Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits

Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To
Deposits Ratio (LDR) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-
2011)

Oleh :

Ifan Wicaksana Siregar


ifan.w.siregar@gmail.com
Dwi Jayanti
dwi_abi_lutfi@yahoo.com
Abstrak

Opini yang diberikan oleh auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi
investor untuk pengambilan keputusan investasi. Auditor bertanggungjawab untuk
menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Auditor dapat menggunakan
rasio keuangan dalam melakukan prosedur untuk mengidentifikasi masalah going
concern perusahaan. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan yaitu terkait masalah going concern
adalah solvabilitas, rentabilitas dan likuiditas dalam hal ini pada industri perbankan
diproksikan dengan Capital Adequecy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), dan
Loan to Deposits Ratio (LDR). Sampel dalam penelitian ini adalah 29 perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan alat
analisis regresi logistik. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio
Loan to Deposits Ratio (LDR) dan Capital Adequecy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern sedangkan Return On Assets (ROA)
berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Kata kunci : Opini going concern, Capital Adequecy Ratio (CAR), Return On Assets
(ROA), dan Loan to Deposits Ratio (LDR).

Abstact
Opinion given by the auditor is one of the considerations for investors for
making investment decisions. Auditor is responsible for assessing whether there is
substantial doubt on the company's ability to survive (going concern). Auditors can use
financial ratios to perform procedures to identify the company's going concern
problem. Financial ratios can be used to identify and analyze the financial statements of
a company that is related to going concern problem is solvency, profitability and
liquidity in the banking industry is proxied by Aquecy Capital Ratio (CAR), Return on
Assets (ROA), and Loan to Deposits Ratio (LDR). Results obtained from this study

11
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

indicate that the LDR ratio and CAR does not affect the provision going concern audit
opinion while ROA affect the provision going concern audit opinion.
Key word : Going concern audit opinion, Capital Adequecy Ratio (CAR), Return On
Assets (ROA), dan Loan to Deposits Ratio (LDR).

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Suatu perusahaan dibentuk tidak bermaksud atau berkeinginan untuk
melikuidasi atau mengurangi secara materiil skala usahanya, akan tetapi bertujuan untuk
menjaga kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern selalu dihubungkan
dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika
kondisi ekonomi tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early
warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996) dalam Pradiptorini
dan Januarti (2007). Auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 9341, 2011). Opini yang diberikan oleh auditor
merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk pengambilan keputusan
investasi. Masalah timbul ketika banyak auditor yang salah dalam memberikan opini
audit going concern (Sekar, 2003).
Di Indonesia, isu mengenai laporan auditor dan hubunganya dengan masalah
kelangsungan hidup dengan perusahaan sudah timbul sejak terjadinya krisis ekonomi
tahun 1995 di Indonesia, terbukti terjadinya kasus Bank Suma yang tiba-tiba dilikuidasi
padahal memiliki opini unqualified di tahun sebelumnya. Isu kelangsungan hidup
perusahan semakin menjadi sorotan publik. Perekonomian mengalami keterpurukan
sehingga banyak perusahaan yang bangkrut karena tidak bisa melanjutkan usahanya.
Krisis ekonomi ini berdampak pada likuidasi bank secara besar-besaran dalam rangka
penyesuaian dengan kebijakan baru untuk penyehatan perbankan. Pemerintah
melakukan likuidasi 16 bank per 1 November 1997, 38 bank yang dibekukan kegiatan
kliringnya, serta 10 bank yang juga dibekukan per Agustus 1998 lalu (Hani, dkk 2003)

Carcello dan Neal (2000) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan
perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima keputusan opini
audit going concern. Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka
auditor tidak akan mengeluarkan keputusan opini audit going concern (Ramadhany,
2004). Sebagian besar penelitian terdahulu telah menggunakan rasio keuangan untuk
mengidentifikasi masalah going concern perusahaan (Koh dan Tan, 1999; Chen dan
Church, 1992; Mutchler, 1985).

Van Horne dan Wachowicz (2006) mengatakan bahwa ada tiga hal yang paling
penting untuk diketahui dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan yaitu
terkait masalah going concern adalah likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Penelitian
Hani et. al. (2003) tentang going concern, memberikan bukti bahwa rasio rentabilitas
12
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

dan rasio likuiditas berpengaruh negatif, penelitian tersebut di dukung oleh penelitian
selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Puji Rahayu (2007) yang menyebutkan bahwa
likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas yang dilakukan dalam rentang waktu 2000-
2005, tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, hal
ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2004) yang meneliti
bahwa pengaruh rasio likuiditas sebagai rasio keuangan terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern berpengaruh positif pada perusahaan manufaktur.
Hal ini menunjukkan masih terdapat perbedaan pada hasil penelitian peneliti
sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel yang sama yaitu
solvabilitas, profitabilitas, dan likuiditas.
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjelaskan berbagai rasio likuiditas yang diproksikan


dengan Loan to Deposits Ratio (LDR), rasio rentabilitas yang diproksikan Return On
Assets (ROA) dengan dan rasio solvabilitas yang diproksikan Capital Adequecy Ratio
(CAR) mempengaruhi keputusan opini going concern.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan


referensi penelitian pasar modal mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada
keputusan opini audit going concern perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan
bagi penelitian berikutnya dan bagi praktisi kantor akuntan publik, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan penilaian mengenai
keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang
akan datang.

2. Landasan Teori dan Hipotesis

2.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu


kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan
beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang
ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders
atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada
manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan
shareholders.

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan


antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer
(agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak
yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders)
13
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006
dikutip oleh Praptitorini dan Januarti, 2007). Auditor melakukan fungsi monitoring
pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah
memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu,
auditor saat ini juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.

2.2 Opini Audit

Opini Audit merupakan bagian penting informasi yang disampaikan oleh auditor
ketika mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan yang menitik beratkan pada
kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berterima umum
(Solikah, 2007). Standar Profesi Akuntansi Publik (SPAP) mengharuskan dibuatkan
laporan setiap kali KAP dikaitkan dengan laporan keuangan.

Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang digunakan
oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang
disebutkannya dalam paragraf pengantar. Pendapat tersebut yaitu menurut (Mulyadi,
2002):

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer of opinion atau no opinion )

2.3 Opini Audit Going Concern

Konsep kelangsungan usaha suatu entitas, yang tertuang dalam PSAK 1 Revisi
mengenai kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan
bahwa :
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangungan usaha
perusahaan dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan, karena perusahaan tersebut
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi
secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, maka
laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan.
(2009;1)

Menurut Belkaoui (1997) going concern adalah suatu dalil yang menyatakan
bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang
cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya
yang tidak berhenti. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap
akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak
akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu pendek.
14
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

Arens (2008;66) menyatakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan


ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan adalah sebagai
berikut :
- Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
- Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
- Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi seperti
gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
- Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan
dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat ketidakpastian akan
kebelangsungan hidup suatu perusahaan, maka suatu laporan audit wajar tanpa
pengecualian dengan suatu paragraf penjelas harus diterbitkan.
Berikut ini adalah contoh pemberian opini audit going concern pada laporan
auditor wajar tanpa pengecualian menurut Arens (2008;53):
(same intoductory, scoope and opinion paragraphs as the standard report)
...assuming that Fairfax Company wil continue as going concern. As discussed ini
Note 11 to the financial statements, Fairfax Company has suffered recurring losses
from operations and has a net capital deficiency that raise substantial doubt about
the companys ability to continue as a going concern. Managements plans in regard
to these matters are also describe in Note 11....
2.4 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk
menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-
surat berharga. Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada penelitian ini,
diperoleh dari perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) oleh masing-masing bank,
berdasarkan ketentuan perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dibuat oleh
Bank Indonesia setelah memperhitungkan risiko pasar, sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP 2004, bahwa Capital


Adequacy Ratio (CAR) suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8%. Sehingga dapatlah
diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan kecukupan modal
atau tidak.

