Anda di halaman 1dari 37

Mometasone Furoate 0,1 % cream

Dan
Megestrol Acetate 40 mg/mL suspensi

1. Penggolongan farmakologi hormon dan kortikosteroid


Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang
masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara
spesifik. Hormon dibagi menjadi dua tipe berdasarkan mekanisme kerja
hormon, yaitu :
1. Hormon peptida berikatan dengan reseptor hormon peptida yang terdapat pada
membran plasma sel target yang bersifat spesifik untuk hormon peptida
tertentu dan mengakibatkan perangsangan atau penghambatan enzim
adenilsiklase yang terikat pada reseptor tersebut dan menyebabkan
perubahan kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP sehingga terjadi suatu
efek.
2. Hormon steroid dapat melewati membran sel masuk ke dalam sitoplasma sel
target kemudian berikatan dengan reseptor hormon steroid yang terdapat di
dalam sitoplasma sel target (Ascobat, 2007).

Sedangkan berdasarkan struktur kimia, hormon digolongkan menjadi 3


kelas, yaitu :
1. Hormon derivat asam amino yang terdiri dari molekul kecil yang
berhubungan dengan asam amino dalam tubuh. Hormon derivat asam amino
meliputi hormon derivat tiroksin (hormon tiroid/tiroksin dan katekolamin)
dan derivat hormon triptofan (melatonin).
2. Hormon peptida yang terdiri dari rantai asam amino. Hormon peptida
meliputi hormon glikoprotein, contohnya adalah tyroid-strimulating
hormone (TSH), luteinizing hormone (LH), folicle-stimulating hormone
(FSH), Erythropoietin (EPO), inhibin); dan hormon yang terdiri dari rantai
polipeptida pendek dan protein kecil (kurang dari 200 asam amino),
contohnya adalah ADH, oksitosin, adrenocortropinic hormone (ACTH),
growth hormon (GH), prolactin (PRL), insulin, glukagon, parathyroid
hormone (PTH), dan kalsitonin.
3. Hormon derivat lemak yang terdiri dari cincin karbon dan rantai cabang,
terbentuk dari asam lemak atau kolestrol. Hormon derivat lemak meliputi
eicosanoid yang merupakan derivat lemak dari asam arakhidonat, contoh
eicosanoid adalah leukotrien, prostaglandin, tromboksan, prostasiklin; dan
hormon steroid yang memiliki struktur yang sama dengan kolestrol, contoh
hormon steroid adalah androgen, estrogen, progestin, mineralokortikoid, dan
glukokortikoid.
Berdasarkan tempat dihasilkannya, hormon digolongkan menjadi :
1. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior, yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok hormon somatropik
(meliputi hormon pertumbuhan (Growth Hormon (GH)), prolaktin (PRL),
laktogen plasenta (PL)); kelompok hormon berbentuk glikoprotein
(tirotropin/tyroid-strimulating hormone (TSH), luteinizing hormone (LH),
folicle-stimulating hormone (FSH) dan gonadotropin plasenta manusia
(HCG)); dan kelompok adrenokortikotropin (ACTH), melanotropin (MSH),
lipotropin (LPH) (Ascobat, 2007).
2. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, meliputi triiodothyronine (T 3),
tiroksin (T4) dan kalsitonin (Suherman dan Elysabeth, 2007).
3. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid, meliputi hormon
paratiroid (HPT)/parathyroid hormone (PTH) (Suherman, 2007).
4. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar kelamin (ovarium dan testis),
meliputi estrogen, progesteron, inhibin, testosteron (Suherman, 2007).
5. Hormon yang dihasilkan pankreas, meliputi insulin (sel pulau langerhans)
dan glukagon (sel pulau langerhans) (Suherman, 2007).
6. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, meliputi glukokortikoid
(kortisol dan kortikosteron) dan mineralokortikoid (aldosteron) (Suherman
dan Ascobat, 2007).
Golongan kortikosteroid berdasarkan struktur kimianya :
1. Hidrokortison.

2. Prednison: prednison, metilprednisolon, budesonida.

3. Derivat 9-alfa-flour: triamsinolon, deksametason, betametason,


halsinonida.

4. Derivat 6-alfa-flour: fluokortolon, flunisolida

5. Derivat diflour: fluosinonida, flumetason, diflukortolon, flutikason.

6. Derivat klor: beklometason, mometason.

7. Derivat klor-flour: klobetasol, klobetason, fluklorolon, halometason (Apotik


Medicastore, 2006).
2. CPOB untuk hormon dan kortikosteroid
- Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akubat terjadinya
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained hendaklah
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi. Produk lain seperti antibiotik tertentu,
produk hormon seks, produk sitotoksik produk tertentu dengan bahan aktif
berpotensi tinggi, produk biologi dan produk non-obat hendaklah diproduksi
di bangunan terpisah (BPOM, 2006).
- Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak
terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau
produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian
kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar
dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya
adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis
yang mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan
bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh
pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis
besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang
(BPOM, 2006).
- Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau
pengaturan yang tepat, misalnya: produksi di dalam gedung terpisah
(diperlukan untuk produk seperti penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu,
vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung bakteri hidup dan produk
biologi lain serta produk darah) (BPOM, 2006).
- Untuk mencegah pencemaran lingkungan dan pencemaran silang udara
yang keluar dari alat pengering fluid bed drier hendaklah disaring melalui
filter HEPA dengan klasifikasi H12 - EN 1822 untuk produk yang berisiko
tinggi, misal penisilin, hormon dan serbuk toksis (BPOM, 2009).

3. Mometasone furoate 0,1 % cream :


i. Farmakologi
Meringankan manifestasi inflamasi dan pruritis dari dermatosis yang
responsif terhadap kortikosteroid (Lacy et al., 2008).
ii. Bentuk sediaan dan kekuatan dosis yang ada di pasaran
Nama
Bentuk sediaan Potensi Ukuran sediaan Pabrik
dagang
Krim 0,1% 5 gram Dermovel Ferron
atau Elocon Schering-Plough
1 mg/g Elomox Ifars
Iflacort Pharos
Mesone Pharmacore
Mofulex Molex Ayus
Motaderm Bernofarm
10 gram Dermovel Ferron
Elocon Schering-Plough
Elomox Ifars
Iflacort Pharos
Intercon Interbat
Loksin Solas
Mefurosan Sanbe
Mesone Pharmacore
Motaderm Bernofarm
1% 5 gram
Mofacort SDM Lab
10 gram
Nama
Bentuk sediaan Potensi Ukuran sediaan Pabrik
dagang
Lotion 0,1% 10 mL Elocon Schering-Plough
Salep 0,1% 5 gram Mesone Pharmacore
atau 10 gram Elocon Schering-Plough
1mg/g Intercon Interbat
Mesone Pharmacore
Salep lemak 0,1% 5 gram
Mesone Pharmacore
10 gram
Gel 0,1% 10 gram Mesone Pharmacore
Semprot hidung 50 g/ 60 dosis
dosis terukur
Nasonex Schering-Plough
140 dosis
terukur
(MIMS Ed 12, 2012-2013)
iii. Umur hidup/shelf life/expired date produk di pasaran
Mometasone furoate cream = 2 tahun, setelah dibuka shelf life menjadi 12
minggu (Medicine and Healthcare product Regulatory Agency, 2011).
iv. Spesifikasi bahan aktif
Mometasone furoate mengandung
tidak kurang dari 97% dan tidak
lebih dari 102% C27H30Cl2O6,
dihitung dari bentuk anhidtat.
Pemerian : serbuk putih sampai
hampir putih. Meleleh pada 220oC,
dengan dekomposisi. Kelarutan : larut dalam aseton
dan metilen klorida. Penyimpanan : wadah tertutup rapat (USP).
- Loss on drying : keringkan pada suhu 105oC
selama 3 jam; maksimum kehilangan 0,5% dari
berat (USP).
- Spesific rotation : antara +56o dan +62o,
larutan uji 5 mg/mL dalam dioxane (USP).
- Residu pembakaran : tidak lebih dari 0,1%
(USP).

