Anda di halaman 1dari 144

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DASAR DASAR PENGGUNAAN KAYU

Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama

dikenal masyarakat, didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di

alam dan dapat diperbaharui secara alami.Faktor-faktor seperti

kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai dengan lingkungan

(environmental compatibility) telah membuat kayu menjadi bahan

konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light construction).

Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh

kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi keindahannya.

Secara alami kayu memiliki bermacam-macam warna dan bentuk serat,

sehingga untuk bangunan expose material kayu tidak banyak memerlukan

perlakuan tambahan.

Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu diperhatikan

sifatsifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhi

kekuatan kayu, sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan

kayu.Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan

keterbatasan kayu alami yang lurus dan relative panjang sudah jarang

didapatkan, serta kayu dengan tingkat kekuatan yang tinggi sidah semakin

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
2

berkurang.Oleh karena itu, maka teknologi sambungan dan komposit

material sangat penting pada perancangan struktur kayu.

1.2 BAGIAN-BAGIAN PENAMPANG KAYU

Kelompok-kelompok sel kayu bergabung membentuk bagian/anatomi

pohon. Sebatang pohon dipotong melintang akan diperoleh secara kasar

gambaran dan bagian-bagian kayu seperti terlihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 1.1 Potongan Kayu Melintang

1) Kulit,

Kulit adalah bagian terluar dari kayu, merupakan lapisan yang

padat dan cukup kasar. Kulit berfungsi sebagai:

a. Sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu

dari pengaruh iklim, serangga atau jamur dan lain sebagainya.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
3

b. Sebagai jalan lewatnya cairan bahan makanan dari akar di

dalam tanah ke daun di pucuk-pucuk daun.

2) Kambium

Yaitu jaringan yang berupa lapisan tipis dan bening, yang melingkar

pada pohon Kambium ke arah luar membentuk kulit baru dan kea

rah dalam membentuk kayu yang baru. Dengan kata lain kambium

berfungsi sebagai tempat pertumbuhan sel-sel kayu.Dengan

adanya cambium ini maka pohon bertambah lama bertambah

besar.

3) Kayu Gubal

Kayu Gubal adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang masih

hidup dan masih berfungsi. Bagian ini berfungsi menyalurkan

bahan makanan dari daun ke bagian-bagian pohon yang lain.

Ketebalan bagian ini 2 cm sampai 10 cm.

4) Kayu Keras

Selanjutnya di sebelah dalam dari lapisan kayu gubal terdapat

bagian kayu yang warnanya lebih gelap disebut dengan kayu teras

(heartwood), berfungsi sebagai penguat pohon karena memiliki

dinding sel yang lebih tebal dan kuat.Pada bagian ini tidak terdapat

zat-zat makanan, sehingga jika dipakai sebagai bahan konstruksi

akan awet.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
4

5) Hati,

Merupakan bagian kayu yang terdapat di pusat.Hati ini asalnya dari

kayu awal, yaitu kayu yang pertama tama dibentuk oleh cambium

dan bersifat rapuh.

6) Serat

Arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda, ada

kayu berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang

ukurannya kecil, sedang, besar.Serat ini sebenarnya susunan sel-

sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-

panjang.Ukuran relative sel-sel kayu disebut tekstur.

7) Pori-pori

Sebetulnya pori-pori kayu adalah sel-sel pembuluh kayu yang

terpotong, sehingga memberi kesan lobang kecil (pori-pori).Ukuran

besarnya pori-pori ini untuk setiap jenis kayu berbeda-beda.

8) Jari-jari kayu

Sebenarnya jari-jari kayu ang dibentuk dengan susunan sel secara

radial, artinya dari luar menuju ke pusat.Jaringan ini disebut

jaringan radial.

Lingkaran tumbuh, kondisi pertumbuhan pohon ditentukan oleh

lingkungan dimana pohon tersebut tumbuh, yaitu iklim.Dimana di daerah-

daerah yang mempunyai perbedaan musim yang jelas, pengaruh iklim

terhadap pembentukan lingkaran tumbuh lebih jelas daripada di negara-

negara daerah tropis.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
5

Pohon dapat dibedakan atas dua golongan besar, yaitu: jenis-jenis kayu

dari golongan kayu daun lebar dan jenis-jenis kayu dari golongan kayu

daun jarum.

Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan dialam.

Tumbuh-tumbuhan ini dipengaruhi oleh kondisi di tempat ia tumbuh.

Pengaruh ini memberikan sifat/keadaan yang berbeda-beda dari setiapa

jenis kayu yang tumbuh diberbagai tempat dengan kondisi yang berlainan

pula.Perbedaan tercermin pada pola dan ukuran serat, pori-pori, zat

pengisi kayu, berat jenis, kekerasan kayu dan sebagainya.

1.3 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KAYU SEBAGAI BAHAN

BANGUNAN

Pada umumnya keuntungan dan kerugian dari kayu sebagai bahan

konstruksi adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan

a. Relatif mempunyai kekuatan yang tinggi, dan berat sendiri

yang rendah.

b. Memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap pengaruh

kimia dan listrik.

c. Mudah dikerjakan.

d. Relatif murah dan mudah didapat (diIndonesia)

e. Mudah diganti dengan waktu singkat.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
6

2. Kerugian

a. Kurang homogeny dengan cacat-cacat alam, seperti arah

serat kayu yang membentuk penampang, spiral dan

diagonal, mata kayu dan lain sebagainya.

Homogenitas (sifat keserbasamaan) artinya tiap-tiap bagian

mempunyai sifat fisik yang sama.

b. Daya muai dan susut yang besar.

c. Kurang awet.

d. Pada pembebanan jangka panjang, lendutan cukup besar.

1.4 SIFAT-SIFAT KAYU

Kayu merupakan bahan alam yang tidak homogen. Ketidakhomogenan ini

disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan

pertumbuhan yang sering tidak sama. Oleh karena itu , sifat-sifat fisik dan

sifat-sifat mekanik pada arah longitudinal, radial dan tangensial tidak

sama. Kekuatan kayu pada arah longitudinal (X) lebih besar dibandingkan

dengan arah radial (R) ataupun tangensial (T) dan angka kembang susut

pada arah longitudinal lebih kecil dari pada arah radial maupun arah

tangensial.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
7

Gambar 1.2 Arah-Arah Gaya Terhadap Serat Kayu

1.4.1 Kembang Susut

Gambar 1.3 Penyusutan Kayu dalam Arah Pengergajian

Kayu akan mengembang bila kadar lengasnya bertambah dan

menyusut bila kadar lengasnya berkurang. Besarnya kembang

susut tidaklah sama dalam berbagai arah. Kita membedakan tiga

macam arah yaitu: arah radial (menuju kepusat), arah tangensial

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
8

(searah dengan garis singgung) serta arah axial (sejajar dengan

arah panjang batang).

Untuk semua jenis kayu, kembang susut dipengaruhi oleh derajat

panas dan angka rapat kayu dan rata-rata besarnya adalah:

- Tangensial : 4% - 14%

- Radial : 2% - 8%

- Axial : 0.1% - 0.2%

- Volumetric : 7% - 21%

1.4.2 Sifat-sifat Fisik Kayu

a. Kandungan Air

Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan

yang sangat erat dengan air baik berupa cairan maupun uap.

Kemampuan menyerap dan melepaskan air sangat tergantung dari

kondisi lingkungan seperti temperature dan kelembaban udara.

Kandungan air yang terdapat pada sebuah pohon kayu sangatlah

bervariasi, tergantung pada jenis spesiesnya. Dalam satu spesies yang

sama terjadi pula perbedaan kandungan air yang disebabkan oleh

umur, ukuran pohon dan lokasi penanamannya. Pada bagian batang

sebuah kayu terjadi perbedaan kandungan air, kandungan air pada

kayu gubal lebih banyak dari pada kayu teras.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
9

Air yang terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk, yaitu

airbebas (free water) yang terletak di antara sel-sel kayu dan air ikat

(bound water) yang terletak pada dinding sel. Selama air bebas masih

ada, maka dinding sel kayu akan tetap jenuh. Air bebas merupakan air

pertama yang akan berkurang seiring dengan proses pengeringan,

pengeringan selanjutnya akan mengurangi air ikat pada dinding sel.

Ketika batang kayu mulia diolah (ditebang dan dibentuk), kandungan

air pada batang berkisar antara 40% hingga 300%. Kandungan air ini

dinamakan kandungan air segar. Setelah kayu ditebang dan mulai

dibentuk atau diolah, kandungan air mulai bergerak keluar. Suatu

kondisi dimana air bebas yang terletak antara sel-sel sudah habis,

sedangkan air ikat pada dinding sel masih jenuh dinamakan titik jenuh

serat (fibre saturation point). Kandungan air pada

saat titik jenuh serat berkisar antara 25% sampai 30% bergantung

pada jenis kayu itu sendiri.

Pengeringan selanjutnya (kadar air di bawah titik jenuh serat) akan

mengurangi kandungan air ikat pada dinding sel, menyebabkan

terjadinya perubahan dimensi tampang melintang batang kayu,

peningkatan kepadatan, peningkatan sifat-sifat mekanik dan

ketahanan lapuk. Kandungan air pada kayu akan sangat dipengaruhi

oleh kelembaban udara lingkungan. Bila kelembaban udara lingkungan

meningkat, maka kandungan air pada kayu akan meningkat pula, dan

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
10

begitu pula sebaliknya. Pada lingkungan yang memiliki kelembaban

udara yang stabil, maka kandungan air pada kayu juga akan cendrung

tetap.

Kondisi kandungan air pada kayu yang tetap ini disebut kadar air

seimbang (equilibrium moisture content) berkisar antara 12%

sampai 17%.

b. Kepadatan dan Berat Jenis

Kepadatan atau berat unit sebuah kayu dinyatakan sebagai berat per

unit volume.Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui porositas atau

prosentase rongga/void.Kepadatan dan volume sangat bergantung

pada kandungan air.Kepadatan akan kecil pada inti kayu bagian dasar

dan akan meningkat tajam ke arah luar penampang (cross section)

dan meningkat secara perlahan ke arah ketinggian.

Kepadatan suatu jenis kayu dapat dihitung dengan cara

membandingkan antara berat kering kayu dengan volume basah. Berat

kering kayu dapat diperoleh dengan cara menyimpan specimen kayu

dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam atau hingga berat

specimen kayu tetap. Berat jenis adalah perbandingan antara

kepadatan kayu dengan kepadatan air pada volume yang sama.

Kayu terdiri dari bagian padat/sel kayu, air dan udara.Volume adalah

jumlah dari volume bagian padat, volume air dan volume udara.Ketika

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
11

kayu dimasukkan ke dalam oven atau dikeringkan, maka volume yang

tetap tinggal adalah volume bagian padat dan volume udara saja,

sedangkan airnya sudah menguap/hilang.

c. Cacat Kayu

Kerusakan atau cacat pada kayu dapat mengurangi kekuatan dan

bahkan kayu yang cacat tersebut tidak dipakai sebagai bahan

konstruksi.Cacat kayu yangsering terjadi adalah mata kayu,

retak/belah, pecah, pingul, serat miring, gubal, lubang serangga, serta

lapuk dan hati rapuh.

d. Mata kayu

Sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas cabang

kayu yang patah.Pada daerah mata kayu terjadi pembengkokkan arah

serat, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Menurut Desch dan

Dinwoodie (1981), penurunan kekuatan akibat mata kayu pada kuat

geser dan kuat tekan tegak lurus tegak lurus serat relatif kecil, pada

kuat tekan sejajar serat cukup besar, dan penurunan kekuatan

yangpaling besar terjadi pada kuat tarik sejajarserat. Untuk keperluan

konstruksi, dihindari penggunaan batang kayu yang memiliki mata

kayu.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
12

Gambar 1.4 Cacat Pada Kayu

e. Retak/belah

Pada kayu terjadi karena proses penurunan kandungan air

(pengeringan) yang terlalu cepat. Proses pengeringan ini memaksa air

pada batang bagian dalam kayu untuk segera keluar, sehingga

terbentuklah retak. Pada batang kayu yang tipis, retak dapat terjadi

lebih besar dan disebut dengan belah.Pecahdapat disebabkan karena

jatuh saat menebang.Pingul merupakan kayu yang tidakpersegian,

terjadi karena kembang susut.Kondisi lingkungan yang memiliki

kelembaban udara tidak tetap (fluktuatif) dapat menyebabkan ukuran

batang kayu tidak stabil. Proses penyusutan (shrinkage) batang kayu

terjadi apabila kelembaban udara di sekitar batang kayu memaksa air

pada batang kayu keluar, dan sebaliknya apabila kandungan air pada

kayu meningkat akibat tingginya kelembaban udara, maka batang kayu

akan mengembang (swalling). Besarnya kembang susut paling kecil

terjadi pada arah longitudinal, sedangkan kembang susut paling besar

terjadi pada arah longitudinal.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
13

1.4.3 Sifat-sifat Mekanik Kayu

a. Hubungan Arah Serat dan Arah Gaya

Kayu adalah benda anisotrop (non isotropic material) oleh

karenanya sifat mekanik ke berbagai arah tidaklah sama. Untuk

membedakan sifat mekanik tersebut ada tiga sumbu yang saling

tegak lurus sesamanya yaitu aksial (sejajar arah serat), radial

(menuju kepusat), dan tangensial ( menurut arah garis singgung).

Arah ketiga sumbu tersebut, masing-masing menyebabkan hasil

yang berbeda-beda pada modulus kenyal, kuat tarik, kuat desak,

kuat lentur, puntiran dan kuat geser pada kayu (Wiryomantoro,

1976).

Gambar 1.5 Sumbu Orientasi Kayu

Sumber: Judith J. Stalnaker and Ernest C. Harris, Structural Design in Wood, 1989.

