Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Kinerja Organisasi

Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu organisasi adalah kinerja

organisasi. Kinerja organisasi yang baik akan memberikan profit pada organisasi.

Profit akan digunakan organisasi untuk menutup biaya operasional yang akan

dikeluarkan, membiayai operasional yang akan datang dan investasi

pengembangan usaha. Sedangkan kinerja organisasi yang buruk akan membawa

organisasi pada kerugian dan akhirnya bila kinerja semakin buruk akan

menyebabkan kepailitan organisasi. Tabel berikut memberikan gambaran tentang

definisi dari kinerja organisasi yang berbeda-beda dari beberapa akhli.

Tabel 2.1
Matriks Definisi Kinerja organisasi
No. Aktor Definisi
1 Khani et.al. Kinerja organisasi merupakan kapasitas profitabilitas
(2011) organisasi, kapasitas likuiditas, dan kapasitas
operasional dan pengembangan kapasitas
2 Goh (2005) Kinerja organisasi mengacu pada keseluruhan
kesejahteraan organisasi, yang diukur melalui
penjualan, aset, keuntungan, buku dan nilai pasar.
3 Ganguli dan Kinerja organisasi merupakan jumlah dari nilai pasar
Agrawal (2009) akhir tahun keuangan dari saham ekuitas, nilai buku
utang dan preferensi modal saham dibagi dengan
nilai buku dari jumlah aktiva
4 Maiga dan Kinerja organisasi merupakan kinerja organisasi yang
Jacobs (2003) diukur dengan menggunakan tiga dimensi kinerja:
kualitas produk, kepuasan pelanggan, dan margin
penjualan
5 Bose dan Kinerja organisasi adalah penentuan secara periodik
Thomas (2007) efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan kemampuan pengelolaan pelanggan
berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah
ditetapkan sebelumnya.

6 Harris dan Kinerja organisasi merupakan ukuran keberhasilan


Ogbonna (2007) atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu organisasi
yang diukur tiap kurun waktu tertentu.

Kinerja perusahaan ditentukan oleh keunggulan kapabillitas sosio-kognitif

perusahaan, khususnya dalam berbagai tim pengembangan dan implementasi

strategii. Dua dimensi pokok dari kapabilitas sosio-kognitif adalah SDM

(kemampuan kognitif dan kompetensi-kompetensi sosial) dan sumber daya

organisasi (teknik pemetaan dan pemodelan, serta desain struktur organisasi dan

insentif). Kapabilitas sosio-kognitif organisasi menentukan pengembangan

strategi. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh tim mulai dari tahap penilaian

atas situasi, pemikiran strategis, pengambilan keputusan hingga implementasi

strategi.

Menurut resource-based perspective, determinan-determinan kinerja

perusahaan adalah kapabilitas-kapabilitas dan aset-aset yang spesifik-

perusahaan,serta mekanisme-mekanisme perlindungan posisi perusahaan.

Termasuk di dalamnya adalah intangible assets, seperti ketrampilan dibidang

teknologi maupun manajerialii. Pemenang persaingan adalah perusahaan-

perusahaan yang menunjukkan ketanggapan tepat waktu, melakukan inovasi

secara cepat dan fleksibel, serta didukung oleh kapabilitas manajemen yang

mengkoordinasikan dan mendayagunakan kompetensi-kompetensi internal dan

eksternal secara efektifiii.


Beberapa akhli mempunyai berbagai pendapat yang berbeda terhadap

pengukuran kinerja organisasi. Namun pada umumnya para akhli sepakat bahwa

pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian

pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment)

melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa kemampulabaan organisasi,

perkembangan produk, jasa ataupun proses.

Kinerja perusahaan merupakan akumulasi dari hasil aktivitas yang

dilakukan dalam perusahaan itu sendiri. Rue dan Byardiv mendefinisikan kinerja

bisnis sebagai hasil yang dicapai oleh suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalah

pengukuran atas hasil dari implementasi strategi, dan hasil kinerja yang dianggap

baik akan menjadi standar untuk mengukur kinerja di masa mendatang. Bila

indikator yang menjadi ukuran kinerja meningkat, berarti strategi telah

diimplementasikan dengan baikv.

Menurut Prawirosentonovi, kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral maupun etika. Ventrakaman dan Ramanujamvii menjelaskan kinerja sebagai

refleksi dari pencapaian keberhasilan perusahaan yang dapat dijadikan sebagai

hasil yang telah dicapai dari berbagai aktivitas yang dilakukan. Waterhaouse dan

Svendsenviii mendefinisikan kinerja sebagai tindakantindakan atau kegiatan yang

dapat diukur. Selanjutnya kinerja merupakan refleksi dari pencapaian kuantitas

dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan individu, kelompok, atau organisasi dan
dapat diukur. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wells dan Spinksix

bahwa kinerja menunjukkan hasilhasil perilaku yang bernilai dengan kriteria atau

standar mutu.

Menurut Biggadikex kinerja (performance) digunakan untuk menunjukkan

kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja pasar (market performance).

Kinerja keuangan menunjukkan pada pengukuran seperti return on investment,

cash flow over investment, return on sales. Kinerja pasar menunjukkan pada

absolute dan relative market share yang dicapai. Kinerja ini merupakan hasil

akhir dari operasi perusahaan di atas kelebihan dari biaya yang dikeluarkan dan

juga merupakan hasil penjualan produk atau jasa pada pasar yang dikuasai.

Selanjutnya Prieto dan Revillaxi dalam penelitiannya menggunakan

pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan ditunjukkan

oleh peningkatan pendapatan return on sales, profitability, pertumbuhan

penjualan, perbaikan produktivitas kerja, dan perbaikan biaya produksi.

Sedangkan kinerja non keuangan diukur dengan peningkatan aset kepuasan

pelanggan, pertumbuhan pelanggan, kepuasan karyawan, kualitas produk dan jasa

serta reputasi perusahaan. Begitu pula Lixii yang menyatakan bahwa kinerja dapat

diukur melalui kinerja keuangan (financial performance) yang terdiri dari ROI,

ROE, ROS dan ROA serta kinerja pasar (market performance) yang terdiri dari

tingkat pertumbuhan penjualan dan tingkat pertumbuhan konsumen. Selanjutnya

menurut Robinsonxiii ada beberapa cara untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu

pertumbuhan dalam penjualannya, yaitu menunjukkan peningkatan pelanggan

yang dapat menerima produk perusahaan. Kedua, Return on Equity (ROE), yaitu
mengindikasikan keefektifan manajemen dalam menghasilkan pengembalian dana

yang diinvestasikan oleh pemegang saham.

Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasi dimensi variabel kinerja

organisasi, yaitu: peningkatan pendapatan, profitability, dan peningkatan aset

seperti yang telah digunakan dalam penelitian-penelitianxiv. Secara grafis,

dimensionalisasi variabel kinerja organisasi tampak dalam gambar berikut.

Peningkatan
Pendapatan

Kinerja Profitability
Organisasi

Peningkatan
Asset

Gambar 2.5 Dimensionalisasi Variabel Kinerja Organisasi


(Sumber: Biggadike, 2009; Prieto dan Revilla, 2006; Li, 2010; dan Robinson,
2008)
i
Barokah, Siti Nur. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Strategi Bersaing Pada Ukm Batik
Di Kota Solo. Jurnal Administrasi Bisnis. Politeknik Negeri Semarang, 1411-4321.

ii
Teece, DJ. 1998. Profiting From Technological Innovation. Research Policy. 15 (6). 285-305.

iii
Teece, DJ. 1998. Profiting From Technological Innovation. Research Policy. 15 (6). 285-305.

iv
Rue, L.L. and L.L. Byard, 2007. Management, Skill and Application, New York: McGraw-Hill Co.

v
Anthony dan Govindarajan. 2006, Management Control System, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

vi
Prawirosentono, Suryadi. 2007. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

vii
Venkatraman, N. and V. Ramanujam, 2006. Measurement of Business Performance in Strategy Research: A
Comparison Approaches, Academy of Management Review, Vol.11, pp.801-814.

viii
Waterhouse, J. and A. Svendsen, 2008. Strategic Performance Monitoring and Management: Using Non Financial
Measures to Improve Corporate Governance, Quebec: The Canadian Institute of Chartered Accountant

ix
Wells, B. and N. Spinks, 2006. Ethics Must be Communicated from The Top Down, Career Development
International, Vol.1, No.7, pp.28-33.

x
Biggadike, R. E. 2009, Corporate Diversification: Entry, Strategy and Performance, Division on Research,
Harvard University, Boston.

xi
Prieto, I.M. and E. Revilla, 2006. Learning Capability and Business Performance: a Non-Financial and Financial
Assessment, The Learning Organization, Vol.13 No.2, pp.166-185.

xii
Li, Yong-Hui, Jing-Wen Huang, and Ming-Tien Tsai. 2008. Entrepreneurial orientation and rm performance: The
role of knowledge creation process. Industrial Marketing Management. pp. 1-10.

xiii
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Alih Bahasa: Hadyana Pujaatmaka
dan Benyamin Molan, Prenhallindo, Jakarta.

xiv
Biggadike, R. E. 2009, Corporate Diversification: Entry, Strategy and Performance, Division on Research,
Harvard University, Boston.

Anda mungkin juga menyukai