- Logam berat : 30 ppm, dengan menggunakan


metode II (USP).
v. Metode pengujian bahan aktif
- Loss on drying : keringkan pada suhu 105oC
selama 3 jam; maksimum kehilangan 0,5% dari
berat (USP).
Campur dan timbang secara akurat zat yang akan diuji sebanyak 1-2 gram.
Jika zat uji berbentuk kristal besar, kecilkan ukuran partikel sampai 2 mm
dengan penghancuran. Tara kaca penutup, botol timbang bawah
dikeringkan selama 30 menit di bawah kondisi yang sama dengan
pengujian. Letakkan zat uji kedalam botol, letakkan tutupnya, dan timbang
botol dan isinya secara akurat. Dengan perlahan, kocok menyamping,
distribusi zat uji mendatar dengan lebar 5 mm dan tidak lebih dari 10 mm
pada serbuk yang kasar. Tempatkan botol yang telah diisi pada chamber
pengering, lepaskan tutup dan biarkan dalam chamber. Keringkan zat uji
pada suhu dan waktu yang spesifik pada monografi (rentang suhu 2 oC
dari nilai yang ditetapkan). Pada saat chamber dibuka, segera tutup botol,
dan biarkan dalam desikator sampai suhu kamar sebelum ditimbang
(USP).
- Spesific rotation : antara +56o dan +62o,
larutan uji 5 mg/mL dalam dioxane (USP).
Pembanding spesific rotation dalam monografi ditandai bahwa spesific
rotation dihitung dari rotasi optik yang dilihat pada larutan uji diperoleh
sebagai acuan. Pengukuran rotasi optik dilakukan pada 589 nm pada 25 oC.
Dengan menggunakan fotoelektrik polarimeter, satu kali pengukuran
dikoreksikan dengan larutan blanko. Dengan menggunakan polarimeter
visual, nilai rata-rata tidak lebih kecil dari lima kali pengukuran yang
digunakan, dikoreksikan dengan membaca tube yang sama dengan larutan
blanko. Suhu yang digunakan untuk pengujian larutan harus dijaga dalam
0,5oC dari nilai yang ditetapkan. Gunakan sel yang sama untuk sampel dan
blanko. Jaga agar orientasi angular yang sama dalam masing-masing sel
dapat terbaca. Tempatkan sel sedemikian rupa sehingga cahaya dapat
melaluinya pada arah yang sama setiap waktu. Jika ditetapkan lain,
spesific rotation dihitung dari bentuk kering dimana loss on drying
ditetapkan pada monografi atau berupa bentuk anhidrat dimana air
ditetapkan. Rotasi optik larutan harus ditentukan 30 menit setelah
preparasi (USP).
- Residu pembakaran : tidak lebih dari 0,1%
(USP).
Uji residu pembakaran/abu sulfat menggunakan prosedur untuk mengukur
jumlah zat residu yang tidak menguap dari sampel ketika sampel dibakar
dengan adanya asam sulfat. Prosedur ini biasanya digunakan untuk
menentukan kandungan ketidakmurnian zat inorganik dalam zat organik.
Prosedur : bakar wadah yang sesuai (misalnya silika, platinum, kwarsa
atau porselain) pada 600 50oC selama 30 menit, dinginkan wadah dalam
desikator (silika gel atau desikan lain yang cocok). timbang dalam wadah
secara akurat 1 sampai 2 gram zat atau sejumlah spesifik pada monografi.
Basahi sampel dengan sejumlah kecil (biasanya 1 mL) asam sulfat, dan
panaskan perlahan pada suhu rendah yang diprediksikan sampai hangus
secara menyeluruh. Dinginkan, lalu basahkan residu dengan sejumlah kecil
asam sulfat (biasanya 1 mL), panaskan perlahan sampai terbentuk asap
putih dan bakar pada 600 50oC (bila tidak ada ketentuan temperatur lain
dalam monografi) sampai residu terbakar sempurna. Pastikan bahwa api
tidak terbentuk selama prosedur. Dinginkan wadah dalam desikator
(desikan silika gel atau zat lain yang cocok), timbang secara akurat dan
hitung persentase residu. Bila tidak ditetapkan lain, jika jumlah residu
yang terbentuk melebihi batas pada monografi, ulangi pembasahan dengan
asam sulfat, panaskan dan bakar dengan periode pembakaran 30 menit,
sampai dua berat residu secara berurutan tidak berbeda lebih dari 0,5 mg
atau sampai persentase residu memenuhi batas pada monografi (USP).
- Logam berat : 30 ppm, dengan menggunakan
metode II (USP).
Metode II :
Buffer asetat pH 3,5 : larutkan 25 gram amonium
asetat dalam 25 mL air, dan tambahkan 38 mL
asam hidroklorida 6N. Lakukan penyesuaian pH,
bila perlu, dengan menambahkan amonium
hidroksida 6N atau asam hidroklorida sampai pH
3,5, encerkan dengan 100 mL air dan campur.
Larutan baku : masukkan 2 mL larutan baku
timbal (20g Pb) ke dalam pipet tube pembanding
warna ukuran 50 mL, dan encerkan dengan 25 mL
air. Dengan menggunakan pH meter atau kertas pH
indikator rentang pendek sebagai indikator
eksternal, lakukan penyesuaian pH dengan
menambahkan asam asetat 1N atau amonium
hidroksida 6N sampai pH antara 3 dan 4, encerkan
dengan 40 mL air dan campur.
Larutan uji : menggunakan kuantitas,
dalam gram, zat yang akan diuji dihitung dengan
rumus :
2.0/(1000L)
dimana L adalah batas logam berat, dalam persen.
Pindahkan zat yang telah ditimbang ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan asam sulfat untuk
membasahi zat, dan dibakar dengan hati-hati pada
suhu rendah sampai menjadi gosong. (Wadah dapat
ditutup dengan penutup yang cocok selama proses
pembakaran). Tambahkan ke 2 mL massa karbon
dari asam nitrat dan 5 tetes asam sulfat, dan
panaskan dengan hati-hati sampai terbentuk asap
putih. Bakar, terutama di dalam tungku redam,
pada 500oC sampai 600oC, sampai karbon terbakar
seluruhnya. Dinginkan, tambahkan 4 mL asam
hidroklorida 6N, tutup, digest pada bak uap selama
15 menit, buka tutup, dan uapkan secara perlahan
pada bak air sampai kering. Basahi residu dengn 1
tetes asam hidroklorida, tambahkan 100 mL air
panas, dan digest selama 2 menit. Tambahkan
amonium hidroklorida 6N dengan diteteskan
sampai larutan menjadi basa pada kertas lakmus,
encerkan dengan 25 mL air, dan sesuaikan pH
dengan menambahkan asam asetat 1N sampai pH
antara 3 dan 4, menggunakan kertas pH indikator
rentang pendek sebagai indikator eksternal. Saring
jika diperlukan, bilas wadah dan saring dengan 10
mL air, campurkan filtrat dan bilas dalam tube
pembanding warna ukuran 50 mL, encerkan
dengan 40 mL air, dan campur.
Prosedur : tambahkan 2 mL buffer asetat
pH 3,5 ke dalam setiap tube yang mengandung
larutan baku dan larutan uji, kemudian tambahkan
1,2 mL basa tioasetamid-gliserin TS, encerkan
dengan 50 mL air, campur, biarkan 2 menit, dan
lihat pergerakan ke bawah di atas lapisan putih.
Warna larutan uji tidak boleh lebih gelap daripada
larutan baku (USP).
- Identifikasi :
A. Spektrofotometri inframerah (USP)
Gambar 1. Spektrum inframerah mometasone furoate (Mills III et al.,2006).

B.Waktu retensi dari peak utama pada kromatogram preparat uji penetapan
kadar cocok dengan preparat baku, keduanya ditambahkan dengan
standar internal, seperti yang diperoleh pada penetapan kadar (USP).

- Kemurnian secara kromatografi :


Larutan standar : larutkan sejumlah mometason
furoat USP RS yang ditimbang secara akurat, dan
encerkan secara kuantitatif dengan diklorometan untuk
mendapatkan larutan yang mengandung 10 mg/mL.
Encerkan bagian dari larutan ini dengan diklorometan
untuk mendapatkan larutan A, B, C, D dan E yang
mengandung 0,5 (5%), 0,2 (2%), 0,1 (1%), 0,02 (0,2%)
dan 0,01 (0,1%) mg/mL.
Larutan uji : siapkan larutan mometason furoat
dalam diklorometan (10 mg/mL).
Prosedur : secara terpisah totolkan 40 g larutan
uji dan larutan baku A, B, C, D, dan E pada pelat
kromatografi lapis tipis (KLT) yang dilapisi dengan
0,25 mm lapisan silika gel kromatografi. Kembangkan
kromatogram dalam chamber, sebelumnya jenuhkan
dengan pelarut yang terdiri dari campuran kloroform
dan etil asetat (3:1), sampai pelarut bergerak sekitar
tiga perempat panjang pelat. Angkat pelat dari
chamber, tandai batas pelarut dan keringkan. Periksa
pelas di bawah lampu UV panjang gelombang pendek.
Bandingkan intensitas dari spot sekunder yang
terbentuk di kromatogram dari larutan uji dengan spot
utama yang terbentuk di kromatogram oleh larutan
baku. Tidak ada spot sekunder pada kromatogram dari
larutan uji yang lebih luas atau lebih besar intensitasnya
daripada spot utama yang terbentuk dari larutan standar
C, dan jumlah intensitas spot sekunder yang terbentuk
dari larutan uji tidak lebih besar dari 2% (USP).
- Penetapan kadar :
Fase gerak : siapkan campuran metanol
dan air (65 :35) yang telah disaring dan
dihilangkan gasnya (degas). Buat penyesuaian
bila diperlukan.
Larutan pengencer : siapkan larutan yang
terdiri dari campuran metanol, air dan asam
asetat (65:35:0,2).
Larutan baku internal : pindahkan 40
mg beklometason dipropionat ke dalam labu
ukur 100 mL, encerkan dengan larutan
pengencer sampai volum dan campur.
Preparat baku : larutkan sejumlah
mometason furoat USP RS yang ditimbang
secara akurat, dalam metanol, dan diencerkan
secara kuantitatif dengan larutan pengencer
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,1
mg/mL. Pipet larutan tersebut dan larutan baku
internal dengan jumlah yang sama, dan
dilarutkan secara kuantitatif dengan larutan
pengencer untuk membuat larutan dengan
konsentrasi 0,02 mg/mL untuk mometason
furoat dan 0,08 mg/mL untuk beklometason
dipropionat.
Preparat uji : larutkan sejumlah mometason
furoat yang telah ditimbang secara akurat,
dalam metanol, dan diencerkan secara
kuantitatif dengan larutan pengencer untuk
membentuk larutan dengan konsentrasi 0,1
mg/mL. Pipet 10 mL dari larutan tersebut dan
10 mL larutan baku internal ke dalam labu ukur
50 mL, encerkan dengan larutan pengencer
sampai volum dan campur.
Sistem kromatografi : kromatografi
cair dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm yang terdiri dari
kemasan L7. Laju alir sekitar 1,7 mL/menit.
Lakukan kromatografi larutan baku dan rekam
respon puncak dapat dilihat pada prosedur,
waktu retensi relatif sekitar 1,6 untuk
beklometason dipropionat dan 1 untuk
mometason furoat, resolusi (R) antara peak
mometason furoat dan beklometason
dipropionat tidak kurang dari 4, faktor tailing
untuk mometason furoat tidak lebih dari 1,8 dan
standar deviasi relatif untuk
penyuntikan/peninjeksian ulang tidak boleh
lebih dari 2%.
Prosedur : injeksikan secara terpisah
larutan baku dan larutan uji dengan volume
yang sama (sekitar 20 L) ke dalam
kromatografi, rekam kromatogam, dan tentukan
respon terhadap peak utama. Hitung kuantitas
(dalam mg) dari C27H30Cl2O6 pada bagian
mometason furoat yang diperoleh dengan rumus
:
100C (Ru/Rs)
dimana C adalah konsentrasi (mg/mL) dari
mometason furoat USP RS pada larutan baku,
dan Ru dan Rs adalah rasio peak mometason
furoat terhadap peak baku internal yang
terbentuk dari preparat uji dan preparat baku
(USP).
vi. Material safety dan data sheet (MSDS) bahan aktif
(Terlampir)
vii. Praformulasi
Mometasone Furoate Cream (Formula I):
- Isopropyl alcohol
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, cair, mudah menguap,
mudah terbakar, berbau alkohol seperti campuran etanol
dan aseton, rasa sedikit pahit.
Fungsi : isopropyl alcohol digunakan dalam formulasi kosmetik
dan obat, terutama sebagai pelarut dalam formulasi
topikal. Tidak disarankan untuk penggunaan oral karena
toksik. Isopropyl alcohol memiliki aktivitas antimikroba,
yaitu bakterisida dan larutan isopropyl alcohol 70% v/v
digunakan sebagai desinfektan topikal (Rowe et al., 2009).
- Hydroxypropyl cellulose
Deskripsi : serbuk berwarna putih sampai sedikit kuning, tidak berbau
dan tidak memiliki rasa.
Fungsi : thickening agent, emulsifying agent, stabilizing agent
(Rowe et al., 2009)
- Sodium acid phosphate
Deskripsi : bentuk hidrat berupa kristal tidak berwarna atau putih,
tidak berbau, sedikit meleleh. Bentuk anhidrat berupa
serbuk kristal atau granul putih.
Fungsi : buffering agent, sequestering agent (Rowe et al., 2009)
- Propylene glycol
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,
dengan rasa manis dan sedikit pedas seperti gliserin.
Fungsi : pelarut yang lebih baik daripada gliserin dan dapat
melarutkan berbagai zat, seperti kortikosteroid, fenol, obat
sulfa, barbiturat, vitamin A dan vitamin D (Rowe et al.,
2009)
- Phosphoric acid
Deskripsi : larutan tidak berwarna, tidak berbau
Fungsi : pengasam (acidifying agent) dan sebagai bagian dari
sistem buffer ketika dikombinasikan dengan garam fosfat,
seperti sodium phosphate (Rowe et al., 2009)

