhenti pada ujung bahu kanan. Di situ, kata berikutnya, illa dimulai dengan turun
melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata Allah di
hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang membayangkan jantung itu mendenyutkan
nama Allah dan membara, memusnahkan segala kotoran.
Variasi lain yang diamalkan oleh para pengikut Naqsyabandiyah yang lebih tinggi
tingkatannya adalah dzikir lathaif. Dengan dzikir ini, orang memusatkan kesadarannya (dan
membayangkan nama Allah itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-turut pada tujuh
titik halus pada tubuh.
7 Tingkatan zikir ini adalah[16] :
1. Mukasyah. Mula-mula zikir dengan nama Allah dalam hati sebanyak 5000 kali sehari
semalam. Kemudian melaporkan kepada syeikh untuk di naikkan zikirnya menjadi
6000 kali sehari-semalam. Zikir 5000 dan 6000 itu dinamakan maqam perama.
2. lahifah (jamak lathaif), zikir ini antara 7000 hingga 11.000 kali sehari-semalam.
Terbagi kepada tujuh macam yaitu qalb (hati), ruh (jiwa), sirr (nurani terdalam), khafi
(kedalaman tersembunyi), akhfa (kedalaman paling tersembunyi), dan nafs nathiqah

(akal budi),. Lathifah ketujuh, kull jasad sebetulnya tidak merupakan titik tetapi
luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila seseorang telah mencapai tingkat dzikir yang
sesuai dengan lathifah terakhir ini, seluruh tubuh akan bergetar dalam nama Tuhan.
Ternyata lathaif pun persis serupa dengan cakra dalam teori yoga. Memang, titik-titik
itu letaknya berbeda pada tubuh, tetapi peranan dalam psikologi dan teknik meditasi
seluruhnya sama saja.
3. Nafi Isba, pada tahap ini, atas pertimbangan syeikh, diteruskan zikirnya dengan
kalimat la ilaha illa Allah. Merupakan maqam ke-tiga
4. Waqaf Qalbi
5. Ahadiah
6. Maiah
7. ahlil, Setelah samapat pada maqam terakhir ini maka sang murid tersebut akan
memperolah gelar Khalifah, dengan ijazah dan berkewajiabn menyebarluaskan ajaran
tarekat ini dan boleh. Mendirikan suluk yang dipimpin oleh mursyid.
Ajaran tarekat naqsabandiyah
Ajaran dasar Tarekat Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok
yaitu: syariat, thariqat, hakikat dan marifat. Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ini pada
prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin
merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak kepermukaan dan memiliki
tata aturan adalah suluk atau khalwat. Suluk ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke
tempat yang terpencil, guna melakukan zikir di bawah bimbingan seorang syekh atau
khalifahnya selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara
bersuluk ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah
melewati masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan
dan minumnya diatur sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua
pikirannya sepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau
khalifah.
Sebelum suluk ada beberapa tahapan yaitu; Talqin dzikir atau baiat dzikir, tawajjuh, rabithah,
tawassul dan dzikir. Talqin dzikir atau baiat dzikir dimulai dengan mandi taubat, bertawajjuh
dan melakukan rabithah dan tawassul yaitu melakukan kontak (hubungan) dengan guru
dengan cara membayangkan wajah guru yang mentalqin (mengajari dzikir) ketika akan
memulai dzikir.
Dzikir ada 5 tingkatan, murid belum boleh pindah tingkat tanpa ada izin dari guru. Kelima
tingkat itu adalah (a) dzikir ism al-dza, (b) dzikr al-laaif, (c) dzikir naf wa isba, (d) dzikir
wuquf dan ( e) dzikir muraqabah.
Ajaran Asasnya:
1. Ismu Zat (Allah), Nafi Isbat (La ilaha Illa Allah)
2. 2. Baz Ghast kembali kpd Allah
3. 3. Nigah Dasyat
menjaga, mengawasi, memelihara , bersungguh-sungguh.
1. 4. Yad Dasyat

mengingati Allah secara bersungguh


Zikir memelihara hati dalam setiap nafas
1. 5. Hosh Dar Dam
sadar dalam nafas/berzikir secara sedar dalam nafas/empat ruang nafas,
-2 ruang nafas keluar masuk, dua ruangan antara nafas keluar masuk/zikirnya adalah ALLAH
1. 6. Nazar Bam Qadar
Bila berjalan sentiasa memandang ke arah kakinya, jangan melebihkan pandang , duduk
pandang ke hadapan, merendahkan pandangan, jangan toleh kiri dan kanan
1. 7. Safar dar watan Bersiar-siar dalam kampong dirinya/ meningkatkan dirinya kpd
sifat malaikat:
Taubat
Inabat
Sabar
Syukur
Qanaah
Wara
Taqwa
Taslim
Tawakkal
Redha
Perjalanan ada dua jenis:
a) Perjalanan luar: dari satu tempat ke satu tempat mencari pembimbing Rohani
b) Perjalanan dalam- tinggalkan segala tabiat buruk kepada adab tertib yang baik dan
mengeluarkan segala isi hainya dari keduniaan (Dalam hatinya akan muncul segala
apa yang diperlukan olehnya dalam kehidupan ini dan kehidupan mereka yang berada
di sampaingnya)
2. 8. Khalwat dar Anjuman
Bersendirian dalam keramaian/Khalawt kabir dan jalwat (Apabila sudah mencapai
fana menerusi zikir fikir dan semua dari luaran difanakan, pada waktu itu deria dalam
bebas meneroka ke alam kebesaran dan keagungan kerajaan Allah SWT.)
3. 9. Wukuf Qalbi
Tumpuan hati dan hati pula tumpu pada Allah
10. Wuquf Abadi
memerhatikan bilangan ganjil dalam zikir naf isbat
11. Wuquf zamani
Selepas solat lakukan beberapa minit sentiasa memerhatikan hati bertawajjuh kepada Allah
swt
Selang beberapa jam/setiap jam semak semula kedaan hati , mempastikan hati sentiasa
ingat kepada Allah

Cabang:
Yasawi Kwajagan
Sidiqiyah Saidina Abu Bakar as Siddiq
Taifuriyah Abu Yazid Bustami
Khawajahganiyah Abdul Khaliq Ghudjuwani
Naqsyabandiyah Muhammad Bahauddin
Ahrariyah Ubaidullah Ahrar Ragamatullah
Mujaddidiyah Syekh Ahmad Faruqi Sirhindi
Mazhariyah Mirza Mashar Jan janan Syahid
Aliyah Shah Abdullah Ghulam Ali Dehlawi
Khalidiyah Syekh Ziauuddin Muahammad Khalid Uthmani Kurdi

1. H. TARIKAT SUHRAWARDIYAH DAN AJARANNYA


Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi,
dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekattarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya. India,
Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktikitas mistik mereka melalui metode dan tokohtokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar kelompokkelompok Sufi.Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam
secara lengkap untuk Persepsi terhadap Realitas.
Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan
legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial
untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa
itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan
pemikiran yang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.
Syihabuddin Yahya ibn Habasyi ibn Amirak dari Suhrawardi (dekat Zanjan di Iran baratlaut), dalam tradisi filosofis dan mistik (tasawuf) di dunia Islam timur, dikenal sebagai
Syaikh Al-Isyraq (Guru Pencerah) menyusul aliran Isyraqiyyah dalam teosofi dan
filsafat dimana dia dianggap sebagai pendirinya. Dipenjara di Aleppo atas perintah putra
Shaladin, Al-Malik Azh-Zhahir, dan dihukum mati pada tahun 1191 dalam usia 38 tahun,
dan karena inilah dia dikenal sebagai Suhrawardi Maqtul (yang dihukum mati), untuk
membedakannya dari beberapa Suhrawardi terkenal lainnya.
Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi kuno, Junaid al-Baghdadi,
dianggap sebagai pendiri tarekat ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya tarekattarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh pengikut Naqsyabandi dan lainnya.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktikitas mistik mereka melalui metode dan
tokoh-tokoh tarekat, kendati pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar kelompokkelompok Sufi.
Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik kepada latihan diam secara lengkap
untuk Persepsi terhadap Realitas.
Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali, untuk seluruh bentuk, hanya merupakan
legenda atau fiksi. Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi esensial
untuk mempersiapkan dasar bagi pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa
itu, diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana mengembangkan keadaan
pemikiranang sudah berubah, yang membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.
IBNU YUSUF SI TUKANG KAYU

Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan
sebagian hidupnya selama bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang berisi
banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.
Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata padanya: Aku sekarang berhasil
memperoleh pengetahuan kuno yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku
selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku menyelesaikan proses yang akan
membuatku muda lagi dan abadi.
Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali merasa segan untuk
menyelesaikannya. Si pelayan memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam
sebuah tong besar, diisi dengan cairan tertentu.
Aku tidak dapat membunuhmu, ujar pelayan.
Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau akan kehilangan. Ambillah pedang
ini. Jaga terus tong ini, jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau lakukan.
Setelah duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan keluarkan aku. Aku akan memperoleh
kembali kemudaanku.
Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai merasa sangat tidak nyaman, dan
semua jenis keraguan pun menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran
anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan majikannya, tetapi ia cuma
dapat menjawab, Sementara ini ia tidak di sini.
Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan berbuat sesuatu pada majikannya
sehubungan dengan lenyapnya dia. Biarkan memeriksa rumah, kata mereka, Jika kami
tidak menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai majikanmu muncul.
Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat itu sudah berlangsung selama
duapuluh satu hari. Tetapi ia mengambil keputusan, dan berkata;
Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan kemudian aku siap ikut denganmu.
Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.
Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis seperti majikannya, kendati cuma
setinggi tangan, melompat keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus berucap.
Terlalu cepat, terlalu cepat
Kemudian, saat pelayan masih memandang dengan terkejut, benda kecil itu lenyap di udara.
Pelayan keluar dari kamar, petugas menangkapnya. Majikannya tidak pernah terlihat lagi,
kendati banyak sekali legenda tentang Nazar bin Yusuf si tukang kayu; tetapi harus kita
tinggalkan untuk kesempatan lain.
GADIS YANG KEMBALI DARI KEMATIAN
Pada zaman dulu terdapat seorang gadis cantik; putri seorang pria yang baik, seorang
perempuan yang kecantikan dan kehalusan gerak-geriknya tiada banding.
Ketika usianya dewasa, tiga pemuda, masing-masing menunjukkan kapasitas yang tinggi dan
menjanjikan, melamarnya.
Setelah memutuskan bahwa ketiganya sebanding, sang ayah menyerahkan keputusan akhir
pada putrinya.

Berbulan-bulan sudah, dan si gadis tampaknya belum juga mengambil keputusan.


Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit. Dalam beberapa saat ia meninggal. Ketiga pemuda tersebut,
bersama-sama ikut ke makam, membawa jasadnya ke pemakaman dan dikebumikan dengan
kesedihan yang sangat dalam.
Pemuda pertama, menjadikan pusara sebagai rumahnya, menghabiskan malam-malamnya di
sana dalam penderitaan dan perenungan, tidak dapat memahami berjalannya takdir yang
membawanya pergi.
Pemuda kedua, memilih jalanan dan berkelana ke seluruh dunia mencari pengetahuan,
menjadi seorang fakir.
Pemuda ketiga, menghabiskan waktunya untuk menghibur sang ayah yang kehilangan.
Sekarang, pemuda yang menjadi fakir dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat di mana
terdapat seorang yang terkenal karena karya seninya yang luar biasa. Melanjutkan pencarian
pengetahuan, ia kemudian berdiri di sebuah pintu, dan diterima di meja tuan rumah.
Ketika tuan rumah mengundangnya makan, ia sudah mulai menyantap hidangan ketika
seorang anak kecil menangis, cucu orang bijak tersebut.
Si guru menggendong bocah dan melemparnya ke api.
Seketika si fakir melompat dan meninggalkan rumah, menangis:
Iblis keji! Aku sudah membagi penderitaanku ke seluruh dunia, tetapi kejahatan ini melebihi
semua yang pernah dicatat sejarah!
Jangan berpikir apa pun, ujar tuan rumah, Untuk hal-hal sederhana akan tampak muncul
secara terbalik, kalau engkau tidak memiliki pengetahuan.
Sambil berkata, ia membaca suatu mahtera dan mengacungkan sebuah emblem berbentuk
aneh, bocah tersebut keluar dari api tanpa luka.
Si fakir mengingat-ingat kata-kata dan emblem tersebut, pagi berikutnya ia kembali ke
pemakaman di mana kekasihnya dimakamkan.
Singkat kata, si gadis berdiri di depannya, kembali hidup sepenuhnya.
Gadis itu kembali ke ayahnya, sementara para pemuda berselisih siapa diantara mereka yang
bakal dipilih.
Yang pertama berkata, Aku tinggal di pusara, memeliharanya dengan kesiap-siagaanku,
berhubungan dengannya, menjaga kebutuhan ruhnya akan dukungan duniawi.
Yang kedua mengatakan, Kalian berdua mengabaikan kenyataan, bahwa akulah yang
sesungguhnya berkeliling dunia mencari pengetahuan, dan akhirnya menghidupkannya
kembali.
Yang ketiga mengatakan, Aku telah berduka untuknya, dan seperti seorang suami serta
menantu aku tinggal di sini, menghibur ayah, membantu merawatnya.
Mereka meminta si gadis menjawab, yang kemudian dijawabnya:

Ia yang menemukan mantera untuk mengembalikan aku, adalah seorang pengasih sesama
manusia; ia yang merawat ayahku seolah anak baginya; ia yang berbaring di sisi pusaraku
ia bertindak seperti seorang kekasih. Aku akan menikahinya.
PERUMPAMAAN TUAN RUMAH DAN TAMU
Para guru seperti tuan di rumahnya sendiri. Tamu-tamunya adalah mereka yang mencoba
mempelajari Jalan. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak pernah di rumah tersebut
sebelumnya, dan mereka hanya mempunyai pemikiran yang samar, seperti apa sebenarnya
rumah tersebut. Meskipun demikian, rumah itu ada.
Ketika tamu memasuki rumah dan melihat tempat khusus untuk duduk, mereka bertanya,
Apakah ini? Dijawab, Ini tempat di mana kami duduk. Maka mereka duduk di kursi,
dengan sedikit kesadaran tentang fungsi kursi.
Tuan rumah menjamu mereka, tetapi mereka terus bertanya, kadang-kadang tidak
berhubungan. Sebagai tuan rumah yang baik, ia tidak menyalahkan mereka. Mereka ingin
tahu, misalnya, di mana dan kapan mereka akan makan. Mereka tidak tahu kalau tidak
seorang pun sendirian, dan pada saat itu juga ada orang lain yang memasak makanan, serta
terdapat ruang lain di mana mereka akan duduk dan menikmati makanan. Karena mereka
tidak dapat melihat makanan atau persiapannya, maka mereka bingung, barangkali penuh
keraguan, kadang-kadang perasaannya kurang tentram.
Tuan rumah yang baik, mengetahui masalah tamunya, harus menentramkan mereka, sehingga
mereka dapat menikmati makanan saat disajikan. Pada mulanya mereka segan mendekati
makanan. Sebagian tamu cepat mengerti dan menghubungkan satu hal tentang rumah tersebut
kepada yang lain. Mereka ini adalah orang-orang yang dapat mengkomunikasikan kepada
teman mereka yang lambat. Tuan rumah, sementara itu, memberi jawaban kepada masingmasing tamu sesuai kapasitasnya memahami kesatuan dan fungsi sebuah rumah.
Namun hal itu tidaklah cukup untuk keberadaan sebuah rumah karena harus siap menerima
tamu maka harus ada tuan rumahnya. Seseorang harus latihan secara aktif tentang fungsi
rumah, supaya orang asing yang menjadi tamu serta mereka yang menjadi tanggung jawab
tuan rumah, memungkinkannya terbiasa dengan rumah tersebut. Pada awalnya, sebagian
besar dari mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah tamu, dan apa makna tamu
sesungguhnya; apa yang dapat mereka bawa, dan apa yang diberikan kepada mereka.
Tamu yang berpengalaman, yang telah belajar tentang rumah dan keramahan, pada akhirnya
berkurang kikuknya, dan ia kemudian berada pada kedudukan untuk lebih memahami rumah
dan beberapa bentuk kehidupan di dalamnya. Sementara ia tetap mencoba memahami apa
rumah itu, atau mencoba mengingat aturan-aturan etika, perhatiannya terlalu banyak disita
oleh faktor-faktor ini sehingga dapat meneliti, katakanlah, keindahan, nilai atau fungsi
perabotan.
ILMU PERBINTANGAN
Suatu ketika, melalui ilmunya, seorang Sufi mengetahui bahwa sebuah kota akan diserang
musuh. Ia mengatakannya kepada tetangga, yang menyadari bahwa ia orang yang jujur tetapi
sederhana, kemudian menganjurkan:
Aku yakin kalau engkau benar, dan engkau harus pergi memberitahu raja. Tetapi jika engkau
ingin dipercaya, tolong katakan bahwa engkau diilhami, bukan dari kearifan, tetapi dari ilmu
perbintangan. Maka ia akan bertindak, dan kota mungkin selamat.
Sufi tersebut melakukannya, dan penduduk kota diselamatkan dengan tindakan pencegahan
yang tepat.

PERKATAAN SYEIKH ZIAUDDIN


Pembenaran diri lebih buruk daripada perasaan murni.
TIGA CALON SUFI
Tiga orang berhasil memasuki lingkaran Sufi, meminta izin untuk pengajarannya. Salah
seorang diantara mereka hampir saja melepaskan diri, marah karena perilaku aneh sang guru.
Yang kedua, diberitahu oleh murid-murid lainnya (atas petunjuk guru) bahwa guru tersebut
seorang penipu. Ia segera mengundurkan diri.
Yang ketiga dibiarkan bicara, tetapi ia sama sekali tidak ditawari pelajaran dalam waktu yang
lama, hingga ketertarikannya hilang dan meninggalkan lingkaran tersebut.
Ketika semuanya pergi, sang guru berkata demikian:
Orang pertama adalah gambaran tentang prinsip: Jangan menilai hal-hal fundamental
melalui penglihatan.
Orang kedua adalah gambaran tentang keputusan, Jangan menilai hal-hal yang amat penting
hanya dengan mendengarkan.
Orang ketiga adalah contoh tentang ucapan: Jangan menilai melalui pidato (ceramah), atau
kekurangan akan hal itu.
Ditanya oleh murid, mengapa para pelamar tidak diberi petunjuk dalam persoalan tersebut,
sang guru menjawab:
Aku di sini untuk memberi pengetahuan yang lebih tinggi; bukan mengajar orang-orang
yang menganggap bahwa mereka sudah tahu di lutut ibunya.
MEMBUATKU BERPIKIR TENTANG
Suhrawardi mengatakan:
Aku pergi menemui teman, dan kami duduk mengobrol.
Terdapatlah seekor unta melintas dengan lambat, dan aku berkata padanya:
Apa yang membuatmu berpikir?
Katanya, Makanan.
Tetapi engkau bukan orang Arab; sejak kapan daging unta untuk makanan?
Tidak, tidak seperti itu, katanya. Kau lihat, semuanya membuatku berpikir tentang
makanan.

TAREKAT KHALWATIYAH
28 Mar 2010

Ragam

Republika

Berjuang Melawan Penjajah hingga Rezim Otoriter


Umumnya, nama sebuah tarekat sufi diambil dari nama sang pendiri. Seperti Tarekat
Qadiriyah dari Syekh AbdulQadir al-Jailani atau Tarekat Naqsyabandiyah dari Muhammad
Bahauddin Naqsyabandi. Tapi, Tarekat Khalwatiyah justru diambil dari kata khalwat yang
artinya menyendiri untuk merenung.
Secara naab, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Tarekat Az-Zahidiyah, cabang dari
Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin
Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H).
Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, ajaran Tarekat
Khalwatiyah pertama kali muncul di wilayah Asia Tengah pada abad ke-15 M, yakni saat
Dinasti Usmaniyah berkuasa. Dalam waktu satu abad, tarekat ini telah menjelma menjadi
tarekat sufi yang paling luas dan menyebar di wilayah kesultanan Islam tersebut. Meskipun,
dalam perkembangannya, mengalami saat-saat kemandekan, kemunduran, dan kebangkitan
kembali.
Kebangkitan kembali Khalwatiyah diprakarsai oleh Musthafa ibn Kamal al-Din al-Bakri
(1688-1748 M). Al-Bakri merupakan seorang penyair sufi asal Damaskus, Syria, yang
menjalani hampir seluruh kehidupannya di Yerusalem. Ia mengambil tarekat tersebut dari
gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi.
Musthafa al-Bakri sejak kecil dikenal sebagai seorang zahid yang cerdas. Dalam salah satu
bukunya, ia menceritakan bahwa dirinya pernah mengalami kehidupan sebatang kara. Kedua
orang tuanya bercerai saat ia berusia dua tahun. Ia kemudian tinggal bersama ayahnya setelah
ibunya menikah lagi.
Semasa hidupnya, al-Bakri senang bepergian, terutama ke negeri-negeri di kawasan Timur
Tengah. Hal itu ia lakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Ia pun belajar pada
guru-guru yang berilmu tinggi. Beberapa tempat yang pernah ia kunjungi adalah Palestina,
Tripoli, Makkah, Baghdad, Basrah, dan Mesir.
Khalwatiyah mengalami perkembagan pesat di Mesir ketika dipimpin oleh murid al-Bakri,
Muhammad ibn Salim al-Hifni (1689-1768). Pada pertengahan abad ke-18 M, Khalwatiyah
menjadi tarekat sufi yang dominan di negeri berjuluk 1.000 menara itu. Selama lebih dari
delapan puluh tahun (1757-1838), kedudukan Syekh al-Azhar dipangku oleh penganut
Khalwatiyah.
Dengan diilhami oleh al-Bakri, al-Hifni menjadikan Khalwatiyah di Mesir sebagai tarekat
yang berorientasi syariat. Ia juga berusaha merangkul semua kalangan, tidak hanya para
ulama terkemuka, tetapi juga orang kebanyakan.
Cabang Khalwatiyah Pengikut Khalwatiyah dari kalangan ulama tidak hanya berasal dari
kota-kota di penjuru Mesir. Para ulama Maghribi yang tengah menunaikan haji ke Makkah
pada abad ke-18 M dan singgah di Kairo jumlahnya terus meningkat. Sebagian dari mereka
sangat terpengaruh oleh al-Hifni dan para syekh Khalwatiyah pengganti al-Hifni, seperti
Mahmud al-Kurdi (1715-1780) dan Ahmad al-Dardiri (1715-1786).
Berkat peran dari para ulama Maghribi ini, dua tarekat sufi baru berkembang di Maghribi
sebagai turunan Khalwatiyah. Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Azhari (1713-1793)
menyebarkan Khalwatiyah di Aljazair. Lahirlah cabang baru Khalwatiyah yang bernama
Rahmaniyah.

Al-Azhari pula yang mengantarkan Sidi Ahmad al-Tijani, pendiri Tarekat Tijaniyah,
bergabung dengan Khalwatiyah. Al-Tijani mempelajari rahasia-rahasia dari Mahmud alKurdi di Kairo dan dari Muhammad ibn Abd Al-Karim al-Samman di Madinah.
Al-Samman mempunyai murid dari Indonesia bernama Abdul al-Shamad al-Palimbani (17031788), yang kemudian mengajarkan Tarekat Sammaniyah di Tanah Air (Sumatra). Seorang
muridnya lagi berasal dari Sudan yang bernama Ahmad al-Tayyib ibn al-Basyir (wafat 1823
M), lalu ia menyebarkan tarekat ini di sana.
Pada abad ke-19 M, tiga cabang Khalwatiyah tersebut membangkitkan gerakan melawan
penjajah di pelbagai wilayah di Afrika. Rahmaniyah memimpin pemberontakan melawan
Prancis di Aljazair pada 1871. Sementara itu, al-Hajj Umar al-Futi memprakarsai jihad
Tijaniyah di Afrika Barat.
Di Mesir, kegiatan-kegiatan Khalwatiyah bersama dengan perhimpunan sufi lainnya diatur
dan diawasi secara ketat oleh pemerintah berdasarkan dekrit Muhammad Ali pada 1812.
Hampir satu setengah abad kemudian, pemerintah otoriter lainnya, yaitu pemerintah Gamal
Abdul Nasser, berupaya membatasi gerakan dan sumber daya ekonomi tarekat-tarekat sufi.
Dalam daftar tentang tarekat-tarekat sufi yang berkembang di Mesir, yang disusun pada tahun
1964, tercatat ada 10 cabang Khalwatiyah meskipun sebagian besar tidak aktif.
Sementara itu, di Turki tarekat-tarekat sufi dinyatakan terlarang pada 1925 sebagai bagian
dari program pembaruan penguasa Turki saat itu, Mustafa Kemal Attaturk. Akan tetapi,
tarekat-tarekat sufi tetap bergerak di bawah tanah dan-mulai muncul kembali dalam
kehidupan publik pada akhir 1950-an. Khalwatiyah merupakan bagian dari proses
kebangkitan Islam abad ke-20 itu.
Di wilayah Balkan, sejumlah pusat tarekat Khalwatiyah terus berkembang, khususnya di
Albania. Di sini, Khalwatiyah mampu bertahan hidup di bawah rezim komunis.
berbagai sumber, ed rido
Secara naab, Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari Tarekat Az-Zahidiyah,
cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah yang didirikan oleh
Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H). Dalam
waktu satu abad, tarekat ini telah menjelma menjadi tarekat sufi yang paling luas dan
menyebar di wilayah kesultanan Islam tersebut. Pada pertengahan abad ke-18 M,
Khalwatiyah menjadi tarekat sufi yang dominan di negeri berjuluk 1.000 menara itu.
Cabang Khalwatiyah Pengikut Khalwatiyah dari kalangan ulama tidak hanya berasal
dari kota-kota di penjuru Mesir. Berkat peran dari para ulama Maghribi ini, dua
tarekat sufi baru berkembang di Maghribi sebagai turunan Khalwatiyah. Al-Tijani
mempelajari rahasia-rahasia dari Mahmud al-Kurdi di Kairo dan dari Muhammad ibn
Abd Al-Karim al-Samman di Madinah. Pada abad ke-19 M, tiga cabang Khalwatiyah
tersebut membangkitkan gerakan melawan penjajah di pelbagai wilayah di Afrika. Di
wilayah Balkan, sejumlah pusat tarekat Khalwatiyah terus berkembang, khususnya di
Albania.

1. I. N

STANDAR
KOMPETENSI
2. Mengenal tarikat
mutabaroh di Indonesia
dan ajarannya

KOMPETENSI DASAR
2.1. Menjelaskan tarikat-tarikat mutabaroh di
Indonesia dan tokoh-tokohnya2.2. Membandingkan
antara tarikat-tarikat mutabaroh di Indonesia2.3.
Mengaitkan ajaran-ajaran tarikat mutabaroh di
Indonesia dengan fenomena kehidupan sekarang

Perkembangan tarekat di Indonesia


1. Sejarah Perkembangan Tasawwuf dan Tarekat di Indonesia
Dalam hal kelahiran tasawwuf dalam islam, ada beberapa pendapat yang berbeda. Menurut
kayakinan sebagian besar orang Islam, lahirnya tasawwuf bersamaan dengan lahirnya islam
itu sendiri.Artinya, tasawwuf murni bersumber dari sumber pokok ajaran islam itu sendiri,
yaitu al Quran dan al Hadits. Hal ini mengingat banyaknya isyarat yang tersirat bahkan
tersurat dalam al Quran dan al Hadits. Salah satunya adalah:
Arinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ( QS.
Al Baqarah: 186) (Ibid hal. 11)
Ayat diatas menunjukkan bahwa sejak awal Islam telah menyinggung masalah umatnya
dengan Tuhannya, yang merupakan spesialisasi ajaran tasawwuf.
Setelah tasawwuf itu lahir, ajaran ini terus mengalami perkembangan. Namun para ulama
berpendapat bahwa pada abad ke-5 Hijriyyah atau 13 Masehi, baru muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan adanya silsilah tarekat yang
selalu dihubungkan nama pendiri atau tokoh sufi yang yang lahir pada abad itu.(Sri Mulyati,
Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2006) hal. 6.)
Di Indonesia sendiri, kelahiran ajaran tasawwuf serta lembaga-lembaga tarekatnya bersamaan
dengan kehadiran Islam di kawasan ini. Sebagian muballigh, yang menyebarkan Islam di
Nusantara, telah mengenalkan ajaran Islam dalam kapasitas mereka sebagai guru sufi.
Pendapat lain mengatakan bahwa, tasawwuf merupakan akulturasi ajaran Islam dengan ajaran
Kristen atau Hindu dan Budha. Noer Iskandar Al Barsyany, Tasawwuf, Tarekat dan Para Sufi,
(Jakarta: Grafindo, 2001) hal. 8-9
9Tentang kapan pribum nusantara memeluk Islam, para ahli berbeda pendapat. Hal ini terjadi
karena
Islamisasi di Indonesiatidak terdokumentasi dengan baik sehingga banyak spekulasi
dikalangan ilmuwan yang menimbulkan polemic yang hingga saat ini belum selesai.
Mungkin orang muslim asing memang sudah ada yang menetap di pelabuhan dagang di
Sumatra dan Jawa beberapa abad sebelum abad ke-16, namun baru menjelang abad ke-10 ada
bukti-bukti orang-orang pribumi memeluk Islam di suatu kerajaan kecil Perlak, dilanjutkan

pada abad ke-13 oleh kerajaan smudera Pasai. Selama abad ke 14 dan 15 Islam secara
berangsur-angsur menyebar ke pantai utara Jawa dan Maluku. Terlepas dari semua itu,
Sejarawan mencatat bahwa karena factor tasawwuf dan tarekatlah Islamisasi Asia Tenggara,
termasuk Indonesia, berlangsung damai. Ajaran tasawwuf dapat dengan mudah dipadukan
dengan ide-ide sufistik India dan pribumi yang dianut masyarakat setempat.10
Dari perpaduan itulah, menyebabkan banyaknya tarekat dan organisasi mirip tarekat yang
berkembang di Indonesia. Beberapa di antaranya hanya merupakan tarekat local, misalnya
Wahidiyahdan Shiddiqiyah di Jawa Timur dan Syahadatain di Jawa Tengah. Bahkan ada yang
merupakan cabangdari gerakan sufi Internasional, misalnya tarekat Syattariyah, Khalwatiyah,
Naqsabandiyah, Syadziliyah dan lain sebagainya.11 Namun tampaknya, dari sekian banyak
tarekat yang ada di seluruh dunia, hanya ada beberapa tarekat yang bisa masuk dan
berkembang di Indonesia. Faktor kemudahan system komunikasi dalam kegiatan
transmisinya serta tarekat tarekat itu dibawa langsung oleh tokoh-tokoh pengembangnya,
yang kebanyakan berasal dari Persia dan India, sangat mempengaruhi.12 Bahkan saat ini
Indonesia telah mampu memilah dan memilih antara tarekat yang mutabarah dan ghoiru
mutabarah. KH. Dzikron Abdullah memberi batasan-batasan suatu tarekat bisa dikategorikan
sebagai tarekat mutabarah apabila memenuhi kriteria dibawah ini:
a. sanad(silsilah)-nya muttashil (bersambung) sampai kepada Nabi.
b.Pelaksanaan syariat dalam suatu tarekat harus benar dan ketat.13
9 Ajid thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002) Hal 27.
10 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006 hal.712
11 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia,(Bandung: Mizan, 1996),
hal. 16
12 Ajid thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)Hal 27-28
13ht t p:/ / orgawam .wordp ress.com / 2008/ 05/ 01/ t areqah m ut abarah- di indonesi a/
8
Bahkan lebih dari itu, ada beberapa tarekat yang lahir dan berkembang di Indonesia. Ada
yang merupakan hasil ulama lokal yang mengkolaborasikan beberapa tarekat, dan ada juga
yang memang hasil ijtihadnya. Diantaranya adalah tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
didirikan oleh Syaikh Ahmad Katib Sambas,( Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami TarekatTarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 253). tarekat Shiddiqiyah
yang didirikan oleh Kyai Muchtar Mukti.( ht t p:/ / http://www.republ i ka.co.i d/ be ri t a/
61218/ P erkem bangan_T ar ekat _di _Duni a_Isl am)
1. Pengaruh Tasawwuf dan Tarekat Terhadap Pemikiran Islam di Indonesia
Seperti telah di sebutkan di atas, bahwa ajaran tasawwuf berkembang pesat karena orangorang pribumi sangat antusias terhadap ajaran ini. Hal ini dipengaruhi oleh kekentalan
kehidupan pribumi terhadap mistik sebelum Islam datang. Sehingga tidak lama setelah Islam
bersama ajaran Tasawwufnya masuk ke Nusantara, banyak ulama nusantara yang menggeluti

ajaran ini, diantaranya adalah Syaikh Yusuf Makassar, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al
Sumatrani, Nuruddin Al Raniri, Abdul Rauf Singkel dan lain-lain. (ht t p:/ / bai t ul am i
n.org/ ri sal ah/ perkem bangan tarekat nusantara.ht m l). Ketika itu, corak pemikiran
Islam diwarnai oleh tasawwuf. Pemikiran para sufi besar Ibn Al Araby dan Abu Hamid Al
Ghazali sangat berpengaruh terhadap pengamalan-pengamalan muslimin generasi pertama.
( Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2006) hal.8)
Bahkan, kehadiran tarekat di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada masa penjajahan itu
telah memberikan angin segar bagi rakyat jajahan yang ingin melepaskan diri dari
penjajahan. Timbulnya beberapa pemberontakan di Banten pada tahun 1888, Kediri pada
tahun 1888, dan Sidoarjo pada tahun 1904. Dengan hal ini, terlihat bahwa pada waktu itu
tarekat berfungsi tidak hanya sebagai gerakan keagamaan, tetapi juga gerakan politik dalam
menghadapi penjajahan.(Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2002)hal 32-34 )
Saat ini, tarekat masih mendapat tempat tempat d hati kaum muslimin Indonesia. Bahkan
terus berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Juga tidak hanya terbatas kalangan
ekonomi menengah ke bawah, tetapi telah merambah pada kalangan ekonomi ke atas, bahkan
para bangsawan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme warga setiap acara rutinan jamiyyah
tarekat tertentu

