Laporan Akhir Sifat-Sifat Produk Pertanian
Laporan Akhir Sifat-Sifat Produk Pertanian
KELOMPOK 7 (TUJUH)
N
O
1
1411111007
NINDI ELISA
1411111017
MONICA GUSPA
1411111022
ALFIAN PARNEDI
1411111027
HAIMICCITA RATNA
1411111028
1411112008
KHAIRIL AGUSTORIA
1411112025
NO. BP
LEMBAR PENGESAHAAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Mata Kuliah Praktikum : SIFAT-SIFAT PRODUK PERTANIAN
Kelompok
: VII (Tujuh)
Tempat Praktikum
: LAB. TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN DAN
HASIL PERTANIAN
Periaoderaktikum
: Shift 2 (26 Oktober 2015)
1. ARTOK BUDIANTO
2. DELVA OKTARISNA
3. HENDRI
GUSTIAN,
S.TP
4. SEPRIA MULYADI
5. SYAKINAH PUTRI
23/LTTPHP/201
4
24/LTTPHP/201
4
25/LTTPHP/201
4
26/LTTPHP/201
4
1211111008
6. OVIE ADISTA
1211112015
7. LOLA BUJIANOVA
1211113013
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Siska Desriani,S.TP
No. Reg : 22/LTPPHP/2014
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur senantiasa kami perbaharui kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada
kami sebagai penulis, khususnya dalam penyelesaian Laporan Akhir Praktikum
Sifat-Sifat Produk Pertanian yang telah kami jalani di Laboratorium Teknik
Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian selama satu semester ini.
Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh saat
melaksanakan praktikum di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil
Pertanian. Dengan selesaainya laporan akhir praktikum ini kami mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penulisan baik berupamoril maupun materi. Ucapan terima kasih terutama kami
sampaikan kepada dosen mata kuliah Sifat-Sifat Produksi. Selanjutnya kepada
asisten yang telah berkenan membimbing kami selama praktikum dan temanteman serta rekan kelompok.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menjadi
acuan perbaikan kami kedepan dan memiliki manfaat bagi pembaca.
Penulis
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page i
DAFTAR ISI
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page ii
Metoda.............................................................................................................75
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page iii
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat fisik dari produk pertanian diperlukan dalam penanganan pasca
panen, seperti dalam pengemasan, merancang alat, dan sebagainya. Secara umum
sifat produk pertanian dapat dibagi menjadi sifat fisik, mekanik, thermodinamik,
aerodinamik, hidroninamik, dan sifat elektrik produk pertanian. Sifat fisik ini
diperlukan terutama dalam kegiatan sortasi, grading, pemisahan dari benda asing
dan juga dalam proses pengangkutan atau transportasi produk. Salah satu yang
paling penting yaitu grading, yaitu bentuk seleksi pemutuan bagi produk
pertanian. Sifat fisik dari produk pertanian terdiri atas berat, volume, bentuk,
warna, tekstur, berta jenis, kadar air juga termasuk kedalam sifat-sifat produk
pertanian ini. Biasanya dimana sifat berat maupun volume dipakai dalam
pemutuan buah berdasarkan kuantitas.
Dalam kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan
sifat fisik sangat diperhatikan. Sifat bahan sangat berhubungan dengan
pengelolaan secara mekanis. Banyak para pakar yang profesional di bidangnya
khususnya bidang nutrisi telah merekomendasikan secara ilmiah melalui
pendekatan formula. Sifat fisik bahan dapat diamati secara langsung tanpa adanya
reaksi kimia, sedangkan sifat fisik lainnya dapat diamati dengan terjadinya
perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau pembentukan gas.
Sifat fisik bahan ini sangat diperlukan dalam pemisahan produk dengan
benda asing yang tidak diinginkan seperti partikel tanah, debu maupun bahan
sampah lain yang ikut bersama produk pertanian saat proses pemanenan. Bentuk
dan ukuran berat, volume warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk
kerusakan seminimal mungkin diperlukan pengetahuan terhadap sifat maupun
karakteristik serta sifat teknik dari suatu bahan hasil pertanian yang berkaitan
dengan karakteristik fisik mekanis dan teknik.
Kondisi dilapangan yang menunjukkan kurangnya pengetahuan petani
dalam pengolahan hasil pertanian merupakan dasar utama dalam mempelajari
karakteristik produk pertanian tadi. Dimana meskipun begitu banyak mesin dan
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 1
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 2
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 3
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. Objek 1 (SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS)
2.1.1Tujuan dan Manfaat
2.1.1.1 Tujuan
1) Menentukanbulk density (m/g)
2) Menentukan Angle of respose gabah dan beras ()
3) Menentukan Angle of friction gabah dan beras ()
2.1.1.2 Manfaat
1. Agar praktikan mampu memahami sifat fisik gabah dan beras.
2. Agar praktikan mampu membedakan Angle of respose dan Angle of
friction.
3. Agar praktikan dapat mengetahui mana beras yang berkulitas baik
mana yang tidak.
4. Agar mampu menentukan sifat fisik gabah dan beras serta menentukan
faktor ilmiah yang mempengaruhi sifat tersebut.
5. Agar praktikan memahami tentang sifat fisik utama dari bahan
pertanian terutama gabah dan beras sebagai hasil pertanian yang paling
utama untuk penelitian dimasa mendatang.
2.1.2 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik bahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam
masalah-masalah dalam merancang suatu alat khusus untuk suatu produk
pertanian atau analisa perilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat
fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan,
warna, penampakan,
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 4
Ap
Ac
atau
Rd=
r
R
atau
Rd=
dr
dt
3. Sphericity
Yaitu perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume
sama dengan diameter bak terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala
penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana jika suatu benda mendekati nilai
1 maka benda tersebut dapat dinyatakan mendekati nilai kebulatan.
Sphericity juga dirumuskan dengan
de
dc
memiliki bentuk ellips. Sphericity secara jelas dapat dijelaskan dengan rumus:
Sphericity= (
1
volume bahan
)3
volume bola yang mengelilingi
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 5
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda standar yang selain
standar tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda geometri yang
dimaksud dapat dikelompokkan menjadi:
a. Bulat memanjang (prolate spheroid)
b. Bulat membujur (oblate spheroid)
c. Kerucut berputar/silinder.
Dimana dapat didefinisikan masing-masingnya sebagai berikut:
a. Bulat memanjang (prolate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk ellips berputar pada sumbu
panjangnya. Contoh : lemon.
b. Bulat membuju (oblate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah ellips berputar pada sumbu
pendeknya. Contoh : anggur.
c. Kerucut berputar/silinder
Yaitu bentuk yang menyerupai kerucut/ tabung. Contoh: wortel dan timun.
Bahan pada pangan biasanya berbentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan mengandung air tidak mengandung bahan padatan
begitu juga sebaliknya. Bahan pangan juga memiliki sifat cair seperti airan encer.
Kedua sifat inilah yang dinamakan sifat alir bahan pangan.
Beras adalah butiran padi yang telah dibuang, namun kulit sekam telah
menjadi bagian bagian kasar yang secara konvensional disebut dengan dedak.
Gabah merupakan hasil panenpad dari tangkai induknya. Gabah tersusun atas 1530% kulit luar atau sekam, 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan
sisanya merupakan lembaga.
Sekam membentu jaringan keras sehingga menjadi perisai pelindung bagi
butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen,
karbon dioksida, dan kedap air. Sehingga dapat melindungi butir beras dari
kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang banyak
mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, dan niasir. Endosperm merupakan bagian
utama dari butir beras dengan pati sebagaikomposisi utamanya. Endosperm juga
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 6
mengandung protein dan selulosa dalam jumlah banyak serta vitamin dan mineral
dalam jumlah kecil.
Berikut ini dikemukakan secara umum kritera dan mutu beras diantaranya:
1. Mutu Pasar
Mutu beras dipasaran umumnya berkaitan dengan harga beras tersebut.
Dalam kaitan ini Badan Logistik (Bulog) telah menetapkan ciri penetapan mutu
beras yang akan dibeli badan tersebut. Namun ketentuan ini tidak berlaku dipasar
bebas. Ukuran beras adalah panjang butiran beras utuh menggunakan mikrometer.
2. Mutu Rasa
Mutu rasa beras yang dapat dijadikan tolak ukur memiliki sifat subjektif
yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, dan sebagainya. Meskipun belum ada
ketentuan yang pasti untuk menetapkan mutu beras, namun mutu rasa sudah
menjadi acuan memperkirakan jenis varietas dari produk tersebut.
3. Mutu Tanak
Yaitu
persyaratan
utama
dalam
pengolahan
beras
dalam
dunia
internasional. Hal ini telah diterapkan dalam penerapan mutu beras di Amerika.
Ciri utama dari mutu tanak adalah pengembangan volume, kemampuan mengikat
air, stabilitas pengalengan nasi, lama waktu dalam penanakan, serta viskositas
padi yang digunakan tesebut.
4. Komposisi Beras
Kandungan standar gizi beras adalah sebesar 360 kalori ,protein sebesar
6,8 gram, kalsium 6 mg dan zat besi 8 mg. Salah satu faktor yang mempengaruhi
biologis tanah adalah suhu. Perubahan secara kimia pada proses penyimpanan
secara cepat dapat terjadi pada tingkat suhu 30-40C, sedangkan pada tingkatan
suhu lebih dari itu akan menyebabkan hilangnya daya kecambah dari gabah.
Butiran-butiran gabah memiliki karakteristik bentuk dan beragam,
tergantung varietasnya. Secara umum, subspecies padi yang ditanam di dunia
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Japonica,Javanica, dan Indica. Padi jenis
Japonica memiliki bentuk butiran gabah pendek membulat, sedangkan pdadi jenis
Indica memiliki bentuk butiran bulat memanjang. Di Indonesia jenis padi yang
banyak ditanam yaitu padi jenis Indica. Butiran gabah dapat diuraikan menjadi
bagian-bagian. Secara garis besar, bagian-bagian gabah dapat dibedakan mejnadi
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 7
tiga bagian. Bagian paling luar disebut sekam. Sekam tersusun dari palea, lemma,
dan glume. Bagian keduadisebut bagian bekatul. Bagian bekatul tersusun atas
lapisan luar, lapisan tengah, lapisan silang, testa, dan aleuron, sedangkan lapisan
yang paling dalam disebut endosperm. Gabah hasil panen kemudian diproses
lebih lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan. Tahapan pascapanen
tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan,
penyimpanan, dan pengemasan. Salah satu tahapan pascapanen yang peting yaitu
proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang sudah siap digiling atau Gabah
Kering Giling (KGK) akan diproses menjadi beras putih yang siap dikonsumsi.
Dilihat dari segi kandungan gizi, butiran beras mengandung 70-75%
karbihidrat, 6-7,5% protein, 3 % lemak, dan sedikit vitamin B2. Karbohidrat dan
protein terdapat di dalam lapisan bekatul dan endosperm, sebagian besar lemak
dan vitamin B2 terdapat dalam bekatul. Kandungan protein pada endosperm
berpengaruh pada rendemen beras kepala dan derajat keputihan butiran. Kadar
protein yang tinggi membuat butiran menjadi keras sehingga cenderung tidak
patah pada saat penyosohan atau berat sosoh. Berat sosoh adalah tingkat
terlepasnya lapisan bekatul, lembaga, dan edikit endosperm dan butiran beras.
Penilaian derajat sosoh :
1. Perhitungan berat bekatul yang terlepas setelah proses penyosohan.
2. Memnggunakan pembanding standar derajat sosoh beras secara visual
dengan bantuan alat kaca pembesar.
3. Menggunakan alat Satake Milling Meter MM-1C atau whiteness
meter.
Selain itu butiran beras juga tahan terhadap gesekan sehingga hanya
sedikit bangian endosperm yang terkikis. Akibatnya, derajat sosoh akan menjadi
rendah.
Kualitas fisik gabh terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian
gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang
biasa dinyatakan dalam satuan (%) dan dari berat basah (wet basis). Sedangkan
tingkat kemurnia gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadapberat
keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 8
rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah akan menurun.
Kemudian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti butir
hampa, butir-butir tanah, batu-batu kerikil, potogan kayu, potongan logam, angkai
padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama, serat karung, dan sebagainya.
Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butiran-butiran bagah yang telah
terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada
tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat sosoh
terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%.
Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air
yang lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen
(GKP), memiliki kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum
digiling kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan
sampai kadar air maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut gabah kering
simpan (GKS). Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar
13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun
beratsnya sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi
gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung
digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling. Gabah
kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3%
dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses
penggilingan. Proses penggilingan padi diawali dengan pembersihan awal untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah
awal. Selanjutnya gabah mengalami proses pemecahan kulit, dimana sekam yang
berbobot 20% dari bobot gabah awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan
tersisa beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui
proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna
beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari
berat gabah awal. Beras kepala sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 9
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 10
Dmayor
Jenis
>7,5 mm
Sangat Panjang
6,5<dmayor<7,5 mm
Panjang
5,5< dmayor<6,5mm
Sedang
<5,5 mm
Pendek
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 11
Jenis
>7,0 mm
Sangat Panjang
6,0<dmayor<7,0 mm
Panjang
5,0<dmayor<6,0 mm
Sedang
<5,0 mm
Pendek
Jenis
>3,0 mm
Slender
2,0<rasio<3,0 mm
Bold
<2,0 mm
Round
m
v
f.
g.
h.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 12
% head rice =
X1
*100%
X
%large broken =
% small broken =
KELOMPOK 7 (TUJUH)
X2
* 100%
X
X3
*100%
X
Page 13
Beras
Gabah
1(cm)
3(cm)
4(cm)
5(cm)
Rata-rata
Dmayor
0,415
(cm)
0,510
0,620
0,525
0,605
0,535
dmoderat
0,210
0,205
0,230
0,135
0,210
0,198
Dminor
0,125
0,140
0,125
0,135
0,130
0,131
Dmayor
0,820
0,800
0,735
0,840
0,805
0,800
dmoderat
0,235
0,233
0,548
0,215
0,240
0,293
Dminor
0,135
0,108
0,230
0,145
0,145
0,153
Triplek
- Plat tipis
% head rice
% large broken
% small broken
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 14
Gabah
Sangat
Beras
Sedang
panjang
Bold
2528,173 cm
0,593 g/cm
15,01
1736,378 cm
0,863 g/cm
17,34
43
40
30
25
15,5%
9%
5,4%
2.1.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras.
Dimana telah diketahui bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang
berbeda. Untuk masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara
acak sebanyak 10 buah sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya
berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus diperhatikan nilai
pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi kekeliruan terhadap nilai
dmoderat, dan dminor. Karena kebanyakan pembacaan data antara dmoderat, dan
dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan dminor.
Dari data gabah secara rata-rata didapatkan nilai dmayor, dmoderat, dan
dminorberturut-turut adalah 0,800 cm, 0,293 cm, dan 0,153 cm. Sedangkan dari
data rata-rata yang didapatkan dari nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras
adalah 0,535 cm, 0,198 cm, dan 0,131 cm. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai
dari dmayor, dmoderat, dan dminordari gabah akan lebih besar dibandingkan nilai
dmayor, dmoderat, dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan
nilai ini adalah karena beras merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan
sekam. Untuk kasus ini berlaku jika bahan yang dibandingkan berasal dari
varietas yang sama. Namun pada varietas berbeda perbandingan ini tidak berlaku
karena boleh jadi suatu varietas memang ukurannya pendek atau panjang. Hal
inilah yang menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan pertanian.
Sedangkan hasil perhitungan angle of respose dengan pengamatan secara
manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan perhitungan
dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai dari
angle of friction. Dalam menentukan angle of respose dari gabah dan beras
dilakukan secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah
15,01 untuk gabah dan 17,34 untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi
secara langsung oleh permukaan gabah dan beras yang berbeda. Dimana
permukaan gabah lebih kasar dibandingkan dengan permukaan beras. Sehingga
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 15
daya saling memegang antar bahan pada gabah lebih besar dibandingkan dengan
beras.
Dari data angle of friction dari gabah dan beras didapatkan 43 gabah pada
triplek dan 30 beras pada triplek pula. Sedangkan pada plat tipis pada gabah
senilai 40, sedangkan pada beras sebesar 25. Hampir sama dengan penjelasan
pada angle of respose dimana nilai pada angle of friction sealin dipengaruhi oleh
permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh permukaan benda peluncur (triplek
dan plat tipis).
Dalam hal ini nilai angle of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding
angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek dari plat tipis
lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada pengolahan
pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.
Dari nilai bulk density antara gabah dan beras didapatkan nilai bulk density
gabah sebesar 0,593 g/cm dan bulk density beras 0,863 g/cm. Dari perbedaan
data ini dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan yang
bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan jumlah persatuan unit yang
lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati
ruang yang sama dengan massa lebih besar dibandingkan dengan gabah.
Dari penentuan persentase berat beras hasil penggilingan berdasarkan
keutuhannya didapatkan head rice sebesar 15,5%, large brokekndan small broken
berturut-turut sebesar 9% dan 5,4%. Perhitungan ini berdasarkan anggapan
sampel sebenarnya sebanyak 299 dari seluruh jumlah X1,X2 dan X3 didapatkan
head rice sebesar 51,8%, sehingga nilai ini merupakan nilai mutu ke IV dari
penentuan mutu beras di Indonesia. Sedangkan large rice sebesar 30,10% dan
small broken sebesar 18%. Jadi secara berturut-turut nilai keutuhannya menjadi V
dan VI diurutan kualitas beras di Indonesia.