- Purified water
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa
Fungsi : pelarut (Rowe et al., 2009)
Mometasone Furoate Cream (Formula II) :
- Hexylene glycol
Deskripsi : cairan jernih, tidak berwarna, dapat bercampur dengan air
dan pelarut organik lain meliputi alkohol, aseton,
kloroform, eter dan heksan.
Fungsi : memiliki sifat mirip propylene glycol, digunakan sebagai
bahan tambahan (Sweetman, 2009).
- Purified water
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa
Fungsi : pelarut (Rowe et al., 2009)
- Beeswax white
Deskripsi : tidak berasa, berwarna putih atau sedikit kuning, lembaran
atau granul halus, berbau mirip dengan wax kuning tapi
dengan intensitas lemah.
Fungsi : meningkatkan konsistensi krim (Rowe et al., 2009)
- Propylene glycol monopalnitostearate
Deskripsi : padatan seperti lilin, berwarna putih atau hampir putih,
sedikit berbau lemak. Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam pelarut organik seperti alkohol, aseton, eter, benzen,
minyak mineral.
Fungsi : stabiliser atau emulsifier (Sweetman, 2009).
- Stearyl alcohol
Deskripsi : serpihan atau granul keras, putih, sefikit berbau, rasa
hambar.
Fungsi : stiffening agent (pengeras), emollient dan emulsifying
lemah digunakan untuk meningkatkan kapasitas
pengikatan air dari salep (Rowe et al., 2009)
- Ceteareth-20
Deskripsi : pellet putih, tidak berbau, larut dalam air dan alkohol
membentuk larutan koloid.
Fungsi : emulsifier (MakingCosmetics, 2013).
- Titanium dioxide
Deskripsi : serbuk nonhigroskopis putih, amorf, tidak berbau dan
tidak berasa.
Fungsi : pigmen putih (Rowe et al., 2009)
- Aluminium starch ocetenylsuccinate
Deskripsi : serbuk putih atau agak putih, daya alir baik, sedikit berbau
khas,larut dalam minyak sayur, tidak larut dan tidak
terdispersi dalam air.
Fungsi : stabilizer, meningkatkan viskositas (New Directions
Australia, 2013).
- Phosphoric acid
Deskripsi : larutan tidak berwarna, tidak berbau
Fungsi : pengasam (acidifying agent) dan sebagai bagian dari
sistem buffer ketika dikombinasikan dengan garam fosfat,
seperti sodium phosphate (Rowe et al., 2009)
- Parafiin
Deskripsi : padatan tidak berwarna atau putih, tidak berbau, tidak
berasa, meleleh. Agak berminyak saat dipegang, rapuh.
Fungsi : basis salep, stiffening agent (Rowe et al., 2009).
- Butylated hydrohytoluene
Deskripsi : kristal padat atau sebuk putih atau kuning muda, berbau
fenol.
Fungsi : antioksidan, mencegah atau memperlambat oksidasi lemak
dan minyak (Rowe et al., 2009).
viii. Formulasi
Mometasone Furoate Cream (Formula I)
Rencana zat
Skala (g/100g) No Nama zat Kuantitas/kg (g)
0,2 1 Mometasone furoate mironized 2
40 2 Isopropyl alcohol 400
0,15 3 Hydroxypropyl cellulose 1.5
0.226 4 Sodium acid phosphate 0,226
30 5 Propylene glycol 300
q.s. 6 Water purified q.s. sampai 1 kg
q.s. Phosphoric acid untuk penyesuaian pH q.s
7
(larutan 10% b/v)
Proses pembuatan:
1. Letakkan isopropyl alcohol pada wadah yang sesuai, tambahkan
mometasone furoate mironized, mix selama 25 menit sampai melarut
sempurna.
2. Tambahkan hydroxypropyl cellulose secara perlahan dan mix selama 15
menit untuk meratakan dispersi.
3. Dalam wadah yang terpisah, larutkan sodium acid phosphate dalam
sejumlah water purified, dan tambahkan ke dalam campuran yang
sebelumnya dan mix selama 10 menit. Sirkulasikan air dingin dalam
pembungkus (jacket) untuk membantu membentuk gel.
4. Tambahkan propylene glycol, dan mix sampai homogen.
5. Cek dan sesuaikan pH sampai pH 4,5 0,2 dengan larutan phosphoric
acid 10%. Mix campuran selama 2 jam untuk menyesuaikan pH dan cek
pH akhir.
6. Sesuaikan volume, menggunakan mesh 100.
7. Isikan ke dalam wadah yang cocok (Niazi, 2004).
Mometasone Furoate Cream (Formula II)
Setiap bagian dari mometasone furoate cream 0.1% mengandung 1 mg
mometasone furoate dalam basis of hexylene glycol, purified water, beeswax
white, propylene glycol monopalnitostearate, Promulgen G (stearyl alcohol
dan ceteareth-20), titanium dioxide (E171), aluminium starch
ocetenylsuccinate, phosphoric acid concentrated (untuk penyesuaian pH),
parafiin (white soft), butylated hydrohytoluene (E321) sebagai antioksidan
dalam parafin (Medicine and Healthcare product Regulatory Agency, 2011).
ix. Spesifikasi produk jadi
Mometasone furoate cream merupakan mometason furoat dalam basis krim
yang sesuai, mengandung mometason furoat (C 27H30Cl2O6) tidak kurang dari
90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket/label
(USP). Produk jadi berupa krim lembut berwarna putih atau agak putih
(Medicine and Healthcare product Regulatory Agency, 2011). Penyimpanan :
wadah tertutup rapat (USP).
- Batas mikroba : tidak boleh mengandung Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, dan Salmonella sp. (USP).
- Isi minimum : sesuai syarat (USP).
x. Metode pengujian produk jadi
- Isi minimum :
Untuk wadah yang dilabeli dengan berat/bobot, pilih sampel dari 10 wadah
yang terisi dan hilangkan semua label yang mempengaruhi berat selama
pengeluaran isis wadah. Bersihkan secara menyeluruh dan keringkan
bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan masing-masing ditimbang.
Keluarkan isi wadah dari masing-masing wadah secara kuantitatif, potong
latter open dan cuci dengan larutan yang sesuai, jika diperlukan, simpan
tutup dan setiap bagian lain dari wadah. Keringkan dan timbang kembali
setiap bagian wadah kosong bersamaan. Perbedaan antara dua berat
tersebut merupakan berat bersih (netto) zat dalam wadah. Untuk wadah
yang dilabeli dengan volum, tuang isi 10 wadah ke dalam 10 gelas ukur
yang cocok dan biarkan kering sempurna. Catat volume zat setiap 10
wadah. Rata-rata berat bersih (netto) dari 10 wadah tidak boleh kurang dari
jumlah pada label, dan netto isi dari setiap wadah tidak boleh kurang dari
90% dari jumlah pada yang tertera label (bila jumlah label adalah 60 gram
atau 60 mL atau kurang) atau tidak kurang dari 95% dari jumlah pada label
(bila jumlah pada label lebih dari 60 gram atau 60 mL atau lebih, tetapi
tidak boleh lebih dari 150 gram atau 150 mL) . Jika tidak memenuhi
syarat, tentukan isi dari penambahan 20 wadah. Isi rata-rata dari 30 wadah
tidak kurang dari jumlah yang tertera pada label, dan netto isi dari tidak
lebih dari 1 wadah dari 30 wadah lebih kecil dari 90% dari jumlah yang
tertera pada label (bila jumlah label adalah 60 gram atau 60 mL atau
kurang) atau tidak kurang dari 95% dari jumlah pada label (bila jumlah
pada label lebih dari 60 gram atau 60 mL atau lebih, tetapi tidak boleh
lebih dari 150 gram atau 150 mL) (USP).
- Identifikasi :
A : waktu retensi dari peak utama pada kromatogram preparat uji cocok
dengan preparat baku, keduanya ditambahkan dengan baku internal,
seperti yang terdapat pada penetapan kadar.
B : siapkan larutan uji dari krim dalam asetonitril yang mengandung 0,2
mg/mL mometason furoat. Siapkan larutan baku mometason furoat
USP RS dalam asetonitril dengan konsentrasi yang sama dengan
larutan uji. Identifikasi larutan uji menggunakan kromatogradi lapis
tipis (KLT), dengan kloroform dan etil asetat (3:1) sebagai larutan
pengembang (USP).
- Penetapan kadar
Fase gerak : siapkan campuran metanol
dan air (65 :35) yang telah disaring dan
dihilangkan gasnya (degas). Buat penyesuaian
bila diperlukan.
Larutan baku internal : larutkan
sejumlah beklometason dipropionat dalam
asetonitril untuk membuat larutan dengan
konsentrasi 0,53 mg/mL.
Larutan baku : larutkan secara
kuantitatif sejumlah mometason furoat USP RS,
yang ditimbang secara akurat, dalam asetonitril
untuk membuat larutan dengan konsentrasi
0,136 mg/mL. Pipet larutan tersebut dan larutan
baku internal dengan jumlah yang sama, dan
encerkan secara kuantitatif dengan asetonitril
hingga konsentrasi mometason furoat 0,027
mg/mL dan konsentrasi beklametason
dipropionat 0,106 mg/mL.
Preparat uji : pindahkan sejumlah krim
mometason furoat 0,1% yang setara dengan 2
mg mometason furoat, ke dalam tube
sentrifugasi 50 mL. Pipet 15 mL larutan baku
internal dan 15 mL asetonitril ke dalam tube dan
pasang tutup tube. Panaskan pada water bath
suhu 85oC sampai krim meleleh sempurna, dan
kocok dengan tangan selama 2 menit. Ulangi
pemanasan dan pengocokan. Tempatkan tube
pada bak es-metanol selama 10 menit.
Sentrifugasi untuk membentuk supernatan
jernih, dan pindahkan 10 mL lapisan supernatan
ke dalam labu ukur 25 mL, encerkan dengan
asetonitril sampai volum dan campur.
Sistem kromatografi : kromatografi
cair dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm yang terdiri dari
kemasan L7. Laju alir sekitar 1,7 mL/menit.
Lakukan kromatografi larutan baku dan rekam
respon puncak dapat dilihat pada prosedur,
waktu retensi relatif sekitar 1,6 untuk
beklometason dipropionat dan 1 untuk
mometason furoat, resolusi (R) antara peak
mometason furoat dan beklometason
dipropionat tidak kurang dari 4, faktor tailing
untuk mometason furoat tidak lebih dari 1,8 dan
standar deviasi relatif untuk
penyuntikan/peninjeksian ulang tidak boleh
lebih dari 2%.
Prosedur : injeksikan secara terpisah
preparat baku dan preparat uji dengan volume
yang sama (20 L) ke dalam kromatografi,
rekam kromatogram, dan tentukan respon
terhadap peak utama. Hitung kuantitas (dalam
mg) mometason furoat (C27H30Cl2O6) dalam
bagian dari krim dengan rumus :
75C (Ru/Rs)
dimana C adalah konsentrasi mometason furoat
USP RS pada preparat standar (mg/mL), dan Ru
dan Rs adalah rasio peak mometason furoat
terhadap peak baku internal yang terbentuk dari
preparat uji dan preparat baku (USP).
xi. Rancangan uji stabilitas produk jadi
Penyimpanan : simpan di bawah suhu 25oC (Medicine and Healthcare
product Regulatory Agency, 2011).
Seleksi Batch
- Untuk NCE (New Chemical Entity), data stabilitas diperoleh dari
paling sedikit tiga batch utama dari produk obat.
- Untuk produk variasi dosis biasa (obat lepas cepat, larutan) dan zat
obat yang stabil, data stabilitas minimal berasal dari dua batch skala
pilot.
- Proses produksi harus dapat menghasilkan produk dengan kualitas
yang sama dan spesifikasi yang sama.
- Jika memungkinkan, batch produk obat sebaiknya diproduksi dengan
menggunakan batch yang berbeda dengan zat obat.
- Pengujian stabilitas sebaiknya dilakukan untuk setiap ukuran potensi
dan ukuran wadah dari produk obat kecuali jika menggunakan sistem
bracketing atau matrixing.
Pengujian stabilitas
- Pengujian stabilitas jangka panjang untuk membuktikan profil
stabilitas produk obat. Frekuensi pengujian pada kondisi
penyimpanan jangka panjang sebaiknya setiap 3 bulan pada tahun
pertama, setiap 6 bulan pada tahun kedua dan pada tahun ketiga
sampai seterusnya hingga shelf-life produk, pengujian dilakukan tiap
tahun.
- Pengujian stabilitas dipercepat minimum 3 batas waktu, meliputi
waktu awal dan waktu akhir (contohnya bulan ke-0, bulan ke-3, dan
bulan ke-6), dan direkomendasikan untuk dilakukan selama 6 bulan.
Kondisi Penyimpanan Interval Sampling
Jangka Panjang
30oC 2oC / 75% RH 5% RH Bulan ke- 0, 3, 6, 9, 12, 18, 24
Dipercepat
40oC 2oC / 75% RH 5% RH Bulan ke- 0, 3, 6
Evaluasi
- Sediaan topikal sebaiknya diperiksa penampilan/pemerian,
kejernihan, warna, homogenitas, bau, pH, konsistensi, viskositas,
penetapan kadar zat aktif, degradasi produk, kandungan pengawet
dan antioksidan dan batas mikroba/strilitas (ASEAN Guideline on
Stability Study of Drug Product, 2005).

