Anda di halaman 1dari 6

Deep Marine

fasies sebagai suatu tubuh sedimen atau batuan sedimen yang memiliki karakter fisika, kimia,
dan biologi tertentu. Karakter utama yang digunakan untuk menentukan fasies adalah tipe dan
ketebalan lapisan, struktur sedimen, komposisi, dan tekstur.

Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah lapisan thermocline pada
kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak ada cahaya yang dapat masuk ke
area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada material organik yang jatuh dari zona
fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat
sedikit, namun dengan adanya peralatan yang dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa
ditemukan cukup banyak kehidupan di arena ini.

Kelompok fasies (facies class) dibagi menjadi dua atau lebih sub-kelompok fasies (facies group),
dimana setiap sub-kelompok fasies itu sendiri dibagi lebih lanjut menjadi dua atau lebih fasies.
Ketujuh kelompok fasies sebagian besar didefinisikan berdasarkan: (a) tekstur endapan
berukuran gravel, pasir, dan lumpur ; (b) ketebalan relatif dari lapisan lumpur; (c) susunan
internal (khusus untuk kelompok fasies F) dan komposisi (khusus untuk kelompok fasies G)

Kelompok fasies A-E dibagi-bagi menjadi dua sub-kelompok:

1. Sub-kelompok fasies yang teratur (organized facies group), yakni sub-kelompok fasies yang
memperlihatkan struktur sedimen secara jelas.
2. Sub-kelompok fasies yang tidak teratur (disorganized facies group), yakni sub-kelompok
fasies yang tidak memperlihatkan stratifikasi atau gejala perubahan besar butir yang jelas.
Setiap sub-kelompok fasies itu diberi nama-nama tersendiri, misalnya sub-kelompok fasies A1,
A2, dan sebagainya.
Kelompok fasies F pada umumnya merupakan fasies yang tidak teratur dan dibagi menjadi
dua sub-kelompok:
1. Sub-kelompok yang mengandung kecur asing (exotic block).
2. Sub-kelompok yang mengandung strata yang terkontorsi (contorted strata).
Stow (1985, 1986) memasukkan sub-kelompok lain ke dalam kelompok fasies ini, namun dalam
tahap penyempurnaan skema penggolongan ini sub-kelompok tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam kelompok fasies A (lihat Pickering dkk, 1986a).
Kelompok fasies G dibagi menjadi empat sub-kelompok sbb:
1. Sub-kelompok selut biogenik (biogenic ooze).
2. Sub-kelompok selut lumpur (muddy ooze).
3. Sub-kelompok lumpur biogenik (biogenic mud).
4. Sub-kelompok sedimen kemogenik (chemogenic sediments).

Secara garis besar, material batuan yang diangkut dan diendapkan di laut-dalam dapat dibedakan
menjadi dua kategori: (1) partikel sedimen lepas; (2) massa batuan, berupa sedimen yang
sebagian sudah terkonsolidasi. Materi bahasan bab ini akan dirujuk kembali pada Bab 3 untuk
menjelaskan pembentukan berbagai fasies laut-dalam.

Partikel sedimen lepas, berupa partikel terigen dan partikel biogenik yang berukuran lempung
hingga bongkah, diangkut melewati tekuk paparan (shelf-slope break) melalui tiga mekanisme
sbb:
1. Aliran gravitasi yang menyusur dasar laut (bottom-hugging sediment gravity flows).
2. Arus dasar termohalin (thermohaline bottom currents).
3. Arus permukaan hasil hembusan angin (surface wind-driven currents) atau river plume yang
mengangkut sedimen suspensi hingga melewati wilayah paparan.
Pengendapan sedimen dapat berlangsung butir demi butirmelalui mekanisme traksi beban
dasar, pengendapan suspensi, menggelundung melalui bidang miringatau sebagai suatu massa
sedimen yang terjadi ketika shear stress tidak mampu lagi mengatasi friksi antar butir atau kohesi
antar butir.

Banyak endapan mengandung jejak-jejak yang mengindikasikan proses pengendapannya,


namun jejak itu tidak bersifat khas untuk satu mekanisme pengendapan tertentu. Karena itu, kita
harus mampu membedakan proses pengangkutan sedimen jarak-jauh dari mekanisme
pengendapan lokal agar dapat menjelaskan asal-usul berbagai endapan laut-dalam

Sebagai contoh, anggota-tepi dari endapan aliran gravitasi, sebagaimana dikemukakan oleh
Middleton & Hampton (1973), adalah endapan aliran butir (grain flow deposits). Walau
demikian, aliran butir murni tidak dapat bergerak pada lereng landai yang merupakan ciri khas
dari tepi cekungan bahari (Middleton 1970; Middleton & Hampton 1973). Bahkan, pada lereng
yang relatif curam sekalipun, aliran butir hanya dapat menghasilkan endapan pasir yang tebalnya
beberapa centimeter (Lowe 1976a; Hein 1982). Lapisan sedimen yang lebih tebal dan dalam
literatur sering disebut sebagai endapan aliran butir mungkin sebenarnya merupakan endapan
arus turbid berkonsentrasi tinggi, ketika kekuatan arus itu menurun.