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian
yang dianalisis dengan tujuan memudahkan dalam mendesain proses dan alat dan
mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi bahan pertanian. Contoh
bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil
aktivitas pertanian. Sifat fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk,
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 16
panjang, luas permukaan, volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas
(mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya),
karakteristik air (mencakup kadar air, higroskopisitas, kadar air kesetimbangan,
dan sebagainya), sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan
hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung seperti gesekan yang
terjadi antara bahan pertanian dan bahan pertanian dengan media lain serta
kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Luas permukaan bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat untuk berbagai
kebutuhan seperti menentukan kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan
tanaman, tanah, dan air (transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi
penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil pertanian (misal
kualitas daun tembakau).
Metode yang digunakan adalah planimeter di mana bayangan benda
diproyeksikan di atas kertas, lalu luas bayangan benda. Metode lain yang lebih
maju adalah dengan menggunakan alat yang disebut dengan air-flow planimeter.
Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan dengan
komputer mempercepat proses ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image
processing).
Volume dan massa jenis berbagai produk pertanian berperan penting pada
teknologi proses dan dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini ada
pada teknologi pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah,
dan lain-lain. Umumnya keduanya diukur secara bersamaan menggunakan metode
displacement (perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
Aplikasi dari praktikum pada penentuan sifat fisik gabah dan beras ini
diantaranya adalah desain pada mesin pengolahan pertanian seperti Storage
Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System,
Forage Harvester, dan Threser.
Desain hooper adalah aplikasi yang sering dimanfaatkan dalam kajian sifat
fisik produk pertanian. Dimana hooper sebagai bagian yang digunakan untuk
memasukkan yang akan diparut dan sekaligus menjadi wadah parutan dan bagian
inilah seorang ahli teknik pertanian harus paham dengan berapa tingkat
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 17
kemiringan suatu plat dan jenis plat yang sesuai dengan sifat bahan yang akan
diolah.
Kemudian selanjutnya sifat fisik sering digunakan dalam analisa efektifitas
pada mesin threser. Dimana thereser sebagai mesin perontok padi yang memiliki
bagian pintu masuk sebagai celah perontok batang padi dengan gabah yang akan
dipisahkan. Disinilah peran dari angle of respose sebagai kajian jenis plat yang
sesuai agarpada saat batang padi didirong tidak menyebabkan adanya gerakan
terlalu besar.
Selanjutnya mesin pemotong jerami merupakan alat yang prinsip kerjanya
mirip dengan thereser. Dimana peran angle of friction yang lebih mendominasi.
Dimana kemiringan wadah tempat untuk meletakkan erami sedemikian mungkin
sehingga pada saat pemotongan bagian jerami bisa berjalan tanpa didorong oleh
operator.
Sifat bulk density gabah dan beras juga penting untuk desain penggudangan
sehinggadalam penggudangan dapat ditentukan luasan tempat dan bentuk tempat
yang cocok bagi bahan pertanian tersebut. Pada setiap metode pengukuran ada
kesalahan begitu juga perhitungan, terdapat kesalahan yang disebabkan oleh
praktikan dan juga akurasi alat yang sudah mulai berkurang.
2.1.6 Kesimpulan dan Saran
2.1.6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of
respose danangle of friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan
perhitungan rumus. Dimana angle of respose dipengaruhi oleh luas gundukan
pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan angle of friction dari gabah. Hal ini disebabkan
karena permukaan gabah yang lebih kasar yang disebabkan permukaan sekam
sehingga setian bahan saling memegang satu sama lain sehingga besarnya nilai
sudut menjadi rendah.
Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil dibanding dengan
angle of friction gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis .
Dimana hal ini disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 18
ditambah dengan kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga
semakin kecil. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan
koefisien gesek beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.
Pada objek ini kita juga dapat menentukan keutuhan beras, sehingga kita
dapat menentukan mutu beras berdasarkan utuh, setengah utuh, dan seperempat
utuh. Aplikasi pada objek ini sering digunakan pada desain hooper karena banyak
mengandung analisa angle of respose dan angle of friction. Selain itu aplikasi
objek ini dapat berupa pada mesin pengolahan bahan pangan diantaranya Storage
Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System,
Forage Harvester, dan Threser.
2.1.6.2 Saran
Saran dalam melakukan praktikum ini adalah agar dalam praktikum serius
dalam melakukan pengukuran karena nantinya data yang diperoleh akan berakibat
pada perbandingan dengan data acuan sebenarnya. Selanjutnya dalam melakukan
praktikum ini harus lebih memahami teori diawal sebelum praktikum sehingganya
nanti pada saat melakukan praktikum praktikan telah dapat memahami secara
jelas apa yang harus dilakukan didalam laboratorium.
Kemudian yang paling penting adalah kekompakan anggota kelompok
dalam melakukan praktikum. Hal ini penting karena tanpa adanya koordinasi yang
baik antar anggota kelompok akan meyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
Misalkan jika dalam melakukan pengambilan data objek hanya dilakukan oleh
satu orang tanpa adanya pembagian tugas yang jelas maka proses praktikum akan
berjalan cukup lama.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 19
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 20
penyimpanan yang lebih baik sebelum barang tersebut menjadi busuk. Jika barang
sudah rusak bentuk fisiknya atau busuk, maka sidah pasti nilai dan kualitas barang
tersebut menurun.
Barang-barang bulky relatif membutuhkan biaya penyimpanan dan biaya
pengankutan yang tinggi.
Sifat fisik bahan yang sangat berpengaruh terhadap desain hoper adalah
angle of repose. Sifat ini adalah sifat teknik dari suatu bahan berbentuk granular
yang dituang dalam suatu permukaan horizontal maka akan terbentuk suatu
gundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap
permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of repose.
Angle of friction adalah suatu sudut yang dibentuk oleh suatu permukaan
dengan bidang horizontal pada saat gabah diatas permukaan tersebut meluncur
karena gaya berat. Densitas bulk adalah perbandingan antara berat dan volume.
Data dari bulk density penting untuk perhitungan dimensi dari bulk strorege
fasilities penampungan kapasitas tertentu.
Karakteristik fisik pada biji-bijian:
a. Bentuk dan ukuran
Kriteria untuk benruk dan ukuran :
1. Charted standars (gambar standar)
Digunakan untuk mengukur penampang memanjang dan melintang objek.
Contoh bentuknya yaitu:
1. Round (bundar)
2. Oblate (membujur)
3. Cone (kerucut)
2. Roundness
Merupakan ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Nilai round
(kebundaran) suatu bahan padat. Nilai round
Apabila nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk
bahan tersebut bundar. Ada bebrapa metode untuk mengestimasi kebundarn suatu
benda diantaranya adalah :
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 21
Roundness (Rd)=
Ap
Ac
r
NR
3. Sphericity
Merupakan perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai
volume yang sama dengan bahan dan dengan luas permukaan bahan.
Dirumuskan sebagai berikut :
volume bahan
Sphericity
volume bola yang mengelilingi
1
3
massa
volume
Dimana :
V=
1
d2 t
4
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 22
Volume dan densitas juga dapat berperan sebagai aplikasi aplikasi seperti :
1. Pengeringan dan penyimpanan
2. Rancangan silo dan ruang penyimpanan
3. Mesin kompresi mekanikal
4. Pemisahan bahan bahan asing
5. Penentuan kemurnian benih
6. Separasi dan grading
7. Evaluasi kematangan
8. Tekstur dan kelunakan buah
9. Estimasi ruang udara di dalam jaringan tanaman
Biji adalah bakal biji dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat
terlindung dari organ lain atau tidak. Dari sudut evolusi, biji merupakan embrio
atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong polongan yang menjadi
bahan dasar banyak makanan dari asia timur seperti kecap, tahu dan tempe.
Kacang tanah adalah tanaman polong polongan atau legumeanggota suku
fabaceae yang di budidayakan, serta menjadi kacang kacangan terpenting
setelah kedelai di Indonesia.
Kacang hijau (vigna radita) adalah sejenis palawija yang di kenal luas di
daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong polongan (fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari hari sebagai sumber bahan
pangan berprotein tinggi.Kacang merah hampir sama dengan kacang-kacangan
yang lainnya.
Biji adalah bahan paling mendasar untuk manusia dan hewan. Kandungan
pori yang tinngi, pdad bijian menyediakan sumber energy utama bagi manusia dan
hewan, selain kandungan protein dan lemaknya. Padi, gandum, dan jagung adalah
bijian utama sumber pangan dan telah menjadi makanan pokok sejak awal
peradaban manusia. Termasuk dalam bijian adalh serealia, kacangan, dan bijian
berlemak tinggi.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 23
Bijian merupakan bahan pangan yang tahan lama karena tidak mudah rusak
selama pengangkutan akan dapat mempertahankan mutunya dalam penyimpanan
yang panjang jika telash diperlakukan dengan berat selama panen, pengeringan,
dan penyimpanan. Kegagalan dalam menerapkan cara-cara dan prosedu yang baik
dalam berbagai kegiatan penanganan pascapanen tadi dapat menyebabkan
penurunan mutu yang cepat dan susut yang tinggi.
Pengetahuan mengenai sifat alamiah dan struktur bijian sangat diperlukan
dalam memahami perilaku bijian setelah panen sehingga dapat diupayakan
pengembangan system pascapanen yang cocok untuk produk dan kondisi
lingkungan tertentu. Sebagai contoh struktur biji jagung mungkin akan
mempengaruhi laju pengeringan, misalnya biji jagung akan mengalami
kehilangan air yang cepat bila ada bagian yang pecah atau hilang. Komposisi
kimia dan sifat-sifat fisik juga dapat mempengaruhi karakteristik penyerapan air
oleh bijian dan laju pengeringan.
Tiga jenis bijian utama padi, jagung, dan gandum berasal dari tanaman
jenis rerumputa yang menghasilkan biji atau kerel. Kadar air ketiga jenis bijian ini
ketika dipanen bervariasi, yaitu antara 18%-38% tetapi agar dapat disimpan
dengan aman kadar air harus diturunkan sampai 13%-14% tergantung pada
kondisi dan lama penyimpanan. Dengan demikian pengeringan langsung setalah
panen adalah umum laju pengeringan semakin tinggi bila bulk density semakin
rendah, panas spesifik semakin rendah, porositas semakin tinggi, dan luas
permukaan spesifik semakin tinggi.
Tingkat susut bijian juga dipengaruhi oleh factor fisik, biologis, dan
fisiologis dari bijian itu sendiri. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
susut bijian antara lain :
1. Faktor fisik, misalnyay terjadi karena :
a. Panen, dimana kemungkinan terjadi ceceran bijian terutama jika
panen dilakukan tanpa bantuan peralatan atau mesin.
b. Perontokan, disebabkan oleh adanya bijian yang tidak dapat
dirontokkan sehingga ikut terbuang bersama tangkai / malai
tanaman.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 24
tanamannya
atau selama
dalam
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 25
3
GMD = ( d
mayor x d moderate x d minor
c. Ditentukan shpericityyaitu :
S = (GMD / d minor
m
v
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 26
e. Tentukan angle of repose, yaitu: tuangkan 1,5 kg bahan di atas bidang datar
dan selanjutnya ukur kemiringan tumpukan bahan
Angle of respons= arc tan
t
d
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 27
Bahan
Kedelai
Kacang
Tanah
Kacang
Merah
Kacang
Hijau
Rata-
Sampel
Rata
d mayor
0,825
0,720
0,735
0,760
d moderate
0,610
0,540
0,645
0,598
d minor
0,505
0,510
0,510
0,510
d mayor
1,530
1,300
1,315
0,381
d moderate
0,910
0,920
0,800
0,876
d minor
0,740
0,825
0,710
0,758
d mayor
1,930
1,525
1,640
1,689
d moderate
0,640
0,710
0,730
0,693
d minor
0,540
0,535
0,615
0,563
d mayor
0,505
0,540
0,535
0,526
d moderate
0,335
0,345
0,420
0,363
d minor
0,315
0,330
0,405
0,350
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Kedelai
Kacang
Kacang
Kacang
Tanah
Merah
Hijau
Page 28
GMD (cm)
0,614
0,654
0,871
0,405
Sphericity
0,807
0,728
0,512
0,769
1000
1000
1000
1000
1267,232
1479,336
1337,334
981,431
0,789
0,676
0,748
1,018
Angle of
11,346 ;
10,679 ;
8,611 ;
11,309 ;
Repose
20
20
30
30
10 ; 14
15 ; 24
13 ; 20
7 ; 20
Massa Bahan
(g)
Volume
Tabung (
cm3
Bulk
Density(g/
cm3
Angle of
Friction
2.2.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sifat fisik biji-bijian. Bahanbahan yang digunakan yaitu kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau , dan
kacang merah.
Didalam hasil Geometric Mean Diameter (GMD), data yang di dapat pada
kedelai adalah 0,614 cm. Untuk GMD kacang tanah yang didapat adalah 0,654
cm. GMD kacang merah adalah 0,871 cm dan sedangkan untuk Geometric mean
diameter kacang hijau data yang didapat adalah 0,405 cm.
Dari data yang telah diperoleh,untuk geometic mean diameter kedelai dan
kacang hijau tidak jauh berbeda karena dilihat dari bentuk kacang hijau dan
kedelai yang tidak jauh berbeda. Namun geometric mean diameter pada bahan
lain lumayan jauh berbeda, hal ini disebabkan karena ukuran yang terdapat ada
bahan-bahan tersebut, jenis bahan tersebut dan luas permuakaan dari bahan
tersebut.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 29
Untuk sphericity yang didapat dari bahan tersebut diantaranya yaitu pada
kedalai sphericity yang diperoleh 0,807. Untuk kacang tanah sphericity yang
diperoleh sebesar 0,728. Untuk kacang merah hasil sphericity yang diperoleh
yaitu 0,512. Sedangkan sphericity kacang hijau yang diperoleh adalah 0,769. Dari
semua bahan tersebut data yang diperoleh tidak ada sphericity bahan yang lebih
dari satu. Karena jika bahan sphericitynya mendekati satu , maka bahan tersebut
semakin bulat atau bundar.dari data yang dipeoleh, data yang nilainya mendekati
satu adalah kacang kedelai sedangkan bahan yang nilainya mendekati nol adalah
merah.
Selanjutnya untuk bulk density dari bahan tersebut. Bulk density merupakan
massa sebuah partikel yang menempati suatu bahan. Bulk density ditentukan oleh
berat wadah yang di ketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dari
berat granular dan volume wadah.
Bulk density yang di dapat pada kedelai yaitu 0,789 g/ cm 3 , kacang tanah
sebesar 0,676 g/ cm3 , kacang merah 0,748 g/ cm 3
1,018 g/ cm3 . Dari data tersebut bulk density yang didapat berbeda-beda. Hal
ini disebabkan karena bahan tersebut ketika dimasukkan ke dalam tabung,
kedalamannya tidak sama. Hal ini disebabkan karena salah satunya massa yang
berbeda-beda antar bahan tersebut. Selain itu jenis bahan yang digunakan juga
berbeda-beda, meskipun bahan tersebut sama-sama termasuk kelompok kacangkacangan.
Dalam praktikum ini, kita juga membahas tentang angle of repose. Angle of
repose merupakan sudut antara permukaan gundukan dengan bidang horizontal.
Jika kita melihat angle of repose dari bahan tersebut, maka sudut yang dihitung
secar manual dan secara rumus sangat berbeda. Contohnya pada kedelai, secara
manual angle of repose yang didapat yaitu 20, sedangkan secar rumus di
dapatkan sebesar 11,346. Hal yang mempengaruhi sudut tersebut berbeda antara
manual dan rumus yaitu kurang teliti dalam membaca hasil pengukuran saat busur
yang telah diletakkan diatas gundukan bahan tersebut,kemudian kesalahan dalam
meletakkan busur pada gundukan juga dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan
terhadap hasil yang diperoleh, bisa saja sudut antara tangan kita dengan lantai
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 30
terlalu dekat dan terlalu jauh ketika menaburkan di atas lantai yang telah
disediakan.
Angle of repose yang diperolah setelah melakukan praktikum tidak jauh
berbeda antara kedelai dan kacang hijau. Sudut yang terbentuk secara manual
yaitu 20 dan 30. Sedangkan sudut angle of repose terbentuk secara rumus antara
kedelai dan kacang tanah adalah 11,346 dan 11,309. Hal ini berbeda karena
bahan yang digunakan berbeda meskipun ukurannya hampir sama. Selain itu,
yang membuat angle of repose bahan ini berbeda secara rumus adalah kedalaman
dari bahan tersebut.
