Makalah Tasawuf-2

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

TASAWUF DAN TAREKAT DI INDONESIA DAN DUNIA ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Bambang Irawan M.Ag.

Disusun oleh :

KELOMPOK 4 KELAS 2B

1. A.Auliyah Gita Cahyani (11230331000006)


2. Gina Sonia (11230331000013)
3. Muhammad Rafif (11230331000031)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT., yang telah memberikan kami nikmat sehat sehingga kami mampu mengerjakan
tugas makalah dengan sungguh-sungguh. Tak lupa selawat serta salam kita curahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Ń at

Dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Tasawuf dan Tarekat di Indonesia dan
Dunia Islam.” ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Bambang Irawan M.Ag. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Tasawuf dan semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang
membangun yang diperuntukkan untuk kesempurnaan makalah kami berikutnya.

Ciputat, April 2024

Kelompok

ii
BAB I
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Tasawuf dan Tarekat (rafif)

A. Definisi Tarekat
Secara etimologi tarekat berasal dari bahasa Arab yaitu thariqah jamaknya tharaa’iq
yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis pada sesuatu. Kata thariqah ini telah
dibakukan menjadi bahasa Indonesia, terkadang disebut dengan “tarekat’. Secara
terminologi tarekat adalah jalan yang ditempuh berdasarkan syari’at oleh Seorang
thariq atau pejalan untuk menuju jalan hakikat dengan lebih memahami,Mengetahui,
dan mengenal Allah SWT.

1. Harun Nasution, Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam
tujuan berada Sedekat mungkin dengan Tuhan.
Tarekat kemudian mengundang arti organisasi(tarekat), tiap tarekat mempunyai
Syekh, upacara ritual dan bentuk dzikir sendiri.

2. H. Abu Bakar Atjeh


Tarekat itu artinya jalan, petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai
Dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh
Sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru, sambung-
menyambung Dan rantai-berantai. Atau suatu cara mengajar atau mendidik,
lama-lama meluas Menjadi kumpulan kekeluargaan, yang mengikat penganut-
penganut sufi yang Sefaham dan sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-
ajaran dan latihan-latihan Dari para pemimpinnya dalam satu ikatan.

3. Haji Abdul Malik Karim Amrullah


Maka di antara makhluk dan khalik itu ada perjalanan hidup yang harus kita
tempuh. Inilah yang kita katakan tarekat.

4. Syekh Al-Jurjani
Tarekat adalah jalan atau tingkah laku tertentu bagi orang-orang yang berjalan
(beribadah) kepada Allah dengan melalui pos (manazil) dan meningkat ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu stasiun-stasiun (maqamat). Dari beberapa ungkapan di atas
maka dapat diambil pengertian Bahwa tarekat sebagai hasil pengalaman dari
seorang sufi yang diikuti oleh para murid, Yang dilakukan dengan aturan/cara
tertentu dan bertujuan untuk lebih mendekatkan diri Kepada Allah.

B. Definisi Tasawuf
Secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu

3
1. Tashawwafa, Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa
Tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa
Penganuttasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi
Pakaian sutra dan memaki kain dari buku domba yang berbulu kasar atau yang
Disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memaki kain wol kasar
Adalah symbol kesederhanaan.

2. Kata shuf tesebut tersebut juga diartikan dengan Selembar bulu yang maksudnya
para Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya Bagaikan selembar bulu yang
terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti Apa-apa.

3. Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata Shaff ini
diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan Ketika
shalat, sebagaimana shalat yang berada pada barisan terdepan maka akan Mendapa
kemuliaan dan pahala.
Maka dari itu, orang yang ketika shalat berada di Barisan terdepan akan
mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah SWT.

4. Tasawuf juga berasal dari kata shafa yang berarti jernih, bersih, atau suci, Makna
tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau

Secara umum tasawuf dapat Diartikan sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh
seseorang untuk Mensucikan diri dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang
bersifat Kesenangan duniawi dan akan memusatkan seluruh perhatiannya kepada
Allah. Tasawuf juga dapat diartikan sebuah upaya yang dilakukan manusia untuk
Memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan tujuan
Mendekatkan diri kepada Allah.

