Anda di halaman 1dari 17

Askep Perioperatif Fraktur Femur

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari
femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh
dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul
dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal
yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya
arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke
posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan
langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya
dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang
bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti
sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya
agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi
dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di
tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit.
Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat
dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi sempurna, tidak
perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang,
Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung
kembali.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba
merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada
An. W dengan kasus Fraktur Femur.
C. Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur femur sangat luas, sehingga penulis mengambil
judul Asuhan Keperawatan Peri operatif Fraktur Femur pada An.W di instalasi bedah sentral
RSUD Kebumen
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalalah untuk mengetashui bagaimana
asuhan keperawatan perioperatif fraktur femur di RSUD Kebumen
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif Fraktur Femur
b. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan intra operasi Fraktur Femur
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi Fraktur Femur
E. Manfaat Penulisan
a. Bagi individu
Dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di
lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.
b. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan peri operatif
fraktur femur, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi
optimal .
c. Bagi institusi STIKES
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu
keperawatan pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

b. FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari
femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh
dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul
dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal
yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya
arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah
tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

c. KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
Hanya di bawah kepala femur
Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokhanter kecil.
d. PATOFISIOLOGI
1. Penyebab Fraktur Adalah Trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang
disebabkan oleh suatu proses yaitu :
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik

TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh
terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

TANDA DAN GEJALA


Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis
pada fraktur terbuka, deformitas.
PENATALAKSANAAN MEDIK
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu
sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :

1. Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila
tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

2. Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan
untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan
metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki dan mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
Mengencangkan pada perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI

1. Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk
immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

3. Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa
dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russells

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi
nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal
pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

5. Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen,
dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah
ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai
tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

e. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
Kehilangan fungsi
Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang
fraktur sebelum dipindahkan
Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
- Laserasi
- Perubahan warna kulit
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
Krepitasi
Nadi, dingin
Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Nama : An.W
Umur : 13 tahun
Alamat : kedaleman kulon puring
Ruang : teratai
Dx medis : fraktur femu tertutup dextra
B. Pengkajian tgl 14/11/2011
1. Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada kaki kanan,
sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda fungsiolesa, deformasi,
bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu ditempat yang sama
3. Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien blm pernah mengalami patah tulang(fraktur) sebelumnya, tidak mempunyai riwayat
hipertensi ataupun DM
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5. Pemeriksaan fisik
KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 132/92 mmHg
S : 37 0 C
N : 102 x/mnt
R : 22 x/mnt
Head to toe:
Kepala : bentuk mesochepal
Rambut : rambut agak kotor
Mata : anemis, sklera tak ikterik
Telinga : tidak ada discharge
Hidung :Hidung tidak ada discharge,
Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Paru : suara paru vesikuler, wheezing, sonor diseluruh lapang paru
Jantung : cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
Abdomen : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 5x/mnt
Punggung : tidak ada luka dekubitus atau yang lain
Genitalia : jenis kelamin laki-laki
Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan
Anggota gerak bawah : tidak dapat digerakan,hasil radiologi terdapat fraktur femur
Turgor kulit : baik
6. Data Penunjang
a. Diagnosa medis: Fraktur femur tertutup dextra
b. Hasil pemeriksaan radiologi
- Rontgen terdapat fraktur femur tertutup dextra
c. Hasil Laboratorium (14-11-2011)
Pemeriksaan Hasil Normal
Hb 10 g/dL 11.7 17.3
RBC 3.46 x 106 /uL 3.80 5.90
HCT 28.6 % 35.0 52.0

1. PRE OPERASI
Analisa Data
NO Data Pathway Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan kaki cedera jaringan Diskontinuitas Nyeri akut
kanan nya sakit sekali, P: Nyeri kulit dan tulang tulang
bertambah ketika kaki
digerakan ,nyeri berkurang saat diskontinuitas
diimobilisasi, Q: Nyeri seperti tulang
diiris, R: area femur, S: 8 , T:
Saat digerakan sampai selesai proses inflamasi
diimobilisasi
DO: - ps terlihat meringis menekan ujung
menahan nyeri, merintih, syaraf bebas
bengkak, px. rontgen fraktur
femur dextra, RR: 22 x/mnt , nosiseptor
TD: 132/92 mmHg, S: 37o C ,N:
102 x/mnt Nyeri akut