15
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

2.5 Return on Asset (ROA)

Menurut Mawardi (2005), Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan


perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Return on Asset
(ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Asset (ROA)
merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return
on Asset (ROA) menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat
kembalian (return) semakin besar. Apabila Return on Asset (ROA) meningkat, berarti
rentabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan
rentabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998).

Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh


laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Maka semakin tinggi nilai rasio ini,
semakin efektif pula pengelolaaan aktiva perusahaan. Rumus Return On Assets
menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP 2004 dapat diukur dengan cara:

2.6 Loan to Deposits Ratio (LDR)

Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan salah satu ukuran dalam menentukan
likuid tidaknya suatu bank (Dendawijaya, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.6//23./DPNP 2004 Loan to Deposits Ratio (LDR) dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :

Loan To Deposits Ratio (LDR) dihitung dengan cara kredit yang diberikan dibagi
dana pihak ketiga. Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
menetapkan ketentuan sebagai berikut (Kasmir,2002:56) :

a. Untuk rasio Loan To Deposits Ratio (LDR) sebesar 110 % atau lebih, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
b. Untuk rasio Loan To Deposits Ratio (LDR) dibawah 110 %, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank,
sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan To Deposits
Ratio (LDR) suatu bank adalah sekitar 80%.

16
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

2.7 Perumusan Hipotesis

2.7.1 Hubungan Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Opini Audit Going Concern
Rasio menunjukkan kemampuan permodalan perusahaan untuk menunjang
perkreditan atas kemungkinan resiko yang terjadi karena tidak dikembalikannya kredit
tersebut. Sama seperti perusahaan pada umumnya, aspek permodalan sangatlah penting
dalam menunjang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Altman (1968) seperti yang
diungkapkan oleh Hani, dkk (2003) juga mengungkapkan bahwa perusahaan dengan
nilai aset yang lebih kecil daripada kewajibannya akan mengalami bahaya
kebangkrutan. Maka kegagalan pembayaran hutang akan mempengaruhi kelangsungan
hidup suatu perusahaan serta akan menyebabkan pemberian opini audit dengan going
concern oleh auditor.

Menurut Abdullah (2005:60), Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio


keuangan bank karena rasio ini membandingkan antara jumlah modal bank dengan
seluruh aktiva yang dimiliki. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Almilia, dkk
(2005) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Selanjutnya hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1 : Semakin rendah Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin besar
perusahaan menerima opini audit going concern.
2.7.2 Hubungan Return On Assets (ROA) dan Opini Audit Going Concern

Menurut Bergevin (2002:274) rasio ini menggambarkan kemampuan


manajemen bank dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan.
Maka semakin tinggi nilai rasio ini, semakin efektif pula pengelolaaan aset perusahaan.
Apabila suatu bank selalu mengalami kerugian setiap tahunnya, yang artinya rasio
Return On Assets (ROA) kecil, maka tentunya akan meningkatkan kemungkinan
auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena adanya kemungkinan bank
tersebut pailit.
Altman (1968) seperti yang diungkapkan oleh Hani, dkk (2003) juga
mengungkapkan bahwa perusahaan dengan nilai aset yang lebih kecil daripada
kewajibannya akan mengalami bahaya kebangkrutan. Maka kegagalan pembayaran
hutang akan mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan serta akan
menyebabkan pemberian opini audit dengan going concern oleh auditor.
Selanjutnya hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2 : Semakin rendah Return On Assets (ROA) semakin besar perusahaan


menerima opini audit going concern.

