Anda di halaman 1dari 68

KODE MK / STEKPI / BAB 9

PENDAHULUAN

BAB 7
AKUNTANSI HUBUNGAN KANTOR
PUSAT DAN CABANG
Oleh: Yuli Noor Kusumawati, SE, M.Si

PENDAHULUAN

ebuah perusahaan yang telah tumbuh dan ingin memajukan usahanya

S dengan mengembangkan wilayah kerjanya, pemasarannya maka

biasanya akan mendirikan perusahaan cabang. Perusahaan cabang

berbeda dengan anak perusahaan, berbeda juga dengan agen.

Anak perusahaan tidak selalu sama bidang usahanya dengan perusahaan induknya,

misal Sinar Mas Group mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang

agribisnis yaitu Simas Agrolestari, Simas asuransi bergerak di bidang asuransi, dan

lain-lain. Sedangkan agen adalah suatu perusahaan jasa yang dipercaya untuk

membantu bidang pemasaran beberapa perusahaan sehingga tidak bertanggungjawab

langsung kepada perusahaan yang memberikan kepercayaan padanya sebagai agen.

Perusahaan Pusat adalah perusahaan cikal bakal pertama suatu perusahaan berdiri

sampai berkembang dan juga merupakan pusat dari kegiatan usaha yang dijalankan.

1
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Perusahaan Pusat yang telah tumbuh dan berkembang akan membuka kantor cabang

di beberapa tempat kemudian kantor cabang ini akan beroperasi dengan segala

transaksi operasionalnya yang memperoleh dukungan aktiva lancar, aktiva tetap,

modal, manajemen, dan pengendalian dari perusahaan pusat sehingga perlu

pertanggungjawaban cabang ke pusat. Dari sinilah timbul hubungan Pusat-Cabang

yang akhirnya memerlukan pencatatan transaksi, pengelompokkan pos-pos,

peringkasan saldo dan pelaporan serta pertanggungjawabkan yang akhirnya disebut

sebagai akuntansi hubungan kantor pusat-kantor cabang.

Di dalam pencatatan akuntansi hubungan Pusat-Cabang akhirnya

dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pencatatan dengan system sentralisasi

akan dibahas pada topik 1, kedua pencatatan dengan system desentralisasi akan di

bahas pada topic 2.

Tujuan penyajian dan bahasan pada bab ini bagi mahasiswa adalah:

1. Membuka wawasan mahasiswa tentang akuntansi hubungan kantor pusat-

kantor cabang.

2. Mahasiswa tidak hanya mengerti tetapi juga memahami seluk beluk akuntansi

hubungan pusat-cabang.

3. Mahasiswa juga memahami prosedur pencatatan transaksi kantor pusat oleh

cabang atau sebaliknya.

4. Mahasiswa mampu membuat jurnal, menghitung laba dan mengakui laba

serta pembuatan laporan keuangannya.

2
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 1

Hubungan Kantor Pusat-Cabang dengan Sistem


Sentralisasi

A. PENGERTIAN HUBUNGAN PUSAT-CABANG

Hubungan Pusat-Cabang yaitu hubungan antara kantor pusat (utama) dengan

kantor pengembangan/ perwakilan yang skala usahanya lebih kecil dan merupakan

bagian dari kantor pusat tersebar di daerah-daerah lain. Kantor cabang tidak sama

dengan kantor agen karena keduanya mempunyai persamaan dan perbedaan sebagai

berikut:

Kantor Cabang Kantor Agen

Struktur organisasi dan kegiatan Struktur organisasi dan kegiatan


tidak terlepas dari kantor pusat. terlepas dari kantor pusat atau
Sehingga kantor cabang bertang- berdiri sendiri. Oleh karena itu satu
gungjawab penuh atas segala kantor agen dapat mengageni beberapa
aktivitasnya ke manajemen kantor perusahaan. Sehingga kantor agen
pusat. tidak bertanggungjawab ke kantor
pusat tetapi bertanggungjawab
Kegiatan kantor cabang tidak
pengelola agen.
terbatas pada usaha untuk memperoleh
pesanan saja tetapi juga usaha untuk Kegiatan kantor agen tidak
memenuhi pesanan yang dpt diambil terbatas pada usaha untuk
dari persediaan sendiri maupun memperoleh pesanan dan calon
persediaan kantor pusat. pembeli saja. Dengan demikian agen
hanya sebagai fungsi pemasarnya saja.
Investasi kantor pusat ke cabang
tidak hanya sebatas modal kerja saja Investasi kantor pusat ke agen
tetapi semua fasilitas yang dibutuhkan hanya sebatas modal kerja saja.
dalam mendirikan kantor cabang dan
permulaan operasinya kantor cabang.

3
KODE MK / STEKPI / BAB 9

B. SISTEM AKUNTANSI UNTUK KANTOR CABANG

Ada dua sistem yang digunakan dalam pencatatan sistem akuntansi hubungan

cabang dengan pusat, yaitu melalui sistem:

1. Sistem Sentralisasi

2. Sistem Desentralisasi (mengenai penjelasan desentralisasi akan dibahas

pada topik 2).

1. SISTEM SENTRALISASI

Di dalam sistem ini akuntansi kantor cabang diselenggarakan oleh kantor pusat,

jadi hampir mirip dengan pencatatan kantor agen dimana rugi-laba kantor agen

dipisahkan dari rugi-laba kantor pusat. Sistem ini cocok dipakai apabila kantor cabang

letaknya dekat dengan kantor pusat dan kegiatan kantor cabang masih terbatas/ kantor

cabang masih relative kecil.

Contoh Soal 1:

Perhatikan Neraca PT. TERRAMODA berikut ini:

PT. TERRAMODA
Neraca
Per 31 Desember 1998
AKTIVA
- Kas Rp. 300.000.000
- Piutang Dagang Rp. 125.000.000
- Persediaan Rp. 225.000.000
- Aktiva tetap (Neto) Rp. 330.000.000
Total Aktiva Rp. 980.000.000
PASIVA
- Utang Dagang Rp. 150.000.000
- Modal Saham Rp. 480.000.000
- Laba ditahan Rp. 350.000.000
Total Pasiva Rp. 980.000.000

4
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Antara perusahaan TERAMODA (perusahaan pusat) dengan ECOMODA

(perusahaan Cabang berdiri tahun 1999) yang dipimpin oleh Betty sebagai manajer

telah terjadi transaksi-transaksi adalah berikut:

1. Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 200.000 untuk pembukaan kantor

cabang.

2. Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 150.000 secara kredit.

Akuntansi pencatatannya diselenggarakan oleh kantor Pusat.

3. Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor Pusat

Rp.1200.000, kantor cabang Rp. 800.000

4. Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang Rp.

275.000.

5. Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat

Rp.1500.000, kantor cabang Rp. 700.000. Harga pokok atas barang

dagangan yang dijual tersebut masing-masing Rp. 1000.000 dan Rp. 400.000.

6. Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 1300.000, Kantor Cabang

Rp. 500.000.

7. Pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial: Kantor Pusat Rp. 300.000

dan Kantor Cabang Rp. 100.000.

8. Pembebanan biaya kantor pusat kepada kantor cabang Rp. 50.000.

9. Pengiriman kas dari kantor cabang ke kantor pusat Rp. 300.000

10. Penyusutan aktiva tetap: kantor pusat Rp. 45.000, Kantor cabang Rp.

15.000.

11. Kantor pusat membagi deviden dalam bentuk kas sebesar Rp. 120.000.

5
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Perintah:

a) Buatlah pencatatan akuntansinya dengan system sentralisasi baik oleh

perusahaan pusat maupun cabang.

b) Buatlah pencatatan akuntansinya dengan system sentralisasi baik oleh

perusahaan pusat maupun cabang.

Jawab Soal 1:

1) Pengiriman kas (aktiva) dari kantor Pusat ke kantor cabang

Pusat

Kas - Ktr Cabang 200.000


Kas (aktiva) 200.000

2) Pembelian aktiva tetap oleh kantor cabang:

Pusat

Aktiva tetap - Ktr Cabang 150.000


Kas Ktr.Cabang 150.000

3) Pembelian barang dagangan untuk persediaan:

Pembelian Pusat Pembelian Cabang


Persediaan 1200.000 Persed. ktr cabang 800.000
Utang Dagang 1200.000 Utang Dagang 800.000

4) Pengiriman barang dagang dr kantor Pusat ke cabang

Pusat

6
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Persediaan-Ktr Cabang 275.000


Persediaan 275.000
5) Penjualan barang an secara kredit dan HPP masing-masing dicatat kantor pusat

sebagai berikut:

Penjualan Pusat dan HPP kantor Pusat Penjualan dan HPP kantor Cabang

Piutang dagang 1.500.000 Piutang dagang 700.000


Penjualan 1.500.000 Penjualan 700.000
HPP 1.000.000 HPP 400.000
Persediaan 1.000.000 Persediaan 400.000

6) Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 1300.000, Kantor Cabang Rp.

500.000.

Piutang kantor Pusat Piutang kantor Cabang

Kas 1.300.000 Kas 5.00.000


Piutang Dagang 1.300.000 Piutang Dagang 500.000

7) Pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial: Kantor Pusat Rp. 300.000

dan Kantor Cabang Rp. 100.000.

Biaya kantor Pusat Biaya kantor Cabang

Biaya komersial 300.000 Biaya komersial-ktr cabang 100.000


Kas 300.000 Kas-ktr. cabang 100.000

8) Pembebanan biaya kantor pusat kepada kantor cabang Rp. 50.000.

Biaya komersial-kantor cabang 50.000


Biaya Komersial 50.000

9) Pengiriman kas dari kantor cabang ke kantor pusat Rp. 300.000

7
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Kas 300.000
Kas-kantor cabang 300.000

10) Penyusutan aktiva tetap: kantor pusat Rp. 45.000, Kantor cabang Rp. 15.000.