2. DS: Pasien mengatakan kaki Kerusakan Kerusakan Kelemahan


kanan tidak bisa digerakan . musculoskeletal musculo skeletal fisik
DO: dalam pemeriksaan
didapatkan hasil adanya Mempersempit
fungsialesa, deformitas, Px. ruang gerak
Radiologi diperoleh hasil
fraktur femur dextra, sudah Fungsialesa
terpasang spalk.
Kelemahan fisik

Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Planing
1. Nyeri akut b.d.NOC: Pengkajian
Diskontinuitas - Tingkt kenyamanan - Minta pasien untuk menilai
tulang - perilaku mengendalikn nyeri nyeri/ketidaknyamanan pada
- Tingkt nyeri;jmlh nyeri yg
skala 0-10 (0=tdk ada nyeri, 10=
dilaporkan atau ditunjukkn
sangat nyeri)
- Nyeri: efekmerusak: perilaku yg
- Kaji dampak agama, budaya,
diamati/dilaporkan
kepercayaan dn lingkungan
Tujuan/Kriteria evaluasi:
terhadap nyeri dan respon pasien
- Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri yg
keperawatan selama 1x 24 pasienkomprehensif meliputi lokasi,
mampu mempertahankn tingktkarakteristik, durasi, frek,
nyeri pd skala 3 kualitas, intenistas/keprhn
- Setelah dilakukan tindakan
nyeri,faktor presipitasi
-
keperawatan selama 2x 24 pasien Observasi isyarat ktdknyamanan
menunjukkn nyeri: efek merusaknonverbal, khususnya ps yg tdk
dibuktikan dg indikator nilai 5mampu berkomunikasi scr verbal
- Hadir di dpn ps dn klg untk
yaitu tidak ada gangguan
memenuhi keb.rasa nyamn &
ditunjukkn dari ekspresi nyeri
aktivitas lain untuk membantu
lisan atau pada wajah,kegelisahan
relaksasi
atau gangguan otot

2. Kelemahan fisik Setelah dilakukan asuhanTerapi ambulasi


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam
dengan kelemahan fisik dapat teratasi
kerusakan dengan criteria hasil:
muskulokeletal - kelemahan fisik tidak terjadi

1. Persiapan pasien
Posisi pasien : supinasi
Anestesi : general anestesi
TD :132/92 mmHg
Nadi : 102x/menit
RR : 22x/menit
Pemasangan : bed side monitor
Waktu :-
Operator : Dr. Eko
Asisten : Rini
Instrumen : Fauzi
2. Persiapan alat
Basic set Jmlh Alat tambahan Jmlh
o Gunting kassa 1 Jas operasi 4
o Gunting jaringan 1 Handscoon 4
o Klem 10 Duk besar 3
o Pinset anatomis 2 Duk sedang/sarung kaki 1
Canul suction 1
(besar/kecil) 2 1
o Pinset cirugis Selang suction
4 5
Kassa
(besar/kecil) 5 1
Pisturi no. 22
o Kocher 2 1
2 Cutter 1
o Dukklem Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0
2
o Nail fuder Jarum: taper no: 24, cutting no 30
2 1
o Scuple (no 4) Set ORIF:
o Kom Bone klem 2
o Bengkok Reduction 2
Raspatorium 1
Kuret 1
Mata bor 1
Screw driver 3,5 1
Plate 1/3 tubuler 6 whole 1 set
3. Penatalakasanaan/instrumen
No Tindakan Peralatan
1 Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klempanjang,
kassa
2 Drapping Duk besar, duk lubang, duk klem
3 Menandai daerah sayatan Pisau, klem, kassa
4 Melakukan sayatan pada kulit sampaiPisau, kassa, klem arteri,
otot Pinset cirugis, gunting
5 Mempertahankan hemostatis Kassa klem cutter, suction
6 Membersihkan area fraktur Kuret
7 Reposisi fraktur menahan area fraktur Raspatorium
8 Fiksasi fraktur Bone klem, Raspatorium
9 Bor 6 whole area fraktur Bor, mata bor
10 Memasang plate Plate, screw driver
11 Mencuci daerah operasi NaCL
12 Hecting otot Plain 2/0, taper no 30
13 Hecting sub cutis Chromic 2/0, taper no 24
14 Hecting kulit Side 2/0, cuting no 30
15 Desinfeksi Kassa betadin
16 Balut luka Kassa steril, kassa betadin dan hipafix
2. INTRA OPERASI
ANALISA DATA
No Waktu Data Fokus Etiologi Masalah
1. 14.20 Subjektif : - Perdarahan akibatResiko syok
Objektif :
pembedahan hipovolemik
Insisi 20 cm
Perdarahan 750 cc
TD : 128/90 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 18x/menit

