HIPERTENSI
BAB I. HIPERTENSI
A. Hipertensi......................................................................................................2
1. Pengertian Hipertensi............................................................................2
2. Gejala dan Penyebab Hipertensi..........................................................3
3. Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi.............................................4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................7
BAB I
1
HIPERTENSI
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
2
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 110-119 mmHg
Hipertenai maligna
3
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan ang baik,
aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan
mengkonsumsi alcohol yang diduga mempengaruhi dalam meningkatkan
risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.
Perubahan gaya hidup, olah raga dan mempertahankan berat badan yang
normal serta mengkonsumsi makanan yang sehat, rendah lemak, kaya
akan sumber vitamin bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi.
Selain mengatur pola aktivitas, maka pengaturan asupan kalori juga
harus seimbang, dan juga harus dibatasi pola konsumsi makanan yang
mengandung banyak lemak dan kolesterol dan asupan garam (NaCl).
Untuk itu diperlukan diet seimbang untuk penyakit hipertensi, yaitu
dengan mengkonsumsi makanan secara seimbang antara karbohidat,
protein, lemak dan garam (Depkes, 2008).
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi, karena olah raga isotonic (seperti bersepeda, jogging, aerobic)
yang teratur dapat mempelancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dpat digunakan untuk
mengurangi/mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan Hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu
(Bangun, 2002)
4
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan makanan secara drastic
akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak
dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis dapat
mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat
selama-30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol.
b. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
Pengobatanhipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan (farmakologis). Terdapat banyak jenis obat anti hipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan
menghubungi dokter. Berikut ini merupakan beberapa jenis obat-
obatan antihiprtrnsi yang dapat digunakan dalam pengobatan
hipertensi yaitu :
1. Diuretic
2. Penghambat simpatetik
3. Betablocker
4. Vasodilator
5. Penghambat enzim konvensi angiostensin
6. Antagonis kalsium
7. Penghambat reseptor angisotensin II.
5
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, A.P. 2002. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional Untuk Hipertensi. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Bangun, A.P. 2008. Khasiat Tanaman Obat Untuk Hipertensi. Jakarta: Sarana Pustaka
Prima
JNC 7, National High Blood Pressure Education Program. The sixth report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.Arch Intern Med. 1997;157:2413-46.
6
Medicastore. (2008). Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan. Diakses dari :
http://medicastore.com/diabetes/komplikasi_diabetes_mellitus.php
DAFTAR ISI
DIABETES MELLITUS
A. Diabetes Mellitus..........................................................................................9
1. Pengertian Diabetes Mellitus................................................................9
2. Epidemiologi Diabetes Mellitus............................................................9
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus.................................................................10
4. Insulin.....................................................................................................12
5. Diagnosis Diabetes Mellitus..................................................................12
6. Gejala Kronis.........................................................................................13
7. Patogenesis Diabetes Mellitus...............................................................14
8. Komplikasi Diabetes Mellitus...............................................................14
9. Prinsip Pengendalian.............................................................................15
7
10. Pengobatan.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
BAB II
DIABETES MELLITUS
A. DIABETES MELLITUS
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh
resistensi insulin (Soegondo dkk, 2009).
Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik
secara absolute (total) maupun sebagian (Hadisaputro. Setiawan, 2007).
8
populasi, insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun
2030 angka ini menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi
dunia, DM terdapat diseluruh dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus
tipe 2 terjadi di negara berkembang, peningkatan prevalensi terbesar
adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren urbanisasi dan perubahan
gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di Indonesia sendiri,
berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden berusia > 15
tahun , 10,2% mengalami toleransi glukosa tergangggu (kadar glukosa
140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glucosa
sebanyak 75 gram), DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding
dengan pria, lebih sering pada golongan tingkat pendidikan dan status
sosial yang rendah, daerah dengan angka penderita DM yang tertinggi
adalah Kalimantan Barat dan Maluku Utara, yaitu 11.1% sedangkan
kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13.5%, beberapa
hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah Obesitas,
hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan
buah (Riskesdas, 2007).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada
penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan
buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada
penduduk >10 tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi
merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes,
2008).
Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di
Jakarta daerah urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM
dari 1.7% pada tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok
dan didaerah Jakarta Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung
Pandang daerah urban meningkat dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi
3,5% pada tahun1998, kemudian pada akhir 2005 menjadi 12.5%, di
9
daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat 1,1% didaerah
terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8% dapat
dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk,
2009).