1.1. TARIKAT-TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA DAN TOKOH-TOKOHNYA


Beberapa sumber menyebutkan bahwa ajaran tarekat baru muncul pada abad ke-11, yakni
sejak Abdul Qadir Jilani memperkenalkan Tarekat Qadiriyah di Baghdad. Namun praktik
kesufian atau tasawuf diduga sudah ada sejak awal agama Islam muncul. Sri Mulyati dkk
dalam buku berjudul Mengenal dan Memahami areka-areka Mukabarah di Indonesia
menyebutkan bahwa praktek tasawuf muncul setidaknya sejak abad ke-2 hijriyah, atau sekitar
abad ke-10 masehi.
Pembahasan tentang tarekat kadang dibingungkan dengan istilah tasawuf dan sufi. Dalam
tradisi pesantren Jawa, istilah tasawuf dipakai semata-mata dalam kaitan aspek intelektual
dari suatu tarekat. Sedangkan tarekat itu sendiri lebih mengarah pada pengertian yang bersifat
etis dan praktis. Sedangkan sufi, biasanya dialamatkan kepada orang yang menjalani kegiatan
tarekat tersebut.
APA DAN MENGAPA TAREKAT
Bagi kaum muslimin, syariah Islam diyakini mampu membantu setiap manusia dalam
upayanya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memperoleh kebahagiaan sejati di
dunia dan akherat. Dari syariah Islam yang kaya makna itulah kemudian lahir terobosanterobosan spiritual baik berupa pemahaman yang lebih mendalam maupun metodelogi yang
mendukung syariah dalam membantu mencapai tujuan manusia secara lebih efektif dan
efisien (tarekat). Maka dengan tarekat, setiap kaum Muslimin dapat menghayati syariah Islam
yang dijalaninya secara lebih bermakna.
TOKOH-TOKOH PERINTIS TAREKAT DI INDONESIA
Beberapa tokoh yang dianggap sebagai perintis ajaran tarekat di Indonesia diantaranya :
Hamzah Fansuri (w.1590), Syamsuddin al Sumatrani (w.1630), Nuruddin al Raniri (16371644), Syekh Yusuf al Makasari (1626-1699), Abdul Basir al Dharir al Khalwati alias Tuang
Rappang I Wodi, Abdul Shamad al Palimbani, Nafis al Banjari, Syekh Ahmad Khatib Sambas
(w.1873), Syekh Abdul Karim al Bantani, Kyai Thalhah dari Cirebon, dan Kyai Ahmad
Hasbullah dari Madura.

Tiga nama terakhir, yakni Syekh Abdul Karim al Bantani, Kyai Thalhah, dan Kyai Ahmad
Hasbullah adalah murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Sambas, ketiganya bertemu dan
belajar dari Khatib Sambas di Makkah. Syekh Abdul Karim al Bantani beberapa tahun pulang
ke Banten kemudian kembali lagi ke Makkah menjadi Syaikh menggantikan Khatib Sambas.
Kyai Thalhah mengajarkan tarekat di Cirebon, dari garis beliau lahir beberapa tokoh tarekat
diantaranya Syekh Abdul Muin yang mendirikan pesantren di Ciasem-Subang, Pangeran
Sulendraningrat di Cirebon, dan Abah Sepuh pendiri pesantren Suryalaya, Tasikmalaya.
Sedangkan dari garis Kyai Ahmad Hasbullah, muncul banyak nama dari klan Hasyim Asari
pendiri pesantren Tebu Ireng-Jombang.
MACAM-MACAM TAREKAT DI INDONESIA
Banyak macam tarekat yang tumbuh subur di Indonesia, beberapa diantaranya : Tarekat
Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat
Syadziliyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Syattariyah, Tarekat Sammaniyah, dan Tarekat
Tijaniyah. Beberapa tarekat lain yang pengikutnya agak sedikit di Indonesia adalah Tarekat
Chisytiyah, Tarekat Mawlayiyah, Tarekat Nimatullah, dan Tarekat Sanusiyah.
1.2. Membandingkan antara tarikat-tarikat mutabaroh di Indonesia
1.3. Mengaitkan ajaran-ajaran tarikat mutabaroh di Indonesia dengan fenomena kehidupan
sekarang
Tarekah Mutabarah di Indonesia
Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti jalan, yakni jalan untuk
mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertian ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak
jalan, sehingga sebagian sufi menyatakan, Aturuk biadadi anfasil mahluk, yang artinya jalan
menuju Allah itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati
demikian orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena dinyatakan
pula, Faminha Mardudah waminha maqbulah, yang artinya dari sekian banyak jalan itu, ada
yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima. Yang dalam
istilah ahli Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan, Mutabaroh. Wa ghoiru Mutabaroh.
KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabi yang menerima wahyu
dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi, semua Thoriqoh yang Mutabaroh itu,
sanad(silsilah)-nya muttashil (bersambung) sampai kepada Nabi. Kalau suatu Thoriqoh
sanadnya tidak muttashil sampai kepada Nabi bisa disebut Thoriqoh tidak (ghoiru)
Mutabaroh. Barometer lain untuk menentukan ke-mutabaroh-an suatu Thoriqoh adalah
pelaksanaan syariat. Dalam semua Thoriqoh Mutabaroh syariat dilaksanakan secara benar
dan ketat.
Diantara Thoriqoh Muktabaroh itu adalah :
Thoriqoh Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Thoriqoh
Syathariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh
Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua
ulama ini diteruskan oleh Syekh Abd al-Rauf al-Sinkili ke Nusantara, kemudian
dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau. Thoriqoh Syathariyah
sesudah Syekh Burhan al-Din, berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama silsilah
yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril
Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu
Ulakan. Keempat; silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang
berjudul Syifa al-Qulub. Thoriqoh ini berkembang di Minangkabau dan sekitarnya. Untuk
mendukung ke1embagaan Thoriqoh, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa
organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan
ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di propinsi-tetangga Riau dan jambi.

Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan Thoriqoh Syathariyah dapat ditemukan wujudnya
pada kegiatan ziarah bersama ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan.
Sementara Thoriqoh Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan Minangkabau pada tahun
1850. Thoriqoh Naqsyabandiyah sudah masuk ke Minangkabau sejak abad ke 17, pintu
masuknya me1alui daerah Pesisir Pariaman, kemudian terus ke Agam dan Limapuluh kota.
Thoriqoh Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruh pertama abad ketujuh
belas oleh Jamal al-Din, seorang Minangkabau yang mula-mula belajar di Pasai sebelum dia
melanjukan ke Bayt al-Faqih, Aden, Haramain, Mesir dan India. Naqsyabandiyah merupakan
salah satu Thoriqoh sufi yang paling luas penyebarannya, dan terdapat banyak di wilayah
Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula di Bukhara
pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia
Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan
munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi
Alfi Tsani (Pembaru Milenium kedua, w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir
sinonim dengan Thoriqoh tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan
sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Thoriqoh Naqsyabandiyah adalah
diikutinya syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan
terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati (Sirri). Penyebaran
Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah ditunjang oleh ulama ulama Minangkabau yang
menuntut ilmu di Mekah dan Medinah, mereka mendapat baiah dari Syekh Jabal Qubays di
Mekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Medinah. Misalnya, Syekh Abdurrahman di Batu
Hampar Payakumbuh (w. 1899 M), Syekh Ibrahim Kumpulan Lubuk Sikaping, Syekh Khatib
Ali Padang (w. 1936), dan Syekh Muhammad Said Bonjol. Mereka adalah ulama besar dan
berpengaruh pada zamannya serta mempunyai anak murid mencapai ratusan ribu, yang
kemudian turut menyebarkan Thoriqoh ini ke daerah asal masing masing Di Jawa Tengah
Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyyah disebarkan oleh KH. Abdul Hadi Girikusumo
Mranggen yang kemudian menyebar ke Popongan Klaten, KH. Arwani Amin Kudus, KH.
Abdullah Salam Kajen Margoyoso Pati, KH. Hafidh Rembang. Dari dari tangan mereka yang
penuh berkah, pengikut Thoriqoh ini berkembang menjadi ratusan ribu. Ajaran dasar
Thoriqoh Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu:
syariat, thariqat, hakikat dan marifat. Ajaran Thoriqoh Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya
adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakan
nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak ke permukaan dan memiliki tata aturan
adalah khalwat atau suluk. Khalwat ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat
yang terpencil, guna melakukan zikir dibawah bimbingan seorang Syekh atau khalifahnya,
selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara khalwat
ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati
masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan
minumnya diatur sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua
pikirannya sepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau
khalifah..
Thariqat Ahmadiyah didirikan oleh Ahmad ibn Aly (al-Husainy al-Badawy). Diantara
nama-nama gelaran yang telah diberikan kepada beliau ialah Syihabuddin, al-Aqthab, Abu alFityah, Syaikh al-Arab dan al-Quthab an-Nabawy. Malah, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy
telah diberikan nama gelar (laqab) yang banyak, sampai dua puluh sembilan nama. AlGhautha al-Kabir, al-Quthab al-Syahir, Shahibul-Barakat wal-Karamat, asy-Syaikh Ahmad
al-Badawy adalah seorang lelaki keturunan Rasulullah SallAllahu alaihi wa sallam, melalui
Sayidina al-Husain. Sholawat Badawiyah sughro dan Kubro, adalah sholawat yang amat
dikenal masarakat Indonesia, dinisbatkan kepada waliyullah Sayid Ahmad Badawi ini, akan
tetapi Tarekat badawiyah sendiri tidak berkembang secara luas di indonesia khususnya di
Jawa.
Abul Hasan Ali asy-Sadzili, merupakan tokoh Thoriqoh Sadziliyah yang tidak
meninggalkan karya tulis di bidang tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi,
kecuali hanya ajaran lisan tasawuf, Doa, dan hizib. Ketika ditanya akan hal itu, ia

menegaskan :karyaku adalah murid muridku, Asadzili mempunyai murid yang amat
banyak dan kebanyakan mereka adalah ulama ulama masyhur pada zamannya, dan bahkan
dikenal dan dibaca karya tulisnya hingga hari ini. Ibn Athaillah as-Sukandari adalah orang
yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga
kasanah Thoriqoh Sadziliyah tetap terpelihara. Ibn Athaillah juga orang yang pertama kali
menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan Thoriqoh Sadziliah, pokok-pokoknya,
prinsip-prinsipnya, yang menjadi rujukan bagi angkatan-angkatan setelahnya. Sebagai ajaran,
Thoriqoh ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Sadzili
kepada murid-muridnya: Jika kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka
sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali. Perkataan yang lainnya: Kitab Ihya Ulum adDin, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki,
mewarisi anda cahaya. Selain kedua kitab tersebut, al-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya
Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi
Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atahillah. Thoriqoh
Sadzaliah berkembang pesat di Jawa, tercatat Ponpes Mangkuyudan Solo, Kyai Umar ,
Simbah Kyai Dalhar Watucongol, Simbah Kyai Abdul malik Kedongparo Purwokerto, KH
Muhaiminan Parakan, KH. Abdul Jalil Tulung Agung. KH . Habib Lutfi Bin Yahya,
Pekalongan .Simbah KH.M.Idris, kacangan Boyolali, adalah pemuka pemuka Sadzaliah yang
telah membaiat dan membina ratusan ribu bahkan jutaan murid Sadziliah.
Thoriqoh Qodiriyah dinisbahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M)
yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango
Dost al-Jaelani. Lahir di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166
M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095
M. Riwayat hidup dan keutamaan akhlak (Manaqib) Syech Abdul Qodir Jaelani ini, dikenal
luas oleh masarakat Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan dibaca dalam
acara-acara tertentu guna tabarruk dan tawassul kepada Syekh Abdul Qodir. Thoriqoh
Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat
yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah
berkembang sejak abad ke-13, Thoriqoh ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di
India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku
keturunan Syekh Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang
diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, Thoriqoh Qodiriyah sudah berdiri sejak
1180 H/1669 M. Thoriqoh Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai
derajat syekh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti Thoriqoh
gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi Thoriqoh yang lain ke dalam
Thoriqohnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Syekh Abdul Qadir Jaelani
sendiri,Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai
syekh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya. Seperti halnya Thoriqoh di
Timur Tengah. Sejarah Thoriqoh Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah alMukarromah. Thoriqoh Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di
seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya
Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng
Jombang Jawa Timur. Syekh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syekh
Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam
penyebaran Thoriqoh Qodiriyah. Murid-murid Syekh Sambas yang berasal dari Jawa dan
Madura, setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Thoriqoh Qodiriyah tersebut.
Di Jawa Tengah Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah muncul dan berkembang antara
lain dari Mbah Ibrahim Brumbung Mranggen diturunkan kepada antara lain KH. Muslih
pendiri Ponpes Futuhiyyah ,Mranggen. Dari Kyai Muslih ini lahir murid-murid Thoriqoh
yang banyak. Dan dari tangan mereka berkembang menjadi ratusan ribu pengikut. Demikian
pula halnya Simbah Kyai Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh ini ke berbagai tempat
melalui anak muridnya yang tersebar ke pelosok Jawa Tengah hingga mencapai puluhan ribu
pengikut. Sementara di Jawa Timur, Thoriqoh ini dikembangkan oleh KH. Mustain Romli
Rejoso Jombang dan Simbah Kyai Utsman yang kemudian dilanjutnya putra-putranya
diantaranya KH. Asrori yang juga mempunyai murid ratusan ribu. Di Jawa Barat tepatnya di

Ponpes Suryalaya Tasikmalaya juga turut andil membesarkan Thoriqoh ini sejak mulai zaman
Abah Sepuh hingga Abah Anom dan murid-muridnya yang tersebar di berbagai penjuru Jawa
Barat.
Thoriqoh Alawiyyah berbeda dengan Thoriqoh sufi lain pada umumnya. Perbedaan itu,
misalnya, terletak dari praktiknya yang tidak menekankan segi-segi riyadlah (olah ruhani)
yang berat, melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta dzikir
ringan. Sehingga wirid dan dzikir ini dapat dengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meski
tanpa dibimbing oleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakni Wirid AlLathif dan Ratib Al-Haddad.serta beberapa ratib lainnya seperti Ratib Al Attas dan Alaydrus
juga dapat dikatakan, bahwa Thoriqoh ini merupakan jalan tengah antara Thoriqoh
Syadziliyah (yang menekankan olah hati) dan batiniah) dan Thoriqoh Al-Ghazaliyah (yang
menekankan olah fisik). Thoriqoh ini berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar
hingga ke berbagai negara, seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Thoriqoh ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-Muhajirlengkapnya Imam Alawi bin
Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajirseorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramat. Al Imam
Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Baalwi, juga merupakan tokoh kunci Thoriqoh ini.
Dalam perkembangannya kemudian, Thoriqoh Alawiyyah dikenal juga dengan Thoriqoh
Haddadiyah, yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah al-Haddad, Attasiyah yang
dinisbatkan kepada Habib Umar bin Abdulrahman Al Attas, serta Idrusiyah yang dinisbatkan
kepada Habib Abdullah bin Abi Bakar Alaydrus, selaku generasi penerusnya. Sementara
nama Alawiyyah berasal dari Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Thoriqoh
Alawiyyah, secara umum, adalah Thoriqoh yang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih
dikenal sebagai saadah atau kaum sayyid keturunan Nabi Muhammad SAWyang
merupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakat Hadhrami. Karena itu, pada masamasa awal Thoriqoh ini didirikan, pengikut Thoriqoh Alawiyyah kebanyakan dari kaum
sayyid di Hadhramaut, atau Ba Alawi.Thoriqoh ini dikenal pula sebagai Toriqotul abak wal
ajdad, karena mata rantai silisilahnya turun temurun dari kakek,ayah, ke anak anak mereka,
dan setelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat muslim lain dari non-Hadhrami. Di
Purworejo dan sekitarnya Thoriqoh ini berkembang pesat, diikuti bukan hanya oleh para
saadah melainkan juga masarakat non saadah , Sayid Dahlan Baabud, tercatat sebagai
pengembang Thoriqoh ini, yang sekarang dilanjutkan oleh anak cucunya.
Umumnya, nama sebuah Thoriqoh diambil dari nama sang pendiri Thoriqoh bersangkutan,
seperti Qadiriyah dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani atau Naqsyabandiyah dari Baha Uddin
Naqsyaband. Tapi Thoriqoh Khalwatiyah justru diambil dari kata khalwat, yang artinya
menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini dikarenakan seringnya Syekh Muhammad
Al-Khalwati (w. 717 H), pendiri Thoriqoh Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat
sepi. Secara nasabiyah, Thoriqoh Khalwatiyah merupakan cabang dari Thoriqoh AzZahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah, yang
didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H).
Thoriqoh Khalwatiyah berkembang secara luas di Mesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri
(lengkapnya Musthafa bin Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi
asal Damaskus, Syiria. Ia mengambil Thoriqoh tersebut dari gurunya yang bernama Syekh
Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi. Karena pesatnya perkembangan Thoriqoh ini
di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para
pengikutnya. Karena selain aktif menyebarkan ajaran Khalwatiyah ia juga banyak melahirkan
karya sastra sufistik. Diantara karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat Al-Ahzan
(Pelipur Duka).
Thoriqoh Syattariyah adalah aliran Thoriqoh yang pertama kali muncul di India pada abad
ke 15. Thoriqoh ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa
mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya Thoriqoh ini lebih dikenal di Iran dan
Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani,
Thoriqoh ini disebut Bistamiyah. Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi,
yang dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
Thoriqoh Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun.