Biaya Komersial 45.000


Aktiva tetap 45.000

Biaya Komersial kantor cabang 15.000


Aktiva tetap-kantor cabang 15.000

11) Kantor pusat membagi deviden dalam bentuk kas sebesar Rp. 120.000.

Laba diatahan 120.000


Kas 120.000

LATIHAN TOPIK 1

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda


mengerjakan latihan berikut ini !
1) Apa yang dimaksud dengan pengertian kantor cabang dan kantor agen ?
2) Sebutkan persamaan dan perbedaan antara kantor cabang dengan kantor agen!
3) Apa yang dimaksud dengan system sentralisasi dalam hubungan Pusat-Cabang?
4) Sebutkan dan jelaskan kondisi kantor cabang yang cocok menerapkan system
sentralisasi!
5) Sebutkan perbedaan sistem pencatatan (jurnal) antara rekening kantor cabang
dengan rekening kantor pusat di dalam system sentralisasi!
6) Dicatat transaksi-transaksi berikut yang terjadi antara perusahaan
RAKMODAL (perusahaan pusat) dengan MODAL DENGKUL (perusahaan
cabang) oleh Jayus sebagai berikut:
Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 50.000 untuk pembukaan kantor

cabang.

8
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 80.000 secara kredit.

Akuntansi pencatatannya diselenggarakan oleh kantor Pusat.

Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor Pusat Rp.

600.000, kantor cabang Rp. 300.000

Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang Rp.

75.000.

Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat Rp.

800.000, kantor cabang Rp. 300.000.

Harga pokok atas barang dagangan yang dijual tersebut masing-masing

Rp.600.000 dan Rp. 200.000.

Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 120.000, Kantor Cabang

Rp.60.000.

Pembayaran hutang dagang: Kantor Pusat Rp. 400.000, kantor cabang

Rp.50.000.

Pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial: Kantor Pusat Rp.

30.000 dan Kantor Cabang Rp. 10.000.

Pembebanan biaya kantor pusat kepada kantor cabang Rp. 5000.

Pengiriman kas dari kantor cabang ke kantor pusat Rp. 30.000

Penyusutan aktiva tetap: kantor pusat Rp. 10.000, Kantor cabang Rp.

5.000.

Kantor pusat membagi deviden dalam bentuk kas sebesar Rp. 40.000.

Perintah:

Buatlah pencatatan akuntansinya dengan system sentralisasi baik oleh

perusahaan pusat maupun cabang.

9
KODE MK / STEKPI / BAB 9

7) Transaksi apa saja yang penjurnalannya oleh pusat namun dicatat dengan

keterangan kantor cabang, sebutkan!

RANGKUMAN

1) Hubungan Pusat-Cabang yaitu hubungan antara kantor pusat (utama)


dengan kantor pengembangan/ perwakilan yang skala usahanya lebih
kecil dan merupakan bagian dari kantor pusat tersebar di daerah-daerah
lain.
2) Kantor cabang tidak sama dengan kantor agen karena keduanya
mempunyai persamaan dan perbedaan, yaitu dari segi struktur organisasi
terhadap pusat, lingkup kegiatan, dan investasi kantor pusat.
3) Sistem pencatatan yang digunakan di dalam akuntansi hubungan pusat-
cabang terdapat dua macam yaitu system pencatatan sentralisasi (hanya
dilakukan oleh pusat saja) dan system desentralisasi yaitu pencatatan
dilakukan oleh pusat maupun cabang dengan dihubungkan oleh rekening
timbal balik.
4) Transasksi yang oleh pusat dicatat dengan keterangan yang membedakan
dengan kantor cabang di dalam system sentralisasi adalah transaksi
pembelian, penjualan dan HPP, piutang dagang, utang dagang, biaya
komersial dan penyusutan aktiva tetap.

10
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 2

Hubungan Kantor Pusat-Cabang dengan Sistem


Desentralisasi

A. PENGERTIAN DESENTRALISASI

Pengertian desentralisasi hubungan pusat-cabang yaitu apabila di dalam

sistem akuntansi kantor cabang yang pencatatannya diselenggarakan oleh kantor

cabang sendiri. Namun bila dikehendaki oleh kantor pusat maka terdapat pos-pos

tertentu yang pencatatannya dilakukan oleh kantor pusat.

Hal yang penting mengenai akuntansi dan pencatatan sistem desentralisasi

terhadap transaksi yang menghubungkan antara Pusat dengan cabang adalah

Rekening Koran Timbal Balik (R/K). Sehingga pencatatan setiap transaksi dalam

jurnalnya juga sedikit berbeda dengan jurnal biasa.

B. PENGELOMPOKKAN SISTEM DESENTRALISASI

Transaksi keuangan kantor cabang di dalam system desentralisasi dikelompokkan

menjadi 2 transaksi, yaitu:

1. Transaksi antara kantor cabang dengan kantor pusat. Transaksi ini akan

mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini

dicatat baik oleh kantor cabang maupun kantor pusat.

11
KODE MK / STEKPI / BAB 9

2. Transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga. Transaksi ini tidak

mempengaruhi hubungan kantor cabang dengan kantor pusat sehingga transaksi ini

tidak dicatat oleh kantor pusat.

C. TRANSAKSI YANG MENAMBAH ATAU MENGURANGI R/K

R/K timbal balik bertambah apabila terdapat:

1) Pengiriman kas (aktiva) dari kantor Pusat ke kantor cabang

Pusat Cabang

R/K - Ktr Cabang xxxx Kas (aktiva) xxxx

Kas (aktiva) xxxx R/K - Ktr Pusat xxxx

2) Pengiriman barang dagang dr kantor Pusat ke cabang

Sistem Fisik:

Pusat Cabang

R/K Ktr Cabang xxxx Pengiriman brg dag.


Pengiriman brg dag ke xxxx dr ktr Pusat xxxx
ktr cabang R/K Ktr Pusat xxxx

Sistem Prepertual

Pusat Cabang

R/K Ktr Cabang xxxx Persediaan brg dag. xxxx


Persediaan brg. dagangan xxxx R/K Ktr Pusat xxxx

12
KODE MK / STEKPI / BAB 9

3) Pembebanan biaya oleh ktr Pusat kpd kantor cabang:

Pusat Cabang

R/K Ktr Cabang xxxx Biaya xxxx


Biaya xxxx R/K Ktr Pusat xxxx

4) Penghitungan bunga atas investasi ktr Pusat di ktr Cabang

Pusat Cabang

R/K-Ktr cabang Xxxx Biaya bunga Xxxx

Pendapt bunga Xxxx R/K- Ktr Pusat Xxxx

5) Pengakuan laba kantor cabang:

Pusat Cabang

R/K- Ktr cabang Xxxx Rugi-Laba Xxxx

Rugi-Laba ktr cab Xxxx R/K- ktr Pusat Xxxx

6) Penagihan piutang kantor pusat oleh kantor cabang

Pusat Cabang

R/K- Ktr cabang Xxxx Kas Xxxx

Piutang Xxxx R/K - ktr Pusat Xxxx

Dari keempat pasang jurnal tersebut diatas sebenarnya susunan rekening jurnalnya

sama, hanya dibalik saja antara Pusat dan Cabangnya (jurnal no. 1,2,3,5).

Sedangkan untuk jurnal no. 4 dan 6 berbeda karena transaksinya juga berbeda.

13
KODE MK / STEKPI / BAB 9

R/K berkurang apabila terdapat:

1) Pengiriman kas (aktiva) dari kantor cabang ke kantor pusat

Pusat Cabang

Kas (aktiva) R/K - Ktr Pusat

R/K-Ktr Cabang Kas (aktiva)

2) Pengembalian barang dagang dr kantor Cabang ke Pusat

Sistem Fisik:

Pusat Cabang

Pengiriman brg dag R/K- Ktr Pusat Xxxx

ke ktr cabang Xxxx Pengiriman brg dag. Xxxx

R/K Ktr Cab. Xxxx dr ktr Pusat

Sistem Prepertual

Pusat Cabang

Persediaan brg dag Xxxx R/K Ktr Pusat Xxxx


R/K-Ktr Cab. Xxxx Persediaan brg dag. Xxxx

3) Pembebanan biaya oleh kantor cabang kepada kantor pusat:

Pusat Cabang

Biaya Xxxx R/K Ktr Pusat Biaya Xxxx


R/K - Kantor Xxxx Xxxx
Cabang

14
KODE MK / STEKPI / BAB 9

4) Pembelian aktiva oleh ktr Cabang yg akuntansinya diselenggarakan ktr pusat

Pusat Cabang

Aktiva Xxxx R/K- Ktr Pusat Xxxx


R/K-Ktr cabang Xxxx Kas (utang) Xxxx

5) Pengakuan rugi kantor cabang:

Pusat Cabang

Rugi-Laba ktr cabang Xxxx R/K ktr Pusat Xxxx


R/K-Ktr cabang Xxxx Rugi-Laba Xxxx

6) Penagihan piutang kantor Cabang oleh kantor Pusat:

Pusat Cabang

Kas Xxxx R/K ktr - Pusat Xxxx


R/K- Ktr cabang Xxxx Piutang Xxxx

Transaksi-transaksi yg dilakukan oleh masing-masing kantor (cabang atau pusat)

maka akan dicatat seperti jurnal biasa, misal: pembelian secara kredit, penjualan

scr kredit, pelunasan piutang, biaya-biaya yang tidak dibebankan, penagihan

piutang secara mandiri, dan lain-lain.