4. Megestrol acetate 40 mg/mL suspensi :


i. Farmakologi
Terapi paliatif untuk karsinoma payudara dan karsinoma endomatrium,
terapi untuk anoreksia, kakheksia atau penurunan berat badan secara
signifikan pada pasien AIDS (Lacy et al., 2008).
ii. Bentuk sediaan dan kekuatan dosis yang ada di pasaran

Bentuk sediaan Potensi Ukuran sediaan Nama dagang Pabrik


Tablet 40 mg/tab 40 mg Megace Bristol-Myers
SquiBB
Megaplex Combiphar
160 mg 160 mg Tracetate Fahrenheit
Suspensi 40 mg/mL 240 mL Megace Bristol-Myers
SquiBB
(ISO vol 43, 2008; MIMS Ed 12, 2012-2013, MIMS online, 2013)
iii. Umur hidup/shelf life/expired date produk di pasaran
Megestrol acetate oral suspension = 3 tahun (Medicines.ie, 2012).
iv. Spesifikasi bahan aktif
Megestrol asetat mengandung tidak
kurang dari 97% dan tidak lebih dari
103% C24H32O4, dihitung dari bentuk
anhidrat. Pemerian : Putih sampai
putih krem, tidak memiliki rasa dan
bau yang spesifik, serbuk kristal.
Kelarutan : tidak larut dalam air,
sukar larut dalam alkohol, agak larut
dalam eter dan minyak, larut dalam aseton, sangat larut dalam kloroform.
Tidak stabil dalam larutan dengan pH 7 atau lebih. Penyimpanan : wadah
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (USP).
- Rentang leleh : antara 213oC dan 220oC,
rentang antara awal dan akhir pelelehan tidak lebih
dari 3 (USP).
- Spesific rotation : antara +8,8o dan + 12o
(t=20o), larutan uji 20 mg/mL dalam kloroform
(USP).
- Kadar air : tidak lebih dari 0,5%
(metode I) (USP).
- Residu pembakaran : tidak lebih dari 0,2%,
menggunakan piring platinum, pembakaran pada
600 25oC (USP).
- Logam berat : tidak lebih dari 0,002% (metode II)
(USP).
v. Metode pengujian bahan aktif
- Rentang leleh : antara 213oC dan 220oC,
rentang antara awal dan akhir pelelehan tidak lebih
dari 3 (USP).
Siapkan zat uji, dan isi pipa kapiler (panjang pipa kapiler 10 cm,
diameter dalam 0,8 sampai 1,2 mm dengan tebal dinding kapiler 0,2
sampai 0,3 mm) yang salah satu ujung bawahnya telah ditutup, dengan
zat kering sehingga membentuk kolom di dasar pipa dengan tinggi 2,5
sampai 3,5 mm dengan dibuat memadat dengan cara diketuk-ketukkan
pada tempat padat. Panaskan bak sampai suhu sekitar 10 oC dibawah titik
leleh yang diperkirakan dan suhu meningkat dengan kecepatan 1 0,5
o
C/menit, keluarkan termometer dan segera tempelkan pipa kapiler ke
termometer dan basahi keduanya dengan tetesan cairan dari bak, atur
ketinggian pipa kapiler sehingga zat dalam pipa sejajar dengan bulb
termometer. Taruh kembali termometer dan lanjutkan pemanasan dengan
kecepatan yang konstan. Ketika suhu sekitar 5oC di bawah batas terendah
titik leleh yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan sampai zat meleleh
seluruhnya. Suhu ketika zat uji diamati dengan jelas mulai meleleh
merupakan awal pelelehan zat dan suhu ketika zat uji menjadi cairan
seluruhnya merupakan akhir pelelehan atau titik leleh. Batas kedua suhu
tersebut merupakan rentang leleh.Catat rentang leleh (USP).
- Spesific rotation : antara +8,8o dan + 12o
(t=20o), larutan uji 20 mg/mL dalam kloroform
(USP).
Pembanding spesific rotation dalam monografi ditandai bahwa spesific
rotation dihitung dari rotasi optik yang dilihat pada larutan uji diperoleh
sebagai acuan. Pengukuran rotasi optik dilakukan pada 589 nm pada
25oC. Dengan menggunakan fotoelektrik polarimeter, satu kali
pengukuran dikoreksikan dengan larutan blanko. Dengan menggunakan
polarimeter visual, nilai rata-rata tidak lebih kecil dari lima kali
pengukuran yang digunakan, dikoreksikan dengan membaca tube yang
sama dengan larutan blanko. Suhu yang digunakan untuk pengujian
larutan harus dijaga dalam 0,5oC dari nilai yang ditetapkan. Gunakan sel
yang sama untuk sampel dan blanko. Jaga agar orientasi angular yang
sama dalam masing-masing sel dapat terbaca. Tempatkan sel sedemikian
rupa sehingga cahaya dapat melaluinya pada arah yang sama setiap
waktu. Jika ditetapkan lain, spesific rotation dihitung dari bentuk kering
dimana loss on drying ditetapkan pada monografi atau berupa bentuk
anhidrat dimana air ditetapkan. Rotasi optik larutan harus ditentukan 30
menit setelah preparasi (USP).
- Kadar air : tidak lebih dari 0,5% (metode I)
(USP).
Metode I : Titrimetri
Prinsip : Penentuan kadar air dengan
titrimetri berdasarkan pada reaksi kuantitatif air
dengan larutan anhidrat dari sulfur dioksida dan
iodin dengan adanya buffer yang bereaksi dengan
ion hidrogen.
Reagen : Siapkan reagen Karl Fischer
sebagai berikut : tambahkan 125 gram iodin ke
dalam larutan yang mengandung 670 mL metanol
dan 179 mL piridin, dan dinginkan. Tempatkan
100 mL piridin dalam gelas ukur 250 mL, dan
biarkan piridin dingin dalam bak es, tambahkan
sulfur dioksida kering sampai volum mencapai
200 mL. Secara perlahan tambahkan larutan ini,
dengan digoyangkan, ke dalam campuran iodin
dingin. Kocok untuk melarutkan iodin, pindahkan
ke alat dan biarkan semalaman sebelum
distandarisasi. Satu mL dari larutan dibuat segar
yang setara dengan sekitar 5 mg air, namun akan
menjadi jelek secara berangsur-angsur, maka dari
itu lakukan standarisasi 1 jam sebelum digunakan
atau setiap hari jika digunakan terus-menerus.
Lindungi dari cahaya ketika digunakan. Simpan
sisa reagen pada wadah tertutup kaca yang
terlindung dari cahaya dan dalam pendinginan.
Preparat uji : jika tidak ditetapkan pada
monografi, gunakan berat atau jumlah yang pasti
dari zat yang akan diuji yang ditimbang secara
akurat yang diperkirakan mengandung 10 hingga
250 mg air.
Standarisasi reagen : tempatkan metanol
atau pelarut yang cocok dengan jumlah
secukupnya pada titration vessel untuk
melindungi elektroda, dan tambahkan reagen
dengan jumlah secukupnya untuk memberikan
karakteristik warna titik akhir, atau 100 50
mikroamper dari arus langsung pada 200 mV
potensial yang digunakan. Untuk menentukan
jumlah air yang sedikit (< 1%) gunakan natrium
tartrat sebagai zat pembanding air yang tepat.
Segera tambahkan 150 sampai 350 mg natrium
tartrat (C4H4Na2O6.2H2O) yang ditimbang secara
akurat, dan dititrasi untuk mendapat titik akhir.
Faktor kesetaraan air, F, dalam mg air/mL reagen
diperoleh dari rumus :
2 (18,02/230,08)(W/V)
dimana 18,02 adalah BM air dan 230,08 adalah
BM natrium tartrat dihidrat, W adalah berat
natrium tartrat dihidrat (mg), V adalah volum
readen yang digunakan dalam titrasi (mL)
Prosedur : jika tidak ditetapkan lain,
pindahkan 35 sampai 40 mL metanol atau pelarut
yang cocok ke titration vessel, dan titrasi dengan
reagen sampai elektrometrik atau titik akhir
terlihat untuk penggunaan air yang mungkin
terjadi. (Abaikan volume yang terpakai, karena
tidak digunakan dalam perhitungan). Segera
tambahkan preparat uji, campur dan titrasi
kembali dengan reagen sampai elektrometrik atau
titik akhir terlihat. Hitung kandungan air dalam
zat uji (mg) dengan rumus :
SF
dimana S adalah volume reagen yang digunakan
dalam titrasi zat uji (mL) dan F adalah faktor
kesetaraan air dari reagen (USP).
- Residu pembakaran : tidak lebih dari 0,2%,
menggunakan piring platinum, pembakaran pada
600 25oC (USP).
Uji residu pembakaran/abu sulfat menggunakan prosedur untuk
mengukur jumlah zat residu yang tidak menguap dari sampel ketika
sampel dibakar dengan adanya asam sulfat. Prosedur ini biasanya
digunakan untuk menentukan kandungan ketidakmurnian zat inorganik
dalam zat organik.
Prosedur : bakar wadah yang sesuai (piring platinum) pada 600 50 oC
selama 30 menit, dinginkan wadah dalam desikator (silika gel atau
desikan lain yang cocok). Timbang dalam wadah secara akurat 1 sampai
2 gram zat atau sejumlah spesifik pada monografi. Basahi sampel dengan
sejumlah kecil (biasanya 1 mL) asam sulfat, dan panaskan perlahan pada
suhu rendah yang diprediksikan sampai hangus secara menyeluruh.
Dinginkan, lalu basahkan residu dengan sejumlah kecil asam sulfat
(biasanya 1 mL), panaskan perlahan sampai terbentuk asap putih dan
bakar pada 600 25oC sampai residu terbakar sempurna. Pastikan bahwa
api tidak terbentuk selama prosedur. Dinginkan wadah dalam desikator
(desikan silika gel atau zat lain yang cocok), timbang secara akurat dan
hitung persentase residu. Jika jumlah residu yang terbentuk melebihi
batas pada monografi, ulangi pembasahan dengan asam sulfat, panaskan
dan bakar dengan periode pembakaran 30 menit, sampai dua berat residu
secara berurutan tidak berbeda lebih dari 0,5 mg atau sampai persentase
residu memenuhi batas pada monografi (USP).
- Logam berat : tidak lebih dari 0,002% (metode II)
(USP).
Metode II :
Buffer asetat pH 3,5 : larutkan 25 gram
amonium asetat dalam 25 mL air, dan tambahkan
38 mL asam hidroklorida 6N. Lakukan
penyesuaian pH, bila perlu, dengan
menambahkan amonium hidroksida 6N atau asam
hidroklorida sampai pH 3,5, encerkan dengan 100
mL air dan campur.
Larutan baku : masukkan 2 mL larutan baku
timbal (20g Pb) ke dalam pipet tube
pembanding warna ukuran 50 mL, dan encerkan
dengan 25 mL air. Dengan menggunakan pH
meter atau kertas pH indikator rentang pendek
sebagai indikator eksternal, lakukan penyesuaian
pH dengan menambahkan asam asetat 1N atau
amonium hidroksida 6N sampai pH antara 3 dan
4, encerkan dengan 40 mL air dan campur.
Larutan uji : menggunakan kuantitas,
dalam gram, zat yang akan diuji dihitung dengan
rumus :
2.0/(1000L)
dimana L adalah batas logam berat, dalam persen.
Pindahkan zat yang telah ditimbang ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan asam sulfat untuk
membasahi zat, dan dibakar dengan hati-hati pada
suhu rendah sampai menjadi gosong. (Wadah
dapat ditutup dengan penutup yang cocok selama
proses pembakaran). Tambahkan ke 2 mL massa
karbon dari asam nitrat dan 5 tetes asam sulfat,
dan panaskan dengan hati-hati sampai terbentuk
asap putih. Bakar, terutama di dalam tungku
redam, pada 500oC sampai 600oC, sampai karbon
terbakar seluruhnya. Dinginkan, tambahkan 4 mL
asam hidroklorida 6N, tutup, digest pada bak uap
selama 15 menit, buka tutup, dan uapkan secara
perlahan pada bak air sampai kering. Basahi
residu dengn 1 tetes asam hidroklorida,
tambahkan 100 mL air panas, dan digest selama 2
menit. Tambahkan amonium hidroklorida 6N
dengan diteteskan sampai larutan menjadi basa
pada kertas lakmus, encerkan dengan 25 mL air,
dan sesuaikan pH dengan menambahkan asam
asetat 1N sampai pH antara 3 dan 4,
menggunakan kertas pH indikator rentang pendek
sebagai indikator eksternal. Saring jika
diperlukan, bilas wadah dan saring dengan 10 mL
air, campurkan filtrat dan bilas dalam tube
pembanding warna ukuran 50 mL, encerkan
dengan 40 mL air, dan campur.
Prosedur : tambahkan 2 mL buffer asetat
pH 3,5 ke dalam setiap tube yang mengandung
larutan baku dan larutan uji, kemudian
tambahkan 1,2 mL basa tioasetamid-gliserin TS,
encerkan dengan 50 mL air, campur, biarkan 2
menit, dan lihat pergerakan ke bawah di atas
lapisan putih. Warna larutan uji tidak boleh lebih
gelap daripada larutan baku (USP).
- Identifikasi : spektrofotometri inframerah (USP).

Gambar 2. Spektrum inframerah megestrol asetat (Mills III et al.,2006).


