Digital - 131193 - ( - Konten - ) - Konten C9273 PDF
Digital - 131193 - ( - Konten - ) - Konten C9273 PDF
BUPATI BIMA,
Menimbang
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
10
21. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
22. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.
23. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
24. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
25. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
26. Kawasan pesisir adalah kawasan yang merupakan peralihan antara darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
27. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat
hukum adat dan badan hukum.
28. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
29. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional yang selanjutnya disebut BKPRN
adalah badan yang dibentuk dengan Keputusan Presiden yang bertugas untuk
mengkoordinasikan penataan ruang Nasional.
30. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat yang
selanjutnya disebut BKPRD Provinsi adalah Badan yang dibentuk dengan
Keputusan Gubernur yang bertugas untuk mengkoordinasikan penataan ruang
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
31. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD
Kabupaten Bima adalah Badan yang dibentuk dengan Keputusan Bupati yang
bertugas untuk mengkoordinasikan penataan ruang wilayah Kabupaten Bima.
32. Register Tanah Kehutanan yang selanjutnya disebut RTK adalah sistem
penomoran tiap-tiap kelompok hutan menurut fungsi.
33. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional
yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
11
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
PENATAAN RUANG WILAYAH
Bagian kesatu
Tujuan
Pasal 2
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bima adalah untuk mewujudkan
Kabupaten Bima sebagai kawasan pengembangan agrobisnis berbasis pertanian,
peternakan, agroindustri berbasis perikanan, dan wisata bahari.
Bagian kedua
Kebijakan
Pasal 3
Untuk menjadikan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten tercapai perlu disusun
kebijakan penataan ruang kabupaten.
Pasal 4
Kebijakan penataan ruang terdiri atas :
a. pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian, perikanan, dan wisata
bahari;
b. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
agrobisnis dan agroindustri;
c. pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya;
d. pengendalian pemanfaatan lahan pertanian;
e. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan dan
menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan dan pariwisata;
f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung pemasaran hasil
pertanian, perikanan dan pariwisata;
g. pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan lahan, daya
tampung lahan dan aspek konservasi;
h. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek keberlanjutan
dan lingkungan hidup yang didahului dengan kajian lingkungan hidup strategis;
dan
i. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan kemanan.
12
Bagian Ketiga
Strategi
Pasal 5
Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 ditetapkan strategi penataan ruang wilayah yang terdiri atas :
a. Strategi pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian, perikanan,
dan wisata bahari;
b. Strategi peningkatan Pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
agrobisnis dan agro industri;
c. Strategi Pengendalian pemanfaatan lahan pertanian;
d. Strategi Penataan pusat pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan
yang menunjang sistem mpemasaran produksi pertanian, perikanan, pariwisata
dan pertambangan;
e. Strategi pengembangan sistim prasarana wilayah yang mendukung pemasaran
hasil pertanian, perikanan, pariwisata, dan pertambangan;
f. Strategi pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan
lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi;
g. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan lingkungan hidup;
h. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis pada potensi alam
dan budaya; dan
i. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.
Pasal 6
(1) Strategi pengembangan wilayah-wilayah yang berbasis pertanian, perikanan,
dan wisata bahari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a meliputi :
a. mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi unggulan pertanian dan
perikanan sebagai daerah produksi;
b. mengembangkan objek-objek wisata potensial;dan
c. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
produksi.
(2) Strategi Peningkatan Pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
agrobisnis dan agroindustri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi :
a. menetapkan wilayah agrobisnis di Kecamatan Belo, Bolo, Sape, Tambora,dan
Wera;
b. menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Woha;
c. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
kawasan agrobisnis dan agroindustri; dan
d. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan agrobisnis dan
agroindustri.
13
14
16
Pasal 9
(1) PKWp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a berfungsi sebagai :
a. simpul transportasi skala wilayah;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala regional dan atau
nasional;
c. pusat pelayanan pemerintahan skala kabupaten;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan
e. pusat pelayanan umum dan sosial skala regional.
(2) PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b berfungsi sebagai :
a. simpul transportasi skala lokal;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lokal dan/atau regional;
dan
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala lokal dan/atau regional.
(3) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c berfungsi sebagai:
a. simpul transportasi skala kawasan;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala kawasan dan atau lokal;
dan
c. pusat pelayanan umum dan sosial skala kawasan.
(4) PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d berfungsi sebagai:
a. simpul transportasi skala lingkungan;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lingkungan dan atau
kawasan; dan
c. pusat pelayanan umum dan sosial skala lingkungan.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 10
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi :
a. sistem transportasi darat;
b. sistem transportasi laut; dan
c. sistem transportasi udara.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran 1 yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
17
Paragraf 1
Sistem Transportasi Darat
Pasal 11
(1) Rencana pengembangan Sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri atas jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas, dan jaringan layanan lalu lintas; dan
b. jaringan transportasi penyeberangan.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. jaringan jalan arteri primer meliputi : jalan penghubung Sila Talabiu Bima
melewati Kota Bima;
b. jaringan jalan kolektor primer meliputi:
1. jalan penghubung Sila-Donggo;
2. jalan penghubung Talabiu-Tangga-Parado-Wilamaci-Karumbu-Sape;
3. jalan penghubung Bima-Tawali-Sape;
4. jalan penghubung Labuan Kananga Kawinda Toi Piong Sp.Kore
Kiwu Sampungu Bajo Sampungu;
5. jalan penghubung Kore-Labuan Kananga;
6. jalan penghubung Lere-batas Kabupaten Dompu;
7. jalan penghubung simpang Nipa-batas Kota Bima; dan
8. jalan penghubung Kananta-Sampungu-batas Kabupaten Dompu.
c. jaringan jalan lokal primer meliputi :
1. jalan penghubung Simpang Laju-Tolouwi-Simpang Paradorato;
2. jalan penghubung Sondo-Rupe- Simpang Tanggabaru-Lere;
3. jalan penghubung Lambu-Sumi-Nggelu;
4. jalan penghubung Wora-Nunggi-Ntoke-batas Kota Bima;
5. jalan penghubung Monggo-Tonda-Keli-Risa;
6. jalan penghubung Ndano-Dena-Mpuri-Tonda; dan
7. jalan penghubung Simpang OO-Kala-Kananta.
d. jaringan jalan arteri sekunder meliputi :
simpang Kara Timur (Arteri Primer)-jalan lintas pantai Barat-jalan lintas pantai
Timur- simpang Bandara.
e. jaringan jalan kolektor sekunder meliputi :
1. jalan penghubung arteri Primer Panda Woha Risa Tenga- Kolektor
Primer;
2. jalan penghubung Donggobolo-Risa;
3. jalan penghubung Kalampa-Samili-Rabakodo-Talabiu;
4. jalan penghubung Panda Donggo-Penapali; dan
5. jalan penghubung Woha-Kalampa.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi :
a. jaringan prasarana terdiri atas terminal penumpang Kelas B berada di
Kecamatan Woha; dan
18
19
Paragraf 3
Sistem Transportasi Udara
Pasal 13
Rencana Pengembangan Sistem transportasi udara Kabupaten Bima sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c yaitu bandar udara pusat pengumpul
skala tersier berada di Bandar Udara Sultan Muhammad Salahuddin Bima.
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 14
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi:
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air;
d. sistem jaringan prasarana air bersih;
e. sistem jaringan drainase;
f. sistem jaringan pengolahan air limbah; dan
g. sistem jaringan prasarana persampahan.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I dan diwujudkan dalam bentuk peta Rencana
Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Bima sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 15
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi :
a. gardu induk di Raba Kota Bima;
b. gardu pembagi di Woha dan Bolo; dan
c. jaringan transmisi tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bima.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) direncanakan sebesar 81,5 MW.
(3) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan cara :
a. pengembangan Listrik Tenaga Diesel di Bajo Pulau Kecamatan Sape, Nggelu,
Pai, Sai, Sampungu, Sape, Monta dan Kore;
b. pengembangan Listrik Tenaga Surya di Kecamatan Langgudu, Tambora,
Sanggar dan Wera ;
c. pengembangan Listrik Tenaga Mikrohidro di Kecamatan Tambora;
20
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 17
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih dan irigasi dengan cara rencana pengembangan wilayah sungai dan
sistem jaringan irigasi dalam wilayah.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf c diwujudkan dalam bentuk peta
Rencana Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Bima sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
21
Pasal 18
(1) Rencana pengembangan Wilayah Sungai (WS) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) meliputi:
a. Wilayah Sungai Strategis Nasional yaitu wilayah sungai Sumbawa dan wilayah
sungai Bima Dompu yang meliputi wilayah sungai lintas kabupaten dan/atau
kota terdiri atas sungai lampe meliputi Sungai Wawo-Sungai Lampe-Sungai
Rontu dan Sungai Padolo; dan
b. Wilayah Sungai utuh kabupaten terdiri atas ; sungai Sori Campa, Sori
Kampasi, Sori Kawuwu Ncera, Sori Sumi, Sori Na,e Sape, Sori Karenggo, Sori
Padende, Sori Monca Oo, Sori Raba Ncanga Mbawa, Sori Kala, Sori Na,e
Sampungu, Sori Na,e, Sori Sai, Sori Manggi, Sori Boroloka, Sori Roka, Sori
Kuta, Sori Ntonggu, Sori Kaleli, Sori Nunggi, Sori Karumbu, Sori Sambu, Sori
Diwumoro, Sori Sari, Sori Oi Marai, dan Sori Lere.
(2) Pola dan strategi pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) wilayah sungai pulau sumbawa yang merupakan wilayah
sungai strategis nasional.
(3) Rincian rencana pengelolaan sistem jaringan prasarana sumberdaya air
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 19
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) meliputi :
a. pembangunan bendungan/bendung/embung dan sistem jaringan irigasi yang
merupakan kewenangan pemerintah sebanyak 5 unit/buah yang tersebar di
Kecamatan Parado, Sape, Tambora, Wawo, dan Wera;
b. operasi dan pemeliharaan bendungan/bendung/embung dan sistem jaringan
irigasi yang merupakan kewenangan pemerintah sebanyak 6 unit/buah yang
tersebar di Kecamatan Monta, Parado, Sape, Tambora, Wawo, dan Wera;
c. operasi dan pemeliharaan bendungan/ bendung/ embung dan sistem jaringan
irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi sebanyak 4
unit/buah yang tersebar di Kecamatan Bolo, Lambu, Madapangga, Parado;
dan
d. operasi dan pemeliharaan bendungan/ bendung/ embung dan sistem jaringan
irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten Bima sebanyak
45 unit/buah tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Bima.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertujuan untuk :
a. membatasi perubahan alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis
menjadi kegiatan budidaya lainnya;
b. mengembangkan prasarana irigasi; dan
c. meningkatkan kualitas jaringan irigasi teknis.
22
24
(2) Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2011
2031 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 25
(1) Rencana pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (1) huruf a meliputi semua upaya perlindungan, konservasi, dan pelestarian
fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara
serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan
budidaya.
(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.
(3) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah
seluas kurang lebih 83.190 Ha meliputi: Kawasan hutan lindung persebarannya
terletak pada kelompok hutan Maria (RTK 25) , Pamali (RTK 52), Tambora (RTK
53), Soromandi (RTK 55), Toffo Rompu (RTK 65), Nipa Pusu (RTK 66), Kota
Donggomasa (RTK 67).
(4) Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berupa Kawasan resapan air
meliputi: Kawasan Gunung Tambora dan Kawasan Doro Daria, Kawasan Doro
Sando, Kawasan Doro Donggo;
(5) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi:
a. kawasan sempadan sungai dilakukan pengelolaan sungai yaitu :
1. kegiatan pinggir sungai mampu melindungi dan memperkuat serta
pengaturan aliran air, dengan tanaman keras dan rib pengendali saluran
air;
2. daerah sempadan untuk sungai kecil masing-masing selebar 50 meter
dijadikan kawasan lindung pada kawasan non pemukiman dan selebar 10
meter untuk sungai yang melewati pemukiman; dan
3. sungai yang terdapat di tengah pemukiman dapat dilakukan dengan
membuat jalan inspeksi dengan lebar jalan 10 meter.
25
26
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
(7) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
meliputi:
a. kawasan rawan bencana angin topan meliputi Kecamatan Woha dsk, Monta
dsk, Poja dsk, Wera dsk;
b. kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi kecamatan Kawasan sekitar
Tambora bagian timur, Karumbu, dan Gunung kuta;
c. kawasan rawan bencana kekeringan meliputi kecamatan Bolo; Paradowane,
Paradorato, Tawali, Sape, dan P. Sangiang;
d. kawasan rawan bencana banjir meliputi Daerah di sepanjang aliran sungai di
Sori Wawo Maria, daerah Sape dan sekitarnya, Karumbu, Lambu, NtokeTawali, Wera, Ambalawi, Palibelo, Parado, Campa dan Sori Lante-Bolo, Sori
Nae Sampungu-Soromandi dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di
wilayah Kabupaten Bima;
e. kawasan rawan bencana gelombang pasang meliputi Pantai bagian utara dan
timur Kabupaten Bima, yakni Soromandi dsk, Sape dan Lambu, Wera,
Karumbu, Woha, Bolo, Palibelo dan Parado;
f. kawasan rawan tsunami meliputi Kawasan pesisir bagian timur dan selatan
Kabupaten Bima, yakni Sape dan Lambu, Karumbu dan daerah sekitarnya;
g. kawasan rawan gempa bumi meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bima, zonasi
kegempaan Kabupaten Bima termasuk gempa sedang dan rendah yakni
Kecamatan Tambora, Kecamatan Sanggar, Kecamatan Wera; Kecamatan
Langgudu, dan Kecamatan Soromandi; dan
h. kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (6)
diwujudkan dalam bentuk peta rawan bencana wilayah Kabupaten Bima
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(8) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f meliputi:
a. kawasan cagar alam geologi, berupa kawasan keunikan bentang alam yaitu
kawasan Gunung Tambora; dan
b. kawasan rawan bencana alam letusan gunung berapi meliputi wilayah
Tambora, Sanggar dan Wera (Gunung Sangiang).