15
KODE MK / STEKPI / BAB 9

LATIHAN TOPIK 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda


mengerjakan latihan berikut ini !
1) Apa yang dimaksud dengan system desentralisasi dalam hubungan Pusat-
Cabang?
2) Sebutkan 2 pengelompokkan transasksi yang timbul antara pusat-cabang di
dalam system desentralisasi!
3) Apa yang dimaksud dengan rekening timbal balik? Jelaskan!
4) Sebutkan perbedaan sistem pencatatan (jurnal) antara system sentralisasi
dengan system desentralisasi dari sisi rekening kantor pusat!
5) Sebutkan transaksi dengan system desentralisasi yang menyebabkan rekening
timbal-balik bertambah !
6) Sebutkan transaksi dengan system desentralisasi yang menyebabkan rekening
timbal-balik berkurang !

RANGKUMAN

1) Desentralisasi hubungan pusat-cabang adalah sistem akuntansi kantor


cabang yang pencatatannya diselenggarakan oleh kantor cabang
sendiri, kecuali bila dikehendaki oleh kantor pusat maka terdapat pos-
pos tertentu yang pencatatannya oleh kantor pusat.
2) Rekening Koran Timbal Balik (R/K) adalah. rekening transaksi yang
menghubungkan antara Pusat dengan cabang di dalam sistem
desentralisasi.
3) Transaksi di dalam system desentralisasi ada dua kelompok, yaitu
kelompok transaksi cabang dengan kantor pusat dan kelompok
transaksi cabang dengan pihak ketiga.
4) Transaksi-transaksi yg dilakukan oleh masing-masing kantor
(cabang atau pusat) maka akan dicatat seperti jurnal biasa, misal:
pembelian secara kredit, penjualan scr kredit, pelunasan piutang,
biaya-biaya yang tidak dibebankan, penagihan piutang secara
mandiri, dan lain-lain.

16
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TES FORMATIF

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan !
1) Berikut pernyataan yang benar mengenai kantor cabang adalah:
A. Kantor cabang merupakan wakil di daerah dari beberapa kantor pusat.
B. Struktur organisasi kantor cabang terpisah dan berbeda dengan kantor
pusat.
C. Kantor cabang memperoleh dana dari investasi menyeluruh oleh kantor
pusat.
D. Kantor cabang pada system desentralisasi tidak perlu bertanggungjawab
kepada kantor pusat.

2) Sistem pencatatan untuk hubungan pusat daerah dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
A. Sentralistik dan Desentralistik
B. Sentralisasi dan Desentralisasi
C. Sentralistik dan Delegasi
D. Sistem kantor Cabang dan kantor Agen.

3) Berikut pernyataan yang tidak benar mengenai kantor agen adalah:


A. Kantor Agen harus bertanggungjawab terhadap pusat.
B. Kantor Agen hanya memperoleh investasi sebesar modal kerja dari
kantor pusat.
C. Kantor agen terpisah secara struktur organisasi dan operasional dengan
kantor pusat.
D. Kantor Agen dapat mengageni beberapa kantor pusat.

4) Sistem sentralisasi dapat diterapkan dalam kondisi kantor cabang sebagai


berikut:
A. Kantor cabang jaraknya cukup jauh sehingga harus dipantau pusat dan
potensi ekonominya ada.

17
KODE MK / STEKPI / BAB 9

B. Lingkup kegiatan kantor cabang masih terbatas dan jaraknya dekat


dengan kantor pusat.
C. Kantor cabang jumlahnya sedikit dan potensi ekonominya ada.
D. Kantor cabang belum bisa mandiri sehingga harus dibantu oleh pusat dan
kantor cabang beresiko terjadi kecurangan dan inefisiensi.

5) Berikut ini merupakan transaksi di kantor cabang dengan system sentralisasi


yang pencatatannya dipusat dipisahkan dengan cabang, yaitu kecuali:
A. Pembelian oleh kantor cabang
B. Penjualan dan HPP oleh kantor cabang
C. Piutang dan Utang oleh kantor cabang
D. Pengiriman barang dagangan ke kantor cabang

6) Pengertian dari akuntansi hubungan kantor pusat-cabang yang dengan


system desentralisasi adalah:
A. Penyerahan kekuasaan mengenai kebijakan akuntansi dari pusat kepada
cabang.
B. Penyerahan wewenang pencatatan dan pembukuan dari pusat kepada
cabang.
C. Penyerahan wewenang operasional wilayah dari pusat kepada cabang.
D. Penyerahan kekuasaan membiayai pengeluaran dari pusat kepada cabang.

7) Berikut ini termasuk pengelompokkan transaksi hubungan pusat-cabang


dalam system desentralisasi:
A. Transaksi menyangkut hubungan cabang-pusat dan hubungan cabang
dengan cabang lainnya.
B. Transaksi menyangkut hubungan cabang-pusat dan hubungan cabang
dengan agen.
C. Transaksi menyangkut hubungan cabang-pusat dan hubungan cabang
dengan pihak ketiga.
D. Transaksi menyangkut hubungan cabang-cabang dan hubungan cabang
dengan pihak ketiga.

18
KODE MK / STEKPI / BAB 9

8) Pencatatan transaksi pengembalian barang dagangan dari cabang ke pusat


dengan system prepertual adalah:
A Pusat
Persediaan brg dag xxxx
R/K-Ktr Cab. xxxxx
B. Pusat
R/K-Ktr Cab xxxx
Persediaan brg dag xxxx
C. Pusat
Barang Dagangan-Ktr Cab xxxx
Persediaan brg dag xxxx

D. Pusat
Kas-Ktr Cab xxxx
Persediaan brg dag xxxx

9) Pembelian aktiva oleh ktr Cabang yang akuntansinya diselenggarakan ktr

pusat

adalah:
A Cabang
Kas (utang) xxxx

R/K- Ktr Pusat xxxx

B. Cabang
R/K- Ktr Pusat xxxx

Kas (utang) xxxx


C. Pusat
Barang Dagangan-Ktr Cab xxxx
Persediaan brg dag xxxx

D. Pusat
Kas-Ktr Cab xxxx
Persediaan brg dag xxxx

19
KODE MK / STEKPI / BAB 9

10) Berikut ini merupakan transaksi dalam system desentralisasi yang


menyebabkan rekening timbal balik bertambah:
A. Penagihan piutang kantor Cabang oleh kantor Pusat.
B. Pengembalian barang dagang dr kantor Cabang ke Pusat
C. Pengakuan rugi kantor cabang.
D. Pembebanan biaya oleh ktr Pusat kpd kantor cabang.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif bab 7 yang
terdapat di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
dalam materi Kegiatan Belajar (Bab) 7.

Rumus

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
< 70 % = baik sekali

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda
harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama yang belum Anda kuasai.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan !

20
KODE MK / STEKPI / BAB 9

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif

1) C
2) B
3) A
4) B
5) D
6) B
7) C
8) B
9) B
10) D

21
KODE MK / STEKPI / BAB 9

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Daftar Kepustakaan

Allan R. Drubin. (1999), Advanced Accounting, 5th edition, South Western, reissue
by Binarupa Aksara, Jakarta.
Beam, John (1998), Advanced Accounting, 5th edition, Prentice Hall, London, reissue
by Salemba Empat, Jakarta.
Suparwoto, L (1999), Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Cetakan ke-7, BPFE,
UGM, Yogyakarta.
Mosich, A.N and Larsen, E. John (1983), Modern Advanced Accounting, Edisi
ketiga, New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

22
KODE MK PENDAHULUAN
/ STEKPI / BAB 9

BAB 8
REKONSILIASI DAN KONSOLIDASI LAPORAN
KEUANGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG
Oleh: Yuli Noor Kusumawati, SE, MSi

PENDAHULUAN

S
etelah mempelajari mengenai hubungan pusat dan cabang mengenai

pencatatannya terutama dengan system desentralisasi maka

selanjutnya yang harus kita pelajari dan pahami adalah membuat

perbandingan antara catatan di cabang dengan di pusat apabila ada

perbedaan maka harus kita analisa, namun apabila telah sama maka dapat dibuat suatu

eliminasi sehingga menjadi satu kesatuan pencatatan (gabungan) yang manghasilkan

laporan disebut laporan keuangan konsolidasi.

Berbeda dengan pencatatan system sentralisasi yang pencatatannya sudah di

pusat semua sehingga tidak ada perbedaan dan laporan keuangan dapat langsung

digabungkan menjadi laporan konsolidasian.

Di dalam bab ini akan dibahas mengenai rekonsiliasi pada topik satu dan

selanjutnya konsolidasi pada topik dua. Dengan mempelajari rekonsiliasi rekening

23
KODE MK / STEKPI / BAB 9

timbal-balik dan konsolidasi laporan keuangan dengan baik dan benar, maka

diharapkan:

1. Mahasiswa dapat mengetahui arti rekonsiliasi dan konsolidasi laporan

keuangan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah rekonsiliasi

dan konsolidasi laporan keuangan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara-cara menganalisa

perbedaan pada rekonsiliasi

4. Mahasiswa mampu melakukan rekonsiliasi rekening timbal-balik.

5. Mahasiswa mampu membuat jurnal eliminasi dan mampu membuat kertas

kerja untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi.

6. Mahasiswa mampu membuat laporan keuangan konsolidasi baik dari sistem

pencatatan sentralisasi maupun desentralisasi.

24
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 1

Rekonsiliasi Rekening Koran Kantor Cabang dengan


Kantor Pusat

A. PENGERTIAN REKONSISLIASI REKENING KORAN (R/K)

Di dalam system akuntansi desentralisasi untuk hubungan kantor Pusat-

Cabang, antara R/K kantor pusat dengan R/K kantor cabang tidak selalu sama

jumlahnya oleh karena itu sebelum membuat laporan keuangan konsolidasi harus

membuat rekonsiliasi dari kedua rekening tersebut. Jadi rekonsiliasi adalah

prosedur pengecekan, pembandingan dan analisa terhadap perbedaan atau selisih yang

terjadi antara rekening koran kantor pusat dan kantor cabang.

B. PROSEDUR PEMBUATAN REKONSILIASI ADALAH SEBAGAI

BERIKUT:

1) Mencek kembali penghitungan saldo R/K-kantor cabang.

