Anda di halaman 1dari 10

Analisa Pengaruh Penggunaan Balanced Scorecard Terhadap Keunggulan

Bersaing dan Kinerja Perusahaan


Tifany A. Lokatili dan Devie
Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email : dave@petra.ac..id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan Balanced Scorecard terhadap keunggulan
bersaing dan kinerja perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard di
Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 manajer perusahaan-perusahaan yang
menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya. Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini diuji
menggunakan metode diagram path di dalam Partial Least Square (PLS), dengan Balanced Scorecard
sebagai variabel independen (bebas), keunggulan bersaing sebagai variabel intervening dan kinerja
perusahaan sebagai variabel dependen (terikat). Hasil dari penelitian ini menunjukkan menunjukkan terdapat
hubungan positif signifikan antara penggunaan Balanced Scorecard terhadap keunggulan bersaing dan
kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengukuran non
financial, yaitu tingkat spesialisasi kerja, jumlah divisi, struktur organisasi, dan peningkatan prosedur kerja. Di
samping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan Balanced Scorecard tertinggi
terhadap kinerja perusahaan.
Kata kunci:
Balanced Scorecard, Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan

ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of the use of the Balanced Scorecard and performance of the
company's competitive advantage to companies in Surabaya that use the Balanced Scorecard. The sample
used in this study was 100 managers of companies in Surabaya that use the Balanced Scorecard. The
statistical analysis used in this study tested by using the method of path diagrams in the Partial Least Square
(PLS),with the Balanced Scorecard as an independent variable (free),the competitive advantage as an
intervening variable and the firm performance as the dependent variable (bound). The results of this study
indicated there was a positive significant relationship between the use of the Balanced Scorecard for
competitive advantage and firm performance. The firm size used in this study was non-financial measures,
namely the level of specialization of work, number of divisions, organizational structure, and an increase in
work procedures. Besides that, the result showed that the influence was the highest on the firm performance.
Keywords :
Balanced Scorecard, Competitive Advantage, Organizational Performance

PENDAHULUAN Dalam persaingan sendiri dibutuhkan keunggulan


bersaing dimana digunakan sebagai pembedaan diri dengan
Di era sekarang muncul persaingan global yang ketat, para pesaingnya (Tracey, Vonderembse, dan Lim, 999).
organisasi menghadapi pelanggan yang semakin Kemampuan perusahaan dalam menciptakan keunggulan
berpengetahuan dan menuntut para pemegang saham yang bersaing ini akan memperkuat posisi perusahaan dalam
telah mengubah lingkungan yang kompetitif dari kompetisi persaingan bisnis dalam jangka panjang. Dalam mencapai
berdasarkan kemampuan untuk berinvestasi dan mengelola keunggulan bersaing itu sendiri, ada lima dimensi yang
aset-aset fisik (Ghosh dan Mukherjee, 2006). Tidak heran digunakan untuk menilai seberapa bagus keunggulan
dibutuhkannya kinerja yang efisien, perusahaan yang sudah bersaing suatu perusahaan. Li, B. Ragu-Nathan, T.S. Ragu-
efisien pun tidak hanya puas dengan mengumpulkan dan Nathan, dan Rao, (2006) mendefinisikan ada lima dimensi
mengevaluasi data namun mereka juga mulai keunggulan bersaing yaitu harga, kualitas, pengiriman
memanfaatkan data dan kemudian dikembangkan dan diandalkan, inovasi produksi dan waktu ke pasar. Adapun
diterapkan dalam strategi dan visi perusahaan (Ahmadi, pendapat menurut Helms (1996), menganggap bahwa
Khoddami, Osanlou, dan Moradi, 2012). kualitas dan produktivitas dapat digunakan sebagai senjata
strategis untuk mencapai keunggulan bersaing.