ALIRAN GRAVITASI

Aliran gravitasi (sediment gravity flows; Middleton & Hampton 1973) adalah campuran
partikel-partikel batuan dengan air yang bergerak menuju bagian bawah suatu lereng karena
campuran tersebut memiliki densitas yang lebih besar daripada air disekelilingnya. Aliran itu
terjadi karena adanya gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel batuan dalam campuran
itu. Air hanya berperan pasif dalam proses ini.

Aliran gravitasi akan terus mengalir apabila dua kondisi di bawah ini terpenuhi:

1. Shear stress, yang merupakan komponen gaya gravitasi yang mengarah ke bagian bawah
lereng, lebih besar daripada gaya friksi.
2. Partikel-partikel batuan tidak sampai mengendap karena adanya suatu mekanisme tertentu
yang menahan partikel-partikel itu agar tetap berada dalam campuran.
Tipe aliran gravitasi yang mampu mengangkut sedimen pada jarak yang cukup jauh, di bawah
kondisi lereng yang relatif landai (< 10 o), adalah aliran rombakan (debris flows) dan arus
turbid (turbidity current)

ARUS TURBID DAN TURBIDIT

Arus turbid (turbidity current) adalah arus pekat (density current) (Simpson 1982), di dalam
mana fluida yang lebih pekat adalah suspensi butiran, sedangkan mekanisme penunjangan
partikel berasal dari fluktuasi kecepatan pada arah vertikal yang berasosiasi dengan turbulent
eddies (Bagnold 1966; Leeder 1983). Sedimen yang terangkat ditebarkan di seluruh bagian tubuh
arus. Berdasarkan cara pembentukannya, arus turbid dapat dibedakan menjadi:
1. Arus yang relatif pendek dan bergerak cepat. Aliran ini dapat disebut surge-type flow.
2. Arus yang relatif panjang dan memiliki luah tetap karena memperoleh pasokan dari suatu
sumber yang berumur panjang (umumnya berupa sungai). Arus ini dapat disebut steady- and
uniform-type flow.
Biogenik Sedimen

Biogenik sedimen, didefinisikan sebagai mengandung setidaknya 30% sisa-sisa kerangka


organisme laut, mencakup sekitar 62% dari dasar laut dalam. Mineral lempung membentuk
sebagian besar konstituen non- biogenik sedimen ini.

Distribusi dan akumulasi tingkat biogenik laut yang merembes dalam sedimen tergantung pada
tiga faktor utama:

tingkat produksi biogenik partikel di air permukaan,


pembubaran tingkat partikel-partikel tersebut dalam air dan pada saat mencapai dasar,
dan

tingkat pengenceran oleh terrigenous sedimen.

Kelimpahan dan distribusi dari organisme yang menghasilkan sedimen biogenik tergantung pada
faktor lingkungan seperti sebagai pasokan hara dan suhu di perairan laut di mana organisme
hidup. Tingkat pembubaran tergantung pada kimia air laut dalam melalui sisa-sisa kerangka dan
bagian bawah dan perairan interstisial berhubungan dengan sisa-sisa organic yang menumpuk
dan terendapkan. Sifat kimia laut dalam, dipengaruhi oleh tingkat pasokan dari kedua kerangka
dan sisa-sisa organik dari organisme dari permukaan air. It is also heavily dependent upon the
rates of deep ocean circulation and the length of time that the bottom water has been
accumulating CO 2 and other byproducts of biotic activities. Hal ini juga sangat tergantung pada
tingkat dan sirkulasi laut dalam dan dalam waktu yang lama dari bawah air telah mengumpulkan
CO 2 dan produk sampingan lainnya dari aktifitas biotik.

Dalam suatu daerah dimana tidak ada suplai detritus klastik dalam jumlah besar, proses-proses
lain sangat penting dalam akumulasi sedimen. Bagian keras dari tanaman dan hewan, berukuran
dari alga mikroskopik sampai tulang vertebrata, membentuk endapan pada banyak lingkungan
yang berbeda. Yang terpenting adalah banyaknya organisme yang membangun cangkang dan
struktur kalsium karbonat ketika hidup, dan meninggalkan bagian kerasnya ketika mati sebagai
sedimen karbonatan yang membentuk batugamping. Proses kimia juga memainkan bagian dalam
pembentukan batugamping, tapi yang terpenting adalah dalam menghasilkan evaporit yang
merupakan endapan dari air berkonsentrasi garam. Sedimen volkaniklastik adalah produk besar
dari proses volkanik primer yang menghasilkan debu-debu dan pengendapannya di lingkungan
darat atau bawah laut. Dalam daerah volkanik aktif, endapan ini dapat menutupi semua tipe
sedimen yang lain. Endapan kecil yang tidak termasuk kedalam empat kategori utama adalah,
pertama yang berasal dari biogenik (sedimen silikaan, endapan fosfat dan karbonan) dan yang
kedua berasal dari proses kimia adalah batubesi (ironstones). Bagian terakhir bab ini
menyediakan beberapa panduan dalam deskripsi batuan sedimen dalam hand specimen dan di
bawah pengamatan mikroskop