Sifat-sifat mekanik kearah tangensial dan radial tidak banyak bedanya,

jadi yang ditinjau adalah sumbu arah serat (X) dan tegak lurus serat

(Y).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
14

Berdasarkan sifat-sifat arah serat kayu, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut (Wiryomantoro, 1976, p. 19):

a. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar serat disbanding

tegak lurus serat. ( // > )

b. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar serat dibandingkan

gaya tekan sejajar serat.( // > // ), menurut PKKI 1961

NI-5 dianggap ( // = // ).

c. Kayu lebih kuat mendukung gaya tekan sejajar serat

dibandingkan tegak lurus serat. ( // > ).

d. Kayu lebih kuat mendukung gaya geser tegak lurus serat

dibanding sejajar serat. ( > //).

b. Kuat Tarik Sejajar Serat

Elemen kontruksi yang menerima beban tarik dapat dengan mudah

kita temukan pada konstruksi rangka. Kuat tarik dapat dihitung dengan

cara membagi beban tarik dengan luas tampang (cross section).

Kayu memiliki kuat tarik yang lebih besar pada arah panjang batang

(sejajar serat) dari pada arah radial (tegak lurus serat), sehingga pada

konstruksi kayu harus dihindari pembebanan tarik yang tegak lurus

serat kayu.Kegagalan tarik memiliki kecendrungan untuk bergerak

melalui bagian yang lebih rendah kepadatannya (kayu muda/gubal),

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
15

tetapi berbentuk zig-zag pada kayu yang kepadatannya tinggi (kayu

teras).

Apabila batang kayu ditarik dengan beban tarik tertentu, maka panjang

batang kayu akan bertambah. Regangan didefinisikan sebagai nilai

banding antara pertambahan panjang dengan panjang batang awal.

Untuk regangan yangkecil biasanya terjadi secara linier-elastik,

sedangkan untuk nilai regangan yang besar terjadi secara nonlinier-

nonelastik seperti diperlihatkan pada dibawah ini:

Gambar 1.6 Diagram Regangan dan Tegangan Kayu

c. Modulus of Elasticity(MOE)

Merupakan angka kemiringan titik sebanding atau e / e.Dimana e

adalah tegangan sebanding, dan e adalah regangan sebanding. Nilai

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
16

MOE menunjukkan perilaku elastisitas suatu bahan dimana regangan

yang terjadi akibat penambahan beban akan hilang apabila beban

kerja tersebut dihilangkan.

Persamaan E = / , dikenal sebagai persamaan Hook yang berlaku

pada semua bahan yang bersifat elastic seperti karet, sedangkan kayu

memilki daerah elastisitas dan nonelastisitas pada kurva tegangan-

regangannya. Namun karena mudahnya penggunaan persamaan

Hook ini, maka analisis struktur kayu masihdibatasi pada daerah

elastisitas saja.

d. Kuat Tekan Sejajar Serat

Batang yang mengalami gaya tekan dijumpai pada konstruksi kuda-

kuda dan elemen kolom pada portal. Kuat tekan dapat diperoleh

dengan cara membagi besar gaya tekan dengan luas tampang batang.

Menurut Koebler (1980), untuk batang yang memiliki panjang lebih dari

11 kali tebal batang, kegagalan tekan batang akan disertai dengan

munculnya tekuk atau buckling pada batang.

Menurut Somaji (1995), kuat tekan kayu pada arah tegak lurus serat

berkisar antara 12% sampai 18% dari kuat tekan sejajar serat. Kuat

tekan kayu baik arah sejajar serat maupun arah tegak lurus serat akan

meningkat apabila kadar air menurun. Untuk kadar air di bawah 30%

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
17

(titik jenuh serat), penururnan setiap 1% kandungan air akan

meningkatkabn kuat tekan antara 4% sampai 6%.

e. Kuat Lentur

Kuat lentur kayu merupakan salah satu sifat mekanik kayu yang

tertinggi, bila dibandingkan dengan sifat mekanik yang lain seperti kuat

tartik, kuat tekan, maupun kuat geser. Akibat kuat lentur yang tinggi

dan berat jenis yang kecilmenyebabkan kayu banyak dipakai untuk

elemen lentur pada struktur ringan.

Tegangan lentur dari suatu tampang yang memilki momen lembam (I)

dan bending momen (M) dapat dihitung dengan persamaan :

,dimana y adalah jarak dari garis netral ketitik yang ditinjau tegangan

lenturnya. Akibat bending momen M, pada sisi atas tampang batang

akan mengalami gaya tekan, sedangkan pada sisi bawah akan

mengalami tarik. Seiring dengan meningkatnya bending momen, maka

daerah sisi tekan akan membesar, sehingga letak garis netral akan

bergerak ke bawah. Urutan kegagalan sangat ditentukan oleh jenis

kayu itu sendiri, sebagai contoh untuk kayu-kayu yang tidak diawetkan,

kegagalan diawali pada daerah tekan, kemudian diikuti oleh kegagalan

daerah tarik atau daerah geser.Tegangan lentur maksimum yang

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
18

terjadi pada saat keruntuhan dikenal dengan istilah Modulus of Repture

(MOR).

f. Kuat Geser Sejajar Serat

Pada batang yang mengalami beban bending momen seringkali

disertai dengan gaya geser. Kekuatan geser kayu akan didukung oleh

zat lignin, oleh karena itu kuat geser kayu merupakan sifat mekanik

kayu yang paling lemah disbanding dengan sifat mekanik lainnya.

Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang lebih kecil dibandingkan

dengan kuat geser tegak lurus serat. Cacat kayu seperti retak atau

mata kayu akan sangat mempengaruhi kuat geser kayu.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
19

BAB II

PERATURAN PERENCANAAN STRUKTUR KAYU

Penggunaan kayu sebagai bahan struktur tidak boleh dirancang

hanyaberdasarkan pengalaman, perasaan maupun perkiraan.

Perhitungan struktur kayu harusdidasarkan atas pengetahuan ilmu gaya.

Meskipun demikian dalam perancangan,penggunaan pengalaman hasil

struktur kayu yang telah ada, dapat memberikan arahan danpandangan

awal yang bermanfaat.Dengan demikian, mulai penetapan beban yang

bekerja, perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada struktur, penetapan

ukuran, sambungan dan lain-lain, harus dilakukansecara rasional dan

mengacu pada peraturan serta norma keilmuan yang berlaku.

2.1 ATURAN PENERAPAN PEMBEBANAN

Penetapan besarnya muatan-muatan (beban) yang bekerja pada struktur,

harus mengacu pada ketetapan / peraturan yang berlaku, misalnya : Dana

Normalisasi Indonesia NI-02006, NI-02007, Peraturan-peraturan

pembebanan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum,

Tenaga Perum Kereta Api, dan sebagainya.

Menurut kombinasinya, pembebanan dapat dibagi menjadi tiga macam,

yaitu :beban tetap, beban sementara (beban tidak tetap), dan beban

khusus. Beban tetap adalah beban yang berlangsung selama lebih dari 3

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
20

bulan dan beban bergerak yang bersifat tetapatau terus menerus seperti

berat sendiri, tekanan tanah, tekanan air, barang-baranggudang,

kendaraan diatas jembatan, dan sebagainya.

Beban sementara adalah beban yang berlangsung kurang dari 3 bulan

dan muatan bergerak yang bersifat tidak tetap atau terus menerus, sepeti

berat orang yang berkumpul (misalnya : untuk ruangan pertemuan, kantor,

dan sebagainya).

Sedang beban khusus adalah beban tetap atau beban sementara yang di

tambah dengan beban yang sifatnya khusus, yaitu beban yang bekerja

pada struktur atau bagian struktur yang terjadi akibat selisih suhu,

pengangkatan atau penurunan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya

tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal

dari keran, gaya sentrifugal, dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-

mesin serta pengaruh khusus lainnya.

2.1.1 Ukuran Penampang Kayu Minimum

Ukuran penampang balok minimum yang digunakan mengacu pada Pasal

9 dan Pasal 10 PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia), yang isi

pokoknya terdapat pada pernyataan dibawah ini. PKKI Pasal 9 :

Ukuran salah satu sisi (lebar/tinggi) balok kayu yang digunakan

sebagai bagian struktur rangka batang paling kecil adalah 4 cm,

dengan luas penampangnya lebih besar 32 cm2.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
21

Apabila batang itu terdiri lebih dari satu bagian maka syarat-syarat

tersebut untuk keseluruhan tampang.

Untuk struktur dengan paku atau perekat, syarat-syarat tersebut

tidak berlaku. PKKI Pasal 10 :

Perhitungan ukuran dan luas penampang akibat adanya

perlemahan, pada batangbatang tarik dan bagian-bagian struktur

yang dibebani dengan tegangan lentur harus diperhitungkan.

Untuk batang yang menahan tegangan desak, perlemahan akibat

alat sambung tidak perlu diperhitungkan (dengan catatan bahwa

lubang tersebut tertutup oleh alat sambung).

Tetapi apabila dalam kenyataannya lubang tersebut tidak tertutup,

maka lubang tersebut harus diperhitungkan sebagai perlemahan.

2.1.2 Lendutan Maksimun Yang Diijinkan

Penetapan besarnya lendutan yang diijinkan pada struktur kayu, diatur

melalui Pasal 12 ayat 5 PKKI, dengan isi pokok sebagai berikut :

Lendutan maksimum yang diperbolehkan, untuk balok pada struktur

terlindung <L/300 panjang bentang, dengan L adalah panjang

bentang.

Untuk balok pada struktur tidak terlindung < L/400 panjang

bentang.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
22

Untuk balok yang digunakan pada struktur kuda-kuda, misalnya

gording, < L/200panjang bentang.

Untuk rangka batang yang tidak terlindung < L/700 panjang

bentang.

2.1.3 Modulus Elastisitas Kayu

Pada perencanaan perhitungan batang desak dan batang terlentur

beberapa rumusmembutuhkan Modulus Elastis Kayu (dilambangkan

dengan huruf E).Modulus Elastisdiperlukan untuk menghitung perubahan

bentuk elastis, besarnya berbeda-beda menurut kelas kuat kayunya,

sebagaimana tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel 1. Modulus Elastis ( E ) Kayu sejajar Serat

Modulus Elastis Kayu


Kelas Kuat Kayu
(kg/cm2)
I 125.000

II 100.000

III 80.000

IV 60.000

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
23

2.1.4 Tegangan Ijin Kayu

Tegangan kayu yang diijinkan (atau sering disebut tegangan ijin)

merupakan besaran (dalam satuan kg/cm2) yang menyatakan tegangan

kayu yang diperkenankan dipakai dalam perhitungan-perhitungan.

Tegangan ijin dibedakan menurut gaya yang bekerja dan arah bekerjanya

gaya, yaitu :


= tegangan ijin lentur


//= tegangan ijin desak sejajar serat


//= tegangan ijin tarik sejajar serat


= tegangan ijin desak tegak lurus serat

//= tegangan ijin geser sejajar serat

Besarnya tegangan ijin diatastergantung dengan kelas kuat kayu.

Tengan Ijin Kayu yang diperkenankan untuk kayu mutu (A), sesuai daftar

II (PKKI-61) adalah sebagai berikut:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
24

Tabel 2. Tegangan Ijin Untuk Tiap Kelas Kuat Kayu

Kelas Kuat
Tegangan
Jati
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
(kg/cm2)
I II III IV V
150 100 75 50 - 130

// =
// 130 85 60 45 - 110

40 25 15 10 - 30

// 20 12 8 5 - 15

Tegangan yang diperkenankan (ijin) dalam daftar II (PKKI-61) untuk

kayu mutu (A) harus digandakan dengan faktor (f) 0.75, jika dalam

perencanaan menggunakan mutu kayu (B).

Mutu Kayu

MUTU A MUTU B

1. Kadar lengas kering 1. Kadar lengas kering

udara udara

12-18%; rata-rata 15% 30%

2. Mata kayu 2. Mata kayu

d1 1/6h ; d2 1/6b d1 1/4h ;d2 1/4b


d1 3.5 cm ;d2 3.5 cm d1 5 cm ;d2 5 cm

3. Wanvlak 3. Wanvlak

e1 1/10h ; e2 1/10b e1 1/10h ; e2 1/10b


b = lebar balok

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
25

h = tinggi balok

4. Miring arah serat 4. Miring arah serat

Tg 1/10 Tg 1/7

5. Retak-retak 5. Retak-retak

Hr 1/4 b ; ht 1/5 b Hr 1/3 b ; ht 1/4 b

Berat Jenis

Korelasi tegangan yang diperkenankan (tegangan ijin) untuk kayu

mutu (A), dihubungkan dengan berat jenis kayu (Bj) = g.


//=
// =

//=

dimana:

g = berat jenis kayu kering udara


//=


//=

//=

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
26

Angka-angka tegangan ijin kayu di atas digandakan dengan faktor-faktor:

Faktor 0.75, jika yang digunakan adalah kayu mutu (B).

Faktor kondisi alam ( )

a. 2/3

Untuk konstruksi yang selalu terendam air.

Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi dan

kemungkinan besar kadar lengas kayu selalu tinggi.

b. 5/6

Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi, tetapi kayu itu

dapat mongering dengan cepat.

Faktor kondisi pembebanan ( )

a. 5/4

Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh

muatan tetap dan angina.

Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh

muatan tetap dan tidak tetap.

Bila arah gaya batang membentuk sudut ( ) dengan arah serat

kayu, maka perhitungan tegangan yang diijinkan harus

menggunakan rumus sebagai berikut:

// (
= ).
//

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
27

Dimana:


= tegangan tekan arah yang diijinkan


// = tegangan tekan sejajar serat yang diijinkan


= tegangan tekan tegak lurus serat yang diijinkan

Sedangkan menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

Indonesia digunakan perumusan:

.
= .
sin2 + cos2

Dimana:

= tahanan tumpu terkoreksi dimana gaya tumpunya membuat


sudut sebesar terhadap serat kayu.