17
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

2.7.3 Hubungan Loan to Deposits Ratio (LDR) dan Opini Audit Going Concern
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya atau menganalisa dan menginterpretasikan posisi
keuangan jangka pendek perusahaan (Munawir, 2002). Ohlson (1980) dalam Barina
(2011) menyatakan bahwa rasio likuiditas merupakan salah satu faktor atau bagian dari
laporan keuangan yang memiliki pengaruh secara signifikan menurut statistik dalam
penilaian kemungkinan kebangkrutan yang akan dialami perusahaan. Hal itu sependapat
dengan Altman (1993) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas merupakan salah satu
rasio keuangan yang menjadi prediktor utama terjadinya kesulitan keuangan atau
kebangkrutan. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposits
Ratio (LDR), karena Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan salah satu ukuran dalam
menentukan likuid tidaknya suatu bank (Dendawijaya, 2005), apabila suatu bank
dikatakan tidak likuid maka peluang bank tersebut dalam mendapatkan opini audit
going concern.
Loan to Deposits Ratio (LDR) rasio ini menggambarkan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata
lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin
tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit semakin besar atau terlalu besar jumah dana masyarakat yang
dialokasikan ke kredit.
Selanjutnya hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H3 : Semakin rendah Loan to Deposits Ratio (LDR) semakin besar perusahaan
menerima opini audit going concern.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:90). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yaitu berjumlah 34 (tiga puluh empat) perusahaan.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah dengan metode
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau
kriteria tertentu (Sugiyono, 2010:96). Kriteria yang dipertimbangkan dalam
pengambilan sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar secara berturut-
turut selama periode pengamatan yaitu 2009-2011 dan perusahaan yang menerbitkan
laporan keuangannya dalam mata uang rupiah untuk periode yang berakhir pada 31
18
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

Desember dan telah diaudit oleh auditor independen dari tahun 2009-2011. Adapun
sampel yang digunakan selama periode penelitian yaitu sebanyak 29 perusahaan.

3.2 Definisi Operasional Variabel


3.2.1 Variabel Dependen
Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelansungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001, 341.1).
Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variable dummy, dimana
kategori 1 untuk perusahaan yang menerima opini audit going concern (GCAO)
dan kategori 0 untuk perusahaan yang menerima opini audit non going concern
(NGCAO).

3.2.2 Variabel Independen


1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang
digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk
menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-
surat berharga. Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada penelitian ini,
diperoleh dari perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) oleh masing-masing bank,
berdasarkan ketentuan perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dibuat oleh
Bank Indonesia setelah memperhitungkan risiko pasar, sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No.6//23./DPNP 2004.

2. Return on Asset (ROA)


Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Perhitungan Return on Asset (ROA)
pada penelitian ini, diperoleh dari perhitungan Return on Asset (ROA) oleh masing-
masing bank, berdasarkan ketentuan perhitungan Return on Asset (ROA) yang dibuat
oleh Bank Indonesia setelah memperhitungkan risiko pasar, sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No.6//23./DPNP 2004.
3. Loan to Deposits Ratio (LDR)

Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan salah satu ukuran dalam menentukan
likuid tidaknya suatu bank (Dendawijaya, 2005). Perhitungan Loan to Deposits Ratio
(LDR) pada penelitian ini, diperoleh dari perhitungan Loan to Deposits Ratio (LDR)
oleh masing-masing bank, berdasarkan ketentuan perhitungan Loan to Deposits Ratio
(LDR) yang dibuat oleh Bank Indonesia setelah memperhitungkan risiko pasar, sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6//23./DPNP 2004.

19
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan auditan dan laporan tahunan perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011 yang
telah dipublikasikan melalui internet di situs http://www.idx.co.id dan data yang
diperoleh dari In Capital Market Directory (ICMD) yang tersedia di IDX Cabang
Bandung.

3.4 Metode Analisis Data

Data dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari statatistik
deskriptif dan statistik inferensial untuk pengujian hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran profil


data sampel. Statistik deskriptif juga bermanfaat untuk mendiskripsikan variabel-
variabel dalam penelitian, yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel
penelitian berupa rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.

2. Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang


diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate
dengan regresi logistik (logistic regression). Regresi logistik adalah regresi yang
digunakan untuk menguji probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi
dengan variabel bebasnya (Sulistyo, 2010:46).

Regresi logistik umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal distributon


tidak dipenuhi. (Ali Rohkman, 2010). Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh satu variable independen atau lebih (X) terhadap satu variable dependen (Y),
dengan syarat variabel dependent harus merupakan variable dummy yang hanya punya
dua alternatif. Misalnya Puas atau tidak puas, dimana jika responden menjawab puas
maka kita beri skor 1 dan jika menjawab tidak puas kita beri skor 0. Dan variabel
independent mempunyai skala data interval atau rasio. Teknik analisis ini tidak
menggunakan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,
2005).

Adapun Model regresi logistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis


adalah sebagai berikut:

20
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

Keterangan :
= opini going concern yang diproksikan dengan variabel dummy
[kategori 1 untuk auditee dengan opini going concern (GCO), dan kategori 0 untuk
auditee dengan opini non going concern (NGCO)]

= konstanta
LDR = Loan To Deposits Ratio
ROA = Return on Assets
CAR = Capital Adequecy Ratio
1, 2, 3 = Koefisien masing-masing variabel
= Error perusahaan i pada tahun t

3.4.1 Uji Overall Model Fit

Untuk dapat melihat apakah model regresi logistik yang digunakan fit atau
cocok dengan data yang digunakan, dapat menggunakan overall model fit. Model
regresi yang baik menghendaki agar model regresi logistik fit dengan data. Untuk
menguji keseluruhan model fit (overall model fit), menurut Ghozali (2005:218), dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai antara 2 log likelihood (-2 LL) pada awal
(block number = 0), dengan nilai 2 log likelihood (-2 LL) pada akhir (block number =
1).

3.4.2 Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshows


Goodnes of fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit lebih
besar dari pada 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena sesuai
dengan data observasinya (Ghozali,2005).

3.4.3 Matriks Klasifikasi

Matrik klasifikasi 2 x 2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah
(incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen yaitu
opini audit going concern (1) dan opini audit non going concern (0), sedangkan
pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari nilai variabel dependen
opini audit going concern (1) dan opini audit non going concern (0). Pada model
yang sempurna, maka semua kasus akan berdada pada diagonal dengan tingkat
ketepatan peramalan 100%. Jika model logistik mempunyai homoskedastisitas,
maka prosentase yang benar akan sama untuk kedua baris (Ghozali, 2005).

21
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

3.4.4 Menguji Koefisien Regresi

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh masing-masing variabel independen


terhadap variabel dependen, hasil uji ini pada output SPSS 17 dapat dilihat pada table
Variable in the Equation. Nilai uji ini dapat dilihat dari p-value (kolom sig) pada
masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari level of significant,
maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya masing-masing variabel berpengaruh terhadap
variabel dependen.

Selanjutnya Cox and Snells R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada estimasi likelihood dengan
nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulir diiterprestasikan. Nagelkerke R Square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya
bervariasi dari 0 sampai 1. Nagelkerke R Square bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Sarwono,2009).

4. Hasil Analisis dan Pembahasan


4.1 Hasil Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan metode numerik dan grafik untuk mengenali


pola sejumlah data, kemudian merangkum informasi yang terdapat dalam data dan
menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Jenis data dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu data berbentuk nominal (opini
audit going concern) dan data berbentuk rasio (CAR, LDR, ROA).