27
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 26
(1)
(2)
28
Pasal 29
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
huruf c meliputi :
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a tersebar di seluruh Kabupaten Bima dengan luas kurang lebih 23.336 Ha.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tersebar diseluruh Kabupaten Bima dengan luas kurang lebih 111.268 Ha.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diprioritaskan dikembangkan di daerah, Soromandi dan Tambora dengan
komoditi Jambu Mete; Parado, dan Tambora dengan komoditi Kopi; Wawo, dan
Parado dengan komoditi Kakao; Parado, Wawo, Langgudu, dan Lambitu dengan
komoditi Kemiri; Lambu, Wera, dan Sanggar dengan komoditi asam dengan luas
kurang lebih 15.796 Ha.
(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. sebaran kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Bima antara lain :
Ambalawi (kurang lebih 373 Ha), Belo (kurang lebih 352 Ha), Donggo (kurang
lebih 620 Ha), Langgudu (kurang lebih 648 Ha), Sanggar (kurang lebih 2.214
Ha), Tambora (kurang lebih 1.100 Ha), Wawo (kurang lebih 250 Ha), Wera
(kurang lebih 9.997 Ha), Woha (kurang lebih 35 Ha);
b. kawasan peruntukan peternakan diprioritaskan dikembangkan di kecamatan
Sanggar, Tambora, dan Wera. dalam rangka mendukung program Bumi
Sejuta Sapi (BSS);
c. pengembangan dan pengelolaan peternakan dilakukan dengan cara
peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak,
penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil
ternak; dan
d. pengembangan kawasan agrobisnis dan agroindustri yang berbasis perikanan
tersebar dibeberapa Kecamatan yaitu kecamatan Woha, Bolo, Palibelo,
Langgudu, dan Sape.
(6) Penetapan kawasan peruntukan lahan pertanian sebagai lahan sawah
berkelanjutan diatur dengan Peraturan Daerah.
Pasal 30
(1) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf d
meliputi : kawasan budidaya perikanan.
29
Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (1) huruf e meliputi :
a. Pertambangan mineral logam eksisting emas tersebar di Kecamatan Donggo,
Soromandi, Wawo, Lambitu, Sape, Lambu;Tembaga tersebar di Kecamatan
Madapangga, Bolo, Parado, Woha, Monta, Sape, Lambu, Langgudu;mangan
tersebar di Kecamatan Belo, Bolo, Lambitu, Langgudu, Monta, Palibelo,
Parado; dan
b. Pertambangan mineral bukan logam dan batuan existing pasir besi tersebar di
Kecamatan Amabalawi, Sanggar, Soromandi, Tambora, Wera dan Donggo.
(2) Pertambangan mineral logam dan bukan logam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan setelah ditetapkannya Wilayah
Pertambangan berdasarkan usulan penetapan WP.
(3) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan Bupati
kepada Pemerintah Propinsi dan berdasarkan pertimbangan BKPRD Kabupaten.
(4) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk mineral
logam dan bukan logam disusun melalui kajian dengan mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan dan harus berada di luar kawasan lindung,
kawasan permukiman, kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan
kawasan pariwisata sampai batas tidak adanya dampak negatif secara teknis,
ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan akibat usaha pertambangan.
(5) Izin pertambangan mineral logam, bukan logam yang telah diterbitkan dan masih
berlaku, tetap diakui sampai masa berlakunya habis dan perpanjangannya
menyesuaikan dengan ketentuan peraturan daerah Ini; dan
(6) Tata cara dan mekanisme penyusunan usulan WP sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 32
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
huruf f dikembangkan di daerah yang datar sampai bergelombang dengan
kelerengan lahan 0%-25%, bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, bukan
kawasan rawan bencana, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih yang cukup.
Pasal 33
(1)
30
(2)
(3)
31
(2) Penetapan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
a. kawasan strategis nasional yang berada di wilayah Kabupaten Bima;
b. kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten Bima; dan
c. kawasan strategis kabupaten.
(3)
Bima
32
33
34
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bima menjadi
acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bima.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dengan cara :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan umum perizinan;
c. ketentuan umum insentif, disinsentif; dan
d. ketentuan sanksi.
Bagian kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Perkotaan
Pasal 40
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan meliputi :
a. peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp);
b. peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
c. peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
d. peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(2) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
propinsi dan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dapat di
bangun dan di kembangkan di wilayah Woha.
(3) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten
yang didukung dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur perkotaan
dilaksanakan di wilayah kecamatan Sape, Wera, Bolo, dan Sanggar.
(4) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk melayani kegiatan berskala kecamatan
atau beberapa desa yang didukung dengan pembangunan fasilitas dan
infrastruktur kecamatan yang di laksanakan di Kecamatan Langgudu, Belo,
Monta, Soromandi, dan Tambora.
(5) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk melayani kegiatan berskala desa atau
35
36
(2)
Peraturan zonasi untuk bandar udara umum harus disusun dengan mematuhi
ketentuan mengenai:
a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional bandar udara;
b. pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan
pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
c. batas-batas kawasan keselamatan operasi penerbangan dan batas-batas
kawasan kebisingan.
37
Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi
Pasal 44
(1) Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi meliputi :
a. peraturan zonasi untuk Gardu induk;
b. peraturan zonasi untuk Gardu pembagi; dan
c. peraturan zonasi untuk Jaringan transmisi tenaga listrik.
(2) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar sistem jaringan
energi dan harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.
Paragraf 6
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 45
(1) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi meliputi:
a. peraturan zonasi untuk jaringan tetap dan sentral telekomunikasi; dan
b. peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular.
(2) Peraturan zonasi untuk jaringan tetap adalah sebagai berikut :
a. zonasi jaringan tetap terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang bebas;
b. zona ruang manfaat adalah untuk tiang dan kabel-kabel dan dapat diletakkan
pada zona manfaat jalan; dan
c. zona ruang bebas dibebaskan dari bangunan dan pohon yang dapat
mengganggu fungsi jaringan.
(3) Peraturan zonasi untuk sentral telekomunikasi adalah sebagai berikut :
a. zonasi sentral telekomunikasi terdiri dari zona fasilitas utama dan zona
fasilitas penunjang;
b. zona fasilitas utama adalah untuk instalasi peralatan telekomunikasi;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk bangunan kantor pegawai, dan
pelayanan publik;
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 50 % ; dan
e. prasarana dan sarana penunjang terdiri dari parkir kendaraan, sarana
kesehatan, ibadah gudang peralatan, papan informasi, dan loket pembayaran.
(4) Peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular (menara telekomunikasi) diatur
sebagai berikut :
a. zona menara telekomunikasi terdiri dari zona manfaat dan zona aman;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi menara baik di atas tanah atau di atas
bangunan;
c. zona aman dilarang untuk kegiatan yang mengganggu sejauh radius sesuai
tinggi menara;
d. menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas hukum yang
jelas. sarana pendukung antara lain pentanahan (grounding), penangkal petir,
38
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Ketentuan Peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada wilayah
sungai disusun dengan memperhatikan :
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan; dan dilarang untuk
membuang sampah, limbah padat dan atau cair dan mendirikan bangunan
permanen untuk hunian dan tempat usaha;
b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten secara selaras
dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di kabupaten yang berbatasan;
dan
c. pemanfaatan ruang sekitar sungai dapat dilakukan pada jarak 50 meter dari
sungai besar dan 10 meter dari sungai kecil.
Paragraf 8
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Air Bersih
Pasal 47
Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air bersih diatur sebagai berikut:
a. zonasi penyediaan air bersih terdiri atas zona unit air baku, zona unit produksi,
zona unit distribusi, zona unit pelayanan dan zona unit pengelolaan;
39
b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya;
c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air baku
menjadi air bersih;
d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi,
bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan;
e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran;
f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan
operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan
unit distribusi dan pengelolaan non teknis yang meliputi administrasi dan
pelayanan;
g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal sebesar
20 %;
h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal sebesar
40 %;
i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal sebesar
20 %;
j. unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air bersih;
k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air bersih wajib diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka;
l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan jaminan
kontinuitas pengaliran 24 jam per hari; dan
m. untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum
harus dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara berkala oleh
instansi yang berwenang.
Paragraf 9
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Drainase
Pasal 48
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase diatur sebagai berikut :
a. zona jaringan drainase terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona
manfaat jalan;
c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran penyaluran air; dan
d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan
pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.
40
Paragraf 10
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Limbah
Pasal 49
(1) Peraturan zonasi untuk sistem pembuangan air limbah meliputi sistem jaringan
limbah domestik, limbah industri, dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
(2) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah diatur sebagai berikut :
a. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang
penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi
pengolahan limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;
e. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan
kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau
sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;
f. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib
dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah setempat atau individual
yang berjarak minimal 10 m dari sumur;
g. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan sistem
pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu
lingkungan, hingga satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung
lahan dan SPAM serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat; dan
h. sistem pengolahan limbah domestic pada kawasan dapat berupa IPAL sistem
konvensional atau alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan
teknologi modern.
Paragraf 11
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Sampah
Pasal 50
(1) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan terdiri atas Tempat
Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST),
dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
(2) Peraturan zonasi untuk Tempat Penampungan Sementara (TPS) diatur sebagai
berikut:
a. zona TPS terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat
peralatan angkutan sampah;
c. zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
penampungan dan pengangkutan sampah sampai sejarak 10m dari sekeliling
zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;
41
3.
4.
5.
6.
7.
8.
43
44
45
j.
peraturan zonasi kawasan lindung geologi meliputi zona kawasan rawan letusan
gunung berapi terdiri atas zona A (tingkat resiko rendah), zona B (tingkat resiko
sedang) dan zona C (tingkat resiko tinggi):
1. zona A adalah kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak
menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava.
Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan
berupa hujan abu lebat dan lontaran batu pijar;
2. zona B adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar
dan lava, lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur
panas, aliran panas dan gas beracun;
3. zona C adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan
lava, lontaran atau guguran batu pijar, hjan abu lebat, hujan lumpur panas,
aliran panas dan gas beracun;
4. acuan peraturan zonasi pada zona A diantaranya :
a) dapat dikembangkan menjadi kawasan budidaya dan berbagai infrastruktur
penunjangnya.
b) diizinkan untuk kegiatan perumahan dengan syarat:
1) konstruksi bangunan beton bertulang maupun tidak bertulang;
2) kepadatan bangunan tinggi (>60 unit/ha), sedang (30-60 unit/ha), dan
rendah (<30 unit/ha);
3) pola perumahan dapt mengelompok maupun menyebar;
4) diizinkan untuk kegiatan perdagangan dan perkantoran dengan syarat
kepadatan bangunan diperbolehkan tinggi (KDB>70, KLB>200) hingga
rendah (KDB<50, KLB<100); dan
5) diizinkan untuk kegiatan industri dengan persyaratan, pengawasan dan
pengendalian yang ketat, yaitu : Konstruksi bangunan tahan gempa;
dan Skala industri (besar, sedang, maupun kecil).
c) diizinkan untuk kegiatan lahan usaha pertaian lahan basah, pertanian
lahan kering, perikanan, perkebunan dengan syarat pemilihan jenis
vegetasi yang sesuai serta mendukung konsep kelestarian lingkungan;
d) diizinkan untuk pariwisata dengan jenis wisata sosio-kultural dan wisata
agro-kultural; dan
e) diizinkan untuk kegiatan pertambangan rakyat, antara lain batu dan pasir.
5. acuan peraturan zonasi pada zona B diantarnya :
a) dapat dikembangkan menjadi kawasan budidaya dan berbagai infrastruktur
penunjangnya;
b) diizinkan untuk kegiatan perumahan dengan persyaratan :
1) konstruksi bangunan beton bertulang; kepadatan bangunan sedang
dan rendah; pola perumahan menyebar;
2) konstruksi bangunan semi permanen; kepadatan bangunan tinggi,
sedang, dan rendah; pola perumahan mengelompok dan menyebar;
dan
3) konstruksi bangunan tradisional; kepadatan bangunan tinggi, sedang
dan rendah; pola perumahan mengelompok dan menyebar.
c) diizinkan untuk kegiatan perdagangan dan perkantoran dengan syarat
kepadatan bangunan sedang (KDB 50-70, KLB 100-200) hingga rendah
(KDB<50, KLB<100);
46
Paragraf 13
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya
Pasal 52
(1)
(2)
c. produksi hasil hutan non kayu hanya diperkenankan dari hutan alam,
dimungkinkan untuk pemanfaatan dengan izin yang sah.
(3)
(4)
(5)
(6)
48
(8)
Peraturan zonasi untuk kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g antara lain :
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan
kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. zona industri terdiri dari bangunan pengolahan, gudang, ruang bongkar
muat, perkantoran, dan parkir kendaraan, meliputi:
1. setiap zona dan kawasan industri harus dilengkapi dengan instalasi
pengolahan limbah;
2. setiap pengembangan industri di dahului oleh kajian lingkungan hidup
strategis;
3. industri rumah tangga diarahkan mengelompok membentuk sentra
industri kecil; dan
49
4.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
(9)
50
51
j.
52
b. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, cagar alam dan budaya pembangunannya dibatasi dan
dikendalikan;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, harus dipasang alat peringatan dini;
d. penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam kawasan pesisir dan
pulau pulau kecil untuk menjaga pelestarian lingkungan hidup;
e. penetapan intensitas ruang disekitar kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
adalah maksimal KDB 40 %, KLB 1,2 dan minimal KDH 30 %; dan
f. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di sekitar
badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak mengganggu
aktivitas pelayaran.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Paragraf I
Umum
Pasal 53
Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b adalah proses
administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan ruang
dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang, mencakup izin prinsip, izin lokasi, Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
(IPPT), izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya.
Pasal 54
(1) Segala bentuk kegiatan dan pembangunan prasarana harus memperoleh izin
pemanfaatan ruang dengan berpedoman pada Peraturan Daerah tentang
RTRW;
(2) Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka
penanaman modal wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati.
(3) Prosedur izin pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Terpadu
setelah mendapat rekomendasi dari BKPRD Kabupaten.
Paragraf 2
Izin Prinsip
Pasal 55
(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 adalah persetujuan
pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
53
(3) Ketentuan mengenai izin lokasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
Pasal 57
(1) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 adalah izin yang diberikan kepada pengusaha untuk kegiatan
pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan luasan tanah lebih dari 5.000 m2.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin penggunaan pemanfaatan tanah akan
ditetapkan dengan peraturan daerah dan p[eraturan Bupati .
Paragraf 5
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 58
(1) Izin Mendirikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
54
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan akan ditetapkan
dengan peraturan daerah dan peraturan Bupati
Paragraf 6
Izin Lainnya
Pasal 59
(1) Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
pada ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri,
perdagangan dan pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai
peraturan perundangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin usaha pengembangan sektoral akan
ditetapkan dengan peraturan daerah dan peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 60
(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Ketentuan insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu
dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 61
(1) Ketentuan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah
kepada
pengembang kawasan dan kepada masyarakat.
(2) ketentuan pemberian insentif dan pengenaan disinsentif di kabupaten, dilakukan
oleh Bupati yang teknis pelaksanaannya melalui satuan kerja perangkat daerah
kabupaten yang membidangi masalah penataan ruang.
Pasal 62
(1) Ketentuan insentif pemerintah daerah kepada pengembang kawasan, diberikan
dalam bentuk:
a. pemberian kompensasi;
55
b. urun saham;
c. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
d. penghargaan.
(2) Insentif kepada masyarakat, diberikan dalam bentuk :
a. keringanan retribusi;
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan
h. penghargaan.
Pasal 63
(1) Ketentuan disinsentif Pemerintah Daerah kepada pengembang kawasan,
diberikan dalam bentuk:
a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi;
c. penalti; dan
d. pembatasan administrasi pertanahan.
(2) Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat, dikenakan dalam bentuk:
a. pengenaan pajak;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
c. pengenaan kompensasi;
d. penalti; dan
e. pembatasan administrasi pertanahan.
Pasal 64
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39 huruf c dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemberian insentif dan disinsentif diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Ketentuan Sanksi
Pasal 65
Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d merupakan acuan
dalam penegenaan sanksi terhadap :
a.
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang wilayah Kabupaten;
b.
56
c.
d.
pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
e.
f.
g.
pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
Pasal 66
57
Pasal 68
Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 pelanggaran
terhadap peraturan daerah ini dikenakan sanksi pidana merujuk pada ketentuan
perundang undangan.
BAB VIII
KELEMBAGAAN PERAN MASYARAKAT
Bagian kesatu
Kelembagaan
Pasal 69
(1) Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu dan
komprehensif melalui suatu koordinasi dan kerjasama anatara Pemerintah
Daerah Kabupaten Sumbawa dan/atau Kabupaten/Kota dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan pemanfaatan ruang, dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan.
(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan
kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
Pasal 70
(1) Pembinaan terhadap penataan ruang dilakukan melalui koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang;
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal 71
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak :
a. berperan serta dalam proses perencanaan dan penyusunan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang;dan
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang.
58
Pasal 72
Setiap orang berkewajiban :
a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses yang seluas-luasnya ke ruang yang dinyatakan oleh peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 73
(1) Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah ini tetap berlaku sampai habis masa berlakunya;
(2) Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan daerah ini berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. jika pembangunan belum mulai dilaksanakan, izin yang bersangkutan
disesuaikan dengan fungsi peruntukan kawasan berdasarkan peraturan
daerah ini;
b. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunan, pemanfaatan ruang dilakukan
sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan
fungsi kawasan berdasarkan peraturan daerah ini;
c. untuk yang sudah dilaksnaakan pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan peraturan
daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak; dan
d. ketentuan dan tata cara pemberian penggantian yang layak sebagaimana
dimaksud pada huruf c diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati.
(3) Izin pemanfaatan ruang yang masa berlakunya sudah habis dan tidak sesuai
dengan peraturan daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan
daerah ini;
(4) Pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut :
a. Yang bertentangan dengan ketentuan peraturan daerah ini, pemanfaatan
ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan peraturan
daerah ini; dan
b. Yang sesuai dengan ketentuan peraturan daerah ini dipercepat untuk
memdapatkan izin yang diperlukan.
59
Pasal 74
(1) Kawasan lindung yang difungsikan untuk kegiatan budidaya secara bertahap
dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung setelah izin kegiatan budidaya
habis masa berlakunya.
(2) Perubahan status dan/atau fungsi kawasan hutan, kawasan lahan pertanian
pangan berkelanjutan harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 75
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Bima adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, RTRW Kabupaten Bima dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila
terjadi perubahan kebijakan propinsi dan strategi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal kabupaten.
Pasal 76
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Bima
Nomor 11 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima
Tahun 2007 - 2027 (Lembaran Daerah Nomor 15 Tahun 2007 dan Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 24 Tahun 2007), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
60
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 77
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bima.
Ditetapkan di Raba-Bima
pada tanggal 19 November 2011
BUPATI BIMA,
Ttd
H. FERRY ZULKARNAIN
Diundangkan di Raba-Bima
pada tanggal 19 November 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BIMA
Ttd
H. MASYKUR H.M.S
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2011 NOMOR 9
61
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA
NOMOR 9 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2031
I. UMUM
1. Ruang Wilayah Kabupaten Bima sebagai bagian dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pada hakikatnya merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang harus dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya
secara optimal agar dapat menjadi wadah bagi kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan demi kelangsungan hidup yang
berkualitas.
Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah negara, yang memberikan
keyakinan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas
keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungannya
dengan kehidupan pribadi, hubungan manusia dengan manusia lain,
hubungan manusia dengan alam sekitarnya maupun hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumberdaya alam
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran
tersebut haruslah dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun generasi
yang akan datang.
2. Ruang sebagai sumberdaya alam tidaklah mengenal batas wilayah, karena
ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan tetapi
jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal batas dan
sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten Bima meliputi tiga
matra, yakni ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
Ruang wilayah Kabupaten Bima sebagai unsur lingkungan hidup, terdiri atas
berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub sistem yang
meliputi aspek alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya dengan corak ragam
dan daya dukung yang berbeda satu dengan lainnya. Pengaturan
pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan pada corak dan daya dukungnya
akan meningkatkan keselarasan, keseimbangan sub sistem, yang berarti juga
meningkatkan daya tampungnya. Pengelolaan sub-sistem yang satu akan
berpengaruh kepada kepada sub-sistem yang lain, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengaturan
ruang menuntut dikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri
utamanya.
62
Ada pengaruh timbal balik antara ruang dan kegiatan manusia. Karakteristik
ruang menentukan macam dan tingkat kegiatan manusia, sebaliknya kegiatan
manusia dapat merubah, membentuk dan mewujudkan ruang dengan segala
unsurnya. Kecepatan perkembangan manusia seringkali tidak segera
tertampung dalam wujud pemanfaatan ruang, hal ini disebabkan karena
hubungan fungsional antar ruang tidak segera terwujud secepat
perkembangan manusia. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang
disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkian perkembangan
selama kurun waktu tertentu.
3. Ruang wilayah Kabupaten Bima, mencakup wilayah kecamatan yang
merupakan satu kesatuan ruang wilayah yang terdiri atas satuan-satuan ruang
yang disebut dengan kawasan. Dalam berbagai kawasan terdapat macam dan
budaya manusia yang berbeda, sehingga diantara berbagai kawasan tersebut
seringkali terjadi tingkat pemanfaatan dan perkembangan yang berbedabeda.
Perbedaan ini apabila tidak ditata, dapat mendorong terjadinya
ketidakseimbangan pembangunan wilayah. Oleh karena itu, rencana tata
ruang wilayah, secara teknis harus mempertimbangkan : (i) keseimbangan
antara kemampuan ruang dan kegiatan manusia dalam memanfaatkan serta
meningkatkan kemampuan ruang ; (ii) keseimbangan, keserasian dan
keselarasan dalam pemanfaatan antar kawasan dalam rangka meningkatkan
kapasitas produktivitas masyarakat dalam arti luas.
4. Meningkatnya kegiatan pembangunan yang memerlukan lahan, baik tempat
untuk memperoleh sumber daya alam mineral atau lahan pertanian maupun
lokasi kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri, pariwisata, pemukiman dan
administrasi pemerintahan, potensial meningkatkan terjadinya kasus-kasus
konflik pemanfaatan ruang dan pengaruh buruk dari suatu kegiatan terhadap
kegiatan lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan perencanaan
tata ruang yang baik dan akurat, agar perkembangan tuntutan berbagai
kegiatan pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang terdapat di dalamnya
dapat berfungsi secara optimal, terkendali, selaras dengan arah
pembangunan Daerah Kabupaten Bima
5. Kendatipun perencanaan tata ruang sepenuhnya merupakan tindak
pemerintahan atau sikap tindak administrasi negara, dalam proses
penyusunan sampai pada penetapannya perlu melibatkan peran serta
masyarakat. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang menjadi
penting dalam kerangka menjadikan sebuah tata ruang sebagai hal yang
responsif (responsive planning), artinya sebuah perencanaan yang tanggap
terhadap preferensi serta kebutuhan dari masyarakat yang potensial terkena
dampak apabila perencanaan tersebut diimplementasikan. Tegasnya, dalam
konteks perencanaan tata ruang, sebenarnya ada dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama, kewajiban Pemerintah untuk memberikan informasi,
Kedua, hak masyarakat untuk di dengar (the right to be heard). Dalam
praktek, pada dasarnya dua aspek ini saling berkaitan karena penerapannya
menunjukkan adanya jalur komunikasi
dua arah. Dengan kewajiban
pemerintah untuk memberi informasi yang menyangkut rencana
kegiatan/perbuatan administrasi, dan adanya hak bagi yang terkena (langsung
maupun tidak langsung) oleh kegiatan/perbuatan pemerintah, mengandung
63
64
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Yang dimaksud dengan rencana struktur ruang dalam ketentuan ini adalah
gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun
rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan
dikembangkan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan
sistem perkotaan dalam wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumberdaya air.
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan pelabuhan pengumpan dalam ketentuan ini
adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.
65
Huruf c
Yang dimaksud dengan pelabuhan pengumpul dalam ketentuan ini
adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antar provinsi.
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Microdigital dalam ketentuan ini adalah
digunakan untuk menggambarkan proses transfer berkas pemindahan
data elektronik antara dua computer atau sistem serupa lainnya.
Sedangkan serat optic adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang
terbuat dari kaca atau plastic yang sangat halus dan lebih kecil dari
sehelai rambut dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal
cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang
digunakan biasanya adalah laser.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan efisiensi pemanfaatan air bersih dalam
ketentuan ini adalah penggunaan air bersih sesuai dengan keperluan.
Yang dimaksud dengan memperhatikan konservasi sumber-sumber air
yang tersedia dalam ketentuan ini adalah apakah sumber-sumber air
yang tersedia masih memiliki kapasitas produksi yang sama atau
mengalami penurunan dalam penyediaan air bersih.
66
67
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
dalam ketentuan ini direncanakan dikembangkan di Kecamatan Woha,
Bolo, Sape, Wera, Langgudu dan Sanggar adalah skala lokal dan
regional
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Huruf a
Angka 1
Yang dimaksud dengan Kawasan Minapolitan yang
berpusat di Penapali Kecamatan Woha dalam ketentuan
ini adalah kawasan dengan daerah pelayanan (hinterland)
meliputi Kecamatan Palibelo, Monta, dan Langgudu.
Sektor unggulan yang akan dikembangkan adalah
perikanan tambak, rumput laut, industri pengolahan
perikanan, dan pariwisata.
Angka 2
Cukup jelas
Angka 3
Cukup jelas
Angka 4
Cukup jelas
Angka 5
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
68
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Indikasi program utama dalam ketentuan ini
adalah menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi.
Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan
sebelumnya, bersamaan dengan, maupun sesudahnya, yang tidak
disebutkan dalam Peraturan Daerah ini.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup Jelas
69
Ayat (2)
Yang dimaksudkan Jarak aman dari kegiatan lain dalam ketentuan ini
adalah radius minimal antara sistem jaringan energi dari aktivitasaktivitas dengan tingkat konsentrasi penduduk yang tinggi dengan
ketentuan :
- 6 meter untuk gardu induk 10 KV tiang baja dan 5 meter untuk tiang
beton
- 22 meter untuk jaringan transmisi 150 KV sirkit tunggal dan 17
meter untuk sirkit ganda.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan Pengaturan pembangunan menara
telekomunikasi dalam ketentuan ini adalah diatur sesuai dengan
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Nomor:
02/PER/M.
KOMINFO/
3/2008
tentang
Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi,
yakni sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin aspek
keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan
kestabilan konstruksi menara, antara lain:
a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi
untuk penggunaan bersama;
b. ketinggian Menara;
c. struktur Menara;
d. rangka struktur Menara;
e. pondasi Menara; dan
f. kekuatan angin.
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
70
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan produksi hasil hutan kayu dari kegiatan
budidaya tanaman hutan dalam ketentuan ini adalah
dimaksudkan untuk mendukung kebijakan moratorium logging
dalam kawasan hutan serta mendorong berlangsungnya
investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan
penanaman (rehabilitasi hutan).
Huruf b
Yang dimaksud dengan produksi hutan kayu yang berasal dari
hutan alam dalam ketentuan ini adalah dimaksudkan untuk
mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan
serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan
yang diawali dengan kegiatan penanaman (rehabilitasi hutan).
Huruf c
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas
Ayat (11)
Cukup Jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
71
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Yang dimaksud dengan insentif dalam ketentuan ini kemudahan yang
diberikan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk mendorong
tercapainya perlindungan terhadap kawasan perencanaan.