Selain itu tasawuf merupakan rasa kepercayaan Terhadap Allah yang dapat
mengarahkan jiwa manusia agar selalu tertuju pada Semua kegiatan yang dapat
menghubungkan dan mendekatkan manusia dengan Allah.

Tasawuf adalah sebuah ilmu Islam yang memfokuskan pada aspek Spiritual dari
Islam. Dilihat dari keterkaitannya dengan kemanusiaan, tasawuf Lebih menekankan
pada aspek kerohanian dari pada aspek jasmani, dalam Kaitannya dengan
kehidupan manusia tasawuf lebih mengutamakan kehidupan Akhirat daripada
kehidupan dunia namun tidak menghilangkan salah satunya, danapabila di lihat
kaitannya dengan pemahaman keagamaan tasawuf lebih Menekankan pada aspek
esoterik dibandingklan aspek eksoterik.

C. Tasawuf dan Tarekat

4
Sebagaimana telah diterangkan bahwa tarekat itu pada mulanya berarti sebagai
Tata cara dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan digunakan untuk
Sekelompok yang menjadi pengikut bagi seorang Syekh. Kelompok ini kemudian
Dalam perkembangannya menjadi lembaga-lembaga yang mengumpul dan
mengikat Sejumlah pengikut dengan aturan-aturan yang telah ditentukan oleh
Syekh. Lembaga tarekat ini merupakan kelanjutan daripada usaha pengikut sufi-sufi
Yang terdahulu.

Perubahan bentuk dari tasawuf kepada tarekat sebagai lembaga dapat Dilihat dari
perorangannya, tetapi akhirnya berkembang menjadi tarekat, sebagai Lembaga
tarekat yang lengkap dengan unsur-unsurnya.

Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja ditunjukkan kepada aturan Dan
cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang Syekh tarekat dan bukan pula
Terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang Syekh tarekat, tetapi
Meliputi segala aspek ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam, seperti sholat,
Puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semuanya merupakan jalan atau cara
Mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sedangkan dalam tarekat yang sudah melembaga bahwa tarekat itu adalah
Mencakup semua aspek ajaran Islam seperti sholat, zakat, puasa, jihad, haji, dan
lainlain Dan pengamalan serta pengalaman seorang Syekh, tetapi semua itu terikat
dengan Tuntunan dan bimbingan seorang Syekh melalui bai’at.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha
Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat mungkin, dengan melalui
pensucian Rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya
selalu Dibawah bimbingan seorang guru/Syekh.

Ajaran-ajaran tasawuf yang merupakan jalan Yang harus ditempuh untuk


mendekatkan diri itu kepada Tuhan, itulah sebenarnya Tarekat.

Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa tasawuf itu adalah usaha Mendekatkan
diri kepada Tuhan, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang Ditempuh
seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan.

Gambaran ini menunjukkan, bahwa tarekat itu adalah tasawuf yang telah
Berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang
Diberikan seorang guru kepada muridnya, karenanya ajaran pokok tarekat adalah
sama Dengan ajaran pokok tasawuf.

Dengan demikian jelaslah hubungan tasawuf dengan tarekat, yaitu tarekat itu
Bermula dari tasawuf dan berkembang dengan berbagai macam paham dan aliran,

5
Yang tergambar dalam adanya Thuruqush Sufiyah (aliran-aliran tarekat) sehingga
Belakangan ini seseorang yang hendak berkecimpung dalam kehidupan tasawuf
pada Umumnya adalah melalui aliran tarekat yang sudah ada.

1.2. Pertumbuhan dan Peran Tarekat (gitaa)

A. Tarekat di Dunia Islam


Pada abad ke-2 Hijriyah muncul golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan
dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Pada abad ke-5 Hijriyah
atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi
sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan
dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Pelopor adanya
tarekat adalah Abd al-Qadir al-Jailani yang juga merupakan pendiri tarekat
Qadiriyah. Sehingga muncullah beberapa tarekat yang dihubungkan dengan nama
pendiri tarekat tersebut.Setelah kemunculan tarekat Qadiriyah, banyak
tarekattarekat cabang dan tarekat–tarekat baru yang bermunculan di dunia Islam.
Tarekat-tarekat ini memberikan pengaruh besar di dunia Islam, baik pada aspek
keagamaan maupun sosial politik. Tulisan ini memberikan sedikit gambaran tentang
ajaran-ajaran tarekat di dunia Islam, khususnya tarekat Qadiriyah, Syadziliyah dan
Syattariyah.