Thoriqoh ini dianggap sebagai suatu Thoriqoh tersendiri yang memiliki karakteristikkarakteristik tersendiri dalam keyakinan dan praktik. Perkembangan mistik Thoriqoh ini
ditujukan untuk mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan
Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana. Penganut Thoriqoh
Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan
tetapi, jalan yang paling utama menurut Thoriqoh ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum
Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih
dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar
(orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan Thoriqoh ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal,
qanaah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.
Thoriqoh Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar atTijani (1737-1815), salah seorang tokoh dari gerakan Neosufisme. Ciri dari gerakan ini
ialah karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai
pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syariat dan berupaya sekuat tenaga untuk
menyatu dengan ruh Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan. AtTijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di Ain Madi, bagian selatan Aljazair. Sejak umur
tujuh tahun dia sudah dapat menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman
lain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadi guru. Dia mulai bergaul
dengan para sufi pada usia 21 tahun. Pada tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad
untuk beberapa tahun. Setelah itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun 1181, dia
meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsan selama lima tahun. Di Indonesia,
Tijaniyah ditentang keras oleh Thoriqoh-Thoriqoh lain. Gugatan keras dari kalangan ulama
Thoriqoh itu dipicu oleh pernyataan bahwa para pengikut Thoriqoh Tijaniyah beserta
keturunannya sampai tujuh generasi akan diperlakukan secara khusus pada hari kiamat, dan
bahwa pahala yang diperoleh dari pembacaan Shalawat Fatih, sama dengan membaca seluruh
al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu, para pengikut Thoriqoh Tijaniyah diminta untuk
melepaskan afiliasinya dengan para guru Thoriqoh lain, Meski demikian, Thoriqoh ini terus
berkembang, utamanya di Buntet- Cirebon dan seputar Garut (Jawa Barat), dan Jati barang
brebes, Sjekh Ali Basalamah, dan kemudian dilanjutkan putranya, Sjekh Muhammad
Basalamah, adalah muqaddam Tijaniah di Jatibarang yang pengajian rutinnya, dihadiri oleh
puluhan ribu ummat Islam pengikut Tijaniah. Demikian pula Madura dan ujung Timur pulau
Jawa, tercatat juga, sebagai pusat peredarannya.
Penentangan terhadap Thoriqoh ini, mereda setelah, Jamiyyah Ahlith-Thariqah AnNahdliyyah menetapkan keputusan, Thoriqoh ini bukanlah Thoriqoh sesat, karena amalanamalannya sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Keputusan itu diambil setelah
para ulama ahli Thoriqoh memeriksa wirid dan wadzifah Thoriqoh ini.
Thoriqah Sammaniyah didirikan oleh Syekh Muhammad Samman yang bernama asli
Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-Madani al-Qadiri al-Quraisyi dan lebih dikenal
dengan panggilan Samman. Beliau lahir di Madinah 1132 H/1718 M dan berasal dari
keluarga suku Quraisy. Semula ia belajar Thoriqoh Khalwatiyyah di Damaskus, lama
kelamaan ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid dan ajaran teosofi
lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah yang akhirnya disebut sebagai
Thoriqoh Sammaniyah. Sehingga ada yang mengatakan bahwa Thoriqoh Sammaniyah adalah
cabang dari Khalwatiyyah. Di Indonesia, Thoriqoh ini berkembang di Sumatera, Kalimantan
dan Jawa. Sammaniyah masuk ke Indonesia pada penghujung abad 18 yang banyak
mendapatkan pengikut karena popularitas Imam Samman. Sehingga manaqib Syekh Samman
juga sering dibaca berikut dzikir Ratib Samman yang dibaca dengan gerakan tertentu. Di
Palembang misalnya ada tiga ulama Thoriqoh yang pernah berguru langsung pada Syekh
Samman, ia adalah Syekh Abd Shamad, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syekh
Syihabuddin dan Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad. Di Aceh juga terkenal apa yang
disebut Ratib Samman yang selalu dibaca sebagai dzikir (team Al Mihrab )
Kyai Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah

2.2. PERBANDINGAN ANTARA TARIKAT-TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA


2.3. AJARAN-AJARAN TARIKAT MUTABAROH DI INDONESIA DENGAN
FENOMENA KEHIDUPAN SEKARANG

STANDAR
KOMPETENSI
1. 2.
Memehami
peran
tasawuf
dalam
kehidupan
modern

KOMPETENSI DASAR
2.1. Menjelaskan problematika masyarakat modern2.2.
Menjelaskan relevansi tasawuf dalam kehidupan modern2.3.
Menjelaskan peranan tasawuf dalam kehidupan modern

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODEREN


A. Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah
pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan tertentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru,
mutakhir. Jadi masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :
1. Bersifat rasional,
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
3. Menghargai waktu,
4. Bersikap terbuka,
5. Berpikir objektf.
Dalam pada itu, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat, membagi
masyarakat ke dalam tiga bagian. Yaitu masyarakat pertanian (Agricultural Society),
masyarakat industri (Industrial Society), dan masyarakat infomasi (Informatical Society).
Masyarakat pertanian, ekonominya bertumpu pada tanah / sumber alam. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi kecil seperti pompa penyemprot hama, racun tikus, dan
sebagainya. Informasi yang mereka gunakan adalah media tradisional, dari mulut ke mulut,
bersifat lokal, dan informasi terpusat pada salah seorang yang dianggap tokoh. Dari segi
kejiwaan, mereka banyak menggunakan kekuatan yang bersifat irrasional, seperti penanganan
masalah dengan cara pergi ke dukun.
Selanjutnya masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pertanian. Modal dasar berupa
peralatan produksi dan mesin-mesin produksi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi
tinggi. Informasi yang mereka gunakan sudah menggunakan media cetak atau tulisan yang
dapat disimpan oleh siapa saja. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang cerdas,

berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan berpikir untuk hidup secara makmur dalam
bidang materi.
Yang ketiga adalah masyarakat informasi, yang paling menentukan dalam masyarakat
informasi adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi. Dari segi teknologi,
masarakat informasi menggunakan teknologi elektronika. Penggunaan teknologi elektronika
telah mengubah lingkungan informasi dari yang bersifat lokal dan nasional kepada
lingkungan yang bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara kejiwaan, mereka
adalah manusia yang serba ingin tahu, mampu menjelaskan, dan imajinatif.
B. Problematika Masyarakat Modern.
Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia ke dalam dua
sisi, yaitu bisa memberi nilai tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif).
Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan
informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk mengembangkan
kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan efek negatifnya
kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan
keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan
yang destruktif dan mengkhawatirkan. Misalnya penggunaan teknologi kontrasepsi dapat
menyebabkan orang dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus takut
hamil atau berdosa. Jaringan-jaringan peredaran obat-obat terlarang, tukar menukar
informasi, penyaluran data-data film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi
seperti komputer, faximile, internete, dan sebagainya akan semakin intensif pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas adalah gambaran-gambaran masyarakat modern yang obsesi
keduniaannya tampak lebih dominan ketimbang spritual. Kemajuan teknologi sains dan
segala hal yang bersifat duniawi jarang disertai dengan nilai spiritual.
Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa
manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur ke dalam
lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab
problem kehidupan yang sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah
bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak
diimbangi akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah pengaruh dari
sekularisme barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasat mata.
Menurut Nashr, manusia barat modern memperlakukan alam seperti pelacur. Mereka
menikmati dan mengeksploitasi alam demi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan
tanggung jawab apa pun. Nashr melihat, kondisi manusia modern sekarang mengabaikan
kebutuhannya yang paling mendasar dan bersifat spiritual, mereka gagal menemukan
ketentraman batin, yang berarti tidak ada keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin
parah apabila tekanannya pada kebutuhan materi semakin meningkat sehingga keseimbangan
semakin rusak. Oleh karena itu, manusia memerlukan agama untuk mengobati krisis yang
dideritanya.
Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran iptek telah melahirkan sejumlah problematika
masyarakat modern, sebagai berikut :
Desintegrasi ilmu pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang
menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.
Kepribadian yang Terpecah

Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering
nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah,
hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama.
Penyalahgunaan Iptek
Berbagai iptek disalahgunakan dengan segala efek negatifnya sebagaimana disebutkan di
atas.
Pendangkalan Iman
Manusia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan hal itu menjadi
bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.
Pola Hubungan Materialistik
Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat
memberikan keuntungan yang bersifat material.
Menghalalkan Segala Cara
Karena dangkalnya iman dan pola hidup materialistik manusia dengan mudah menghalalkan
segala cara dalam mencapai tujuan.
Stres dan Frustasi
Manusia mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus bekerja tanpa
mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa dipecahkan mereka
stres dan frustasi.
Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan
menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala tenaga,
fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan, mereka merasa
kehilangan harga diri dan masa depannya.
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi
untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran
tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan,
sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu
dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain:
Pertama, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka
rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memahami tentang aspek
asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim. Ketiga, menegaskan
kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan
rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam
sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi
sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam
islam. Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis
dunia. Seperti ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang
kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan.
Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima
terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan

menerapkan konsep zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu
mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam
tasawuf perlu disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi,
ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak
tasawuf.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm
636.
Deliar Noer, Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1987), hlm 24.
Abudin Nata, Akhlaq asawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 286.
Agussyafii.blogspo.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyaraka-modern.hml
Sayyed Hossein Nashr, Man and Naure.. 57.
Sayyed Hossein Nashr, ideals and realiies of islam .. hlm 121.