= luas bidang tumpu netto.

= kuat tumpu terkoreksi pada ujung kolom.

= kuat tumpu terkoreksi tegak lurus serat.

= sudut antara gaya tumpu dengan arah serat kayu dimana


=900 untuk gaya tumpu yang membuat sudut tegak lurus terhadap
arah serat kayu.

Bila adalah 800 atau lebih, maka bidang tumpu dapat dianggap

tegak lurus terhadap arah serat kayu, dan ketentuan mengenai

panjang bidang tumpu.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
28

-90
-90

Gambar 2.1 Tegangan Ijin Desak Kayu Dengan Sudut

Dengan = tegangan ijin desak kayu dengan sudut ( )

terhadap serat kayu.

2.1.5 Penyimpangan Arah Serat

Gambar 2.2Arah Serat Kayu

Sumber: Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, PKKI 1961 NI-5

Serat-serat pada balok kayu umumnya tidak sejajar dengan arah



memanjang balok.Jika penyimpangan itu dinyatakan dalam tan =

seperti gambar 2.2.menurut PKKI 1961 NI-5 besarnya tan dibatasi untuk

kayu mutu A < 1/10 dan untuk kayu mutu B < 1/7.

Sedangkan menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu

Indonesia besarnya tan dibatasi untuk kayu mutu A< 1/13, kayu mutu B

< 1/10 dan kayu mutu C < 1/6. Oleh karena itu didalam memilih batang-

batang kayu arah serat seperti itu harus diteliti juga.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
29

2.1.6 Mata Kayu dan Cacat-Cacat Lainnya

Mata kayu pada batang-batang pohon tidak dapat dihindari pengaruhnya

terhadap kayu sebagai bahan konstruksi.Sedangkan kita mengetahui,

bahwa mata kayu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuatan

kayu.Pengaruh itu tergantung pada letak mata kayu itu sendiri

(Wiryomartono, 1976).

a. Untuk balok yang mendukung momen, apabila mata kayu terletak di

bagian yang tertarik akan sangat besar pengurangannya terhadap

kekuatan kayu. Hal ini disebabkan karena di samping adanya mata

kayu itu sendiri yang menimbulkan perlemahan, juga menyebabkan

arah serat kayu disekitar tempat itu tidak menjadi lurus lagi, sehingga

terjadilah penyimpangan arah serat. Apabila letaknya mata kayu di

bagian yang terdesak, pengaruh tidak telalu besar, sedangkan bila

terletak dibagian netral, maka pengaruhnya lebih kecil lagi.

b. Untuk batang desak (kolom) pengaruhnya tergantung daripada

panjang bentang, semakin langsing semakin kecil pegaruhnya mata

kayu etrsebut.

c. Untuk batang tarik, mata kayu mempunyai pengaruh yang sangat

besar terhadap kekuatan kayu, yaitu sangat mengurangi kekuatan

batang kayu.

d. Mata kayu hanya kecil sekali pengaruhnya pada daya dukung kayu

terhadap tegangan geser sejajar serat.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
30

e. Cacat-cacat lainnya seperti retak serat yang timbul di ujung, retak

gelang tahun, retak serat sejajar dengan batang pohon, pengaruhnya

tidaklah begitu besar terhadap kekuatan kayu.

2.1.7 Tegangan Ijin Baja Pada Konstruksi Kayu

Beberapa bagian dari pekerjaan struktur kayu menggunakan bahan baja.

Misalnya sebagai alat penyambung, baut, plat penghubung dan lain-

lainnya. Untuk perhitungan kekuatan PKKI menetapkan tegangan ijin baja

sebagai berikut

Tegangan-tegangan ijin terhadap beban tarikan, desak, lenturan,

untuk baja St-37 yangumum dipakai pada struktur kayu adalah

1200 kg/cm2.

Untuk batang-batang baut dan anker, hanya boleh diambil 1000

kg/cm2. Tegangangeser untuk baut pas 800 kg/cm2 dan untuk baut

biasa 600 kg/cm2.

2.1.8 Ukuran Lebar Bentang Pada Batang Terlentur

Di dalam PKKI Pasal 12 tertulis bahwa penetapan ukuran jarak bentang

pada struktur terlentur mengikuti syarat - syarat sebagai berikut :

Panjang perletakan dari sebuah balok di atas dua perletakan harus

diambil setinggi tingginya L/20 jarak antara kedua ujung perletakan.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
31

Sebagai jarak bentang harus diambil jarak antara kedua titik

tengahperletakan tersebut dan setinggi - tingginya 1,05 kali jarak

antara ujung perletakan.

Gambar 2.3 Lebar Bentang Batang Lentur

Apabila perletakan-perletakan berupa sendi, maka sebagai jarak

bentang lurus diambil jarak antara kedua titik sendi tersebut.

Jika sebuah balok atau pelat itu merupakan balok tersusun, maka

sebagai jarak bentang masing-masing lapangan harus diambil jarak

antara titik tengah-tengah masing-masing perletakan. Pada balok

tersusun masing-masing lapangan dapat dianggap seperti terletak

diatas dua perletakan. Sedangkan tegangan lentur yang

diperkenankan untuk balok tersebut boleh dinaikan 10 %.

Gambar 2.4 Lebar Bentang Balok Dengan Tunjang

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
32

Pada balok dengan tunjang, sebagai jarak bentang harus diambil : l =

(l1 + l2) / 2.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
33

BAB III

PERENCANAAN BATANG SEDERHANA

3.1 TINJAUAN UMUM

Dalam merancang struktur kayu, hal penting pertama yang harus di

lakukan adalah menetapkan besarnya gaya yang bekerja pada batang,

kemudian menetapkan besarnya tegangan ijin kayu dengan

memperhatikan kondisi struktur serta pembenannya. Dari hasil tersebut,

dengan memperhitungkan perlemahan-perlemahan akibat alat-alat

sambung (jika ada), luas batang yang dibutuhkan diperoleh, serta ukuran

(dimensi) batang dapat ditentukan.

Setelah langkah-langkah tersebut di laksanakan, maka sambungan-

sambungan kayu yang diperlukan dapat di rencanakan. Hal terakhir yang

harus dilaksanakan adalah control terhadap defleksi maksimumnya., maka

perancangan harus diulangi dari awal, dengan cara merubah ukuran

batangnya berdasarkan berdasarkan defleksi maksimumnya (dapat juga

berdasarkan tegangan ijinnya, dengan merubah jenis kayu yang dipakai).

3.2 PERENCANAAN BATANG TARIK

Seperti yang telah diuraikan diatas, dalam merancang struktur kayu, hal

penting pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya gaya

yang bekerja pada batang, kemudian menetapkan besarnya tegangan ijin

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
34

kayu. Berbeda dengan bahan betondan baja yang mempunyai tegangan

ijin relatif tetap, tegangan ijin kayu berubah-ubah.Tegangan ijin kayu akan

berbeda bila arah serat dan arah gayanya berbeda. Demikian jugauntuk

kayu yang sama, tegangan ijin kayu akan berbeda bila mutu kayu, sifat

pembebanan dan keadaan kelengasan berbeda.

Setelah gaya batang yang bekerja diketahui, tinggalah menentukan

besarnya ukuran batang tersebut. Untuk keperluan itu diperlukan

ketentuan bahwa besarnya tegangan tarik yang terjadi harus lebih kecil

dari pada tegangan ijin kayu.


// = //

Dimana: P = gaya tarik pada batang (kg)

Fnt = luas penampang bersih (netto), adalah luasan


penampang yang telah dikurangi dengan luas akibat
perlemahan alat sambung (cm2)

// = tegangan tarik yang terjadi sejajar serat ( kg/cm2)

// = tegangan ijin tarik sejajar serat (kg/cm2)


Dengan demikian kebutuhan luas penampang besih (netto) akibat gaya


tarik ,sebesar :


=

//

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
35

Akibat adanya perlemahan, luas batang tarik (Fnt) tersebut mesti


diperbesar sehingga menjadi luas batang tarik yang sebenarnya dipakai,
yaitu sebesar luas brutto (Fbr).Tambahan luas disesuaikan dengan macam
perlemahan yang terjadi, tergantung pada jenis sambungan yang dipakai,
sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Pada sambungan menggunakan
perekat mempunyai besaran Faktor Perlemahan Fp = Fbr/Fnt = 1,00,
artinya tidak terdapat pengurangan atau perlemahan luasan akibat
pemakaian perekat.

Tabel 2. Faktor Perlemahan Akibat Pemakaian Alat Sambung

Macam Alat Sambung Fp = Fbr / Fnt


Perekat 1.00
Paku 1.00 1.15
Baut & Gigi 1.20 1.25
Kokot & Cincin Belah 1.20
Pasak Kayu 1.30

Maka rumus Tegangan Tarik Sejajar Serat dapat ditulis:

.
// =
//

3.3 PERENCANAAN BATANG DESAK (TUNGGAL)

Pada struktur rangka banyak terdapat batang yang menerima beban


desak. Dengan adanya gaya desak maka kemungkinan akan dapat
menimbulkan tertekuknya batang. Besarnya faktor tekuk ini tergantung
dari kondisi struktur pendukungnya dan kelangsingannya.Akibat dua faktor
tersebut mengakibatkan perhitungan lebih panjang (banyak) bila

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
36

dibandingkan dengan batang tarik, namun pada perencanaan batang


desak pengurangan luas akibat sambungan tidak perlu diperhitungkan.

Besarnya kelangsingan () adalah merupakan hasil bagi antara panjang


tekuk (lk) dengan jari-jari lembam minimum (imin).


Dengan: =

= momen inersia minimum (cm4) nilai terkecil dari Ix


atau Iy

= luas penampang bruto (cm2)

= panjang tekuk (cm)

Untuk penampang persegi panjang, maka:


= .

= .

Maka besarnya (imin)


. .
= =
= .
.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
37

Dengan demikian jari-jari lembam minimum (imin) untuk batang tunggal,


dengan penampang persegi panjang bekerja kearah sumbu y sebesar :ix=
0,289 b, dengan b adalah lebar batang.

Besarnya panjang tekuk (lk) tergantung dari kondisi struktur batang. Untuk
batang tekan tertumpu bebas, faktor tekuk sama dengan panjang batang.
Terdapat empat kondisi struktur dengan penetapan panjang tekuk yang
berbeda sebagaimana terlihat pada di bawah ini:


= = = = /

Gambar 3.1 Panjang Tekuk Batang Tekan

Akibat adanya tekukan batang tidak kuat menahan beban desak,


sehingga untuk mencari tegangannya beban harus dikalikan dengan
faktor tekuk ().Besarnya faktor tekuk dapat diperoleh dari Lampiran III.
Besarnya tegangan desak yang terjadi :

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
38

.
// =
//

Dimana: P = gaya desak (kg)

Fbr = luas penampang bruto, tanpa dikurangi perlemahan


akibat alat sambung.

// = tegangan desak yang terjadi (kg/cm2)


// = tegangan desak yang di ijinkan (kg/cm2)

= faktor tekuk, besarnya diambil berdasarkan angka


kelangsingan ()

Untuk mengetahui angka kelangsingan kayu harus diketahui terlebih


dahulu ukuran kayu, padahal dalam perencanaan batang tekan, justru
ukuran kayu itulah yang akandicari. Untuk itu perhitungan mengarah pada
pencarian Iminimum dengan menggunakan rumus EULER (dengan
asumsi angka kelangsingan > 100).

. .
=
.

. .
=
.

Dimana: P = gaya desak yang bekerja (ton)

n = angka keamanan (umumnya 5)

E = modulus elastisitas (kg/cm2)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
39

= panjang tekuk

= 22/7

Jika kita coba:

= 10

E = 100.000 (kg/cm2), untuk kayu kelas kuat (II)

n = diambil 5

1P (ton) = 1000 P (kg)

1 lk2 (m) = 10.000 lk2 (cm2)

Maka:
. . . .
= = = . .
. .

Dengan satuan:Imin(cm4), P (ton), lk (meter)

Sehingga didapat untuk berbagai kelas kuat kayu:

I E = 125.000 kg/cm2 Imin= 40 . P . lk2

II E = 100.000 kg/cm2 Imin= 50 . P . lk2

III E = 80.000 kg/cm2 Imin= 60 . P . lk2

IV E = 60.000 kg/cm2 Imin= 80 . P . lk2

V E = 40.000 kg/cm2 Imin= 125 . P . lk2

(Imin) merupakan fungsi dari ukuran penampang.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
40

3.4 BATANG TEKAN BERPENAMPANG GANDA

Pada batang berganda, untuk menghitung momen lembam terhadap


sumbu-sumbu bahan (sumbu X), dapat menganggap batang ganda
tersebut sebagai batang tunggal dengan lebar sama dengan lebar jumlah
masing-masing bagian, sehingga terdapat ix = 0,289 h.

Untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu bebas bahan dapat


dipakai rumus sebagai berikut :


= ( + )

Dimana: = momen lembam rencana

= momen lembam menurut perhitungan teori

= momen lembam geser, dengan anggapan setiap


bagian digeser sehingga menjadi satu kesatuan

Gambar 3.2 Penampang Melintang Batang Ganda

Apabila masing-masing bagian a > 2b, maka dalam menghitung Itdiambila


= 2b.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
41

Masing - masing bagian yang membentuk batang berganda, harus


mempunyai momen lembam :

. .
<

Dimana: = momen lembam (cm4)

= gaya desak batang ganda (ton)

= panjang tekuk sumbu bebas bahan (meter)

= jumlah bagian batang

Pada ujung-ujung batang desak, juga pada dua titik yang jaraknya

masing-masing dari ujung-ujung batang sepertiga panjang batang, harus

diberi perangkai seperti terlihat pada Gambar 3.5.

Jika lebar bagian b < 18 cm harus dipasang 2 batang baut, dan jika b > 18

cm maka harus dipakai 4 baut.Untuk struktur yang memakai paku, maka

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
42

baut tersebut dapat diganti dengan paku, jumlahnya sesuai dengan

keperluan.

Contoh soal 1.

Batang ganda terdiri dari dua bagian

masingmasingberukuran 4/14 cm

dan dipasang pada jarak 12 cm. Hitunglah ix dan iy.

Penyelesaian:

= . . = 0.289 . 14 = 4.05

= 2 . . = 2. 4. 14 = 112 2

Lebar a = 12 cm > 2. b = 2 . 4 = 8 cm, maka dipakai a = 2.b = 2. 4 = 8 cm.

1
= 2. . 43 . 14 + 2. 4. 14. 62 = 4181.33 4
12


= . ( ) . = 1/12. 83. 14 = 597.33 cm4

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
43

Ir = (4181.33 + 3 . 597.33)

= 1483.33 cm4

.
= = = . < = .

Sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan iy sebagai imin=3.651

cm.

Contoh 2:

Diketahui kayu kelas kuat II dengan mutu A, kondisi struktur terlindung,

dan sifat pembebanan sementara.Kayu tersebut digunakan sebagai tiang

dan terdiri dari tiga balok dengan ukuran penampang seperti terlihat pada

gambar. Panjang tekuk lk = 2,00 meter. Mampukah kayu tersebut

menahan gaya desak yang bekerja sebesar P = 2,0 ton?

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
44

Penyelesaian:

a. Menentukan imin

= . . = . . = .

Fbr = b.h = 2. (8 . 14) + 4 . 14 = 280 cm2

a = 6 cm < 2 . b = 8 cm, maka tetap dipakai a = 6 cm

It = 2. (1/12. 83. 14) + 1/12 . 43. 14 + 2. ( 8. 14. 122)

= 33 525.334 cm4

Ig = 1/12. (bgab)3. H = 1/12. 203. 14

= 9 333.33 cm4

Ir = ( It + 3. Ig) = (33 525.334 + 3. 9 333.33)

= 15 381.333 cm4

.
= = = . > = .

Maka yang digunakan adalah ix = 4.05 cm sebagai imin

b. Tegangan ijin

Kayu kelas kuat II // = /


Modulus elastisitas E = 100 000 kg/cm2

Kondisi struktur terlindung =

Faktor pembebanan (sementara) = /

Sehingga dengan kondisi struktur terlindung dan pembebanan

sementara, maka:


// = . . = . . / = . /

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
45

= = . =

P = 2 ton = 2000 kg


= = = .
.

Dengan angka kelangsingan () = 49.38, maka dari daftar III (PKKI

61) didapat:

= 1.494

= . / = . /

= . . = 71.25 . 20 . 14 = 19 950 > = 2000

.
// =

. .
= = . / <
// = .

3.5 PERENCANAAN BATANG LENTUR

Akibat adanya beban merata atau bebat titik diatas gelagar batang akan

berakibat timbulnya lenturan. Dengan kata lain akibat adanya momen

pada batang akan bekerja gaya lentur sehingga mengakibatkan

terdesaknya bagian atas dan tertariknya bagian bawah (untuk momen

positif), begitu sebaliknya pada momen negatif.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
46

Gambar 3.3 Bidang Tarik Dan Tekan Batang Lentur

Untuk perencanaan batang yang mengalami lentur, maka tegangan lentur

).
( ) yang terjadi haruslah lebih kecil dari tegangan lentur ijin (

Dimana: = tegangan lentur yang terjadi

= tegangan lentur ijin

M = momen lentur yang terjadi pada batang

W = momen tahanan batang

Untuk batang dengan penampang berbentuk persegi empat, maka:



. .
= =
= . .
.

Disamping control terhadap tegangan lentur yang terjadi, maka batang

juga harus dikontrol terhadap lendutan (defleksi) yang terjadi pada batang

tersebut.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
47

Contoh:

Gelagar jembatan dengan panjang bentang 4 m (sendi - rol), mendukung

beban terbagi rata q = 800 kg/m. kayu yang dipakai kayu bangkirai,

dengan kondisi struktur tak terlindung & beban permanen. Rencanakan

ukuran balok jika lebar balok 12 cm.

Penyelesaian:

Momen maksimum yang terjadi pada batang

1 1
= . . 2 = . 8 . 4002 = 160.000
8 8

Kondisi struktur tidak terlindung =

Faktor pembebanan (permanen) =

Tegangan ijin kayu:

Kayu bangkirai menurut daftar termasuk kelas kuat II, dengan berat

jenis g = 0,88.

Menurut kelas kuatnya, maka tegangan ijin kayu adalah:

5
= 100. . 1 = 83.333 /2
6

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
48

Sedangkan berdasarkan berat jenisnya, tegangan ijin kayu adalah:

5
= 170 . 0,88 . . 1 = 124.667 /2
6

maka yang dipakai adalah: = 83.333 /2

160.000
= = = 1920.01 3
83.333

Mencari ukuran batang

1 1
= . . 2 = . 12 . 2 = 2 2
6 6

22 = 1920.01

1920.01
= = 30.98 32
2

maka ukuran kayu yang dipakai adalah:

(b x h) = (12 x 32)

Kontrol Lendutan yang terjadi:

Untuk balok tidak terlindung, lendutan yang diijinkan:

1 1
= . = . 400 = 1.00
400 400

Sedangkan lendutan yang terjadi untuk beban terbagi rata:

5 . .4 1 1
= = 12 . . 3 = 12 . 12 . 323 = 32768 4
384 . .

= 100.000 /2 ( )

= 800 / = 8 /

5 . 8 . (4004 )
= = 0.814 = 1
384 . 100000 . 32768

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
49

Maka ukuran 12 x 32 mencukupi untuk struktur diatas.

3.6 BATANG YANG MENERIMA LENTUR DAN NORMAL

Tidak jarang suatu gelagar disamping menerima momen juga menerima

gayanormal. Misalnya pada batang kuda-kuda, disamping menerima

momen akibat adanya beban merata , juga menahan beban berupa gaya

batang. Dengan adanya dua beban yang bekerja pada batang tersebut,

maka akan menerima tegangan gabungan secara bersamaan, yaitu

tegangan lentur dan tegangan tarik atau tegangan desak.

a. Bila yang terjadi adalah momen dan gaya tarik, maka tegangan

gabungan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :


= . +
//

= tegangan yang terjadi (kg/cm2)

= tegangan tarik yang diijinkan (kg/cm2)

M = momen yang terjadi pada batang (kg cm)

W = momen tahanan (cm3)

P = gaya tarik batang (kg)

Fnt = luas bersih batang tarik (cm2)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
50

b. Bila yang terjadi adalah momen dan gaya desak, maka tegangan

gabungan yang terjadi dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :


= . +
//

= tegangan yang terjadi (kg/cm2)

= tegangan tarik yang diijinkan (kg/cm2)

M = momen yang terjadi pada batang (kg cm)

W = momen tahanan (cm3)

P = gaya tarik batang (kg)

Fbrt = luas bersih batang tarik (cm2)

= faktor tekuk

Contoh:

Suatu gelagar berbentang 400 cm menahan momen 4200 kg cm dan gaya

tarik sebesar 2500 kg. Ukuran gelagar 8/12 (cm).Apakah gelagar tersebut

kuat jika terbuat dari kayu dengan kelas kuat II.Kondisi struktur terlindung,

sifat pembebanan tetap dan menggunakan sambungan baut.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
51

Penyelesaian:

Kayu kelas kuat II, beban tetap, struktur terlindung maka berdasarkan

tabel didapat :

// = 85 kg/cm2

= 100 kg/cm2

Mencari luas penampang bersih (Fnt)

Fbrt / Fnt = 1.25

Fnt = Fbrt / 1.25 = (8 x 12) / 1.25 = 76.8 cm2

Menentukan momen tahanan (W)

W = 1/6 .b . h2

= 1/6 .8 . 122

= 192 cm3

Kontrol tegangan


= . +
//

85 4200 2500
= . + = 51.15 /2
100 192 76.8

Maka struktur diatas dengan ukuran (8 x 12) dapat menahan beban

yang terjadi (struktur aman).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
52

BAB IV

SAMBUNGAN DAN ALAT SAMBUNG KAYU

4.1 PENDAHULUAN

Sebagaimana pada struktur yang lain, pada struktur kayu juga di perlukan

sambungan. Sambungan dibutuhkan untuk merangkai elemen batang

menjadi suatu struktur. Ada dua macam sambungan yaitu : sambungan

titik buhul (yaitu sambungan untuk merangkai buhul / simpul struktur) dan

sambungan perpanjangan (yaitu sambungan yang dibutuhkan untuk

mendapatkan panjang kayu yang sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan).

Karakteristik sambungan kayu (baik sambungan titik buhul maupun

sambungan perpanjangan) tidak kaku artinya bahwa pada sambungan

masih terjadi adanya deformasi atau pergeseran pada sambungan,

dengan demikian sifat sambungan tersebut tidak dapat menahan momen

(atau momennya selalu sama dengan nol).

Tiga hal pokok yang harus diketahui tentang sambungan pada struktur

kayu, yaitu :

a. Macam dan jenis alat penyambung.

b. Besaran dan arah gaya dari elemen batang yang disambung.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
53

c. Ukuran-ukuran dan jenis bahan dari elemen batang yang akan

disambung.

Alat penyambung yang sering digunakan pada struktur kayu adalah

perekat, paku, pasak dan baut. Disamping itu terdapat pula berbagai alat

sambung modern , sehingga berdasarkan jenisnya dapat digunakan

sebagai berikut :

a. Sambungan Paku.

b. Sambungan baut.

c. Sambungan gigi.

d. Sambungan perekat (lem).

e. Sambungan Pasak (baik pasak kayu maupun pasak besi).

Pasak besi misalnya : Split-ring connector, toothet ring connector,

Buldog connector, claw plate connector, spike grid connector, dan

laian-lain.

Fungsi alat sambung adalah mengalihkan dan menahan gaya-gaya yang

terjadi dari elemen batang yang satu kepada elemen batang lain yang

akan disambung. Macam gaya yang terjadi dan macam alat sambung,

yang biasanya dipakai untuk menahan :

gaya geser perekat, baut, paku, pasak kayu.

Lentur baut, paku, pasak.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
54

Jungkit pasak.

Desak kokot buldog, cincin belah (split-rig connector)

4.2 SAMBUNGAN PAKU

Beberapa keuntungan menggunakan sambungan paku, diantaranya :

a. Effisiensi kekakuan sambungan cukup besar (efisiensi kekakuan

sambungan perekatsekitar 100 %, pasak 60 %, paku 50 %, dan

baut 30 %).

b. Perlemahan relatif kecil (sekitar 10 %) dan dapat diabaikan.

c. Kekuatan sambungan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh

cacat kayu kurang.

d. Beban pada penampang lebih merata.

e. Struktur lebih kaku.

f. Dapat dikerjakan relatif lebih cepat.

g. Tidak membutuhklan tenaga ahli.

h. Harga paku relatif murah.

Dipasaran terdapat berbagai jenis, bentuk dan ukuran paku, diantaranya

bulat, segitiga, persegi, maupun menggunakan alur spiral.Paling umum

digunakan adalah paku berpenampang bulat.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
55

Panjang pau untuk sambungan tampang satu biasanya diambil sebagai

berikut:

2.5 (l = tebal kayu muka)

Sedangkan untuk tampang dua

2 + 1 (m = tebal kayu tengah)

Kekuatan ijin (beban) yang dapat ditahan oleh satu paku (S) tergantung

pada :

a. Diameter paku = d (cm).

b. Tebal kayu = b (cm).

c. Kelangsingan paku = b/d.

d. Kekuatan tegangan ijin desak kayu (


) (kg/cm2).

Menurut PKKI Pasal 15 ayat 3, untuk sambungan yang menyimpang dari

daftar yang terdapat pada Tabel 4.1 dapat diapakai rumus dibawah ini :

a. Untuk sambungan tampang satu


= . . .

= . . .

b. Untuk sambungan tampang dua

= . .

= . .

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
56

Dengan: S = Gaya yang diijinkan untuk satu paku (kg/cm2)

b = tebal kayu (mm)

d = diameter paku (mm)


= tegangan ijin desak kayu (kg/cm2)

Tabel 4.1 Beban Yang Dapat Ditahan Oleh Setiap Paku

Diameter S= kekuatan 1 paku tampang satu (kg)


Tebal paku BJ= 0.3 BJ= 0.4 BJ= 0.5 BJ= 0.6

Kayu (1/10 mm) Kelangsingan


No l/b
(mm) Panjang = /
=
=
=
=
paku
=b
(mm)
28/51
(2"BWG12) 7.2 2.5 20 27 34 41

1 20 31/63
6.5 3.2 23 31 38 46
(2,5"BWG13)
34/76
5.9 3.8 25 34 42 51
(3"BWG14)
31/63
8.1 2.5 24 33 42 50
(2,5"BWG13)
34/76
2 25 7.4 3.0 32 40 50 60
(3"BWG14)
38/89
6.6 3.6 35 47 59 70
(3,5"BWG16)
34/76
8.8 2.5 30 40 50 60
(3"BWG14)
38/89
3 30 7.9 3.0 38 50 63 75
(3,5"BWG16)
42/102
6.5 3.4 47 63 78 94
(4"BWG17)
38/89 (3,5"
9.2 2.5 38 50 63 75
BWG 16)
4 35
42/102 (3,5"
8.3 2.9 46 61 77 92
BWG 17)
42/102
9.5 2.5 46 61 77 92
(3,5"BWG17)
5 40
52/114
7.6 2.9 70 94 118 142
(4,5"BWG21)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
57

Catatan :

Untuk paku yang ukurannya memenuhi syarat sambungan bertampang


dua, maka kekuatan paku menjadi 2xS dari daftar di atas.