72
73 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 1, NO. 2, 2013

Terciptanya kinerja perusahaan yang baik tidak yang memuaskan para pemegang saham perusahaan dan
lepas dari adanya keunggulan bersaing yang dimiliki oleh pelanggan (Kaplan dan Norton, 2001). Perspektif bisnis
perusahaan. Kinerja perusahaan mengacu pada seberapa internal berfokus pada apakah sebuah organisasi itu harus
baik suatu organisasi mencapai tujuan yang berorientasi melakukan kebutuhan pelanggan dengan baik, yang
pasar serta tujuan keuangan (Yamin, Gunasekruan, dan didefinisikan dalam Perspektif Pelanggan (Ahmadi,
Mavondo, 1999). Sejumlah penelitian sebelumnya telah Khoddami, Osanlou, dan Moradi, 2011). Perspektif
mengukur kinerja perusahaan menggunakan kedua kriteria pembelajaran dan pertumbuhan mempunyai indikator
yaitu keuangan dan kriteria pasar, termasuk return on pengukuran yang berkaitan dengan penciptaan
investment (ROI), pangsa pasar, margin keuntungan pada pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan organisasi
penjualan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pangsa melalui tenaga kerja, sistem dan pengorganisasian program
pasar, dan posisi kompetitif secara keseluruhan (Vickery, (Kaplan and Norton, 1996a, 1996b).
Calantone, dan Droge, 1999; Stock, Greis, dan Kasarda, Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan
2000; Zhang, 2001). Ada pendapat lain menurut Neely diatas, dengan demikian penulis memilih judul Analisa
(1999), kinerja perusahaan dapat diukur dengan indikator Pengaruh Penggunaan Balanced Scorecard Terhadap
keuangan dan non-keuangan. Sedangkan menurut Keunggulan bersaing dan Kinerja Perusahaan sebagai
Venkatrman dan Ramanujam (1986) mengemukakan bahan untuk dibahas didalam tugas akhir ini. Penulis
bahwa kinerja perusahaan memiliki tiga dimensi: kinerja berkeinginan untuk mengetahui pengaruh antara Balanced
keuangan, kinerja operasional dan kinerja stakeholder. Scorecard terhadap keunggulan bersaing dan kinerja
Dengan memperhatikan pengukuran kinerja perusahaan perusahaan.
dapat mendorong upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah
dan visi organisasi yang bertujuan menciptakan kinerja menguji apakah terdapat pengaruh penggunaan Balanced
perusahaan yang maksimal bagi perusahaan. Scorecard terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja
Balanced Scorecard yang dapat menjelaskan misi Perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang
dan strategi jangka panjang, dan untuk menerjemahkan visi menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya. Sampel
dalam hal semua struktur dalam organisasi (Bontis, yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajer
Dragonetti, Jacobsen, dan Roos, 1999). Dikatakan salah perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard di
satu kunci keberhasilan penerapan Balanced Surabaya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
Scorecard menurut Mattson (2009) adalah dukungan perumusan masalah penelitian ini adalah
penuh dari setiap lapisan manajemen yang ada dalam 1. Apakah penggunaan Balanced Scorecard
organisasi. Adanya pendapat bawah Balanced Scorecard berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
dapat membantu sebuah perusahaan untuk mengelola perusahaan ?
perubahan, serta membantu para manajer untuk 2. Apakah keunggulan bersaing perusahaan
mengembangkan seluruh modus evaluasi yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
mempengaruhi nilai perusahaan (Bermser, 1999; Norreklit, 3. Apakah penggunaan Balanced Scorecard
2003; Davis dan Albright, 2004). Selain itu dapat juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?
membantu manajer untuk dapat mencapai tujuan organisasi
dalam membuat keputusan atau memberikan insentif Keunggulan Bersaing
kepada karyawan melalui indikator-indikator keuangan Keunggulan bersaing didefinisikan sebagai
seperti laba bersih, ROI, ROE, dan ROA (Johnson, 1998; "kemampuan suatu organisasi untuk menciptakan posisi
Abran dan Buglione, 2003). untuk bertahan atas pesaingnya" (Li, B. Ragu-Nathan, T.S.
Dalam penerapannya menurut Kaplan dan Norton Ragu-Nathan dan Rao, 2006). Ini terdiri dari kemampuan
(2006) Balanced Scorecard diukur menggunakan empat yang dimiliki suatu organisasi yang memungkinkan
perspektif : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, organisasi untuk membedakan dirinya dari para pesaingnya
perspektif bisnis internal, perspektif pembelajaran dan dan merupakan hasil kritis dari keputusan manajemen
pertumbuhan. Pada saat mengelola dan meningkatkan (Tracey, Vonderembse, dan Lim 1999; Li, B. Ragu-Nathan,
proses bisnis, pelanggan dan kepuasan karyawan, perspektif T.S. Ragu-Nathan, dan Rao, 2006). Persaingan sangat
keuangan juga harus ditingkatkan karena perspektif ini penting bagi keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
merupakan ukuran hasil akhir dari penilaian organisasi Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi yang
(Bhasin, 2008) karena ukuran kinerja keuangan menguntungkan dalam suatu industri, yang merupakan
memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, suatu bidang fundamental dalam proses berlangsungnya
implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi persaingan. Menurut Porter (2005, p.3), keunggulan
atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pentingnya bersaing adalah tentang bagaimana sebuah perusahaan
fokus pelanggan dan kepuasan pelanggan cukup penting benar-benar menerapkan strategi generik ke dalam praktek.
dalam filsafat manajemen baru (Ahmadi, Khoddami,
Osanlou, dan Moradi, 2011). Penelitian manajemen terbaru
telah menunjukkan meningkatnya kesadaran akan Pengukuran Keunggulan Bersaing
pentingnya fokus pelanggan dan kepuasan pelanggan dalam Wheelwright (1984) mengemukakan empat
bisnis apapun (Qin, Atkins, dan Yu, 2013). Di dalam kemampuan strategis yang dapat dianggap sebagai prioritas
perspektif proses bisnis internal yaitu menentukan proses keunggulan bersaing. Kemampuan ini adalah: biaya rendah,
Lokatili : Analisa Pengaruh Pengunaan Balanced Scorecard Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi 74