Tipe Keterangan
DiabetesTipe 1 Diabetesang tergantung dengan insulin disebabkan
oleh kerusakan sel-sel beta dalam pankreas sejak
masa anak anak atau remaja
Diabetes Tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin
Diabetes Tipe lain 1. Defek genetik fungsi insulin
2. Defek genetik kerja insulin
3. Karena obat
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang : antibody insulin
6. Resistensi Insulin
7. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM
(Klinefelter, sindrom Turner)
Diabetes Gestasional (DMG) Karena dampak kehamilan
Sumber: Perkeni 2006
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila trdapat keluhan
klasik DM seperti tersebut di bawah ini:
a. Keluhan klasik DM berupa : banyak minum, banyak makan, banyak
buang air kecil dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
10
b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae (gatal didaerah
kemaluan) pada wanita .
4. Insulin
Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang
dihasilkan atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam
kelenjar pangkreas, Insulin merupakan suatu polipeptida (protein) dalam
keadaan normal, jika kadar glukosa darah naik, kelenjar pangkreas akan
mengeluarkan insulin dan masuk ke dalam aliran darah, oleh darah insulin
disalurkan ke reseptor hati sebesar 50 % ginjal 10- 20%, sel darah, otot,
jaringan lemak 30-40%, apabila kadar insulin cukup atau fungsinya tidak
terganggu, kelebihan gula dalam darah akan segera diubah dan disimpan
untuk metabolisme tubuh (Soewondo, 2006).
Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi
energi dan akan merangsang sel beta pulau langerhans untuk
mengeluarkan insulin, selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat
masuk kedalam sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan
lemak, insulin merupakan kunci yang membuka pintu sel jaringan,
memasukkan gula ke dalam sel dan menutup pintu kembali, di dalam sel,
11
gula dibakar menjadi energi yang berguna untuk aktivitas (Soegondo,
2004).
12
c. Rasa tebal di kulit.
d. Kram.
e. Capai.
f. Mudah mengantuk.
g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
h. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
i. Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun, impotensi.
j. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4 kg (Jhonson,
1998 ).
13
9. Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus
a. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan menurut pengendalian yaitu meningkatkan
pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan
tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup
dan mencegah komplikasi lebih lanjut, penyuluhan meliputi
penyuluhan untuk pencegahan primer ditujukan untuk kelompok risiko
tinggi, penyuluhan untuk pencegahan sekunder ditujukan pada
diabetisi terutama pasien yang baru, materi yang diberikan meliputi
pengertian diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, penyuluhan
untuk pencegahan tersier ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi
yang diberikan meliputi aktivitas fisik, pola makan, pengawasan kadar
gula darah (Soegondo dkk, 2009).
b. Latihan Fisik (Olahraga)
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin,
mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang
pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut,
olah raga meliputi empat prinsip jenis olah raga dinamis yaitu
memenuhi frekuensi, intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis ):
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-
5 kali Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun
Heart Rate ) Time : 30-60 menit Tipe/Jenis : Olahraga endurans
(aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti
jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Menurut Soegondo dkk (2009) menentukan MHR (Maksimun
Heart Rate) yaitu: 220 - umur, setelah MHR didapat ditentukan THR
( Target Heart Rate ), misalnya intensitas latihan yang diprogramkan
bagi diabetisi umur 50 tahun sebesar 60-70%, maka THR = 60%
14
(220-50) = 102, sedangkan THR 70% adalah: 70% ( 220 50) =
119, dengan demikian jika diabetesi ini akan olahraga sebaiknya
berada diantar 102-119 kali/menit, hal-hal yang perlu diperhatikan
waktu olah raga yaitu pemanasan (warm up) kegiatan ini dilakukan
sebelum memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan
berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan, menaikkan suhu
tubuh, meningkatkan denyut nadi secara perlahan-lahan, mengurangi
kemungkinan terjadinya cedera, lama pemanasan 5-10 menit,
kemudian latihan inti (Conditioning) pada tahap ini denyut nadi
diusahakan mencapai THR (Target Heart Rate) agar latihan benar
bermanfaat.
Pendinginan (cooling-down), setelah selesai olahraga
dilakukan pendinginan untuk menimbulkan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolahraga atau pusing-
pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktip, contohnya
bila olah raga jogging maka pendinginan dilakukan dengan tetap jalan
selama beberapa menit, bila mengayuh sepeda tetap mengayuh tanpa
beban, lama pendinginan sebaiknya dilakukan 5-10 menit, peregangan
( Stretching) hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih meregang dan tidak elastis dan ini sangat penting
bagi diabetisi usia lanjut (Soegondo dkk, 2009).
15
Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi
utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya
menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan energi lebih
besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai
bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang, di
negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai
90%, sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya
sekitar 40-60%, hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang
mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber
bahan makanan kaya lemak maupun protein, karbohidrat banyak
ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji-bijian (Ostman, 2001) .
Penukar nasi umumnya digunakan sebagai makan pokok, satu
porsi nasi setara dengan gelas atau 100 gram, mengandung 175
kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat, untuk menentukan
berapa kebutuhan karbohidrat total perhari dapat ditentukan dengan
melihat kebutuhan energi sehari, jika energi sehari adalah sebesar 2450
kkal, maka energi yang berasal dari karbohidrat adalah 1470-1838
kkal atau sekitar 368-460 g karbohidrat , 1 gram karbohidrat setara
dengan 4 kkal, kebutuhan karbohidrat 60-70% total kkal (Almatsier,
2006).
Untuk melihat bahan makanan yang berasal dari karbohidrat
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel II.3 Bahan Makanan Karbohidrat
16
3 Havermut 5 sendok makan 45
4 Kentang 2 biji sedang 210
5 Creakers 5 keping 50
6 Macaroni gelas 50
7 Mie Kering 1 gelas 50
8 Mie Basah 2 gelas 200
9 Nasi gelas 100
10 Talas 1 potong 125
11 Ubi 1 biji sedang 135
12 Roti 3 potong sedang 70
Sumber: Almatsier, 2006
Sumber karbohidrat lain dapat diperoleh dari gula merupakan
salah satu sumber karbohidrat sederhana yang dicampur ke kopi, teh
manis, susu dan minuman lainnya yang banyak dikonsumsi
masyarakat contohnya 1 sendok makan susu kental manis = 71 kalori,
g 4. Pengobatan ula termasuk dalam sumber karbohidrat tetapi bukan
sumber energi utama, sumber energi utama adalah karbohidrat
kompleks (Nasi, kentang, bihun, jagung, bihun, mie), penggunaan gula
yang terlalu banyak tidak dianjurkan, gula jika dikonsumsi berlebihan
maka bisa memicu berbagai masalah seperti Diabetes dan kegemukan,
satu sendok makan gula pasir sama dengan 10 gram ( Almatsier, 2006)
10. Pengobatan
Jika telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat meliputi obat hipoglikemi oral (OHO)
dan insulin, pemberian obat hipoglikemi oral diberikan kurang lebih 30
menit sebelum makan, pemberian insulin biasanya diberikan lewat
penyuntikan di bawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan
17
secara intravena (melalui vena) atau intramuskuler (melalui otot)
(Soegondo, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
18
Almatsier, S., 2006. Penuntun Diet, Jakarta: penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
19
DAFTAR ISI
ASAM URAT
A. Asam Urat.....................................................................................................23
1. Pengertian Asam Urat...........................................................................23
20
2. Pembentukan Asam Urat......................................................................24
3. Eksresi Asam Urat.................................................................................24
4. Gejalan Klinis Asam Urat.....................................................................25
5. Pencegahan dan Penanggulangan Asam Urat.....................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................31
BAB III
ASAM URAT
A. ASAM URAT
1. Pengertian Asam Urat
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin.
Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA
(gambar 2.1). Yang termasuk kelompok purin adalah adenosin dan
21
guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil
akhirnya berupa asam urat (Rodwell, 2003).
Asam urat merupakan produk akhir pemecahan purin pada manusia.
Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3. Urat
terbentuk dari ionisasi asam urat yang berada dalam plasma, cairan
eksrtaseluler dan cairan sinovial dengan perkiraan 98 % berbentuk urat
monosodium pada pH 7,4. Monosodium urat mudah diultrafiltrasi dan
didialisis dari plasma. Pengikatan urat dengan ke protein plasma memiliki
sedikit kemaknaan fisioligik. Plasma menjadi jenuh dengan konsentrasi
urat monosodium 415 mol/L (6,8 mg/dL) pada suhu 370 C. Pada
konsentrasi lebih tinggi, plasma menjadi sangat jenuh dengan asam urat
dan mungkin menyebabkan presipitasi kristal urat. Namun presipitasi
tidak terjadi sekalipun konsentrasi urat plasma sebesar 80 mg/dL
(Wortmann, 2012).
Asam urat lebih mudah berikatan atau larut dalam urin dibandingkan
dengan air, mungkin karena adanya urea, protein, dan mukopolisakarida.
Kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH urin itu sendiri. Pada pH 5,0
urin menjadi lebih jenuh dengan asam urat pada konsentrasi antara 360
sampai 900 mol/L (6 sampai 15 mg/dL). Pada pH 7,0 saturasi tercapai
dengan konsentrasi.
22
melalui pembentukan xantin keduanya dikonversi menjadi asam urat,
reaksinya berturutturut dikatalis oleh enzim guanase dan xantin oksidase
(Hardjasasmita, 2000).
Adenosin pertama-tama mengalami deaminase menjadi inosin oleh
enzim adenosin deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosidat inosin dan
guanosin yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan
melepas basa purin (Rodwell, 2012).
Selanjutnya, dengan dikatalisis oleh enzim xantin oksidase, hipoxantin
mula-mula dioksidase menjadi xantin, untuk selanjutnya xantin diubah
menjadi asam urat. Guanin berasal dari guanosin, guanosin dengan Pi
dikatalisis oleh 9 enzim purin nukleosida fosforilase yang melepas gugus
Ribosa- 1P (Hardjasasmita, 2000).
23
Artritis gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang
gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak (akut)
yang mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering
pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki. Hampir pada
semua kasus, lokasi artritis terutama pada sendi perifer dan jarang pada
bisa saja terjadi, siang hari sampai menjelang tidur tidak ada keluhan,
tetapi pada tengah malam penderita mendadak terbangun karena rasa sakit
yang amat sangat. Kalau serangan ini datang, penderita akan merasakan
hembusan angin. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah berupa demam,
ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah,
diare atau muntah, bengkak pada kaki atau peningkatan berat badan yang
Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita
akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan
24
menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena
urut dan waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan.
Padahal, tanpa diobati atau diurut pun serangan pertama kali ini akan
jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya
berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun,
gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya
(kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya
25
makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang,
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang
sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan
keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak
(Mumtaz, 2011).
terkena).
26
h. Mencegah pembentukan batu pada saluran kemih.
inflamasi nonsteroid (antirematik) dan obat penurun kadar asam urat (obat
1) Pengaturan diet
purin. Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat
mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-
27
lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging
kangkung.
mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-
buahan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W., 2003. Biokinia Harper. Edisi 27.
Jakarta : EGC
Wallace L. K., Riedel A. A., Joseph-Ridge N., Wortmann R., 2012. Increasing
prevalence of gout and hyperuricemia over 10 years among older adults
in a managed care population. Available from :
http://www.jrheum.org/content/31/8/1582.short. [Accesed 8 Desember
2015].
DAFTAR ISI
KOLESTEROL
A. Kolesterol......................................................................................................33
1. Pengertian Kolesterol............................................................................33
2. Sumber Kolesterol..................................................................................33
3. Fungsi Kolesterol...................................................................................33
4. Sintesis Kolesterol..................................................................................34
5. Lipoprotein.............................................................................................34
6. LDL Kolesterol.......................................................................................35
30
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36
BAB IV
KOLESTEROL
A. KOLESTEROL
1. Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin
yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. (Lars H,
1997). Kolesterol merupakan lemak yang penting namun jika terlalu
berlebihan dalam darah dapat membahayakan kesehatan, bila ditinjau
dari sudut kimiawi kolesterol diklasifikasikan ke dalam golongan lipid
(lemak) berkomponen alkohol steroid (Sitopoe M, 1992).
Kolesterol termasuk zat gizi yang sukar diserap oleh tubuh, masuk ke
dalam organ tubuh melalui sistem limpatik. Kolesterol dalam plasma
31
darah terutama dijumpai berikatan dengan asam lemak dan ikut
bersirkulasi dari bentuk ester kolesterol (Hertog N, 1992).
2. Sumber Kolesterol
Sumber kolesterol berasal dari semua bahan makanan asal hewani,
daging, telur, susu, dan hasil perikanan, jaringan otak, jaringan saraf, dan
kuning telur (Sitepoe, 1992, Graha KC, 2010).