2) Mencek kembali penghitungan saldo R/K-kantor pusat.

3) Mencari penyebab perbedaan dengan cara membandingkan R/K Kantor

Pusat dengan R/K kantor cabang.

Membandingkan rekening debit R/K kantor cabang yang harus diikuti dg

pengkreditan R/K kantor pusat, misal: pengiriman aktiva, pembebanan

biaya kantor pusat kepada kantor cabang.

25
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Membandingkan rekening kredit R/K kantor pusat yang harus diikuti dg

pendebitan R/K kantor cabang, misal: laba kantor cabang yang belum

diakui kantor pusat, penagihan piutang kantor pusat oleh kantor cabang.

Meringkas hasil Perbandingan dg format sbb:

Rekening Rekening
Transaksi Kantor Kantor Keterangan
Cabang Pusat

Misal: D K
Saldo Awal 50.000.000 50.000.000 Sudah cocok
Pengiriman brg dag ke 28.000.000 26.000.000 Belum cocok (Cabang
cabang. mengkredit terlalu kecil.
Pembebanan biaya 4.000.000 2.000.000 Belum cocok (karena Pusat
pada cabang mendebet terlalu besar)
Pencatatan laba kantor 4.300.000 3.400.000 Belum cocok (karena Pusat
cabang mengakui laba cabang terlalu
kecil

4) Menganalisa penyebab perbedaan:

Berdasarkan pengaruhnya terhadap R/K kantor cabang dan R/K kantor pusat

penyebab perbedaan tersebut dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

a. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor cabang terlalu besar,

misalnya transaksi:

a) Pengiriman kas dari kantor cabang masih dalam perjalanan

b) Pengembalian barang dagangan dari kantor cabang masih dalam perjalanan

c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor cabang telah dicatat terlalu besar

oleh kantor pusat.

26
KODE MK / STEKPI / BAB 9

d) Pembebanan biaya kepada kantor cabang dicatat terlalu besar oleh

kantor pusat.

e) Pengakuan laba kantor cabang yang terlalu besar atau rugi yang terlalu

kecil.

b. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor cabang terlalu kecil, misalnya

transaksi:

a) Penagihan piutang kantor pusat yang dilakukan oleh kantor cabang.

b) Laba kantor cabang yang belum diakui atau diakui terlalu kecil oleh kantor

pusat.

c) Pembebanan biaya kepada kantor cabang yang dicatat terlalu kecil oleh

kantor pusat.

d) Pengiriman aktiva dari kantor pusat ke kantor cabang yang terlalu kecil.

e) Pengiriman aktiva dari kantor cabang ke kantor pusat yang terlalu besar.

f) Rugi kantor cabang yang dicatat terlalu besar oleh kantor pusat.

c. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor Pusat terlalu besar, misalnya:

transaksi:

a) Penagihan piutang kantor cabang yang dilakukan oleh kantor pusat dicatat

terlalu besar.

b) Pengirirman barang dagangan dari kantor Pusat yang dinilai terlalu besar

oleh kantor cabang.

c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor Pusat telah dicatat terlalu besar oleh

kantor cabang.

27
KODE MK / STEKPI / BAB 9

d) Pembebanan biaya kepada kantor Pusat yang dicatat terlalu besar oleh

kantor cabang.

d. Penyebab yang berakibat saldo R/K kantor Pusat terlalu kecil, misalnya

transaksi:

a) Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat yang masih dalam perjalanan

b) Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat yang dicatat terlalu kecil oleh

kantor cabang.

c) Pengiriman kas atau aktiva lain ke kantor pusat telah dicatat terlalu besar oleh

kantor cabang.

d) Pembebanan biaya oleh kantor pusat yang dicatat terlalu kecil oleh kantor

cabang.

5. Mencari saldo yang benar untuk masing-masing rekening dengan

penghitungan sebagai berikut:

Saldo per catatan xxxx


Ditambah:

Penyebab yang berakibat saldo terlalu rendah xxxx +


xxxx
Dikurangi:

Penyebab yang berakibat saldo terlalu besar xxxx


Saldo yang benar xxxx

6. Membuat jurnal koreksi dan jurnal penyesuaian sesuai dari penyebab

terjadinya perbedaan.

28
KODE MK / STEKPI / BAB 9

LATIHAN TOPIK 1

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda

mengerjakan latihan berikut ini !

1) Apa yang dimaksud dengan rekonsiliasi?

2) Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan rekonsiliasi!

3) Apa yang dilakukan pada tahapan analisa dalam rekonsiliasi?

4) Sebutkan transaksi pusat atau cabang yang menyebabkan R/K kantor Pusat

terlalu besar !

5) Sebutkan transaksi pusat atau cabang yang menyebabkan R/K kantor Pusat

terlalu kecil !

6) Sebutkan transaksi pusat atau cabang yang menyebabkan R/K kantor

Cabang terlalu besar !

7) Sebutkan transaksi pusat atau cabang yang menyebabkan R/K kantor

Cabang terlalu kecil!

RANGKUMAN

1) Rekonsiliasi adalah prosedur pengecekan, pembandingan dan analisa


terhadap perbedaan atau selisih yang terjadi antara rekening koran
kantor pusat dan kantor cabang.
2) Tahapan analisa dalam rekonsiliasi meliputi mangamati penyebab
perbedaan rekening timbal balik secara seksama dan menghitung
kembali baik yang bersumber dari kantor cabang maupun kantor
pusat.
3) Perbedaan pencatatan transaksi oleh pusat atau oleh cabang
selanjutnya akan menyebabkan rekening timbal balik di pusat lebih
besar atau sebaliknya lebih kecil. Demikian juga halnya perbedaan
tersebut akan menyebabkan rekening timbal balik di cabang lebih
besar atau sebaliknya lebih kecil.

29
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 2

Laporan Keuangan Konsolidasi di dalam Hubungan


Kantor Pusat-Cabang

A. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan Keuangan gabungan dari

saldo rekening kantor pusat dengan kantor cabang setelah perbedaan antara saldo

antara rekening kantor cabang dengan kantor pusat tidak ada (atau telah

direkonsiliasi dan eliminir).

Laporan Keuangan Konsolidasi dapat disusun dengan menggunakan salah satu

dari dua sumber yang ada, yaitu:

Neraca Saldo Kantor Pusat dan Kantor Cabang.

Laporan keuangan kantor pusat dan kantor cabang

B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Tahapan atau prosedur penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah

sebagai berikut:

1. Membuat jurnal eliminasi

2. Membuat kertas kerja.

3. Membuat laporan keuangan konsolidasi

30
KODE MK / STEKPI / BAB 9

1. Membuat jurnal eliminasi

Tujuannya untuk menghilangkan/ mengeliminir saldo semua rekening

timbal-balik dengan jalan membalikkan debet-kreditnya (yang bersaldo

debet dikreditkan demikian juga sebaliknya).

Jurnal eliminasi tidak diposting tetapi dimasukkan ke kertas kerja.

Pembuatan jurnal eliminasi tergantung system persediaan yang digunakan,

yaitu:

No
SISTEM FISIK SISTEM PREPERTUAL

1. Untuk mengeliminasi saldo rekening Untuk mengeliminasi saldo rekening


Koran (R/K) kantor cabang dan R/K Koran (R/K) kantor cabang dan R/K
kantor pusat: kantor pusat:

R/K Kantor Pusat XXX R/K Kantor Pusat XXX


R/K Kantor Cabang XXX R/K Kantor Cabang XXX

2. Eliminasi pengiriman barang dari


kantor pusat dan pengiriman barang Tidak dijurnalkan.
ke kantor cabang:

Pengiriman barang
ke ktr cabang XXX
Pengiriman barang
dari kantor pusat XXX

3. Eliminasi bunga yang diperhitungkan Eliminasi bunga yang diperhitungkan


atas investasi kantor pusat di kantor atas investasi kantor pusat di kantor
cabang: cabang:

Pendapatan bunga XXX Pendapatan bunga XXX


Biaya Bunga XXX Biaya Bunga XXX

31
KODE MK / STEKPI / BAB 9

2. Membuat kertas kerja

Prosedur yang harus dilakukan dalam menyusun kertas kerja:

a) Memasukkan angka-angka dari neraca saldo atau laporan keuangan kantor

pusat dan kantor cabang.

b) Memasukkan angka-angka jurnal eliminasi ke dalam rekening debet-kredit

yang sesuai.

c) Menghitung angka-angka yang akan disajikan dalam laporan keuangan

konsolidasi yang merupakan gabungan antara langkah a dan b.

3. Membuat Laporan Keuangan Konsolidasi:

Angka-angka dalam kertas kerja selanjutnya dimasukkan ke dalam Laporan

Keuangan Konsolidasi. Ada dua sumber pembuatan Laporan Keuangan

Konsolidasi, yaitu:

1. Neraca Saldo

2. Laporan keuangan kantor pusat dan kantor cabang.

32
KODE MK / STEKPI / BAB 9

33
KODE MK / STEKPI / BAB 9

34
KODE MK / STEKPI / BAB 9

LATIHAN TOPIK 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda


mengerjakan latihan berikut ini !
1. Apa yang dimaksud dengan konsolidasi ?
2. Bagaimana prosedur konsolidasi dilakukan? Jelaskan!
3. Apakah sebelum konsolidasi dilakukan harus terlebih dahulu melakukan
rekonsiliasi untuk system pencatatan yang bersifat sentralisasi? Jelaskan
alasannya!
4. Apa yang dimaksud dengan jurnal eliminasi?
5. Sebutkan transaksi apa saja yang harus dimasukkan ke dalam jurnal
eliminasi untuk konsolidasi bersumber dari laporan keuangan!
6. Sebutkan transaksi apa saja yang harus dimasukkan ke dalam jurnal
eliminasi untuk konsolidasi bersumber dari neraca saldo!
7. Apa perbedaan antara jurnal eliminasi dengan metode perpetual dan
metode fisik? Mana yang lebih mudah?
8. Sebutkan langkah-langkah atau prosedur membuat kertas kerja!
9. Materi pembuatan Laporan Keuangan Konsolidasi berasal dari dua sumber,
sebutkan!

RANGKUMAN

1) Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan Keuangan gabungan


dari saldo rekening kantor pusat dengan kantor cabang setelah
perbedaan antara saldo antara rekening kantor cabang dengan kantor
pusat telah direkonsiliasi dan dieliminir).
2) Laporan Keuangan Konsolidasi dapat disusun dapat menggunakan
salah satu summer dari Neraca Saldo Kantor Pusat dan Kantor
Cabang atau Laporan Keuangan kantor pusat dan kantor cabang.
3) Tahapan atau prosedur penyusunan laporan keuangan konsolidasi
adalah sebagai berikut:
1. Membuat jurnal eliminasi
2. Membuat kertas kerja.
3. Membuat laporan keuangan konsolidasi

35
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TES FORMATIF

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan !
1) Berikut ini mana yang benar tentang rekonsiliasi adalah:
A. Prosedur menganalisa perbedaan antara saldo rekening kantor pusat dengan
cabang pada system sentralisasi.
B. Prosedur pembandingan dan analisa terhadap perbedaan atau selisih
yang terjadi antara rekening timbal balik dengan rekening kantor
cabang.
C. Prosedur pengecekan, pembandingan dan analisa terhadap perbedaan atau
selisih yang terjadi antara rekening koran kantor pusat dan kantor cabang.
D. Prosedur pengecekan perbedaan antara saldo rekening kantor pusat dengan
cabang.

2) Konsolidasi dalam akuntansi hubungan kantor pusat-kantor cabang meliputi


pengertian:
A. Penggabungan pencatatan jurnal antara kantor pusat dengan kantor cabang
setelah direkonsiliasi.
B. Penggabungan Laporan Keuangan Kantor Pusat-Kantor Cabang yang
dihasilkan dari rekonsiliasi dan eliminasi rekening kantor Pusat dan
Cabang.
C. Penggabungan rekening antara kantor pusat dengan kantor cabang.
D. Empat

3) Berikut ini adalah transaksi pencatatan laba kantor cabang yang menyebabkan
rekening timbal balik yang dicatat terlalu besar oleh kantor Pusat:
A. Pusat salah catat terlalu besar.
B. Cabang salah catat terlalu kecil karena untuk antisipasi pembagian deviden.
C. Pusat salah catat terlalu kecil.
D. Ada laba yang ditahan oleh cabang.

4) Yang wajib membuat rekonsiliasi adalah:

36
KODE MK / STEKPI / BAB 9

A. Kantor Cabang
B. Kantor Cabang yang dipercaya kantor Pusat
C. KAP yang dipercaya kantor Pusat .
D. Kantor Pusat.

5) Berikut ini adalah transaksi pengiriman barang ke cabang yang menyebabkan


rekening timbal balik yang dicatat terlalu kecil oleh kantor Pusat:
A. Pengiriman barang telah sampai tetapi lupa tidak dicatat.
B. Pengiriman barang masih dalam perjalanan
C. Pengiriman barang oleh cabang yang salah catat di cabang.
D. Pengiriman barang yang dikembalikan lagi ke Pusat karena rusak.

6) Perbedaan jurnal eliminasi antara system fisik dengan system perpetual adalah
sebagai berikut:
A. Eliminasi saldo rekening koran kantor cabang dan rekening koran kantor
pusat.
B. Eliminasi bunga yang diperhitungkan atas investasi kantor pusat ke kantor
cabang.
C. Eliminasi terhadap pengiriman barang dari kantor pusat ke kantor cabang.
D. Eliminasi terhadap pembelian aktiva oleh cabang yang diakui oleh pusat.

7) Berikut ini merupakan transaksi yang menyebabkan rekening timbal-balik di


kantor cabang dicatat terlalu besar, kecuali:
A. Pengiriman kas dari kantor cabang ke kantor pusat yang masih dalam
perjalanan.
B. Pembebanan biaya kepada kantor cabang yang dicatat terlalu kecil oleh
kantor pusat.
C. Pengembalian barang dagangan dari kantor cabang yang masih dalam
perjalanan.
D. Pengiriman aktiva ke kantor cabang yang dicatat terlalu besar oleh kantor
pusat.

37
KODE MK / STEKPI / BAB 9

8) Langkah-langkah membuat laporan keuangan konsolidasi secara berurutan


adalah sebagai berikut:
A. Rekonsiliasi membuat jurnal eliminasi membuat kertas kerja
membuat Laporan Keuangan Konsolidasi.
B. Rekonsiliasi membuat analisa membuat kertas kerja membuat
Laporan Keuangan Konsolidasi.
C. Rekonsiliasi membuat kertas kerja membuat jurnal eliminasi
membuat Laporan Keuangan Konsolidasi.
D. Membuat jurnal eliminasi Rekonsiliasi membuat kertas kerja
membuat Laporan Keuangan Konsolidasi.

9) Berikut ini merupakan bagian dari langkah-langkah membuat kertas kerja


adalah sebagai berikut, kecuali:
A. Melakukan kompilasi antara neraca saldo pusat maupun cabang dengan
jurnal eliminasi.
B. Melakukan penghitungan yang merupakan R/K Pusat saja dan
mengabaikan rekening cabang karena telah dieliminasi.
C. Memasukkan jurnal eliminasi ke dalam rekening debet-kredit secara benar
D. Memasukkan angka-angka neraca saldo atau laporan keuangan dari kantor
pusat maupun dari kantor cabang.

10) Berikut ini jurnal eliminasi dengan system fisik yang bersumber dari neraca
saldo, kecuali :
A Kas (utang) xxxx
R/K- Ktr Pusat xxxx

B. R/K- Ktr Pusat xxxx

R/K- Ktr Cabang xxxx


C. Pengiriman Barang Dagangan ke Kantor Cabang xxxx
Pengiriman Barang Dagangan dari Kantor Pusat xxxx

D. Pendapatan Bunga xxxx


Biaya Bunga xxxx

38
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
dalam materi Kegiatan Belajar 2.

Rumus

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
< 70 % = baik sekali

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar bab 8, terutama yang belum Anda kuasai.

39
KODE MK / STEKPI / BAB 9

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif

1) C
2) B
3) A
4) D
5) B
6) D
7) B
8) A
9) B
10) A

40
KODE MK / STEKPI / BAB 9

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Daftar Kepustakaan

Allan R. Drubin. (1999), Advanced Accounting, 5th edition, South Western, reissue
by Binarupa Aksara, Jakarta.
Beam, John (1998), Advanced Accounting, 5th edition, Prentice Hall, London, reissue
by Salemba Empat, Jakarta.
Suparwoto, L (1999), Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Cetakan ke-7, BPFE,
UGM, Yogyakarta.
Supriyono, RA dan Suparwoto (1986), Akuntansi Keuangan Dasar, bagian
penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

41
KODE MK / STEKPI / BAB 9

PENDAHULUAN

BAB 9
MASALAH KHUSUS DALAM HUBUNGAN AKUNTANSI
KANTOR PUSAT CABANG DOMESTIK
MAUPUN LUAR NEGERI
Oleh: Yuli Noor Kusumawati, SE, M.Si

PENDAHULUAN

i dalam akuntansi hubungan pusat-cabang yang telah kita pelajari pada

D bab sebelumnya akan tersirat beberapa transaksi penting yang


merupakan rantai penghubung antara pusat-cabang yaitu seperti
transaksi pengiriman kas (aktiva) dari kantor pusat ke kantor cabang,
transaksi pengiriman barang dagangan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya.
Dua transaksi ini selanjutnya menimbulkan masalah dua masalah khusus, pertama
yaitu untuk transaksi terkait hubungan pusat-cabang di dalam negeri seperti
pengiriman barang dari pusat ke cabang atau dari cabang satu ke cabang lainnya yang
pengakuannya dapat dinota diatas harga pokoknya agar pihak pengirim memperoleh
kompensasi atas berkurangnya persediaan. Kedua masalah terkait hubungan pusat-
cabang di luar negeri. Bila transaksi pengiriman aktiva (kas) atau barang dilakukan
antar negara (akibat pembukaan cabang di luar negeri) maka menimbulkan adanya
utang-piutang dikarenakan perbedaan kurs mata uang masing-masing negara. Oleh
karena itu pembagian sub pokok bahasan bab ini sebagai berikut:

42
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Topik 1: Bab ini akan menjelaskan mengenai masalah khusus mengenai akuntansi
hubungan pusat-cabang di dalam negeri.
Topik 2: Bab ini akan menjelaskan mengenai masalah khusus mengenai akuntansi

hubungan pusat-cabang di luar negeri.

Dengan mempelajari bab ini dan sajian topik bahasan dengan contoh soal dan

penyelesaiannya maka diharapkan:

1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami masalah-masalah khusus di

dalam akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang di dalam

negeri.

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami masalah-masalah khusus di

dalam akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang di luar negeri.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengelompokkan transaksi

akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang di dalam negeri.

4. Mahasiswa mampu membuat penjurnalan untuk masing-masing transaksi

akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang di dalam negeri.

5. Mahasiswa mampu menjabarkan laporan keuangan yang disajikan di dalam

mata uang asing ke dalam mata uang domestik tersebut dengan metode-

metode yang berbeda;

6. Mahasiswa mampu membedakan dan mampu menjurnal dalam 3 tahap untuk

transaksi yang dinyatakan di dalam mata uang asing yang dapat menimbulkan

utang atau piutang dalam mata uang asing.