kualitas, pengiriman cepat, dan fleksibilitas. Dimensi Balanced Scorecard


keunggulan bersaing yang digunakan dalam penelitian ini Selama satu dekade terakhir, Balanced Scorecard
adalah harga / biaya, kualitas, kehandalan pengiriman, telah menjadi alat manajemen yang banyak dianjurkan dan
inovasi produk, dan waktu ke pasar. Dimensi ini dikaitkan dengan "alat praktik terbaik". Sebagai alat
diidentifikasi dan ditentukan oleh pekerjaan empiris manajemen, Balanced Scorecard menyediakan perangkat
awalnya dilakukan oleh Li, B. Ragu-Nathan, T.S. Ragu- tambahan untuk perencanaan manajemen tradisional dan
Nathan dan Rao (2006) dan digunakan dalam pekerjaan sistem kontrol dengan melihat dan melampaui ukuran
empiris yang dilakukan oleh Thatte (2007). finansial dan nonfinansial mempertimbangkan langkah-
Keunggulan bersaing pada umumnya menunjukkan langkah. Menurut Kaplan dan Norton (1996), para
bahwa suatu organisasi memiliki satu atau lebih dari satu pengembang dan pendukung setia Balanced Scorecard:
kemampuan dibandingkan dengan kompetitornya. Dengan "Nama mencerminkan keseimbangan antara tujuan jangka
rendahnya tingkat harga, tingkat kualitas yang tinggi, pendek dan jangka panjang, antara ukuran finansial dan
ketergantungan yang tinggi, inovasi produk yang menarik, nonfinansial, antara lagging dan indikator terkemuka, dan
dan waktu pengiriman yang cepat. Atas semua kemampuan antara eksternal dan internal perspektif kinerja ".Hoque dan
yang disebutkan tersebut , akan dapat membantu organisasi James (2000) menunjukkan bahwa Balanced Scorecard
untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan (Mentzer, meningkatkan peningkatan yang lebih tinggi dalam fungsi
Min, & Zacharia, 2000). organisasi.
Balanced Scorecard adalah kerangka kerja sebuah
Kinerja Perusahaan organisasi untuk mengatur dan menggunakannya didalam
Kinerja sering didefinisikan hanya sebagai output strategi pada semua level organisasi dengan
(hasil) atau pencapaian tujuan yang telah diukur. Tapi yang menghubungkan tujuan, inisiatif dan langkah-langkah
sebenarnya kinerja adalah tidak hanya dari apa yang orang sebuah strategi organisasi. Ghosh. dan Mukherjee. (2006)
telah dicapai tetapi bagaimana mereka mencapainya. Berpendapat bahwa Balanced Scorecard adalah sistem
Menurut Mulyadi (2007) Kinerja adalah penentuan secara manajemen strategi yang bukan hanya sebuah alat ukur,
periodik efektifitas operasional organisasi, bagian organisasi yang membantu organisasi untuk menjelaskan visi mereka
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria dan strategi dan mengubahnya kedalam tindakan.
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan
mengacu pada seberapa baik suatu organisasi mencapai Perspektif-perspektif dalam Balanced
tujuan yang berorientasi pasar serta tujuan keuangan Scorecard
(Yamin, Gunasekruan, dan Mavondo, 1999). Pengertian Beverley, Yvonne, dan Michelle (2005)
kinerja perusahaan juga dikemukakan oleh Bastian (2001) menyimpulkan perspektif Balanced Scorecard yang
sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian dimodifikasi memungkinkan organisasi untuk
pelaksanaan tugas suatu organisasi dalam upaya meningkatkan strategi-strategi dan kebutuhan internal
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi mereka. Balanced Scorecard adalah kerangka kerja dimana
tersebut. Dari berbagai definisi kinerja perusahaan di atas yang dapat beradaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan ialah kebutuhan perusahaan. Dalam penerapannya menurut
hasil yang ditunjukkan oleh sebuah organisasi atau tingkat Kaplan dan Norton (2006) Balanced Scorecard diukur
pencapaian pelaksanaan tugas suatu organisasi dalam upaya menggunakan empat perspektif :
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi 1. Perspektif Keuangan
tersebut. 2. Perspektif Pelanggan/Konsumen
3. Perspektif Proses Internal Bisnis
Pengukuran Kinerja Perusahaan 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu
mekanisme yang memperbaiki kemungkinan untuk Cause and Effect Relationship
perusahaan agar strategi yang dijalankan dapat berhasil Didalam penggunaanya sekarang ini Balanced
(Anthony dan Govindarajan, 2003). Venkatrman dan Scorecard memiliki hubungan sebab akibat yang sangat
Ramanujam (1986) mengemukakan bahwa kinerja signifikan didalamnya, dimana setiap langkah-langkah
perusahaan memiliki tiga dimensi: kinerja keuangan, kinerja dimasing-masing perspektif terhubung satu dengan yang
operasional dan kinerja stakeholder. Tetapi menurut Combs, lainnya (Malmi, 2001). Contohnya, didalam pengukuran
Crook, dan Christopher (2005); Brealey, Myers, dan pembelajaran dan pertumbuhan memacu dan mendukung
Marcus (2001); Helfert (1994); Higgins (1995); Penman pengukuran dari proses internal bisnis, dimana proses
(2001); Carton dan Hofer (2006) jenis yang paling umum internal bisnis sendiri memacu dan mendorong pengukuran
dalam pengukuran kinerja organisasi yang sering digunakan perspektif pelanggan dan pada akhirnya ketiga perspektif
dalam penelitian empiris adalah : tersebut mendorong adanya pengukuran keuangan.
1. Kinerja Keuangan dan Akuntansi Beverley,Yvonne dan Michelle (2005) melakukan survey
2. Kinerja Operational dan memperoleh kesimpulan bahwa banyak perusahaan
3. Kinerja Berbasis Pasar setuju dengan pentingnya adanya hubungan satu sama lain
didalam empat perspektif Balanced Scorecard.
75 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 1, NO. 2, 2013

2. Strohhecker (2007), Mempelajari tentang pengaruh


Kriteria Balanced Scorecard Balanced Scorecard pada kinerja perusahaan. Hasil
Nigel (2005) Ada beberapa kriteria dalam dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
penggunaan Balanced Scorecard. Yang pertama, Balanced Scorecard memberikan pengaruh yang
perusahaan harus menghubungkan ukuran kinerja dalam positif pada kinerja perusahaan.
implementasi strategi. Yang kedua, perusahaan harus 3. Phong Tuan dan Yoshi (2010), Melakukan penelitian
merincikan strategi secara detail dan menyebarkan strategi tentang kemampuan organisasi, keunggulan bersaing
tersebut ke seluruh perusahaan supaya dipahami oleh para dan kinerja organisasi dalam mendongkrak perusahaan
karyawan. Yang ketiga, perusahaan harus menyiapkan dan di Vietnam. Dimana penelitian ini menggunakan
menentukan langkah yang tepat sebelum pelaksanaan analisa regresi yang menjelaskan adanya hubungan
penggunaan Balanced Scorecard. Yang keempat, yang positif antara keunggulan bersaing dan kinerja
diperlukannya sistem pelaporan kinerja untuk memantau perusahaan. Dikatakan dalam penelitian bahwa sangat
kemajuan strategi dan langkah-langkah Balanced Scorecard jelas bahwa keunggulan bersaing mempunyai
secara operasional. Yang kelima, Tindakan-tindakan tepat pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap
harus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan dari kinerja perusahaan.
Balanced Scorecard itu sendiri. 4. Li, B. Ragu-Nathan, T.S Ragu-Nathan, dan Rao,
(2006), Dalam penelitian ini sebenarnya lebih
membahas tentang pengaruh supply chain
Hubungan Balanced Scorecard dengan management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja
Keunggulan Bersaing perusahaan. Namun didalam penelitian yang diteliti
Kallas (2006) melakukan penelitian tentang menggunakan analisa regresi ini, ditemukan sebuah
pengimplementasian Balanced Scorecard didalam hasil yang positif tentang keunggulan bersaing
manajemen strategi. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh terhadap kinerja perusahaan. Didalam hasil penelitian
bahwa adanya pengaruh yang positif dengan penggunaan dikatakan, bahwa kinerja perusahaan paling banyak
Balanced Scorecard terhadap keunggulan bersaing. dipengaruhi dan didorong oleh adanya keunggulan
H1 = Penggunaan Balanced Scorecard memiliki bersaing.
pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing.
METODE PENELITIAN
Hubungan Keunggulan Bersaing dengan
Kinerja Perusahaan Pada pembahasan metodologi penelitian ini, penulis
Phong Tuan dan Yoshi (2010); Li, B. Ragu-Nathan, akan membahas mengenai informasi terkait penelitian yang
T.S. Ragu-Nathan, dan Rao (2004) dalam penelitiannya mencakup jenis penelitian, teknik pengukuran variabel,
dikatakan bahwa kinerja perusahaan paling banyak desain sampel, rancangan kuesioner, metode, dan program
dipengaruhi oleh adanya keunggulan bersaing. analisa data untuk membahas dan menjawab permasalahan
H2 = Keunggulan bersaing memiliki pengaruh positif pada penelitian kali ini mengenai pengaruh penggunaan
terhadap pinerja perusahaan. Balanced Scorecard terhadap keunggulan bersaing dan
kinerja perusahaan pada perusahaan yang menggunakan
Balanced Scorecard di Surabaya.
Hubungan Balanced Scorecard dengan Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-
Kinerja Perusahaan perusahaan di Surabaya yang menggunakan Balanced
Sim dan Koh (2001); Strohhecker (2007); Der Jang Scorecard sebagai alat strategi didalam perusahaan, di mana
dan Hsu Feng, Hung (2011). Memperoleh hasil dalam jumlahnya tidak diketahui.
penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa penggunaan Sampel yang akan diteliti peneliti adalah perusahaan-
balanced scorecard memberi pengaruh yang positif pada perusahaan di Surabaya yang menggunakan Balanced
kinerja perusahaan. Scorecard sebagai tools didalam perusahaan. Sampel ini
H3 = Penggunaan Balanced Scorecard memiliki terdiri dari 100 responden/manajer. Sampling diambil
pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. dengan memberikan kuesioner kepada manajer.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang akan
Kajian Penelitian Terdahulu digunakan adalah Jugmental Sampling. Yang nantinya akan
Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan adanya pertimbangan populasi yang dipilih sendiri
dengan penelitian ini adalah : berdasarkan pertimbangan dan keputusan peneliti.
1. Sim dan Koh (2001), melakukan perbandingan sistem Perusahaan-perusahaan di Surabaya yang
pengukuran kinerja tradisional yang didasarkan pada menggunakan Balanced Scorecard di dalam perusahaannya
indikator keuangan dengan Balanced Scorecard dan merupakan Unit yang di analisa dalam penelitian ini.
pengaruh dari kedua sistem pada kinerja perusahaan. Skala Linkert untuk pertama kalinya diperkenalkan
Dan pada penelitian ini dikonfirmasi dampak positif oleh Rensis Linkert pada tahun 1932. Selama bertahun-
Balanced Scorecard dan kinerja sistem pengukuran tahun, berbagai metode telah digunakan untuk mengukur
yang terkait dengan strategi dan tujuan, untuk karakter dan kepribadian. Salah satunya adalah skala likert
meningkatkan kinerja perusahaan. yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat
Lokatili : Analisa Pengaruh Pengunaan Balanced Scorecard Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi 76