- Penetapan kadar
Fase gerak : siapkan larutan asetonitril dan
air (55:45), campur dan hilangkan gasnya
(degas). Konsentrasi asetonitril dapat sedikit
divariasikan untuk mendapatkan sistem
pengujian yang sesuai dan untuk memberikan
waktu elusi yang sesuai.
Campuran pelarut : campur 60 volum air
dan 40 volum asetonitril.
Larutan baku internal : pindahkan 80
mg propilparaben ke dalam labu ukur 100 mL,
larutkan dengan asetonitril, tambahkan
asetonitril hingga volum, dan campur.
Preparat baku : gunakan sejumlah
megestrol asetat USP RS yang ditimbang secara
kuantitatif, buat larutan (1 mg/mL) dalam
asetonitril. Pindahkan 4 mL larutan tersebut dan
5 mL larutan baku internal ke dalam labu ukur
50 mL, encerkan dengan campuran pelarut
sampai volum dan campur. Preparat baku
diketahui memiliki konsentrasi sekitar 80 g
megestrol asetat per mL.
Preparat uji : pindahkan 100 mg megestrol
asetat, yang ditimbang secara akurat, ke dalam
labu ukur 100 mL. Larutkan dengan asetonitril,
tambahkan asetonitril hingga volum dan
campur. Pindahkan 4 mL dari larutan tersebut
dan 5 mL larutan baku internal ke dalam labu
ukur 50 mL, encerkan dengan campuran pelarut
sampai volum dan campur.
Sistem kromatografi : kromatografi
cair dilengkapi dengan detektor UV yang
memonitor absorpsi pada 280 nm dan ukuran
kolom 3,9 mm x 30 cm yang terdiri dari
kemasan L1. Laju alir sekitar 1 mL/menit.
Lakukan kromatografi larutan baku dan rekam
respon puncak yang dapat dilihat pada prosedur,
waktu retensi relatif sekitar 0,4 untuk
propilparaben dan 1 untuk megestrol asetat,
resolusi (R) antara peak propilparaben dan
megestrol asetat tidak kurang dari 8, dan standar
deviasi relatif dari rasio respon peak untuk
penyuntikan/peninjeksian ulang tidak boleh
lebih dari 2%.
Prosedur : injeksikan secara terpisah
dengan volume yang sama (sekitar 25 L) dari
preparat baku dan preparat uji ke dalam
kromatograf, simpan kromatogram, dan
tentukan respon terhadap peak utama. Hitung
kuantitas (mg) dari C24H32O4 dalam bagian
megestrol asetat yang diperoleh dari rumus :
1,25C(Ru/Rs)
dimana C adalah konsentrasi megestrol asetat
USP RS dalam preparat baku (g/mL), dan Ru
dan Rs adalah rasio respon peak dari megestrol
asetat dan propilparaben yang dihasilkan dari
preparat uji dan preparat baku (USP).
vi. Material safety dan data sheet (MSDS) bahan aktif
(Terlampir)
vii. Praformulasi
Suspensi oral megestrol asetate (Formula I)
- Glycerin
Deskripsi : cairan jernih, tidak berwarna, cair, higroskopis, memiliki
rasa manis, kira-kira 0,6 kali manisnya sukrosa.
Fungsi : pelarut, pemberi rasa manis, pengawet antimikroba,
peningkat viskositas (Rowe et al., 2009)
- Sorbitol
Deskripsi : serbuk atau kristal higroskopis, tidak berbau, berwarna
putih atau hampir tidak berwarna, memiliki rasa enak,
dingin, manis, kira-kira 50-60% dari manisnya sukrosa
(Rowe et al., 2009)
- Polysorbate 80
Deskripsi : cairan berminyak, berwarna kuning sampai coklat-kuning,
jernih dan agak meleleh (Sweetman, 2009).
Fungsi : stabiliser, surfaktan (Gangolli, 1999).
- Xanthan gum
Deskripsi : serbuk halus berwarna krem atau putih, tidak berbau.
Fungsi : suspending agent (Rowe et al., 2009)
- Sodium benzoate
Deskripsi : serbuk, granul atau kristal putih, agak higroskopis, tidak
berbau atau bau lemah seperti benzoin dan rasa manis tak
enak dan asin.
Fungsi : pengawet antimikroba (Rowe et al., 2009)
- Sodium citrate
Deskripsi : tidak berbau, tidak berwarna, kristal monosiklik atau
sebuk kristal putih dengan rasa dingin dan asin. Agak
meleleh dalam udara lembab, dan mengembang dalam
udara panas.
Fungsi : alkalizing agent, sequestering agent, buffering agent
(Rowe et al., 2009)
- Sucrose
Deskripsi : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak
berbau, memiliki rasa manis.
Fungsi : basis gula, suspending agent, sweetening agent, peningkat
viskositas (Rowe et al., 2009)
- Water purified
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa
Fungsi : pelarut (Rowe et al., 2009)
Suspensi oral megestrol asetate (Formula II)
- Polyethylene Glycol 1450
Deskripsi : berwarna putih atau agak putih, rentang konsistensi dari
kental sampai serbuk lilin, warna sedikit manis.
Fungsi : suspending agent, penyesuai viskositas dan konsistensi
suspending yang lain (Rowe et al., 2009)
- Polisorbate 80
Deskripsi : cairan berminyak, berwarna kuning sampai coklat-kuning,
jernih dan agak meleleh (Sweetman, 2009).
Fungsi : stabiliser, surfaktan (Gangolli, 1999).
- Xanthan gum
Deskripsi : serbuk halus berwarna krem atau putih, tidak berbau.
Fungsi : suspending agent (Rowe et al., 2009)
- Sodium benzoate
Deskripsi : kristal atau granul putih, serbuk agak higroskopik, tidak
berbau atau bau benzoin lemah, rasa manis tak enak dan
asin.
Fungsi : pengawet antimikroba (Rowe et al., 2009)
- Citric acid
Deskripsi : kristal tidak berwarna atau bening atau putih, tidak berbau
dan memiliki rasa asam yang kuat.
Fungsi : acidifying agent (penyesuaian pH), buffering agent, flavor
enhancer, pengawet (Rowe et al., 2009)
- Sodium citrate
Deskripsi : tidak berbau, tidak berwarna, kristal monosiklik atau
sebuk kristal putih dengan rasa dingin dan asin. Agak
meleleh dalam udara lembab, dan mengembang dalam
udara panas.
Fungsi : alkalizing agent, sequestering agent, buffering agent
(Rowe et al., 2009)
- Sucrose
Deskripsi : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak
berbau, memiliki rasa manis.
Fungsi : basis gula, suspending agent, sweetening agent, peningkat
viskositas (Rowe et al., 2009).
- Water purified
Deskripsi : larutan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa
Fungsi : pelarut (Rowe et al., 2009)

viii. Formulasi
Suspensi oral megestrol asetate (Formula I)
Rencana zat
Skala (mg/mL) No Nama zat Kuantitas/L (g)
40 1 Megestrol acetate 40
100 2 Glycerin 100
100 3 Sorbitol 100
0,3 4 Polysorbate 80 0,3
2,2 5 Xanthan gum 2,2
2 6 Sodium benzoate 2
0.6 7 Sodium citrate 0.6
50 8 Sucrose 50
0,8 9 Lemon flavor 0,8
q.s. 10 Water purified q.s. sampai 1 L
Prosedur pembuatan :
1. Letakkan glycerol, sorbitol dan polysorbate dalam wadah yang sesuai,
mix dengan baik (campuran 1).
2. Letakkan xanthan gum dalam wadah yang berbeda dalam water purified
dan biarkan hidrasi semalam (campuran 2).
3. Tambahkan sodium citrate, sucrose, sodium benzoate, dan flavor ke
campuran 1, kemudian tambahkan campuran 2 ke dalam campuran 1.
4. Lalukan gum melewati kassa.
5. Tambahkan megestrol acetate dan lalukan suspensi melalui colloid mill
atau homogenizer untuk membentuk suspensi oral yang homogen
(Niazi, 2004).
Suspensi oral megestrol asetate (Formula II)
Komposis Megestrol Acetate
N
Nama zat Kuantitas per mL % b/v
o
1 Megestrol acetate, micronized 40 mg 4
2 Polyethylene Glycol 1450 200 mg 20
3 Polisorbate 80 0,1 mg 0,01
4 Xanthan gum 2 mg 0,2
5 Sodium benzoate 2 mg 0,2
6 Citric acid 2,44 mg 0,244
7 Sodium citrate 0,15 mg 0,015
8 Sucrose 50 mg 5
9 Lemon flavor 0,91 mg 0,091
10 Water purified q.s. 1 mL
(Atzinger et.al., 1994)
ix. Spesifikasi produk jadi
Megestrol asetat suspensi oral mengandung megestrol asetat (C24H32O4)
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera
pada label. Penyimpanan : simpan pada wadah tertutup rapat dan
terlindung dari cahaya (USP). Megestrol asetat suspensi oral merupakan
