Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh :
Ardana Windriya
20110310185
Diajukan Kepada :
dr. Waisul Choroni Trenggono, Sp.PD
Disusun Oleh :
Ardana Windriya
20110310185
Dokter Penguji :
BAB I
LAPORAN KASUS
III. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS.
Demam dirasakan mendadak, naik turun, pusing (+) disertai mual (+) muntah (+).
2 hari sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan dan kiri bawah.
Nyeri terasa terus menerus dan mangkel. Pasien juga mengeluh nyeri saat kencing
(+), terasa perih dan panas, anyang anyangan (+), kencing warna keruh +, ,
kencing pasir (-), keputihan (+). Volume air kemih dirasakan sedikit dan
frrekuensi meningkat. Pasien pernah mengalami sakit yang sama 2 bulan yang
lalu, namun keluhan sembuh sebelum diperiksakan di dokter.. BAB tidak ada
keluhan.
C. Riwayat penyakit dahulu :
1. Riwayat penyakit seperti ini : diakui sejak bulan agustus
2. Riwayat hipertensi : + obat rutin amlodipin
3. Riwayat diabetes melitus : + Obat rutin Insulin
4. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat operasi sekitar perut : disangkal
6. Riwayat alergi : disangkal
F. Anamnesis sistem
1. Keluhan utama : demam
2. Kulit : pucat (-), kuning (-), luka (-), gatal (-), bintik-bintik
perdarahan pada kulit (-).
3. Kepala : nyeri kepala (-), kepala terasa berat (-), perasaan
berputar-putar (-).
4. Mata :pandangan kabur (+), lensa mata buram (+),
gatal (-), bengkak (-), bola mata menonjol (-)
5. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar
lendir (-), gatal (-)
6. Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar
cairan atau darah (-), pendengaran berdenging (-).
7. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah
(-), gigi mudah goyah (-), sulit berbicara (-), papil lidah
atrofi (-)
8. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk
menelan (-), sakit tenggorokan (-), suara serak (-).
9. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), darah
(-), mengi (-)
10. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang
menekan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu
hati terasa panas (-)
11. Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (-),
kembung (-), nafsu makan menurun (-), perut penuh
(-), perut membesar (-) sulit BAB (-), BAB warna
hitam (-), BAB berdarah (-).
12. Sistem musculoskeletal: lemas (+), pegal-pegal
(-),kaku sendi (-), kejang (-), nyeri otot (-), bengkak
sendi (-), nyeri sendi (-)
13. Sistem genitourinaria : BAK warna kuning tua (-),
jumlah sedikit dan sering (+), nyeri saat BAK (+),
panas saat BAK (+), sering BAK (-), rasa gatal pada
saluran kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin (-),
keputihan (-)
14. Ekstremitas
a. Atas : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung
jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-)
b. Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung
jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-)
l. Abdomen
Inspeksi : perut terlihat membesar (-), ikterik (-), sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tympani (+),
Palpasi : nyeri tekan pada lumbal dextra et sinistra (+), distensi (-), defans muskular
(-), hepar tidak teraba
m. Ekstremitas
Atas : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujun
g jari terasa dingin (-/-), bengkak
(-/-), lemah (-/-)
Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak
(-/-), lemah (-/-)
V. ASSESSMENT
VI. TERAPI
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Sedimen urin
eritrosit 0-2 3-5 10-12 2-4
leukosit 0-3 >50 15-17 1-3
Sel epitel Positif Positif Positif Positif
Kristal
Ca oksalat Negatif Negatif Negatif Negatif
Asam urat Negatif Negatif Negatif Negatif
amorf Negatif Negatif Negatif Negatif
Silinder
eritrosit Negatif Negatif Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif Negatif Negatif
granular Negatif Negatif negatif Negatif
bakteri Negatif Positif Positif Negatif
Lab Kultur
Follow Up:
22/2/2016 Demam (-) Pasien mengeluh lemas sudah Inf Nacl 20 tpm
GDS : tidak dirasakan. Nyeri saat BAK masih - Inj. Ranitidin 1A/12jam
156 - Inj.Furosemid 1A/24jam
dirasakan, Volume BAK banyak dan sering, - Inj.Ciprofloxacin
warna jernih, makan dan minum baik, batuk 200mg/12jam
- KSR 1x1
(-) BAB belum t.a.k
- Candesartan 2x4mg,
tergantung TD
KU : sedang CM; T : 36,3 C; RR : 22x/menit; - Cek Urin Lengkap
HR : 83x/menit; TD :170/100 mmHg - GDS paagi-malam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Thorax:
- SDV +/+
- Ronkhi -/-
- Wheezing -/-
Cor:
- S1-S2 Reguler (+)
- Bising jantung (-)
Abdomen : supel (+), peristaltic (+),
nyeri tekan
Edem
A: ISK
Abdominal pain Pada DM insufiensi renal
23 S: Pasien menatakan nyeri perut masih - Inf Nacl 20 tpm
Februari dirasakan (berkurang), BAK terasa panas +, - Inj. Ranitidin 2x1A
2016 - Inj.Furosemid 1A/24jam
mual -, muntah -, demam -, pusing - KSR 1x1tab
- Candesartan 2x4mg,
tergantung TD
O: KU : sedang CM; T : 36,2 C; RR :
- Kultur urin
22x/menit; HR : 84x/menit; TD :
- Inj.Ciprofloxacin
170/100 mmHg
200mg/12jam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Thorax:
- SDV +/+
- Ronkhi -/-
- Wheezing -/-
Cor:
- S1-S2 Reguler (+)
- Bising jantung (-)
Abdomen : supel (+), peristaltic (+),
nyeri tekan
Ekstremitas : akral hangat + udem -
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal
24/2 2016 BAK terasa panas masih, Nyeri - Infus NaCl
perut -, Batuk + jarang jarang, - Inj Ranitidine 1A / 12 jam
- Inj Furosemide 1A/24
mual-, muntah -, Makan dan jam
minum tidak ada keluhan. - KSR 1x1
- Candesartan 2x8mg tgt
TD
KU : sedang CM; T : 36,9 C; RR : 22x/menit; - Inj Ciprofloxacin 200
HR : 86x/menit; TD :180/100 mmHg mg /12 jam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Thorax:
- SDV +/+
- Ronkhi -/-
- Wheezing -/-
Cor:
- S1-S2 Reguler (+)
Bising jantung (-)Abdomen : supel
(+), peristaltic (+), nyeri tekan
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal
26 Subjektif
Pasien mengeluh terasa panas saat Plan :
BAK berkurang, nyeri (+), BAK - Inf Nacl 20 tpm
sedikit berkurang, badan terasalemas
- Inj. Ranitidin 1A/12jam
(-), batuk (-), pusing (-), makan minum
lancar, BAB baik - Inj.Furosemid 1A/24jam
Objektif - Inj. Fosmian 2x1 (H2)
KU : sedang CM; T : 36,2 C; RR :
20x/menit; HR : 88x/menit; TD : - Inj.Ciprofloxacin
160/90 mmHg 200mg/12jam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Thorax: - KSR 1x1
- SDV +/+
- Candesartan 2x16mg,
- Ronkhi -/- tergantung TD
- Wheezing -/- - Amlodipin 1x10mg
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal
HT st II
27 Subjektif - Inf Nacl 20 tpm
Pasien mengeluh nyeri saat BAK
- Inj. Fosfomisin 2x1 (H3)
berkurang, terasa panas berkurang,
batuk (-), makan minum lancar, BAB - Inj. Ranitidin 1A/12jam
tidak bisa, badan terasa lemas (-),
- Inj. Furosemid 1A/12 jam
pusing (-).
- KSR 1x1
Objektif - Candesartan 2x4mg,
KU : sedang CM; T : 36,4 C; RR : tergantung TD
21x/menit; HR : 81x/menit; TD :
170/100 mmHg - Amlodipin 1x10mg
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/- - Cek Urin lengkap
Thorax:
- SDV +/+
- Ronkhi -/-
- Wheezing -/-
Abdomen : supel (+), peristaltic (+),
nyeri tekan
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal
28 Subjektif Plan :
Pasien mengeluh nyeri saat BAK, - Inf Nacl 20 tpm
nyeri dirasakan hilang timbul saat
- Inj. Ranitidin
BAK, darah (-), nanah (-), batuk
1A/12jam
berdahak (+), pusing (-)
Objektif - Inj.Furosemid
KU : sedang CM; T : 36,4 C; RR : 1A/24jam
21x/menit; HR : 83x/menit; TD : - Inj.Ciprofloxaci
180/100 mmHg n 200mg/12jam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Thorax: - KSR 1x1
- SDV +/+ - Candesartan
1x16mg,
- Ronkhi -/-
tergantung TD
- Wheezing -/- 2x8 mg
Abdomen : supel (+), peristaltic (+),
nyeri tekan
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal, HT
stage II
29 Subjektif Plan :
Pasien mengatakan tidak mau makan - Inf Nacl 20 tpm
sejak kemarin, mual (+), muntah (+)
- Inj. Fosmian
>10x, badan terasa lemas, nyeri perut
2x1gr
(+), sesak (-), kemeng (+)
Objektif - Inj. Ranitidin
KU : sedang CM; T : 36,2 C; RR : 2x1A/12 jam
23x/menit; HR : 89x/menit; TD : - Inj.Furosemid
180/100 mmHg 1A/24jam
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/-
Abdomen : supel (+), peristaltic (+), - metoclorporamid
3x1 tab
nyeri tekan
- KSR 1x1tab
- Candesartan
1x16mg,
tergantung TD
Ekstremitas : akral hangat + udem - - Amlodipin
1x10mg
1 Subjektif Plan :
Pasien mengatakan keluhan mual - Inf Nacl 20 tpm
muntah sudah tidak dirasakan lagi,
- Inj. Fosmian
makan minum baik, nyeri perut (+) ulu
2x1gr (H6)
hati, tidur tidak terganggu, BAK BAB
baik. - Inj. Ranitidin
Objektif 2x1A
KU : sedang CM; T : 36,4 C; RR : - Inj.Furosemid
21x/menit; HR : 88x/menit; TD : 1A/24jam
170/90 mmHg
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/- - Inj.Ciprofloxaci
n 200mg/12jam
Thorax:
- SDV +/+ - KSR 1x1tab
- Ronkhi -/- - Candesartan
1x16mg,
- Wheezing -/-
tergantung TD
Cor s1 s2 reg + BJ-
- Amlodipin
Abdomen : supel (+), peristaltic (+), 1x10mg
nyeri tekan
- Glikuidon 1-0-0
A: ISK,
Abdominal Pain DM insufiensi Renal
HT stage II
-
2 Subjektif Plan :
Pasien mengatakan sudah tidak ada - Inf Nacl 20 tpm
keluhan
- Inj. Fosmian
Objektif 2x1gr (H7)
KU : sedang CM; T : 36,2 C; RR :
- Ranitidin 2x1A
212x/menit; HR : 88x/menit; TD :
tab
170/90 mmHg
Kepala : masa (-), CA -/-, SI -/- - Furosemid
Thorax: 1A/24jam tab
- SDV +/+ - Inj.Ciprofloxaci
- Ronkhi -/- n 200mg/12jam
Cor: - Candesartan
- S1-S2 Reguler (+) 1x16mg,
tergantung TD
- Bising jantung (-)
- Amlodipin 1x10
Abdomen : supel (+), peristaltic (+), mg
nyeri tekan
- Glikuidon 1-0-0
Obat pulang:
Ranitidine tab 2x1
Ekstremitas : akral hangat + udem -
KSR 1x1
Amlodipin 1x10 mg
A: ISK,
Furosemide tab 1-0-0
Abdominal Pain DM insufiensi Renal, HT
stage II Glikuidon 1-0-0
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber: www.kidney.org
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal
bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir
dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Sumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition, 2007, Hal. 422.
.
Gambar 3. Vesika Urinaria dan Uretra pada perempuan & laki laki
2. Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme
murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 105 colony forming
units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria2,3
Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik2,3
Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna tanpa
manifestasi klinik2,3.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin
> 101, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik3.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh
terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium4,5.
3. Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai factor predisposisi2.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami
ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada
perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi
5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi2.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat
praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih
aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun 5. Insiden ISK pada laki-laki
yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah
disirkumsisi (0,11%)4.
4. Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2
Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
ISK simtomatik maupun asimtomatik
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK
anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase
negatif
Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali
pasca kateterisasi
Gambar 4. Bakteri E.Coli, berbentuk
basil dan ada fimbrae
5. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung
dari patogenitas bakteri sebagai agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri
masuk ke saluran kemih (bacterial entry) 2,4.
Peranan Patogenisitas Bakteri (agent)
Tidak semua bakteri dapat menginfeksi dan melekat pada jaringan saluran
kemih. Bakteri tersering yang menginfeksi saluran kemih adalah E.coli yang bersifat
uropathogen.2,4,6,7.
Strain bakteri E. coli hidup atau berkoloni di usus besar atau kolon manusia.
