Anda di halaman 1dari 32

UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009


Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan Gawat Darurat adalah
keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit

TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT


Tugas : Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna
Fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan;

PERSYARATAN RUMAH SAKIT


Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta.
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis
dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau
Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya
bergerak di bidang perumahsakitan.

Bangunan Rumah Sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi


kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang:
a. Rawat jalan;
b. Ruang rawat inap;
c. Ruang gawat darurat;
d. Ruang operasi;
e. Ruang tenaga kesehatan;
f. Ruang radiologi;
g. Ruang laboratorium;
h. Ruang sterilisasi;
i. Ruang farmasi;
j. Ruang pendidikan dan latihan;
k. Ruang kantor dan administrasi;
l. Ruang ibadah, ruang tunggu;
m. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
n. Ruang menyusui;
o. Ruang mekanik;
p. Ruang dapur;
q. Laundry;
r. Kamar jenazah;
s. Taman;
t. Pengolahan sampah; dan
u. Pelataran parkir yang mencukupi

SUMBER DAYA MANUSIA


Persyaratan sumber daya manusia yaitu Rumah Sakit harus memiliki
tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
nonkesehatan

KEWAJIBAN DAN HAK RUMAH SAKIT


Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar
biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia;
j. Melaksanakan sistem rujukan;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws);
s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.

Pelanggaran atas kewajiban dikenakan sanksi admisnistratif berupa :


o Teguran;
o Teguran tertulis; atau
o Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

HAK RUMAH SAKIT


Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:
a) Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
dengan klasifikasi Rumah Sakit;
b) Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan
pelayanan;
d) Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e) Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;
f) Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;
g) Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang
ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

HAK PASIEN
Setiap pasien mempunyai hak:
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PENGORGANISASIAN
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit
atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi
umum dan keuangan.
Dimana :
(1) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
(2) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus
berkewarganegaraan Indonesia.
(3) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
PERIZINAN RUMAH SAKIT

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 147/menkes/per/i/2010


Setiap Rumah Sakit harus memiliki izin, yang terdiri dari : izin mendirikan
rumah sakit dan izin operasional rumah sakit. Permohonan izin didasrakan
menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit.
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh
Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas B diberikan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat
yang berwenang dibidang kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas C dan kelas D
diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Untuk memperoleh izin Rumah Sakit, harus memenuhi syarat, meliputi :


a Studi kelayakan
b Master plan
c Status kepemilikan
d Rekomendasi izin mendirikan
e Izin undang-undang gangguan (HO)
f Persyaratan pengolahan limbah
g Luas tanah dan sertifikatnya
h Penamaan
i Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
j Izin Penggunaan Bangunan (IPB)
k Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

Rumah Sakit mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan. Izin


mendirikan diberikan untuk jangka waktu dua tahun dan diperpanjang untuk satu
tahun.
Untuk mendapatkan izin operasional, harus memenuhi persyaratan :
Sarana dan prasarana
Peralatan
Sumber daya manusia
Administrasi dan manajemen

Izin operasional sementara diberikan kepada Rumah Sakit yang belum


dapat memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) dan
Lampiran Peraturan ini. Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Rumah Sakit yang telah
memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat permohonan
penetapan kelas Rumah Sakit kepada Menteri. Dalam rangka penetapan kelas
Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai klasifikasi Rumah Sakit.
Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkan klasifikasi Rumah Sakit.
Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan
mendapatkan penetapan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dan Pasal 8, diberikan izin operasional tetap. Izin operasional tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Setiap Rumah Sakit yang
telah mendapakan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi. Ketentuan
lebih lanjut mengenai registrasi dan akreditasi dilaksanakan sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh Menteri.
Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rumah sakit
Penanaman Modal Asing (PMA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a Harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT)
b Mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia yang bergerak
dibidang perumahsakitan
c Hanya untuk menyelenggarakan RumahSakit
d Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan spesialistik dan/atau
subspesialistik
e Jumlah tempat tidur minimal 200 buah untuk PMA yang berasal dari negara
negara ASEAN dan minimal 300 buah untuk PMA yang berasal dari negara-
negara Non ASEAN
f Lokasi diseluruh wilayah Indonesia
g Besaran modal asing maksimal 67 %
h Direktur Rumah Sakit harus Warga Negara Indonesia
Peningkatan Kelas Rumah Sakit dapat dilakukan dengan pengajuan tertulis
dengan memenuhi syarat, sebagai berikut :
Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
DinasKesehatanProvinsi;
Profil dan data RumahSakit
Isian Instrument Self Assessment peningkatan kelas
Sertifikat lulus akreditasi kelas sebelumnya.

Dalam rangka peningkatan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim


penilai klasifikasi Rumah Sakit. Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkan kelas Rumah Sakit.

Pembinaan dan Pengawasn :


1 Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Peraturan ini terhadap Rumah Sakit diwilayahnya.
2 Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Peraturan ini pada pemerintah daerah kabupaten/kota
diwilayahnya.
3 Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan ini pada pemerintah daerah provinsi.
4 Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan
pemberdayaan lain.

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri, Pemerintah Daerah


Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan masing-
masing dapat mengambil tindakan administratif. Tindakan administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
Teguran lisan
Teguran tertulis
Pencabutan izin

STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/menkes/sk/x/2004


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.

Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit


Pengertian dan tujuan
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan fa rmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tujuan Pelayanan Farmasi :
a Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia
b Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
c Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
f Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
g Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

Adminitrasi dan pengelolaan


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.

Staff dan Pimpinan


a IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.
b Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
c Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
d Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-
3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
e Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
f Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.
g Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki
kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
j Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan
pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

Fasilitas dan Peralatan


Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga
menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan
etis.

Kebijakan dan prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut.Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.

Panitia Farmasi dan Terapi


Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit
dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan :
a Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya
b Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.

Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang


dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah
sakit setempat :
a Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
Dokter, Apoteker dan Perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga
dokter bisa lebih dari 3(tiga) orang yang mewakili semua staf medis
fungsional yang ada.
b Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi
klinik, maka sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah
Apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya
diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakityang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
d Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan
Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi :


a Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
b Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
c Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait.
d Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajiantersebut.

Peran apoteker dalam PFT :


Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit
di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya
secara baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam
dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmako epidemologi,
dan farmako ekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk
memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di
rumah sakit.

Tugas Apoteker dalam PFT :


a Menjadi salah seorang anggota panitia (WakilKetua/Sekretaris)
b Menetapkan jadwal pertemuan
c Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d Menyiapkan dan memberikan semua informasi yangdibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
e Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan danmelaporkan pada
pimpinan rumah sakit.

Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Panitia


Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap
batas waktu yang ditentukan. Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain
pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi danmenentukan pilihan
terhadap produk obat yang ada dipasaran, dengan lebih mempertimbangkan
kesejahteraan pasien.

Staff dan Pimpinan


Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi
profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang, memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun
kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu
profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dankeluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi
rumah sakit.

Fasilitas dan Peralatan


Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku:
Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhankefarmasian
di rumah sakit.
Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penangananlimbah.
Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu,
bebaskontaminasi.
Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutamauntuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutamauntuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril,maupun cair untuk
obat luar atau dalam.Fasilitas peralatan harusdijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraandan kalibrasi untuk peralatan tertentu
setiap tahun.Peralatan minimal yang harus tersedia :
Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baiknonsteril
maupun aseptic
Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayananinformasi obat
Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbahyang baik
Alarm

Kebijakan dan Prosedur


Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Tujuan :
o Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
o Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
o Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
o Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepatguna
o Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

Pengembangan staff dan Program Pendidikan


Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumberdaya
manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan potensi dan
produktifitasnya secara optimal, serta melakukan pendidikan dan pelatihan bagi
calon tenaga farmasi untuk mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan
di bidang farmasi rumah sakit.

Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program
evaluasi:
Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanandilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanandilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikanresep oleh
Asisten Apoteker
Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelahpelayanan
dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.

Pengendalian Mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap
perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa,
rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan
Kesehatan, Keselamatan Kerja RumahSakit (K3 RS) yang meliputi :
Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit .

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.417/menkes/per/ii/2011
Pengertian
Akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan
standar pelayanan.
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang
diberikan olehlembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai
bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit, yang selanjutnya disingkat KARS adalah
lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional,
non-struktural, dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Peraturan lnternal Komisi Akreditasi Rumah Sakit adalah peraturan
tentang pengorganisasian Komisi Akreditasi Rumah Sakit termasuk para surveior
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Kedudukan, Fungsi dan Tugas


KARS berkedudukan di Ibu Kota Negara.
KARS mempunyai fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan,
pembimbingan dan pelatihan serta monitoring dan evaluasi dalam bidang
akreditasi rumah sakit di Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan perkembangan akreditasi rumah sakit secara
internasional.
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KARS
mempunyai tugas:
a. merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit;
b. menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit;
c. menyusun peraturan internal KARS;
b. d.menyusun standar akreditasi;
a. menetapkan status akreditasi rumah sakit;
b. menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pembimbingan serta
pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit;
c. mengangkat dan memberhentikan tenaga surveior;
d. membina kerja sama dengan institusi di dalam negeri maupun di luar
negeri yang berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu
layanan rumah sakit;
e. melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi;
f. melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi rumah
sakit; dan
g. melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah sakit.
KARS dapat bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional dalam
melakukan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca akreditasi dan
untuk membina rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu layanannya.
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja rumah sakit pasca
akreditasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan lainnya.