7. Mahasiswa mampu membuat penjurnalan untuk masing-masing transaksi

akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang di luar negeri

43
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 1

Masalah Khusus Hubungan Kantor Pusat dengan


Kantor Cabang di Dalam Negeri

A. PENGERTIAN DAN LINGKUP MASALAH

Di dalam hubungan antara kantor pusat dengan kantor cabang sering kali terjadi

beberapa masalah selain yang telah dibicarakan dimuka. Masalah ini sering disebut

masalah khusus, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Pengiriman barang ke cabang dinota di atas harga pokok.

2. Pengiriman aktiva antar cabang atas perintah kantor pusat.

3. Kantor cabang di luar negeri.

1. Pengiriman Barang Ke Cabang Di Nota Harga Pokok.

Di Dalam pembahasan di muka pengiriman barang dagangan dari kantor pusat

ke kantor cabang selalu di nota dan di catat berdasarka harga pokok. Pengiriman

barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang tersebut akan dicatat oleh masing-

masing pihak sebagai berikut ;

44
KODE MK / STEKPI / BAB 9

a. Pencatatan oleh Kantor Pusat.

Oleh kantor pusat kelebihan harga nota harga yang dibebankan pada kantor

cabang) di atas harga pokok akan dikredit ke rekening Cadangan Kelebihan

Harga Atau Laba Kotor Belum Direalisir. Jadi waktu mengirim barang

dagangan ke kantor cabang, kantor pusat akan mencatat :

a. Apabila mencatat persediaan dengan sistem fisik;

Rekening Koran kantor cabang ...................xxx

Pengiriman cabang ke kantor cabang ..........xxx

Cadangan kelebihan harga ...........................xxx

b. Apabila mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Rekening koran kantor cabang ....................xxx

Persediaan barang dagangan ........................xxx

Cadangan kelebihan harga ...........................xxx

1. Pencatatan oleh Kantor Cabang

Kantor cabang tidak akan mengetahui kalau harga nota yang dibebankan ole

kantor pusat tersebut adalah di atas harga pokok. Jadi kantor cabang akan

mencatat berdasarkan harga nota yang diterima. Jadi kantor cabang akan

mencatat pengiriman barang dari kantor pusat tersebut adalah;

a. Apabila mencatat persediaan dengan sistem fisik;

Pengiriman barang dari kantor pusat ................xxx

Rekening koran kantor pusat ............................xxx

45
KODE MK / STEKPI / BAB 9

b. Apabila mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Persedian barang dagangan .............................xxx

Rekening koran kantor pusat ............................xxx

Agar laporan keuangan kantor pusat dan laporan keuangan konsolidasi

memberikan informasi yang sesungguhnya maka perlakuan terhadap cadangan

kelebihan harga tersebut adalah sebagai berikut;

a. Dalam laporan keuangan kantor pusat

Agar laba atau rugi dari kantor cabang menunjukkan laba yang

sesungguhnya, maka cadangan kelebihan atas barang dagangan yang dijual

oleh kantor cabang akan diperlakukan sebagai penambah laba dari kantor

cabang melalui jurnal:

Cadangan kelebihan harga ......................xxx

Rugi-laba kantor cabang ...........................xxx

b. Dalam laporan keuangan konsolidasi

Dalam menyusun laporan keuangan kosolidasi seluruh saldo rekening

Cadangan Kelebihan Harga dan rekening timbal balik yang lain harus

dieliminasi. Jadi jurnal eliminasi yang harus dibuat juga tergantung pada

sistem akuntansi persediaan dan dasar penyusunan neraca saldo, yaitu ;

46
KODE MK / STEKPI / BAB 9

(1) Sistem fisik

Apabila perusahaan menggunakan sistem fisik maka jurnal eliminasi

yang diperlukan akan tergantung pada dasar penyusunan laporan

keuangan konsolidasi, yaitu :

(a). Laporan keuangan konsolidasi disusun dari neraca saldo kantor

pusat dan kantor cabang, maka jurnal eliminasi yang diperlukan

adalah:

Untuk mengeliminasi saldo Rekening Kantor Pusat dan

saldo Rekening Kantor Cabang, yaitu ;

Rekening kantor pusat ...................xxx

Rekening kantor cabang .................xxx

Untuk mengeliminasi saldo cadangan kelebihan harga pada

awal periode, yaitu cadangan kelebihan harga atas persediaan

awal yaitu ;

Cadangan kelebihan harga .................xxx

Persediaan (awal) .............................xxx

Untuk mengaliminasi saldo rekening pengiriman barang dari

kantor pusat, saldo rekening pengiriman barang ke kantor

cabang dan cadangan kelebihan harga atas barang yang

dikirim selama periode yang bersangkutan.

Pengiriman barang ke kantor cabang ..............xxx

Cadangan kelebihan harga ...............................xxx

Pengiriman barang dari kantor pusat.............xxx

47
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Untuk mengaliminasi cadangan kelebihan harga atas

persediaan akhir.

Persediaan akhir (Rugi-laba.........................xxx

Persediaan akhir (Neraca) .........................xxx

(b) Laporan keuangan konsolidasi disusun dari laporan keuangan kantor

pusat dan kantor cabang. Dalam hal ini jurnal eliminasi yang diperlikan

adalah ;

Untuk mengaliminasi saldo Rekening Kantor Pusat dan saldo

Rekening Kantor cabang , yaitu ;

Rekening Kantor Pusat ..............................xxx

Rekening Kantor Cabang ..........................xxx

Untuk mengeliminasi saldo cadangan kelebihan harga, baik atas

barang yang sudah jual maupun atas persediaan akhir. yaitu;

Cadangan kelebihan harga ..........................xxx

Persediaan (akhir) ........................................xxx

Harga pokok penjualan ................................xxx

(2). Sistem perpetual.

Apabila perusahaan menggunakan sistem perpetual maka jurnal

eliminasi yang diperlukan adalah ;

48
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Untuk mengeliminasi saldo Rekening Kantor Pusat dan saldo

Rekening Kantor Cabang, yaitu;

Rekening kantor pusat.........................xxx

Rekening kantor cabang.............................xxx

Untuk mengeliminasi saldo cadangan kelebihan harga pada awal

periode, yaitu cadangan kelebihan harga atas persediaan awal yaitu;

Cadangan kelebihan harga......................xxx

Persediaan (akhir).....................................xxx

Harga pokok penjualan............................xxx

2. Pengiriman Kas (Aktiva) Antar-Kantor Cabang Atas Perintah Kantor Pusat

Apabila perusahaan telah berkembang maka perusahaan dapat mempunyai

beberapa kantor cabang. Untuk mempermudah pembahasan maka transaksi

pengiriman aktiva antar cabang atas perintah kantor pusat dikelompokkan menjadi

3, yaitu:

1. Pengiriman kas

2. Pengiriman barang dagangan yang dicatat atas dasar harga pokok

3. Pengiriman barang dagangan yang dicatat di atas harga pokok

1. Pengiriman Kas Antar-Kantor Cabang Atas Perintah Kantor Pusat

Transaksi ini akan mempengaruhi masing-masing pihak yang terkait sebagai

berikut:

49
KODE MK / STEKPI / BAB 9

a. Kantor cabang pengirim;

Rekening kantor pusat................xxx

Kas..............................................xxx

b. Kantor cabang penerima;

Kas..............................................xxx

Rekening kantor pusat..................xxx

c. Kantor pusat;

Rekening kantor cabang penerima..............xxx

Rekening kantor cabang pengirim................xxx

2. Pengiriman Barang dagangan Antar-Kantor Cabang Atas Perintah Kantor

Pusat

Akibat transaksi ini hampir sama dengan akibat pengiriman kas antar kantor

cabang atas perintah kantor pusat. Perbedaannya terletak pada biaya.

a. Kantor cabang pengirim;

Apabila kantor cabang pengirim mencatat pengiriman barang dengan sistem

fisik;

Rekening kantor pusat.......................................xxx

Pengiriman barang dari kantor pusat..............xxx

Biaya angkut............................................................xxx

Kas............................................................................xxx

50
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Apabila perusahaan mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Rekening kantor pusat...................................xxx

Persediaan barang dagangan..........................xxx

Kas.....................................................................xxx

b. Kantor cabang penerima;

Apabila kantor cabang penerima mencatat pengiriman barang dengan sistem

fisik;

Pengiriman barang dari kantor pusat...........xxx

Biaya angkut.....................................................xxx

Rekening kantor pusat.....................................xxx

Apabila perusahaan mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Persediaan barang dagangan.....................xxx

Rekening kantor pusat..............................xxx

c. Kantor pusat;

Apabila kantor pusat mencatat pengiriman barang dengan sistem fisik;

Rekening kantor cabang penerima.................xxx


Pengiriman barang ke cabang pengirim.........xxx
Rugi-kelebihan biaya angkut..........................xxx
Rekening kantor cabang...................................xxx
Pengiriman barang ke cabang penerima...........xxx

51
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Apabila kantor pusat mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Rekening kantor cabang penerima..........xxx

Rugi-kelebihan biaya angkut....................xxx

Rekening kantor cabang pengirim.............xxx

3. Pengiriman Barang Dagangan Yang Di Catat Di Atas Harga Pokok.

Perbedaan akibat transaksi ini dibandingkan dengan transaksi sebelumnya, yaitu

transfer barang antar cabang yang dicatat berdasar harga pokok terjadi karena

transaksi ini terdapat cadangan kelebihan harga. Akibat transaksi ini selengkapnya

beserta pencatatannya oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

a. Kantor cabang pengirim.