suspensi oral dengan rasa lemon-lime yang mengandung 40 mg megestrol
asetat ukuran mikro per mL suspensi (Bristol-Myers Squibb Canada,
2012).
- pH : antara 3 sampai 4,7 (USP).
- Volume terpindahkan : sesuai standar (USP).
x. Metode pengujian produk jadi
- pH : antara 3 sampai 4,7 (USP)
Lakukan standarisasi alat potensionetrik (pH meter) yang mampu
menghasilkan nilai pH sampai unit pH 0,02 menggunakan elektroda
indikator yang sensitif ion hidrogen, elektrode gelas, dan elektrode
pembanding yang cocok. Alat harus dapat merasakan arus potensial dari
pasangan elektroda dan untuk standarisasi pH, gunakan potensial yang
dapat disesuaikan untuk menghubungkan standarisasi, nol, asimetri dan
kontrol kalibrasi, dan harus mampu untuk mengontrol perubahan dalam
milivolt per unit perubahan dalam pH yang dibaca melalui suhu dan/atau
kontrol slope. Pengukuran dilakukan pada 25 2oC, jika tidak ditetapkan
lain dalam monografi.
Untuk menstandarisasi pH meter, pilih dua larutan buffer untuk
standarisasi yang perbedaan pH nya tidak melebihi 4 unit dan pH yang
diperkirakan dari zat yang akan diuji berada diantara pH kedua larutan
buffer. Isi sel dengan salah satu larutan buffer untuk standarisasi pada
suhu yang sesuai pengujian zat. Atur kontrol suhu pada suhu larutan dan
atur kontrol kalibrasi untuk mengamati kesamaan nilai pH dengan
ditabulasi. Cuci elektroda dan sel dengan beberapa bagian larutan buffer
untuk standarisasi kedua, dan isi sel dengan larutan tersebut, pada suhu
yang sama dengan pengujian. pH dari larutan buffer kedua harus dalam
0,07 unit pH dari nilai tabulasi. Jika diperoleh deviasi yang besar, periksa
elektroda, dan jika ada kesalahan, ganti elektroda. Atur kontrol slope
atau suhu untuk menghasilkan kesamaan nilai pH dengan tabulasinya.
Ulangi standarisasi sampai kedua larutan buffer untuk standarisasi
menghasilkan nilai pH dalam 0,02 unit pH dari nilai tabulasi tanpa
penyesuaian kontrol lebih lanjut. Ketika sistem berfungsi secara
memuaskan, cuci elektroda dan sel beberapa kali dengan beberapa bagian
dari zat uji, isi sel dengan zat uji dan baca nilai pH. Gunakan air bebas
karbon dioksida untuk melarutkan zat uji pada penetuan pH. Pada
pengukuran pH, biarkan beberapa waktu untuk stabilisasi.
Skala pH ditetapkan dengan rumus
pH = pHs + (E Es) / k
dimana E dan Es adalah potensial yang diukur dari sel galvanik yang
mengandung larutan uji, ditunjukkan oleh pH, dan larutan buffer yang
cocok untuk standarisasi, ditunjukkan oleh pHs. Nilai k adalah perubahan
potensial per unit perubahan dalam pH dan secara teoritis [0,05916 +
0,000198 (t-25oC)] volt pada temperatur t (USP).
- Volume terpindahkan : sesuai standar (USP).
Untuk penentuan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah.
Kocok 10 wadah. Berhati-hatilah agar tidak terbentuk gelembung udara,
secara perlahan tuang isi masing-masing wadah ke dalam gelas ukur
kering dengan kapasitas rata-rata tidak melebihi dua setengah kali volum
yang akan diukur, dan lakukan kalibrasi. Biaskan setiap wadah
mengering dengan waktu tidak lebih dari 30 menit, untuk unit wadah
ganda dan 5 detik untuk setiap unit wadah tunggal, jika tidak ditetapkan
lain dalam monografi. Ketika tidak ada gelembung udara, ukut volum
dari setiap larutan. Jika produk memiliki volum yang kecil dalam wadah
unit tunggal, volum dapat dihitung dengan cara keluarkan isi wadah ke
dalam wadah yang cocok yang telah ditara (biarkan mengering selama
tidak lebih dari 5 detik), tentukan berat dari isi wadah dan hitung volum
setelah ditentukan massa jenisnya.
Kriteria penerimaan :
Untuk unit wadah ganda : volume rata-rata cairan dari 10 wadah tidak
kurang dari 100%, dan tidak ada wadah yang volumenya kurang dari
95% dari volum yang tertera pada label. Jika A, volume rata-rata tidak
kurang dari 100% dari yang tertera pada label, tetapi tidak ada wadah
yang kurang dari 95% dari jumlah pada label, atau B, volume rata-rata
tidak kurang dari 100% dan volume tidak lebih dari 1 wadah yang kurang
dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume pada label, lakukan
pengujian dengan penambahan 20 wadah. Volume rata-rata cairan dari 30
wadah tidak kurang dari 100% volume yang tertera pada label dan tidak
lebih dari 1 wadah dari 30 wadah yang kurang dari 95%, tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada label.
Untuk unit wadah tunggal : volume rata-rata cairan dari 10 wadah tidak
kurang dari 100%, dan volum dari tiap wadah dari 10 wadah berada
dalam rentang 95% sampai 110% dari volume yang tertera pada label.
Jika A, volume rata-rata tidak kurang dari 100% dari yang tertera pada
label, tetapi tidak ada wadah yang berada di luar rentang 95% sampai
110%, atau jika B, volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak
lebih dari 1 wadah yang di luar rentang 95% sampai 110%, tetapi masih
dalam rentang 90% sampai 115%, lakukan pengujian dengan
penambahan 20 wadah. Volume rata-rata cairan dari 30 wadah tidak
kurang dari 100% dari volume yang tertera pada label, dan tidak lebih
dari 1 wadah dari 30 wadah yang keluar rentang 95% sampai 110%,
tetapi masih dalam rentang 90% sampai 115% dari volume yang tertera
pada lebel (USP).
- Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Larutan uji : secara akurat sejumlah volume suspensi oral yang
ekuivalen dengan 160 mg megestrol asetat, ke corong
pisah, tambahkan 50 mL air dan 40 mL kloroform, dan
kocok. Biarkan kedua fase terpisah dan buang fase air.
Larutan baku: buat larutan yang mengandung 4 mg megestrol asetat USP
RS per mL kloroform.
Sistem larutan pengembang : campuran kloroform dan etil asetat (4:1).
Prosedur : pada garis sejajar dan sekitar 2 cm dari pinggir pelat KLT
yang cocok, yang dilapisi dengan 0,25 mm lapisan
campuran silika gel kromatografi, totolkan 10 L dari
larutan uji dan 10 L larutan baku untuk zat yang akan
diidentifikasi. Biarkan bercak mengering dan kembangkan
kromatogram dalam sistem larutan pengembang
(kloroform : etil asetat (4:1)) sampai pelarut bergerak
sekitar tiga perempat dari panjang pelat. Angkat pelat dari
chamber, tandai batas pelarut, dan biarkan pelarut
menguap. Tandai bercak pada pelat dengan melihat di
bawah sinar UV. Nilai Rf pada bercak utama dari larutan
uji dicocokkan dengan yang terbentuk ada larutan baku
(USP).
- Uji disolusi
Pengujian I
Media disolusi : 0,5% sodium lauryl sulfate dalam air, 900mL
Alat 2 : 25 rpm
Waktu : 30 menit
Larutan baku : pindahkan 45 mg megestrol asetat USP RS yang
ditimbang secara akurat ke dalam labu ukur 250
mL, tambahkan sekitar 12 mL metanol, letakkan
dalam penangas air sampai padatan melarut.
Encerkan dengan media disolusi sampai tanda
batas. Konsentrasi akhir sekitar 180 g megestrol
asetat per mL.
Prosedur : pindahkan secara akurat sejumlah volume suspensi
oral yang ekivalen dengan 160 mg megestrol asetat
ke permukaan media disolusi dalam bejana
disolusi, campur dan bebaskan dari gelembung
udara. Tentukan jumlah C24H32O4 yang terlarut
dengan menggunakan spektrofotometri UV pada
panjang gelombang dengan absorbansi maksimum
pada 292 nm pada larutan uji yang telah disaring,
dengan membandingkan dengan larutan baku.
Hitung persentase megestrol asetat (C24H32O4)
dengan menggunakan rumus :
A u x CS x 900 x 100
A S x V x LC

dimana Au dan As adalah absorbansi yang terbentuk


dari larutan uji dan larutan baku, Cs adalah
konsentrasi larutan baku (mg/mL), V adalah
volume sampel suspensi oral yang digunakan
(mL), 900 adalah volume media disolusi (mL), 100
adalah faktor konversi ke persen dan LC adalah
label claim (mg/mL).
Toleransi : tidak lebih dari 80% (Q) dari jumlah C24H32O4 yang
tertera di label larut dalam 30 menit (USP).
Pengujian II Jika produk mengikuti pengujian ini, label menunjukkan
untuk mengikuti pengujian disolusi II pada USP.
Media disolusi : 0,5% sodium lauryl sulfate dalam air, 900 mL.
Alat 2 : 25 rpm
Waktu : 30 menit
Larutan baku : pindahkan 45 mg megestrol asetat USP RS yang
ditimbang secara akurat ke dalam labu ukur 250
mL, tambahkan sekitar 5 mL metanol, dan campur.
Encerkan dengan media disolusi sampai tanda
batas. Pindahkan 10 mL larutan tersebut ke dalam
labu ukur 100 mL dan encerkan dengan media
disolusi sampai tanda batas. Konsentrasi akhir
sekitar 180 g megestrol asetat per mL.
Larutan uji : ambil 10 mL suspensi oral menggunakan syringe
10 mL dengan cannula yang panjang. Hilangkan
gelembung udara dari syringe. Sesuaikan volum
hingga tanda 10 mL pada syringe dan copot
jarumnya. Lap ujung syringe dan timbang secara
akurat (berat kotor). Jalankan alat, dan segera
keluarkan suspensi oral ke sisi bejana sekitar
separuh dari bawah. Dengan cara yang sama
keluarkan suspensi oral ke bejana yang lain. Secara
akurat timbang setiap syringe setelah pengeluaran
sampel (berat bersih). Catat berat sampel. Setelah
selesai disolusi, lalukan melewati filter nylon yang
memiliki porositas 0,45 m dan encerkan 2 mL
filtrat dalam medium sampai 50 mL untuk
membentuk larutan dengan konsentrasi teoritis 18
g/mL.
Prosedur : tentukan jumlah C24H32O4 yang terlarut dengan
menggunakan spektrofotometri UV pada panjang
gelombang dengan absorbansi maksimum pada
292 nm, menggunakan kuvet dengan lebar 0,5 cm,
bandingkan larutan uji dengan larutan baku. Hitung
persentase megestrol asetat (C24H32O4) dengan
rumus :
A u x CS x 900 x d x 100
A S x W U x LC

dimana Au dan As adalah absorbansi yang terbentuk


dari larutan uji dan larutan baku, Cs adalah
konsentrasi larutan baku (mg/mL), d adalah
densitas suspensi oral dengan membagi berat
suspensi oral yang digunakan dengan 10 mL
(mg/mL), Wu adalah berat suspensi yang digunakan
(mg), 900 adalah volume media disolusi (mL), 100
adalah faktor konversi ke persen dan LC adalah
label claim (mg/mL).
Toleransi : tidak lebih dari 80% (Q) dari jumlah C24H32O4 yang
tertera di label larut dalam 30 menit (USP).
Pengujian III Jika produk mengikuti pengujian ini, label menunjukkan
untuk mengikuti pengujian disolusi II pada USP.
Media disolusi : 0,5% sodium lauryl sullfate dalam air yang telah
dihilangkan gasnya (degas), 900 mL. Gunakan
sodium lauryl sulfate dengan kadar tidak kurang
dari 99%.
Alat 2 : 50 rpm.
Waktu : 30 menit.
Hitung jumlah C24H32O4 yang terlarut mengikuti metode yang
sebelumnya.
Fase gerak : siapkan campuran asetonitril dan air (11: 9) yang
telah disaring dan dihilangkan gasnya (degas).
Buat penyesuaian bila diperlukan.
Larutan baku : pindahkan 11,5 mg megestrol asetate USP RS yang
ditimbang secara akurat ke labu ukur 25 mL, dan
encerkan dengan fase gerak sampai tanda batas.
Larutan uji : seperti pengujian II, masukkan sampel ke bejana
pada periode 10-15 detik (sekitar 1 mL per detik).
Sistem kromatografi: kromatografi cair dilengkapi dengan detektor 280
nm dan ukuran kolom 3,9 mm x 30 cm yang terdiri
dari kemasan L1. Laju alir sekitar 1,5 mL/menit.
Lakukan kromatografi larutan baku dan rekam
respon puncak yang dapat dilihat pada prosedur,
efisiensi kolom tidak kurang dari 2500 pelat
teoritis, faktor tailing tidak lebih dari 1,4 dan
standar deviasi relatif dari rasio respon peak untuk
penyuntikan/peninjeksian ulang tidak boleh lebih
dari 2%.
Prosedur : injeksikan secara terpisah sejumlah volume (sekitar
10 L) larutan baku dan larutan uji ke dalam
kromatograd, simpan kromatogram, dan tentukan
respon peak utama. Hitung persentase megestrol
asetate (C24H32O4) dengan rumus :
r u x C S x 900 x d x 100
r S x W U x LC