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko syock hipovolomic b.d Perdarahan akibat pembedahan

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Resiko syokSetelah dilakukan tindakan Monitor perdarahan pada daerah


hipovolomik b.dkeperawatan selama operasipembedahan setelah dilakukan
perdarahan 1x2 jam diharapkan syockinsisi.
Ingatkan operator dan asiasten
akibat hipovolomic tidak terjadi
bila terjadi perdarahan hebat
pembedahan dengan kriteria hasil:
Monitor vital sign tiap 5 menit
- Tidak ada tanda tanda syock
Monitor cairan yang melewati
hipovolemik (cyanosis)
DC katheter
- TTV dalam batas normal (TD:
Memberikan cairan RL untuk
120/80-140/100, Nadi 60-90).
resusitasi cairan
Memonitor tanda-tanda syock
hipovolemic.

3. POST OPERASI
ANALISA DATA
No Waktu Data Etiologi Masalah

1. Subjektif: - Proses Resiko tinggi


Objektif:
pemindahan cedera
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan,
brankar
kaki belum dapat digerakan, kaki kanan
terdapat luka post operasi pasien
dipindahkan ke ruang RR dengan
brankar.

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar

RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intevensi
1. Resiko tinggiSetelah dilakukan asuhan Perhatikan posisi pasien
Mendekatkan bed di samping
cedera b.d Proseskeperawatan diharapkan resiko
pasien
pemindahan cedera tidak terjadi.
Melindungi organ vital pasien
Dengan kriteria hasil:
brankar. Kolaborasi dengan 2-3 perawat
Tidak terjadi abserasi kulit
yang ada
karena pemindahan pasien.
Mengakat pasien secara
Pasien dapat dipindahkan denganbersamaan
Memberikan penyangga di
aman dan nyaman.
tempat tidur pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada pasien bernama An.W dengan post jatuh dari olahraga
(volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa
digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk.
Pernah dipijat 1 bln yang lalu ditempat yang sama
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nyeri
berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Saat akan dilakukan operasi, pembiusan dilakukan dengan General anestesi, keadaan
tanda-tanda vital TD 132/92 mmHg, Nadi 102x/menit, RR 22x/menit, dilakukan tindakan ORIF
femur. Sayatan dilakukan di area kaki kanan, dapat diambil diagnosa risiko perdarahan
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Untuk diagnosa post operasi ditemukan diagnose risiko cedera berhubungan dengan
pemindahan pasien, karena efek general anestesi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada pre ditemukan masalah keperawatan nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan tulang dan
hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal.
2. Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d proses pembedahan.
3. Pada post ditemukan masalah keperawatan resiko cedera b.d proses pemindahan pasien.

B. Saran
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre
operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi
pembedahan.
2. Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan
terkait perawatan post operasi.
3. Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan
professional di ruang IBS.
DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC


Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai