Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi

wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada
servik serta disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Berdasarkan
International Agency for Research on Cancer (IARC) 2008, kanker leher rahim
menempati urutan kedua dengan incidence rate 16 per 100.000 perempuan, kasus
baru yang ditemukan 9,7% dengan angka kematian 9,3% per tahun dari seluruh kasus
kanker pada perempuan di dunia.1 Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1
juta perempuan menderita kanker leher rahim dan dan 3-7 juta orang perempuan
memiliki lesi prekanker derajat tinggi (high grade dysplasia). Penelitian World Health
Organization (WHO) tahun 2011 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus
baru, dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya
terjadi di negara berkembang.2
Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan keganasan yang paling banyak
ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga dasa
warsa terakhir. Incidence rate untuk kanker leher rahim adalah 12.6 per 100,000
wanita dengan mortality rate 7 per 100,000 wanita. Data dari Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) Indonesia 2007 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan
kedua setelah kanker payudara.3
Kanker leher rahim ini menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan
perempuan di dunia, terutama pada negara berkembang yang mempunyai sumber
daya terbatas seperti Indonesia. Alasan utama meningkatnya penyakit tersebut adalah
kurangnya program penapisan yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi keadaan
sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatan sebelum
proses invasif yang lebih lanjut. Oleh karena itu, Indonesia mengembangkan upaya
pengendalian kanker leher rahim melalui deteksi dini sejak tahun 2007. Deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan metode Single Visit Approach yaitu dengan
inspeksi visual dengan Asam Asetat (IVA).3,4 Menurut Depkes RI 2007, deteksi dini
kanker leher rahim difokuskan pada wanita yang berisiko tinggi dan berusia 30-50
tahun. World Health Organization (WHO,2007) mengatakan bahwa semua wanita
yang pernah berhubungan seksual kemungkinan besar memiliki risiko terkena kanker

leher rahim. Wanita yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi adalah mereka
pertama kali berhubungan seksual dan memiliki anak pada usia muda, memiliki lebih
dari 5 anak, memiliki banyak pasangan seksual, merokok dan terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).2,5
Berdasarkan latarbelakang diatas dan informasi dari pemegang program, tingkat
partisipasi masyarakat dalam mengurangi angka kejadian kanker leher rahim di
Kelurahan Kebon Baru ini masih cukup rendah. Hal ini diperkirakan terjadi karena
kurangnya kesadaran dan pengetahuan pada wanita terhadap penyakit ini.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1.2.1

Tingginya angka kesakitan dan kematian kanker leher rahim di dunia, yaitu
kasus baru yang ditemukan 9,7% dengan jumlah kematian dan 9,3% per tahun
dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia dan merupakan penyebab
kematian kedua pada perempuan menurut IARC tahun 2008.

12.2

Tingginya angka kesakitan kanker leher rahim di Indonesia yaitu sekitar 12.6
per 100.000 perempuan dengan angka kematian 7 per 100,000 menurut IARC
tahun 2008

1.2.3

Kurangnya program penapisan yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi


keadaan sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk
pengobatan sebelum proses invasif yang lebih lanjut sebagai salah satu
komponen untuk menekan jumlah pasien kanker leher rahim

1.2.4 Program penapisan kanker leher rahim di Kelurahan Kebon Baru yang telah
berlangsung dari tahun 2010 masih kurang dari target yang seeharusnya yaitu
<10%.
1.2.5 Belum diketahuinya tingkat keberhasilan program penapisan kanker leher rahim
di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet periode September November
2016.

1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program penapisan kanker leher di
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet periode September November
2016
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan motivasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan deteksi
dini kanker leher rahim.
b. Meningkatkan jumlah wanita yang melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker leher rahim
c. Meningkatkan penemuan dini kasus kanker leher rahim
d. Terlaksananya perluasan informasi tentang penyakit, faktor resiko, dan upaya
pengendalian kanker rahim.
1.4

Metodologi Penulisan
1. Jenis data yang diambil
Dalam melakukan evaluasi program puskesmas mengenai deteksi dini
kanker leher rahim menggunakan IVA test, jenis data yang diambil adalah dan
data sekunder yang diperoleh dari laporan koordinator Puskesmas Kelurahan
Kebon Baru. Pengumpulan data data tersebut dilakukan pada bulan
September November 2016. Data yang diperoleh dianalisis melalui
pendekatan

sistem,

baik

input,

proses,

dengan

tujuan

mengetahui

permasalahan secara menyeluruh. Data kemudian diolah untuk diidentifikasi


permasalahannya

lalu

dilakukan

analisis

masalah

dengan

mencari

kemungkinan penyebab melalui pendekatan sistem dengan diagram fishbone.