Angle of friction merupakan sudut yang terbentuk oleh permukaan kayu
dengan bidang horizontal. Angle of friction yang diukur adalah menggunakan
triplek dan plat tipis. Angle of friction pada kedelai yang menggunakan triplek
sudut yang terbentuk adalah 14 sedangkan dengan menggunakan plat tipis sudut
yang terbentuk adalah sebesar 10. Pada kacang tanah angle of friction yang
terbentuk dengan menggunakan triplek yaitu 24 dan dengan menggunakan plat
tipis sudut yang terbentuk adalah 15. Pada kacang merah sudut yang terbentuk
dengan menggunakan triplek yaitu 20 dan dengan menggunakan plat tipis sudut
yang terbentuk sebesar 13. Pada kacang hijau, angle of frictin yang terbentuk
dengan menggunakan triplek yaitu 20 dan dengan menggunakan plat tipis sudut
yang terbentuk sebesar 7. Dari data tersebut, bisa dikatakan bahwa angle of
friction pada setiap bahan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena luas
permukaan dari triplek dan plat tipis terhadap bahan tersebut dan jaga dapat
karena mengangkat bidang yang terlalu cepat dan cara pembacaan busur yang
kurang tepat. Selain itu, berdasarkan data yang di peroleh sudut yang terbentuk
dengan menggunakan triplek lebih besar dibanding plat tipis. Hal ini disebabkan
oleh bentuk permukaan dari triplek dan plat tipis yang berbeda dimana permukaan
plat lebih licin di banding permukaan triplek.
Dalam percobaan itu sendiri kesalahan penggunaan alat lebih sering terjadi
karena pengukuran yang dilakukan memungkinkan banyak kesalahan. Misalnya
dapat melakukan kesalahan dalam pembacaan, kemudian kurangnya ketelitian
dari pratikan dalam pengerjaannya.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 31
Aplikasi dari sifat fisik biji-bijian di bidang teknik pertanian yaitu untuk
penelitian dalam mendesain alat yang dapat digunakan untuk pengolahan bijibijian . selain itu juga dapat berguna untuk mendesain alat penyortir biji-bijian.dan
untuk proses pengemasan bagaimana cara agar dalam suatu tempat atau wadah
yang digunakan terisi secara maksimal.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 32
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 33
3.
2.3.1.2 Manfaat
1.
Menentukan perbedaan sifat fisik yang ada pada buah dan sayur .
2.
3.
4.
5.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 34
Dalam beberapa hal bentuk dapat di aproksimasi dengan salah satu dari
bentuk geometri berikut :
1.
Spheroid prolat
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar
pada
Spheroid oblat .
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah elips berputar pada sumbu
timun.
Dengan bentuk-bentuk geometri ini dapat diaprokmasikan.
Tanaman sayuran dan buah dikelompokkan secara bebas berdasarkan
karakteristik dari pascapanen serta suhu dan penyimpanan . Pengelompokkan
dapat juga melalui resapan tanaman tersebut terhadap pH (keasaman),
sanitasi,kebutuhan akan hara serta drainase .Perbedaan respon tanaman terhadap
drainase kondisi tersebut menimbulkan keberagaman pada tanaman tersebut
.Selain itu tanaman dapat juga dikelompokkan berdasarkan bagian yang bisa
dimakan.
Pengelompokkan (klasifikasi) botanis pada umumnya dilakukan
berdasarkan keberagaman tipe bunga ,morfologi,dan kecocokan antar tanaman
.Misalnya tanaman selada dalam divisi spermatophyta dan dalam sub kelas
mondikotiledonae .Sejumlah besar selada dimakan mentah dan merupakan
sayuran salad yang populer karena warna , tekstur,aroma serta umumnya
mengandung kadar air yang tinggi .Buah dan sayur masing-masing karakteristik
berbeda mulai dari rasa,aroma,dan bentuk .
Pengamatan terhadap buah dan sayur penting dilakukan untuk melakukan
sortasi atau grading agar mutu dan kualitasnya bisa menjadi lebih baik . Tiap-tiap
buah dan sayur memiliki sifat fisik yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat
kematangan juga menyebabkan berbedanya sifat fisik dan kimianya .Sifat fisik
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 35
buah dan sayur sangat penting dalam sortasi dan grading .Seringkali sortasi dan
pengkelasan mutu buah dan sayur ditetapkan secara objektif dan kualitatif .
Sortasi buah dan sayur memiliki permintaan pasar nasional mauoun
internasional yang biasanya melihat mutu suatu produk dari nilai ukuran .warna
mutu,rasa dll.Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah
.Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan
penanganan pasca panen secara umum,karena buah dengan karakteristik dinding
buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terjadi perubahan
lingkungan .
Pada dasarnya dinding buah terdiri atas tiga komponen yaitu :
1.
2.
Lapisan luar
Lapisan tengah
3.
Lapisan dalam
Beberapa buah mengalami keempukan setelah panen ,sesungguhnya hal ini
terjadi salah satunya dalam penyimpanan .Tetapi perubahan selulosa tidak terlalu
besar tetapi hemiselulosa dan peptopektin berubahnya besar sekali .Peranan kedua
zat ini sangat penting dalam pengempukan buah artinya yaitu bahwa pektin yang
hilang tersebut nampaknya diubah menjadi pektin yang mudah larut ,terbukti
dengan meningkatnya pektin .
Dalam kaitannya dengan variasi iklim terutama di daerah tropis ,dalam hal
ini pemanenan telah diteliti bagaimana untuk menjaga hasilnya tetap
maksimum.Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil panen adalah temperatur
,ketersediaan air dan dalam beberapa wilayah,lamanya waktu pemanenan hingga
intensitas cahaya.Faktor ini mungkin digunakan sebagai acuan umum untuk
menentukan tanah yang baik untuk pertumbuhan sayur-sayuran .Komposisi yang
dialami dan hasil dari tanah tersebut digunakan sebagai tempat penanaman
sayuran dan buah-buahan .
Sayuran dan buah-buahan adalah bahan makanan yang banyak mengandung
vitamin dan mineral,sehingga sayuran dan buah buahan berfungsi sebagai zat
pengatur dalam tubuh.Perebusan sayuran yang dilakukan di panci tertutup akan
menyebabkan sayuran menjadi hijau kecoklatan,ini disebabkan karena asam
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 36
vilotile yang harusnya keluar pada saat memasak tidak keluar karena panci ditutup
sehingga asam vilotile terseut bereaksi dengan klorofil yang menyebabkan warna
menjadi coklat,sedangkan perebusan sayuran dengan panci terbuka asam
volatilenya akan dapat keluar sehingga tidak bereaksi dengan klorofil dan tidak
ada warna kecoklatan .
Pada sayur yang mengalami proses blanching warnanya hijau muda karena
asam volatilenya dapat keluar dari panci dan tidak bereaksi dengan klorofil ,suhu
blanching mempunyai daya kerja memotong esterfital membentuk klorofilid yang
larut dalam air sehingga warnanya hijau segar .Tekstur sayuran yang mengalami
proses blanching juga masih renyah karena kadar air yang masuk ke dalam
sayuran sedikit dibandingkan dengan yang direbus baik dengan ditutup maupun
dibuka tutup pancinya .
1. Tanda-tanda kerusakan pada sayuran dan buah-buahan :
2. Kerusakan sayuran dan buahan sering terjadi akibat benturan
fisik,kehilangan air sehingga layu,serangan serangga ,dan serangan
miroba.
3. Busuk air pada buah dan sayur yang disebabkan oleh kepang yang
membentuk spora ,pertumbuhan beberapa bakteri ditandai dengan adanya
tekstur yang lunak .
4. Perubahan warna yang disebabkan oleh kepang yang mementuk spora
berwarna hitam ,hijau,biru dan abu-abu .
5. Bau alkohol dan rasa asam . Disebabkan oleh pertumbuhan khamir atau
bakteri asam laktat,misalnya pada sari buah.
Sayuran adalah tanaman holtikultura ,umumnya memiliki waktu yang
relatif pendek (kurang darri 1 tahun) dan merupakan tanaman sayuran.Buah
adalah hasil perkawinan antara kepala putik dan benang sari. Umumnya buah
merupakan tempat biji dan biasa digunakan sebagai pencuci mulut ,sayuran dan
buah-buahan adalah sumber vitamin terutama vitamin A dan C serta zat-zat lain
yang menunjang kecukupan gizi .
Untuk mengetahui sifat fisik buah dan sayur cukup dengan mengamati
sifat,ukuran ,bentuk,tekstur,warna,dan penampakan.Sedangkan untuk mengetahui
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 37
sifat kimia adalah dengan cara menguji bahan kimia sesuai dengan kandungan
buat tesrsebut .
Tanaman sayuran dikelompokkan secara bebas berdasarkan karakteristik
dari pascapanen serta suhu dan penyimpanannya,dan dapat juga melalui respon
tanaman terhadap pH,drainase,sanitasi,dan kebutuhan akan hara.Perbedaan respon
tanaman terhadap beragam kondisi tersebut menimbulkan keberagaman pada
tanaman tersebut.Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium)
dan merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki kandungan gizi
,vitamin,mineral dan pada umumnya sangat baik dikonsumsi setiap hari.Pada
jeruk terdapat pigmen berkaroten,zeaxhantin, dan lutein.Pada buah jeruk warna
kulit beraneka ragam,jeruk terasa kecut saat dimakan ini menandakan terdapat
lebih banyak gizi dibanding jeruk yang manis .
Pengelompokkan pada botanis umumnya dilakukan berdasarkan
keberagaman
tipe
bunga,morfologi
dan
kecocokan
antar
tanaman.Pada
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 38
Sortasi buah dan sayur dilakukan sesuai permintaan pasar nasional maupun
internasional yang biasanya melihat satu produk dan nilai ukuran, mutu, rasa, dan
lain-lain. Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah. Klasifikasi
berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penggunaan pasca
panen secara umum, karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip
akan mempunyai responyang terhadap perubahan lingkungan.
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung baha-bahan padat
(solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padat terdapat juga bahan cair.
Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna,
rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimai dapat dilakukan terhadap pH,
total asam, dan kadar gula. Diantara sifat tersebut berat dan volume biasanya
diapakai untuk pemutuan buah berdasarkan kualitas. Dalam kegiatan pasca panen
lainnya seperti pengemasan dan pengangkuta sifat fisik sangat diperhatikan.
Berat jenis dan sifat produk pertanian dapat digunakan untuk menduga
kematangan dari buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyak
digunakan dalam perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti massa
jenis. Volume bahan pangan dapat dihitunga dengan menggunakan pengukuran
berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) dan dengan
menggunakan metode platform scale.
Komposisi setiap macam sayuran dan buah-buahan berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Perbedaan varietas
2. Keadaan cuaca tempat tumbuh
3. Pemeliharaan tanaman
4. Kondisi penyimpanan
Sayuran dan buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi yaitu sekitar 7595%. Suatu jenis buah yang disebut unggul karena biasanya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 39
2.3.4 Metoda
1. Ukur panjang ( dmayor ) ,lebar ( dmoderat ) ,tebal ( dminor ) untuk buah dan
sayuran dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong.
Sampel untuk masing-masing bahan adalah 3 butir,masukkan data ke
tabel dan hitung rata-ratanya .
2. Geometrid Mean Diameter [( dmayor ) x ( dmoderat ) x( dminor )] 1/3
3. Spericity = ( GMD / dmayor )
4. Menentukan volume buah : timbang tabung air + air ( WWC ) dan
timbang tabung + air + buah yangg ditenggelamkan ( WWCF ).
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 40
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 41
Sample
2
dmayor
6,710 cm
6,420 cm
6,210 cm
6,447 cm
dmoderat
6,603 cm
6,215 cm
5,815 cm
6,211 cm
dminor
6,405 cm
4,635cm
5,125 cm
5,388 cm
dmayor
11,000 cm
10,500 cm
11,300 cm
10,932 cm
dmoderat
4,105 cm
3,200 cm
4,335 cm
3,880 cm
dminor
1,620 cm
1,815 cm
2,000 cm
1,812 cm
dmayor
11,000 cm
7,300 cm
6,100 cm
8,133 cm
dmoderat
0,705 cm
0,840 cm
0,920 cm
0,822 cm
Dminor
0,145 cm
0,210 cm
0,210 cm
0,188 cm
dmayor
7,615 cm
7,545 cm
7,615 cm
7,592 cm
dmoderat
7,535 cm
7,140 cm
7,130 cm
7,268 cm
dminor
6,935 cm
6,005 cm
7,045 cm
6,662 cm
Bahan
Jeruk
Wortel
Cabe
Apel
Rata-rata
Apel
Jeruk
Wortel
Cabe
GMD
7,160
5,989
4,242
1,060
Sphericity
0,942
0,928
1,163
0,138
WWC (ml )
500
500
Volume (cm 3)
0,203
0,110
73,798
4,774
DW (g/ml )
1000
10000
Density (g/cm3 )
WWCF (ml)
16,350
703,3
951,060
610
0,919
0,780
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 42
2.3.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek tiga yaitu tentang sifat fisik buah dan sayur ,yang
pertama dilakukan adalah mengukur panjang (dmayor ) ,lebar (dmoderat ),dan tebal
(dminor ) dari bahan dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong
.Masing-masing dari bahan diambil tiga sampel.Pengukuran ini untuk menentukan
ukuran dari bahan praktikum. Dari data yang diperoleh bahwa sampel pada
masing-masing bahan memiliki ukuran yang berbeda .
Pada sampel 3 buah jeruk , panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 6,710
cm,6,420cm,6,210 cm,hasil pengukuran yang didapatkan dari ketiga sampel jeruk
tersebut memiliki panjang yang tidak jauh berbeda.Begitupun dengan lebar (d
moderat
) dengan hasil 6,603 cm,6,215 cm,5,815 cm,nilai yang didapatkan pun tidak
terlalu jauh berbeda .Sedangkan pada pegukuran tebal ( dminor ) dari sampel jeruk
ini didapatkan bahwa pada sampel kedua tebal dari jeruk itu sendiri jauh berbeda
dari tebal sampel jeruk yang lainnya,nilai pengukuran yang didapatkan yaitu
6,405 cm,4,635 cm,dan 5,125 cm .
Pada sampel 3 buah wortel,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah
11,300 cm, 10,500 dan 11,300 cm dan pada pengukuran panjang wortel ini sendiri
pun didapatkan hasil yang hampir mendekati .Pada pengukuran lebar (d
moderat
data pengukuran yang didapatkan adalah 4,105cm, 3,200 cm, 4,335 cm,pada
pengukuran ini juga didapatkan bahwa salah satu dari sampel mimiliki lebar yg
jauh berbeda dari sampel wortel yang lainnya.hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh kesalahan saat membaca alat ukur sendiri maupun disebabkan dari perbedaan
ukuran wortel itu sendiri .Pada pengambilan data tebal ( dminor ) didapatkan
hasilnya yaitu 1,620cm, 1,815 cm dan 2,000 cm .
Pada sampel 3 buah cabe,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 11,000
cm, 7,300 cm, 6,100 cm .Data yang didapatkan dari pengukuran panjang cabe ini
memilki nilai yang jauh berbeda antara ketiga sampel yang diukur,Ini disebabkan
karena adanya perbedaan ukuran panjang dari cabe itu sendiri,karena ada sebagian
dari buah cabe memiliki panjang yang bebeda-beda .Pada pengukuran lebar
(d
moderat
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 43
hasilnya yaitu 0,145 cm, 0 210 cm, 0,210 cm.Hasil pengukuran ini pun tidak jauh
berbeda dari ketiga sampel yang diambil .
Pada sampel 3 buah apel ,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 7,615
cm, 7,545 cm, dan 7,615 cm .Dari data yang didapatkan panjang dari buah apel
yang diukur relatif mendekati satu sama lain.Pada pengukuran lebar (d
moderat
didapatkan hasilnya yaitu 7,535 cm, 7,140cm, 7,130 cm.Dari pengukuran lebar
buah apel satu sampel dari buah apel yang memiliki nilai yang lebih besar
daripada 2 buah sampel yang lainnya,dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan
ukuran dari buah apel itu sendiri ada yang besar dan ada yang kecil dan mungkin
dikarenakan adanya kesalahan dari pembaan alat ukur oleh praktikan .Pada
pengukuran tebal ( dminor ) dari buah apel didapatkan hasilnya yaitu 6,935 cm,
6,005 cm dan 7,045 cm .Data pengukuran yan didapatkan dari sampel ini juga
memiliki perbedaan nilai yang sangat jauh,dapat disebabkan oleh perbedaan
ukuran dari buah apel yang diukur.
Untuk menentukan volume dari masing-masing buah dan sayur diperoleh
dengan menggunakan data dari DW,WWC, WWCF serta massanya.Dari
perhitungan yang dilakukan didapatkan volume apel 0,203 cm3,volume jeruk
0,110 cm3,pada pencarian volume buah dan sayur berbeda karena ukuran dari
masing-masing bahan tersebut.
Untuk mencari volume buah adalah dengan menenggelamkan pada air yang
memiliki ukuran tertentu dan pada praktikum ini jumlah airnya 500g/ml.Lalu
bahan dimasukkan pada air tersebut sehingga perubahan nilai skala yang
ditunjukkan setelah buah tersebut dutenggelamkan dapat kita ukur untuk
menentukan volume bahan tersebut.Sedangkan untuk mencari volume sayur
terlebih dahulu dengan cara mengukur jari-jari dasar, jari-jari atas serta tinggi dari
bahan tersebut,setelah data didapatan lalu dihitung dengan menggunakan rumus.
