Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Lomboan, Debby A. A. 2011. Persepsi dan Keterampilan Pemeriksaan


Payudara Sendiri (SADARI) Mahasiswa Universitas Klabat di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara
2. Hartono, Bambang. 2007. The Indonesia Health Profile 2005. Jakarta:
Ministry of Health Republic of Indonesia. Diperoleh dari:
http://www.depkes.go.id
[Diakses 14 Desember 2011]
3. Siswono. 2002. Kanker Payudara Bisa Dideteksi Sendiri. Diperoleh dari:
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1010552074,

29807.
[Diakses 14 Desember 2011]
4. Tjahjadi, Vivi K.. 2008. Kanker payudara. Diperoleh dari:
http://bima.ipb.ac.id/~anita/kanker_payudara.htm
[Diakses 8 November 2011]

5. Kresno, Siti Boedina. 2011. Ilmu Dasar Onkologi Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Price, Sylvia Andreson. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan.
Dalam: Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC, 1303-1309.
7. Supit, Nina I.S.H.. 2003. Deteksi Dini Keganasan Payudara. Dalam:
Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 53-59.
8. Dalimartha, Setiawan. 2004. Kanker Payudara. Dalam: Deteksi Dini
Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya, 19-
25.
9. Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
10. Corwin, Elizabeth J. 2000. Kanker. Dalam: Endah Pakaryaningsih, ed.
Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 86-96.

41
11. Desen, Wan. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
12. UICC (International Union Against Cancer). 2002. Breast Tumors. In:
Sobin, L.H. dan Wittekind, Ch., ed. TNM classification of
malignant Tumors. New York: Wiley- Liss, 131-141.
13. Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Penaggulangannya. Dalam: Ramli, H. Muchilis, ed. Deteksi Dini
Kanker. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 32-
50.
14. Hawari, Dadang. 2004. Kanker Payudara. Dalam: Kanker Payudara
Dimensi Psikorelogi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 72-123.
15. Husda. 2005. Kanker Payudara. Scrapyard of mine. Diperoleh dari:
http://doeljoni.blogsome.com/2005/08/11/35/.
[Diakses 14 Desember 2011].
16. Mayo Clinic. 2007. Breast Self- exams: One Way to Detect Breast Cancer.
Medical Service. Diperoleh dari:
http://www.mayoclinic.com/health/breast-self-exam/WO00026
[Diakses 12 Desember 2011]
17. Hirsch, Larissa. 2007. How to perform a breast self-examination. James J.
Fitzgibbon. Diperoleh dari:
http://kidshealth.org/teen/sexual_health/girls/bse.html.
[Diakses 13 Desember 2011]
18. Bakar, Injil Abu. 2001. Self-examination for breast cancer. The Jakarta
Post. Diperoleh dari:
http://www.thejakartapost.com/news/2001/07/22/selfexamination-
breast- cancer.html.
[Diakses 14 Desember 2011]
19. Alfrisi. 2011. Cara Melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) bagi
Wanita. Diperoleh dari:

42
http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/cara-melakukan-sadari-
periksa payudara.html.
[Diakses 23 Januari 2012].
20. Dokter Sehat. 2007. SADARI-pemeriksaan payudara sendiri. Kesehatan
Umum. Diperoleh dari:
http://doktersehat.com/2007/01/02/sadari-pemeriksaan-payudara-
sendiri/.
[Diakses 12 Desember 2011]
21. Notoatmodjo, S. 2007. Konsep perilaku dan perilaku kesehatan. Dalam :

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta : 133-151.

22. Suyuti. 2010. Pentingnya Ilmu Pengetahuan. Diperoleh dari:


http://d1m45.student.umm.ac.id/2010/08/20/pentingnya-ilmu/
[Diakses 8 Januari 2014]

23. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

24. Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Penerbit Rineka Cipta.

25. Mokoginta. 2013. Pengertian Keterampilan dan Jenisnya. Diperoleh dari:

http://id.shvoong.com/business-management/human-resources

[Diakses 8 Januari 2014]

26. Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.


27. Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga

Penerbitan FEUI.
28. Chandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita tentang SADARI

sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Petisah Tengah

tahun 2009. Medan: Lembaga Penerbitan FKUSU.


29. Martyani, dwiakhid. 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang

SADARI dengan Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) di

43
RW viii di Kelurahan Warumboto Kecamatan Umbulharjo D.I. Yogyakarta

tahun 2008.
Diperoleh dari: http://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/05/ikmiv20/.

[Diakses 30 Desember 2013]


30. Suratno. 2005. Konsep Kemampuan Sumber Daya Manusia. Diperoleh

dari:
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/kepegawaian/aunw1341283316.

pdf
[Diakses 8 Januari 2014]
31. Supryanto. 2010. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Diperoleh

dari:
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/09/pemeriksaan-payudara-

sendiri-sadari.html
[Diakses 8 Januari 2014]
32. Lilolladystuff. 2009. Young-Ladies Self Image. Diperoleh dari:
http://hubpages.com/hub/Young-Ladies-Self-Image-Through-the-

Ages.
[Diakses 30 Desember 2013].