Apabila kantor cabang pengirim mencatat pengiriman barang dengan sistem

fisik;

Rekening kantor pusat ...........................xxx


Pengiriman barang dari kantor pusat ..........xxx
Biaya angkut ....................................................xxx
Kas ....................................................................xxx

Apabila perusahaan mencatat persediaan dengan sistem perpetual;

Rekening kantor pusat ............................xxx

Persediaan barang dagangan ...................xxx

Kas ..............................................................xxx

52
KODE MK / STEKPI / BAB 9

b. Kantor cabang penerima

Apabila pengiriman barang dari kantor pusat dicatat oleh kantor cabang

penerima dengan sistem fisik;

Pengiriman barang dari kantor pusat ................xxx

Biaya angkut ........................................................xxx

Rekening kantor pusat ........................................xxx

Apabila perusahaan mencatat persediaan dicatat oleh kantor cabang penerima

dengan sistem perpetual;

Persediaan barang dagangan ......................xxx

Rekening kantor pusat ...............................xxx

c. Kantor pusat

Apabila pengiriman barang ke kantor cabang penerima dicatat oleh kantor

pusat dicatat dengan sistem fisik;

Rekening kantor cabang penerima ..................................xxx


Pengiriman barang ke cabang pengirim .........................xxx
Rugi-kelebihan biaya angkut ............................................xxx
Cadangan kelebihan harga ke kantor cabang pengirim .....................xxx
Rekening kantor cabang pengirim ..........................................xxx
Pengiriman barang ke cabang penerima ...............................xxx
Cadangan kenaikan harga ke kantor cabang penerima .......xxx

53
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Apabila Kantor pusat mencatat persediaan dengan menggunakan sistem

perpetual;

Rekening kantor cabang penerima ..........................................xxx


Rugi-kelebihan biaya angkut ....................................................xxx
Cadangan kelebihan harga ke kantor cabang pengirim ....xxx
Rekening kantor cabang pengirim ...........................................xxx
Cadangan kenaikan harga ke kantor cabang penerima ........xxx

54
KODE MK / STEKPI / BAB 9

LATIHAN TOPIK 1

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda


mengerjakan latihan berikut ini !
1. Apa yang dimaksud dengan masalah khusus di dalam akuntansi hubungan
kantor pusat- kantor cabang?
2. Sebutkan dua macam masalah khusus di dalam akuntansi hubungan kantor
pusat- kantor cabang !
3. Apa yang dimaksud pengelompokkan masalah khusus akuntansi hubungan
kantor pusat-kantor cabang di dalam negeri? Jelaskan!
4. Sebutkan pengelompkkan masalah khusus mengenai transaksi pengiriman
aktiva antar cabang atas perintah kantor pusat!
5. Bagaimana jurnal Pengiriman barang ke cabang dinota di atas harga pokok
dengan metode prepetual ?
6. Bagaimana jurnal pengiriman kas antar cabang atas perintah kantor pusat
(cabang di dalam negeri).
7. Bagaimana jurnal pengiriman barang dagangan antar cabang atas perintah
kantor pusat (cabang di dalam negeri) yang dicatat atas dasar harga pokok?
8. Bagaimana jurnal pengiriman barang dagangan antar cabang atas perintah
kantor pusat (cabang di dalam negeri) yang dicatat diatas harga pokok?

RANGKUMAN

1) Masalah di dalam hubungan antara kantor pusat dengan kantor cabang


sering kali terjadi disebut masalah khusus, yang terdiri dari 3 (tiga)
kelompok, yaitu :
a. Pengiriman barang ke cabang dinota di atas harga pokok (cabang di
dalam negeri).
b. Pengiriman aktiva antar cabang atas perintah kantor pusat (cabang di
dalam negeri).
c. Kantor cabang di luar negeri.

2) Untuk mempermudah pembahasan maka transaksi pengiriman aktiva


antar cabang atas perintah kantor pusat dikelompokkan menjadi 3, yaitu;
a. Pengiriman kas
b. Pengiriman barang dagangan yang dicatat atas dasar harga pokok
c. Pengiriman barang dagangan yang dicatat di atas harga pokok

55
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TOPIK 2

Transaksi di dalam Hubungan Kantor Pusat dan


Kantor Cabang dengan Mata Uang Asing

A. PENGERTIAN DAN TINJAUAN UMUM

Apabila kantor cabang berada di luar negeri maka masalah khusus yang dihadapi

menjadi semakin komplek, yaitu yang berkenaan dengan penjabaran laporan keuangan

kantor cabang dari yang semula disajikan di dalam mata uang asing (dilihat dari kantor

pusat) ke dalam mata uang domestik yang digunakan oleh kantor pusat. Masalah ini

timbul karena kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain selain mengalami

perubahan.

B. METODE PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM

MATA UANG ASING

Di dalam menjabarkan laporan keuangan yang disajikan di dalam mata uang asing ke

dalam mata uang domestik tersebut terdapat beberapa metode antara lain ;

1. Current rate method.

2. Non-Current rate method

3. Current/Noncurrent method.

4. Monetary/Nonmonetary method.

5. Temporary method

56
KODE MK / STEKPI / BAB 9

1. Current rate method

Di dalam metode ini ungtuk pemilihan tingkat kurs maka rekening laporan

keuangan dikelompokkan menjadi 2, yaitu;

(a) Rekening Timbal Balik.

Untuk rekening timbal balik akan dijabarkan berdasarkan kurs pada tanggal

neraca. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

R/K kantor pusat

Pengiriman barang dari kantor pusat

(b) Rekening Non-Timbal Balik

Semua rekening yang tidak termasuk timbal balik akan dijabarkan

berdasarkan tingkat kurs pada tanggal neraca.

2. Non-Current Rate Method.

Dalam metode ini sebelum laporan keuangan perusahaan anak dijabarkan ke dalam

mata uang domestik maka laporan keuangan tersebut harus dinilai kembali dari

mata uang non-fungsional ke dalam mata uang fungsional. Jadi setelah dinilai

kenbali maka penjabarannya sama dengan metode Current Rate.

3. Current/Noncurrent Method.

Dalam metode ini untuk penjabaran laporan keuangan kantor cabang

dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

(a) Rekening neraca lancar

Rekening lancar akan dijabarkan berdasarkan kurs pada tanggal neraca.

(b) Rekening neraca tidak lancar

57
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Rekening tidak lancar akan dijabarkan berdasarkan kurs historis.

(c) Rekening rugi-laba

Rekening rugi laba akan dijabarkan berdasarkan kurs rata-rata tertimbang.

4. Monetary/Nonmonetary Method.

Dalam metode ini untuk penjabaran laporan keuangan kantor cabang

dikelompokkan menjadi 3, yaitu ;

(a) Rekening Moneter

Rekenig moneter akan dijabarkan berdasarkan kurs pada tanggal neraca.

(b) Rekening Non-moneter

Rekening Non-moneter akan dijabarkan berdasarkan kurs pada tanggal

terjadinya.

(c) Rekening rugi-laba

Rekening rugi-laba akan dijabarkan berdasar kurs rata-rata tertimbang.

5. Temporary Method.

Didalam metode ini untuk penjabaran maka rekening laporan keuangan

dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

a) Rekening neraca yang dinilai berdasar harga pokok historis akan dijabarkan

berdasarkan kurs historis.

b) Rekening neraca yang dinilai berdasar nilai pasar atau dinilai di masa yang

akan datang akan dijabarkan berdasar kurs pada tanggal neraca.

c) Rekening rugi-laba dijabarkan berdasar kurs rata-rata.

58
KODE MK / STEKPI / BAB 9

C. AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

Keadaan akan menjadi lain apabila transaksi tersebut menimbulkan utang atau piutang

yang dinyatakan di dalam mata uang asing. Akuntansi terhadap transaksi yang

dinyatakan di dalam mata uang asing yang menimbulkan utang atau piutang dalam

mata uang asing tersebut dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu;

1. Pada tanggal transaksi

2. Pada tanggal neraca

3. Pada tanggal jatuh tempo (pelunasan)

1. Pada tanggal transaksi.

Pada tanggal transaksi ini aktiva, utang, pendapatan atau biaya akan dicatat

berdasar kurs pada tanggal transaksi.

2. Pada tanggal Neraca.

Apabila kurs mengalami perubahan maka nilai piutang atau piutang yang

dinyatakan dalam mata uang asing tersebut nilainya didalam mata uang domestik

akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut harus diakui sebagai laba atau rugi,

yaitu :

Nilai piutang bertambah diakui sebagai laba.

Nilai piutang berkurang diakui sebagai rugi.

Nilai utang bertambah diakui sebagai rugi

Nilai utang berkurang diakui sebagai laba.

59
KODE MK / STEKPI / BAB 9

3. Pada Tanggal Jatuh Tempo (Pelunasan)

Apabila perusahaan mempunyai piutang yang dinyatakan dalam mata uang asing

maka pada tanggal jatuh tempo perusahaan akan menerima pelunasan yang

dinyatakan dalam mata uang asing. Selisih antara kas yang dinyatakan dalam mata

uang domestik dengan nilai buku piutang yang dilunasi akan diakui sebagai laba

atau rugi, yaitu :

Pelunasan lebih besar daripada nilai buku menimbulkan selisih laba.

Pelunasan lebih kecil daripada nilai buku menimbulkan selisih rugi.

Apabila kas yang dikeluarkan untuk membeli mata uang asing tersebut berbeda

dengan nilai buku utang maka selisihnya akan diakui sebagai laba atau rugi, yaitu :

Kas yang dikeluarkan untuk membeli mata uang asing melebihi nilai buku

utang maka akan menimbulkan selisih rugi.

Kas yang dikeluarkan untuk membeli mata uang asing lebih kecil daripada

nilai buku utang maka akan menimbulkan selisih laba.

Menurut prinsip Akuntansi Indonesia maka pengecualian terhadap perlakuan

seperti itu boleh dilakukan untuk selisih kurs yang terjadi karena devaluasi atau

transaksi SWAP.

LATIHAN TOPIK 2

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda


mengerjakan latihan berikut ini !
1) Apa yang dimaksud dengan masalah khusus akuntansi hubungan kantor
pusat-kantor cabang dalam mata uang asing?