Hasil dari perhitungan tersebut menjadi volume dari bahan tersebut . Pengukuran
dengan menggunakan metode ini digunakan karena buah dan sayur termasuk
bahan yang mempunyai bentuk tak beraturan. Sehingga jika digunakan
pengukuran dengan alat ukur, data hasil pengukuran menjadi tidak akurat karena
semua bagian bahan dapat dijangkau alat ukur.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 44
( prolate
spheroid ) yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada
sumbu panjangnya,pada praktikum ini contohnya adalah buah jeruk dan buah apel
.Sedangkan bahan yang digunakan yang memiliki bentuk kerucut berputar atau
silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau silinder ( tabung )
,contohnya adalah wortel dan cabe
Aplikasi dari praktikum ini pada Teknik Pertanian adalah mulai dari bentuk
dan ukuran digunakan untuk analisis pemisahan biji-bijian dari bahan lain seperti
partikel yang tidak diperlukan dan yang ikut tercampur ke dalam . Selain itu juga
berguna dalam proses pengangkutan bahan pertanian agar tidak mudah rusak
dalam perjalanan.Aplikaksi yang dapat digunakan di praktikum ini antara lain dari
analisa bentuk dan ukuran digunakan dalam proses grading/pemisahan produk
maupun dengan skala berat.Selanjutnya aplikasi dari praktikum ini penting untuk
sortasi,penentuan kematangan,dan warna permukaan produk serta pada proses
penyimpanan produk serta pada proses penyimpanan produk itu sendiri.
Pengukuran dengan menggunakan benang dilakukan karena beberapa
bahan pertanian seperti cabe yang memiliki bentuk yang tidak beraturan sehingga
jika dilakukan pengukuran menggunakan penggaris maka akan berakibat beberapa
bagian dari cabe tidak terukur atau tidak terjangkau alat ukur sehingga data yang
didapatkan tidak akurat.
Bahan yang digunakan pada objek ini terdapat dua jenis bentuk prolate
spheroid yang memiliki bentuk bulat memanjang yang terjadi pada bahan seperti
apel dan jeruk. Sedangkan bahan kedua adalah cabe dan wortel yang memiliki
bentuk silinder kerucut berputar. Aplikasi yang dapat digunakan pada objek kali
ini adalah pada alat grading dimana alat ini dapat digunakan untuk memisahkan
bahan sesuai ukuran, warna kematangan dan indicator keteraturan bentuk.
Selain sebagai alat pemisahan sesuai mutu, analisa pada objek praktikum
ini penting untuk aplikasi pengemasan. Dimana dalam pengemasan antara cabe,
wortel dan bahan lain tentunya berbeda. Disinilah fungsi dari analisa bulk density
untuk masing-masing bahan diperlukan bahkan untuk penyimpanan skala besar.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 45
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 46
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 47
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 48
2. Aliran pseudoplastik
3. Aliran dilator
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 49
2. Strain
Deformasi, bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau
lebih dimensinya akan berubah perubahan dimensi ini yang disebut dengan
deformasi. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal, satuan
strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang, kerenanya tidak
memiliki satuan.poison ratio adalah perbandingan antara lateral strain dengan
axial strain.
Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk
dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair,
padat, semi padat, dan ada juga yang memiliki sifat elasitis dan kental. Produk
pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila
dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah
diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu
teksturpun akan berbeda. Parameter penting mutu pada produk pangan
diantaranya kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas.
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastic, atau cair
dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat
berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile), atau gaya geser (shearing).
Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut,
gaya tarik dapat menyebabkan ukuran benda lebih panjang, sedangkan gaya geser
menyebabkan benda bergerak atau bergeser dari posisinya semula sehingga
memiliki sifat mengalir dan memiliki bentuk yang berberda dari bentuk aslinya.
Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gayagaya tersebut. Dengan kata lain, produk pangan mempunyai sifat reologi yang
spesifik,
sehingga
analisis
sifat
reologi
ini
sering
dilakukan
untuk
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 50
dasar untuk memahami reologi benda padat atau semi padat beserta teknik
pengukurannya.
1. Perilaku Elastis
Perilaku elastis suatu benda dapat dihitung dari beberapa atau seberapa
bersar perubahan panjang yang terjadi setalah gaya diberikan. Perilaku elastis
terjadi apabila tekanan (stress) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain.
Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) per satuan luas (A), sedangkan strain
adalah akibat yang ditimbulkan dari stress, dan dinyatakan sebagai perubahan
panjang (L) per satuan panjang awal (L). ekspresi hubungan keduanya dikenal
dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E).
Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan jika benda berada di bawah
tekanan. Apabila gaya yang diberikan adalah dalam bentuk gesekan atau
hidrostatik maka koefisien yang digunakan adalah modulus shear (G) dan
modulus curah atau bulk (K).
2. Perilaku Pelastik
Benda yang
kontinu apabila dikenakan gaya. Walaupun dapat kembali ke bentuk semula tetapi
bentuk benda tersebut tidak dapat kembali kebentuk yang sesempurna
sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan dengan
membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. Apabila gaya
mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat stress
tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. Setelah yield stress ini
tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung seterusnya.
3. Perilaku Mengalir
Perilaku sifat mengalir (fluditas) yang ideal terjadi dalam benda yang
mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya
yang diberikan. Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang
berbentuk padat.
4. Sifat Makanan Padat
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 51
Benda yang bersifat padat ideal (solid) tidak mengalami perubahan bentuk
apabila diberikan gaya. Benda yang bersifat padat ideal biasa disebut Hooke
Solid. Produk pangan pada umumnya tidak menunjukkan sifat padat ideal. Karena
seringkali mengalami perubahan bentuk oleh adanya gaya. Namun dibandingkan
dengan produk yang bersifat elastis, perubahan bentuk produk yang bersifat padat
kecil. Yang terjadi adalah produk tersebut akan mengalami patah, rapuh atau
hancur bila ada yang menanganinya atau mengenainya melebihi batas daya
tahannya. Tetapi apabila gaya tekan tersebut masih di bawah batas daya tahannya
maka produk tersebut tidak mengalami perubahan bentuk sama sekali.
5. Sifat Makanan Viskoelastik
Produk pangan dan produk antaranya dalam pengolahan mempunyai sifat
sebagai kombinasi dari bahan elastik dan kental. Bahan seperti ini disebut bahan
viskoelastik. Benda yang mempunyai sifat viskoelastik dapat mengalami
perubahan bentuk (deformasi) yang bersifat mengalir bila dikenakan gaya. Uji
reologi adonan dapat diukur dengan viscograph (terutama untuk mengetahui
karakteristik tepungnya).
6. Parameter Reologi
a. Kekerasan
Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk
pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu
benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur
dengan alat instron. Dalam cara mengukur kekerasa, gaya tekan akan
memecahkan produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa
didahului perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah
dan besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut niali kekerasan.
b. Kekenyalan
Sifat kekenyalan adalh sifat relogi yang menggambarkan daya tahan produk
untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. Bedanya kekerasan untuk
menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi,
sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 52
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 53
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 54
Sawo 3
Rata-rata
beban (gr)
100
200
500
100
200
500
100
200
500
100
200
500
X0
5.04
5.04
5.04
4.8
4.8
4.8
5.42
5.42
5.42
X1
5.12
5.125
5.2
4.835
4.84
4.9
5.515
5.525
5.535
L0
6
6
6
6
6
6
5.5
5.5
5.5
L1
5.7
5.5
5.3
5.7
5.2
5.1
5.4
5.3
5
poison
ratio
0.32
0.204
0.64
0.14
0.06
0.14
0.99
0.253
0.231
0.483
0.172
0.337
Tomat 2
Tomat 3
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
100
200
500
100
200
500
100
200
500
4.515
4.515
4.515
4.315
4.315
4.315
4.135
4.135
4.135
4.545
4.6
4.645
4.335
4.34
4.4
4.14
4.2
4.245
5.9
5.9
5.9
5.5
5.5
5.5
5.9
5.9
5.9
5.8
5.5
5.1
5.4
5.3
5
5.8
5.4
5.2
Rata-rata
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 55
poison
ratio
0.118
0.206
0.177
0.275
0.165
0.209
0.059
0.188
0.219
0.15
0.166
0.201
terong
pirus 2
terong
pirus 3
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
Poison
Ratio
100
200
500
3.735
3.735
3.735
3.74
3.745
3.825
6.7
6.7
6.7
6.65
6.4
6.2
0.067
0.067
0.321
100
200
500
3.91
3.91
3.91
3.91
3.925
3.94
5.6
5.6
5.6
5.6
5.6
5.2
0
0.017
0.112
100
200
500
4.21
4.21
4.21
4.215
4.235
4.31
6.2
6.2
6.2
6.2
6.1
5.8
0.0062
0.372
0.356
0.024
0.152
0.263
rata-rata
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 56
300
200
100
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
300
200
100
0
0.05
0.1
0.15
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 57
300
200
100
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
poison ratio sawo 3
300
200
100
0
0
0.2
0.4
0.6
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 58
300
200
100
0
0
300
200
100
0
0.15
0.2
0.25
0.3
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 59
300
200
100
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
poison ratio tomat 3
300
200
100
0
0.14 0.16 0.18 0.2 0.22
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 60
300
200
100
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
300
200
100
0
0
0.05
0.1
0.15
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 61
300
200
100
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
300
200
100
0
0
0.1
0.2
0.3
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 62
600
500
400
beban (gr)
300
rata-rata sawo
200
rata-rata tomat
100
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 63
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 64
Pengukuran pada tomat merah, pada tomat merah 1 hasil dengan beban 100 gr,
200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,118, 0,206, dan 0,177. Pada tomat merah 2
didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,275,
0,165 dan 0,209. Sedangkan perhitungan pada tomat merah ke-3 didapatkan hasil
dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,059 gr, 0,188 dan
0,219. Pada produk pertanian tomat merah rata-rata perhitungan poison rationya
dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,150, 0.160 dan 0,201.
Hal ini disebabkan oleh deformasi pada tinggi dan diameter yang tidak seirama
atau tidak beraturan sehingga didapat hasil dari poison ratio yang berbeda-beda
atau tidak linear.
Pengukuran pada terong pirus, pada terong pirus 1 didapat hasil dengan beban
100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,067, 0,067 dan 0,321. Pada terong
pirus 2 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,
0,017, dan 0,112 dan pada terong pirus yang ke-3 didapat hasil saat beban 100 gr,
200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,062, 0,372 dan 0,356. Sehingga rata-rata
dari terong pirus didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut
adalah 0,024, 0,152, dan 0,263. Hasil pengukuran terong pirus rata-ratanya
menunjukan bahwa poison ratio pada saat beban 500 gr lebih besar nilainya
dibanding 100 gr, dan 200 gr.
Perbedaan nilai poison ratio ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran
panjang dan diameter masing-masing komoditi, tingkat kematangan dan
kekerasan fisik dari bahan juga akan sangat mempengaruhi besar kecilnya
deformasi yang akan terjadi. Selain tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari
bahan, bentuk granular dari bahan juga berpengaruh terhadap perbedaan yang
terjadi.
Grafik poison ratio cenderung tidak linear terutama pada poison ratio sawo.
Grafik poison ratio pada sawo cenderung tidak beraturan karena pada beban 100
gr sawo memiliki tinggi yang bernilai besar sehingga poison rationya tinggi, pada
beban 500 gr tingginya sangat berkurang sedangkan diameternya bertambah besar
sehingga poison rationya tinggi juga, sedangkan pada beban 200 gr, tingginya
berkurang seiring dengan pertambahan diameternya, sehingga nilainya berada
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 65
ditengah antara poison ratio beban 100 gr dan poison ratio denagn beban 500 gr,
begitupun dengan poison ratio sawo 2 dan poison ratio sawo 3.
Grafik poison ratio tomat merah cenderung linear yaitu saat beban ditambah
maka poison rationya juga bertambah, begitupun dengan grafik poison ratio pada
terong pirus yaitu berbanding lurus atau linear, poison ratio akan bertambah
seiring pertambahan beban.
Alat yang paling umum digunakan pada aplikasi sifat rheologi pertanian salah
satunya rice meeling unit dimana menggunakan kajian kekuatan tahanan beras
sebagai acuan pemberian daya boleh pada gabah.Dengan diketahuinya poison
ration maksimum besar adalah 85,79 (modulus young) N/mm2,dengan tegangan
ketika bahan patah sebesar 16,46 N/m2 dengan beban puncak 25032 N persatuan
kubik menjadikan acuan dalam desain alat agar tidak melebihi daya.Oleh ini agar
didapatkan hasil pengolahan beras yang baik.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 66
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 67
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 68
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 69
input
data hasil
penelitian
perancang
bangunan
sistem
siklon
adalah
parameter-parameter
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 70
udara
Fd.
Secara
matematis
terminal
2 mg
A C d
dimana, Vt
m
= kecepatan terminal
= massa dari benda jatuh
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 71
kecepatan
tanpa
= percepatan gravitasi
Cd
= koefisien drag
Koefisien drag (Cd) adalah bilangan yang menunjujja tahanan fluida yang
diterima oleh suatu benda. Harga koefisien drag yang kecil menunjukkan
hambatan fluida.
Menurut Mohsenin (1986) pembersihan, penyortiran, dan peggolongan
mutu akhir atau klasifikasi hasil dilakukan berdasarkan sifat-sifat antara lain
ukuran, bentuk, berat jenis, dan sifat permukaan. Sementara menurut Henderson
dan Perry (1976), tujuan akhir dari pengkelasan suatu produk dimana sangat
bergantung dari ukuran, bentuk, spesifik gravity, dan karakteristik permukaan
suatu bahan (bijian).
Selanjutnya Mohsenin mengatakan bahwa pembersihan dan penyortiran
butiran dan berbagai biji tidak dapat dibedakan dengan jelas, karena proses ini
dilakukan secara serempak dan caranya berlaku bagi keduanya. Das pernah
melakukan penelitian pemisahan gabah dan beras dengan berbagai mekanisme
pemisahan sistem rak yang bergerak secara bolak-balik dan mengatur sudut
kemiringan dari rak.
Sistem ini bekerja berdasarkan perbedaan spesifik gravity dan karakteristik
permukaan gabah dan beras. Pembersihan padi atau beras atau winnowing adalah
proses penampihan atau memisahkan gabah (padi)dari kotoran / benda asing.
Proses pembersihan padi ini dapat dilakukan sebelum ataupun sesudah
pengeringan.
Mekanisme kerjanya adalah pada saat ada angina kencang, gabah
ditaburkan dari atas ke bawah, sehingga kotoran yang ringan akan terhembus ke
samping dan gabah bersih akan jatuh vertical ke bawah secara gravitasi.
Berdasarkan gravitasi, pemisahan gabah dan beras dapat dilakukan
berdasarkan berat jenis dari gabah. Alat pemisah ini didasarkan pada dua keadaan
diantaranya :
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 72
asing,
tangkai
padi
dan
kotoran
lainnya
selama
proses
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 73
2.5.3.1 Bahan
1. Gabah
1,5 kg
2. Beras
1,5 kg
2.5.3.2 Alat
1. Blower
2. Anemometer
3. Tabung
2.5.4
Metoda
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 74
Vt =
2 mg
ACd
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 75
secara
keseluruhan
hubungan
dengan
parameter-parameter
aerodinamika.
c. Untuk memperoleh karakteristik pemisah beras, bekatul dan sekam dengan
siklon yang sudah validasi.
Parameter-parameter sifat aerodinamika meiputi yaitu :
a. Kecepatan terminal (Vt) partikel tunggal maupun dispersi
b. Drag coefficient friksi (Cf)
c. Drag coefficient tekanan (Cd)
d. Drag coefficient total (C)
Dalam hal ini proses penggilingan padi bertujuan untuk membuang
sekam dan bekatul atau kotoran lainnya dari beras utuh. Penggilingan padi
menghasilkan campuran beras utuh.Penggilingan ini juga menghasilkan gabah
belum tergiling, sekam, bekatul, debu, beras perah dan biji dari gabah yang belum
masak.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 76
Gabah
Rata-
0,026
980
0,00118
0,0087
15,7
29,31m/s
0,025
980
0,00118
0,0087
13,6
34,54m/s
0,018
980
0,00118
0,0087
6,8
33,13m/s
0,023
980
0,00118
0,087
31,57
0,014
0,014
0,00118
0,046
0,014
29,31m/s
0,013
0,013
0,00118
0,046
0,013
34,54m/s
0,015
0,015
0,00118
0,046
0,015
33,13m/s
0,014
0,014
0,001118 0,056
0,032
rata
Beras
Ratarata
2.5.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sifat aerodinamis produk
pertanian.Sifat aerodinamis produk pertanian merupakan sifat yang menggunakan
udara sebagai medium dari pemisahan bahan tersebut.Dalam praktikum kali
ini,nilai yang di cari adalah nilai terminal velocity dari bahan tersebut.Untuk
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 77
Percobaan tersebut di ambil tiga buah dari masing masing gabah dan
beras.Pengukuran menggunakan jangka sorong tersebut bergunakan untuk
mentukan geometric mean diameter dari bahan bahan tersebut.
Pada bahan praktikum gabah, geometric mean diameter (GMD) yang di
dapat secara berturut-turut adalah 0,341 cm,0,305 cm,dan 0,353 cm.Sehingga
geometric mean diameter (GMD) rata - rata dari bahan gabah ini adalah sebesar
0,333 cm.Geometric mean diameter (GMD) sama dengan nilai luas permukaan
pada penentuan terminal velocity. Sedangkan untuk bahan praktikum beras,nilai
geometric mean diameter yang di dapat secara berturut turut sebesar0,258
cm,0,228 cm, dan 0,245 cm. Sehingga didapat nilai geometric mean diameter rata
rata sebesar 0,243 cm. Dari data yang telah didapatkan , maka nilai geometric
mean diameter dari gabah lebih besar dari pada nilai geometric mean diameter
dari beras yaitu sebesar 0,333 cm. Faktor yang mempengaruhi gabah lebih besar
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 78
dari pada beras adalah tekstur dari kulit gabah tersebut. Dengan adanya kulit pada
gabah maka akan menambah nilai luas dari gabah tersebut.
Sebelum menentukan nilai terminal velocity juga harus mengetahui nilai
dari massa benda jatuh percepatan gravitasi , koefisien drag dan massa jenis dari
bahan tersebut. Untuk bahan gabah maka didapatkan massa dari benda jatuh
sebesar 0,026 gr , 0,025 gr , dan 0,018 gr. Massa ini diambil dari tiga buah gabah
yang diambil dalam 1 kg.Kemudian dihitung menggunakan timbangan
digital.Sedangkan untuk bahan beras massa yang didapat dalam praktikum
tersebut secara berturut turut adalah 0,014 gr , 0,013 gr , dan 0,015 gr. Sama
hasilnya dengan gabah diambil dari tiga buah beras dalam 1 kg berasyang
digunakan praktikan.
Selanjutnya , dalam menentukan terminal velocity juga harus mengetahui
koefisien drag dari bahan tersebut. Koefisien dari bahan tersebut adalah 0,04.
Koefisien drag ini digunakan karena koefisien ini yang hampir mendekati gabah
dan beras. Koefisien drag merupakan bilangan yang menunjukkan besar kecilnya
tekanan fluida yang diterima oleh suatu benda. Harga dari koefisien drag yang
kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima benda saat berjalan adalah
kecil, dan begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien drag sangat bergantung pada
bentuk dari suatu geometric.
Kemudian hal yang perlu diperhatikandalam menentukan terminal velocity
adalah massa jenis dari bahan tersebut. Pada praktikum objek lima ini yaitu sifat
aerodinamis produk pertanian. Bahan yang di butuhkan adakah udara. Sehingga
massa jenis yang digunakan adalah massa jenis dari udara. Untuk massa jenis dari
udara adalah sebesar 0,00118 g/cm3. Massa jenis udara ini sama anatara terminal
velocity percobaan satu dan percobaan dua pada bahan dari gabah dan beras. Hal
tersebut sudah menjadi ketetapan dari referensi. Sama halnya dengan massa jenis
air yang memiliki massa jenis sebesar 1 g/cm3. Dimana mana akan di pakai
massa jenis air sebesar 1 g/cm3,karena sudah menjadi ketetapan yang telah
mendunia.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 79
Pada bahan praktikum gabah , maka nilai terminal velocity yang didapat
secara berturut turut adalah sebesar 35,22 m/s , 34,54 m/s , dan 29,31 m/s.
Sehingga didapat nilai terminal velocity rata rata dari bahan praktikum gabah
sebesar 79,53 m/s. Seadangkan bahan praktikum beras , nilai terminal velocity
yang di dapat pada praktikum tersebutsebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79
cm/s. Sehingga nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Dari
data tersebut dapat di dilihat bahwa nilai terminalvelocity beras lebih besar dari
pada nilai terminal velocity gabah. Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh dari
massa bahan tersebut.
Massa beras lebih besar dari massa gabah karena beras tidak memiliki
kulit, seingga udara tidak ada yang tersimpan didalamnya, sedangkan gabah
mimiliki luar atau kulit biji. Sehingga kulit tersebut menyebabkan udara tertahan
di dalamnya.Maka hal ini yang membuat gabah lebih ringan dari pada beras.
Aplikasi dari sifat aerodinamika prod uk pertanian ini dapat diterapkan
pada mesin RMU (Rice Milling Unit) dimana pemisahan antara beras dan
kotorannya, serta dapat diterapkan pada penyortiran beras. Pada umumnya
aplikasi dari praktikum ini adalah sebagai pemisah antara bahan-bahan pertanian
dengan kotorannya, karena bahan tersebut sebelum diolah haus dipisahkan dari
benda-benda asing atau kotorannya.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 80
2.5.6
2.5.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa sifat aerodinamika produk pertanian merupakan sifat yang menggunakan
udara sebagai medium untuk melakukan percobaan terkhusus gabah dan beras.
Dalam praktikum ini, nilai yang dicari adalah nilai terminal velocity terjadi pada
saat kecepatan gravitasi Fg sama dengan hambatan udara Fd. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terminal velocity adalah massa, percepatan gravitasi, massa jenis
dan luas permukaan dari bahan tersebut.
Pada bahan praktikum beras, nilai terminal velocity yang dapat secara
berturut-turut adalah sebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79 cm/s. Sehingga
nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Untuk bahan
praktikum gabah didapatkan nilai terminal velocity yaitu sebesar 35,22cm/s,
34,54cm/s dan 29,31 cm/s. Sehingga rata-rata nilai velocity yaitu 79,53 cm/s.
Hal-hal yang mempengaruhi nilai terminal velocity dari gabah dan beras
berbeda antara yang menggunakan rumus dan yang secara manual adalah kurang
teliti dalam membaca skala anemometer yang digunakan untuk mengukur
kecepatan udara pada blower pada saat tertutup, setengah terbuka dan terbuka. Hal
lain yang mempengaruhi mungkin alat anemometer yang sudah kurang akurat.
2.5.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum objek ini adalah lebih teliti
dalam pembaca skala jangka sorong dan skala anemometer.Untuk praktikum
selanjutnya sebaiknya berhati-hati dalam mengolah data.Karena bisa terjadi
kesalahan dalam perhitungan. Sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelu
melakukan praktikum, karena bisa lebih mengerti dalam melakukan praktiku.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 81
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 82
yang akan dipisahkan. Tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk
pemisahan biji- bijian dari benda asing. Dengan pengulasan tersebut, jelas bahwa
kecepatan termial telah digunakan sebgai karakteristik aerodinamik dan
hidrodinamik yang penting dari meterial material dalam penerapan sebagai alat
pengangkutan dan pemisahan bahan - bahan asing dari produk yang diinginkan.
Proses pemisahan biji-bijian pada umumnya menggunakan prinsip
perbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lain
yang akan di buang atau di pisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah
hembusan udara. Selain itu pemisahan biji- bijian juga dapat dengan
menggunaakan sortasi basah atau yang disebut dengan proses perendaman bahan
sehinga kotoran dan dan bahan yang tidak diperlukan akan mengapung.
Dua metode cleaning pada proses pengolahan pangan, yaitu dry cleaning
dan wet cleaning . dry claaning merupakan teknik penghilangan partikel dan
kontaminan tidak berguna dan tidak diperlukan dari bahan pertanian dengan
menggunakan udara sebagai alat pemisahnya. Sedangkan wet cleaning dilakukan
dengan cara melarutkan bahan kontaminan yang menempel pada bagian bahan
produk pertanian sehingga mudah untuk di hilangkan. Pemisahan berdasarkan
spesiifik gravity umumnya digunakan untuk memisahkan biji yang sudah masak
(tua) dan yang belum masak (muda). Prinsip pemisahan adalah biji leih berat
daripada yang masih muda dan dapat diendapkan pada larutan tertentu. Dari
cultivular berbeda akan menghasilakn spesifik gravity berbeda.
Fluida (air dan udara) seringkali digunakan sebagai medium dalam
penanganan hasil-hasil pertanian, seperti transportasi, pemisahan, pengeringan,
dan lain sebagainya. Bila densitas partikel akan bergerak ke bawah (tenggelam ke
dalam fluida). Bila densitas partikel lebih kecil dari densitas fluida, maka partikel
akan bergerak ke atas fluida (mengapung di permukaan fluida). Ketika aliran air
digunakan untuk memisahkan produk biji-bijian dengan kotoran, maka
diperlakukan pengetahuan tentang kecepatan terminal dari partikel-partikel yang
akan dipisahkan.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 83
Proses ini tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk
pemisahan biji-bijian dari benda asing. Dengan penjelasan tersebut, jelas bahwa
kecepatan terminal telah digunakan sebagai karateristik hidrodinamis dan
aerodinamis yang penting dari material-material dalam penerapan sebagai alat
pengangkutan dan pemisahan bahan-bahan asing dari produk yang diinginkan.
Proses pemisahan biji-bijian pada umumnya menggunakan prinsip
petbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lan yang
akan dibuang atau dipisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah hembusan
udara. Selain itu, pemisahan biji-bijian juga dapat meggunakan sortasi basah atau
yang diesbut dengan perendaman bahan, sehingga kotoran pada bahan akan
mengapung. Pembersihan dengan hembusan udara akan optimal apabila
hembusan udara yang digunakan sesuai dengan kecepatan terminal (Terminal
Velocity) biji-bijian tersebut.
Ada dua metode cleaniang pada proses pengilahan pangan, yaitu dry
cleaning dan wet cleaning. Dry cleaning adalah penghilangan partikel yang tidak
dikehendaki misalnya kerikil atau padatan yang lain. Pemisahan dapat dilakukan
menggunakan aliran udara pada kecepatan tertentu. Produk yang mempunyai
densitas yang lebih rendah akan terpindah dan kontaminan dan yag densitasnya
tinggi atau sebaliknya. Salah satu contoh adalah pemisahan daun atau kulit dan
bijian dengan menggunakan aliran udara. Semakin kering bahan yang dipisahkan
maka akan semakin mudah metode ini. Selain itu, kecepatan aliran udara dan
ukuran partikel juga mempengaruhi dry cleaning. Dry cleaning meliputi
penyaringan, (screening), penyikatan, hembusan udara, menggosok, pemisahan
secara magnetic, pengayakan, abrasi elektrostatik, radio isotope, dan sinar x.
Wet cleaning adalah dilakukan dengan cara melarutkan bahan kotaminan
yang menempatkan pada bahan sehingga mudah dihilangkan. Bahan kotaminan
tersebut adalah tanah, pasinsekta, pestisida, dan lain-lain. Wet cleaning
membutuhkan air yang bebas dari bakteri atau kontaminan yang lain adanya.
Wet cleaning biasanya dilakukan dengan cara direndam ke dalam air
dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pda
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 84
bahan. Perlakuan ini biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati agar
bahan tidak tergores.Metode wet cleaning terbagi atas beberapa bentuk yaitu
antara lain ,menggetarkan atau menggosok (soaking), menyemprot(spraying),
mengapungkan
kontamin
(floating),
pembersihan
ultrasonic,
menyaring
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 85
Hidrolika mempelajari gaya-gaya yang ada atau bekerja pada benda yang
berada dalam keadaan diam, keseimbangan gaya yang mengapung dan melayang
dalam cairan, serta keseimbangan relative.
Sedangkan hidrodinamika mempelajari cairan dalam keadaan bergerak
atau mengalir dalam dimensi waktu (t) dan tiga dimensi tempat (x, y, z). Namun di
dalam modul mekanika fluida ini penambahan terbatas pada aliran tetap atau tidak
berubah arah aliran saja.
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan
yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul-mlekul cairan.
Suatu cairan dimana viskositas dinamikanya tidak tergantung pada
temperaturnya dan tegangan gesernya proposional ataupun mempunyai hubungan
yang linear dengan gradient kecepatan dinamakan suatu cairan newton.
Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menurut hokum newton untuk
kekentalan seperti yang dinyatakan dalam rumus. Dengan demikian maka untuk
cairan ini hubungan grafika antara geser tegangan bergeser dan gradient kecepatan
merupakan garis lurus yang melalui titik pusat salib sumbu kemirigan garis
tersebut adalah t menunjukkan besarnya viskositas.
Cairan yang perilaku viskositasnya tidak memenuhi rumus dinamakan
cairan non newton. Cairan non newton mempunyai tiga sub group yaitu
diantaranya :
1. Cairan dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient
kecepatan saja, walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradient
kecepatan tidak linear namun tidak tergantung pada waktu setelah
cairan bergeser.
2. Cairan dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada cairan atau
gradient kecepatan tetapi tergantung pula pada waktu cairan
menggeser atau pada kondisi sebelum-sebelumnya.
3. Cairan viskositas Cairan viskositas yang menunjukkan karakteristik
dari zat-zat yang padat elasitis dan cairan viskus.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 86
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 87
m2
x 100
m1
2 mg
ACd
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 88
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 89
m (g)
Kedela
i
Tanah
0,36
0,4
51,417
7
0,36
7
0,4
44,013
7
0,36
7
0,4
50,409
7
0,16
7
0,4
38,829
8
0,16
7
0,4
45,115
8
0,16
7
0,4
44,272
(g/cm2)
(g/cm3)
(cm2)
980
2
0,17
980
0
0,22
980
3
0,06
Kacang
Rumus
Vt (m/s)
0,23
Kacang
Cd
980
0
0,08
980
1
0,07
980
M1
Mrusak
M2
rendemen
Kedelai
1000
3,724
996,276
99,62
Kacang
1000
1,266
998,734
99,873
hijau
2.6.5.2. Pembahasan
Setelah
pratikum
objek
tentang
sifat
hidrodinamis
produk
pertanian,didapatkan hasil dan data data yang dapat menunjukan pengaruh sifat
hidrodinamis pada sifat produk pertanian. Objek yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu kacang hijau dan kedelai masing-masing memiliki massa 1000
gram.Data tersebut berhubungan dengan nilai rendemen atau sisa atau bahan
produk pertanian yang tidak di butuhkan. Data juga menunjukan bahwa hubungan
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 90
percobaan. Yang mengakibatakan terjadinya perbedaan nilai GMD dan massa dari
sampel pertama (kacang kedelai) dengan GMD dan masssa sampel kedua (kacang
hijau) adalah bentuk atau shape dari sampel tersebut. Dimana sampel pertama
(kacang kedelai) memeiliki bentuk bulat hampir sempurna dan diameter yang
lebih besar. Di bandingkan dengan sampel kedua (kacang hijau) yang memiliki
diameter yang lebih kecil. Hal ini telah dibuktikan dengan data dari d
mayor,minor, dan moderate masing - masing sampel.
Terminal velocity dari kacang kedelai dan juga kacang hijau memiliki
perbedaan yang cukup bisa dibedakan. Perbedaan ini diakibatkan oleh berat (W =
m.g) dari kacang kedelai dan juga kacang hijau. Kacang kedelai memiliki massa
yang lebih besar, sehigga berat dari bahan juga besar. Sedangkan pada kacang
hijau memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan dengan berat kacang kedelai
karena massa dari kacang hijau yang relative lebih kecil. Selain dari berat bahan
hal selanjutnya yang mengakibatkan perbedaan nilai terminal velocity dari kacang
hijau dan juga kacang kedelai adalah A atau luas permukaan yang di proyeksikan
dari masing masing bahan. Di mana setelah di lakukan dan diperoleh data data
yang selanjutnya diolah menunjukan bahwa nilai A dari kacang kedelai lebih
besar daripada A kacang hijau. Kemudian ada satu hal lagi yang mempengaruhi
dan menyebabkan perbandingan nilai terminal velocity dari sampel pertama
(kacang kedelai) dengan sampel kedua (kacang hijau) yaitu Cd (koefisien drag).
Koefisian drag dari kacang kedelai lebih besar daripada koefisien drag sampel
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 91
kedua (kacang hijau). Koefisien drag merupakan gaya yang lurus pada bahan
pertanian. Atau dengan kata lain gaya yang menahan (drag) sedangkan terminal
velocity adalah kecepatan suatu biji jatuh bebas di mana gaya tekan ke bawah
sama dengan gaya tekan udara. Jadi apabila koefisien drag dari bahan tersebut
lebih kecil daripada terminal velocity maka biji atau bahan tadi akan terbang atau
terangkat dan begitu juga sebaliknya.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap sampel percobaan (kacang kedeai
dan kacang hijau) yang setelah direndam masing masing. Dan di lakuakan
pengamatan terhadap bahan yang terapung dan yang terbenam sebelum akhirnya
disaring dan hasil saringan tersebut di butuhkan untuk pencarian rendemen dari
bahan bahan percobaan tadi. Tujuan dari tidak di aduknya bahan dengan air
namun langsung disaring adalah agar dapat nilai dari bahan yang terbuang dalam
satu kali percobaan sortasi dengan air dan tidak di lakukan treatment sehingga
jelas mana yang langsung terangkat dan tidak atau tetap tinggal bersama bahan.
Rendemen merupakan persentase rata rata dari kontaminan atau bahan yang
telah di eliminasi dari produk atau bahan utama. Rendemen di dapat dari berat
awal di bagi dengan berat awal di kurangi berat produk yang tidak layak di kali
seratus persen. Setelah di dapati rendemen dari sampel pertama (kacang kedelai)
dan sampel kedua (kacang hijau). Menunjukan hasil bahwa rendemen dari sampel
pertama (kacang kedelai) memiliki nilai persentase rendemen yang lebih kecil
daripada nilai rendemen sampel kedua (kacang hijau). Persentase rendemen dari
kacang kedelai lebih mendekati angka seratus persen dari pada persentase
rendemen kacang lainnya. Semakin mendekati angka 100% maka kualitas dari
kacang tersebut semakin baguss. Sehingga dari hasil tersebut di katakan bahwa
pada pemisahan yang dilakukan dengan merendam bahan percobaan ke dalam
media air, kacang kedelai lebih banyak di keluarakan atau dibersihkan daripada
kacang hijau. Karena nilai rendemen kacang hijau yang lebih mendekati angka
seratus persen daripada nilai persentase rendemen kacang kedelai.
Setelah semua percobaan tentang sifat hidrodinamis produk pertanian telah
selesai di laksanakan dan telah di lakukan pengamatan dan telah di dapati hasil.
Maka selanjutnya adalah penerapan dari sifat hidrodinamis produk pertanian,
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 92
terkhusus pada teknologi atau teknik atau juga mekanisasi di bidang pertanian.
Aplikasi yang dapat di lakukan dari sifat hidrodinamis produk pertanian adalah
perancangan hooper. Seelain itu juga dapat dilakukan peghitungan kadar air dari
suatu bahan produk pertanian, sehingga apabila telah diketahui kondisi dan
kandungan air pada bahan produk pertaian, maka dapat diketahui teknik
pengolahan dan penyimpanan yang cocok untuk bahan pertanian tersebut. Dan
juga perancangan mesin lainnya. Salah satu contoh mesin lainnya adalah mesin
untuk mencuci dan menstrelilkan bahan bahan prtanian yang mana mesin ini
telah diterapkan pada pabrikan yang mengolah hasil hasil pertanian. Selain itu
contoh sederhananya adalah pencucian beras yang sering kita lakukan juga
merupakan aplikasi dari sifat hidrodinamis produk produk pertanian.
Adapun aplikasi dari kegiatan praktikum objek enam mengenai sifat
hidrodinamis produk pertanian yaitu kita dapat merancang atau mendesign sebuah
alat yang dapat memisahkan atau menyortir
partikel yang tidak di inginkan. Selain itu juga dapat membantu dalam proses
packing agar produk pertanian tidak cepat rusak.Dapat menentukan kualitas bahan
pertanian dari nilai rendemen yang di dapatkan.selain itu kita mampu membuat
alat yang dapat memisahkan produk pertanian dengan partikel-partikel kotornya
berdasarkan berat jenis dan berat air yang di kandung.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 93
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 94
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
sifat produk pertanian perlu dipelajari dan diketahui bagaimana karakteristiknya
untuk memudahkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian. Sifat produk
pertanian dapat dilihat dari bentuk dan ukurannya, volume, spesifik gravity, dan
luas permukaan dari produk pertanian tersebut.
Nilai-nilai yang berhubungan dengan sifat fisik produk pertanian
ditentukan dengan menggunakan rumus bulk density, sphericity, angle of repose,
dan angle of friction.
Dalam menentukan sphericity dari suatu bahan tidak boleh lebih dari
satu, karena sphericity menyatakan kebulatan dari sebuah benda. Untuk
pengukuran dmayor buah dan sayuran berbeda, karena disebabkan oleh bentuk dari
buah dan sayuran yang menggunakan benang agar diperoleh data yang tepat.
Sifat reologi merupakan salah satu sifat mekanik yang mempelajari
tentang deformasi dan aliran flow. Deformasi dipengaruhi oleh gaya, semakin
besar gaya yang diberikan pada bahan maka semakin besar atau mudah
mengalami deformasi. Deformasi juga dipengaruhi oleh suhu dan waktu jika
produk pertanian disimpan pada suhu rendah maka produk tersebut akan sulit
mengalami deformasi, dan waktu yang singkat dalam penyimpanan akan
memperlambat deformasi produk pertanian.
3.2 Saran
Selama
pelaksanaan
praktikum
diminta
untuk
mengetahui
dan
mempehatikan saat membaca skala pada alat yang digunakan dengan teliti karena
kesalahan berawal dari data yang salah. Untuk memperhatikan asisten saat
memberikan pengarahan terhadap tata cara pelaksanaan praktikum.
Selama melakukan praktikum patuhilah semua aturan yang ada, sehingga
praktikum bisa berjalan dengan lancar.
KELOMPOK 7 (TUJUH)
Page 95
DAFTAR PUSTAKA
Adhiguna, Rizky Tirta. 2013. Karakteristik Tenik Sifat Reologi Pada Produk
Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2009. Hidrodinamis Biji-Bijian pada Produk Pertanian pada Daerah
Tropis. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id.index.php diakses 19 Oktober
2015 pukul 12.22 di Padang.
Anonim. 2011. Karakteristik Fisik Gabah dan Beras Yang Diamati di Indonesia .
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56946/BAB%20II
%20TINJAUAN%PUSTAKA.pdf?sequence=3 diakses pada 8 September
2015 pukul 12.06 WIB di Padang.
Anonim. 2012. Sifat Reologi Bahan Pangan Yang Terdapat pada Daerah Tropis.
http://eprints.uny.ac.id/8316/12/12%20bab%2012.pdf diakses pada 19
Oktober 2015 pukul 12.00 WIB di Padang.
Astuti. 2007. Karakteristik Fisik Beras. Bogor : IPB.
Damin. 1999. Sifat Fisik Biji-Bijian. http://sifat-fisik-biji-bijian.com diakses pada
19 Oktober 2015 pukul 12.06 di Padang.
Denny, Santosa. 2011. Konsumsi Biji-Bijian. http://konsumsi-bijian-untukkesehatan-yang-optimal.com diakses pada 8 September 2015 pukul 14.10
WIB di Padang.
Ishak. 2009. Penuntun Aplikasi Perubahan Kimia Pangan Produk Pertanian.
Makasar : Tim Asisten.
Kanani, Sri. 1999. Hanous Visnositas TPHP. Yogyakarta : UGM.
Mohsenin. Nuri N. 1965. Terms, Definition, and Measurements Related to
Mechanical Harvesting of Selected Fruits and Vegetables (Rheological).
Pennsylvania : Pennsylvania State University.
Purba. 2012. Teknologi Produksi Benih Gabah dan Beras. Bandung : ITB.
Indrawati.
2011.
Manfaat
Kacang-Kacangan.http://manfaat-kacang-
LAMPIRAN
I.
dmayor
Gabah
: SU
SN
= 0,8cm
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,02cm
SU + SN = 0,8cm + 0,02cm
= 0,820cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,2cm + 0,035cm
= 0,235cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
dmayor
Beras
: SU
SN
= 0,4cm
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 0,4cm + 0,015cm
= 0,415cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
2 x 0,05
10
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,01cm
= 0,210cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
Data Perhitungan Sample 2 :
dmayor
Gabah
: SU
SN
= 0,8cm
= 0mm
0 x 0,05
10
= 0cm
SU + SN = 0,8cm + 0cm
= 0,800cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 6,5mm
6,5 x 0,05
10
= 0,033cm
SU + SN = 0,2cm + 0,033cm
= 0,233cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 1,5mm
1,5 x 0,05
10
= 0,0075cm
SU + SN = 0,1cm + 0,0075cm
= 0,108cm
dmayor
Beras
: SU
SN
= 0,5cm
= 2mm
2 x 0,05
10
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
= 0,01cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 0,005cm
SU + SN = 0,2cm + 0,005cm
= 0,205cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,1cm + 0,04cm
= 0,140cm
Data Perhitungan Sample 3 :
dmayor
Gabah
: SU
SN
= 0,7cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,7cm + 0,035cm
= 0,735cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,5cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dminor
: SU
SN
= 0,2cm
= 6mm
6 x 0,05
10
SU + SN = 0,2cm + 0,03cm
= 0,230cm
dmayor
Beras
: SU
= 0,6cm
= 0,03cm
SN
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,02cm
SU + SN = 0,6cm + 0,02cm
= 0,620cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,2cm + 0,025cm
= 0,225cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
Data Perhitungan Sample 4 :
dmayor
Gabah
: SU
SN
= 0,8cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,8cm + 0,4cm
= 0,840cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 0,2cm + 0,015cm
= 0,215cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 9mm
9 x 0,05
10
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,045cm
= 0,145cm
dmayor
Beras
: SU
SN
= 0,5cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,5cm + 0,025cm
= 0,525cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,1cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
Data Perhitungan Sample 5 :
dmayor
Gabah
: SU
SN
= 0,8cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 0,005cm
SU + SN = 0,8cm + 0,005cm
= 0,805cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 8mm
8 x 0,05
10
SU + SN = 0,2cm + 0,04cm
= 0,240cm
= 0,04cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 9mm
9 x 0,05
10
= 0,045cm
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
dmayor
Beras
: SU
SN
= 0,6cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 0,005cm
SU + SN = 0,6cm + 0,005cm
= 0,605cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 6mm
6 x 0,05
10
= 0,03cm
SU + SN = 0,1cm + 0,03cm
= 0,130cm
Rata-Rata Gabah :
dmayor
4 cm
5
= 0,800cm
dmoderat
1,463 cm
5
= 0,293cm
dminor
0,763 cm
5
= 0,153cm
Rata-Rata Beras :
dmayor
2,675 cm
5
= 0,535cm
dmoderat
0,985 cm
5
= 0,197cm
dminor
0,655 cm
5
= 0,131cm
Vgabah
Gabah
=
1
d2 t
4
1
6,5 x 0,05
x 3,14 x (21,4 cm )2 x ( 7 cm )+
cm
4
10
1
x 3,14 x 457,96 cm 2 x 7,0325 cm
4
= 2528,173 cm3
Bulk Density
m
v
1,5 kg
2528,173 cm 3
1500 g
3
2528,173 cm
= 0,593
Angle of Repose
g
cm3
Arc tan
Arc tan
Arc tan
t
d
( 4,2 cm) +
( 2 x100,05 ) cm
29,5 cm
cm
( 4,210
29,5 cm )
= 17,34
Beras
Vberas
1
d2 t
4
1
6 x 0,05
x 3,14 x (21,4 cm )2 x ( 4,8 cm ) +
cm
4
10
1
x 3,14 x 457,96 cm 2 x 4,83 cm
4
= 1736,378 cm3
Bulk Density
m
v
1.5 kg
1736,378 cm3
1500 g
3
1736,378 cm
Angle of Repose
= 0,863
g
cm3
Arc tan
= Arc tan
X1
x 100
X
155
x 100
1000
=15,5%
% Large Broken
X2
x 100
X
90
x 100
1000
=9%
%Small Broken
X3
x 100
X
54
x 100
1000
=5,4%
28,1cm
cm
( 7,535
28,1 cm )
= 15,01
% Head Rice
( 7 x100,05 ) cm
( 7,5 cm ) +
dmayor
Kacang Kedelai
: SU
SN
= 0,8cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,8cm + 0,025cm
= 0,825cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,6cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,010cm
SU + SN = 0,6cm + 0,010cm
= 0,610cm
dminor
: SU
SN
= 0,5cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 0,005cm
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
dmayor
Kacang Tanah
: SU
SN
= 1,5cm
= 6mm
6 x 0,05
10
= 0,03cm
SU + SN = 1,5cm + 0,03cm
= 1,530cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,9cm
= 2mm
2 x 0,05
10
SU + SN = 0,9cm + 0,01cm
= 0,910cm
= 0,01cm
dminor
: SU
SN
= 0,7cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,7cm + 0,04cm
= 0,740cm
dmayor
Kacang Merah
: SU
SN
= 1,9cm
= 6mm
6 x 0,05
10
= 0,03cm
SU + SN = 1,9cm + 0,03cm
= 1,930cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,6cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,6cm + 0,04cm
= 0,640cm
dminor
: SU
SN
= 0,5cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dmayor
Kacang Hijau
: SU
SN
= 0,5cm
= 1mm
1 x 0,05
10
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
dmoderat
: SU
= 0,3cm
= 0,005cm
SN
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,3cm + 0,035cm
= 0,335cm
dminor
: SU
SN
= 0,3cm
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 0,3cm + 0,015cm
= 0,315cm
Data Perhitungan Sample 2 :
dmayor
Kacang Kedelai
: SU
SN
= 0,7cm
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,02cm
SU + SN = 0,7cm + 0,02cm
= 0,720cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,5cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dminor
: SU
SN
= 0,5cm
= 2mm
2 x 0,05
10
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
dmayor
Kacang Tanah
: SU
= 1,3cm
= 0,01cm
SN
= 0mm
0 x 0,05
10
= 0cm
SU + SN = 1,3cm + 0cm
= 1,300cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,9cm
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,02cm
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
dminor
: SU
SN
= 0,8cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 0,8cm + 0,025cm
= 0,825cm
dmayor
Kacang Merah
: SU
SN
= 1,5cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 1,5cm + 0,025cm
= 1,525cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,7cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
dminor
: SU
SN
= 0,5cm
= 7mm
7 x 0,05
10
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,035cm
= 0,535cm
dmayor
Kacang Hijau
: SU
SN
= 0,5cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,3cm
= 9mm
9 x 0,05
10
= 0,045cm
SU + SN = 0,3cm + 0,045cm
= 0,345cm
dminor
: SU
SN
= 0,3cm
= 6mm
6 x 0,05
10
= 0,03cm
SU + SN = 0,3cm + 0,03cm
= 0,330cm
Data Perhitungan Sample 3 :
dmayor
Kacang Kedelai
: SU
SN
= 0,7cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,7cm + 0,035cm
= 0,735cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,6cm
= 9mm
9 x 0,05
10
SU + SN = 0,6cm + 0,045cm
= 0,645cm
dminor
: SU
= 0,5cm
= 0,045cm
SN
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
dmayor
Kacang Tanah
: SU
= 1,3cm
SN
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 1,3cm + 0,015cm
= 1,315cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,8cm
= 0mm
0 x 0,05
10
= 0cm
SU + SN = 0,8cm + 0cm
= 0,800cm
dminor
: SU
SN
= 0,7cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
dmayor
Kacang Merah
: SU
SN
= 1,6cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 1,6cm + 0,04cm
= 1,640cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,7cm
= 6mm
6 x 0,05
10
SU + SN = 0,7cm + 0,03cm
= 0,03cm
= 0,730cm
dminor
: SU
SN
= 0,6cm
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 0,6cm + 0,015cm
= 0,615cm
dmayor
Kacang Hijau
: SU
SN
= 0,5cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,535cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,4cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,4cm + 0,01cm
= 0,410cm
dminor
: SU
SN
= 0,4cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 0,005cm
SU + SN = 0,4cm + 0,005cm
= 0,405cm
Rata-Rata Kacang Kedelai :
dmayor
2,280 cm
3
= 0,760cm
dmoderat
1,795 cm
3
= 0,598cm
dminor
1,525 cm
3
= 0,508cm
4,145 cm
3
= 1,381cm
dmoderat
2,63 cm
3
= 0,876cm
dminor
2,275 cm
3
= 0,758cm
Rata-Rata Kacang Merah :
dmayor
5,095 cm
3
= 1,698cm
dmoderat
2,08 cm
3
= 0,693cm
dminor
1,69 cm
3
= 0,563cm
1,58 cm
3
= 0,526cm
dmoderat
1,09 cm
3
= 0,363cm
dminor
1,05 cm
3
= 0,350cm
GMD :
Kacang Kedelai
1
GMD1
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD2
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD3
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMDrata-rata
0,633+ 0,583+0,587
3
= 0,601cm
GMD1
Kacang Tanah
1
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD2
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD3
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
GMDrata-rata
1,010+ 0,996+0,907
3
= 0,971cm
Kacang Hijau
1
GMD1
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD2
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD3
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMDrata-rata
0,376+0,395+0,446
3
= 0,744cm
GMD1
Kacang Merah
1
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD2
3
= (d
mayor x d moderat x d minor )
1
GMD3
3
= (d
mayor x d mod erat x d minor )
1
GMDrata-rata
0,873+ 0,833+0,902
3
= 0,869cm
Sphericity :
S1
Kacang Kedelai
:
GMD 1
d mayor
0,633 cm
0,825 cm
= 0,767
S2
GM D2
d mayor
0,583 cm
0,720 cm
= 0,809
S3
GMD 3
d mayor
0,587 cm
0,735 cm
= 0,798
Sphericityrata-rata
0,767+0,809+0,798
3
= 0,791
S1
Kacang Tanah
:
GMD 1
d mayor
1,010 cm
1,530 cm
= 0,660
S2
GMD 2
d mayor
0,996 cm
1,300 cm
= 0,766
S3
GMD 3
d mayor
0,907 cm
1,315 cm
= 0,689
Sphericityrata-rata
0,660+ 0,766+0.689
3
= 0,705
S1
Kacang Hijau
:
GMD 1
d mayor
0,376 cm
0,505 cm
= 0,744
S2
GMD 2
d mayor
0,395 cm
0,540 cm
= 0,731
S3
GMD 3
d mayor
0,446 cm
0,535 cm
= 0,833
Sphericityrata-rata
0,744+0,731+0,833
3
= 0,769
S1
Kacang Merah
GMD 1
d mayor
0,873 cm
1,930 cm
= 0,452
S2
GMD 2
d mayor
0,833 cm
1,525 cm
= 0,546
S3
GMD 3
d mayor
0,902cm
1,640 cm
= 0,550
Sphericityrata-rata
0,452+ 0,546+0,550
3
= 0,516
Angle of Repose :
Kacang Kedelai
Tinggi : SU
= 6cm
SN
= 4mm
SU + SN
= 6+(
4 x 0,05
)
10
= 6,020cm
Massa
= 1000gr
Diameter
= 30cm
Sehingga :
: 20
= arc tan
t
d
= arc tan
6,020 cm
30 cm
= 11,346
Kacang Tanah
Tinggi : SU
= 7,2cm
SN
= 4,5mm
SU + SN
= 7,2+(
4,5 x 0,05
)
10
= 7,223cm
Massa
= 1000gr
Diameter
= 38,3cm
Sehingga :
: 20
t
d
= arc tan
7,223 cm
38,3 cm
= 10,678
Kacang Hijau
Tinggi : SU
= 5,4cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 5,4+(
8 x 0,05
)
10
= 5,440cm
Massa
= 1000gr
Diameter
= 29,7cm
Sehingga :
: 30
t
d
= arc tan
5,440 cm
29,7 cm
= 11,309
Kacang Merah
Tinggi : SU
= 4,7cm
SN
= 5mm
SU + SN
= 4,7+(
5 x 0,05
)
10
= 4,725cm
Massa
= 1000gr
Diameter
= 31,2cm
Sehingga :
: 30
t
d
= arc tan
4,725 cm
31,2 cm
= 8,611
Bulk Density :
Kacang Kedelai
Massa
= 1000gr
Tinggi
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 3,5+(
5 x 0,05
)
10
= 3,525cm
1
2
d t
4
1
2
x 3,14 x (21,4) x 3,525
4
= 1267,232cm 3
Density
m
v
1000 gr
1267,232 cm 3
= 0,789
gr
cm3
Kacang Tanah
Massa
= 1000gr
Tinggi
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 4,1+(
3 x 0,05
)
10
= 4,115cm
1
2
d t
4
1
x 3,14 x (21,4)2 x 4,115
4
= 1479,346 cm3
Density
m
v
1000 gr
1479,346 cm3
gr
cm3
= 0,675
Kacang Hijau
Massa
= 1000gr
Tinggi
= SU +(
= 2,7 +(
SN x 0,05
)
10
6 x 0,05
)
10
= 2,730cm
1
2
d t
4
1
2
x 3,14 x (21,4) x 2,73
4
= 981,430 cm3
Density
m
v
1000 gr
981,430 cm3
= 1,081
gr
cm3
Kacang Merah
Massa
= 1000gr
Tinggi
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 3,7+(
4 x 0,05
)
10
= 3,720cm
1
d2 t
4
1
x 3,14 x (21,4)2 x 3,72
4
= 1337,334 cm3
Density
m
v
1000 gr
3
1337,334 c m
= 0,748
gr
cm3
dmayor
Sample 1
: SU
= 6,700cm
SN
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,010cm
SU + SN = 6,700cm + 0,010cm
= 6,710cm
dmoderat
: SU
SN
= 6,6cm
= 0,5mm
0,5 x 0,05
10
= 2,5 x 103 cm
: SU
SN
= 6,4cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 5 x 103 cm
SU + SN = 6,4cm + 5 x 103 cm
= 6,405cm
dmayor
Sample 2
: SU
= 6,400cm
SN
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,020cm
SU + SN = 6,400cm + 0,020cm
= 6,420cm
dmoderat
: SU
SN
= 6,2cm
= 3mm
3 x 0,05
10
SU + SN = 6,2cm + 0,015cm
= 6,215cm
= 0,015cm
dminor
: SU
SN
= 4,6cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 4,6cm + 0,035cm
= 4,635cm
dmayor
Sample 3
: SU
= 6,200cm
SN
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,010cm
SU + SN = 6,200cm + 0,010cm3
= 6,210cm
dmoderat
: SU
SN
= 5,8cm
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 5,8cm + 0,015cm
= 5,815cm
dminor
: SU
SN
= 5,1cm
= 5mm
5 x 0,05
10
= 0,025cm
SU + SN = 5,1cm + 0,025cm
= 5,125cm
Rata-Rata
dmayor
= 6,447cm
dmoderat
= 6,211cm
dminor
= 5,388cm
Data Perhitungan Wortel :
Sample 1
dmayor
dmoderat
= 11,000 cm
: SU
SN
= 4,1cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 5 x 103 cm
SU + SN = 4,1cm + 5 x 103 cm
= 4,105cm
dminor
: SU
SN
= 1,6cm
= 4mm
4 x 0,05
10
= 0,02cm
SU + SN = 1,6cm + 0,02cm
= 1,620cm
Sample 2
dmayor
dmoderat
= 10,500 cm
: SU
SN
= 3,2cm
= 0mm
0 x 0,05
10
= 0cm
SU + SN = 3,2cm + 0cm
= 3,200cm
dminor
: SU
SN
= 1,8cm
= 3mm
3 x 0,05
10
SU + SN = 1,8cm + 0,015cm
= 1,815cm
= 0,015cm
Sample 3
dmayor
dmoderat
= 11,300 cm
: SU
SN
= 4,3cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 4,3cm + 0,035cm
= 4,335cm
dminor
: SU
SN
= 2cm
= 0mm
0 x 0,05
10
= 0cm
SU + SN = 2cm + 0cm
= 2,000cm
Rata-Rata
dmayor
= 10,933cm
dmoderat
= 3,880cm
dminor
= 1,812cm
Data Perhitungan Cabe :
Sample 1
dmayor
dmoderat
= 11,000 cm
: SU
= 0,7cm
SN
= 1mm
1 x 0,05
10
= 5 x 103 cm
SU + SN = 0,7cm + 5 x 103 cm
= 0,705cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 9mm
9 x 0,05
10
= 0,045cm
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Sample 2
dmayor
dmoderat
= 7,300 cm
: SU
SN
= 0,8cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 0,8cm + 0,04cm
= 0,840cm
dminor
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Sample 3
dmayor
dmoderat
= 6,100 cm
: SU
SN
= 0,9cm
= 4mm
4 x 0,05
10
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
= 0,02cm
dminor
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
2 x 0,05
10
= 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Rata-Rata
dmayor
= 8,133cm
dmoderat
= 0,822cm
dminor
= 0,188cm
Data Perhitungan Apel :
dmayor
Sample 1
: SU
= 7,600cm
SN
= 3mm
3 x 0,05
10
= 0,015cm
SU + SN = 7,600cm + 0,015cm
= 7,615cm
dmoderat
: SU
SN
= 7,5cm
= 7mm
7 x 0,05
10
SU + SN = 7,5cm + 0,035cm
= 7,535cm
= 0,035cm
dminor
: SU
SN
= 6,9cm
= 7mm
7 x 0,05
10
= 0,035cm
SU + SN = 6,9cm + 0,035cm
= 6,935cm
dmayor
Sample 2
: SU
SN
= 7,5cm
= 9mm
9 x 0,05
10
= 0,045cm
SU + SN = 7,5cm + 0,045cm
= 7,545cm
dmoderat
: SU
SN
= 7,1cm
= 8mm
8 x 0,05
10
= 0,04cm
SU + SN = 7,1cm + 0,04cm
= 7,140cm
dminor
: SU
SN
= 6cm
= 1mm
1 x 0,05
10
= 5 x 103 cm
SU + SN = 6cm + 5 x 103 cm
= 6,005cm
dmayor
Sample 3
: SU
SN
= 7,6cm
= 3mm
3 x 0,05
10
SU + SN = 7,6cm + 0,015cm
= 7,615cm
dmoderat
: SU
= 7,1cm
= 0,015cm
SN
= 6mm
6 x 0,05
10
= 0,03cm
SU + SN = 7,1cm + 0,03cm
= 7,130cm
dminor
: SU
SN
= 7cm
= 9mm
9 x 0,05
10
= 0,045cm
SU + SN = 7cm + 0,045cm
= 7,045cm
Rata-Rata
dmayor
= 7,592cm
dmoderat
= 7,268cm
dminor
= 6,605cm
GMD :
GMD1
Jeruk
1
GMD2
GMD3
GMDrata-rata
6,571+5,697+ 5,698
3
= 5,989cm
Wortel
1
GMD1
GMD2
GMD3
GMDrata-rata
4,182+3,936+4,609
3
= 4,242cm
GMD1
Cabe
1
GMD2
GMD3
GMDrata-rata
1,039+1,087+ 1,056
3
= 1,061cm
Apel
1
GMD1
GMD2
GMD3
GMDrata-rata
7,355+ 6,864+7,259
3
= 7,159cm
Sphericity :
Jeruk
Jeruk 1 :
GMD
d mayor
6,571cm
6,710 cm
= 0,979
Jeruk 2 :
GMD
d mayor
5,697 cm
6,420 cm
= 0,887
Jeruk 3 :
GMD
d mayor
5,698 cm
6,210 cm
= 0,918
Sphericityrata-rata
0,979+ 0,887+0,918
3
= 0,928cm
Wortel
Wortel 1 :
GMD
d mayor
4,182 cm
11,00 cm
= 0,380
Wortel 2 :
GMD
d mayor
3,936 cm
10,500 cm
= 0,375
Wortel 3 :
GMD
d mayor
4,609 cm
11,300 cm
= 0,408
Sphericityrata-rata
0,380+ 0,375+0,408
3
= 0,388cm
Cabe
Cabe 1 :
GMD
d mayor
1,039 cm
11,000 cm
= 0,094
Cabe 2 :
GMD
d mayor
1,049 cm
7,300 c m
= 0,149
Cabe 3 :
GMD
d mayor
1,056 cm
6,100 cm
= 0,173
Sphericityrata-rata
0,094+0,149+0,173
3
= 0,139cm
Apel
GMD
d mayor
Apel 1 :
7,355 cm
7,615 cm
= 0,965
GMD
d mayor
Apel 2 :
6,864 cm
7,545 cm
= 0,909
GMD
d mayor
Apel 3 :
7,259 cm
7,615 cm
= 0,953
Sphericityrata-rata
0,965+ 0,909+0,953
3
= 0,943cm
Volume :
Jeruk
WWCF : I
= 600
II
= 610
III
= 620
WWCFrata-rata
600+ 610+620
3
= 610ml
V1
WWCF WWC
DW
600500
1000
= 0,100 cm3
V2
WWCF WWC
DW
610500
1000
= 0,110 cm 3
V3
WWCF WWC
DW
620500
1000
= 0,120 cm3
Vrata-rata
= 0,110cm3
Apel
WWCF : I
= 710
II
= 700
III
= 700
WWCFrata-rata
710+700+ 700
3
= 703,333cm
V1
WWCF WWC
DW
710500
1000
= 0,210 cm3
V2
WWCF WWC
DW
700500
1000
= 0,200 cm3
V3
WWCF WWC
DW
700500
1000
= 0,200 cm3
Vrata-rata
0,210+ 0,200+0,200
3
= 0,203cm3
Cabe
1
V1
r 1r 2 2 2
=
h2
( r 1 +r 2 )
1
0,3520,072 2 2
=
11 2
3,14 ( 0,352+0,072 )
= 4,101 cm 3
1
V2
r 1r 2 2 2
=
h2
( r 1 +r 2 )
1
0,4200,105 2 2
=
7,32
3,14 ( 0,420+0,105 )
= 3,784 cm3
1
r 1r 2 2 2
=
h2
( r 1 +r 2 )
V3
1
2
0,4600,105
3,7212
3,14 ( 0,460+0,105 )
= 6,439 cm3
Vrata-rata
4,101+3,784+6,439
3
= 4,755cm3
V1
Wortel
r
( 1 x r 2 )+ r 22
=
r 12 +
h
3
4,105
)
2
4,105 1,620
1,620 2
x
+(
)]
= [ 2+
2
2
2
3,14
x 11
3
(
3,14
x 11 [( 4,213 ) + ( 2,053 x 0,810 ) +0,656 ]
3
= 75,204 cm 3
V2
2
( 1 x r 2 )+ r 2
=
2
r1 +
h
3
3,200
)
2
3,200 1,815
1,815 2
x
+(
)]
= [ 2+
2
2
2
3,14
x 10,5
3
(
3,14
x 10,5 [ ( 2,560 ) + ( 1,600 x 0,908 )+ 0,824 ]
3
= 53,156 cm 3
r
2
( 1 x r 2 )+ r 2
=
2
r1 +
h
3
V3
4,335
)
2
4,335 2
2 2
x +( ) ]
= [ 2+
2
2
2
3,14
x 11,3
3
(
3,14
x 11,3 [ ( 4,698 ) + ( 2,168 x 1 ) +1 ]
3
= 93,034 cm 3
Vrata-rata
75,204 +53,156+93,034
3
= 73,798cm3
Density :
Apel
m1
= 4 gr
m2
= 4 gr
m3
= 2 gr
Density1 :
m
v
4 gr
0,210 cm3
= 19,048
Density2 :
m
v
4 gr
3
0,210 cm
= 20,000
Density3 :
m
v
gr
cm 3
= 16,349
gr
cm3
2 gr
0,210 cm3
= 10,000
Densityrata-rata
gr
3
cm
g
cm 3
Jeruk
m1
= 96 gr
m2
= 112 gr
m3
= 105 gr
Density1 :
m
v
96 gr
0,100 cm3
= 960,000
Density2 :
m
v
gr
cm3
112 gr
0,110 cm 3
= 1.018,182
gr
cm3
Density3 :
m
v
105 gr
0,120 cm3
= 875,000
Densityrata-rata
960,000+11018,182+875,000
3
= 951,061
g
cm 3
Cabe
m1
= 4 gr
m2
= 4 gr
m3
= 2 gr
Density1 :
m
v
4 gr
3
4,101 cm
= 0,975
Density2 :
m
v
Density3 :
m
v
gr
cm3
0,975+ 1,057+0,310
3
= 0,781
Wortel
gr
cm3
2 gr
6,439 cm 3
= 0,310
Densityrata-rata
gr
cm3
4 gr
3,784 cm3
= 1,057
gr
3
cm
g
3
cm
m1
= 67 gr
m2
= 62 gr
m3
= 65 gr
Density1 :
m
v
67 gr
75,204 cm3
= 0,891
Density2 :
m
v
62 gr
3
53,156 cm
= 1,166
Density3 :
m
v
gr
cm3
65 gr
93,034 cm3
= 0,699
Densityrata-rata
gr
3
cm
gr
cm3
0,891+1,166+ 0,699
3
= 0,919
g
cm3
Sawo
Sampel 1 :
L0
X0
= 6cm
: SU
= 5cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 5+(
8 x 0,05
)
10
= 5,040cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,7cm
: SU
= 5,1cm
SN
= 4mm
SU + SN
= 5,1+(
4 x 0,05
)
10
= 5,120cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,5cm
: SU
= 5,1cm
SN
= 5mm
SU + SN
= 5,1+(
5 x 0,05
)
10
= 5,125cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,3cm
: SU
= 5,2cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 5,2+(
0 x 0,05
)
10
= 5,200cm
Sampel 2 :
L0
X0
= 6cm
: SU
= 4,8cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 4,8+(
0 x 0,05
)
10
= 4,800cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,7cm
: SU
= 4,8cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 4,8+(
7 x 0,05
)
10
= 4,835cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,2cm
: SU
= 4,8cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 4,8+(
8 x 0,05
)
10
= 4,840cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,1cm
: SU
= 4,9cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 4,9+(
0 x 0,05
)
10
= 4,900cm
Sampel 3 :
L0
X0
= 5,5cm
: SU
= 5,4cm
SN
= 4mm
SU + SN
= 5,4+(
4 x 0,05
)
10
= 5,420cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,4cm
: SU
= 5,5cm
SN
= 3mm
SU + SN
= 5,5+(
3 x 0,05
)
10
= 5,515cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,3cm
: SU
= 5,5cm
SN
= 5mm
SU + SN
= 5,5+(
5 x 0,05
)
10
= 5,525cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5cm
: SU
= 5,5cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 5,5+(
7 x 0,05
)
10
= 5,535cm
: X1 X0
= 5,120cm 5,040cm
= 0,08cm
: L0 L1
= 6cm 5,7cm
= 0,3cm
X L0
x
X0 L
0,08 cm
6 cm
x
5,040 cm 0,3 cm
= 0,320
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 5,125cm 5,040cm
= 0,085cm
: L0 L1
= 6cm 5,5cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,085 cm 6 cm
x
5,040 cm 0,5 cm
= 0,204
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 5,200cm 5,040cm
= 0,16cm
: L0 L1
= 6cm 5,7cm
= 0,3cm
X L0
x
X0 L
0,16 cm
6 cm
x
5,040 cm 0,3 cm