ORGANISASI
Susunan Organisasi KARS terdiri dari Pembina, Komisioner dan kelompok
surveior.
Pembina KARS adalah Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Komisioner terdiri dari :


a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretariat;
d. Bidang Akreditasi;
e. Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
f. Bidang Komunikasi, Data dan Informasi;
g. Bidang Penelitian dan Pengembangan; dan
h. Koordinator Surveior.

Pembina
Pembina mempunyai fungsi menetapkan kebijakan pengembangan akreditasi
rumah sakit.
Pembina mempunyai tugas:
a. menetapkan visi dan misi serta peraturan internal KARS;
b. menetapkan kode etik dan disiplin akreditasi rumah sakit;
c. merumuskan kebijakan perkembangan akreditasi rumah sakit;
d. memberikan petunjuk, pertimbangan dan nasehat dalam menyelesaikan
masalah yang diajukan Komisioner;
e. mengusulkan kepada Menteri untuk mengangkat dan memberhentikan
Komisioner; dan
f. membentuk panitia Ad Hoc Etik dan Disiplin.

Komisioner
Komisioner mempunyai tugas mengelola dan melaksanakan akreditasi rumah
sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
komisioner membentuk sekretariat dan kelompok surveior serta mengangkat
staf.
Komisioner berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pembina.
Ketua bertugas memimpin Komisioner sesuai tugas yang ditetapkan Pembina
agar berdaya guna dan berhasil guna.
Wakil ketua bertugas :
a. membantu ketua dalam menjalankan tugas-tugas komisi
b. mewakili ketua dalam tugasnya apabila berhalangan

Sekretariat
Sekretariat adalah unsur penunjang tugas dan fungsi KARS di bidang
pelayanan administrasi, mengelola aset, mengoordinasikan kegiatan bidang-
bidang di lingkungan KARS, mengelola kegiatan surveior dan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua.
Sekretariat di pimpin oleh Kepala Sekretariat dengan di bantu oleh wakil
sekretariat dan staf sekretariat dalam menjalankan tugas kesekretariatan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana kesekretariatan diatur lebih
lanjut dengan peraturan internal KARS

Bidang Akreditasi
Bidang Akreditasi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi KARS
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua.
Bidang Akreditasi mempunyai tugas membantu Ketua dalam merumuskan,
merencanakan dan melaksanakan akreditasi rumah sakit serta menyusun
standar akreditasi.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Akreditasi dapat dibantu oleh
1 (satu) orang staf atau lebih.

Bidang Pendidikan dan Pelatihan


Bidang Pendidikan dan Pelatihan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan
fungsi KARS yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Ketua.
Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas membantu Ketua dalam
merumuskan, merencanakan dan melaksanakan Pendidikan dan pelatihan
serta pembimbingan yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf atau lebih.
Bidang Komunikasi, Data dan Informasi
Bidang Komunikasi, Data dan Informasi adalah unsur Pelaksana sebagian
tugas dan fungsi KARS berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Ketua.
Bidang Komunikasi, Data dan Informasi mempunyai tugas membantu Ketua
dalam merencanakan dan melaksanakan kerja sama dengan instansi lain serta
penyebaran informasi hal-hal yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Komunikasi, Data dan Informasi
dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf atau lebih.

Bidang Penelitian dan Pengembangan


Bidang Penelitian dan Pengembangan adalah unsur Pelaksana sebagian tugas
dan fungsi KARS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Ketua.
Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas membantu Ketua
dalam penelitian dan pengembangan hal-hal yang terkait dengan akreditasi
rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan
dapat dibantu oleh 1 (satu) orang staf atau lebih.

Kelompok Surveior
Kelompok surveior diangkat oleh KARS untuk melaksanakan survei
akreditasi dan memberikan layanan bimbingan pra survei akreditasi rumah
sakit.
Bimbingan pra survei akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilaksanakan oleh surveior yang berbeda dengan pelaksana
survei akreditasi.
Kelompok Surveior terdiri dari Koordinator dan Anggota Surveior.
Koordinator surveior diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.
Surveior berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua.
Surveior harus mematuhi Kode Etik Surveior dan peraturan lainnya yang
ditetapkan oleh KARS.
Jumlah, jenis dan lokasi tempat tinggal surveior sesuai kebutuhan dan
perkembangan akreditasi rumah sakit.
Tugas dan fungsi koordinator surveior diatur lebih lanjut di dalam peraturan
internal KARS.