tentang fenomena sosial. Dengan demikian skala b. Discriminant Validity


pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini Discriminant validity dari model reflektif
adalah skala Likert dengan 5 skala yaitu: dievaluasi melalui cross loading, kemudian
1 = Sangat tidak setuju, 2= Tidak Setuju, 3= Netral, 4= membandingkan nilai AVE dengan kuadrat nilai
Setuju dan 5= Sangat Setuju kolerasi antar konstrak (atau membandingkan square
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini root average variance extracted (akar AVE) dengan
adalah data kuantitatif, yaitu data yang menunjukkan korelasi antar kontrak). Ukuran cross loading adalah
tanggapan/penilaian responden atas keunggulan bersaing membandingkan korelasi indicator dengan kontraknya
dan kinerja organisasi yang disebarkan kepada manejer dan kontrak dari blok lainnya. Bila kolerasi antara
perusahaan-perusahaan di Surabaya. indicator dengan kontraknya lebih tinggi dari kolerasi
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data dengan kontrak blok lainnya, hal ini menunjukkan
primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari kontrak tersebut memprediksi ukuran pada blok mereka
responden melalui penyebaran kuisioner mengenai dengan lebih baik dari blok lainnya. Ukuran
keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan dengan discriminant validity lainnya adalah bahwa nilai akar
menggunakan Balanced Scorecard. AVE harus lebih tinggi daripada kolerasi antara kontrak
Model Analisis yang digunakan didalam penelitian ini dengan kontrak lainnya atau nilai AVE lebih tinggi dari
untuk menguji hipotesis adalah : kuadrat kolerasi antar kontrak merupakan pengukuran
indikator dengan variabel latennya.
H3 Fornell dan Lacrker (1981) dalam Yamin dan
Balanced Kinerja Kurniawan (2011) menyatakan ukuran AVE ini dapat
Scorecard Perusahaan juga digunakan untuk mengukur reliabitilas component
score variable laten dan hasilnya lebih konservatif
dibandingkan dengan composite reliability. Berikut
formula dari AVE :
H1 H2
Keunggulan
Bersaing

Di mana = faktor loading dan


Gambar 1.Model Analisis c. Composite Reliability

Evaluasi Model PLS Composite reliability lebih baik dalam mengukur


Teknik analisis yang digunakan adalah Partial Least internal consistency dibandingkan cornbachs alpha
Square yang berguna untuk mengetahui dampak dalam model SEM dikarenakan composite reliability
penggunaan Balanced Scorecard terhadap keunggulan tidak mengasumsikan kesamaan boot dari setiap
bersaing dan kinerja organisasi. indicator. Cronbachs alpha cenderung menaksir lebih
Evaluasi Goodness-of-fit rendah contruct reliability dibandingkan composite
1. Goodness-of-fit outer model reliability. Interpretasi composite reliability sama
Goodness of fit Outer model refleksif meliputi dengan cronbachs alpha. Nilai batas 0,7 keatas berarti
convergent validity, discriminant validity, dan composite dapat diterima dan diatas 0,8 dan 0,9 berarti sangat
reliability.Sedangkan untuk Outer model formatif dievaluasi memuaskan (Nunnally dan Bernstein, 1994 dalam
dengan signifikansi dari pembobotan (weight). Goodness of Yamin, S. dan Kurniawan, H., 2011). Adapun formula
fit Outer model refleksif adalah sebagai berikut : untuk menghitung composite reliability :
a. Convergent Validity
Convergent Validity mengukur besarnya korelasi
antara konstrak dengan variabel laten. Dalam evaluasi
Convergent Validity dari pemeriksaan individual item 2. Goodness-of-fit inner model
Realibility dapat dilihat dari nilai Standardized loading Goodness of Fit inner model diukur
factor. Standardized loading factor menggambarkan menggunakan R-square variabel laten dependen dengan
besarnya korelasi antara setiap item pengukuran interpretasi yang sama dengan regresi; Q-Square predictive
(indicator) dengan konstraknya. Nilai loading factor relevance untuk model struktural, megukur seberapa baik
diatas 0,7 dapat dikatakan ideal artinya bahwa indicator nilai onservasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
tersebut dikatakan valid sebagai indicator yang parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model
mengukur konstak. Meskipun demikian, nilai memiliki predictive relevance; sebaliknya jika nilai Q-
Standardized loading factor diatas 0,5 dapat diterima, Square 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive
sedangkan nilai Standardized loading factor dibawah relevance. Perhitungan Q-square dapat dilakukan dengan
0,5 dapat dikeluarkan dari model (Chin, 1998 dalam rumus :
Yamin dan Kurniawan, 2011, p.18)
77 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 1, NO. 2, 2013

Di mana R12, R22 ... Rp2 adalah R-square variabel endogen variabel penelitian, yaitu Balanced Scorecard, Keunggulan
dalam model persamaan. Besaran Q2 memiliki nilai dengan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Deskripsi jawaban
rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati 1 berarti responden dilakukan dengan menghitung nilai rata- rata
model semakin baik. Besaran Q2 ini setara dengan koefisien (mean) jawaban responden terhadap masing masing
determinasi total pada analisis jalur (path analysis). Rm2 pertanyaan dan secara keseluruhan. Untuk mengkategorikan
Rumusan Hipotesis rata-rata jawaban responden terkait Balanced Scorecard,
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan digunakan
dirumuskan uji hipotesis dalam penelitian ini sebagai interval kelas yang dicari dengan rumus sebagai berikut:
berikut:
1. Pengaruh Balanced Scorecard terhadap Keunggulan Nilai Tertinggi Nilai Terendah 5 1
Interval Kelas 0,8
Bersaing Jumlah Kelas 5
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Balanced Dengan interval kelas 0.8, kemudian disusun kriteria
Scorecard terhadap Keunggulan Bersaing rata rata jawaban responden yang disajikan pada Tabel 4.5
pada perusahaan di Surabaya. di bawah ini:
H1 : Terdapat pengaruh antara Balanced Scorecard
terhadap Keunggulan Bersaing pada Tabel 4.Kategori Rata-rata Jawaban Responden
perusahaan di Surabaya.
Interval Kategori
2. Pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja 4.20 a 5.00 Sangat Setuju
Perusahaan 3.40 a 4.20 Setuju
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Keunggulan
2.60 a 3.40 Netral
Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan pada
perusahaan di Surabaya. 1.80 a 2.60 Tidak Setuju
H2 : Terdapat pengaruh antara Keunggulan 1.00 a 1.80 Sangat Tidak
Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan pada Setuju
perusahaan di Surabaya.
Untuk menjawab rumusan masalah penelitian,
3. Pengaruh Balanced Scorecard terhadap Kinerja apakah penggunaan Balanced Scorecard berpengaruh
Perusahaan terhadap keunggulan bersaing pada perusahaan-perusahaan
H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Balanced yang menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya, maka
Scorecard terhadap Kinerja Perusahaan pada alat bantu statistik yang digunakan adalah SMART PLS.
Perusahaan di Surabaya. Hubungan antara variabel dan indikator dapat dilihat
H3 : Terdapat pengaruh antara Balanced Scorecard dari model pengukuran (outer model). Evaluasi outer model
terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data.
di Surabaya. Validitas meliputi convergent validity dan discriminant
validity, sedangkan reliabilitas dicari melalui composite
reliability.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Convergent Validity
Suatu indikator dikatakan memenuhi convergent
Deskriptif sektor industri total dari 100 responden validity jika mempunyai nilai loading di atas 0.5. Berikut ini
yang menjadi obyek penelitian pada sektor industri hasil validitas konvergen untuk variabel Balanced
perusahaan. Dapat dilihat juga dalam table tersebut, dari Scorecard, keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan
total 100 perusahaan terdapat presentase sebesar 57% sektor pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan
industri manufaktur, 25% sektor industri jasa, 13% sektor Balanced Scorecard di Surabaya.
industri ritel dan 5% sektor industri keuangan. Sehingga Hasil nilai outer loading pada variabel Balanced
diperoleh total keseluruhan 100% dari 100 perusahaan dari Scorecard, Keunggulan Bersaing dan Kinerja perusahaan
berbagai macam sektor industri. pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan Balanced
Deskriptif lama bekerja adalah, responden yang lama Scorecard di Surabaya juga dapat dilihat pada Gambar 2 di
bekerjanya 1 4 tahun 68%, lama bekerjanya 5 8 tahun bawah :
sebanyak 23%, dan sisanya 9% berkerja dengan usia kerja Gambar 2.Diagram Path
>9 tahun. Dapat disimpulkan bahwa responden dalam
penlitian ini semuanya adalah manajer yang bekerja lebih
dari 1 tahun dan total 100 orang responden (100%)Jenis
kelamin manajer yang menjadi responden dalam penelitian
ini adalah, sebanyak 74% laki-laki dan 26% perempuan dari
total 100 orang.
Pada analisis deskriptif jawaban responden, akan
dijelaskan jawaban responden pada masing masing
Lokatili : Analisa Pengaruh Pengunaan Balanced Scorecard Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi 78

Nilai outer loading indikator pada variabel Balanced Y4 0.290810 0.344556 0.675202
Scorecard dari X1-X10, Z1-Z10 dan Y1-Y10 pada
perusahaan-perusahaan yang menggunakan Balanced Y5 0.373211 0.238456 0.574626
Scorecard di Surabaya memiliki outer loading yang lebih Y6 0.344180 0.289380 0.671331
besar dari 0.5, sehingga indikator-indikator tersebut sudah
Y7 0.428442 0.414934 0.718320
baik dalam mengukur variabel yang diukur sehingga
memenuhi validitas konvergen (convergent validity), Y8 0.289474 0.367046 0.626797
sehingga tidak ada indikator yang perlu dieliminasi dari Y9 0.350398 0.189500 0.532893
model.
Di atas menunjukkan bahwa korelasi konstruk
Discriminant Validity Balanced Scorecard dengan indikatornya (X1,X2,X10)
Selanjutnya akan dilakukan pengujian discriminant lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator
validity dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dinilai Balanced Scorecard dengan konstruk lainnya (Keunggulan
berdasarkan pengukuran cross loading dengan konstrak, Bersaing dan Kinerja Perusahaan). Selain itu pada korelasi
dan juga membandingkan nilai akar average variance konstruk Keunggulan Bersaing dengan indikatornya
extracted (AVE) untuk setiap konstrukdengan korelasi antar (Z1,Z2,Z10) juga lebih tinggi dibandingkan dengan
konstruk. korelasi indikator Keunggulan Bersaing dengan konstruk
Pengujian dengan kedua cara tersebut dapat dilihat Balanced Scorecard dan Kinerja Perusahaan. Hal tersebut
pada dua tabel di bawah ini : juga berlaku untuk korelasi konstruk Kinerja Perusahaan
Tabel 8.Cross Loading BSC dengan indikatornya (Y1,Y2,Y10) yang menunjukkan
hasil lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator Kinerja
Perusahaan dengan konstruk Balanced Scorecard dan
BSC KB KP
Keunggulan Bersaing. Oleh karena itu, dapat dikatakan
X1 0.679245 0.122710 0.33544 bahwa konstruk laten (BSC, KB, dan KP) dapat
X10 0.600706 0.185245 0.35551 memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik
X2 0.537944 0.281328 0.356184 dibandingkan dengan indikator di blok lainnya.
X3 0.536364 0.035377 0.259744
X4 0.530371 0.125705 0.290593
Tabel 11.Korelasi Antar Konstruk dan AVE
X5 0.544315 0.069790 0.373381 Balanced Keunggulan Kinerja AKAR
AVE
Scorecard Bersaing Perusahaan AVE
X6 0.665942 0.082045 0.307678 Balanced
1.000 0.360 0.600
X7 0.614441 0.129233 0.382628 Scorecard
X8 0.593828 0.070526 0.324718 Keunggulan
0.219 1.000 0.402 0.634
X9 0.666806 0.134914 0.386421 Bersaing
Kinerja
Tabel 9.Cross Loading KB Perusahaan
0.572 0.533 1.000 0.373 0.610

BSC KB KP
Z1 0.086824 0.604443 0.285603 Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai
Z10 0.113632 0.680601 0.322097 akar AVE Balanced Scorecard adalah sebesar 0.600 lebih
Z2 0.063390 0.645690 0.273252
tinggi daripada korelasi antara konstruk Balanced
Scorecard dengan Keunggulan Bersaing sebesar 0.219.
Z3 0.109068 0.677935 0.270665
Begitu pula dengan nilai akar AVE Keunggulan Bersaing
Z4 0.137119 0.628477 0.348229 sebesar 0.634 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk
Z5 0.187450 0.660811 0.446674 Balanced Scorecard dengan Keunggulan bersaing sebesar
Z6 0.177096 0.566370 0.390793 0.219.
Untuk korelasi antara Balanced Scorecard dengan
Z7 0.193015 0.668956 0.411653
Kinerja Perusahaan sebesar 0.572, apabila dibandingkan
Z8 0.080912 0.572140 0.268064 dengan nilai akar AVE Balanced Scorecard sebesar 0.600
Z9 0.164073 0.625463 0.203166 dan nilai akar AVE Kinerja Perusahaan sebesar 0.610,
dapat dilihat bahwa nilai akar AVE untuk Balanced
Tabel 10.Cross Loading KP Scorecard dan Kinerja Perusahaan lebih tinggi
BSC KB KP
dibandingkan dengan korelasi antar kedua konstruk
tersebut.
Y1 0.454383 0.245842 0.532961 Untuk korelasi antara konstruk Keunggulan Bersaing
Y10 0.243734 0.400029 0.570787 dengan Kinerja Perusahaan sebesar 0.533, apabila
dibandingkan dengan nilai akar AVE Keunggulan Bersaing
Y2 0.216133 0.418074 0.541272
sebesar 0.634 dan nilai akar AVE Kinerja Perusahaan
Y3 0.450084 0.316845 0.632153 sebesar 0.610, dapat dilihat bahwa nilai akar AVE untuk
79 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 1, NO. 2, 2013

Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi lebih tinggi Original Sample Standard
Standard T-statistic
dibandingkan dengan korelasi antar konstruk tersebut. Sample Mean Error
Deviation(STDEV) (O/STERR|)
Berdasarkan pada penjelasan di bab sebelumnya, (O) (M) (STERR)

bahwa model dikatakan memiliki discriminant validity yang BSC

baik jika akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada 0.219 0.244 0.106 0.106 2.057

korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya maka dari KB

hasil output di atas dapat dikatakan bahwa model memiliki BSC

discriminant validity yang baik karena telah memenuhi 0.478 0.488 0.080 0.080 5.984

kriteria yang telah ditentukan. KP


KB
0.428 0.434 0.076 0.076 5.600
Composite Reliability KP
Tabel 12.Composite Reliability
Composite Reliability
Hasil estimasi inner weight pada pengaruh Balanced
Balanced Scorecard 0.848 Scorecard terhadap Keunggulan Bersaing menunjukkan
nilai T-statistics sebesar 2.057, dimana nilai tersebut lebih
Keunggulan Bersaing 0.870
besar dari 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
Kinerja Perusahaan 0.855 positif Balanced Scorecard terhadap Keunggulan Bersaing
pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan Balanced
Scorecard di Surabaya signifikan. Selain itu, nilai original
Composite reliability adalah baik jika nilainya diatas sample sebesar 0.219, dimana nilai tersebut positif. Dengan
0.70. Berdasarkan tabel di atas, tampak terlihat dari output demikian. Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga
bahwa nilai composite reliability untuk variabel Balanced bahwa Balanced Scorecard berpengaruh terhadap
Scorecard sebesar 0.848, variabel Keunggulan Bersaing Keunggulan Bersaing pada perusahaan-perusahaan yang
sebesar 0.870, dan variabel Kinerja Perusahaan sebesar menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya terbukti (H1
0.855, dimana ketiga nilai tersebut semuanya lebih besar diterima). Hasil penelitian ini mempunyai pengaruh positif
dari 0.70. Dengan demikian model dalam penelitian ini yang signifikan dengan kajian penilitan terdahulu yang
telah memenuhi composite reliability. dilakukan oleh Kallas (2006), yang juga membuahkan
sebuah hasil penelitian bahwa Balanced Scorecard
Tabel 13.R-Square memberikan pengaruh yang positif terhadap Keunggulan
R-square Bersaing.
Hasil estimasi inner weight pada pengaruh Balanced
Keunggulan Bersaing 0.048
Scorecard terhadap Kinerja Perusahaan menunjukkan nilai
T-statistics sebesar 5.984, dimana nilai tersebut lebih besar
Kinerja Perusahaan 0.502 dari 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Balanced
Scorecard terhadap Kinerja Perusahaan pada perusahaan-
Goodness of fit pada PLS dapat diketahui dari nilai perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard di
Q2. Nilai Q2 memiliki arti yang sama dengan koefisien Surabaya signifikan. Selain itu, nilai original sample sebesar
determinasi (R-square / R2 ) dalam analisis regresi. Semakin 0.478, dimana nilai tersebut positif. Dengan demikian,
tinggi R2, maka model dapat dikatakan semakin fit dengan hipotesis penelitian yang menyatakan diduga bahwa
data. Balanced Scorecard berpengaruh terhadap Kinerja
Dari tabel di atas, dapat diketahui nilai Q2 sebagai Perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang
berikut : menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya terbukti (H3
Q 2 1 1 0.0481 0.502 diterima). Hasil penelitian ini mempunyai pengaruh positif
yang signifikan dengan kajian penilitan terdahulu yang
Q 2 0.5259 52.6%
dilakukan oleh Sim dan Koh (2001); Strohhecker (2007)
yang juga membuahkan sebuah hasil penelitian bahwa
Pada model penelitian ini nilai R-square yang Balanced Scorecard memberikan pengaruh yang positif
dihasilkan pada persamaan Keunggulan Bersaing adalah terhadap Kinerja Perusahaan.
0.048, artinya pengaruh Balanced Scorecard terhadap Hasil estimasi inner weight pada pengaruh
Keunggulan Bersaing sebesar 4.8%. Nilai R-square yang Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan
dihasilkan pada persamaan Kinerja Perusahaan adalah menunjukkan nilai T-statistics sebesar 5.600, dimana nilai
sebesar 0.502, artinya pengaruh Balanced Scorecard tersebut lebih besar dari 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa
terhadap Kinerja Perusahaan sebesar 50.2%. pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Dari model pada penelitian ini, diketahui bahwa nilai Perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang
Q2 sebesar 52.6%, artinya model yang digunakan dalam menggunakan Balanced Scorecard di Surabaya signifikan.
penelitian ini dapat menjelaskan informasi yang terkandung Selain itu, nilai original sample sebesar 0.428, dimana nilai
dalam data sebesar 52.6%. tersebut positif. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang
Tabel 14.Path Coeficient menyatakan diduga bahwa Keunggulan Bersaing
Lokatili : Analisa Pengaruh Pengunaan Balanced Scorecard Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi 80

berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada 2) Keunggulan Bersaing mempunyai lima indikator
perusahaan-perusahaan yang menggunakan Balanced empirik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Scorecard di Surabaya terbukti (H2 diterima). Hasil indikator empirik yang paling rendah pada variabel
penelitian ini mempunyai pengaruh positif yang signifikan Keunggulan Bersaing adalah dalam indikator
dengan kajian penilitan terdahulu yang dilakukan oleh kemampuan pengiriman. Berisi tentang kemampuan
Phong Tuan dan Yoshi (2010); Li, B. Ragu-Nathan, T.S. perusahaan untuk mengirimkan barang sesuai dengan
Ragu-Nathan, dan Rao. (2006), yang juga membuahkan jumlah dan pesanan kepada pelanggan dibandingkan
sebuah hasil penelitian bahwa Keunggulan Bersaing dengan pesaingnya. Peneliti menyarankan agar
memberikan pengaruh yang positif terhadap Kinerja perusahaan lebih memperhatikan hal tersebut dengan
Perusahaan. baik. Dan jika perlu memperbaiki hal apa yang kurang
bagi perusahaannya sehingga terciptanya
KESIMPULAN keseimbangan diantara ke lima indikator di dalam
perusahaan. Sehingga di dalam penerapannya, ke lima
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian indikator ini akan membantu perusahaan dalam
hipotesis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan mencapai dan mempertahankan Keunggulan Bersaing
sebagai berikut: perusahaan.
1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara 3) Kinerja Perusahaan mempunyai dua indikator empirik.
Balanced Scorecard terhadap Keunggulan Bersaing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator empirik
Penggunaan Balanced Scorecard di dalam perusahaan yang paling rendah pada variabel Kinerja Perusahaan
memberikan pengaruh yang positif terhadap adalah pada indikator kinerja operational. Peneliti
Keunggulan Bersaing. Hal tersebut ditunjukan oleh menyarankan agar perusahaan dapat memperhatikan
nilai t hitung sebesar 2.057 lebih besar dari t tabel apa yang menjadi kekurangan di dalam kegiatan
sebesar 1,96. Dengan demikian hipotesis pertama kinerja operationalnya. Memperbaiki dan terus
diterima. meningkatkan kinerja operationalnya guna seimbang
2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dan sama efektifnya dengan kinerja keuangan di dalam
Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan. perusahaan. Jika keseimbangan telah dicapai, maka
Keunggulan Bersaing yang dimiliki sebuah akan terciptanya Kinerja Perusahaan yang efektif dan
perusahaan yang semakin baik akan berdampak pada efisien bagi perusahaan.
peningkatan Kinerja Perusahaan. Hal tersebut
ditunjukan oleh nilai t hitung sebesar 5.600 lebih besar DAFTAR REFERENSI
dari nilai t tabel 1.96. Dengan demikian hipotesis
kedua diterima. Ahmadi, P., Khoddami, S., Osanlou, B., dan Moradi, H.
3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara (2012). Using the balanced scorecard to design
Balanced Scorecard terhadap Kinerja Perusahaan. organizational comprehensive performance
Penggunaan Balanced Scorecard di dalam perusahaan evaluation model. African Journal of Business
memberikan pengaruh yang positif akan peningkatan Management, Vol. 6(6).
Kinerja Perusahaan. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai Bastian, I. (2001). Akuntansi Sektor Publik di Indonesia.
t hitung sebesar 5.984 lebih besar dari nilai t tabel 1.96. Yogyakarta: BPFE.
Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Beverley, R. L., Yvonne, P. S., dan Michelle, J. G. (2005).
The balanced scorecard : a new zealand perspective.
Saran Pasific accounting review, Vol 17(1), 49-77.
Saran berikutnya ditujukan kepada perusahaan- Bhasin, S. (2008). Lean and performance measurement.
perusahaan yang menggunakan Balanced Scorecard di Journal of Manufacturing Technology.
Surabaya, yaitu: Bontis, N., Dragonetti, N. C., Jacobsen, K., dan Roos, G.
1) Perusahaan dianjurkan untuk memperhatikan tiga (1999). A review of the tools available to measure and
indikator empirik di dalam Balanced Scorecard, yaitu manage intangible resources. Eur. Manage. J., Vol.
perspektif-perspektif Balanced Scorecard, cause and 17(4), 391-402.
effect relationship dan kriteria Balanced Scorecard. Di Carton, R. B. (2004). Measuring organizational
dalam peneiltian ini ditemukan hasil bahwa indikator performance: An exploratory study, Edward Elgar
perspektif-perspektif Balanced Scorecard memiliki Publishing Limited.
hasil rata-rata terendah. Hal ini berarti bahwa kurang Combs, J. G. T., Crook, R., dan Christopher, L. S. (2005).
diperhatikannya indikator tersebut di dalam The Dimensionality of Organizational Performance
perusahaan. Oleh karena itu indikator perspektif- and its Implications for Strategic Management
perspektif Balanced Scorecard perlu ditingkatkan. Research. in Professor David Ketchen and Professor
Dianjur agar setiap perusahaan tetap memperhatikan Don Bergh (ed.) Research Methodology in Strategy
ketiga indikator di dalam perusahaanya, sehingga and Management, Vol. 2, 259-286
tercipta keseimbangan pada penggunaannya Balanced Davis, S. dan Albright, T. (2004). An investigation of the
Scorecard. effect of balances scorecard implementation on
81 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 1, NO. 2, 2013