Yang dimaksud dengan disinsentif dalam ketentuan ini adalah pengekangan
yang dilakukan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk membatasi
kecenderungan perubahan dalam pemanfaatan ruang.
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud Keringanan retribusi dalam ketentuan ini adalah
pemberian keringanan pembayaran pajak dan atau retribusi
terhadap pemanfaatan ruang
Huruf b
Yang dimaksud Pemberian kompensasi dalam ketentuan ini
adalah pemberian imbalan pada masyarakat yang tidak merubah
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan kebijakan
operasional.
Huruf c
Yang dimaksud Pemberian imbalan dalam ketentuan ini adalah
pemberian balas jasa pada masyarakat yang mematuhi
ketentuan pemanfaatan ruang.
72
Huruf d
Yang dimaksud Sewa ruang dalam ketentuan ini adalah
masyarakat berhak mendapatkan sewa ruang sebagai akibat
dari pemanfaatan ruang yang sesuai fungsi dan dilakukan oleh
pihak lain, menurut ketentuan-ketentuan yang disepakati
bersama
Huruf e
Yang dimaksud Urun saham dalam ketentuan ini adalah
masyarakat berhak mendapatkan bagian saham dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang sesuai fungsi dan dilakukan oleh pihak
lain, menurut ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama
Huruf f
Yang dimaksud Penyediaan sarana dan prasarana dalam
ketentuan ini adalah penyediaan sarana dan prasarana untuk
mendukung pengembangan fungsi ruang yang telah ditetapkan
Huruf g
Yang dimaksud Kemudahan prosedur perizinan dalam ketentuan
ini adalah kemudahan dalam proses perizinan bagi pemanfaatan
ruang yang sesuai dengan fungsinya untuk mendukung
pengembangan fungsi ruang yang telah ditetapkan.
Huruf h
Yang dimaksud Penghargaan dalam ketentuan ini adalah
penghargaan yang diberikan kepada masyarakat yang mematuhi
ketentuan pemanfaatan ruang.
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
73
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
74
LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA
NOMOR
: 9 Tahun 2011
TANGGAL
: 19 NOVEMBER 2011
TENTANG
: RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIMA
TAHUN 2011-2031
1. STRUKTUR RUANG
1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
1.1.1 sistem jaringan transportasi darat di kabupaten bima
a. Jalan Nasional
025
Sila Talabiu
16.578
Fungsi
Arteri
K-1
(km)
(km)
16.578
026
Talabiu Bima
15.911
15.911
032.2.K
No
No.
Ruas
Panjang
(km)
Ruas Jalan
1.06
1.06
Sistem
Jaringan
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Utama P.
Sumbawa
b. Jalan Provinsi
Panjang
(km)
Fungsi
K-2
K-3
22.6
No.
1
No.
Ruas
41
Sila Donggo
042.1
Talabiu Tangga
23.11
23.11
042.2
Tangga Parado
8.65
8.65
43
Bima Tawali
55.06
55.06
066.1
Parado Wilamaci
066.2
Wilamaci Karumbu
066.3
Karumbu Sape
066.4
Simpasai Wilamaci
67
Tawali Sape
45.03
45.03
10
070.4
41.26
41.26
11
070.5
Labuan Kananga
Kawinda Toi
Kawinda Toi Piong
37.57
37.57
12
070.6
14.67
14.67
13
070.7
27.9
27.9
14
070.8
Kiwu Sampungu
15
15
15
070.9
Bajo Sampungu
41.6
41.6
Ruas Jalan
22.6
4.7
4.7
24.51
24.51
38
38
16.3
16.3
Status
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Utama P.
Sumbawa
Lintas Selatan P.
Sumbawa
Lintas Selatan P.
Sumbawa
Lintas Selatan P.
Sumbawa
Lintas Selatan P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
Lintas Utara P.
Sumbawa
75
c. Jalan Kabupaten
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km)
(Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
TAWALI
LEBAR
RATA
RATA
(M)
11
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
12.1
12.2
6,40
LU
WERA
0,0
6,40
3,50
TAWALI
SANGIANG
NUNGGI
NTOKE
8,60
LU
WERA
0,0
8,60
3,50
SP. BELO
NATA
7,30
LU
PALIBELO
0,0
7,30
3,50
CAB. TENTE
NCERA
10,90
LU
WOHA/BELO
0,0
10,90
3,50
SJ. NCERA
5,60
LU
BELO
0,0
5,60
3,50
SP.3 SONDO
SORIMILA
PANTAI
RONTU
9,80
LU
MONTA
0,0
9,80
3,50
BOLO
DENA
3,00
LU
MADAPANGGA
0,0
3,00
3,50
DENA
CAMPA
11,20
LU
MADAPANGGA
0,0
5,40
3,50
5,4
11,20
3,50
SP.MONGGO
DENA
3,70
LU
MADAPANGGA
0,0
3,70
3,50
10
PANDAI
RISA
9,70
LU
WOHA
0,0
9,70
3,50
11
SAKURU
NGALI
3,90
LU
MONTA
0,0
3,90
3,50
12
TENGA
KELI
2,80
LU
WOHA
0,0
2,80
3,50
RB
16
DEA
SUMI
9,85
LU
SAPE
0,0
9,85
3,50
17
LANTA
NDANO
1,50
LU
SAPE
0,0
1,50
3,50
18
JIA
KALEO
3,50
LU
SAPE
0,0
3,50
3,50
22
WANE
5,20
LU
MONTA
0,0
5,20
3,50
RB
23
TOLOTANGGA
SP.JL.
NEGARA
TOLONGGERU
2,00
LU
MADAPANGGA
0,0
2,00
3,50
24
LERE
SORO
3,50
LU
MONTA
0,0
3,50
3,50
26
WORO
SO LAMOTI
1,70
LU
MADAPANGGA
0,0
1,70
3,50
27
ROKA
SAMBORI
12,30
LU
LAMBITU
0,0
12,30
3,50
28
DONGGOBOLO
KALAMPA
5,95
LU
WOHA
0,0
5,95
3,50
29
PUCUKE
KELI
7,40
LU
WOHA
0,0
7,40
3,50
31
KARAKU
RORA KECIL
6,00
LU
DONGGO
0,0
6,00
3,50
32
NCERA
LANTAI BARU
6,00
LU
LANGUDU
0,0
3,20
3,50
3,2
6,00
3,50
RB
0,0
7,00
3,50
7,0
9,50
3,00
RB
33
KUTA
KADI
9,50
LU
WAWO
34
TEKE
NTONGGU
2,70
LU
PALIBELO
0,0
2,70
3,50
35
SUMI
15,80
LU
LAMBU
0,0
15,80
3,50
37
KARAKU
SO LATO
NDANO
MANGO
2,50
LU
DONGGO
0,0
2,50
3,00
76
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km)
(Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
14,00
LU
BOLO
0,0
14,00
4,50
LU
DONGGO
0,0
LEBAR
RATA
RATA
(M)
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
12.1
12.2
2,00
RB
4,50
3,50
A/K/T
11
38
SP.RATO
39
RORA
KAREO
NDANO
MBECA
40
NANGA RABA
PANTAI
0,70
LU
ABALAWI
0,0
0,70
3,00
41
NUNGGI
BALA
0,75
LU
WERA
0,0
0,75
3,50
RB
42
WORA LUAR
WORA DALAM
2,50
LU
WERA
0,0
2,50
3,50
43
WORA
TADEWA
7,40
LU
WERA
0,0
6,50
3,50
6,5
7,40
3,50
0,0
5,00
3,50
RB
5,0
7,60
3,00
RB
44
KOMBO
TARLAWI
7,60
LU
WAWO
45
PAPA
NGGELU
15,50
LU
LAMBU
1,5
15,50
3,50
RB
46
SOSERA
KANGGUDU
12,00
LU
LAMBU
0,0
12,00
2,00
RB
47
NTORI
OI MASA
8,00
LU
WAWO
0,0
8,00
3,50
RB
48
PANDA
PALIBELO
3,30
LU
PALIBELO
0,0
3,30
6,00
49
RUPE
KALODU
7,00
LU
LANGGUDU
0,0
7,00
3,00
50
SAPE
RIAMAU
13,50
LU
SAPE
0,0
1,00
3,50
1,0
13,50
3,50
RB
53
TPA
NTONGGU
5,30
LU
PALIBELO
0,0
5,30
3,50
RB
54
MARIA
RIAMAU
16,00
LU
WAWO
0,0
1,50
3,50
1,5
4,00
3,50
RB
4,0
16,00
3,50
RB
55
SP. 3 CAB.
TELKOM
KADI
3,00
LU
WAWO
0,0
3,00
3,50
RB
KALA
7,00
LU
DONGGO
0,0
7,00
2,00
RB
58
SP. BAJO
TANJUNG
BARU
MPADA TENGA
3,00
LU
MONTA
0,0
3,00
3,50
59
MPADA TENGA
SONCO KARII
3,00
LU
MONTA
0,0
3,00
3,50
60
SONCO KARII
SORO NOCU
2,50
LU
MONTA
0,0
2,50
3,50
61
SORO NOCU
OIMBAI
8,50
LU
LANGGUDU
0,0
8,50
3,50
62
OIMBAI
SORO AFU
3,00
LU
LANGGUDU
0,0
3,00
3,50
63
SPJN.(NDANO)
DORO LUWU
8,00
LU
DONGGO
0,0
6,00
3,50
6,0
8,00
3,50
RB
56
64
SORO AFU
SORI MADA
3,00
LU
LANGGUDU
0,0
3,00
3,50
RB
65
WORO
BATAS DOMPU
28,00
LU
MADAPANGGA
0,0
28,00
3,50
77
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km)
(Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
LEBAR
RATA
RATA
(M)
11
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
12.1
12.2
66
O'O
MANGGE
9,30
LU
DONGGO
0,0
9,30
3,50
RB
67
RATO
MANGGE
3,20
LU
BOLO/DONGGO
0,0
3,20
3,50
RB
68
PAI
PAI DALAM
4,60
LU
WERA
0,0
4,60
3,50
70
RATO
KANANGA
2,00
LU
BOLO
0,0
2,00
3,50
71
NANGA RABA
BATAS KOTA
6,20
LU
AMBALAWI
0,0
5,50
3,50
72
SP.JP
LAMERE
1,00
LU
SAPE
0,0
1,00
3,50
73
TANGGA
SIE
4,00
LU
MONTA
0,0
1,00
3,00
RB
1,0
4,00
3,00
RB
74
SP.JL.SIE
75
WANE
76
PARADO RATO
DIHA
WARO
MARADA
KANCA
SOMEKU
7,00
LU
MONTA
0,0
7,00
1,00
RB
5,00
LU
MONTA
0,0
5,00
3,50
6,00
LU
PARADO
0,0
1,50
3,00
RB
1,5
6,00
3,00
RB
77
TANGGA
MONTA
2,00
LU
MONTA
0,0
2,00
3,00
RB
79
SONDOSIA
PALISONDO
1,50
LU
BOLO
0,0
1,50
3,50
80
SANOLO
3,00
LU
BOLO
0,0
3,00
3,50
81
1,00
LU
BOLO
0,0
1,00
3,00
RB
83
DARU GUDA
CAMPA
MONGGO
SONCO
TRS. LEWA
MORI
12,00
LU
MADAPANGGA
0,0
12,00
3,00
RB
85
TAMBE
SP. WUWU
NDANO
RANGGA
7,00
LU
BOLO
0,0
7,00
3,50
86
MPURI
SD/SAWAH
5,00
LU
MADAPANGGA
0,0
5,00
3,50
RB
87
WORO I
WORO II
2,00
LU
MADAPANGGA
0,0
2,00
3,50
91
LEU
KARA
2,00
LU
BOLO
0,0
2,00
3,50
92
TIMU
NGGEMBE
3,00
LU
BOLO
0,0
3,00
3,50
93
TIMU
KANANGA
1,00
LU
BOLO
0,0
1,00
3,50
95
PALI KORE
PALI JALA
1,20
LU
SANGGAR
0,0
1,20
3,50
96
TALOKO
RINGI JAWA
5,00
LU
SANGGAR
0,0
5,00
3,50
98
RISA
JN. KM.24 RB
4,00
LU
WOHA
0,0
1,50
3,00
1,5
4,00
3,00
99
JN.KM.24 RB
GUDANG
GARAM
6,00
LU
WOHA
0,0
6,00
3,50
RB
100
WADU WANE
KALAMPA
1,50
LU
WOHA
0,0
1,50
3,50
101
SORIMILA
SORI NAE
7,60
LU
LANGGUDU
0,0
7,60
3,50
103
NATA
CENGGU
8,10
LU
BELO
0,0
8,10
3,50
78
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km) (Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
2,50
LU
WOHA
0,0
5,00
LU
WOHA
0,0
2,50
LU
WOHA
0,0
1,00
1,0
105
TENTE
106
KELI
JN. RABA
KODO
107
SAMILI
SO NTANDA
NDEU
LEBAR
RATA
RATA
(M)
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
11
12.1
12.2
2,50
3,50
RB
5,00
3,50
RB
3,50
RB
2,50
3,50
RB
108
PANDA
0,50
LU
BELO
0,0
0,50
3,50
RB
109
JN.KM.6 RB
GENDO BOTE
2,00
LU
BELO
0,0
2,00
3,50
RB
111
DORE I
DORE II
1,50
LU
BELO
0,0
1,50
3,50
RB
112