Syarat-syarat pokok yang harus diperhatikan dalam menggunakan

sambungan pakusebagai berikut :

a. Kekuatan paku tidak dipengaruhi oleh sudut penyimpangan arah

gaya dan arah serat.

b. Jika paku digunakan pada struktur yang selalu basah (kadar lengas

tinggi), maka kekauatan paku harus dikalikan 2/3.

c. Jika digunakan pada struktur tak terlindung, maka harus dikalikan

5/6.

d. Jika beban yang ditahan berupa beban sementara, maka kekuatan

paku dapat dinaikan 25 % (dikalikan dengan 1,25).

e. Apabila dalam satu baris terdapat lebih dari 10 batang, maka

kekuatan paku dikurangi 10 % (dikalikan 0,90), dan bila lebih dari

20 batang paku, maka kekuatannya dikurangi 20 % (dikalikan 0,80).

f. Pada struktur dengan sambungan paku, maka paling sedikit di

pakai 4 buah paku.

g. Jarak paku minimum harus memenuhi syarat seperti pada Gambar

3.1.

o Jarak searah gaya :

12 d untuk tepi kayu yang dibebani.

5 d untuk tepi kayu yang tidak di bebani

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
58

10 d jarak antara paku dalam satu baris.

o Jarak tegak lurus arah gaya

5 d untuk jarak sampai tepi kayu.

5 d jarak antara paku dalam satu baris.

Gambar 4.1 Jarak Sambungan Arah Gaya dan Tegak Lurus

h. Panjang paku minimum seperti terlihat pada Gambar 4.2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
59

Gambar 4.2 Panjang Paku Minimum Untuk Struktur

Tampang Satu dan Tampang Dua

i. Ujung paku yang keluar dari sambungan dibengkokan tegak lurus

arah serat,dengan catatan tidak merusak kayu.

Contoh:

Sebuah batang kayu melur berukuran 10/14 menahan beban tarik sebesar

P = 6000 kg. Struktur terlindung dan beban permanen, BJ = 0.5.

Rencanakan sambungannya dengan paku dan Gambarkan.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
60

Sebagai pelat sambung dipakai 2x (3x14)

Tebal pelat penyambung (3cm), maka pilihan paku adalah:

34/76 (3 BWG14), 38/89 (3.5 BWG16) dan 42/102 (4BWG17)

Panjang paku yang dibutuhkan untuk tampang satu:

Lpaku 2.5 b1 = 2.5 . 3 = 7.5 cm

Maka pilihannya adalah 34/76 (3BWG14) atau 38/89 (3.5BWG16)

Dipakai 38/89 (3.5BWG16), dan dari tabel kekuatan paku didapat

kekuatan 1 paku = 63 kg untuk BJ kayu 0.5.

Jumlah paku :

6000
= = 95.24 96
63

Jarak baris paku:

5 = 5 . 0.38 = 1.9

Dipakai 4 baris paku, maka jarak tiap baris paku:

14
= = 2.8 > 5 = 1.9
5

Jumlah paku tiap baris adalah:

Karena tampang satu, dan dipaku dari 2 sisi, maka jumlah paku tiap
96
sisi adalah: = = 48
2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
61

48
= = 12
4

Karena jumlah paku per baris > 10 , maka kekuatan satu paku

dikurangi 10%, jadi kekuatan satu paku menjadi:

= 63 . 0.9 = 56.7

Jumlah paku sekarang per baris tiap sisi adalah:

6000
= = 105.8 106
56.7

106
= = 13.15 14
4 .2

Contoh 2:

Batang tarik berukuran 2 x 4/12 (cm) terbuat dari kayuMelur BJ= 0.47

Gaya yang ditahan P = 4 ton, yang disebabkan oleh beban sementara

pada struktur terlindung. Rencanakan dengan sambungan paku.

Penyelesaian:

Akibat beban sementara koreksi kekuatan = 1,25.

Akibat struktur tak terlindung koreksi kekuatan = 5/6.

Plat penyambung yang digunakan 1 x 4/12 dan 2 x 2/12.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
62

Dipakai paku ukuran 4 BWG 7, diambil dari daftar paku bulat,

maka didapat diameter paku d = 0,457 cm. Berat jenis kayu melur =

0,47 sehingga didapat tegangan ijin desak = 118 kg/cm2.

Sambungannya merupakan sambungan tampang dua, sehingga

kekuatan untuksatu paku didapat :

S = d .b . = 0,457 .4 . 118 = 215,7 kg atau

S = 7 .d2 . = 7 . 0,4572 . 118 = 172,5 kg.

Kekuatan satu paku yang di pakai adalah S terkecil, yaitu S = 172,5

kg.

Akibat kondisi pembebanan dan kelembaban, kekuatan paku harus

dikalikandengan angka koreksi, sehingga kekuatan ijin per paku :

S = 1,25 . 5/6 . 172,5 = 180 kg.

Jumlah paku yang dibutuhkan (untuk P = 4 000 kg) :

4000
= = 22.2 24
180

Sehingga di pakai jumlah paku sebanyak 24 buah (masing-masing

12 buah) untuk tiap sisi.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
63

4.3 SAMBUNGAN BAUT

Alat sambung baut merupakan alat sambung yang mudah diadakan

bongkar pasang, tetap masih banyak dipakai walaupun masih banyak

kelemahan dan kekurangannya, diantaranya : efisiensinya rendah (30 %)

dan deformasinya besar (bergesernya sambungan akibat beban), serta

perlemahannya cukup besar yaitu sekitar 20 % s/d. 30 %.

Kekuatan sambungan baut, tergantung pada :

Kekuatan baut dalam menahan beban.

Deformasi atau bergesernya sambungan.

Kekuatan ijin kayu.

Tegangan tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang

baut dianggap rata didalam perhitungannya.Sesungguhnya pembagian

tegangan tegangan itu seperti diperhilatkan pada gambar dibawah.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
64

Gambar 4.3 Pembagian Tegangan-Tegangan pada Sambungan Baut

Persyaratan sambungan telah diatur secara rinci pada PKKI Pasal 14 :

Ayat 1. Alat sambung baut harus dibuat dari baja St-37 (U-23).

Ayat 2. Lubang harus dibuat secukupnya dan kelonggarannya harus

lebih kecil dari 1,5mm.

Ayat 3. Diameter baut paling kecil 10 mm (3/8), bila tebal kayu lebih

besar 8 cm maka diameter baut minimum 12,7 mm (1/2).

Ayat 4. Baut harus disertai pelat yang tebalnya minimum 0,3d dan

maksimum 5 mm dengan garis tengah 3d, atau jika

mempunyai bentuk segi empat lebarnya 3d.Jika bautnya

hanya sebagai pelengkap maka tebal pelat dapat diambil

minimum0,2d dan maksimum 4 mm.

Ayat 5. Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan sesuai

dengan klasifikasi kekuatan kayu (Kelas Kuat I, II, dan

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
65

III).Agar sambungan dapat memberikan hasil yang sebaik-

baiknya, maka besarnya S untuk

sebagai berikut :

Golongan I.

Sambungan bertampang satu ( = 4,8).

= . . . ( . )

= . . ( . )

Sambungan bertampang dua ( = 3,8).

= . . . ( . )

= . . . ( . )

= . . ( . )

Golongan II.

Sambungan bertampang satu ( = 5,4).

= . . . ( . )

= . . ( . )

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
66

Sambungan bertampang dua ( = 4,3).

= . . . ( . )

= . . . ( . )

= . . ( . )

Golongan III.

Sambungan bertampang satu ( = 6,8).

= . . . ( . )

= . . ( . )

Sambungan bertampang dua ( = 4,3).

= . . . ( . )

= . . . ( . )

= . . ( . )

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
67

Gambar 4.4 Menentukan Kekuatan Alat Sambung Baut

dengan,

S = Kekuatan sambungan (kg).

= Sudut antara arah gaya dan arah serat.

b1 = Tebal kayu tepi (cm).

b3 = Tebal kayu tengah (cm).

d = Garis tengah baut, diameter baut (cm).

Ayat 6. Bila dalam sambungan bertampang satu, salah satu

batngnya besi (baja) serta sambungan bertampang dua pelat

penyambung besi (baja), kekuatan per baut (S) dapat

dinaikan 25 %.

Ayat 7. Bila baut dipakai pada konstruksi yang tak terlindung, maka

kekuatan S dikalikan dengan faktor sebesar 5/6.Bila dipakai

pada konstruksi yang terendam air, maka S dikalikan dengan

faktor 2/3.

Ayat 8. Untuk konstruksi yang disebabkan oleh kekuatan tetap dan

tidak tetap maka kekuatan dikalikan dengan faktor 5/4.

Ayat 9. Penempatan baut harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Arah gaya searah serat kayu (Gambar 3.5).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
68

Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan ujung kayu :

Kayu muka yang dibebani = 7 d dan > 10 cm.

Kayu muka yang tidak dibebani = 3,5 d.

Antara sumbu baut dalam arah gaya = 5 d.

Antara sumbu baut tegak lurus arah gaya = 3 d.

Antara sumbu baut dengan tepi kayu = 2 d.

Gambar 4.5 Sambungan Baut Yang Menerima Beban Searah Serat

b. Arah gaya tegak lurus arah serat (Gambar 3.6).

Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan tepi kayu (// terhadap

gayanya).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
69

Kayu muka yang dibebani = 5 d.

Kayu muka yang tidak dibebani = 2 d.

Antara baut dengan baut searah gaya = 5 d.

Antara baut dengan baut tegak lurus gaya = 3 d.

Gambar 4.6 Sambungan Baut yang menerima Beban Tegak Lurus Arah Serat

Gambar 4.7 Sambungan baut yang menerima beban membentuk sudut

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
70

c. Arah gaya membentuk sudut (antara 00 - 900) dengan

arah serat kayu.

Jarak minimum :

Antara sumbu baut dan tepi kayu.

Yang dibebani searah gaya = 5 d s/d. 6 d.

Yang tidak dibebani = 2 d.

Antara baut dengan sumbu baut = 5 d s/d. 6 d.

Antara baut dengan baut searah gaya = 3 d.

Diameter baut yang biasanya ada dipasaran :

3/8 = 0,98 cm.

1/2 = 1,27 cm.

5/6 = 1,59 cm.

3/4 = 1,91 cm.

7/8 = 2,22 cm.

1 = 2,54 cm.

Contoh:

Sebuah batang kayu jati dengan berat jenis = 0,75 disambung antara

sesamanya dengan baut. Gaya yang harus dipikul sebesar 6 ton.Kondisi

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
71

struktur terlindung dengan beban tetap.Ukuran kayu 16/20.Rencanakan

sambungannya dengan baut.

Penyelesaian:

Kayu jati termasuk golongan dengan kelas kuat II.

Kondisi struktur terlindung & beban permanen = = 1.

Direncanakan dengan baut berdiameter n= 3/4 = 1,91 cm.

Golongan kelas kuat II dengan sambungan tampang dua, didapat

kekuatan perbaut

= 100. . 3 = 100 . 1.91 . 16 = 3056

= 200. . 13 = 200 . 1.91 . 8 = 3056

= 430. 2 = 430 . 1.912 = 1568.68

Diambil (S) yang terkecil = 1568.68 kg.

Jumlah baut:

6000
= = = 3.82 4
1568.68

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
72

Jarak antar sumbu baut searah serat = 5d = 5 . 1.91 = 9.55 cm ~ 10

cm.

Jarak sumbu dengan unjung sambungan = 7d = 7 . 1.91 = 13.37

cm ~ 15 cm.

Jarak baut ke tepi tegak lurus serat, diambil = 5 cm > 2d = 2 . 1.91

= 3.82 cm.

Jarak antar baut tegak lurus serat, diambil = 10 cm >3d = 3. 1,91 =

5.73 cm.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
73

SAMBUNGAN BAUT DAN DETAIL

P1 = P5 = 273.04 kg

P2 = P4 = 585.1 kg

P3 = 924.12 kg

P6 = P10 = 77.96 kg

P7 = P9 = 233.89 kg

P8 = 311.86 kg

Sambungan menggunakan baut mutu Bj.37 atau ST 37

Struktur terlindung, beban sementara

Kelas kuat kayu : kelas II.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
74

JOINT 1.

1 = 54.46o

Joint 1

Samb. Golongan II tampang 2


= 4.3 = 4.3

Diameter baut:

12 2.79
= = 2.79 = = 1.1 1"
4.3 2.54

Kekuatan sambungan:

= 100 3 (1 0.6 sin )

= 200 1 (1 0.6 sin )


Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
75

= 430 2 (1 0.35 sin )

1 = 12 = 0 = 1026.42

3 = 12 = 54.46 = 1765.92

Untuk = 0

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 3048

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 6096

= 430 2.542 (1 0.35 sin 0) = 2774.19

Diambil : S = 2774.19 kg.

5
= 2774.19 1 = 3467.74
4

1026.42
Jumlah baut: = = 3467.74 = 0.296 1

Dipakai 2 baut (minimal)

Untuk = 54.46o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 54.46) = 1559.84

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 54.46) = 3119.8

= 430 2.542 (1 0.35 sin 54.46) = 1984.08

Diambil: S = 1559.84 kg

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
76

5
= 1559.84 1 = 1949
4

1765.92
Jumlah baut: = = = 0.906 1
1949

Dipakai 2 baut (minimal).

1 = 54.46o

Penempatan baut joint 1

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
77

JOINT 2

Joint 2

Samb. Golongan II tampang 2


= 4.3 = 4.3

Diameter baut:

12 2.79
= = 2.79 = = 1.1 1"
4.3 2.54

Kekuatan sambungan:

= 100 3 (1 0.6 sin )

= 200 1 (1 0.6 sin )

= 430 2 (1 0.35 sin )

1 = 12 = 0 = 233.89

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
78

3 = 12 = 90 = 1026.42

Untuk = 0

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 3048

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 6096

= 430 2.542 (1 0.35 sin 0) = 2774.19

Diambil: S = 2774.19 kg

5
= 2774.19 1 = 3467.74
4

233.89
Jumlah baut: = = 3467.74 = 0.06 1

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 90o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 90) = 1219.20

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin9 0) = 2438.40

= 430 2.542 (1 0.35 sin 90) = 1803.22

Diambil: S = 1219.20 kg

5
= 1219.20 1 = 1524
4

1026.42
Jumlah baut: = = 1524
= 0.674 1

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
79

Dipakai 2 baut (minimal).

Penempatan baut joint 2

JOINT 3

1 = 34.99o

Joint 3

Samb. Golongan II tampang 2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
80


= 4.3 = 4.3

Diameter baut:

12 2.79
= = 2.79 = = 1.1 1"
4.3 2.54

Kekuatan sambungan:

= 100 3 (1 0.6 sin )

= 200 1 (1 0.6 sin )

= 430 2 (1 0.35 sin )

1 = 12 = 0 = 1367.08

3 = 12 = 34.99 = 1077.63

3 = 12 = 90 = 1026.42

Untuk = 0

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 3048

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 0) = 6096

= 430 2.542 (1 0.35 sin 0) = 2774.19

Diambil: S = 2774.19 kg

5
= 2774.19 1 = 3467.74
4

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
81

1367.08
Jumlah baut: = = 3467.74 = 0.394 1

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 34.99o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 34.99) = 1999.3

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 34.99) = 3998.6

= 430 2.542 (1 0.35 sin 34.99) = 2217.4

Diambil: S = 1999.3 kg

5
= 1999.3 1 = 2499.12
4

1077.63
Jumlah baut: = = 2499.12 = 0.431 1

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 90o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 90) = 1219.20

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin9 0) = 2438.40

= 430 2.542 (1 0.35 sin 90) = 1803.22

Diambil: S = 1219.20 kg

5
= 1219.20 1 = 1524
4

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
82

1026.42
Jumlah baut: = = = 0.674 1
1524

Dipakai 2 baut (minimal).

1 = 34.99o

Penempatan baut joint 3

JOINT 4

1 = 30.96o

3 = 54.46
2 = 34.99o

Joint 4

Samb. Golongan II tampang 2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
83


= 4.3 = 4.3

Diameter baut:

12 2.79
= = 2.79 = = 1.1 1"
4.3 2.54

Kekuatan sambungan:

= 100 3 (1 0.6 sin )

= 200 1 (1 0.6 sin )

= 430 2 (1 0.35 sin )

1 = 12 = 30.96- = 2226.67

3 = 12 = 34.99 = 1077.63

3 = 12 = 54.46 = 1765.92

3 = 12 = 90 = 233.89

Untuk = 30.96o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 30.96) = 2107.19

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 30.96) = 4214.38

= 430 2.542 (1 0.35 sin 30.96) = 2274.68

Diambil: S = 2107.19 kg

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
84

5
= 2107.19 1 = 2633.98
4

2226.67
Jumlah baut: = = 2633.98 = 0.845 1

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 34.99o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 34.99) = 1999.3

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 34.99) = 3998.6

= 430 2.542 (1 0.35 sin 34.99) = 2217.4

Diambil: S = 1999.3 kg

5
= 1999.3 1 = 2499.12
4

1077.63
Jumlah baut: = = 2499.12 = 0.43 1

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 54.46o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 54.46) = 1559.84

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 54.46) = 3119.68

= 430 2.542 (1 0.35 sin 54.46) = 1984.08

Diambil: S = 1559.84 kg

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
85

5
= 1559.84 1 = 1949
4

1765.92
Jumlah baut: = = = 0.906 1
1949

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 90o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 90) = 1219.20

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin9 0) = 2438.40

= 430 2.542 (1 0.35 sin 90) = 1803.22

Diambil: S = 1219.20 kg

5
= 1219.20 1 = 1524
4

233.89
Jumlah baut: = = = 0.15 1
1524

Dipakai 2 baut (minimal).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
86

1 = 30.96o

3 = 54.46
2 = 34.99o

Penempatan baut joint 4

JOINT 5

1 = 30.96o

Joint 5

Samb. Golongan II tampang 2


= 4.3 = 4.3

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
87

Diameter baut:

12 2.79
= = 2.79 = = 1.1 1"
4.3 2.54

Kekuatan sambungan:

= 100 3 (1 0.6 sin )

= 200 1 (1 0.6 sin )

= 430 2 (1 0.35 sin )

1 = 12 = 30.96 = 2226.67

3 = 12 = 90 = 1367.08

Untuk = 30.96o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 30.96) = 2107.19

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin 30.96) = 4214.38

= 430 2.542 (1 0.35 sin 30.96) = 2274.68

Diambil: S = 2107.19 kg

5
= 2107.19 1 = 2633.98
4

2226.67
Jumlah baut: = = 2633.98 = 0.845 1

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
88

Dipakai 2 baut (minimal).

Untuk = 90o

= 100 2.54 12 (1 0.6 sin 90) = 1219.20

= 200 2.54 12 (1 0.6 sin9 0) = 2438.40

= 430 2.542 (1 0.35 sin 90) = 1803.22

Diambil: S = 1219.20 kg

5
= 1219.20 1 = 1524
4

1367.08
Jumlah baut: = = = 0.897 1
1524

Dipakai 2 baut (minimal).

1 = 30.96o

Penempatan baut joint 5

4.4 SAMBUNGAN GIGI

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
89

Pada sambungan titik buhul kayu banyak ditemui sambungan gigi,

misalnya pada kuda-kuda, jembatan rangka dan sebagainya, sebagai

pertemuan antara batang tepi dengan batang diagonal.Sambungan gigi itu

berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak. Gaya desak itu akan

membentuk sudut () dengan sumbu batang tepi, haruslah kita usahakan

agar bidang-bidang pertemuan kedua batang tersebut serongnya

terhadap arah sama, agar tercapailah tekanan desak maksimum yang

ekonomis. Disamping itu kita usahakan agar gigi itu sekecil mungkin.

Banyak cara untuk membuat arah gigi sambungan, salah satu yang paling

ekonomis dan baik adalah agar gigi dibuat menurut garis bagi sudut luar

sambungan (Gambar 17). Didalam perhitungan sambungan gigi, adanya

baut dianggap hanya sebagai baut lekat saja, sehingga tidak

diperhitungkan.Baut ini dapat diganti dengan sengkang.

Adapun tentang bentuk dari pada sambungan gigi ada beberapa macam

ragam danmodelnya, diantaranya adalah :

a. Sambungan gigi tunggal.

b. Sambungan gigi rangkap.

c. Sambungan gigi dengan pelebaran.

d. Sambungan gigi dipertinggi

4.4.1 Sambungan Gigi Tunggal

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
90

Pasal 16 Ayat 1 PKKI telah menetapkan aturan tentang sambungan gigi

tunggal, sebagai berikut : Pada sambungan gigi gesekan antara kayu

dengan kayu di dalam perhitungan harus di abaikan. Untuk sambungan

gigi tunggal, dalamnya gigi tidak boleh melebihi suatu batas, yaitu :

Gambar 4.8 Sambungan gigi menurut sudut luar

tm< 1/4 h untuk 50

tm< 1/6 h untuk > 60

Panjang kayu muka lm harus dihitung (lm)

.
=
// .

dengan,

h = Tinggi batang mendatar.

b = Lebar batang horisontal.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
91

tm = Tinggi gigi miring.

tv = Tinggi gigi vertikal.

= Sudut antara batang diagonal dan horisontal.

= Garis bagi sudut luar.

lm = Panjang kayu di muka sambungan gigi.

S = Gaya batang diagonal.

// = Tegangan ijin geser batang horisontal.

Agar dalam perencanaan sambungan gigi memenuhi syarat teknis , maka

perlu ditetapkan tinggi yang dibutuhkan dari pada sambungan gigi (tv atau

tm). Pada Gambar 4.10, gaya S diuraikan menurut arah kemiringan gigi

dan tegak lurus kemiringan giginya, sebagai berikut :

= . /


=
/

Jika N sejajar arah serat, maka = // , Tetapi karena pada batang

diagonal N membentuk sudut 1/2 dengan arah serat maka :


=
/ =
// (
//
). /

dan nilai inilah yang harus dipakai.


Selanjutnya,
/ =
.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
92

. / . /

/ =
.

. /
=
. /

Contoh 1:

Suatu struktur kuda-kuda dari kayu jati, dengan ukuran batang vertical

8/12 (cm) yang menahan gaya batang tarik sebesar 600 kg. Batang

diagonal dengan ukuran 8/14 (cm) menahan gaya batang desak sebesar

1200 kg. Besarnya kemiringan batang diagonal terhadap batang vertikal

sebesar = 60o. Rencanakan struktur tersebutdengan sambungan gigi,

jika kondisi struktur terlindung dengan pembebanan sementara.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
93

Mencari tegangan ijin kayu.

Kayu jati kelas kuat I dengan kondisi struktur terlindung (=1) dan

beban sementara(=5/4), maka didapat :



//= . . . . = . /

= . . . . / = /

// = . . . . / = . /


=
/ =
// (
//
). /

= 131.25 (131.25 -35) sin 30

= 83.125 kg/cm2.

Mencari panjang muka (lm) :

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
94

.
=
// .

.
= = . < 15
. .

Maka yang dipakai adalah (lm) = 15 cm.

Mencari ukuran (tm) dan (tv) :

Untuk 50o< tm 60 , maka tm = 1/6 h = 1/6 . 14 = 2.33 cm


. .

=
= = .
. . .

.
= = = . < 2.33

Jadi (tm) = 1.56 memenuhi syarat.

1/2 1/2
1/2
tv

(a) (b) (c)

Gambar 4.9 Sambungan gigi tunggal yang ditarik kebelakang

Menurut PKKI pasal 16 ayat 1, menyatakan bahwa syarat panjang muka

(lm) harus 15 cm, adakalanya syarat tersebut tidak dapat dipenuhi

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
95

karena kondisi setempat.Untuk memenuhi syarat tersebut, letaknya gigi

dipindahkan kebelakang (gambar 4.9).

Pada gambar 4.9 (a), gigi ditarik kebelakang sehingga ujung gigi terletak

pada garis sumbu batang diagonal. Gambar 4.9 (b), gigi ditarik semakin

kebelakang dan tengah-tengah gigi berpotongan dengan batang diagonal.

Dengan jalan demikian panjang kayu muka (lm) bertambah besar, lagi pula

garis kerja gaya (S) tidak akan bergeser dari sumbu batang, sehingga

eksentrisitas dapat dihindakan. Gigi dibuat menurut garis bagi sudut luar

dan perhitungan besarnya (tv) tidak berubah sama sekali.

Apabila besarnya (lm) masih belum memenuhi syarat, maka dapatlah gigi

itu ditarik kebelakang seperti gambar 4.9 (c). Tetapi usaha ini

menimbulkan eksentrisitas dan pada takikan tersebut akan mudah timbul

retak. Untuk itu cara yang terakhir ini tidak dipakai. Apabila dalam

perhitungan panjang (lm) terlalu besar, maka ada beberapa macam usaha

unuk memenuhi syarat-syarat struktur, yaitu: dipakai gigi rangkap,

memperlebar batang kayu (setempat saja), mempertinggi batang kayu

(setempat saja), menggunakan kokot pada bidang takikan.

4.4.2 Sambungan Gigi Rangkap.

Pasal 16 Ayat 2 PKKI menyebutkan bahwa untuk sambungan dengan gigi

rangkap dalamnya gigi kedua harus memenuhi syarat seperti pada

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
96

sambungan gigi tunggal.Disamping itu harus memenuhi pula tm2 - tm1 > 1

cm (Gambar 4.13).

Dengan membuat gigi rangkap eksentrisitas dapat diperkecil atau

dihilangkan samasekali. Gigi rangkap mempunyai kejelekan, bahwa dalam

pelaksanaan oleh tukangtukang kayu gigi tersebut sering dibuat tidak

sesuai ukurannya, sehingga gaya yang dipikul oleh masing-masing gigi

tidak sesuai dengan perhitungan kita.

Gambar 4.10 Sambungan Gigi Rangkap

Didalam hal ini hendaklah diusahakan agar kedua gigi itu dibebani gaya

yang sama besar (atau hanya berbeda sedikit). Disamping itu dipandang

dari sudut keamanan, gayageser H seluruhnya dianggap didukung oleh

gigi kedua (yang belakang) saja.

Panjang kayu muka,

.
=
// .

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
97

Untuk memenuhi syarat :(tm2 tm1)> 1cm dan S1 = S2 , maka gigi kedua

tidak dapat dibuat menurut garis bagi sudut luar, melainkan dibuat tegak

lurus batang serong.

Contoh:

Batang tepi diagonal dan batang mendatar mempunyai ukuran yang sama

12/16 (cm), mempunyai : // = 85 kg/cm2, = 25 kg/cm2, // = 12

kg/cm2. Sudut = 30o, S = 5500 kg. Beban permanen, struktur

terlindung.Rencanakan dengan sambungan gigi rangkap.

Mencari tegangan ijin.

Untuk gigi belakang,.


=
=
// (
//
).

= 85 ( 85 25) sin 30o = 55 kg/cm2

Untuk gigi muka,


=
=
// (
//
). /

= 85 (85 25) sin 15o = 69.47 kg/cm2

Mencari ukuran gigi belakang (tv2 dan tm2).

Besarnya S2 diambil = 1/2 . S = 1/2 . 5500 = 2750 kg.

2 . 2 2750 . 2 30 1
2 = = = 3.125 < = 4
. 12 . 55 4

Dipakai tinggi gigi belakang h = . 16 = 4 cm.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
98

2 4
2 = = = 4.6
cos cos 30

Dengan demikian gigi kedua dapat mendukung gaya:

S2 = 12 . 4,6 . 55 = 3036 kg.

