Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Fisik

1. Gonorrhea
Pria

: muara uretra kemerahan, bengkak, ektropion, disertai duh tubuh purulen

Wanita

: serviks erosi dan sekret pururlen, kadang nyeri perut bagian bawah

2. Herpes Genital
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh
klien. Pada kondisi awal / saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau
demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya
vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri. Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan
klien. Pada pemeriksaan pada wanita berusia 55 tahun itu ditemukan vesikel multiple
bergerombol tersebal secara dermatome diregio tungkai bawah sinistra dan kaki sinistra bagian
medial dengan ukuran lentikular yang terletak diatas kulit eritematosa.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon klien terhadap nyeri akut
secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan
denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat
juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan
skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya, bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan
anak dalam pemilihan.
3. Trikomoniasis
Wanita : Rabas vagina kuning,encer,berbau,lecet vagina,disuria (nyeri berkemih),dispareunia
(nyeri saat berhubungan)
Serviks strawberry (bintik-bintik kemerahan)
25% tidak memperlihatkan gejala
Pria : Sebagian besar tanpa gejala
Protozoa ditemukan pada uretra dan urin

Pemeriksaan Penunjang
1. Gonorrhea
Pemeriksaan Gram :dengan ditemukannya kuman gram negative, bentuk biji
kopi intra/ekstra sel.
Pembiakan : pada media Thayer Martin Nampak koloni kuman tersangka
yang khas berwarna putih keabuan, transparan, kemudian dilakukan tes
oksidase, tes superoxol untuk identifikasi koloni kuman Nisseria, namun hasil
ini tidak spesifik karena beberapa mikroorganisme lain bias memberikan hasil
positif, sehingga perlu dilakukan tes fermentasi karbohidrat sebagai penentu,
dimana kuman N.gonorrhoeae hanya memfermentasi glucose.
Tes NGPP : meliputi tes penyaringan dan tes penegasan. Tes penyaringan
dengan menggunakan 10 unit penicillin dise, positif bila zone hambatan
kurang dari 19 mm. hasil yang positif ini dilanjutkan dengan tes penegasan
apakah resistensi ini disebabkan karena kuman menghasilkan beta laktamase.
Ada beberapa metode untuk mengidentifikasi adanya beta lactase yaitu
dengan metode acidometri, metode iodometri, metode chromogenik
cephalosporia, dan metode paper.
2. Herpes Genital
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan virus herpes simplex yang
ada di dalam tubuh. Pemeriksaan laboraturium terhadap virus herpes simplex sebagian besar
dilakukan hanya untuk yang terinfeksi HSV tipe 2. Sedangkan untuk mengetahui apakah
luka yang diderita penderita herpes simplex ini akibat virus HSV atau bukan, maka tes yang
lain perlu dilakukan. Tanda-tanda pada permukaan sel yang terindeksi oleh virus herpes
simplex akan diketahui dari hasil pemeriksaan laboraturium. Pemeriksaan laboratorium ini
juga bisa mengungkap perbedaan HSV-1 atau HSV-2. Umumnya pemeriksaan laboratorium
ini meliputi IgG dan IgM baik itu untuk HSV-1 maupun HSV-2.
Pemeriksaan adanya infeksi HSV ada dua jenis yaitu :
1. IgM anti HSV : Tes IgM menandakan bahwa sedang terjadi infeksi ataupun
infeksi yang baru saja berlangsung.
2. IgG anti HSV : Tes IgG menandakan bahwa infeksi telah terjadi dalam kurun
waktu beberapa lama (lebih dari 6 bulan) dan penderita telah memiliki kekebalan
tubuh.
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah test tzank yang diwarnai
dengan pengecatan gyemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas
dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam
waktu 30 menit atau kurang. Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut

pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mengering
sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan. Selanjutnya beri pewarnaan
(5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri
minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa
keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel,2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,2006). Tes
serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II
dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan
infeksi (McPhee, 2007).
3. Trikomoniasis
Cara pengambilan spesimen pada wanita, yaitu spesimen berupa hapusan forniks
posterior dan anterior yang diambil dengan lidi kapas atau sengkelit steril. Hendaknya
spekulum yang dipakai jangan memakai pelumas. Pada pria, spesimen yang diambil dengan
mengerok (scraping) dinding uretra secara hari-hati dengan menggunakan sengkelit steril.
Pengambilan spesimen sebaiknya dilakukan sebelum kencing pertama.(4)
Bila parasit tidak ditemukan, maka dilakukan pengambilan spesimen berupa sedimen
dari 20 cc pertama urin pertama pagi-pagi. Spesimen tersebut, terutama yang diambil setelah
masase prostat dapat menghasilkan 15% hasil positif pada kasus-kasus yang tidak
terdiagnosis dengan pemeriksaan spesimen uretra. Pada spesimen tersebut dilakukan
pemeriksaan :(4)
1. Sediaan Langsung (Sediaan Basah)
Lidi kapas dicelupkan ke dalam 1 cc garam fisiologis, dikocok. Satu tetes larutan
tersebut diteteskan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Spesimen
pada ujung sengkelit dimasukkan pada satu tetes garam fisiologis yang telah diletakkan
pada kaca objek.
Sebelum diamati sediaan dipanaskan sebentar dengan hati-hati, untuk
meningkatkan pergerakan T. vaginalis. Pada pemeriksaan diperhatikan pula jumlah
leukosit.
2. Sediaan Tidak Langsung
Bila pada sediaan langsung tidak ditemukan kuman penyebab, maka dilakukan
biakan pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan pada pemeriksaan
kasus-kasus asimtomatik. Enam puluh persen spesimen yang diambil dari uretra pria
dengan trikomoniasis akan menghasilkan biakan positif.

Dikemukan bahwa hasil positif pada pemeriksaan sediaan basah pada wanita
berkisar antara 40-80%, sedangkan biakan berkisar antara 95%. Biakan 10-15% lebih
sensitif dari sediaan basah. Berdasarkan hal tersebut biakan masih tetap merupakan
pemeriksaan yang dianjurkan untuk menunjang diagnosis trikomoniasis.

1. Daily SF. Trikomoniasis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: FKUI; 2009.1: 362-3.
2. Siregar RS. Trikomoniasis. Dalam: Siregar RS, editor. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Edisi II. Jakarta: EGC; 2005. 1: 177.
3. Trikomoniasis. Klik Dokter Menuju Indonesia Sehat: Portal Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi; 2008. Diunduh dari URL:http://www.klikdokter.com/illness/detail/187
4. Djajakusumah TS. Trikomoniasis. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor.
Penyakit Menular Seksual. Edisi II. Jakarta: FKUI; 2001. 1: 63-70.

Anda mungkin juga menyukai