= 0,640
Sampel 2 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 4,835cm 4,8cm
= 0,035cm
: L0 L1
= 6cm 5,7cm
= 0,3cm
X L0
x
X0 L
0,035 cm 6 cm
x
4,8 cm 0,3 cm
= 0,140
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 4,840cm 4,8cm
= 0,04cm
: L0 L1
= 6cm 5,2cm
= 0,8cm
X L0
x
X0 L
0,04 cm 6 cm
x
4,8 c m 0,8 cm
= 0,060
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 4,900cm 4,8cm
= 0,1cm
: L0 L1
= 6cm 5,1cm
= 0,9cm
X L0
x
X0 L
0,1 cm 6 cm
x
4,8 cm 0,9 cm
= 0,140
Sampel 3 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 5,515cm 5,420cm
= 0,095cm
: L0 L1
= 5,5cm 5,4cm
= 0,1cm
X L0
x
X0 L
0,095 cm 5,5 cm
x
5,420 cm 0,1cm
= 0,990
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 5,525cm 5,400cm
= 0,125cm
: L0 L1
= 5,5cm 5cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,125 cm 5,5 cm
x
5,400 cm 0,5 cm
= 0,253
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 5,535cm 5,420cm
= 0,115cm
: L0 L1
= 5,5cm 5cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,115 cm 5,5 cm
x
5,420 cm 0,5 cm
= 0,231
Tomat
Sampel 1 :
L0
X0
= 5,9cm
: SU
= 4,5cm
SN
= 3mm
SU + SN
= 4,5+(
3 x 0,05
)
10
= 4,515cm
Massa 100gr
L1
= 5,8cm
X1
: SU
= 4,5cm
SN
= 9mm
SU + SN
= 4,5+(
9 x 0,05
)
10
= 4,545cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,5cm
: SU
= 4,6cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 4,6+(
0 x 0,05
)
10
= 4,600cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,1cm
: SU
= 4,6cm
SN
= 9mm
SU + SN
= 4,6+(
9 x 0,05
)
10
= 4,645cm
Sampel 2 :
L0
X0
= 5,5cm
: SU
= 4,3cm
SN
= 3mm
SU + SN
= 4,3+(
3 x 0,05
)
10
= 4,315cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,4cm
: SU
= 4,3cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 4,3+(
7 x 0,05
)
10
= 4,335cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,3cm
: SU
= 4,3cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 4,3+(
8 x 0,05
)
10
= 4,340cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5cm
: SU
= 4,4cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 4,4 +(
0 x 0,05
)
10
= 4,400cm
Sampel 3 :
L0
X0
= 5,9cm
: SU
= 4,1cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 4,1+(
7 x 0,05
)
10
= 4,135cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,8cm
: SU
= 4,1cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 4,1+(
8 x 0,05
)
10
= 4,140cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,4cm
: SU
= 4,2cm
SN
= 0mm
SU + SN
= 4,2+(
0 x 0,05
)
10
= 4,200cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,2cm
: SU
= 4,2cm
SN
= 9mm
SU + SN
= 4,2+(
9 x 0,05
)
10
= 4,245cm
Poisson Ratio Tomat :
Sampel 1 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 4,545cm 4,535cm
= 0,01cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,8cm
= 0,1cm
X L0
x
X0 L
0,01 cm 5,9 cm
x
4,535 cm 0,1 cm
= 0,118
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 4,600cm 4,535cm
= 0,065cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,5cm
= 0,4cm
X L0
x
X0 L
0,065 cm 5,9 cm
x
4,535 cm 0,4 cm
= 0,206
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 4,645cm 4,535cm
= 0,11cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,1cm
= 0,8cm
X L0
x
X0 L
0,11 cm 5,9 cm
x
4,535 cm 0,8 cm
= 0,177
Sampel 2 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 4,335cm 4,315cm
= 0,02cm
: L0 L1
= 5,5cm 5,4cm
= 0,1cm
X L0
x
X0 L
0,02 cm 5,5 cm
x
4,315 cm 0,1 cm
= 0,275
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 4,340cm 4,315cm
= 0,025cm
: L0 L1
= 5,5cm 5,3cm
= 0,2cm
X L0
x
X0 L
0,025 cm 5,5 cm
x
4,315 cm 0,2 cm
= 0,165
Massa 500gr
: X1 X0
= 4,400cm 4,315cm
= 0,085cm
: L0 L1
= 5,5cm 5cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,085 cm 5,5 cm
x
4,315 cm 0,5 cm
= 0,209
Sampel 3 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 4,140cm 4,135cm
= 0,005cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,8cm
= 0,1cm
X L0
x
X0 L
0,005 cm 5,9 cm
x
4,135 cm 0,1 cm
= 0,059
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 4,200cm 4,135cm
= 0,,065cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,4cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,065 cm 5,9 cm
x
4,135 cm 0,5 cm
= 0,188
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 4,245cm 4,135cm
= 0,110cm
: L0 L1
= 5,9cm 5,2cm
= 0,7cm
X L0
x
X0 L
0,11 cm 5,9 cm
x
4,135 cm 0,7 cm
= 0,219
Terong Pirus
Sampel 1 :
L0
X0
= 6,7cm
: SU
= 3,7cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 3,7+(
7 x 0,05
)
10
= 3,735cm
Massa 100gr
L1
X1
= 6,65cm
: SU
= 3,7cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 3,7+(
8 x 0,05
)
10
= 3,740cm
Massa 200gr
L1
X1
= 6,4cm
: SU
= 3,7cm
SN
= 9mm
SU + SN
= 3,7+(
9 x 0,05
)
10
= 3,745cm
Massa 500gr
L1
X1
= 6,2cm
: SU
= 3,8cm
SN
= 5mm
SU + SN
= 3,8+(
5 x 0,05
)
10
= 3,825cm
Sampel 2 :
L0
X0
= 5,6cm
: SU
= 3,9cm
SN
= 2mm
SU + SN
= 3,9+(
2 x 0,05
)
10
= 3,910cm
Massa 100gr
L1
X1
= 5,6cm
: SU
= 3,9cm
SN
= 2mm
SU + SN
= 3,9+(
2 x 0,05
)
10
= 3,910cm
Massa 200gr
L1
X1
= 5,6cm
: SU
= 3,9cm
SN
= 5mm
SU + SN
= 3,9+(
5 x 0,05
)
10
= 3,925cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,2cm
: SU
= 3,9cm
SN
= 8mm
SU + SN
= 3,9+(
8 x 0,05
)
10
= 3,940cm
Sampel 3 :
L0
X0
= 6,2cm
: SU
= 4,2cm
SN
= 2mm
SU + SN
= 4,2+(
2 x 0,05
)
10
= 4,210cm
Massa 100gr
L1
X1
= 6,2cm
: SU
= 4,2cm
SN
= 3mm
SU + SN
= 4,2+(
3 x 0,05
)
10
= 4,215cm
Massa 200gr
L1
X1
= 6,1cm
: SU
= 4,2cm
SN
= 7mm
SU + SN
= 4,2+(
7 x 0,05
)
10
= 4,235cm
Massa 500gr
L1
X1
= 5,8cm
: SU
= 4,3cm
SN
= 2mm
SU + SN
= 4,3+(
2 x 0,05
)
10
= 4,310cm
: X1 X0
= 3,740cm 3,735cm
= 0,005cm
: L0 L1
= 6,7cm 6,6cm
= 0,1cm
X L0
x
X0 L
0,005 cm 6,7 cm
x
3,735 cm 0,1 cm
= 0,067
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 3,745cm 3,735cm
= 0,01cm
: L0 L1
= 6,7cm 6,4cm
= 0,3cm
X L0
x
X0 L
0,01cm 6,7 cm
x
3,735 cm 0,3 cm
= 0,067
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 3,825cm 3,735cm
= 0,09cm
: L0 L1
= 6,7cm 6,2cm
= 0,5cm
X L0
x
X0 L
0,09 cm 6,7 cm
x
3,735 cm 0,5 cm
= 0,321
Sampel 2 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 3,910cm 3,910cm
= 0cm
: L0 L1
= 5,6cm 5,6cm
= 0cm
X L0
x
X0 L
0 cm
5,6 cm
x
3,910 cm 0 cm
=0
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 3,925cm 3,910cm
= 0,015cm
: L0 L1
= 5,6cm 5,6cm
= 0cm
X L0
x
X0 L
0,015 cm 5,6 cm
x
3,910 cm 0 cm
=0
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 3,940cm 3,910cm
= 0,030cm
: L0 L1
= 5,6cm 5,2cm
= 0,4cm
X L0
x
X0 L
0,03 cm 5,6 cm
x
3,910 cm 0,4 cm
= 0,112
Sampel 3 :
Massa 100gr
X
: X1 X0
= 4,215cm 4,210cm
= 0,005cm
: L0 L1
= 6,2cm 6,2cm
= 0cm
X L0
x
X0 L
0,005 cm 6,2 cm
x
4,210 cm 0 cm
=0
Massa 200gr
X
: X1 X0
= 4,235cm 4,210cm
= 0,025cm
: L0 L1
= 6,2cm 6,2cm
= 0cm
X L0
x
X0 L
0,025 cm 6,2 cm
x
4,210 cm 0 cm
=0
Massa 500gr
X
: X1 X0
= 4,310cm 4,210cm
= 0,1cm
: L0 L1
= 6,2cm 5,8cm
= 0,4cm
X L0
x
X0 L
0,1 cm 6,2 cm
x
4,210 cm 0,4 cm
= 0,356
Beras
a. Kecepatan Anemometer
-
Terbuka
= 14,5
Tertutup
= 6,4
b. Massa
-
= 0,014 gr
II
= 0,013 gr
III
= 0,015 gr
Massa Rata-Rata
0,014+0,013+0,015
3
= 0,014 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor
: SU
SN
= 0,6cm
= 3mm
SU + SN = 0,6 + (
3 x 0,05
)
10
= 0,615cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
SU + SN = 0,2 + (
2 x 0,05
)
10
= 0,210cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 6,5mm
SU + SN = 0,1 + (
6,5 x 0,05
)
10
= 0,133cm
Sampel 2 :
dmayor
: SU
= 0,4cm
SN
= 6,5mm
SU + SN = 0,4 + (
6,5 x 0,05
)
10
= 0,433cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 2mm
SU + SN = 0,2 + (
2 x 0,05
)
10
= 0,210cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 6mm
SU + SN = 0,1 + (
6 x 0,05
)
10
= 0,130cm
Sampel 3 :
dmayor
: SU
SN
= 0,5cm
= 6mm
SU + SN = 0,5 + (
6 x 0,05
)
10
= 0,530cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 1mm
SU + SN = 0,2 + (
1 x 0,05
)
10
= 0,205cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 7mm
SU + SN = 0,1 + (
7 x 0,05
)
10
= 0,135cm
GMD1
GMD2
GMD3
drata-rata
0,258+ 0,228+0,245
3
= 0,243cm
A
1 2
d
4
1
x 3,14 ( 0,243 cm )2
4
= 0,046 cm2
Terminal Velocity :
Vt1
2 mg
A C d
2 x 0,014 x 980
0,00118
cm
s2
gr
3
cm x 0,046 cm x 0,04
3
12,639 x 106 cm
s
= 35,550
Vt2
2 mg
A C d
2 x 0,013 x 980
0,00118
gr
cm x 0,046 cm3 x 0,04
3
m
s
2 mg
A C d
2 x 0,015 x 980
0,00118
Gabah
c. Kecepatan Anemometer
m
s
cm
s2
gr
cm x 0,046 cm3 x 0,04
3
13,542 x 10 6 cm
s
= 36,790
cm
s2
11,737 x 106 cm
s
= 34,260
Vt3
m
s
Terbuka
= 15,7
Tertutup
= 6,8
d. Massa
-
= 0,026 gr
II
= 0,025 gr
III
= 0,018 gr
Massa Rata-Rata
0,026+0,025+0,018
3
= 0,023 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor
: SU
SN
= 0,8cm
= 5mm
SU + SN = 0,8 + (
5 x 0,05
)
10
= 0,825cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 7mm
SU + SN = 0,2 + (
7 x 0,05
)
10
= 0,235cm
dminor
: SU
SN
= 0,2cm
= 1mm
SU + SN = 0,2 + (
1 x 0,05
)
10
= 0,205cm
Sampel 2 :
dmayor
: SU
= 0,8cm
SN
= 7mm
SU + SN = 0,8 + (
7 x 0,05
)
10
= 0,835cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 7mm
SU + SN = 0,2 + (
7 x 0,05
)
10
= 0,235cm
dminor
: SU
SN
= 0,1cm
= 9mm
SU + SN = 0,1 + (
9 x 0,05
)
10
= 0,145cm
Sampel 3 :
dmayor
: SU
SN
= 0,8cm
= 3mm
SU + SN = 0,8 + (
3 x 0,05
)
10
= 0,815cm
dmoderat
: SU
SN
= 0,2cm
= 8mm
SU + SN = 0,2 + (
8 x 0,05
)
10
= 0,240cm
dminor
: SU
SN
= 0,2cm
= 5mm
SU + SN = 0,2 + (
5 x 0,05
)
10
= 0,225cm
GMD1
GMD2
GMD3
drata-rata
= 0,333cm
A
1 2
d
4
1
x 3,14 ( 0,333 cm )2
4
= 0,087 cm2
Terminal Velocity :
Vt1
2 mg
A C d
2 x 0,026 x 980
0,00118
gr
cm x 0,087 cm 3 x 0,04
3
12,411 x 106 cm
s
= 35,220
m
s
cm
s2
Vt2
2 mg
A C d
2 x 0,025 x 980
0,00118
gr
cm x 0,087 cm 3 x 0,04
3
11,933 x 106 cm
s
= 34,540
Vt3
cm
s2
m
s
2 mg
A C d
2 x 0,018 x 980
0,00118
cm
s2
gr
cm x 0,087 cm 3 x 0,04
3
8,592 x 106 cm
s
= 29,310
m
s
Kedelai
Sampel 1 : massa
= 0,232gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,8+(
8 x 0,05
)
10
= 0,840cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
8 x 0,05
)
10
= 0,640cm
dminor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
6 x 0,05
)
10
= 0,625cm
Sampel 2 : massa
= 0,170 gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,8+(
3 x 0,05
)
10
= 0,815cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
6 x 0,05
)
10
= 0,630cm
dminor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,5+(
3 x 0,05
)
10
= 0,515cm
Sampel 3 : massa
= 0,223 gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,8+(
9,5 x 0,05
)
10
= 0,848cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,7+(
4 x 0,05
)
10
= 0,720cm
dminor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
1 x 0,05
)
10
= 0,605cm
GMD :
GMD1
GMD2
GMD3
Rendemen :
m1 (massa total)
= 1000 gr
massa rusak
= 3,724 gr
m2
= m1 masaa rusak
= 1000 gr 3,724 gr
= 996,276 gr
Rendemen
m2
x 100
m1
996,276 gr
x 100
1000 gr
= 99,628%
Terminal Velocity :
d
= 0,684cm
1 2
d
4
1
2
x 3,14 (0,684 cm)
4
= 0,367 cm2
m
m1 +m 2 +m3
3
0,232+ 0,170+0,223
3
= 0,208 gr
= 980
Cd
= 0,47
= 1
Vt1
cm
s2
gr
cm 3
2 mg
A C d
2 x 0,232 gr x 980
1
g
cm x 0,367 cm 2 x 0,47
3
2643.721
= 51,417
Vt2
cm
s
2 x 0,170 gr x 980
1
cm
s2
g
2
cm x 0,367 cm x 0,47
3
1937,209
cm 2
2
s
cm
s
2 mg
A C d
2 x 0,233 gr x 980
1
cm
s2
g
cm x 0,367 cm 2 x 0,47
3
cm2
2655,116 2
s
= 51,528
Vtrata-rata
cm 2
s2
2 mg
A C d
= 44,014
Vt3
cm
s2
cm
s
2 mg
A C d
2 x 0,208 gr x 980
1
g
cm x 0,367 cm 2 x 0,47
3
2370,232
= 48,685
cm 2
s2
cm
s
Kacang Hijau
Sampel 1 : massa
= 0,060gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
5 x 0,05
)
10
= 0,625cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
1,5 x 0,05
)
10
= 0,408cm
dminor
cm
s2
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
1 x 0,05
)
10
= 0,405cm
Sampel 2 : massa
= 0,081 gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,6+(
8 x 0,05
)
10
= 0,640cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
2 x 0,05
)
10
= 0,410cm
dminor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
1 x 0,05
)
10
= 0,405cm
Sampel 3 : massa
= 0,076 gr
dmayor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,5+(
7,5 x 0,05
)
10
= 0,538cm
dmoderat
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
2 x 0,05
)
10
= 0,410cm
dminor
= SU +(
SN x 0,05
)
10
= 0,4+(
1 x 0,05
)
10
= 0,408cm
GMD :
GMD1
GMD2
GMD3
Rendemen :
m1 (massa total)
= 1000 gr
massa rusak
= 1,266 gr
m2
= m1 masaa rusak
= 1000 gr 1,266 gr
= 998,734 gr
Rendemen
m2
x 100
m1
998,734 gr
x 100
1000 gr
= 99,873%
Terminal Velocity :
d
0,469+ 0,474+0,448
3
= 0,4636cm
A
1 2
d
4
1
x 3,14 (0,4636 cm)2
4
= 0,168 cm2
m1 +m 2 +m3
3
0,060+ 0,081+0,078
3
= 0,073 gr
= 980
Cd
= 0,47
= 1
Vt
cm
s2
gr
cm 3
2 mg
A C d
2 x 0,060 gr x 980
1
g
2
cm x 0,168 cm x 0,47
3
cm2
1507,692 2
s
= 38,829
Vtrata-rata
cm
s
2 mg
A C d
2 x 0,081 gr x 980
1
cm
s2
g
cm x 0,168 cm 2 x 0,47
3
2035,385 cm 2
s2
= 45,115
Vt
cm
s2
cm
s
2 mg
A C d
g
cm x 0,168 cm 2 x 0,47
cm 2
s2
= 44,272
cm
s
cm
s2
1960
Vtrata-rata
2 x 0,078 gr x 980
2 mg
A C d
2 x 0,073 gr x 980
1
cm
s2
g
2
cm x 0,168 cm x 0,47
3
1834,35
= 42,829
cm2
s2
cm
s