Mencari ukuran gigi muka (tv1 dan tm1).

Besarnya S1 = S S2 = 5500 - 3036 = 2464 kg.

2 . 2750 . 2 15
2 1/2
2 = = = 2.78 3
. 1/2 12 . 69.47

dipakai tinggi gigi belakang 3 cm, sehingga (tv2 tv1) = 1 cm

Kemiringan gigi muka,

1 3
1 = = = 2.78
cos cos 30

Mencari panjang muka gigi (panjang penyaluran = lm).

. .
= = = .
// . .

. .
= = = .
// . .

4.4.3 Sambungan Gigi Dengan Pelebaran

Baik batang horizontal (vertical) maupun diagonal pada titk buhul itu

diperlebar dengan menempatkan papan-papan pelebaran dikedua

sisi batang asli.Hubungan antara batang asli yang horizontal

(vertical) dengan papan-papan sambungannya mudah

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
99

diselesaikan.Untuk menempatkan pelebaran itu cukup digunakan

beberapa baut lekat saja, sebab sambungan itu merupakan

sambungan desak.

tv tm

lm

Gambar 4.11 Sambungan Gigi diperlebar menurut sudut luar

4.4.4 Sambungan Gigi di Pertinggi

Dengan mempertinggi batang mendatar besarnya (tv) dapat diperbesar

hingga memenuhi syarat-syarat perhitungan. Pekerjaan dan perhitungan

menjadi lebih sederhana. Batang-batang mendatar dipertinggi sebesar (tv)

menurut perhitungan, sehingga disini tidak diperlukan pembuatan gigi.

Papan tambahan dibuat bentuknya sesuai dengan giginya.Sebagai alat

sambung dapat dipergunakan kokot, cincin belah, baut biasa, paku, dan

sebagainya. Alat-alat sambung itu harus dapat mendukung gaya

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
100

mendatar H seluruhnya. Kejelekan daripada cara ini adalah kayu muka

akan menjadi terlalu besar, berhubung besarnya jarak minimum yang

dituntut oleh letaknya alat-alat sambung.



tm
tv

lm
h

Gambar 4.12 Sambungan Gigi dipertinggi

4.5 SAMBUNGAN MOMEN

Pada suatu konstruksi ada kalanya diperlukan balok panjang yang

mendukung momen.Balok dengan panjang yang terbatas perlu

disambung. Perhitungan balok kayu yang mendukung momen, pada

dasarnya sama seperti perhitungan pada konstruksi baja.

Dasar-dasar konstruksi sambungan:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
101

a. Letak balok yang disambung sedemikian, hingga ujung-

ujungnya berdekatan satu sama lain agar sambungan tetap

kaku dan lendutan yang terjadi tidak lebih dari lendutan yang

diijinkan.

b. System penempatan pelat-pelat penyambung diletakkan

pada sisi balok yang disambung secara simetris:

System pelat sambung atas dan bawah balok.

System pelat sambung sisi samping kiri kanan balok.

4.5.1 Pelat penyambung diletakkan simetris atas dan bawah

Dalam prakteknya, sambungan system ini jarang dipergunakan karena

kurang praktis berhubung dengan penempatan pelat-pelat

penyambungnya. Dalam hal ini maka yang terjadi pada pelat-pelat

penyambung adalah:

Pelat penyambung atas menerima tegangan tekan murni ( //)

Pelat penyambung bawah menerima tegangan tarik murni ( //)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
102

Gambar 4.10 Sambungan Momen Pelat Sambung Atas Bawah

1. Menentukan besarnya gaya yang dapat didukung oleh pelat-pelat

penyambung.

- Pelat penyambung atas mendukung gaya tekan

= .
//

- Pelat penyambung bawah mendukung gaya tarik

= .
//

= . .

Maka: >

- Menentukan besarnya momen yang dapat didukung pelat-pelat

penyambung:

= .

- Menentukan besarnya momen maksimum yang dapat didukung

oleh balok:

= .

= . . . .

- Syarat sambungan:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
103

- Alat penyambung:

Sambungan adalah tampang satu, dan gaya yang bekerja pada alat

penyambung adalah gaya tarik atau tekan pada alat penyambung.

- Jumlah alat penyambung:

Dimana
=

4.5.2 Pelat penyambung sisi kiri dan kanan

Didalam prakteknya sambungan ini banyak dipergunakan, karena praktis

dalam hal penempatan alat-alat sambung.Bila pada sambungan balok

mendukung momen (Mblk), maka sambungan memberikan momen lawan

(yang ditimbulkan oleh alat-alat penyambung) yang besarnya (Mblk)

dengan arah yang berlawanan. Type sambungan dengan pelat sambung

sisi kiri dan kanan dapat berupa:

- Sambungan yang mendukung momen murni.

- Sambungan yang mendukung momen dan gaya lintang.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
104

Gambar 4.11 Sambungan Momen Pelat Sambung Kiri Kanan

a. Sambungan yang mendukung momen murni

- Menenukan titik berat (Z) kelompok system alat penyambung.

- Menentukan besarnya gaya (P) yang bekerja pada alat

penyambung.

Pada tiap alat penyambung bekerja gaya (P i) yang arah garis

kerjanya terhadap garis penghubung antara alat penyambung

dengan titik berat (Z).

Besarnya gaya (Pi) tidak sama untuk setiap alat penyambung,

dimana berbanding lurus dengan garis atau jarak alat sambung

tersebut terhadap titik (Z).

. . = : : .

Maka:

.
=

Dimana:

= .

= .

2 = 1 2 + 2 2 + . . . + 2

- )
Kekuatan alat penyambung (

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
105

Tergantung dari sudut yang dibentuk oleh arah gaya (P)

dengan arah serat kayu.

Sebagai pendekatan dianggap arah gaya = arah serat, maka

kekuatan sambungan tidak perlu direduksi.

Gambar 4.12 Sambungan Momen Dengan Paku

- Gaya yang didukung sambungan:

Dianjurkan dalam perhitungan alat penyambung disusun

dalam dua (2) kelompok yang simetris dan masing-masing

kelompok ditetapkan titik beratnya ( Z1) dan (Z2).

Momen dalam yang dapat didukung oleh sambungan

seolah-olah semua penyambung terkumpul dititik berat (Z1)

dan (Z2).

= . .
.

Dimana:

= ( 0.9 , , , 1

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
106

1 = (1 2 )

b. Sambungan yang mendukung momen dan gaya lintang

Menentukan titik berat (Z) kelompok system alat

penyambung.

Disambungan bekerja gaya:

Momen = M

Gaya lintang (D)


= .


= + = + .

- Menentukan besarnya gaya maksimum (P) yang bekrja pada alat

penyambung

Masing-masing alat penyambung mendukung:

.
=

= +

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
107

- Perhitungannya dapat dilakukan dengan cara:

Besar momen (M) dan gaya lintang (D) pada sambungan.

Kekuatan balok yang disambung adalah momen yang dapat

didukung oleh balok.

= .

4.6 PASAK KAYU BULAT KUBLER

Sambungan Pasak Kayu Bulat ini sudah jarang kita temui pada saat ini,

tapi ada baiknya juga kita tahu dan pahambagaimana mendisain

sambungan kayu menggunakan Pasak Kayu Bulat Kubler ini.Seperti

Sambungan Pasak Persegi, sambungan ini dapat kita gunakan untuk

sambungan tampang dua. Kekuatan satu pasaknya, dapat dilihat pada

Tabel dibawah ini.

Jarak Kayu
Lebar
D h Garis tengah P antar muka
kayu min
pasak

cm cm D (cm) baut (ton) (cm) (cm) (cm)

6 2.6 1.6 1 8 14 14

8 3 1.6 1.5 10 18 18

10 4 1.6 1.7 12 20 20

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
108

Perlu diperhatikan bahwa Tabel diatas hanya digunakan untuk Kayu yang

Berat Jenisnya (BJ) = 0,6. ApabilaSambungan menggunakan kayu yang

BJnya berbeda, maka kekuatan satu pasaknya akan dikalikan dengan

factorx/0,6. Dimana x adalah BJ kayu yang digunakan.

Apabila Gaya yang bekerja pada batang membentuk sudut dengan arah

serat kayu, maka ini akan mempengaruhi kekuatan pasak tersebut.

Kekuatan pasak akan turun sebesar :P= P // (1- 0,25.sin)

Hal yang juga perlu kita perhatikan pada sambungan ini adalah panjang

plat sambung. Semakin sedikit pasaknya

kita gunakan maka makin menghemat panjang plat sambungnya.

Gambar 4.13Pasak Kayu Bulat Kubler

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
109

Contoh Soal:

Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya (S) sebesar 6000

kg. Kayu yang digunakan adalah kayu Damar dengan BJ 0.5. Plat

sambung 2 x 4/16. Konstruksi terlindung dan beban yang bekerja tidak

permanen.

Diminta menyambung batang tersebut dengan alat sambung pasak bulat

kubler.

Penyelesaian:

Ukuran kayu 8/16

Plat sambung 2 x 4/16 lebar kayu 16 cm

Dari tabel diatas dapat digunakan pasak dengan diameter D = 10 cm

Untuk BJ = 0.6 P = 1700kg, maka untuk BJ 0.5

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
110

5 0.5
= 1700 = 1770.83
4 0.6

6000
Jumlah pasak = = 3.4 4 ( 2 )
1770.38

4.7 SAMBUNGAN KOKOT BULLDOG

Bentuk dari plat kokot bulldog ini ada dua macam :

1. Bulat

2. Persegi

Secara umum bentuk kokot ini mempunyai gerigi yang akan tertanam

(penetrasi yang merata) padakayu, sehingga dengan adanya kokot

tersebut akan menimbulkan gaya geser yang cukup besar sehingga

sambungan kayu tersebut dapat menahan gaya tekan ataupun tarik.

Kokot ini juga bisa digunakan pada sambungan Kayu dengan baja.Untuk

hal ini kita bisa gunakan single-sided bulldog. Jadi satu sisi akan gerigi

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
111

kokot akan tertanam di kayu dan sisi yang lain disambung ke baja

menggunakan las.

Perlu diketahui bahwa dalam Tabel kekuatan kokot bulldog tersebut,

hanya untuk kayu yang berat jenisnya 0,5.

Demikian juga bila arah gaya tekan/tarik membentuk sudut dengan arah

serat kayu, maka kekuatan

ijin akan menjadi :

P = P ( 1 0,25 sin )

Gambar 4.14Sambungan Kokot Bulldog

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
112

Contoh Soal:

Sebuah batang tarik berukuran 8/16 mendukung gaya S = 6 ton. Kayu

Damar dengan BJ 0.5. Plat sambung 2 x 4/16. Konstruksi terlindung dan

beban tidak permanen.Diminta menyambung batang tersebut dengan alat

sambung kokot bulldog.

Penyelesaian:

Ukuran kayu 4/16, maka dipakai kokot bulldog persegi 10 x 10 cm

(syarat kayu minimum untuk kokot 10 x 10 adalah 3.81/11.43 cm)

Dengan baut 5/8, P = 1500 kg (Bj = 0.5)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
113

6000
= 5
= 3.2 4 (2)
(1500 4)

Kayu muka = 11 cm

Jarak antar baut = 17 cm

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
114

BAB V

BALOK SUSUN

5.1 BALOK TUNGGAL

Batang kayu yang berada di atas dua tumpuan atau lebih, jika dibebani

dengan beban terpusat (P) atau beban merata (q) yang melampaui batas

kekuatan batang, maka kayu tersebut akan mengalami perubahan bentuk

yaitu melentur. Dalam keadaan tersebut bagian sisi bawah akan tertarik

(+) dan bagian sisi bawah akan tertekan (-). Konstruksi tersebut misalnya

dapat dilihat pada balok konstruksi jembatan kayu dan balok lantai atau

balok loteng rumah tinggal.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
115

Dimensi balok:

Hubungan antara momen (M) dengan momen tahanan (W)


=
=


= .

.
. = = =


.

Syarat-syarat perencanaan balok terlentur adalah:

Untuk suatu konstruksi dengan muatan yang cukup besar, batang tunggal

tidak lagi mampu menahan beban lentur, hal ini juga disebabkan karena

terbatasnya ukuran balok dipasaran.

Untuk mengatasi hal ini dicoba dengan menyusun beberapa balok

sedemikian rupa.Sehingga dapat mendukung beban terlentur.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
116

5.2 BALOK TERSUSUN DENGAN PASAK

Balok ini disusun secara vertical dengan posisi masing-masing balok

tersebut berdiri.Ini dimaksudkan untuk memperoleh momen dukung yang

lebih besar.

Cara menyusun balok:

a. Menumpang balok begitu saja, tanpa alat penahan geser.

b. Memberi bentuk gigi pada kedua sisi balok yang saling

berhubungan.

c. Menempatkan alat sambung seperti: pasak, kokot bulldog diantara

kedua balok yang saling berhubungan.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
117

Momen yang timbul pada penampang masing-masing balok akan

sebanding dengan ( E.I ) dari masing-masing balok.

Misalkan:

M = momen karena beban luar diatas balok

M1 = momen yang timbul di dalam balok atas (balok1)

M2 = momen yang timbul di dalam balok bawah (balok2)

E = modulus elastisitas balok dimana E1 = E2

Maka:

.
= . = .
. + . +

.
= . = .
. + . +

Jika lebar balok (b), dan tinggi balok (h), maka:


= = =


= = .

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
118


. .

= = =
. . .

Jika balok bekerja sendiri-sendiri:

= 1 + 2

1 1
= . . 3 + . . 3
12 12

1
= 2. ( . . 3 )
12

= 1 + 2

1 1
= . . 2 + . . 2
6 6

1
= 2. ( . . 2 )
6

Jika balok bekerja secara besama-sama (dalam satu kesatuan), maka:


= ( . . (. ) ) = . . .