60
KODE MK / STEKPI / BAB 9

2) Sebutkan dan jelaskan 5 metode dalam menjabarkan laporan keuangan yang


disajikan di dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik!
3) Di dalam metode current rate method untuk akuntansi hubungan kantor
pusat-cabang masih dikelompokkan ke dalam 2 jenis, sebutkan!
4) Sebutkan perbedaan antara non-current rate method dengan gabungan antara
current/ non-current rate method!
5) Sebutkan jenis pengelompokkan penjabaran laporan keuangan di dalam
monetary dan non-monetary method!
6) Bagaimana perlakuan akuntansinya terhadap transaksi yang dinyatakan di
dalam mata uang asing yang menimbulkan utang atau piutang dalam mata
uang asing, yang pelunasannya pada tanggal neraca?
7) Bagaimana perlakuan akuntansinya terhadap transaksi yang dinyatakan di
dalam mata uang asing yang menimbulkan utang atau piutang dalam mata
uang asing, yang pelunasannya pada tanggal jatuh tempo?
8) Bagaimana bila kas yang dikeluarkan untuk membeli mata uang asing
tersebut berbeda dengan nilai buku utang ? Bagaimana pengakuannya?

RANGKUMAN

1) Di dalam menjabarkan laporan keuangan yang disajikan di dalam mata


uang asing ke dalam mata uang domestik tersebut terdapat beberapa
metode antara lain ;
1. Current rate method.
2. Non-Current rate method
3. Current/Noncurrent method.
4. Monetary/Nonmonetary method.
5. Temporary method

2) Akuntansi terhadap transaksi yang dinyatakan di dalam mata uang asing


yang menimbulkan uatang atau piutang dalam mata uang asing tersebut
dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu;
1. Pada tanggal transaksi
2. Pada tanggal neraca
3. Pada tanggal jatuh tempo (pelunasan)

61
KODE MK / STEKPI / BAB 9

TES FORMATIF

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan !
1. Berikut ini merupakan masalah khusus akuntansi hubungan kantor pusat-
kantor cabang di dalam negeri, kecuali:
A. Pengiriman barang dari kantor pusat ke kantor cabang di nota diatas
harga pokok.
B. Pengiriman barang dari kantor cabang ke kantor cabang atas perintah
kantor pusat di nota diatas harga pokok.
C. Perbedaan nilai aktiva yang dinilai dengan metode campuran
current/non-current rate method.
D. Pengiriman aktiva (kas) dari kantor pusat ke kantor cabang.

2. Pengiriman barang ke cabang di nota Harga Pokok apabila dicatat oleh


kantor Pusat dengan sistem fisik, sebagai berikut:
A. Rekening koran kantor cabang xxxx
Pengiriman barang ke kantor cabang xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
B. Rekening koran kantor cabang xxxx
Pengiriman barang ke kantor cabang xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
C. Rekening koran kantor cabang xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
Pengiriman barang ke kantor cabang xxxx

D. Cadangan kelebihan harga xxxx


Pengiriman barang ke kantor cabang xxxx
Rekening koran kantor cabang xxxx

62
KODE MK / STEKPI / BAB 9

3. Pencatatan dengan sistem prepetual pada transaksi pengiriman barang ke


kantor cabang di nota atas dasar harga pokok apabila dicatat oleh kantor
pusat adalah sebagai berikut:
A. Persediaan barang dagangan xxxx
Rekening koran kantor cabang xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
B. Rekening koran kantor cabang xxxx
Pengiriman barang dagangan xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
C. Persediaan barang dagangan xxxx
Rekening koran kantor cabang xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx
D. Rekening koran kantor cabang xxxx
Persediaan barang dagangan xxxx
Cadangan kelebihan harga xxxx

4. Pencatatan oleh kantor cabang dengan sistem fisik pada transaksi pengiriman
barang ke kantor cabang di nota atas dasar harga pokok adalah sebagai berikut:
A. Rekening koran kantor pusat xxxx
Pengiriman barang dagangan xxxx
B. Pengiriman barang dagangan dari pusat xxxx
Rekening koran kantor pusat xxxx
C. Pengiriman barang dagangan dari cabang xxxx
Rekening koran kantor cabang xxxx
D. Rekening koran kantor cabang xxxx
Pengiriman barang dagangan ktr cabang xxxx

5. Penjurnalan oleh kantor cabang pengirim pada transaksi pengiriman barang


dagangan antar kantor cabang atas perintah kantor pusat menggunakan
metode fisik dicatat sebagai berikut:

63
KODE MK / STEKPI / BAB 9

A. Kas xxxx
Pengiriman barang dari kantor pusat xxxx
Biaya angkut xxxx
Rekening kantor pusat xxxx

B. Pengiriman barang dari kantor pusat xxxx


Biaya angkut xxxx
Rekening kantor pusat xxxx
Kas xxxx
C. Rekening kantor pusat xxxx
Pengiriman barang dari kantor pusat xxxx
Biaya angkut xxxx
Kas xxxx
D. Rekening kantor pusat xxxx
Pengiriman barang dari kantor pusat xxxx
Biaya angkut xxxx
Kas xxxx

6. Berikut ini merupakan metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan


keuangan yang digunakan untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam
mata uang domestik, kecuali:
A. Current cost method
B. Current rate method
C. Non-current rate method
D. Monitary/ Non Monitary method

7. Penjurnalan oleh kantor cabang penerima pada pengiriman barang dagangan


yang dicatat diatas harga pokok dengan metode prepetual adalah sebagai
berikut:
A. Rekening koran pusat xxxx
Persediaan barang dagangan xxxx

64
KODE MK / STEKPI / BAB 9

B. Persediaan barang dagangan xxxx


Rekening koran cabang xxxx

C. Persediaan barang dagangan xxxx


Rekening koran pusat xxxx

D. Rekening koran cabang xxxx


Persediaan barang dagangan xxxx

8. Utang-piutang akibat transaksi dalam mata uang asing pada tanggal neraca
akan menimbulkan pengakuan laba atau rugi sebagai berikut, kecuali:
A. Nilai piutang bertambah diakui sebagai laba.
B. Nilai piutang berkurang diakui sebagai rugi.
C. Nilai utang bertambah diakui sebagai rugi.
D. Nilai utang berkurang diakui sebagai laba ditahan.

9. PT. ALHASIL berkantor di Jakarta mempunyai kantore cabang di Bekasi


dan Serang, semua kantor cabang tidak melakukan pembelian, sehingga
barang dikirim dari pusat diacatat 25% diatas harga pokok. Suatu hati
cabang Serang kehabisan stok barang, kemudian atas perintah pusat, cabang
Bekasi mengirimkan 3 ton barang untuk Serang. Harga pokok barang
dagangan Rp. 2.100.000 per ton, sedangkan menurut nota yang diterima
cabang Bekasi Rp. 2.625.000 per ton. Biaya angkut yang dikeluarkan kantor
cabang Bekasi Rp. 85.000, sedangkan waktu menerima barang dagangan
dibebani biaya angkut oleh Jakarta sebesar Rp. 135.000, sedangkan biaya
angkut dari Jakarta ke Serang sebesar Rp. 170.000. Jurnal yang dibuat
oleh kantor cabang pengirim dengan metode fisik adalah sebagai berikut:
A. Rekening kantor pusat Rp. 6.605.000
Pengiriman barang dr kantor pusat Rp. 6.300.000
Biaya angkut Rp. 170.000
Kas Rp. 135.000
B. Rekening kantor pusat Rp. 6.520.000
Pengiriman barang dr kantor pusat Rp. 6.300.000
Biaya angkut Rp. 135.000
Kas Rp. 85.000

65
KODE MK / STEKPI / BAB 9

C. Rekening kantor pusat Rp. 7.875.000


Pengiriman barang dr kantor pusat Rp. 6.300.000
Biaya angkut Rp. 135.000
Kas Rp. 144.000

D. Rekening kantor pusat Rp. 6.555.000


Pengiriman barang dr kantor pusat Rp. 6.300.000
Biaya angkut Rp. 170.000
Kas Rp. 85.000

10. Berdasarkan informasi soal no. 9 maka jurnal yang dibuat oleh kantor
cabang penerima dengan metode prepetual adalah sebagai berikut:
A. Persediaan barang dagangan Rp. 7.875.000
Rekening koran kantor pusat Rp. 7.875.000
B. Persediaan barang dagangan Rp. 6.555.000
Rekening koran kantor pusat Rp. 6.555.000
C. Persediaan barang dagangan Rp. 6.520.000
Rekening koran kantor pusat Rp. 6.520.000
D. Persediaan barang dagangan Rp. 6.470.000
Rekening koran kantor pusat Rp. 6.300.000
Biaya angkut Rp. 170.000

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat
di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi
Kegiatan Belajar 2.

Rumus

Jumlah jawaban Anda yang benar


Tingkat penguasaan = x 100 %
10

66
KODE MK / STEKPI / BAB 9

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = sedang
< 70 % = baik sekali

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan


dengan Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar ini (bab 9), terutama yang belum Anda
kuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif

1) C
2) A
3) D
4) B
5) C
6) A
7) C
8) D
9) B
10) A

67
KODE MK / STEKPI / BAB 9

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Daftar Kepustakaan

Allan R. Drubin. (1999), Advanced Accounting, 5th edition, South Western, reissue
by Binarupa Aksara, Jakarta.
Beam, John (1998), Advanced Accounting, 5th edition, Prentice Hall, London, reissue
by Salemba Empat, Jakarta.
Suparwoto, L (1999), Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 buku 1, Cetakan ke-7,
BPFE, UGM, Yogyakarta.
Suparwoto, L (1999), Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 buku 2, Cetakan ke-6,
BPFE, UGM, Yogyakarta.
Supriyono, RA dan Suparwoto (1986), Akuntansi Keuangan Dasar, bagian
penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

68

Anda mungkin juga menyukai