44
Klasifikasi kanker payudara:

Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara.

Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu


penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh
Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.[2]

Patofisiologi

Transformasi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

45
Fase inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam


bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi
tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan.

Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

46
Klasifikasi

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara


diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Non-invasif karsinoma

Non-invasif duktal karsinoma

Lobular karsinoma in situ

2. Invasif karsinoma

47
Invasif duktal karsinoma

- Papilobular karsinoma
- Solid-tubular karsinoma
- Scirrhous karsinoma
- Special types
- Mucinous karsinoma
- Medulare karsinoma

Invasif lobular karsinoma

- Adenoid cystic karsinoma


- karsinoma sel squamos
- karsinoma sel spindel
- Apocrin karsinoma
- Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
- Tubular karsinoma
- Sekretori karsinoma
- Lainnya

3. Paget's Disease

Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi, dll.

48
Stadium 1

Pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm dan tidak dapat terdeteksi
dari luar. Perawatan yang sangat sistematis akan diberikan pada kanker stadium
ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut
pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total pada
pasien adalah 70%.

Stadium 2

Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 % tergantung


dari luasnya penyebaran sel kanker. Biasanya besarnya benjolan kanker sudah
lebih dari 2 bahkan bisa sampai 5 cm dan tingkat penyebarannya pun sudah
sampai daerah ketiak. Atau bisa juga ukuran kanker sudah mencapai 5 cm tapi
belum menyebar kemana-mana. Biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat
sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.

Stadium 3A

Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar
limfa.

Stadium 3B

Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,


dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Selain itu juga penyebarannya juga
sudah menyerang secara tuntas kalenjar limfa. Jika sudah demikian tidak ada
alternatif lain selain pengangkatan payudara.

Stadium 4

Kanker Payudara Stadium 4

49
Sel-sel kanker sudah merembet menyerang
bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-
paru, hati atau otak. Atau bisa juga
menyerang kulit, kelenjar limfa yang ada di
dalam batang leher. Sama seperti stadium 3,
tindakan yang harus dilakukan adalah
pengangkatan payudara.

Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut
saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).

Sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N"
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA).

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

T (tumor size), ukuran tumor:

- T 0: tidak ditemukan tumor primer


- T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
- T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
- T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
- T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

50
N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):

- N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla


- N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
- N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
- N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada
kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

M (metastasis), penyebaran jauh:

- M x: metastasis jauh belum dapat dinilai


- M 0: tidak terdapat metastasis jauh
- M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium 0 : T0 N0 M0

Stadium 1 : T1 N0 M0

Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0

Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0

Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0

Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

Stadium III C: Tiap T N3 M0

Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1

51
Gejala klinis

Benjolan di payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-
mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

52
Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada
payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga
dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:

Pendarahan pada puting susu.

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor
sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul
metastase ke tulang-tulang.

Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,


bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke
seluruh tubuh (Handoyo, 1990).

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria


operbilitas Heagensen sebagai berikut:
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

adanya nodul satelit pada kulit payudara;

kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;

terdapat model parasternal;

terdapat nodul supraklavikula;

adanya edema lengan;

adanya metastase jauh;

53
serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks,
kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Keluarnya cairan (Nipple discharge)

Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan
tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang
hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada
apabila dari puting susu keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah
atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus
menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.

Faktor-faktor penyebab

Faktor risiko

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum
diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan


dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas,
menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua,
dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker
payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Secara anatomi dan fungsional, payudara akan
mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause

54
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh
sebelum terjadinya perubahan klinis.

2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan


terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of
Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun
tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna
kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk
waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas

3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,


fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan


dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca
menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-
negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan
sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.

5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu


faktor risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan
studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan
serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun.

55
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah
pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko
kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur
saat terjadinya eksposur.

7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga


merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita
yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%
pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar
60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar
usia 75 tahun

Faktor Genetik

Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah
adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen
dan gen yang bersifat mensupresi tumor.

Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker


payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

Pengobatan kanker

56
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung
pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi


(Hirshaut & Pressman, 1992):

Modified Radical Mastectomy, yaitu


operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang
dada, tulang selangka dan tulang iga,
serta benjolan di sekitar ketiak.

Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh


payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari


payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada
pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di
pinggir payudara.

Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker


dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek
pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai
akibat dari radiasi.

57
Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan


anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau
melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi
juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi.

Pencegahan

Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,


yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap
epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula
pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
[sunting] Pencegahan primer

Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara


merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui
upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara
rutin sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena kanker payudara ini [5]

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk

58
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid
normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder
dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus
mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan


melakukan cancer risk assessement survey.

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk


dilakukan mammografi setiap tahun.

Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun


sampai mencapai usia 50 tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih
sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk
mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pencegahan tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak

59
terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,
dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan alternatif.

Sumber Wikipedia dan berbagai sumbur lainnya

60

Anda mungkin juga menyukai