Pada mulanya, suatu tarekat hanya berupa "jalan atau metode yang ditempuh oleh
seorang sufi secara individual", kemudian para sufi itu mengajarkan pengalamannya
kepada muridmuridnya, baik secara individual maupun kolektif. Dari sini

6
terbentuklah suatu tarekat dengan pengertian "jalan menuju Tuhan di bawah
bimbingan seorang mursyid atau guru". Setelah suatu tarekat memiliki anggota
yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah
organisasi tarekat. Pada tahap ini, tarekat dimaknai sebagai "organisasi sejumlah
orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf". Dengan demikian, di dunia
Islam dikenal beberapa tarekat besar seperti tarekat Qadiriyah, Rifa'iyah,
Syadziliyah, Naqsyabandiyah. Khalwatiyah, dsb.1Istilah tarekat dalam tasawuf
sering dihubungkan dengan tiga istilah lain, yakni syariat, hakikat, dan makrifat.
Istilah-istilah ini dipakai untuk menggambarkan peringkat penghayatan keagamaan
seorang muslim. Peringkat
tertinggi dalam penghayatan keagamaan adalah makrifat, kemudian hakikat, tarekat,
dan terakhir syariat.2

Menurut para sufi, syariat adalah jalan untuk memperbaiki amalan-amalan lahir,
tarekat untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), hakikat untuk mengamalkan
segala rahasia yang gaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhir yaitu mengenal
hakikat Allah baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Seorang sufi yang telah
sampai ke tingkat makrifat dinamakan wali. Seorang wali mempunyai kemampuan
supranatural yang disebut karamah,sehingga dapat terjadi pada dirinya hal-hal luar
biasa yang tidak terjangkau oleh akal, baik di masa hidup, maupun sesudah
meninggal.3

Aktifitas para sufi pada awalnya hanya bersifat individual dan tidak melibatkan
orang lain dalam mujahadah dan riyadhoh-nya. Lambat laun para sufi ini kemudian
menyebarkan ajarannya kepada murid-muridnya dan terbentuklah suatu kelompok
lengkap dengan disiplin-disiplinnya. Benih-benih tarekat sudah muncul sejak abad
ke empat hijrah, yaitu ketika seorang sufi Iran bernama Muhammad Ahmad al-
Maihami4 membuat balai di sebelah rumahnya sebagai tempat berkumpul para sufi.
1
Ibid., 63.
2
Ibid., 61-62. Lihat juga: Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Fajar Interpratama
Offset, 2004, 6.
3
Ibid.
4
Lahir 357 H, wafat 430 H.

7
Ia kemudian membuat perkumpulan sufi beserta aturan-aturan untuk ritual dan
riyadhah-nya. Al-Maihami tercatat sebagai orang yang pertama menuliskan secara
formal disiplin pendidikan untuk para salik. Kemunculannya lebih awal dari Imam
Qusyairi yang juga menuliskan tarbiyah ṣufiyyah dalam karya terkenalnya al-
Risalah al-Qushayriyyah.5

Tradisi tarekat ini kemudian menyebar di dunia Islam pada abad ke lima dan enam
hijrah, sehingga kebanyakan sejarawan mencatat bahwa awal kemunculan tarekat
dalam dunia tasawuf adalah pada abad keenam hijriah, yaitu ketika di Irak muncul
dua tokoh penting dalam dunia tarekat, yaitu Shaykh „Ab al-Qadir al Jilani (470-
561 H/1077-1166 M), pendiri tarekat Qadiriyah dan Ahmad Rifa’i (w. 578 H/1182
M), pendiri tarekat Rifa'iyah.6

Abu al-Wafa al-Taftaza al-Hasan al-Syadzili tokoh besar sufi di Mesir


menyebutkan bahwa kedua shaykh ini mendirikan ṭariqah sufi yang kemudian
diikuti oleh banyak jamaah, dan membuat dzikir dan kaedah-kaedah yang matang
dalam suluk sufi yang harus dijalani muridnya. Imam Ghazali adalah salah satu
murid yang banyak mengambil kaedah-kaedah suluk sufi sunni dari keduanya untuk
dijadikan dasar ideologinya.7 Setelah kemunculan dua tokoh ini, dilanjutkan dengan
kemunculan tokoh besar tarekat lainnya, yaitu:8

1. Abu al-H{asan al-Syadzili (593-656 H/ 1197-1258 M), pendiri tarekat


Syadziliyah. Beliau berasal dari Maroko dan pindah ke Mesir bersama para
muridnya.
2. Ahmad al-Badawi, (596-675 H/ 1199-1276 M) pendiri tarekat Badawiyah di
Mesir.

5
Abdurrahman Abdul Khaliq, al-Fikr al-Sufi fi Daw aal-Kitab wa al-Sunnah. Damaskus: Maktabah Dar al-Fiha',
1994, 539.
6
Ah}mad Abd. Allah al-Yadhi, Dirasat fi al-Furuq wa al-T{awa’if al-Islamiyah. Kairo: alHay'ah al-Misriyyah
al-'Amah li al-Kitab, 2009, 367.
7
Ibid.
8
Ibid., 368. Lihat juga: Abdul Khaliq, al-Fikru al-Sufi, 540.

8
3. Ibrahim al-Dasuqi, (653-696 H/ 1255-1296 M) pendiri tarekat Dasuqiyah di
Mesir.

Setelah kemunculan kelima tarekat ini, banyak tarekat-tarekat cabang yang


bermunculan dan tarekat baru lainnya yang masih bertahan hingga sekarang.
Karena banyaknya cabang yang timbul dari setiap tarekat induk, sulit untuk
menelusuri sejarah perkembangannya secara sistematis dan konsepsional.
Cabangcabang ini bermunculan sebagai akibat tersebarnya alumni suatu tarekat
yang mendapat ijazah dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai
perluasan dari ilmu yang diperoleh. Alumni tadi meninggalkan perguruan atau ribat
syaikhnya dan membuat ribat baru di daerah lain. Perguruan-perguruan baru ini
tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan, dan amalan-amalan yang sama
dengan Syaikh dari ribat induk. Dengan transmisi yang demikian itulah, tarekat
akhirnya berkembang ke berbagai wilayah di dunia Islam.9

B. Tarekat di Indonesia

Islam di Indonesia tidak sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur‘an dan Sunnah
saja, pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab Fiqih itu dijadikan
referensi dalam memahami ajaran Islam di perbagai pesantren, bahkan dijadikan
rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan pengadilan
agama. Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap :

Pertama, Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan
Persia disekitar pelabuhan (Terbatas).
Kedua : datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung
Malaya, dan Spanyol di Fhilipina, sampai abad XIX M;
Ketiga : Tahap liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial, terutama Belanda di
Indonesia.

9
Munir Amin, Ilmu Tasawuf, 302

9
Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan
terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh
luar yang tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan
dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang khas
Indonesia. Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat
yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh
budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam
sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam
berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan.
Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat
Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh
kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh
rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.

Di wilayah Aceh, pada sekitar permulaan abad sebelas hijriah datang salah seorang
keturunan Rasulullah, yang sekarang nama beliau diabadikan dengan sebuah 3
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syaikh Nuruddin ar-Raniri. Sebelum ke
nusantara beliau pernah belajar di Tarim Hadramaut Yaman kepada para ulama
terkemuka di sana. Salah satunya kepada al-Imam Abu Hafsh Umar ibn Abdullah
Ba Syaiban al-Hadlrami. Ditangan ulama besar ini, al-Raniri masuk ke wilayah
tasawuf melalui tarekat al-Rifa‘iyyah, hingga menjadi khalifah dalam tarekat ini.

