asfiksia
Menimbulkan tiga perubahan biokimiawi :
Hipoksi Arterial (Hipoksemia)
Hipoksemia nilai PaO2 rendah disebabkan oksigenasi jaringan rendah..
Hipoksemia ringan PaO2 60-80 mm Hg,
Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mm Hg,
Hipoksemia berat PaO2 < 40 mm Hg
Penurunan PaO2 40 mm Hg anoksemia dengan cepat, menyebabkan
penurunan kesadaran,
Hipoksia dan hipoksemia akut terjadi jika kekurangan oksigen sedang
sampai berat timbul dalam beberapa menit atau jam.
Hipoksemia menyebabkan:
takikardi,
hipertensi
sakit kepala akibat vasodilatasi serebral,
gelisah, kekacauan mental, disorientasi, depresi, tidak rasional,
kelelahan otot, gangguan koordinasi, mual, muntah, tingkah laku
yang aneh, gelisah, mudah terangsang, ekspresi wajah cemas,
berkeringat, serta munculnya rasa mengantuk yang dapat
berlanjut menjadi koma apabila hipoksemia menjadi berat.
Hipoksemia simpatis meningkat takikardi, vasokonstriksi perifer dan
hipertensi, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, peningkatan
aktivitas adrenal dan peningkatan aktivitas korteks serebri
Hipertensi arteri tersebut mempengaruhi perkembangan aterosklerosis
melalui proses inflamasi sistemik dan produksi Reactive Oxidative Stress
(ROS).
Penderita OSA menunjukkan gejala yang lebih awal akibat aterosklerosis,
seperti:
peningkatan ketebalan tunika intima dan tunika media pembuluh
darah,
penurunan aliran dan peningkatan kekakuan aorta sehingga juga
memicu terjadinya stroke
Plak aterosklerosis sering terjadi pada bifurkasi arteri atau di kelokan-
kelokan arteri karotis
Tempat tersebut adalah yang terutama menahan tekanan akibat
hipertensi
Lesi aterosklerosis berupa penonjolan pada tunika intima sehingga
menyempitkan lumen arteri.
Tunika intima arteri yang mengalami aterosklerosis mengalami fibrosis
dan tepi mengandung lemak.
Penyempitan lumen menyebabkan aliran darah pada bagian distal
menjadi lebih kecil.
Arteri yang memiliki plak aterosklerosis cenderung mudah mengalami
trombosis karena tunika intima arteri sudah rusak lumen arteri menjadi
menyempit sehingga mudah timbul turbulensi darah dan mempermudah
terjadinya trombus.
Apabila terjadi gangguan respon vasodilator, maka jumlah jaringan yang
mengalami hipoksia selama apnea fase akut akan semakin banyak.