Data dalam statistik deskriptif meliputi rata-rata (mean), maksimum, minimum,


standar deviasi, dan sebagainya. Hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic

CAR 87 8.02 46.49 17.1754 .73569 6.86205 47.088

LDR 87 40.22 108.42 75.8899 1.55662 14.51920 210.807

ROA 87 -12.90 4.61 1.5924 .24898 2.32237 5.393

GC 87 .00 1.00 .1264 .03584 .33427 .112

Valid N (listwise) 87

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel penelitian yang memiliki kategori


data rasio dengan menggunakan metode pooled data diperoleh sebanyak 87 data
observasi. Hasil analisis statistik deskriptif untuk CAR menunjukkan nilai
minimum sebesar 8.02; nilai maksimum sebesar 46,49 dengan rata-rata dan
standar deviasi masing-masing sebesar 17,1754 dan 6,86205. LDR menujukkan
nilai statistik deskriptif untuk variabel ini dengan nilai minimum sebesar -40,22;
22
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

nilai maksimum sebesar 108,42 dengan rata-rata dan standar deviasi masing-masing
sebesar 75,8899 dan 14,51920.

Hasil analisis statistk deskriptif untuk variabel ROA menunjukkan nilai


minimum sebesar -12,90; nilai maksimum sebesar 4,61 dengan rata-rata dan standar
deviasi masing-masing sebesar 1,5924 dan 2,32237. Hasil analisis statistik
deskriptif untuk ketiga variabel tersebut menunjukkan kirasan nilai minimum dan
maksimun memiliki jarak yang cukup besar berarti data yang digunakan dalam
penelitian ini heterogen.

4.2 Hasil Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh CAR,


ROA dan LDR terhadap opini going concern. Variabel dependen pada penelitian
ini berbentuk nominal, maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan menggunakan
uji regresi logistik dengan level () = 5%. Tahapan pengujian dengan
menggunakan uji regresi logistik dijelaskan sebagai berikut:

4.2.1 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Tabel 4.1
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 14.697 8 .065

Hasil pengujian kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan


Hosmer and Lemeshow Test yang menunjukkan nilai Chi-square sebesar 14,697
dengan signifikansi (nilai p) sebesar 0,065. Berdasarkan hasil tersebut, karena
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model regresi disimpulkan mampu
memprediksi nilai observasinya dan layak untuk digunakan dalam analisis
selanjutnya.

4.2.2 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Hasil pengujian keseluruhan model menunjukkan bahwa nilai -2LL awal (block
Number = 0) adalah sebesar 66,043 dan nilai -2LL akhir (block number = 1)
sebesar 56,873. Setelah dimasukkan kelima variabel independen nilai -2LL akhir
mengalami penurunan menjadi sebesar 56,873. Penurunan likelihood (-2LL) ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan telah memiliki kesesuaian dengan data.

23
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

4.2.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.2
Model Summary
Nagelkerke
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square R Square
a
1 56.873 .100 .188
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan nilai Nagelkerke R


Square sebesar 0,188 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 18,8%. Sisanya sebesar 81,2%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

4.2.4 Matriks Klasifikasi

Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk


memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan
perbankan.

Tabel 4.3
Classification Tablea
Predicted
GC
Percentage
Observed 0 1 Correct
Step 1 GC 0 75 1 98.7
1 9 2 18.2
Overall Percentage 88.5
a. The cut value is ,500

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan


perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 18,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, terdapat
sebanyak 2 laporan keuangan yang diberi opini audit going concern dari total 11
laporan keuangan yang seharusnya diberi opini audit going concern. Kekuatan
prediksi model perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern adalah
sebesar 98,7%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak
75 laporan keuangan yang diberi opini audit non going concern dari total 76
laporan keuangan yang seharusnya diberi opini audit non going concern.

24
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

4.2.5 Pengujian Koefisien Regresi

Hasil uji regresi logistik disajikan pada tabel 4.1. berikut ini:

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Logistik

Variabel B S.E. Wald Sig.

CAR -.117 .070 2.784 .095


LDR -.021 .026 .624 .429
ROA -.323 .130 6.196 .013
Constant 1.858 2.533 .538 .463

Berdasarkan Tabel 4.1. hasil pengujian terhadap koefisien regresi


menghasilkan model sebagai berikut:

Berdasarkan model regresi yang terbentuk di atas, hasil pengujian terhadap


hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut.