= ( . . (. ) ) = . . .

Kesimpulannya:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
119

= 4.

= 4.

Kita menginginkan lenturan ditengah-tengah bentang (f) sekecil mungkin.

Maka tegangan geser yang timbul pada masing-masing penampang balok

yang diperkuat dengan alat sambung pasak atau kokot bulldog.

. .
= =
. . .

Dimana:

= tegangan geser (kg/cm2)

D = gaya lintang (kg)

S = statis momen irisan penampang terhadap garis netral (cm3)

b = lebar penampang balok (cm)

I = inersia penampang (cm4)

Cara menempatkan pasak kayu:

a. Dengan bantuan bidang (D) , bidang gaya lintang.

b. Dengan bantuan bidang (M) , bidang momen

Pembagian tegangan geser.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
120

(a). tegangan geser () yang bekerja pada masing-masing balok (balok

bekerja sendiri-sendiri)

(b). tegangan geser () pada balok yang disatukan dengan pasak kayu

9balok bekerja dalam satu kesatuan/bersama-sama)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
121

5.3 Cara menentukan letak/posisi alat sambung pasak kayu

Gaya geser mendatar yang dapat ditahan oleh pasak kayu sepanjang

(1/2L)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
122

Contoh:

Diketahui (lihat gambar)

Balok kayu diatas dua perletakan, konstruksi terlindung

= 105 / 2

//= 90 / 2

= 12 / 2

Alat sambung yang digunakan:

Kokot bulldog persegi 13 x 13, dengan baut 1

Hitung besarnya beban merata yang mampu dipikul balok tersebut dan

jumlah kokot bulldog serta gambar penempatannya.

A. Mencari besarnya beban merata:

1 1
= 0.9 . = 0.9 . 2 = 0.9 20 502 = 7500 3
6 6

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
123

1
= . 2
8


=

1 1
. 2 . . 6002
8 8
= = 105
7500

105
= = 17.5 /
6
1
3 3 .
= . .2
2 . 2 .
1
3 17.5 600
= . 2
= 7.88 /2 < 12 /2 Ok
2 20 50

B. Menghitung jumlah kokot bulldog:

Tegangan geser yang dipakai adalah tegangan geser antara balok thp

garis netral.

.
= ( )
.

1 1
= . 3 = 20 503 = 208333,33 4
12 12

= . . = 20 20 15 = 6000 3

1 1
= . . = 17.5 600 = 5250
2 2

. 5250 6000
= = = 7.56 /2 < 12 /2
. 20 208333.33

Untuk bentang l, besarnya gaya geser (L) mendatar yang harus

didukung oleh kokot bulldog adalah:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
124

maks

1 1 1 1
= . . . . = 600 7.56 20 = 22680
2 2 2 2

Digunajan kokot bulldog persegi 13 x 13 cm dengan baut 1, dapat

mendukung gaya sebesar 2 ton (tabel).

22680
= = = 11.34 12
2000

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
125

5.4 BALOK SUSUN DENGAN PAKU

Dua balok atau lebih yang disusun sedemikian rupa, sehingga balok

menjadi satu kesatuan dalam menerima beban luar. Balok susun ini

diharapkan stabil dalam tegangan maupun lenturan

Gambar 5.1 Type-type Penampang Balok Tersusun

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
126

Penggunaan balok susun diharapkan momen lembam (juga momen

dukung) akan menjadi lebih besar. Tetapi hubungan antara badan dan

flens tidak sempurna disamping itu penggunaan paku akan mengurangi

luas penampang.

Di dalam perhitungan tegangan dan lendutan, maka nilai momem lembam

(I) dan momen tahanan (W) yang didapat dari perhitungan teori haruslah

diberi faktor reduksi.Besarnya faktor reduksi dipengaruhi oleh macam

kampuh yang digunakan.

Faktor reduksi untuk kampuh tegak diambil sebesar 0.9, sedangkan untuk

kampuh mendatar diambil 0.8.

5.4.1 Balok I Dengan Kampuh Mendatar

(a) (b)

Gambar 5.2Balok I Dengan Kampuh Mendatar

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
127

Untuk balok I dengan kampuh mendatar (gambar 5.2 .a), tebal badan (b 2)

harus sedemikian besarnya, sehingga tegangan geser yang terjadi tidak

melampaui // .disamping itu b2 10d, (d = garis tengah paku) apabila

sebuah baris paku telah mencukupi untuk mendukung gaya geser yang

terjadi.

Apabila dalam perhitungan diperlukan 2 baris paku, maka b 2 15d. Maka

b2akan terlalu besar jika diperlukan lebih dari 2 baris paku. Solusinya

adalah bisa menggunakan balok I seperti (gambar 5.2.b).dan yang syarat

yang harus dipenuhi (lp 2 h1 + 3d), sebaliknya kalau pakunya yang

dipilih terlebih dahulu, maka (h1 (lp 3d).Dengan syarat tersebut,

sambungan paku antara badan dan flens dapat dianggap sambungan

tampang satu.Lebar bagian flens (b1) hendaknya diambil (5 6) h1.

Tegangan geser maksimun akan terjadi di perletakan:

.
=
2 .

Dmaks = gaya lintang maksimun (pada perletakan)

S = momen statis bagian diatas atau dibawah garis netral

b2 = lebar badan

I = momen lembam penampang balok

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
128

Dalam hal ini perlu dihitung gaya memnjang setiap 1 cm, yaitu gaya yang

bekerja pada kampuh sepanjang 1 cm yang harus didukung oleh paku:

.
. 2 =

Apabila jarak paku telah ditentukan (e) , maka gaya memanjang menjadi:

. .
. = . 2 =

Dan kalau jenis paku yang ditentukan dengan kekuatan satu paku (P),

maka jarak antar paku:

.
=
.

Besarnya (e) tidak boleh kurang dari 10d, jika (5d < e < 10d), maka harus

dipakai dua baris paku.

Contoh:

Sebuah balok ditumpu oleh pasangan tembok dengan jarak antara 4.00

m, mendukung beban terbagi merata Q = 400 kg/m terhitung berat

sendiri. Ditentukan kayu kelas II, beban permanen, konstruksi terlindung.

= 100 /2 , // = 12 /2 , BJ = 0.6 dan tinggi balok

keseluruhan 24 cm.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
129

Diminta menghitung jumlah paku dan penempatannya

Penyelesaian:

L = 1.05 . 400 = 420 cm

420
= = 17.5 < 16
24

Maka yang menentukan ukuran adalah lendutannya, dan karena balok

memakai kampuh mendatar, maka = 0.8

Konstruksi terlindung, kayu kelas II,

1
300

Lendutan yang terjadi beban terbagi merata:

5 . 4
= .
384 .

Maka:

5 . 4 1
. = . = 0.39 3
384 . 300

= 1.25 0.39 400 4.23 = 14447.16 4

Dipilih paku 4 BWG 8.2 5 > 10 (10 0.419) = 4.19

Ukuran flens diambil 4/18

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
130

1
= . 5 . 163 = 1706.66 4
12

1
= 2 . 18 . 43 + 2 4 18 102 = 14592 4
12

I = 1706.66 + 14592 = 16298.66 cm 4.> 14447.16 cm4, maka telah

mencukupi.

= 0.8 16298.66 = 13038.93 4

13038.93
= = 1086.58 3
12

1 1
= 2 = 400 4.22 = 882 = 88200
8 8

88200
= = = 81.17 /2 < 100 /2
1086.58

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
131

5 . 4 5 4 4204 1
= = 5
= 1.243 < 420 = 1.4
384 . 384 10 13038.93 300

= (4 18 10) + (5 8 4) = 880 3

. 4 420
= = = 840
2 2

. 840 880
= = = 11.34 / 4
2 . 5 13038.93

< 12 /4

. 840 880
. 2 = = = 56.69 /
13038.93

1 1 1 1
= 2 = 420 56.69 = 5952.45
2 2 2 2

Kekuatan paku :

1 1
= . . = 4 0.419 150 = 125.7
2 2

= 3.5 2 . = 3.5 0.4192 150 = 92.17

5952.45
Maka dibutuhkan paku = = 64.58 65
92.17

Penempatan paku:

Penempatan paku dibagi menjadi 5 bagian dengan perbandingan luas 9 :

7 : 5 : 3 : 1 , maka jumlah paku setiap bagian:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
132

I 9/25 x 65 = 23.4 buah 23 buah

II 7/25 x 65 = 18.2 buah 18 buah

III 5/25 x 65 = 13 buah

IV 3/25 x 65 = 7.8 buah 8 buah

V 1/25 x 65 = 2.6 buah 3 buah

Untuk bagian I, jika digunaka 1 baris paku maka dibutuhkan panjang:

(24 x 10d) + 4d = ( 24x 10 x 0.419) + 4 x 0.419 = 102.236 cm

Padahal panjang bagian I = 42 cm.

Solusinya adalah dengan jalan memberi papan pengaku sampai bagian

(I), sehingga bisa ditempatkan 3 baris paku, maka panjang yang

dibutuhkan:

(9 x 10d) + 4d = (9 x 10 x 0.419) + 4 x 0.419 = 39.386 cm < 42 cm

Sama halnya dengan bagian (II) dan bagian (III), maka papan pengaku

diperpanjang sampai bagian (III).Jadi pemasangan papan pengaku dari

bagian (I) sampai bagian (III).

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
133

b2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
134

BAB VI

PERENCANAAN GORDING DAN KUDA-KUDA

A. Perencanaan Gording

1. Pembebanan pada gording

Pembebanan pada gording terdiri dari:

Beban Mati yang meliputi:

- Beban atap

- Bebab akibat berat sendiri gording

Beban hidup

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
135

Beban Angin

Ad.1 Beban Mati.

Tentukan ukuran gording yang akan dipakai (b/h) dan tentukan berat atap

beserta aksesoriesnya (PMI,71), missal (= a kg/ m2). Ubah satuan berat

dalam (kg/m)

Berat atap = a kg/m2 x jg m = q kg/m

Berat sendiri = b (m) x h (m) x BJ = p kg/m +

= q + p kg/m

(q+p)sin (q+p)cos


(q+p)

1
= ( + ). 2
8

1
= ( + ). 2
8

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
136

Ad.2 Beban Hidup

P.sin P.cos

Beban hidup yang diperhitungkan (P=100kg), beban pekerja +peralatan

1
= . . 2
4

1
= . . 2
4

Kontrol tegangan lentur:

( + ) ( + )
= +

Kontrol lendutan:

5 ( + ) . 4 1 (). 3 1
= . + . =
384 . 48 . 200

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
137

5 ( + ) . 4 1 (). 3 1
= . + . =
384 . 48 . 200

Ad.3 Beban Angin

Tentukan beban angin sesuai lokasi bangunan (PMI,71)

Beban angin (W) = w kg/cm2

Koefisien angin tekan 1 = 0.02 0.4

Koefisien angin isap 2 = 0.4

(PMI,71 pasal 4.3 ,Ayat 1.b. hal 20)


Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
138

= 1

= 2

Perhitungan Momen untuk beban angin:

1
= 2
8

1
= 2
8

1
= 2
8

1
= 2
8

Kombinasi pembebanan sementara (Beban Mati (DL) + Beban Hidup (LL)

+ Beban Angin(W tekan atau W isap))

= 1.2 () + 1.6 () + 0.8 ( )

= 1.2 () + 1.6 () + 0.8 ( )

= 1.2 () + 1.6 () + 0.8 ( )

= 1.2 () + 1.6 () + 0.8 ( )

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
139

B. Perencanaan Kuda-Kuda

Pada perhitungan batang kuda-kuda, diperhitungkan beban-beban

sebagai berikut:

1. Beban Mati

Beban atap

Beban gording

Berat sendiri kuda-kuda

Total beban mati dijadikan sebagai beban terpusat, bekerja vertical pada

tiap titik buhul.

2. Beban Hidup

Ph = 100 kg, untuk tiap titik buhul (PMI.1987)

Beban mati dan beban hidup yang bekerja pada kuda-kuda dalam bentuk

beban terpusat vertikal pada tiap-tiap titik buhul.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
140

- Beban Atap

= (/ )

- Beban Gording

= ()

- Berat Sendiri Kuda-Kuda

Asumsikan ukuran kuda-kuda (b/h)

= ()

Berat aksesories

= 25%

Berat total kuda-kuda

= +

(q) berat sendiri (qbs)

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
141

1
1 =
2
1
2 = ( + )
2
1
3 = ( + )
2
1
4 = ( + )
2
1
5 = ( + )
2
1
6 = ( + )
2
1
1 =
2

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
142

Berat Gording

1 = 2 = 3 = 5 = 6 = 7 =

4 = 2

Berat Atap

1
1 = ()
2
1
2 = ( + )
2
1
3 = ( + )
2
1
4 = ( + )
2
1
5 = ( + )
2
1
6 = ( + )
2
1
7 = ()
2

Beban terpusat tiap titik buhul:

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
143

1 = + 1 + 1

2 = + 2 + 2

3 = + 3 + 3

4 = + 4 + 4

5 = + 5 + 5

6 = + 6 + 6

7 = + 7 + 7

3. Beban Angin (W)

Tekanan angin, (p) besarnya tergantung jarak letak tempat

dari pantai.Pada umumnya tekanan tiup angin harus diambil

minimum 25 kg/m2.Tekanan tiup dilaut dan tepi pantai sampai

sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40kg/m2 (PMI,

1987).Koefisien angin tiup C1 dan angin tekan C2,

besarnyatergantung pada sudut kemiringan atap dan bentuk

bukaan atap.

Besarnya beban angin untuk tiap titik buhul:

1 = 1 ( )

2 = 2 ( )

Dimana (F) adalah luas bidang atap antara kuda-kuda dan

gording.

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku
144

Struktur Kayu
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali Anom Radita Mangku

Anda mungkin juga menyukai