Beberapa strain bakteri E. coli dapat berkoloni di daerah periuretra dan masuk ke vesika
urinaria. Strain E. coli yang masuk ke saluran kemih dan tidak memberikan gejala klinis
memiliki strain yang sama dengan strain E. coli pada usus (fecal E.coli), sedangkan strain E.
coli yang masuk ke saluran kemih manusia dan mengakibatkan timbulnya manifestasi klinis
adalah beberapa strain bakteri E. coli yang bersifat uropatogenik dan berbeda dari sebagian
besar E.coli di usus manusia (fecal E.coli). Strain bakteri E.coli ini merupakan uropatogenik
E.coli (UPEC) yang memiliki faktor virulensi 7. Penelitian intensif berhasil menentukan faktor
virulensi E.coli dikenal sebagai virulence determinalis2.
Kapsul antigen K
Resistensi terhadap pertahanan tubuh
Perlengketan (attachment)
Lipopolysaccharide side
Resistensi terhadap fagositosis
chains (O antigen)
Lipid A (endotoksin)
Inhibisi peristalsis ureter
Proinflamatori
Membran protein lainnya
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan
Hemolysin
Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada
perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi2.
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala
lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal
seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampir 90% pasien
rawat jalan dengan ISK akut5.
Tabel 5. Simtomatologi ISK
Lokal Sistemik
Disuria Panas badan sampai
Polakisuria menggigil
Tenesmus
Nokturia
Perubahan urinalisis
Enuresis nocturnal
Hematuria
Prostatismus
Inkontinesia Piuria
Nyeri uretra Chylusuria
Nyeri kandung kemih Pneumaturia
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah
pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin
ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari
hidronefrosis dan distensi vesika urinaria5.
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis.
Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing2.
10. Komplikasi2
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan
ISK tipe berkomplikasi (complicated).
a. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.
b. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan
pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS)
merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus
(LFG).
11. Prognosis5
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang
diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien
Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah
mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal
jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan
utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila
terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis
sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor
predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Demam sejak 1 hari SMRS. Demam dirasakan mendadak dan naik turun, pusing (+)
disertai mual (+). 2 hari sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan dan
kiri bawah. Nyeri terasa terus menerus dan mangkel. Pasien juga mengeluh disuria
(+), terasa panas, anyang anyangan (+), warna kencing keruh (+). Pasien pernah
juga mengalami sakit yang sama 1 bulan yang lalu, namun keluhan sembuh sebelum
periksa ke dokter. BAB tidak ada keluhan.
Demam dapat disebabkan adanya proses peradangan atau inflamasi. Pada pasien ini
didapatkan keluhan pada BAKnya. Kedua keluhan tersebut berhubungan, adanya rasa
nyeri pada saat BAK dapat disebabkan oleh bakteri. Jika bakteri berkoloni dalam
jumlah yang banyak ditambah dari kebersihan sekitar alat kelamin kurang maka dapat
menyebabkan peradangan disekitar yang salah satunya dapat menyebabkan nyeri saat
BAK.
2. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 170/80 mmHg, Nadi : 83x/menit, isi
dan tegangan cukup, Frekuensi Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 37 0C, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada lumbal dextra et sinistra dan
suprapubik (+), CVA -/-
Nyeri pada suprapubik dan sekitarnya khas terjadi pada pasien dengan ISK. Pada
daerah yang mengalami peradangan akan terasa nyeri apalagi bila daerah tersebut di
tekan. Sedangkan pada pemeriksaan CVA tidak didapatkan hasil yang bermakna, hal
ini dapat menggambarkan bahwa ginjal tidak mengalami peradangan oleh karena batu
maupun penyebab lainnya.
3. Pemeriksaan urin rutin, kultur terdapat bakteri dan warna yang agak keruh.
Warna yang agak keruh tersebut berhubungan dengan adanya bakteri pada urin.
Banyaknya bakteri pada urin menyebabkan tubuh mengaktifkan sel darah putih yang
bercampur dengan urin dan bakteri bakteri, sehingga didapatkan urin berwarna agak
keruh. Melalui Lab Kultur ditemukan bakteri jenis E.Coli sejumlah 100.000 sehingga
diagnosis ISK dapat ditegakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition.
Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-432
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
3. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
4. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. &
McAninch J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division. 2008: 193-195
5. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology.
California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
6. Ronald A.R & Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W, ed.
Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2001: 1687
7. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In
In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1.
Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-826
8. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential
Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
9. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis,
and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallachs
Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a
Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731
11. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf