PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi
wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada
servik serta disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Berdasarkan
International Agency for Research on Cancer (IARC) 2008, kanker leher rahim
menempati urutan kedua dengan incidence rate 16 per 100.000 perempuan, kasus
baru yang ditemukan 9,7% dengan angka kematian 9,3% per tahun dari seluruh kasus
kanker pada perempuan di dunia.1 Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1
juta perempuan menderita kanker leher rahim dan dan 3-7 juta orang perempuan
memiliki lesi prekanker derajat tinggi (high grade dysplasia). Penelitian World Health
Organization (WHO) tahun 2011 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus
baru, dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya
terjadi di negara berkembang.2
Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan keganasan yang paling banyak
ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga dasa
warsa terakhir. Incidence rate untuk kanker leher rahim adalah 12.6 per 100,000
wanita dengan mortality rate 7 per 100,000 wanita. Data dari Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) Indonesia 2007 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan
kedua setelah kanker payudara.3
Kanker leher rahim ini menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan
perempuan di dunia, terutama pada negara berkembang yang mempunyai sumber
daya terbatas seperti Indonesia. Alasan utama meningkatnya penyakit tersebut adalah
kurangnya program penapisan yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi keadaan
sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatan sebelum
proses invasif yang lebih lanjut. Oleh karena itu, Indonesia mengembangkan upaya
pengendalian kanker leher rahim melalui deteksi dini sejak tahun 2007. Deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan metode Single Visit Approach yaitu dengan
inspeksi visual dengan Asam Asetat (IVA).3,4 Menurut Depkes RI 2007, deteksi dini
kanker leher rahim difokuskan pada wanita yang berisiko tinggi dan berusia 30-50
tahun. World Health Organization (WHO,2007) mengatakan bahwa semua wanita
yang pernah berhubungan seksual kemungkinan besar memiliki risiko terkena kanker
leher rahim. Wanita yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi adalah mereka
pertama kali berhubungan seksual dan memiliki anak pada usia muda, memiliki lebih
dari 5 anak, memiliki banyak pasangan seksual, merokok dan terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).2,5
Berdasarkan latarbelakang diatas dan informasi dari pemegang program, tingkat
partisipasi masyarakat dalam mengurangi angka kejadian kanker leher rahim di
Kelurahan Kebon Baru ini masih cukup rendah. Hal ini diperkirakan terjadi karena
kurangnya kesadaran dan pengetahuan pada wanita terhadap penyakit ini.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1.2.1
Tingginya angka kesakitan dan kematian kanker leher rahim di dunia, yaitu
kasus baru yang ditemukan 9,7% dengan jumlah kematian dan 9,3% per tahun
dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia dan merupakan penyebab
kematian kedua pada perempuan menurut IARC tahun 2008.
12.2
Tingginya angka kesakitan kanker leher rahim di Indonesia yaitu sekitar 12.6
per 100.000 perempuan dengan angka kematian 7 per 100,000 menurut IARC
tahun 2008
1.2.3
1.2.4 Program penapisan kanker leher rahim di Kelurahan Kebon Baru yang telah
berlangsung dari tahun 2010 masih kurang dari target yang seeharusnya yaitu
<10%.
1.2.5 Belum diketahuinya tingkat keberhasilan program penapisan kanker leher rahim
di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet periode September November
2016.
1.3
Tujuan
Metodologi Penulisan
1. Jenis data yang diambil
Dalam melakukan evaluasi program puskesmas mengenai deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan IVA test, jenis data yang diambil adalah dan
data sekunder yang diperoleh dari laporan koordinator Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru. Pengumpulan data data tersebut dilakukan pada bulan
September November 2016. Data yang diperoleh dianalisis melalui
pendekatan
sistem,
baik
input,
proses,
dengan
tujuan
mengetahui
lalu
dilakukan
analisis
masalah
dengan
mencari
Sasaran
Semua perempuan berusia 30-50 tahun yang berada di Kelurahan Kebon Baru,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dilakukan untuk mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 35%
secara
inspekulo
dan
dilihat
dengan
penglihatan
mata
telanjang.
2.3
2.4
2.5
2.7
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
c.
d.
e.
f.
litotomi.
Spekulum vagina
Asam asetat (3-5%)
Swab-lidi berkapas
Sarung tangan
lithotomi. Dengan spekulum, pemeriksa melihat leher rahim yang dipulas dengan
kapas yang dibasahi dengan asam asetat 3-5%. Tunggu selama 1-2 menit kemudian
melihat hasil pemeriksaan. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih
yang disebut aceto white epithelum.
Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite)
pada lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat
(asam cuka). Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan
asam asetat tidak dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap.
Perempuan yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining
dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya
berada pada endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat
dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi
litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi
terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada,
dicatat. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil
positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih. Lesi prakanker
ringan/jinak (NIS 1) menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan
sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah (NIS 2-3 seterusnya)
menunjukkan lesi putih tebal dengan batas yang tegas, dimana salah satu tepinya
selalu berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar (SSK) . Beberapa kategori
temuan IVA tampak seperti tabel berikut :
Kategori Temuan IVA
Normal
Infeksi
Positif IVA
Polip
Plak putih
Temuan
Negatif
Interpretasi
- tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)
-
Positif 1 (+)
skuamokolumnar
samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak
putih yang ireguler pada serviks
Positif 2 (++)
geographic
acetowhite
lessions
yang
menjadi alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki
sumber daya terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis
masih terus dikaji di berbagai negara berkembang.
Sensitivitas IVA dibanding pemeriksaan sitologi (Tes Pap) berturut-turut
adalah 76,7% dan 44,3%. Meskipun begitu, dilaporkan juga bahwa metode IVA ini
kurang spesifik, angka spesifisitas IVA hanya 64,1% dibanding sitologi 90,6%.48
Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina,
dilakukan oleh Belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA
pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikonfirmasi dengan
kolposkopi dan biopsi leher rahim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka
sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71%, sementara angka
spesifisitas 74%.2 Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik
daripada sitologi.Sebuah Penelitian di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat
mendeteksi kasus LDT (Lesi Derajat Tinggi) dan kanker invasif 2 kali lebih banyak
daripada Tes Pap. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa skrining dengan
metode IVA lebih mudah, praktis dan lebih sederhana, mudah, nyaman, praktis dan
murah. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingkan antara pap smear dan IVA
dalam berbagai aspek pelayanan.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau
N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar
40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua
menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa
segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS KEBON BARU
3.1
Batas wilayah :
o Sebelah utara : Kel. Bukit Duri
o Sebelah timur : Kel. Bidara Cina
o Sebelah selatan : Kel. Cikoko
o Sebelah barat : Kel. Tebet Timur
Luas wilayah
: 119 Ha
Jumlah kelurahan
:1
Jumlah RW
: 14 RW
Jumlah RT
: 153 RT
Kondisi wilayah
Daerah rawan banjir
1. RW. 01
: RT.03,04,05
2. RW. 02
: RT, 01,02,03,04
3. RW. 04
: RT. 13,14
4. RW. 08
: RT. 09, 014
5. RW. 10
: RT. 09,10,01
Gambar 3. Peta Kelurahan Kebon Baru (Data Puskesmas Kelurahan Kebon Baru,
2015)
3.1.2 Keadaan Penduduk (tahun 2015)
Jumlah penduduk
: 41.171 orang
WNI
WNA
:
: 41.167 orang
:
4 orang
Jenis kelamin
o Perempuan
o Laki-laki
: 20.334 orang
: 20.833 orang
Kepadatan penduduk
4 orang
Jumlah KK
: 12.465 KK
Agama
Islam
Kristen
Khatolik
Hindu
Budha
Kong hucu
Jumlah
38.173
2.104
817
32
39
6
%
92.28
4.98
1.98
0.08
0.10
0.02
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 3. DataTingkat Pendidikan Warga Kelurahan Kebon Baru
No.
1
2
3
4
5
6
7
Pendidikan
Tidak/belum pernah sekolah
Tidak /belum tamat SD/MI
SD/MI
SMP/MI
SMA/SMK/MA
AK/Diploma
Universitas
Jumlah
5.210
4264
4317
5415
15746
199
6.020
c. Mata Pencaharian
Tabel 4. Data Bidang Pekerjaan Warga Kelurahan Kebon Baru
NO.
1
Pekerjaan
Jumlah
Jiwa
- PNS
525
1,27
53
0,12
Karyawan
- Swasta
10928
26,54
Pensiunan
607
1,47
Pedagang
3281
7,96
Pertukangan
1093
2,65
Buruh
757
1,83
Penjahit/konveksi
111
0,26
Sopir,kenek
128
0,31
Ojek motor
Lain-lain
596
1,44
23.003
55,87
41.171
100,00
Total
d. Sarana Pendidikan
e.
: 12
: 11
:4
:2
:1
Fasilitas Kesehatan
1.1.4
TK
SD
Madrasah
SMP
SLTA
Puskesmas Kelurahan
Bidan Swasta
Praktek dokter umum
Praktek dokter gigi
Balai pengobatan swasta
Apotik
Posyandu
:1
:8
:9
:2
:8
:1
: 20
Sasaran Kesehatan
Tabel 5. Data Sasaran Kesehatan Warga Kelurahan Kebon Baru
Usia
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
Laki-laki
1777
1936
1641
1668
1888
1714
1989
1999
1887
Perempuan
1701
1707
1636
1447
1756
1828
1836
1898
1837
Jumlah
3476
3643
3277
3115
3644
3542
3875
3897
3724
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75- keatas
1410
1058
777
272
374
243
202
20.835
1336
1007
779
607
337
278
236
20336
2746
2125
1556
879
711
521
438
41.171
Keterangan
Umur
Jumlah
( tahun )
Bayi
0-12 bulan
416
Usia balita
13-60 bulan
2772
Usia sekolah
5-20 tahun
10035
Usia lanjut
>60tahun
2549
Wanita Usia
15-49 tahun
24543
Subur
6
Pasangan Usia
6762
Subur
3.1.5. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Tabel 7. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kebon
Baru
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Obat
Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA)
Penyakit pada sistem otot dan jaringan
Gastritis dan duodenitis
Kulit alergi
Diare
Tekanan darah tinggi
Gingivitis dan penyakit periodontal
Gangguan gigi jaringan penyangga
Jumlah
5170
1371
1280
1120
673
553
483
334
lainnya
Carries ggi
317
10
Mata lain-lain
265
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penderita paling banyak dengan
diagnosa penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas yaitu 5.170
orang/kunjungan.
3.2.
3.2.1. Sejarah, Visi, Misi, dan Manajemen Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
a.
b.
VISI
Masyarakat Kelurahan Kebon Baru hidup secara mandiri dengan
pengetahuan preventif terhadap sakit dan penyakit tahun 2020.
c.
MISI
Pelayanan prima dapat dijangkau oleh masyarakat Kel. Kebon Baru.
d.
STRATEGI
berkualitas.
Meningkatkan
system
survelens
monitoring
dan
informasi
terdapat
kesehatan.
e.
: Prima
masyarakat baik dalam gedung maupun luar gedung
: Ulet
Dalam menghadapi masalah selalu bijaksana tidak mudah
putus asa, selalu survive
: Sederhana
: Komunikasi
Dalam melaksanakan pekerjaan selalu dikomunikasikan
antara bawahan dan atasan serta lintas sektoral
: Eling
Selalu ingat pada Yang Maha Kuasa bahwa tugas yang
diemban adalah tugas mulia
: Sopan
Santun dalam melaksanakan tugas
: Manusiawi
Tidak memandang social ekonomi maupun SARA
: Akhlak
Berkelakuan baik
: Senyum
Memberikan pelayanan selalu dengan wajah cerah
f.
Kebon Baru .
Komunikasi Internal semua program yang ada dikomunikasikan
seluruhnya antara bawahan dan atasan maupun unit yang terkait
dalam sehari-harinya bila dianggap perlu atau sedikitnya 1 kali
oleh
Kepala
Puskesmas
:
a. Luas Tanah
= 207 M2
b. Luas bangunan
= 116
b.
1
2
3
4
No.
TENAGA KESEHATAN
Keterangan
1 Dokter
DayaUmum
Listrik
2
KEPEGAWAIAN
JumlahPNS
HONORE
R
7700 watt
Bidan
PAM dan Jet PAM
Perawat
1 / III C
1 unit
I / III D
1 unitI / II D
3 Perawat
Telepon
Dokter Gigi
umum
4 Dokter
Komputer
3 unit
Bidan
5 Perawat
Printer
8
9
10
1
1
1
2 unit
Gizi
Sepeda motor
Asisten Apoteker
1
1
1 unit
11
Tata Usaha
12
Loket
13
Cleaning Service
14
Penjaga Malam
JUMLAH
1
10
Tata Usaha
: Antika WR
-Kepegawaian
: Antika WR
-Bendahara
: Solikhatun
Yankes
: dr Iqbal Kurniawan
-Promosi Kesehatan
: Eva Sari
-Apotik
: Ferdiana Berta
: Hani Parlina
-Penyakit Menular
: Hani Parlina
: Rovela
-Kesehatan Lingkungan
: Alfi
-Kesehatan Jiwa
: Hani Parlina
-PKPR
: Rovela
-Gizi
: Eva Sari
-Farmasi
: Ferdiana Berta
3.3
L
O
K
B.P.U.
LAB
B.P.G.
E
T
Selesai
KIA/KB
Imunisasi
Apotik
Gambar 3. Alur Program Puskesmas Kelurahan Kebon Baru