Terhadap akidah hulûl dan wahdah al-wujûd tarekat ini sama sekali tidak memberi
ruang sedikitpun. Hampir seluruh orang yang berada dalam tarekat alRifa‘iyyah
memerangi dua akidah ini. Ketika kesultanan Aceh dipegang oleh Iskandar Tsani,
al-Raniri diangkat menjadi Syaikh al-Islâm‖ bagi kesultanan tersebut. Ajaran
Ahlussunnah yang sebelumnya sudah memiliki tempat di hati orang-orang Aceh
menjadi bertambah kuat dan sangat dominan dalam perkembangan Islam di wilayah
tersebut, juga wilayah Sumatera pada umumnya. Faham-faham akidah Syi‘ah,
terutama akidah hulûl dan ittihâd, yang sebelumnya sempat menyebar di wilayah
tersebut menjadi semakin diasingkan. Beberapa karya yang mengandung faham dua

10
akidah tersebut, juga para pemeluknya saat itu sudah tidak memiliki tempat. Bahkan
beberapa kitab aliran hulûl dan ittihâd sempat dibakar di depan Majid
Baiturrahman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa di bagian ujung sebelah
barat Indonesia faham akidah Ahlussunnah dengan salah satu tarekat mu‘tabarah
sudah memiliki dominasi yang cukup besar dalam kaitannya dengan penyebaran
Islam di wilayah Nusantara.

Di Palembang Sumatera juga pernah muncul seorang tokoh besar. Dari tangannya
lahir sebuah karya besar dalam bidang tasawuf berjudul Siyar al-Sâlikîn Ilâ Ibâdah
Rabb al-Âlamîn. Kitab dalam bahasa Melayu ini memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam perkembangan tasawuf di wilayah Nusantara. Dalam
pembukaan kitab yang tersusun dari empat jilid tersebut penulisnya mengatakan
bahwa tujuan ditulisnya kitab dengan bahasa Melayu ini agar orang-orang yang
tidak dapat memahami bahasa Arab di wilayah Nusantara dan sekitarnya dapat
mengerti tasawuf, serta dapat mempraktekan ajaran-ajarannya secara keseluruhan.
Tokoh kita ini adalah Syaikh Abd ash-Shamad al-Jawi al-Palimbani yang hidup di
sekitar akhir abad dua belas hijriah. Beliau adalah murid dari Syaikh Muhammad
Samman alMadani; yang dikenal sebagai penjaga pintu makam Rasulullah.

Kitab Siyar al-Sâlikin sebenarnya merupakan terjemahan dari kitab Ihyâ‘ Ulûm al-
Dîn, dengan beberapa penyesuaian penjelasan. Hal ini menunjukan bahwa 4
tasawuf yang diemban oleh Syaikh Abd ash-Shamad adalah tasawuf yang telah
dirumuskan oleh Imam al-Ghazali. Dan ini berarti bahwa orientasi tasawuf Syaikh
Abd al-Shamad yang diajarkannya tersebut benar-benar berlandaskan akidah
Ahlussunnah. Karena, seperti yang sudah kita kenal, Imam al-Ghazali adalah sosok
yang sangat erat memegang teguh ajaran Asy‘ariyyah Syafi‘iyyah.

Pada periode setelah wali songo ini, ajaran Ahlussunnah; Asy‘ariyyah Syafi‘iyyah
di Indonesia menjadi sangat kuat. Demikian pula dengan penyebaran tasawuf yang
secara praktis berafiliasi kepada Imam al-Ghazali dan Imam al-Junaid al-Baghdadi,
saat itu sangat populer dan mengakar di masyarakat Indonesia. Penyebaran tasawuf

11
pada periode ini diwarnai dengan banyaknya tarekat-tarekat yang diburu oleh
berbagai lapisan masyarakat. Dominasi murid-murid Syaikh Nawawi yang tersebar
dari sebelah barat hingga sebelah timur pulau Jawa memberikan pengaruh besar
dalam penyebaran ajaran Ahlussunnah Wal Jama‘ah. Ajaran-ajaran di luar
Ahlussunnah, seperti faham non madzha (al-Lâ Madzhabiyyah) dan akidah hulûl
atau ittihâd serta keyakinan sekte-sekte sempalan Islam lainnya, memiliki ruang
gerak yang sangat sempit sekali.