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam didenfisikan sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi
kita Rasulullah SAW, untuk mengatur segenap urusan manusia, baik berkaitan hubungan
dengan Allah (ibadah dan aqidah), hubungan dengan sesama manusia (muamalah, uqabat
atau sanksi), dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, untuk itu kami sebagai penulis
mengangkat sebuah permasalahan yang terjadi dalam masyarakat modern khususnya.
Orang-orang dalam menjalani hidupnya haruslah dinilai sebagai orang yang melaksanakan
perintah Allah, bukan hanya melihat dari segi status sosial ataupun material saja. Ukuran
dalam menjalani hidup sama saja dihadapan Allah SWT yang membedakan hanya kadar
ketakwaan kita, bukan berdasarkan dari status sosial atau materil dalam pandangan manusia
saja.
Disamping itu, kalau seorang muslim dalam menjalani kehidupannya bisa dan tidak mudah
terpengaruh akan segala ritangan yang selalu menghadang dalam setiap langkah hidupnya
dan mempunyai filter dalam menyaring segala problematika yang kian hari kian banyak
membuat orang bingung.
Problematika masyarakat modern adalah Sebuah permasalahan yang muncul dan hangat
diperbincangkan oleh khalayak orang, sehingga menjadi sebuah hal yang sifatnya penting
sekali dalam kehidupan ini. Maka semua permasalahan yang dilakukan mesti penuh
pemikiran dan pertimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian baik buruknya
seorang manusia tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi segala problematika yang
terjadi saat ini..
Manusia dizaman modern ini diharapkan pada masalah problematika masyarakat cukup
serius. Kemudian khazanah fikiran dan pandangan dalam menyikapi mesti adanya suatu
pengembangan pola fikir yang lebih baik.
Dengan demikian, menjadi sangatlah penting kita mempelajari hal-hal yang berkenaan suatu
permasalahan yang banyak dialami masyarakat modern. Namun penjabaran dalam menjalani
hidup ini seseorang dituntut untuk tidak berjalan begitu saja dan tidak akan sempurna dalam
proses perubahannya tanpa mengetaui pengembangan pembentukan masyarakat modern yang
lebih maju.
B.Tujuan
Didalam penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk menambah wawasan dalam
pengertahuan mengenai ilmu akhlak dan memenuhi tugas kelompok.

C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengajukan beberapa masalah
berupa :
1. Apa-apa saja yang menyebabkan timbulnya problematika masyarakat modern?
2. Kepada siapakah perubahan problematika masyarakat modern?
PEMBAHASAN
.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya,ada tiga aliran yang sudah amat popular.Pertama aliran Nativisme,Kedua aliran
Emperisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain.Aliran ini tamaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada
dalam pada diri manusia, dan hal ini kelihatan erat kaitannya dengan pendapat aliran intuisme
dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan diatas.
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan luar, termasuk pembinaan dan pendidikan
yang diberikan. Jika pembinaan dan prnddikan yang diberikan kepada anak itu,maka baiklah
anak itu.Dengan demikian jika sebaliknya.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembebntukan akhlak dipengaruhi oleh factor
internal,yaitu pembawaan si anak,dan factor dari luar, yaitu pendidikan yang dibuat secara
khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini
dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:

Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadan yang tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dan dia memberikamu pendengaran dan penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk didik, yaitu
penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari.Potensi tersebut harus dusyukuri dengan cara
mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan
Lukmanul Hakim kepada anaknya sebagai terlihat pada ayat yang berbunyi:


Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran
kepadanya.Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan allah, sesungguhnya
mempersekutukan (allah) adlah benar-benarkezalima yang besar.Dan kami perintahkan
kepada manusia berbuat baik kepada duaorang ibu bapaknya; ibunya telah mengadungnya
dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanyakepada kulah
kembalimu.QS. Luqman 31:13-14.
Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi
pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah
yang menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang
berbunyai:

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan memvbawa fitrah (rasa ketuhanan dan
kecenderungan kepada kebenaran),maka kudua orang tuanyaalah yang membentuk anakn itu
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR. Bukhari)
Ayat dan hadist tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga
menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Dengan demikian factor yang mempengaruhi pembinan ahklak di anak ada dua, yaitu factor
daridalam yaiti, potensi fisik, intelektual dan hati(rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak
lahir ,dan dari factor luar, yaitu kedua orang tua di rumah,guru di sekolah dan tokoh-tokoh
serta pemimpin di masyarakat.Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut,maka aspek konditif(pengentahuan),efektif(penghayatan),dan
psikomotorik(pengamalan) ajaran yang diajarka akan terbentuk pada diri anak .
Faktor yang lain dalam pembentukan akhlak adalah keluarga,dalam pembentulan kepribadian
anak.Melalui fungsi ini keluarga berusaha mempersiapkan anak-anak bekal selengkaplengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkahlaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilainilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan
dijalankan mereka kelak.
Proses sosialisasi tidak sewajarnya diberikan kepada orang lain.Peran orang tua sangat besar
dalam proses sosialisasi ini,sebab disitu anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari
dari orangtuanya.Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi secara baik,maka
problem lain yang muncul adalah anak kehilangan perhatian,setelah itu ia akan mencari tokoh
lain diluar orang tuanya itu untuk ditiru.
Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi anakanak.Peranan orang tua dalam sosialisasi ini sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa
agar anak dapat berperan secara positif ditengah-tengah masyarakat.Salahsatu caranya adalah
pemberian model bagi anak.Anak belajar menjadi laki-laki.Sosialisasi akan menemukan
kesulitan apabila model semacam itu tidak ada dan bila anak harus mengandalkan diri pada
model yang disaksikan dalam keluarga lain.Studi semacam ini semakin menegaskan bahwa
keluarga adalah factor penentu utama bagi sosialisasi anak.
Tetapi sebaliknya,dalam keluarga yang serba susah yangmenghadapi berbagai masalah
kemiskinan yang mencekik,problem sosialisasi dalam keluarga akan berjalan tidak
normal.Keluarga seperti ini akan mensosialisasikan anak-anak mereka untuk meneruskan
pola ketidakmampuan dan ketergantungan orang tua.
Didalam sebuah hadits Qudsi mengatakan yang artinya,Sesuatu yang diriwayatkan dari Allah
yang Maha Suci dan Maha Tinggi,Dia berfirmanWahai hambaku sesungguhnya Aku
mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan kedzaliman itu Aku haramkan diantara kalian
maka janganlan kalian saling mendzalimi.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kau akan
sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk mintalah petunjuk kepada-Ku maka Aku akan
memberi petunjuk kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kamu akan lapar kecuali
orang yang Aku beri makan mintalah kepada-Ku maka akan Aku akan memberi
kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing kamu itu telanjang kecuali orang yang Aku beri
pakaian mintalah pakaian kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadamu.Wahai hambaKu sesungguhnya kamu melakukan kesalahan siang dan malam sedang Aku mengampuni
semua dosa mintalah ampun kepada-Ku maka Aku akan memberi ampunan kepadamu.Wahai
hamba-Ku sesungguhnya kamu tidak akan bias menghindar dari kemudharatan-Ku maka
kamu tidak akan mendapatkan kemanfatan-Ku maka mohonlah kemanfaatan kepadaKu.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir dari kamu manusia dan jin
dikalangan itu berada pada hati seseorang laki-laki yang paling taqwa diantaramu maka yang
demikian itu tidak akan menambahsedikitpun dari kerajaan-Ku .Wahai hamba-Ku seandainya
orang pertam dan terakhir dari kamu jin dan manusia berada pada hati seseorang hati seorang
laki-laki yang jahat maka yang demikian itu tidak akan mengurangi sedikitpun kerajaanKu.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir diantara kamu manusia
dan jin berdiri pada suatu bukit lalu mereka minta kepada-Ku maka Aku akan memberinya
dari setiap orang yang permintaanya.maka yang demikian itu tidak akan mengurangi apa
yang ada di sisi-Ku melainkan seperti air laut apabila dimasukan kedalamnya.Wahai hambaKu itu adalah amal-amal kalian yang Aku hitung semua untuk kalian dan kemudian Aku

sempurnakan bagi kalian.Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah memuji
Allah dan barang siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela selain dari pada
dirinya sendiri(Hadits dikeluarkan Muslim).
KESIMPULAN
Aklakh adalah sesuatu hal yang menentukan bagaimana seseorang bias disegani dan dijauhi
itu semua tergantung kepada akhlaknya.
Akhlak yang baik ataupun yang buruk tentunya semua itu ada hal yang menyebabkan itu
semua,seseorang yang berakhlak baik tentunya mempunyai factor yang membuat ia
mempunyai akhlak yang baik baik itu karena factor internal ataupun eksternal,maka dari itu
semua kita harus mengetahui agar pada saatnya kita bias membedakan factor yang akan
membawa kebaikan dan keburukan dan tentunya kita akan berusaha untuk mempunyai
akhlak yang baik yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.
Akhlak yang buruk yang terdapat pada diri seseorang yang tentunya semua itu juga memiliki
faktor yang menyebabkan itu semua terjadi pada diri orang itu,maka dengan setelah kita
mengetahui tentang akhlak buruk ataupun factor-faktor penyebabnya kita akan berusaha
untuk berusaha menjauhi factor-faktor tersebut ataupun mencari bagaimana pencegahannya
ataupun yang menjadi sosialisasinya.
Rasullah memiliki akhlak yang begitu mulyanya yang tentunya harus kita ikuti dan amalakan
dalam kehidupan sehari-hari kita begitupun akhlak kita yang menawan akan kelihatan
sungguh indah apabila dibandingkan dengan akhlak yang buruk yang tentunya kita harus
menjauhinya.
Allah mencintai bahkan memuliakan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik yang
sesuai dengan yang diperintahkan-Nya,maka diutuslah Rasullah untuk menyempurnakan
akhlak kita agar akhlak kita baik.

Anda mungkin juga menyukai