JN. BOMBO
ROI
1,00
LU
BELO
0,0
1,00
3,50
RB
113
CENGGU
SP.JL. TENTE
NGARI
TENGA
SJ.JL.TENTE
PARADO
4,00
LU
BELO
0,0
4,00
3,50
RB
1,00
LU
BELO
0,0
1,00
3,50
RB
TARLAWI
SAMBORI
LAMA
5,00
LU
WAWO
0,0
5,00
120
TETA
SAMBORI
BARU
2,50
LU
LAMBITU
0,0
3,50
3,00
122
KOWO
BUNCU
5,00
LU
SAPE
0,0
5,00
3,50
RB
123
KANGGUDU
MANGGE
5,00
LU
LAMBU
0,0
5,00
3,00
RB
125
DESA BUNCU
DESA LAMERE
1,00
LU
SAPE
0,0
1,00
3,50
126
1,00
LU
SAPE
0,0
1,00
3,00
RB
127
DESA SARI I
DESA SARI
2,00
LU
SAPE
0,0
2,00
3,00
RB
2,5
5,00
3,00
114
118
129
TALA
PITI
8,00
LU
AMBALAWI
0,0
2,50
3,50
2,5
8,00
3,00
130
NTOKE
WANCA
5,00
LU
WERA
0,0
5,00
3,00
132
TAWALI
BALA
7,00
LU
WERA
0,0
7,00
3,00
RB
133
TAWALI
SMA
1,50
LU
WERA
0,0
1,50
3,50
134
NIPA
MPERA
2,80
LU
WERA
0,0
2,80
3,50
RB
135
KOLE
SORI KALAI
6,00
LU
AMBALAWI
0,0
6,00
3,00
RB
136
SORI KELI
DS.BUSU
7,00
LU
AMBALAWI
0,0
7,00
3,00
RB
137
BALA TONGGA
GILA
3,00
LU
WERA
0,0
3,00
3,00
RB
138
NIPA
SO MBELU
4,00
LU
AMBALAWI
0,0
4,00
3,00
RB
139
NUNGGI
DS.SORI
3,00
LU
WERA
0,0
1,50
3,50
1,5
3,00
3,50
RB
0,0
2,00
3,00
RB
140
TADEWA
LAPA NAE
2,00
LU
WERA
79
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km) (Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
LEBAR
RATA
RATA
(M)
11
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
12.1
12.2
142
DEA
TERMINAL
1,50
LU
SAPE
0,0
1,50
3,00
144
NGGELU
PANTAI
1,00
LU
LAMBU
0,0
1,00
3,00
RB
145
BUGIS
GUSU
0,52
LU
SAPE
0,0
0,52
3,00
146
KOWO
DS. JATI
5,50
LU
SAPE
0,0
5,50
3,00
RB
185
SARITA
SP. O ' o
11,45
LU
DONGGO
0,0
7,45
3,50
7,5
11,45
3,50
SR
187
NGGEMBE
LEREMPIU
5,00
LU
BOLO
0,0
5,00
3,50
RB
188
PADENDE
2,50
LU
DONGGO
0,0
2,50
3,50
RB
189
DORO LUWU
2,50
LU
MDPNGGA
0,0
2,50
3,50
RB
190
SANGARI
MBAWA
NGGERU
KOPA
MBAWA
SALERE
9,00
LU
DONGGO
0,0
2,00
3,50
2,0
9,00
3,50
RB
191
DORO
MBUMBU
PUNTI
4,00
LU
DONGGO
0,0
4,00
3,50
RB
192
RASABOU
PEMUKIMAN II
4,00
LU
DONGGO
0,0
4,00
3,50
193
PADENDE
NGGERU PLN
6,00
LU
DONGGO
0,0
6,00
3,50
RB
194
LAKEKE
MANGGE NAE
6,00
LU
DONGGO
0,0
6,00
3,50
RB
196
SOWA
NGGERU
4,00
LU
DONGGO
0,0
4,00
3,50
RB
197
SP.3 SOWA
JL.KABUPATEN
1,00
LU
DONGGO
0,0
1,00
3,50
RB
198
PIONG
PANTAI
0,70
LU
SANGGAR
0,0
0,70
3,50
203
RASABOU
SANOLO
7,70
LU
BOLO
0,0
2,00
3,50
RB
2,0
7,70
3,50
RB
0,8
5,00
3,50
204
SP.TALABIU
NISA
7,00
LU
WOHA
0,0
7,00
3,50
205
RISA
KELI DALAM
3,00
LU
WOHA
0,0
3,00
2,00
207
PUNTI
DORO MBUKU
5,00
LU
DONGGO
0,0
1,00
3,50
1,0
5,00
3,00
RB
208
TENGGE
TALA
7,00
LU
AMBALAWI
0,0
7,00
2,00
RB
209
MAWU LUAR
MAWU DALAM
5,00
LU
AMBALAWI
0,0
0,80
3,50
210
OI TUI
SANGIANG
10,90
LU
WERA
0,0
10,90
2,00
211
NTOKE
FO'O MPANGI
2,10
LU
WERA
0,0
2,10
2,00
RB
213
NTOKE
NDANO NAE
9,00
LU
WERA
0,0
9,00
2,00
RB
215
DARU JALA
NGGEMBE
3,50
LU
BOLO
0,0
2,00
3,00
RB
80
PANJANG
BAGIAN
Panj. Panj.
(Km) (Km)
NO.
RUAS
NAMA
PANGKAL
RUAS
NAMA UJUNG
RUAS
PJG.
RUAS
(Km)
KLASI
FIKASI
RUAS
KODE
STATUS
ADM.
TERMASUK
KECAMATAN
10.1
10.2
LEBAR
RATA
RATA
(M)
11
PERMUKAAN
JALAN
TYPE
KONDISI
12.1
12.2
216
KAMPILA
SP. MONGGO
1,00
LU
MADAPANGGA
0,0
1,00
3,50
217
SP.TALABIU
KALAMPA
3,20
LU
WOHA
0,0
3,20
3,00
RB
218
TUMPU
MPILI
9,80
LU
BOLO/DONGGO
0,0
6,80
3,50
6,8
9,80
3,50
RB
219
NGGEMBE
DORIDUNGGA
9,00
LU
BOLO/DONGGO
0,0
9,00
3,00
RB
220
POJA
POJA NTONDA
5,00
LU
SAPE
0,0
5,00
2,00
RB
221
NCERA I
PALI
2,50
LU
BELO
0,0
2,50
2,00
RB
222
NCERA II
PALI
4,00
LU
BELO
0,0
4,00
2,00
RB
223
KAMBILO
RIAMAU
7,00
LU
WAWO
0,0
1,00
3,00
RB
1,0
7,00
3,00
RB
3,50
RB
224
RASABOU
KALEO
2,50
LU
SAPE
0,0
2,50
229
MBAWA
JL.PASAR
TENTE
4,50
LU
MDPNGGA
0,0
4,50
231
TOLONGGERU
JL.PASAR
TENTE
0,40
LU
WOHA
0,0
232
KAWINDA NAE
OI PANIHI
1,00
LU
TAMBORA
0,0
0,75
3,50
0,8
1,00
3,50
0,0
10,00
3,50
RB
0,1
1,00
3,50
RB
0,0
3,95
3,50
RB
4,0
6,45
3,50
RB
233
LAB. KANANGA
234
SP.JP.
DONGGO
BANYU AJI
LEWIDEWA
10,00
6,45
LU
LU
TAMBORA
DONGGO
236
NGGELU
BAKU
11,50
LU
LAMBU
0,0
11,50
3,50
RB
237
KOMBO
KUBURAN
1,00
LU
WAWO
0,0
0,10
3,50
RB
238
TALABIU
DORE
3,05
LU
WOHA
0,0
3,05
18,00
239
DUMU
KANGGA
1,50
LANGGUDU
240
SONDO
KARA
2,00
WOHA
JUMLAH . . . . .
792,62
Keterangan :
LU
: Layanan Umum
K
: Kabupaten (Kolom 8);Kerikil (Kolom 12.1)
A
: Aspal
T
: Tanah
B
: Baik
RB
: Rusak Berat
S
: Sedang
SP
: Simpang
JP
: Jalan Propinsi
81
1.
2.
3.
Sape Makassar
4.
Sape Kalimantan
5.
Sape Maluku
1.
Labuan Kananga (Kab. Bima) Bima (Kota Bima); Labuan Kananga (Kab. Bima) Moyo
(Kab Sumbawa)
2.
3.
(6)
No.
Nama Bandara
Bandara Sultan Muhammad Salahuddin
Fungsi/Status
Pusat Pengumpul Tersier
1.
2.
Sultan Muhammad Salahuddin (Kabupaten Bima) I Gusti Ngurah Rai (Provinsi Bali)
3.
82
1.
2.
Pembangkit
PLTA/PLTM
PLTD
PLTU
II
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Pembangkit
Sub Total
Transmisi (Kms)
70 KV
JENIS
PEMBANGKIT
Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel
(PLTD)
Jumlah Beban
Terpasang
Tambahan
29.186
-
15 MW
2 x 7 MW
2 x 10 MW
1
KETERANGAN
Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu
(PLTB)
Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH)
Pembangkit Listrik
Tenaga Surya
(PLTS)
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus
Bawah Laut
PLTU
Langgudu, Wera
Tambora
Soromandi
b. Jaringan transmisi
No.
1.
Jaringan
Transmisi
Gardu Induk
KETERANGAN
83
4.
Jenis
Depo bahan bakar
minyak
Depo gas
Pengembangan
pengolahan migas
(kilang)
Wilayah penunjang
migas
KETERANGAN
Wera dan Sape.
Woha, Palibelo, Sape, Wera.
Sanggar, Wera, dan Langgudu.
Penduduk
Kecamatan
Total
2016(KK)
Penduduk
Penduduk
Total
2021(KK)
Total
2026(KK)
Penduduk
Total
2031(KK)
Ambalawi
4.302.380
2.285.172
1.650.402
7.527.525.840
809.048
930.405.200
404.050
Belo
6.010.360
3.192.372
2.305.602
10.515.909.840
1.130.220
1.299.753.000
564.451
464.657.040
649.118.880
Bolo
9.713.590
5.159.376
3.726.216
16.995.366.720
1.826.614
2.100.606.100
912.233
1.049.067.720
Donggo
3.990.960
2.119.824
1.530.984
6.982.857.280
750.490
863.063.500
374.803
431.023.680
Lambitu
1.489.250
790.992
571.272
2.605.586.240
280.048
322.055.200
139.860
160.839.000
Lambu
9.509.810
5.051.160
3.648.060
16.638.895.200
1.788.296
2.056.540.400
893.095
1.027.059.480
Langgudu
9.681.620
5.142.312
3.713.892
16.939.156.640
1.820.588
2.093.676.200
909.230
1.045.614.960
Mada
Pangga
7.574.360
4.023.216
2.905.656
13.252.771.520
1.424.344
1.637.995.600
711.331
818.030.880
Monta
8.437.780
4.481.676
3.236.766
14.762.972.720
1.586.678
1.824.679.700
792.418
911.280.240
10
Palibelo
5.903.410
3.135.564
2.264.574
10.328.780.080
1.110.118
1.276.635.700
554.407
637.568.280
11
Parado
2.169.360
1.152.252
832.182
3.795.603.440
407.928
469.117.200
203.731
234.290.880
12
Sanggar
2.944.920
1.564.164
1.129.674
5.152.472.080
553.748
636.810.200
276.566
318.051.360
13
Sape
14.066.340
7.471.332
5.395.962
24.611.121.040
2.645.138
3.041.908.700
1.321.013
1.519.164.720
14
Soromandi
2.167.290
1.151.064
831.324
3.791.690.080
407.514
468.641.100
203.537
234.067.320
15
Tambora
3.087.750
1.639.980
1.184.430
5.402.215.600
580.612
667.703.800
289.980
333.477.000
16
Wawo
4.028.450
2.139.696
1.545.336
7.048.317.120
757.528
871.157.200
378.324
435.072.600
17
Wera
7.345.050
3.901.284
2.817.594
12.851.118.480
1.381.196
1.588.375.400
689.796
793.265.400
18
Woha
11.124.870
5.909.004
4.267.614
19.464.696.880
2.092.034
2.405.839.100
1.044.770
1.201.485.960
JUMLAH
92.836
60.310.440
43.557.540
198.667.056.800
21.352.142
24.554.963.300
10.663.596
12.263.135.400
KECAMATAN
Ambalawi
Belo
Bolo
Donggo
Lambitu
Lambu
Langgudu
Madapangga
Monta
Palibelo
KEBUTUHAN
(Unit)
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
84
11
12
13
14
15
16
17
18
Parado
Sanggar
Sape
Soromandi
Tambora
Wawo
Wera
Woha
1
2
2
1
1
1
2
2
22
Jumlah
f.
Wilayah
Tente
Sila
Sape
Jumlah
Kapasitas
424
632
388
1.444
Terisi
409
587
193
1.089
Tingkat Pelayanan
96,46
92,88
49,74
75,42
Wilayah
Tente
Sila
Sape
Jumlah
Stasiun
Telepon
Otomat (STO)
1
1
1
3
Rumah Kabel
dan Kotak
Pembagi
1
1
1
3
Jaringan
Kabel
Sekunder
1
1
1
3
Satuan Sambungan
Telepon (SST)
424
632
388
1.444
2.
PERUSAHAAN
PT. Telkomsel Seluler
PT.Exelcomindo Pratama
LOKASI
1.Desa Kambilo Kec.Wawo
2.Desa O'O Kec.Donggo
3.Desa Kore Kec.Sanggar
4.Desa Rade Kec.Madapangga
5.Desa Labuan Kananga Kec.Tambora
6.Desa Ngali kec.Belo
7.Desa Sumi Kec.Lambu
8.Desa Nipa Kec. Ambalawi
9.Desa Karumbu Kec.Langgudu
10.Desa Rasabou Kec.Sape
11.Desa Rabakodo Kec.Woha
12.Desa Tawali Kec.wera
13.Desa Monta Kec.Monta
14.Desa Raba Kec.Wawo
15.Desa Madawau Kec.Madapangga
16.Desa Bolo Kec.madapangga
17.Desa Panda Kec.Palibelo
18.Desa Tambe Kec.Bolo
19.Desa Kananta Kec.Soromandi
20.Desa Risa Kec.woha
21.Desa Tonggo Ndoa Kec.Palibelo
22.Desa Woro Kec.Madapangga
23.Desa Sangia Kec.Sape
1.Desa Mpili Kec.Donggo
2.Desa Bolo Kec.Madapangga
3.Desa Rompo Kec. Langgudu
85
3.