3. Fungsi Kolesterol
Kolesterol dalam tubuh juga mempunyai fungsi yang penting
diantaranya: pembentukan hormon testosteron pada pria dan hormon
estrogen pada wanita, pembentukan vitamin D, dan sebagai sumber
energi (Graha KC, 2010).
4. Sintesis Kolesterol
Kolesterol dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrien dan
energi serta hasil metabolisme lainnya disamping kolesterol juga
memproduksi energi. Sumber energi berlebihan mengakibatkan
pembentukan asetat sebagai perantara juga berlebih, dan lemak di dalam
tubuh juga akan bertambah. Pembentukan kolesterol melalui asetat
merupakan proses yang sangat kompleks, diantaranya yang memegang
peranan penting adalah enzim reduktase HMG Co.A. Pembatasan
konsumsi kolesterol akan berakibat menaiknya kadar kolesterol dalam
darah apabila sistem kerja enzim tidak normal. Kolesterol pada keadaan
normal disintesa dalam makanan yang dimakan, diubah menjadi jaringan,
hormon-hormon vitamin yang kemudian beredar ke dalam tubuh melalui
darah, namun ada juga kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah
menjadi asam empedu dan garamnya, hasil sintesa kolesterol disimpan
dalam jaringan tubuh (Sitopoe, 1992).
Beberapa jaringan yang mampu mensintesa kolesterol diantaranya
hepar, kortex, adrenal, kulit, usus, testis, dan aorta (Yul Iskandar, 1974).
5. Lipoprotein
32
Lipoprotein adalah gabungan molekul lipid dan protein yang disintesis
di dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran, disintesa dan
mengangkut berbagai jinis lipid dalam jumlah yang berbeda (Sunita A,
2002).
Jenis lipoprotein yang dapat memicu terjadinya atherosclerosis yang
terdiri dari total kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida. Partikel-partikel
ini 3 memiliki sifat khusus dan berbeda pada proses pembentukan
atherosclerosis, sebagai berikut:
a. LDL (low density lipoprotein), yang paling banyak mengangkut
kolesterol di dalam darah.
b. HDL (high density lipoprotein), mengangkut kolesterol lebih sedikit.
Memiliki fungsi yaitu membuang kelebihan LDL kolesterol di
pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang.
c. VLDL (very low density lipoprotein), memiliki jumlah trigliserida
yang terbanyak dalam darah. Sebagian VLDL diubah menjadi LDL.
d. Trigliserida, yaitu jenis lemak dalam darah yang dapat mempengaruhi
kadar kolesterol dalam darah. Kelebihan trigliserida akan dihidrolisa
oleh enzim lipoprotein lipase, sisa hidrolisa kemudian oleh hati
dimetabolisasikan menjadi LDL kolesterol (Soeharto, 2004).
6. LDL Kolesterol
LDL (low density lipoprotein) mengandung paling banyak kolesterol
dari semua lipoprotein, dan merupakan pengirim kolesterol utama dalam
darah (Soeharto, 2004). Sel hati memproduksi kolesterol dalam tubuh,
kemudian disebarkan oleh LDL kolesterol dalam darah ke jaringan-
jaringan tubuh. Kolesterol dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan
seperti sel otot jantung, otak, dan bagian tubuh lainnya agar tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Kadar LDL kolesterol yang tinggi dan pekat di
dalam darah akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada
dinding-dinding pembuluh darah pada saat transportasi dilakukan.
Kolesterol yang melekat perlahan-lahan akan mudah melakukan
33
tumpukan-tumpukan lalu mengendap, membentuk plak pada dinding-
dinding pembuluh darah. Tumpukan LDL kolesterol yang mengendap
pada dindingdinding pembuluh darah dapat menyebabkan rongga
pembuluh darah menyempit, sehingga saluran darah terganggu dan bisa
mengakibatkan risiko penyakit pada tubuh seseorang seperti stroke,
jantung koroner, dan lain sebagainya (Graha KC, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Graha KC. 2010. 100 Question & Answers Kolesterol. PT Elex Komutindo,
Kelompok Gramedia, Jakarta.
Hertog Nursanyoto, dkk. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta : Golden Terayon Press.
Iman Soeharto, 2004, Serangan Jantung dan Stoke Hubungannya Dengan Lemak dan
Kolesterol, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
34