Abyssal dataran yang datar atau sangat landai wilayah di dalam laut lantai baskom. They are
among the Earth's flattest and smoothest regions and the least explored. Mereka adalah di antara
Bumi dan halus flattest daerah dan yang paling dieksplorasi. Abyssal plains cover approximately
40% of the ocean floor and reach depths between 2,200 and 5,500 m (7,200 and 18,000 ft).
Dataran Abyssal mencakup
sekitar 40% dari dasar laut dan
mencapai kedalaman antara
2.200 dan 5.500 m (7.200 dan
18.000 kaki). They generally
lie between the foot of a
continental rise and a mid-
oceanic ridge . Mereka
umumnya terletak antara kaki
sebuah benua naik dan kelautan
pertengahan punggungan.

The abyssal plain is formed


when the lower crust ( sima ),
is melted and pushed up by the
up-welling mantle , reaches the
surface at mid-ocean ridges and forms new oceanic crust. Abyssal dataran yang terbentuk ketika
kerak bumi yang lebih rendah (sima), yang meleleh dan didorong oleh up-menggenang mantel,
mencapai permukaan laut di tengah pegunungan dan membentuk kerak samudera baru. This new
oceanic crust is mostly basalt and has a rugged topography . Kerak samudra baru ini sebagian
besar basal kasar dan memiliki topografi. The roughness of this topography is a function of the
rate at which the mid-ocean ridge is spreading (the spreading rate). Yang kasar topografi ini
adalah fungsi dari tingkat di mana laut pertengahan punggungan adalah menyebarkan (tingkat
penyebaran). Magnitudes of spreading rates vary quite significantly, and are generally broken
down into 3 rates (fast, medium and slow). Besarnya tingkat penyebaran cukup bervariasi secara
signifikan, dan biasanya dikelompokkan menjadi 3 tingkat (cepat, sedang dan lambat). Typical
values for fast-spreading ridges are >100 mm/yr, whilst medium-spreading rates are ~60 mm/yr,
and slow-spreading ridges are typically <20 mm/yr. Nilai khas untuk cepat menyebarkan
punggung adalah> 100 mm / yr, sedangkan menengah tingkat penyebaran ~ 60 mm / tahun, dan
lambat-menyebarkan punggung biasanya <20 mm / yr. Studies have shown that the slower the
spreading rate, the rougher the new oceanic crust will be, and vice versa. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat penyebaran lebih lambat, yang lebih kasar kerak samudera yang
baru akan menjadi, dan sebaliknya. It is thought this is due to faulting at the mid-ocean ridge
when the new oceanic crust was formed. Diperkirakan ini disebabkan faulting pada mid-ocean
ridge ketika kerak samudera yang baru terbentuk. This oceanic crust eventually becomes
overlain with sediments, producing the flat appearance. Kerak samudra ini akhirnya menjadi
overlain dengan sedimen, menghasilkan tampilan flat.

Abyssal plains result from the blanketing of an originally uneven surface of oceanic crust by
fine-grained sediments , mainly clay and silt . Dataran Abyssal hasil dari yang semula
menyelimuti permukaan yang tidak rata kerak samudra oleh halus sedimen, terutama tanah liat
dan lumpur. Much of this sediment is deposited from turbidity currents that have been channeled
from the continental margins along submarine canyons down into deeper water. Sebagian besar
endapan ini akan didepositkan dari kekeruhan arus yang telah disalurkan dari daratan di
sepanjang pinggiran kapal selam lembah turun ke air yang lebih dalam. The remainder of the
sediment comprises chiefly dust (clay particles) blown out to sea from land, and the remains of
small marine plants and animals (the plankton ), which sink from the upper layer of the ocean,
known as Pelagic sediments . Sisa terutama terdiri dari endapan debu (partikel tanah liat) tertiup
ke laut dari daratan, dan sisa tanaman laut kecil dan binatang (yang plankton), yang tenggelam
dari lapisan atas laut, yang dikenal sebagai sedimen pelagik. The sediment deposition rate in
remote areas is estimated at two to three centimetres per thousand years. Laju deposisi sedimen
di daerah terpencil diperkirakan dua untuk tiga sentimeter per seribu tahun. In some areas of the
plains manganese nodules are common with significant varying concentrations of metals,
including iron , nickel , cobalt , and copper . Di beberapa wilayah di dataran nodul mangan yang
umum dengan konsentrasi yang berbeda-beda signifikan logam, termasuk besi, nikel, kobalt, dan
tembaga. These nodules may provide a significant resource for future mining ventures. Nodul ini
dapat menyediakan sumber daya yang signifikan untuk usaha pertambangan di masa depan.

Sediment-covered abyssal plains are less common in the Pacific than in other major ocean basins
because sediments from turbidity currents are trapped in submarine trenches that border the
Pacific Ocean. Endapan dataran tertutup abyssal kurang umum di Pasifik daripada di laut besar
lainnya cekungan karena arus sedimen dari kekeruhan terperangkap dalam kapal selam parit
yang berbatasan dengan Samudera Pasifik.

Anda mungkin juga menyukai