Kemudian dilakukan konfirmasi penyebab yang paling mungkin ke
koordinator Puskesmas Kebon Baru. Kemudian menentukan prioritas
alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin
dilaksanakan dengan menggunakan kriteria matriks. Setelah itu, dibuat plan of
action berdasarkan prioritas pemecahan masalah.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Lingkup lokasi : Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
b. Lingkup waktu : Data September - November 2016

c. Lingkup sasaran : Wanita usia subur di wilayah Kelurahan Kebon Baru


d. Lingkup metode : Data sekunder
3. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, dimana tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif. Rancangan
penelitian yang digunakan berupa survey dengan tujuan untuk membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan
hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
1.5. Manfaat Kegiatan
1. Manfaat bagi Penulis
1.1 Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
1.2 Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap penyebab
masalah
2. Manfaat bagi Puskesmas
2.1 Membantu Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan dalam
mengidentifikasi penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan IVA test
2.2 Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksaan IVA
test
3. Manfaat bagi Masyarakat
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim
dengan cara deteksi dini dan perlakuan yang tepat pada masyarakat yang
membutuhkan sebagai upaya menghentikan penyakit pada tahap permulaan.
1.6

Sasaran
Semua perempuan berusia 30-50 tahun yang berada di Kelurahan Kebon Baru,

Kecamatan Tebet periode September November 2016.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Pemeriksaan IVA


Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 35%

secara

inspekulo

dan

dilihat

dengan

penglihatan

mata

telanjang.

Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan


cara memulas leher rahim dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat 35%.
2.2

Cara Kerja Asam Asetat


Pemberian asam asetat itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga

akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat


hipertonik ini akan menarik cairan dari intraseluler sehingga membran akan kolaps
dan jarak antar sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika permukaan epitel
mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan
keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna putih, disebut juga epitel
putih (acetowhite). Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan
berwarna putih juga setelah pemulasan dengan asam asetat tetapi dengan intensitas
yang kurang dan cepat menghilang. Hal ini membedakannya dengan proses prakanker
yang epitel putihnya lebih tajam dan lebih lama menghilang karena asam asetat
berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi koagulasi protein lebih banyak. Jika makin
putih dan makin jelas, main tinggi derajat kelainan jaringannya.
Dibutuhkan 1-2 menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada epitel.
Leher rahim yang diberi 5% larutan asam asetat akan berespons lebih cepat daripada
3% larutan tersebut. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan
pemberian asam asetat akan didapatkan hasil gambaran leher rahim yang normal
(merah homogen) dan bercak putih (mencurigakan displasia). Lesi yang tampak
sebelum aplikasi larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih, tetapi disebut
leukoplakia; biasanya disebabkan oleh proses keratosis.

2.3

Tujuan Pemeriksaan IVA


a. Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan
b. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

2.4

Keuntungan Metode IVA


- Mudah, praktis, mampu laksana
- Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
- Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
- Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

2.5

Jadwal Penatalaksanaan IVA

Program Skrining yang dianjurkan oleh WHO :


1. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
2. Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun
dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
2.6

Syarat Mengikuti Test IVA


-

2.7

Sudah pernah melakukan hubungan seksual


Tidak sedang datang bulan/haid
Tidak sedang hamil
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Bahan dan Alat

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
c.
d.
e.
f.