dimana ru dan rs adalah respon peak yang terbentuk


dari larutan uji dan larutan baku, Cs adalah
konsentrasi larutan baku (mg/mL), d adalah
densitas suspensi oral yang diperoleh dari berat
suspensi oral yang digunakan dibagi 10 mL
(mg/mL), Wu adalah berat suspensi oral (mg), 900
adalah volume media (mL), 100 adalah faktor
konversi ke persen dan LC adalah label claim
(mg/mL)
Toleransi : tidak lebih dari 80% (Q) dari jumlah C24H32O4 yang
tertera di label larut dalam 30 menit (USP).
- Penetapan kadar
Fase gerak : siapkan campuran asetonitril
dan air (11: 9) yang telah disaring dan
dihilangkan gasnya (degas). Buat penyesuaian
bila diperlukan.
Preparat baku: larutkan sejumlah megestrol
asetat RS yang ditimbang secara akurat dalam
fase gerak, dan encerkan secara kuantitatif
dengan fase gerak untuk membentuk larutan
dengan konsentrasi 80 g/mL.
Preparat uji : pindahkan sejumlah volume
suspensi oral secara akurat yang setara dengan
160 mg megestrol asetat, ke dalam labu ukur 100
mL, dan larutkan dengan fase gerak, dan
encerkan hingga volum. Pindahkan 5 mL larutan
tersebut ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan
dengan fase gerak sampai volum dan campur.
Sistem kromatografi : kromatografi cair
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan ukuran
kolom 3,9 mm x 30 cm yang terdiri dari kemasan
L1. Laju alir sekitar 1,5 mL/menit. Lakukan
kromatografi larutan baku dan rekam respon
puncak yang dapat dilihat pada prosedur, efisiensi
kolom tidak kurang dari 2500 pelat teoritis, faktor
tailing tidak lebih dari 1,4 dan standar deviasi
relatif dari rasio respon peak untuk
penyuntikan/peninjeksian ulang tidak boleh lebih
dari 2%.
Prosedur : injeksikan secara terpisah
dengan volume yang sama (sekitar 25 L) dari
preparat baku dan preparat uji ke dalam
kromatograf, simpan kromatogram, dan tentukan
respon terhadap peak utama. Hitung kuantitas
(mg) dari C24H32O4 dalam bagian suspensi oral
yang diperoleh dari rumus :
2C(Ru/Rs)
dimana C adalah konsentrasi megestrol asetat
USP RS dalam preparat baku (g/mL), dan Ru
dan Rs adalah rasio respon peak dari preparat uji
dan preparat baku (USP).
xi. Rancangan uji stabilitas produk jadi
Stabilitas dan kondisi penyimpanan : simpan suspensi oral pada suhu
kamar (15o-30oC). Lindungi dari suhu di atas 30oC (Bristol-Myers Squibb
Canada, 2012).

Seleksi Batch
- Untuk NCE (New Chemical Entity), data stabilitas diperoleh dari
paling sedikit tiga batch utama dari produk obat.
- Untuk produk variasi dosis biasa (obat lepas cepat, larutan) dan zat
obat yang stabil, data stabilitas minimal berasal dari dua batch skala
pilot.
- Proses produksi harus dapat menghasilkan produk dengan kualitas
yang sama dan spesifikasi yang sama.
- Jika memungkinkan, batch produk obat sebaiknya diproduksi dengan
menggunakan batch yang berbeda dengan zat obat.
- Pengujian stabilitas sebaiknya dilakukan untuk setiap ukuran potensi
dan ukuran wadah dari produk obat kecuali jika menggunakan sistem
bracketing atau matrixing.
Pengujian stabilitas
- Pengujian stabilitas jangka panjang untuk membuktikan profil
stabilitas produk obat. Frekuensi pengujian pada kondisi
penyimpanan jangka panjang sebaiknya setiap 3 bulan pada tahun
pertama, setiap 6 bulan pada tahun kedua dan pada tahun ketiga
sampai seterusnya hingga shelf-life produk, pengujian dilakukan tiap
tahun.
- Pengujian stabilitas dipercepat minimum 3 batas waktu, meliputi
waktu awal dan waktu akhir (contohnya bulan ke-0, bulan ke-3, dan
bulan ke-6), dan direkomendasikan untuk dilakukan selama 6 bulan.
Kondisi Penyimpanan Interval Sampling
Jangka Panjang
30oC 2oC / 75% RH 5% RH Bulan ke- 0, 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36
Dipercepat
40oC 2oC / 75% RH 5% RH Bulan ke- 0, 3, 6
Evaluasi
Pengujian suspensi oral sebaiknya meliputi penampilan/pemerian
(termasuk pembentukan endapan, kejernihan larutan), warna, bau,
penetapan kadar zat aktif, produk degradasi, pH, viskositas, kandungan
pengawet, batas mikroba, redispersibelitas, aliran cairan (rheologi),
ukuran partikel rata-rata dan distribusi partikel (ASEAN Guideline on
Stability Study of Drug Product, 2005).

Sumber :
Apotik Medicastore. 2006. Hormon Kortikosteroid. Available online at http://
apotik.medicastore.com/artikel-obat/hormon-kostikosteroid [diakses tanggal
14 Mei 2013]
Ascobat, P. 2007. Antangonis Hormon. Dalam : Gunawan dkk (eds.),
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Farkultas Kedokteran Universitas Indonesia. 421-422.
ASEAN Guideline on Stability Study of Drug Product. 2005. Available online at
http://www.hsa.gov.sg/publish/etc/medialib/hsa_library/health_products_re
gulation/western_medicines/files_guidelines.Par.61592.File.dat/ACTR_Gui
delineforDrugProductStabilityStudy_Apr05.pdf [diakses tanggal 14 Mei
2013].
Atzinger, et.al. 1994. United States Patent : Megestrol Acetate Formulation.
Available online at https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=
s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.google.com.br%2Fpatents%2Fdownload
%2F5338732_Megestrol_acetate_formulation.pdf%3Fid
%3Dg5MkAAAAEBAJ%26output%3Dpdf%26sig
%3DACfU3U075ZaUprppBpj-p_wcCPAjqcLrLA%26source%3Dgbs_
overview_r%26cad
%3D0&ei=1peZUc6zIo3OrQfyvoGwCw&usg=AFQjCNEWICONZ4qtHGX
8V-uklLkIU51Ozg&sig2=3yVLofixw8esVDBd4X
r_qg&bvm=bv.46751780,d.bmk [diakses tanggal 14 Mei 2013].
BPOM. 2006. Pedomen Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 19, 42.
BPOM. 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang
Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
157.
Bristol-Myers Squibb Canada. 2012. Product Monograph Megace Oral
Suspension USP, 40 mg/mL. Available online at
http://www.bmscanada.ca/static/products/en/pm_pdf/Megace_OS_EN_PM.
pdf [diakses tanggal 14 Mei 2013]
Gangolli, S. 1999. The Dictionary of Subtances and Their Effects Second Edition
Volume 6. UK : The Royal Society of Chemistry. Page : 433.
Lacy, C.F., L.L.Amstrong, M.P. Goldman, and L.L. Lance. 2008. Drug
Information Handbook 17th Edition. Ohio : Lexi-Comp, Inc.
MakingCosmetics. 2013. Cetteareth-20. Available online at http://www.
makingcosmetics.com/ceteareth-20-p27.html [diakses tanggal 15 Mei 2013]
Medicine and Healthcare product Regulatory Agency. 2011. Public Assessment
Report Decentralised Procedure Mometasone Furoate 0,1% w/w Cream.
Available online at http://www.mhra.gov.uk/home/groups/par/documents/
websiteresources/con117426.pdf [diakses tanggal 14 Mei 2013]
Medicines.ie. 2012. Summary of Product Characteristics of Megace 40 mg/mL
Oral Suspension. Available online at http://www.medicines.ie/medicine /
1552/SPC/Megace+40+mg+ml+Oral+Suspension/#tableOfContents
[diakses tanggal 14 Mei 2013].
Mills, T., J.C. Robenson, C. C. Matchett, M.J. Simon, M.D. Burns, and R. J. Ollus
Jr. 2006. Instrumental Data for Drug Analysis Third Edition Volume 3. New
York : CRC Press. Page : 1831 and 2009.
MIMS Online. 2013. Megaplex. Available online at
http://www.mims.com/INDONESIA/drug/info/Megaplex/?q=megestrol
[diakses tanggal 14 Mei 2013]
New Directions Australia. 2013. 100 mL Aluminium Starch Octenylsuccinate.
Availabe online at http://shop.newdirections.com.au/100-ml-Aluminium-
Starch-Octenylsuccinate [diakses tanggal 18 Mei 2013].
Niazi, S.K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Semisolid Products Volume 4. New York : CRC Press.
Niazi, S.K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Liquid Products Volume 3. New York : CRC Press.
Pramudianto, A., dan Evaria. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 12
2012/2013. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. 94; 241; 319-321.
Rowe, R.C., P.J. Sheskey and M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. USA : Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association. 75, 181, 283, 317, 346, 474, 503,517, 592, 627,
640, 656, 679, 700, 703, 741, 766, 779, 782.
Suherman, S.K. 2007. Hormon Paratiroid dan Obat yang Mempengaruhi
Metabolisme Kalsium. Dalam : Gunawan dkk (eds.), Farmakologi dan
Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK-UI.
446.
Suherman, S.K. 2007. Estrogen dan Progestin, Agonis dan Antagonisnya. Dalam :
Gunawan dkk (eds.), Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK-UI. 455.
Suherman, S.K. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam : Gunawan dkk
(eds.), Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FK-UI. 481.
Suherman, S.K. dan P. Ascobat. 2007. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid,
Analog-sinteik dan Antagonisnya. Dalam : Gunawan dkk (eds.),
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK-UI. 496.
Suherman, S.K. dan Elysabeth. 2007. Hormon Tiroid dan Antitiroid. Dalam :
Gunawan dkk (eds.), Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK-UI. 433.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth
edition. USA : Pharmaceutical Press. 1920, 2319.
Tim Redaksi ISO. 2008. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia volume 43-
2008. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. 190.

Anda mungkin juga menyukai