Hipotesis pengaruh CAR terhadap penerimaan opini audit going concern


menunjukkan bahwa variabel CAR memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,117
dan standard error sebesar 0,070; dengan nilai wald sebesar 2,784 dan signifikansi
sebesar 0,095 lebih besar dari 0,05 (5%). Nilai tersebut secara statistik tidak signifikan
pada =5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Semakin tinggi rasio CAR
atau rasio solvabilitas, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang
buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini
audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu (2007) dimana variabel keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
dan rasio solvabilitas) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Rasio solvabilitas tidak dapat dijadikan tolak ukur yang pasti untuk
menentukan going concern atau kelangsungan hidup suatu perusahaan. Namun
rasio solvabilitas dapat menjadi alat bantu dalam pengukuran kondisi keuangan
perusahaan.
Hipotesis pengaruh LDR terhadap penerimaan opini audit going concern
menunjukkan bahwa variabel LDR memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,021
dan standard error sebesar 0,026; dengan nilai wald sebesar 0,624 dan signifikansi
25
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

sebesar 0,429 lebih besar dari 0,05 (5%). Nilai tersebut secara statistik tidak signifikan
pada =5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hani dkk. (2003) yang
memberikan bukti bahwa rasio likuiditas yang dalam penelitian ini menggunakan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berhubungan negatif terhadap keputusan opini
audit going concern. Hipotesis pengaruh ROA terhadap penerimaan opini audit going
concern menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki koefisien regresi negatif
sebesar -0,323 dan standard error sebesar 0,130; dengan nilai wald sebesar 6,196
dan signifikansi sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,05 (5%). Nilai tersebut secara statistik
signifikan pada =5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ROA berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, berarti bahwa return on
assets (ROA) yang rendah membuat auditor cenderung memberikan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Komalasari (2004),
Petronela (2004) dan Hani et al. (2003) yang menyatakan bahwa profitabilitas
perusahaan dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit atas laporan
keuangan perusahaan.

5. Simpulan dan Saran


5.1 Simpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai
keputusan opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dengan melihat faktor-faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap
keputusan opini audit going concern tersebut. Adapun faktor-faktor yang diuji dalam
penelitian ini adalah rasio CAR, rasio LDR dan rasio ROA.

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan model regresi logistik dan


pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai
berikut :

1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa


variable ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going
concern pada tingkat signifikansi 5%, artinya semakin besar ROA suatu
perusahaan maka semakin kecil probabilitas mendapatkan opini audit going
concern.
2. Pengujian dengan menggunakan regresi logistic menemukan bahwa variabel
LDR dan CAR tidak berpengaruh dengan opini audit going concern pada
tingkat signifikansi 5%.
3.
26
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

5.2 Saran dan Keterbatasan

Hasil pengujian dalam penelitian ini membuktikan secara empiris ROA


berpengaruh pada keputusan opini audit going concern, diharapkan penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti berikutnya.

Para pengguna jasa bank sebaiknya mengamati laporan keuangan dan menaruh
perhatian pada early warning system, yaitu opini audit yang diberikan oleh auditor dan
tingkat rasio yang dihasilkan oleh bank serta agar dapat berinvestasi dengan lebih baik
atau menyimpan dananya di bank-bank yang tepat.
Selanjutnya bagi regulator, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang peranan pengukuran yang baik atas kondisi perusahaan
sehingga dalam penyampaian laporan ke publik juga dapat menjadi suatu informasi
yang akurat.

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yang apabila diatasi pada


penelitian selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitiannya. Beberapa
keterbatasan penelitian ini meliputi variabel penelitian yang hanya menguji
variabel keuangan saja yaitu menggunakan rasio ROA, LDR dan CAR, sehingga
peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan mengidentifikasi variabel-variabel
lainnya seperti pergantian auditor, reputasi auditor dan jika memungkinkan dengan
menggunakan metode prediksi kebangkrutan model prediksi Altman, model prediksi
Springer maupun model prediksi Zmijewski.

Daftar Pustaka

Alexander Ramadhany. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami
Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI. Agustus, Vol.4, pp:146-
160.

Altman, E dan McGough, T.1974. Evaluation of A Company as A Going Concern.


Journal of Accountancy. December, pp:50-57.

Altman, E.I. Financial Ratios Discriminant Analysis and The Prediction of


Corporate Bankrupcy. Journal of Finance, September 1968, p.589-609.

Almilia, Luciana Spica, dan Winny Herdiningtyas, 2005. Analisa Rasio CAMEL
terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-
2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7.No 2, STIE Perbanas, Surabaya,
hal 12.

27
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

Arens, A. A., R. J. Elder, dan M. S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Service An
Integrated Approach, 12 th Edition. England: Pearson Education Limited.

Carcello, J.V. and Neal , T.L. (2000). Audit Committee Composition and Auditor
Reporting. The Accounting Review. Volume 75 No. 4. 453-467.

Chen, K. C., Church, B. K. 1992. Default on Debt Obligations and The Issuance
of Going Concern Report. Auditing : Journal Practice and Theory, Fall. pp 30-
49.

Eko Setyarno, Indira Januarti dan Faisal. 2007. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Bisnis,Vol 7, No.
2pp 129-140.

Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.

Hani, Cleary, Mukhlisin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI,
Surabaya.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indiarti Januarti. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,


Kepemillikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium
Nasional Akuntansi XII.

Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics,
October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Neural Network Approach to Prediction of
Going Concern Status. Accounting and Business Research. Vol. 29, No. 3: 211-
216.
.
Lukman Dendawijaya, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Jakarta.

28
Pengaruh Capital Aequecy Ratio (Car), Return On Assets (Roa), Dan Loan To Deposits
Ratio (Ldr) Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

McKeown,J, Mutchler,J dan Hopwood,W.1991. Towards an Explanation of Auditor


Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies. Auditing: A
Journal Practice & Theory. Supplement.113.

Menon, K., and K.B. Schwartz, The Auditors Report for Companies Facing
Bankruptcy. The Journal of Commercial Bank Lending, January 1986, p.42-52.

Mutchler, J.F., Auditors Perception of the Going Concern Decision. Auditing: A


Journal of Practice and Theory, Spring 1984, p. 17-30.

Muchler, J.F. 1985. A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion
Decision. Journal of Accounting Research. Autumn. Pp 668-682.

Petronela, T. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian


Opini Audit. Jurnal Balance, pp. 47-55.

Puji Rahayu. 2007. Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on


Financial and Non-Financial Information. Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) X Makassar.

Peraturan Bank Indonesia No 6/1/PBI/2004, tanggal 12 April 2004.

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.

Santosa, Arga Fajar dan Wedari, Linda. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI.
Volume 11, No.2, 141-158.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2011, Salemba Empat, Jakarta.

Surat Edaran Bank Indonesia, No 6/23/DPNP/2004.

Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going
Concern Judgements: An Experimental Test of The Self-fulfilling Prophecy
and Forecast Accuracy. http://www.ssrn.com

Venuti, Elizabeth K.2007. The Going Concern Assumption Revisited : Assessing a


Companys Future Viability. The CPA Journal Online.

Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz. 2006. Fundamentals of Financial:


Management. Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Penerbit
Salemba Empat: Jakarta
29
Volume 10 No. 2, Nopember 2013 : 11 -30

Biodata Penulis :
Ifan Wicaksana Siregar., SE. adalah, Dosen Tetap Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Unjani

Dwi Jayanti., SE. adalah, Dosen Tetap Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Unjani

30

Anda mungkin juga menyukai