PT.Indosat
h. Rencana Jaringan Mikro Digital di Tiap Kecamatan Kabupaten Bima Tahun 2031
No.
1
2
Jenis Jaringan
Jaringan Mikro Digital Perkotaan
di Ambalawi
Jaringan Mikro Digital Perkotaan
di Belo
6
7
8
9
10
11
12
Perkotaan
Perkotaan
Lokasi
Kole (2 km), Mawu (4 km), Rite (6 km) dan Talapati (9
km).
Lido (3 km), Ncera (6 km, Panda (4 km), Roka (12 km),
Soki (17 km), Leu (21 km), Rada (24 km), Rasabou (19
km), dan Tumpu (29 km).
Bajo (2 km), Bumi Pajo (4 km), Doridungga (6 km), Kala
(8 km), Kananta (11 km), Mbawa (13 km), Empili (8 km),
Punti (11 km), Rora (13 km), dan Sai (18 km).
Hidirasa (3 km), Kaleo (5 km), Lambu (3 km), Mangge
(4 km) dan Nggelu (7 km).
Doro Oo (3,5 km), Dumu (6 km, Kalodu (9 km), Kangga
(4 km), Karampi (13 km), Kawuwu (16 km), Rupe (19 km),
UPT Doro Oo (23 km), UPT Laju (21 km), UPT
Waworada (24 km), dan Waduruka (2 km).
Mpuri (4 km), Ndano (11 km), Tonda (3 km) dan Woro (11
km).
Pela (3 km) dan Tolouwi (6 km).
Perkotaan
Perkotaan
Boke (4 km), Jia (8 km), Kowo (12 km), Sangiang (18 km)
dan Tanah Putih (21 km).
Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12 km), Labuan
Kananga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).
Perkotaan
86
No.
13
Jenis Jaringan
di Wera
Jaringan Mikro Digital Perkotaan
di Woha
Lokasi
Rabakodo (8 km) dan Waduwani (17 km).
B. 04
SSWS/DAS Sari
Luas ( Km )
1.396,05
1.
2.
3.
4.
S.
S.
S.
S.
Campa
Risa
Belo ( Pelaparado )
Ntobo
697,90
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
Nangakanda
Kemasi
Nunggi (Wera)
Luwu
Bumbu
Pai
Sari
Nama Sungai
S. Campa
S. Madapangga
3
4
5
6
7
8
S. Kerengo
S. Pandede
S. Mbawa
S. Kala
S. Manggi
S. Boroloka
S. Kampasi
10
S. Paradokanca
11
S. Kawuwu Ncera
12
13
14
15
16
17
18
S. Roka
S. Kuta
S. Ntonggu
S. Kaleli
S. Nunggi/Tawali
S. Karumbu
S. Sambu
19
S. Sumi
20
S. Diwu Moro
Daerah Irigasi
Lebo
Ncangakai
Brj. Bontokape
Madapangga
Ori Rade
Ncoha
Rora Kecil
Ndano Rangga
Sori Monca
Diwu Tangiri
Oikawa
Taloko
Brj. Taloko
Pela Parado
Sie
Tenga
Kalate
Tongondoa
Ngali
Embung Roi
Leka
K. Ntonggu
Nggaro Rangga
Brj. NaE Wera
Diwu Sadundu
Sambu
Sari
Sape
Brj. Wuwu
Sumi
Kecamatan
Bolo
Madapangga
Bolo
Donggo
Donggo
Donggo
Donggo
Sanggar
2
2,5
2
2
1,6
1,5
2,5
0,8
0,5
2
0,5
Luas Baku
(Ha)
1000
1375
703
454
307
522
601
520
300
500
300
2,6
1
1,5
1,7
2,4
337
181
569
968
750
1,5
1
1,5
2
1,2
0,5
2,4
1,5
1,5
2,5
350
530
150
600
900
100
1000
1000
306
860
Debit (M3)
Sanggar
Monta
Belo
Belo
Belo
Belo
Wera
Wera
Wawo
Wawo
Sape
Sape
87
c. Rencana Status Daerah Irigasi Yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Propinsi serta Kabupaten
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Daerah Irigasi
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
D.I.
Pelaparado
Sumi
Parado
Ncangakae
Madapangga II
Bontokape
Dadi
Diwu Sadundu
Diwu Tangiri
E. Oi Toi
E. Roi
E. Kore
E. Kowo
E. Ncera
E. Waworada
E. Wera I
E. Wera II
E. Woro
Kalate
Karanu Ntonggu
Kecintobo
LEKA
Lebo
Madapangga
Mori Rade
Na'e Wera
Ncoha
Ndano Rangga
Nggaro Rangga
Nungga
Oi Kawa
Pela Cempaka
Raba Ponda
Rontu
Rora Kecil
Salo
Sambu
Sape
Sari
Sie
Sori Monca
Taloko
Tolotangga
Tonggondoangali
Woro
Wuwu
E. Nggira I
E. Nggira II
Sangga
Satampa
Total A
DAM Ama Baena Sari
DAM Ncai Au Maria Utara
DAM Nanga Nae Tambora
DAM Sari Kowo Wera
DAM Oi Bura Parado
DAM Ntanda Ndeu Keli (Woha)
DAM Sori Panco Toro Wadu Nae
(sampungu - Soromandi)
DAM Ompu Sopa Desa Bajo
DAM Sori Maneo
Total B
Total A + B
Kewenangan
Keterangan
Pusat
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Kabupaten
RENCANA
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
28.825
54.004
88
Nama
Bendungan/
Waduk
Waduk Sumi
Bendungan
Pelaparado
Waduk Ncera
Waduk Roka
1
2
Daerah Pelayanan
Lambu, Sape
Monta, Woha, Belo
Belo
Belo
KECAMATAN
Wawo
2
3
8
9
4
10
5
6
7
11
12
13
14
15
16
17
18
Sape
Lambu
Langgudu
Lambitu
Monta
Parado
Woha
Belo
Palibelo
Bolo
Madapangga
Donggo
Soromandi
Sanggar
Tambora
Wera
Ambalawi
Jumlah
TPS
TPA
17
54
21
22
10
22
10
60
22
25
34
20
16
12
12
10
21
12
400
1
1
5
Jenis Pengembangan
Mata Air
Sumur Bor
Air Sungai
Kecamatan
Seluruh Kecamatan yang potensial
Sape, Wawo, Woha, Belo, Monta, Wera,
Ambalawi, Lambu, Parado
Sungai
Parado,
Langgudu,
Lambu,
Madapangga, Sanggar, Tambora
89
2021
2026
2031
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan
Air Bersih
(Liter/Perhari)
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan
Air Bersih
(Liter/Perhari)
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan
Air Bersih
(Liter/Perhari)
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan
Air Bersih
(Liter/Perhari)
5.047.767
18.706
5.368.587
19.895
5.709.797
21.159
6.072.693
Ambalawi
17.588
Belo
24.570
7.051.673
26.132
7.499.855
27.793
7.976.521
29.559
8.483.483
Bolo
39.709
11.396.470
42.233
12.120.793
44.917
12.891.152
47.772
13.710.472
Donggo
16.315
4.682.394
17.352
4.979.992
18.455
5.296.504
19.628
5.633.133
Lambitu
6.088
1.747.198
6.475
1.858.245
6.886
1.976.349
7.324
2.101.959
Lambu
38.876
11.157.467
41.347
11.866.600
43.975
12.620.802
46.770
13.422.940
39.578
11.358.926
42.094
12.080.863
44.769
12.848.683
47.614
13.665.304
Langgudu
Mada
Pangga
30.964
8.886.781
32.932
9.451.596
35.025
10.052.309
37.252
10.691.201
Monta
34.493
9.899.570
36.686
10.528.754
39.017
11197928.12
41.497
11.909.632
10
Palibelo
24.133
6.926.219
25.667
7.366.427
27.298
7.834.614
29.033
8.332.556
11
Parado
8.868
2.545.098
9.432
2.706.856
10.031
2.878.895
10.669
3.061.868
12
Sanggar
12.038
3.455.021
12.804
3.674.611
13.617
3.908.157
14.483
4.156.547
13
Sape
57.503
16.503.454
61.158
17.552.361
65.045
18.667.932
69.179
19.854.406
14
Soromandi
8.859
2.542.656
9.423
2.704.259
10.021
2.876.133
10.658
3.058.931
15
Tambora
12.622
3.622.598
13.425
3.852.838
14.278
4.097.712
15.185
4.358.150
16
Wawo
16.468
4.726.349
17.515
5.026.740
18.628
5.346.223
19.812
5.686.012
17
Wera
30.026
8.617.558
31.935
9.165.262
33.964
9.747.777
36.123
10.367.314
18
Woha
45.479
JUMLAH
464.180
13.052.402
133.219.599
48.369
493.682
13.881.970
141.686.608
51.443
525.058
14.764.264
150.691.753
54.713
558.429
15.702.633
160.269.237
Jenis Pengembangan
Perpipaan air bersih
Perpipaan air baku
Kecamatan
Monta,Woha, dan Palibelo
Monta
3.
Monta
4.
5.
Reservoar
Sungai
Parado
Pelaparado
Palibelo (1 Unit)
Kanca/Bendungan
90
Kel. Hutan
1
2
3
4
5
6
7
RTK
Maria
Pamali
Tambora
Soromandi
Tofo Rompu
Nipa Pusu
Kota Donggomasa
Jumlah
25
52
53
55
65
66
67
Hutan
Lindung
(Ha)
9.949,40
1.275,00
6.611,20
14.351,36
24.884,67
3.171,88
22.946,40
83.189,91
Kawasan Lindung
Hutan Mangrove
Sempadan Sungai
Sempadan Pantai
Waduk
Sempadan Mata Air
Jumlah
Luas (Ha)
621.2
2.990.57
1.438.29
14.207
1,496
5.065.79
No
Kel. Hutan
RTK
Tambora
53
Tofo Rompu
Kota Donggomasa
(CA Tofo Kota
Lambu)
P. Sangiang
65
3
4
Jumlah
Cagar
Alam
10.268,47
Hutan Konservasi
Taman
Suaka
Wisata
Margasatwa
Alam
17.686,08
Taman
Buru
16.586,59
232,00
67
3.333,80
86
7.492,75
21.095,02
17.686,08
232,00
16.586,59
91
1
I
1,1
Sape
Lambu
Wawo
Lambitu
Langgudu
Belo
Palibelo
Woha
Monta
Parado
Bolo
M.Pangga
Wera
Ambalawi
Donggo
Soromandi
Sanggar
Tambo
ra
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1.745
1.599
1.339
237
1.039
1.360
1.883
2.349
1.388
299
1.880
3.264
1.052
505
1.433
719
918
440
23.336
1.262
1.262
1.478
1.173
626
470
1.007
1.573
1.083
69
299
1.738
898
1.052
505
859
636
280
13.746
38
57
574
405
282
155
1.511
267
426
713
237
531
353
310
1.266
142
2.366
314
6.930
6.108
2.461
3.855
1.698
8.454
2.227
2.814
1.415
4.159
1.543
2.394
3.976
13.909
13.345
19.224
11.201
8.344
2.513
111.268
e. Tadah Hujan
147
359
436
223
1.020
87
20
293
1.587
576
113
500
654
50
1.547
220
313
8.145
a. Tegal/Kebun
1.597
1.856
2.223
506
2.694
694
1.667
1.052
1.865
875
2.281
3.104
7.949
10.581
17.677
10.981
3.005
244
70.851
b. Ladang/Huma
h. Sementara tidak
diusahakan**)
1.079
36
80
70
70
307
685
2.710
1.812
2.198
9.047
3.285
246
1.196
969
4.704
1.366
1.057
400
92
372
4.621
3.214
71
21.597
7.853
4.060
5.194
1.935
9.493
3.587
4.697
3.764
5.547
1.842
4.274
7.240
14.961
13.850
20.657
11.920
9.262
2.953
148.580
2
LAHAN PERTANIAN
Tanaman Pangan
a. Irigasi Teknis
b. Irigasi Setengah Teknis
c. Irigasi Sederhana
d. Irigasi Desa/Non PU
1,2
TOTAL
Penggunaan Lahan
Hortikultura
92
Kel. Hutan
RTK
Tolowata
23
Tololai
Maria
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan
Konversi
Tetap
497,30
24
947,10
25
4.322,50
Tambora
53
Soromandi
Jumlah
Luas
-
497,30
2.120,00
3.067,10
1.159,40
650
6.131,90
12.401,12
12.799,98
3.500
28.701,10
55
1.848,64
2.650
4.498,64
Tofo Rompu
65
23.459,19
14.339,26
37.798,45
7
8
Nipa Pusu
Kota Donggomasa
66
67
6.292,30
4.755,72
11.048,02
7.630,00
7.869,47
15.499,47
NanganaE
Kapenta
68
1.050,00
1.696,20
2.746,20
10
P. Sangiang
86
5.128,50
5.128,50
11
Gilibanta Dsk
87
3.290,14
3.290,14
66.866,79
44.740,03
6.800,00
111.606,82
Jumlah
1.
Kawasan
Perikanan
Kawasan Teluk
Sanggar dan
sekitarnya
Kec. Sanggar
(Soro, Piong, Boro,
Kore)
Potensi
Rencana Pemanfaatan
93
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Kawasan Teluk
Bima dan
sekitarnya
Kecamatan
Soromandi (Bajo,
Punti, Kananta, Sai,
Sampungu).
Kecamatan Bolo
(Sanolo, Sondosia,
Bontokape,
Nggembe).
Kecamatan Woha
(Pandai,
Donggobolo,
Dadibou, Talabiu).
Kecamatan
Palibelo (Belo,
Panda).
Kawasan Sape
dan sekitarnya
Kecamatan Sape
(Bajopulo, Bugis,
Kowo, Buncu, Poja,
Lamere, Pulau
Gilibanta).