financial performance. Manage. Account. Res.,Vol. Mulyadi. (2007). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat,
15(2), 135-153. dan Rekayasa, edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
Der Jang, Chi dan Hsu Feng, Hung (2011). Is the balanced Nigel, E. (2005). Assesing the balanced scorecard as a
scorecard really helpful for improving performance? management tool for hotel. international journal of
evidence from software companies in china and contemporary hospitality management, Vol. 17(5),
taiwan. African journal of business management, Vol. 376-390.
5(1), 224-239. Norreklit, H. (2003). The balances scorecard: what is the
DSouza, D. E. dan Williams, F. P. (2000). Toward a score? A theoretical analysis of the balanced
taxonomy of manufacturing flexibility dimensions. scorecard. Account. Org. Soc., Vol. 28(6), 591-619.
Journal of Operations Management, Vol. 18, 577- Penman, S. H. (2001). Financial Statement Analysis and
583. Security Valuation, New York: McGraw-Hill.
Evans, J. R. (1993). Applied Production and Operations Phong Tuan, Nham dan Yoshi, T. (2010). Organizational
management. West Publishing Co. USA. capabilities, competitive advantage and performance
Ghosh, S. dan Mukherjee, S. (2006). Measurement of in supporting industries in vietnam. Asian academy of
corporate performance through balanced scorecard : management journal, Vol. 15(1), 1-21.
An overview. Vidyasagar University Journal of Porter, M. E. (2005). Competitive Strategy, New York: The
Commerce, Vol. 11. Dryden Press A Division of Macmillan Publishing
Helms, M. (1996). Perspectives on quality and productivity Co. Inc.
for competitive advantage. The TQM Magazine, Vol. Qin, S. Y., Atkins, A. S., dan Yu, H. (2013). Balanced
8(3), 5-10. Scorecard Approach to Evaluate Business
Higgins, R. C. (1995). Analysis for Financial Management Performance Measurement Using Web Tools in E-
(4th edn), Boston, MA: Irwin. Tourism. International Journal of Computing Science
Hoque, Z. dan James, W. (2000). Linking balanced and Communication Technologies, Vol.5(2).
scorecard measures to size and maket factor : Impact Sim, K. L., dan Koh, H. C. (2001). Balanced Scorecard: A
on organizational perfomance. Journal of Rising Trend in StrategicPerformance, Measurement.
management accounting research, Vol. 12, 1-17. In: Measuring Business Excellence, Vol. 5(2).
Johnson, M. D. dan Fornell, C. (1991). A Framework for Strohhecker, J. (2007). Does a balanced scorecard
Comparing Customer Satisfaction Across Individuals management cockpit increase strategy
and Product Categories, Journal of Economic implementation performance?, In: system dynamics
Psychology, Vol. 12(2), 26786. society conference.
Kallas, D. (2006). Balanced scorecard implementation for Thatte, A. A. (2007). Competitive Advantage of a Firm
strategy management : variation of manager opinion through Supply Chain Responsiveness and SCM
in real and simulated companies. Developments in Practices. Doctoral dissertation, The University of
business simulation and experiantial learning, Vol. 3. Toledo.
Kaplan, R. S. dan Norton, D. P. (1996a). Using the balance Tracey, M., Vonderembse, M. A., dan Lim J. S. (1999).
scorecard as a strategic management system, Harv. Manufacturing technology and strategy formulation:
Bus. Rev., 74(1), 75-85. keys to enhancing competitiveness and improving
Kaplan, R. S. dan Norton, D. P. (1996b). The balances performance. Journal of Operations Management,
scorecard: translating strategy into action. New Vol. 17(4), 411428.
York: Harvard Business School Press. Walker, J.O. dan Ruekert, R.W. (1987). Marketing's Role in
Kaplan, R. S., Norton, D. P. (2001). The Strategy-focused the Implementation of Business Strategies: A Critical
organization: how BSC companies thrive in the new Review and Conceptual Framework. Journal of
competitive environment. Marketing, Vol. 51, 15-33.
Khani, A. dan Ahmadi, M. (2012). Performance Wu, R., Basuroy, S., dan Beldona, S. (2010). Integrating
measurement using balanced scorecard measures and Production Costs in Channel Decisions. Journal of
strategy based on Miles and Snows typology in iran. retailing
African Journal of Business Management, Vol.6 (46), Yasmin, S. dan Kurniawan, H. (2011). Generasi baru
11391-11400. mengolah data penelitian dengan Partial Least Square
Li, S., Ragu-Nathan, B., Ragu-Nathan T. S., dan Rao, S. S. Path Modelling. Buku aplikasi statistik, seri 4.
(2006). The impact of supplychain management Venkatraman, N., dan Ramanujam, V. (1986).
practices on competitive advantage and organizational Measurement of business performance in strategy
performance. Omega, Vol. 34, 107 124. research: A comparison of approaches. Academy of
Malmi, T. (2001). Balanced scorecard in finnish companies Management Review, Vol. 11(4), 801-814.
: a research note. Management accounting research, Vickery, S., Calantone, R., dan Droge, C. (1999).
Vol. 12, 207-220. Supplychain flexibility: an empirical study. Journal of
Mentzer, J. T., Min, S., dan Zacharia, Z. G. (2000). The Supply Chain Management, Vol. 35(3), 1624
nature of inter firm parnering in supply chain
management. Journal of Retailing, Vol. 76(4), 549-
568.

Anda mungkin juga menyukai