litotomi.
Spekulum vagina
Asam asetat (3-5%)
Swab-lidi berkapas
Sarung tangan

Gambar 1. Bahan dan alat pemeriksaan IVA


2.8

Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi


Pasien yang siap diperiksa ditempatkan pada meja gynekologi dengan posisi

lithotomi. Dengan spekulum, pemeriksa melihat leher rahim yang dipulas dengan
kapas yang dibasahi dengan asam asetat 3-5%. Tunggu selama 1-2 menit kemudian
melihat hasil pemeriksaan. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih
yang disebut aceto white epithelum.
Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite)
pada lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat
(asam cuka). Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan
asam asetat tidak dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap.
Perempuan yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining
dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya
berada pada endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat
dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi
litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi
terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada,

dicatat. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil
positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih. Lesi prakanker
ringan/jinak (NIS 1) menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan
sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah (NIS 2-3 seterusnya)
menunjukkan lesi putih tebal dengan batas yang tegas, dimana salah satu tepinya
selalu berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar (SSK) . Beberapa kategori
temuan IVA tampak seperti tabel berikut :
Kategori Temuan IVA
Normal
Infeksi

Licin, merah muda, bentuk portio normal


Servisitis (inflamasi, hiperemis)
Banyak fluor
Ektropion

Positif IVA

Polip
Plak putih

Kanker leher rahim

Epitel acetowhite (bercak putih)


Pertumbuhan seperti bunga kol
Mudah berdarah

Temuan
Negatif

Interpretasi
- tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)
-

bercak putih pada polip endoservikal atau kista


nabothi

Positif 1 (+)

garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan

skuamokolumnar
samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak
putih yang ireguler pada serviks

lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut


(angular),

Positif 2 (++)

geographic

acetowhite

lessions

yang

terletak jauh dari sambungan skuamokolumnar


lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas
sampai ke sambungan skuamokolumnar

lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas


tegas, tebal dan padat

pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite

Gambar 2. Hasil Pemeriksaan IVA


Deskripsi VIA positif. Berwarna keputihan agak tebal, berbatas tegas, pada
pewarnaan acetowhite sekitar os serviks sampai skuamokolumnar junction. Terdapat
acetowhite ringan pada epitel metaplastic imatur meluas sampai ke endoserviks.
Baku emas untuk penegakan diagnosis lesi prakanker leher rahim adalah biopsi yang
dipandu oleh kolposkopi. Apabila hasil skrining positif, perempuan yang diskrining
menjalani prosedur selanjutnya yaitu konfirmasi untuk penegakan diagnosis melalui
biopsi yang dipandu oleh kolposkopi. Setelah itu baru dilakukan pengobatan lesi
prakanker. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu kuretase endoservikal,
krioterapi, atau loop electrosurgical excision procedure (LEEP)1, laser, konisasi,
sampai histerektomi simpel.
2.9

Akurasi Pemeriksaan dengan Metode IVA


Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa metode IVA berpotensi

menjadi alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki

sumber daya terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis
masih terus dikaji di berbagai negara berkembang.
Sensitivitas IVA dibanding pemeriksaan sitologi (Tes Pap) berturut-turut
adalah 76,7% dan 44,3%. Meskipun begitu, dilaporkan juga bahwa metode IVA ini
kurang spesifik, angka spesifisitas IVA hanya 64,1% dibanding sitologi 90,6%.48
Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina,
dilakukan oleh Belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA
pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikonfirmasi dengan
kolposkopi dan biopsi leher rahim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka
sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71%, sementara angka
spesifisitas 74%.2 Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik
daripada sitologi.Sebuah Penelitian di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat
mendeteksi kasus LDT (Lesi Derajat Tinggi) dan kanker invasif 2 kali lebih banyak
daripada Tes Pap. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa skrining dengan
metode IVA lebih mudah, praktis dan lebih sederhana, mudah, nyaman, praktis dan
murah. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingkan antara pap smear dan IVA
dalam berbagai aspek pelayanan.

2.10 Penatalaksanaan IVA

Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim


yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna
atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative.
Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak
putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.

Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau
N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar
40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua

menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa
segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.

Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker


pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area
tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat
(Samadi Priyanto. H, 2010)

Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa
dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian,
penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS KEBON BARU
3.1

Data Umum Puskesmas Kelurahan Kebon Baru

3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Baru

Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari 7 (tujuh ) Kelurahan


Kelurahan Kebon Baru dalam lingkungan kotamadya Jakarta Selatan dengan :

Batas wilayah :
o Sebelah utara : Kel. Bukit Duri
o Sebelah timur : Kel. Bidara Cina
o Sebelah selatan : Kel. Cikoko
o Sebelah barat : Kel. Tebet Timur
Luas wilayah
: 119 Ha
Jumlah kelurahan
:1
Jumlah RW
: 14 RW
Jumlah RT
: 153 RT
Kondisi wilayah
Daerah rawan banjir
1. RW. 01
: RT.03,04,05
2. RW. 02
: RT, 01,02,03,04
3. RW. 04
: RT. 13,14
4. RW. 08
: RT. 09, 014
5. RW. 10
: RT. 09,10,01

Gambar 3. Peta Kelurahan Kebon Baru (Data Puskesmas Kelurahan Kebon Baru,
2015)
3.1.2 Keadaan Penduduk (tahun 2015)
Jumlah penduduk

: 41.171 orang

Status warga Negara

WNI
WNA

:
: 41.167 orang
:
4 orang

Jenis kelamin

o Perempuan
o Laki-laki

: 20.334 orang
: 20.833 orang

Kepadatan penduduk

4 orang

Jumlah KK

: 12.465 KK

3.1.3 Sosial Budaya


a. Pemeluk Agama
Tabel 2. Data Pemeluk Agama Warga Kelurahan Kebon Baru
No.
1
2
3
4
5
6

Agama
Islam
Kristen
Khatolik
Hindu
Budha
Kong hucu

Jumlah
38.173
2.104
817
32
39
6

%
92.28
4.98
1.98
0.08
0.10
0.02

b. Tingkat Pendidikan
Tabel 3. DataTingkat Pendidikan Warga Kelurahan Kebon Baru
No.
1
2
3
4
5
6
7

Pendidikan
Tidak/belum pernah sekolah
Tidak /belum tamat SD/MI
SD/MI
SMP/MI
SMA/SMK/MA
AK/Diploma
Universitas

Jumlah
5.210
4264
4317
5415
15746
199
6.020

c. Mata Pencaharian
Tabel 4. Data Bidang Pekerjaan Warga Kelurahan Kebon Baru
NO.
1

Pekerjaan

Jumlah
Jiwa

- PNS

525

1,27

- TNI & POLRI

53

0,12

Karyawan

- Swasta

10928

26,54

Pensiunan

607

1,47

Pedagang

3281

7,96

Pertukangan

1093

2,65

Buruh

757

1,83

Penjahit/konveksi

111

0,26

Sopir,kenek

128

0,31

Ojek motor
Lain-lain

596

1,44

23.003

55,87

41.171

100,00

Total
d. Sarana Pendidikan

e.

: 12
: 11
:4
:2
:1

Fasilitas Kesehatan

1.1.4

TK
SD
Madrasah
SMP
SLTA

Puskesmas Kelurahan
Bidan Swasta
Praktek dokter umum
Praktek dokter gigi
Balai pengobatan swasta
Apotik
Posyandu

:1
:8
:9
:2
:8
:1
: 20

Sasaran Kesehatan
Tabel 5. Data Sasaran Kesehatan Warga Kelurahan Kebon Baru
Usia
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44

Laki-laki
1777
1936
1641
1668
1888
1714
1989
1999
1887

Perempuan
1701
1707
1636
1447
1756
1828
1836
1898
1837

Jumlah
3476
3643
3277
3115
3644
3542
3875
3897
3724

45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75- keatas

1410
1058
777
272
374
243
202
20.835

1336
1007
779
607
337
278
236
20336

2746
2125
1556
879
711
521
438
41.171

Tabel 6. Data Warga Kelurahan Kebon Baru


Kelompok
No

Keterangan

Umur

Jumlah

( tahun )

Bayi

0-12 bulan

416

Usia balita

13-60 bulan

2772

Usia sekolah

5-20 tahun

10035

Usia lanjut

>60tahun

2549

Wanita Usia

15-49 tahun

24543

Subur
6

Pasangan Usia

6762

Subur
3.1.5. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
Tabel 7. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kebon
Baru
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Obat
Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA)
Penyakit pada sistem otot dan jaringan
Gastritis dan duodenitis
Kulit alergi
Diare
Tekanan darah tinggi
Gingivitis dan penyakit periodontal
Gangguan gigi jaringan penyangga

Jumlah
5170
1371
1280
1120
673
553
483
334

lainnya
Carries ggi

317

10

Mata lain-lain

265

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penderita paling banyak dengan
diagnosa penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas yaitu 5.170
orang/kunjungan.
3.2.

DataKhusus Puskesmas Kelurahan Kebon Baru

3.2.1. Sejarah, Visi, Misi, dan Manajemen Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
a.

Sejarah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru


Puskesmas Kelurahan Kebon Baru terletak di Jalan Asem Baris II Rt.
09/05 Kel. Kebon Baru Kelurahan Kebon Baru Kotamadya Jakarta
Selatan, yang diresmikan pada tahun 1975 mempunyai gedung 1 lantai
secara umum digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

b.

VISI
Masyarakat Kelurahan Kebon Baru hidup secara mandiri dengan
pengetahuan preventif terhadap sakit dan penyakit tahun 2020.
c.

MISI
Pelayanan prima dapat dijangkau oleh masyarakat Kel. Kebon Baru.

d.

STRATEGI

Menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat.


Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

berkualitas.
Meningkatkan

system

survelens

monitoring

dan

informasi

Dapat memberikan pelayanan secara baik

terdapat

kesehatan.
e.

NILAI NORMA DAN BUDAYA KERJA


P

: Prima
masyarakat baik dalam gedung maupun luar gedung

: Ulet
Dalam menghadapi masalah selalu bijaksana tidak mudah
putus asa, selalu survive

: Sederhana

Berpenampilan menarik tidak terkesan komersial


K

: Komunikasi
Dalam melaksanakan pekerjaan selalu dikomunikasikan
antara bawahan dan atasan serta lintas sektoral

: Eling
Selalu ingat pada Yang Maha Kuasa bahwa tugas yang
diemban adalah tugas mulia

: Sopan
Santun dalam melaksanakan tugas

: Manusiawi
Tidak memandang social ekonomi maupun SARA

: Akhlak
Berkelakuan baik

: Senyum
Memberikan pelayanan selalu dengan wajah cerah

f.

Manajemen Puskesmas Kelurahan Kebon Baru

Puskesmas Kel. Kebon Baru dalam menjalankan programnya


mengacu pada POA ( perencanaan ) yang telah dibuat beberapa
bulan sebelumnya. Dan dikonsultasikan dengan lintas vertical
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru. Untuk menyesuaikan besarnya
anggaran yang dibutuhkan, adakalanya renncana anggaran progam
itu datang dari Puskesmas Kelurahan Kebon Baru , aau bias juga
program turun langsung dari Puskesmas Kelurahan Kebon Baru ke

Puskesmas Kelurahan Kebon Baru


Program yang akan dijalankan tersebut diambil dari analisa
program yang

telah dijalankan pada tahun sebelumnya, yang

disusun oleh masing-masing unit yang ada Puskesmas Kelurahan

Kebon Baru .
Komunikasi Internal semua program yang ada dikomunikasikan
seluruhnya antara bawahan dan atasan maupun unit yang terkait
dalam sehari-harinya bila dianggap perlu atau sedikitnya 1 kali

dalam 1 bulan pada waktu minilokakarya.


Pembinaan pegawai Puskesmas Kelurahan Kebon Baru dengan
menghadiri bimbingan rohani yang diadakan setiap bulan di Sudin

Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan sedangkan pembinaan


keterampilan atau kecakapan bekerja mengikuti pelatihan yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan,

Puskesmas Kelurahan Kebon Baru maupun unit lain yang terkait.


Pemantauan pelaksanaan kegiatan pelayanan di Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru ditangani oleh Kepala Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru yang bertanggung jawab langsung setiap
kegiatan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Kebon Baru sesuai

dengan unit masing-masing pegawai.


Pengendalian program dilakukan

oleh

Kepala

Puskesmas

Kelurahan Kebon Baru beserta staf/seksi dalam waktu 3 bulan


sekali dan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
beserta staf/seksi 6 bulan sekali.
Pengendalian tersebut dilaksanakan yang mengacu pada:
1. Pencatatan dan pelaporan (tiap bulan,triwulan dan tahunan )
2. Supervisi dan pertemuan tiap 3 bulan untuk presentasi hasil

kegiatan tingkat Sudinkes Jakarta Selatan


3. KLB
Evaluasi kinerja pegawai/organisasi
Evaluasi dilakukan untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja
pegawai sesuai dengan tugas pokok yang diemban masing-masing,
untuk menciptakan pegawai profesional,akuntabel dan berorientasi
terhadap pelayanan prima kepada masyarakat.
Evaluasi kinerja bertitik tolak pada adanya keseimbangan proporsi
antara hasil kerja dengan perilaku kerja dengan periode bulanan
dan tahunan.

3.2.2. Sumber Daya Puskesmas


a.

Fasilitas Puskesmas Kelurahan Kebon Baru


Puskesmas Kelurahan Kebon Baru memiliki fasilitas gedung
terdiri dari

:
a. Luas Tanah

= 207 M2

b. Luas bangunan

= 116

Tabel 8. Data Fasilitas PuskesmasKelurahan Kebon Baru

b.

Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru


Tabel 9. Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru
GOL/ STATUS
NO

1
2
3
4

No.

TENAGA KESEHATAN
Keterangan

1 Dokter
DayaUmum
Listrik
2

KEPEGAWAIAN
JumlahPNS
HONORE
R

7700 watt

Bidan
PAM dan Jet PAM
Perawat

1 / III C
1 unit
I / III D
1 unitI / II D

3 Perawat
Telepon
Dokter Gigi

umum
4 Dokter
Komputer

3 unit

Bidan
5 Perawat
Printer

8
9
10

1
1
1
2 unit

Gizi
Sepeda motor
Asisten Apoteker

1
1

1 unit

11

Tata Usaha

12

Loket

13

Cleaning Service

14

Penjaga Malam
JUMLAH

1
10

3.2.3 Struktur Organisasi


Kepala Puskesmas

: drg. Agriaty Ritna

Tata Usaha

: Antika WR

-Kepegawaian

: Antika WR

-Bendahara

: Solikhatun

Yankes

: dr Iqbal Kurniawan

-Promosi Kesehatan

: Eva Sari

-Apotik

: Ferdiana Berta

-Program dan Penunjang

: Hani Parlina

-Penyakit Menular

: Hani Parlina

-Penyakit tidak menular

: Rovela

-Kesehatan Lingkungan

: Alfi

-Kesehatan Jiwa

: Hani Parlina

-PKPR

: Rovela

-Gizi

: Eva Sari

-Farmasi

: Ferdiana Berta

3.3

Program Pokok Puskesmas Kelurahan Kebon Baru


Program pokok di Puskesmas Kelurahan Kebon Baru dilakukan
berdasarkan prosedur tetap, sesuai dengan bidang masing-masing. Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru mengadakan pelayanan kesehatan 5 hari dalam
seminggu membuka poli kesehatan mulai pukul 07.30 WIB., sedangkan hari
Sabtu hanya melayani pasien yang mengalami gangguan darurat saja. Pelayanan
terhadap individu yang bersifat pelayanan kuratif umumnya dilaksanakan di
dalam gedung Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, sedangkan pelayanan
terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan preventif kebanyakan
dilaksanakan di luar gedung namun ada juga yang dilaksanakan di dalam
gedung.
Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada loket
dengan pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis
pembayaran, nama, umur, alamat dan jenis kunjungan seperti Balai Pengobatan
Umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan lainlain. Kemudian pasien dianamnesis, diperiksa, diagnosis secara organoleptik,
bila perlu dengan memakai peralatan sederhana seperti senter, stetoskop,
sphygmomanometer, Doppler, dan segenap peralatan yang tersedia. Pemberian
terapi yang tepat dilakukan setelahnya dan ada kalanya pasien dirujuk untuk
pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah mendapat terapi, pasien langsung
ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan penyakit yang diderita.

L
O
K

B.P.U.

LAB

B.P.G.

E
T

Selesai
KIA/KB
Imunisasi

Apotik
Gambar 3. Alur Program Puskesmas Kelurahan Kebon Baru

Anda mungkin juga menyukai