Di kemudian hari kelahiran Syaikh Yusuf menambah semarak keilmuan, terutama


ajaran tasawuf praktis yang cukup menjadi primadona masyarakat Sulawesi saat itu.
Syaikh Yusuf sendiri di samping seorang sufi terkemuka, juga seorang alim besar
multi disipliner yang menguasai berbagai macam disiplin ilmu agama. Latar
belakang pendidikan Syaikh Yusuf menjadikannya sebagai sosok yang sangat
kompeten dalam berbagai bidang. Tercatat bahwa beliau tidak hanya belajar di
daerahnya sendiri, tapi juga banyak melakukan perjalanan (rihlah ilmiyyah) ke
berbagai kepulauan Nusantara, dan bahkan sempat beberapa tahun tinggal di negara
timur tengah hanya untuk memperdalam ilmu agama.

Latar belakang keilmuan Syaikh Yusuf ini menjadikan penyebaran tasawuf di di


wilayah Sulawesi benar-benar dilandaskan kepada akidah Ahlussunnah. Ini
dikuatkan pula dengan karya-karya yang ditulis Syaikh Yusuf sendiri, bahwa
orientasi karyakarya tersebut tidak lain adalah Syafi‘iyyah Asy‘ariyyah. Kondisi ini
sama sekali tidak memberikan ruang kepada akidah hulûl atau ittihâd untuk masuk
ke wilayah kekuasaan Syaikh Yusuf al-Makasari.

C. Manfaat bertarekat dan bertasawuf


Seperti yang kita ketahui bahwa tasawuf dan tarekat saling memiliki keterikatan,
hakikat dari tarekat sendiri ialah ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk
mendekatkan diri kepada allah atau bisa disebut juga cara atau jalan yang harus
ditempuh oleh seseorang dalam usahanya dalam mendekatkan diri kepada allah.
Dan tasawuf sendiri ialah usaha mendekatkan diri kepada allah. Bisa dibilang

12
bahwa mempelajari tasawuf berarti kita mempelajari tarekat juga, dalam bertasawuf
atau bertarekat ini memiliki manfaat dalam kehidupan karena sekaligus memerikan
ketenang batin. Peran tasawuf sendiri dalam kehidupan adalah menyucikan jiwa,
mendidiknya dam meningkatkan derajat budi, menekankan segala keserakahan
dalam memerangi nafsu, lebih dari yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan
pribadi.

Ilmu tasawuf akan memberikan manfaat pada hati agar tetap hidup dan bersinar.
Sebab hati yang hidup dan bersinar menjadi modal segala kebaikan, kesuksesan dan
kebahagiaan hidup dunia akhirat. Ada beberapa manfaat ilmu tasawuf bagi
kehidupan, yakni:

 Mendidik hati dan mengenal dzat allah


 Menyemimbangkan kehidupan materi dan spiritual
 Mengembangkan kesadaran spiritual
 Mengendalikan emosional
 Meningkatkan hubungan dengan orang lain10

D. Hukum bertasawuf dan bertarekat

Menurut ibnu khaldun seorang sejarawan juga seorang ahli ilmu fiqih yang berasal
dari dunisia, beliau mengatakan bahwa manusia memiliki tiga bidang ilmu yang
sangat penting bagi kehidupan manusia sendiri salah satunya adalah tasawuf yang
Dimana ilmu ini berfungsi untuk membersihkan dan menyehatkan batin manusia.
Tasawuf sendiri menurut ibnu Khaldun mempunyai dua hukum Yakni fardu
kifayyah apabila seseorang mempelajari ilmunya, dan fardu ain untuk
mempraktekkan ilmu tersebut.

10
Mahdi, Urgensi Akhlak Tasawuf dalam kehidupan, Jurnal Pendidikan Sosial, Vol.1,No,2012

13
14

Anda mungkin juga menyukai