Tata Kerja
Semua unsur di lingkungan KARS dalam melaksanakan tugasnya wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integritas, sinkronisasi, baik di lingkungan
KARS sendiri maupun dalam hubungannya dengan institusi lain.
Tata laksana akreditasi dan pembinaan pasca akreditasi ditetapkan oleh
Ketua.
Petunjuk pelaksanaan dan Prosedur tetap akreditasi rumah sakit ditetapkan
oleh Ketua.

Pengangkatan, masa jabatan dan pemberhentian


Komisioner diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atas usul Pembina.
Komisioner diangkat untuk masa bakti 3 (tiga) tahun. 3) Komisioner
Komisioner dapat diganti dalam masa bakti keanggotaannya apabila yang
bersangkutan meninggal dunia atau karena sesuatu hal tidak dapat
melaksanakan tugasnya.
Komisioner dapat diganti dalam masa bakti keanggotaannya apabila yang
bersangkutan karena sesuatu hal tidak dapat melaksanaka tugasnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan dan pemberhentian serta
mekanisme kerja komisioner diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Internal
KARS.

Pendanaan
Pendanaan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi KARS bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Kesehatan dan
atau sumber lain yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelaporan
Setiap akhir tahun Ketua membuat laporan pelaksanaan akreditasi rumah
sakit dan kegiatan lain yang terkait kepada Pembina.
Pembina melakukan evaluasi kinerja Ketua dalam pelaksanaan akreditasi
rumah sakit dan kegiatan lain yang terkait dengan akreditasi rumah sakit.
Pembina menyampaikan laporan tersebut kepada Menteri.

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/menkes/per/iii/2010
Pengertian
Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.
Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana
maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh
rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.

Penetapan Kelas

Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dari Menteri.


Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan
akreditasi kelas dibawahnya.
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat
jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang
medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan
manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry,
dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum


Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:


a. Pelayanan
b. Sumber Daya Manusia
c. Peralatan
d. Sarana dan Prasarana
e. Administrasi dan Manajemen.

Rumah Sakit Umum Kelas A


Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5
(lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik
Spesialis Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik
Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan
dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang Non
Klinik.
Kriteria Pelayanan Rumah Sakit Umum kelas A :
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan
Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah,
Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan
Penyakit Mulut.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung
Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga/ Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam
Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat


pelayanan yaitu :
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang
dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6
(enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing
minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3
(tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap.
Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing
minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter
subspesialis sebagai tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan


oleh Menteri :
Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata


laksana, Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar
pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Rumah Sakit Umum Kelas B


Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4
(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik
Spesialis Lainnya dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik
Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Keperawatan
dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non
Klinik.
Kriteria Pelayanan Rumah Sakit Umum kelas B :
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13
(tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf,
Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,
Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan
Ginekologi.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam
Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat


pelayanan yaitu :
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter
umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga
tetap.
Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik harus ada masing-masing
minimal 2 (dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu )
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing
minimal 1 (satu) orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang dokter subspesialis
sebagai tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan


oleh Menteri :
Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.

Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata


laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan,
standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Rumah Sakit Umum Kelas C


Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan
4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
Kriteria Pelayanan Rumah Sakit Umum kelas C :
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawa darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga /Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat


pelayanan yaitu :
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter
umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan


oleh Menteri :
Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata


laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.Tata laksana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar
pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Rumah Sakit Umum Kelas D


Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
Kriteria Pelayanan Rumah Sakit Umum kelas D :
Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan
resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat)
jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga / Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah,
Gudang, Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran,
Pengelolaan Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.

Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat


pelayanan yaitu :
Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter
umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1
(satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar
dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.

Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan


oleh Menteri :
Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh Menteri.
Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal,serta administrasi umum dan keuangan. Tatakelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi, standar
pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.

Rumah Sakit Khusus


Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak,
Jantung, Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat,
Stroke, Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga
Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan Kelamin.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan
b. Sumber Daya Manusia
c. Peralatan
d. Sarana dan Prasarana
e. Administrasi dan Manajemen
Klasifikasi dari unsur pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai
kekhususannya, Pelayanan Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik, Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Kriteria klasifikasi dari unsur sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada
Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Spesialis sesuai kekhususannya,
Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Keperawatan dan Penunjang Klinik.
Kriteria klasifikasi dari unsur administrasi dan manajemen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana. Struktur
organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan dan uraian jabatan, tata hubungan
kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws & medical staff bylaws.
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan
klasifikasinya berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan ini. Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan
kekhususannya.

Anda mungkin juga menyukai