Kecamatan Lambu
(Mangge, Nggelu,
Lambu, Soro, Sumi,
Rato,
Pulau
Burung).
Kecamatan Wera
(Wora,
Tawali,
Bala,
Hidirasa,
Sangiang, Oi Tui,
Pai, Pulau Ular).
a. Zona Pemanfaatan
Khusus
b. Zona Pemanfaatan Umum
a.
b.
c.
d.
e.
94
4.
1.
2.
3.
1.
Kecamatan
Ambalawi (Nipa,
Mawu).
Kawasan Teluk
Waworada dan
sekitarnya
Kecamatan
Langgudu (Laju,
UPT Laju, Doro
Oo, UPT Doro Oo,
Waworada, UPT
Waworada,
Karumbu, Rupe,
Kangga, Karampi).
Kecamatan Parado
(Kuta, Paradorato,
Paradowane).
Kecamatan Monta
(Tolotangga,
Sondo).
Kawasan Pantai
Utara Tambora
Kecamatan
Tambora (Labuan
Kananga, Kawinda
Nae, Kawinda
Toi).
Ekosistem mangrove
Zona Konservasi
Sumber : Rencana zonasi wilayah pesisir dan laut Provinsi NTB, 2006
95
Wilayah
2
Kec. Monta, Wawo,
Lambitu, Langgudu,
Parado, Bolo,
Madapangga
Kec. Madapangga,
Bolo, Parado, Woha,
Monta, Sape, Lambu,
Langgudu
Potensi
Bahan
Galian
3
Mangan dmp
Tembaga
dmp
Latitude
Longitude
118 33 30
118 33 30
118 35 00
118 35 00
118 34 30
118 34 30
118 37 00
118 39 00
118 39 00
118 37 00
118 45 30
118 46 30
118 46 30
118 47 30
118 47 30
118 45 30
118 48 30
118 50 00
118 50 00
118 48 30
118 52 00
118 54 00
118 54 00
118 52 00
-8 34 00
-8 32 30
-8 32 30
-8 34 15
-8 34 15
-8 34 00
-8 39 00
-8 39 00
-8 44 00
-8 44 00
-8 36 00
-8 36 00
-8 37 00
-8 37 00
-8 38 00
-8 38 00
-8 40 30
-8 40 30
-8 42 00
-8 42 00
-8 30 00
-8 30 00
-8 34 00
-8 34 00
118 32 00
8 39 00
118 35 00
118 35 00
118 39 00
118 39 00
118 35 00
118 35 00
118 32 00
118 33 00
118 37 00
118 37 00
118 42 00
118 42 00
118 36 00
118 36 00
8 39 00
8 36 30
8 36 30
8 29 00
8 29 00
8 35 00
8 35 00
8 50 00
8 50 00
8 49 00
8 49 00
8 37 30
8 37 30
8 39 00
96
Kec. Donggo,
Soromandi
Emas dmp
Emas dmp
Kec. Sanggar,
Soromandi, Donggo
Pasir Besi
4
118 39 00
118 39 00
118 37 00
118 37 00
118 33 00
118 51 30
118 56 30
118 56 30
119 01 00
119 01 00
118 51 30
5
8 39 00
8 44 00
8 44 00
8 40 00
8 40 00
8 40 00
8 40 00
8 44 00
8 44 00
8 37 30
8 37 30
118 32 00
-8 17 30
118 37 00
118 37 00
118 32 00
-8 17 30
-8 21 00
-8 21 00
118 45 30
118 51 00
118 51 30
118 50 30
118 50 30
118 48 30
118 47 30
118 45 30
118 13 00
118 14 00
118 14 00
118 17 30
118 17 30
118 18 30
118 18 30
118 15 00
118 15 00
118 14 00
118 14 00
118 13 00
118 30 30
118 31 30
118 31 30
118 35 30
118 35 30
118 37 15
118 37 15
118 40 00
118 40 00
-8 35 45
-8 35 45
-8 32 15
-8 32 15
-8 31 00
-8 31 00
-8 33 00
-8 33 30
8 18 00
8 18 00
8 19 30
8 19 30
8 21 30
8 21 30
8 22 30
8 22 30
8 21 00
8 21 00
8 20 30
8 20 30
8 15 15
8 15 15
8 15 30
8 15 30
8 16 15
8 16 15
8 17 00
8 17 00
8 18 40
97
Pasir Besi
Pasir Besi
4
118 41 45
118 41 45
118 40 30
118 40 30
118 39 00
118 39 00
118 37 00
118 37 00
118 33 00
118 33 00
118 30 30
118 48 00
118 50 30
118 50 30
118 51 30
118 53 30
118 54 30
118 57 00
118 59 00
118 59 00
119 00 00
119 00 00
119 00 00
119 00 00
119 00 00
118 59 00
118 57 30
118 56 30
118 55 30
118 55 00
118 54 00
118 53 30
118 52 30
118 52 00
118 51 30
118 48 00
118 44 45
118 45 30
118 45 30
118 46 16
118 46 15
118 47 08
118 47 08
118 47 30
118 47 30
118 47 00
5
8 18 40
8 22 30
8 22 30
8 20 00
8 20 00
8 18 10
8 18 10
8 17 30
8 17 30
8 16 30
8 16 30
-8 17 15
-8 17 15
-8 17 30
-8 18 00
-8 17 30
-8 18 00
-8 18 00
-8 19 00
-8 23 00
-8 23 00
-8 19 30
-8 19 00
-8 18 30
-8 18 30
-8 18 00
-8 18 00
-8 17 30
-8 17 30
-8 17 15
-8 17 15
-8 17 00
-8 17 00
-8 17 07
-8 17 00
-8 17 00
8 20 00
8 20 00
8 19 30
8 19 30
8 18 30
8 18 30
8 18 52
8 18 52
8 17 45
8 18 15
98
Emas,
Tembaga
dmp
4
118 46 30
118 46 00
118 45 45
118 45 15
118 45 15
118 44 45
118 56 30
118 58 00
118 58 00
118 58 15
118 58 15
118 58 30
118 58 30
119 00 00
119 00 00
119 01 30
119 01 30
118 58 45
118 58 45
118 58 30
118 58 30
118 58 00
118 58 00
118 56 30
118 58 31
5
8 18 15
8 18 30
8 19 00
8 19 30
8 19 45
8 19 45
8 19 30
8 19 30
8 20 45
8 20 45
8 21 15
8 21 15
8 23 30
8 23 30
8 24 00
8 24 00
8 23 15
8 23 15
8 21 00
8 21 00
8 19 00
8 19 00
8 18 45
8 18 45
8 27 00
119 02 30
8 27 00
119 02 30
119 00 57
119 00 57
119 01 58
119 01 58
119 06 14
119 06 14
119 05 31
119 05 31
119 06 10
119 06 10
119 05 00
119 05 00
119 03 30
119 03 30
119 01 00
119 01 00
118 54 56
118 54 56
8 31 30
8 31 30
8 35 31
8 35 31
8 39 07
8 39 07
8 40 30
8 40 30
8 43 59
8 43 59
8 44 59
8 44 59
8 44 40
8 44 40
8 44 00
8 44 00
8 37 32
8 37 32
8 36 31
99
Kec. Belo
Mangan
10
Kec. Palibelo
Mangan
11
Mineral
Logam
4
118 58 20
118 58 20
118 54 18
118 54 18
118 57 30
118 57 30
118 58 31
118 43 48
118 44 49
118 44 49
118 45 40
118 45 40
118 43 48
118 42 42
118 43 25
118 43 25
118 43 49
118 43 49
118 44 08
118 44 08
118 44 26
118 44 26
118 44 47
118 44 47
118 45 29
118 45 29
118 42 20
118 42 20
118 41 27
118 41 27
118 42 04
118 42 04
118 42 20
118 42 20
118 42 42
5
8 38 31
8 34 15
8 34 15
8 32 29
832 29
8 31 30
8 31 30
8 37 57
8 37 57
8 38 33
8 38 33
8 39 47
8 39 47
8 29 45
8 29 45
8 30 06
8 30 06
8 30 24
8 30 24
8 30 44
8 30 44
8 31 08
8 31 08
8 31 52
8 31 52
8 32 34
8 32 34
8 32 01
8 32 01
8 31 53
8 31 53
8 30 22
8 30 22
8 30 00
8 30 00
118 42 31,21
8 44 53,35
118 43 57,15
118 43 57,15
118 55 12,97
118 55 12,97
118 57 39,47
118 57 39,47
118 55 55,15
118 55 55,15
118 48 56,29
8 44 53,35
8 45 37,84
8 45 37,84
8 46 56,89
8 46 56,89
8 50 00
8 50 00
8 50 19,66
8 50 19,66
100
12
Kec. Madapangga
Mangan
13
Kec. Madapangga,
Woha
Mangan
14
Bijih Besi
15
Kec. Tambora
Pasir Besi
16
17
Kec. Parado
Kec. Belo
Emas dmp
Mangan
18
Kec. Parado
Bijih Besi
4
118 48 56,29
118 51 31
118 51 31
118 42 31,21
118 33 30
118 33 30
118 34 30
118 34 30
118 35 00
118 35 00
118 31 30
118 31 30
5
8 49 8,02
8 49 8,02
8 48 21,73
8 48 21,73
8 32 30"
8 34 00"
8 34 00"
8 34 15"
8 34 15"
8 35 02"
8 35 02"
8 32 30"
118 35 00
8 36 30"
118 37 30
118 37 30
118 36 30
118 36 30
118 35 00
118 54 06
118 58 19
118 58 19
118 54 06
8 36 30"
8 37 30"
8 37 30"
8 38 30"
8 38 30"
8 36 30"
8 36 30"
8 34 14"
8 34 14"
118 44 47
118 46 40
118 46 40
118 42 00
118 42 00
118 43 48
118 43 48
118 45 40
118 45 40
118 44 47
118 34 00
118 35 55
118 35 55
118 35 00
118 35 00
118 34 00
8 37 57
8 37 57
8 40 00
8 40 00
8 38 59
8 38 59
8 39 47
8 39 47
8 38 33
8 38 33
8 48 00
8 48 00
8 50 30
8 50 30
8 51 00
8 51 00
101
Kawasan Tambora
(Kecamatan Tambora)
Oi Tampuro
(Kecamatan Sanggar)
Wisata budaya
Upacara Adat Hanta Ua
Pua
Kompleks Istana Bima
(Museum Asi Mbojo)
Komplex Wadu Paa I dan
II
Uma Leme (Rumah Adat)
Wadu Tunti (Batu Bertulis)
Desa Tradisional
Masyarakat Wawo dan
Sambori (Lengge)
Kuburan Dana Taraha
Pacuan kuda dengan joki
belia tanpa pelana
Kesenian tradisional
Tari Soka Sari, Lenggo,
Lengsara, Karaenta,
Ere/Kanja, Katubu, Toja
Permainan rakyat: Mpaa
Manca, Sila, Bango, Lepi
Wei, Weha Ani dan
Sampari.
Daya Tarik
Peluang Pengembangan
BUPATI BIMA,
Ttd
H. FERRY ZULKARNAIN
102
LAMPIRAN II
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA
NOMOR
: 9 Tahun 2011
TANGGAL
: 19 NOVEMBER 2011
TENTANG
: RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2031
II.1. INDIKASI PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR WILAYAH
II.1.1 Indikasi program perwujudan pusat-pusat kegiatan
A
A1
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
Pembangunan RSUD
Sondosia
APBN &/
APBDP,APBDK
Pembangunan Gedung
Perguruan Tinggi (PT)
Sondosia
APBN &/
APBDP,APBDK
Tente
Pandai
Godo
PERWUJUDAN STRUKTUR
RUANG PROVINSI
Pengembangan Pusat
Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp)
Pandai
INSTANSI
PELAKSANA
APBDK
APBN, APBDP
& swasta
DN/LN
APBN &
APBDP
Kementrian PU,
Dephub, Dishub,
Dinas PU
Kementrian PU,
Depkes, Diskes,
Dinas PU
Kementrian PU,
Depkes, Diskes,
Dinas PU
Dep PU, Dephub,
Dishub, Dinas PU
Kementrian PU,
Dis PU
Depkeu, Swasta
103
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
Penapali
APBDP,APBDK
& APBN
Disbudpar, Dis PU
Sungai Sori
Parado
APBN, APBDP,
APBDK
LOKASI
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
pemerintah
5
Pengembangan kawasan
pariwisata Minapolitan
Risa
Godo
10
Pengembangan fasilitas
peribadatan skala regional
Godo
11
Talabiu
Pengembangan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL)
B1
PKL Sape
Sistem Woha
APBN &/
APBDP,
APBDK, swasta
APBN &/
APBDP,
APBDK, swasta
APBN &/
APBDP,
APBDK, swasta
APBDP,
APBDK &
swasta
KSDA,PDAM,Dinas
PU
Kementrian PU,
Dis PU
Kementrian PU,
Dis PU
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
APBDK
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
Bugis
APBDP &/
APBDK
Dishub, Diskanlut,
Dinas PU
Bugis
APBDP &/
APBDK
Dishub, Diskanlut,
Dinas PU
104
LOKASI
Jia
Naru
Naru
Bugis
Pengembangan kawasan
pariwisata
Sistem Sape
Sistem Sape
10
Sumi
11
Poja
12
Baku Lambu
13
Sistem Sape
Gili Banta,
Papa
SUMBER
PENDANAAN
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP &/
swasta DN/LN
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBDP
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBN &/
APBDP &/
swasta
APBN &/
APBDP &/
swasta
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
Kementrian PU,
Dephub, Dishub,
Dinas PU
Kementrian PU,
Dis PU
Depkeu, Swasta
Depdiknas,
Dikpora
Disbudpar, Dis PU
Dis PU, BLHP,
BMG
PLN, Distamben,
Dis PU
KSDA,PDAM,Dinas
PU
Kementrian PU,
Dis PU
Kementrian PU,
Dis PU
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
105
14
Pengembangan fasilitas
peribadatan skala regional
B2
1
2
LOKASI
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
Bolo
APBDK
Dishub, Dis PU
Bolo
APBDK
Dishub, Dis PU
Pengembangan perbankan
Bolo
Bolo
Pengembangan Pendidikan
Menengah/setara
Pembangunan sistem bencana
alam terutama gempa, banjir &
tsunami
Bolo
Bolo
Pengembangan fasilitas
peribadatan skala regional
Bolo
Bolo
B3
1
2
INSTANSI
PELAKSANA
APBN &/
APBDP &/
swasta
Naru Barat
SUMBER
PENDANAAN
APBDK
&/Swasta
APBN &
APBDK
APBDK
&/Swasta
APBDK
&/APBDP
APBDP,
APBDK &
swasta
APBDP,
APBDK &
swasta
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
Pemkab, Swasta
Dikes
Dikpora, Dis PU
Dis PU, BLH, BMG
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
Wera
APBDK
Dishub, Dis PU
Wera
APBDK
Dishub, Dis PU
106
3
4
5
Pengembangan perbankan
Pengembangan Puskesmas
Rawat Inap
Pengembangan pendidikan
Menengah/setara
LOKASI
INSTANSI
PELAKSANA
Wera
APBDK
&/Swasta
Swasta
Wera
APBDK
Dikes
Wera
Pengembangan fasilitas
peribadatan skala regional
Wera
Wera
B4
SUMBER
PENDANAAN
APBDK
&/Swasta
APBDP,
APBDK &
swasta
APBDK
&/APBDP
2013
2014
2015
2016
III
IV
20222026
20272031
Disperindag, Dis
PU
APBDK
Pengembangan perbankan
Sanggar
APBDP
Sanggar
APBDK
Dikes, Dis PU
Sanggar
APBDK
&/Swasta
Dikpora, Dis PU
Sanggar
APBDK
2012
20172021
Kementrian PU,
Dis PU, Depag
Pembangunan sarana
perekonomian dan pengembangan
kawasan perdagangan
2011
TAHUN PELAKSANAAN
II
Dikpora, Dis PU
Pengembangan Puskesmas
Rawat Inap
Pengembangan pendidikan
menengah/setara
Peningkatan kualitas pasar
regional kabupaten
Pengembangan perbankan
Sanggar
Sanggar
APBDK
&/Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Pemkab, Swasta
Dis PU, Dis
Perikanan &
Kelautan, Dishub
107
LOKASI
Pembangunan pelabuhan
pendaratan ikan
Sanggar
Sanggar
10
Pengembangan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK)
C1
Sanggar
Monta
Monta
Pengembangan Pustu
Monta
Pengembangan pendidikan
Monta
C2
1
SUMBER
PENDANAAN
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP swasta
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
DKP, Diskanlut,
Dis. PU
Dis PU, BLH, BMG
Dephub,
Kementrian PU,
Dishub,
Disperindag, Dis
PU
Dephub, Dishub,
Dis PU
Depdag, Deperin,
Disperindag
Dikes, Dis PU
Depdiknas,
Dikpora, Dis PU
Langgudu
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dephub, Dishub
108
LOKASI
Langgudu
Langgudu
Pengembangan Pustu
Langgudu
Pengembangan pendidikan
Langgudu
C3
Pengembangan Pustu
Pengembangan pendidikan
Belo
Belo
C4
Belo
Belo
SUMBER
PENDANAAN
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP swasta
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
Dephub, Dishub,
Dis PU
Depdag, Deperin,
Disperindag
Dikes,
Depdiknas,
Dikpora,
Dephub, Dishub
Depdag, Deperin,
Disperindag
Dikes
Depdiknas,
Dikpora
Soromandi
Soromandi
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dephub, Dishub
Depdag, Deperin,
Disperindag
109
Pengembangan Pustu
Pengembangan pendidikan
LOKASI
Soromandi
Soromandi
SUMBER
PENDANAAN
APBN &/
APBDP
APBN &/
APBDP swasta
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
2014
2015
2016
20172021
III
IV
20222026
20272031
Dikes
Depdiknas,
Dikpora
110
D
D1
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
2011
2012
TAHUN PELAKSANAAN
I
II
III
2017- 20222013 2014 2015 2016
2021 2026
PENGEMBANGAN SISTEM
JARINGAN
PERWUJUDAN SISTEM
TRANSPORTASI KAB. BIMA
Seluruh wilayah
Kab. Bima
APBN &/
APBDP
Kementrian.
PU, Dinas PU
Prov. NTB
Seluruh wilayah
Kab. Bima
APBD Kab.
Dis PU Kab.
Bima
Seluruh wilayah
Kab. Bima
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU
Kementrian
PU, Dinas PU,
Dep. Hub.,
Dishubkominfo,
Swasta
Kementrian
PU, Dinas. PU,
Dep. Hub.,
Dishubkominfo
Pembangunan jembatan
Lewamori
Seluruh wilayah
Kab. Bima
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Pelabuhan
Penyeberangan
Lintas
Kecamatan &
Desa
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU,
Dep. Hub.,
Dishubkominfo
M.Salahudin
Bima
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU,
Dep. Hub.,
Kab. Bima
APBN
111
IV
20272031
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
III
2017- 20222014 2015 2016
2021 2026
Dishubkominfo,
Swasta
D2
1
D3
1
JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Pengembangan Jaringan Saluran
Tetap Telekomunikasi Kabupaten
yang terpasang di pusat ibukota &
Pusat Kota Kecamatan
Pengembangan Stasiun Telepon
Otomat (STO)
Pengembangan Jaringan
Telekomunikasi Khusus
1. Jaringan multimedia terpusat di
Ibu Kota Kabupaten Bima dengan
distribusi Bolo Panda Pali Belo
Belo - Madapangga - Langgudu
- Sape - Wera - Soromandi -
Soromandi,
Wera,
Langgudu,
Tambora
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dinas PU
Seluruh wilayah
Kab. Bima
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU,
Dep.Tamben,
Distamben
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
112
IV
20272031
SUMBER
PENDANAAN
LOKASI
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
III
2017- 20222014 2015 2016
2021 2026
Sanggar - Tambora.
D4
1
4. Penanganan
telekomunikasi
khusus untuk kepentingan instansi
pemerintah,
swasta
dan
masyarakat lainnya.
Pengembangan Jaringan Stasiun
Televisi
Lokal
adalah
Pengembangan jaringan televisi
hingga ke desa
Pengembangan Jaringan Stasiun
Radio Lokal
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
Seluruh
pelosok
pedesaan
Kab Bima.
di
APBN &/
APBDP &/
APBDK
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Dep. Kominfo,
Dishubkominfo,
Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU
WS
Parado,Monta,
Woha, Sape,
Tambora &
Sanggar.
113
IV
20272031
LOKASI
Wilayah
Kabupaten
Bima
Wilayah
Kabupaten
Bima
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU
APBN &/
APBDP &/
APBDK
Kementrian
PU, Dinas PU
PDAM
I
2011
2012
2013
TAHUN PELAKSANAAN
II
III
2017- 20222014 2015 2016
2021 2026
114
IV
20272031
II.2 Indikasi program perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bima
II.2.1 Indikasi program perwujudan kawasan lindung
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
2011
A
A1
2013
2014
2015
2016
A2
2012
II
2016
2020
Kabupaten
Bima
Kawasan
Gunung
Tambora
Kementrian Hut.,
Dishut
Kementrian Hut.,
Dishut
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Sempadan jalan
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Kementrian Hut.,
Dishut, Dinas PU,
BPDAS
Dinas PU,
Diskanlut
Kementrian PU,
Dinas PU
Kementrian
PU,Dinas PU,
Dishut
Kementrian
PU,Dinas PU,
115
III
2021
2025
IV
2026
2030
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
2011
2012
2013
2014
2015
2016
II
2016
2020
Dishut, BLH
A3
Kabupaten
Bima
Kementrian PU,
Kementerian LH.,
Dinas PU, BLH
Tambora,
Sanggar
Pulau
Sangiang
Wilayah
pesisir
Dep. Kehutanan,
Dishut, BKSDA
Dep. Kehutanan,
Dishut, BKSDA
Dep.
Kehutanan,Dishu
t, BKSDA
Dishut, Diskanlut,
BKSDA
Monta,
Langgudu
Dishut, Diskanlut,
BKSDA
Tambora
Dishut, BKSDA
Madapang
ga,Donggo,
Parado
Dishut, BKSDA
Tambora
Cagar Budaya
Tersebar
Lambu
Dishut, BKSDA
Dinas Pariwisata
116
III
2021
2025
IV
2026
2030
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
2011
A4
Tambora &
Lambitu
Tambora &
Wera
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
Wilayah
Kab. Bima
2012
2013
2014
2015
2016
II
2016
2020
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
BLH, Dinas PU
117
III
2021
2025
IV
2026
2030
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
2014
2015
2016
II
20172021
III
20222026
Perwujudan Pengembangan
Kawasan Budidaya
B1
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Hutan Produksi
Lihat Peta
Pola
Ruang
Swasta, Masy.
Dep. Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Pengembangan Pengelolaan
Hutan Produksi secara
berkelanjutan (Manajemen
Restorasi)
Kabupaten
Bima
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Pemberdayaan masyarakat
sekitar kawasan hutan
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Penguatan kelembagaan
kehutanan
Kabupaten
Bima
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
118
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
B2
Swasta, Dep.
Kehutanan,
Dinas Kehutanan
Dep.Pertanian,
Dinas Pertanian,
Dep. Pertanian,
Dinas Pertanian,
Dinas
Perkebunan
Dep. Pertanian,
Dinas
Perkebunan
Dep. Pertanian,
Dinas
Perkebunan
Dep. Pertanian,
Dinas
Peternakan
Dep. Pertanian,
Dinas
Peternakan
2014
2015
2016
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Perkebunan
Rehabilitasi Kawasan
Perkebunan
Pengembangan Kawasan
Perkebunan
B4
2013
III
20222026
Pengembangan dan
Pengendalian Kawasan
Pertanian
B3
Kabupaten
Bima
2012
II
20172021
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Peternakan
Pengembangan Kawasan
peternakan
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
119
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
B5
Kabupaten
Bima
Pengembangan Kawasan
budidaya perikanan
Kabupaten
Bima
Pengembangan Kawasan
Perikanan
Pengembangan Kawasan
Kelautan
2014
2015
2016
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Perikanan, Kelautan, dan
Pulau-Pulau Kecil
B7
2013
III
20222026
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Budidaya perikanan
B6
2012
II
20172021
Lihat Peta
Pola
Ruang
Lihat Peta
Pola
Ruang
Lihat Peta
Pola
Ruang
Lihat Peta
Pola
Ruang
Sape, Bolo,
Woha,
Wera,
Langgudu,
Sanggar
Dinas Perikanan
dan Kelautan
Dinas Perikanan
dan Kelautan
Dinas Perikanan
dan Kelautan
Dinas Perikanan
dan Kelautan
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
perdagangan dan jasa
Pengembangan kawasan
perdagangan
Dept.
Perdagangan.
Kementrian PU
Dinas
Perindustrian dan
120
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
2012
2013
2014
2015
2016
II
20172021
III
20222026
Perdagangan
Pengembangan infrastruktur
pendukung
B8
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Pusat Pemerintahan
Pembebasan lahan
Penyediaan fasilitas
pemerintahan dan Penunjang
B9
Sape, Bolo,
Woha,
Wera,
Langgudu,
Sanggar
Woha
Woha
Rehabilitasi Kawasan
Pertambangan
Kabupaten
Bima
Kabupaten
Bima
Dept.
Perdagangan.
Kementrian PU
Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
APBDK
Bappenas,
Depdagri,
Kementerian
PDT, Kementrian
PU, Setda,
Bappeda,
Swasta, dan
Instansi terkait.
Swasta, BLH,
Kehutanan, dan
Distamben
Swasta, BLH,
Kehutanan, dan
Distamben
121
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
B10
2013
2014
2015
2016
III
20222026
IV
20272031
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Industri
Pengembangan Kawasan
Industri
Sape,
Lambu
Sape,
Lambu
Lihat Peta
Pola
Ruang
Lihat Peta
Pola
Ruang
B11
2012
II
20172021
Swasta, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
Swasta, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
Rehabilitas dan
Pengembangan Kawasan
Pariwisata
Pengembangan Kawasan
Pariwisata
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
Perwujudan Pengembangan
Kawasan Strategis
C1
2012
2013
2014
2015
2016
II
20172021
III
20222026
122
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Dinas
PU,Pariwisata,
Diskanlut
Sanggar,
Tambora
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Dinas
Nakertrans,
perkebunan,
peternakan,
pertanian
tanaman pangan,
dan Diskanlut
Wilayah Kab.
Bima
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata,
Diskanlut
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata,
Diskanlut
Bolo,
Woha,Belo,
Palibelo
Pengembangan Kawasan
pariwisata
Kab. Bima
Pengembangan Kawasan
perikanan tangkap
Sape,
Langgudu,
Sanggar,
Tambora
C2
2012
2013
2014
2015
2016
II
20172021
III
20222026
Diskanlut
Soromandi &
Lambitu
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Kementrian
Kebudayaan dan
Pariwisata
123
IV
20272031
TAHUN PELAKSANAAN
USULAN PROGRAM UTAMA
LOKASI
SUMBER
PENDANAAN
INSTANSI
PELAKSANA
I
2011
C3
Rehabilitasi/revitalisasi kawasan
Soromandi &
Lambitu
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
2012
2013
2014
2015
2016
II
20172021
III
20222026
Kementrian
Kebudayaan dan
Pariwisata
Gilibanta
Gilibanta
Gilibanta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
APBN &/
APBDP &/
APBDK
&/Swasta
Kemenhut,
Dishut
Kemenhut,
Dishut
Kemenhut, Dinas
Kehutanan
BUPATI BIMA,
Ttd
H. FERRY ZULKARNAIN
124
IV
20272031
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA
NOMOR
: 9 Tahun 2011
TANGGAL
: 19 NOVEMBER 2011
TENTANG
125
126