Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS CUTTING

DISUSUN OLEH:

NAMA : 1. AHMAD FAISAL F 1501096

2. FEBBYAN AWALIA S 1501114

3. MUH. YUSUF 1501074

4. RIKA SURYANINGSIH 1501032

5. SADILAH RAHMAN 1501087

6. ZULFENDI 1501003

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2016
DAFTAR ISI

Daftar isi ..1

Pengertian cutting.2

Evaluasi hidrokarbon di dalam cutting 2

Cara kerja..3

Table data.8

Analisa dan pembahasan...8

Interpretasi ..10

Kesimpulan .............................11

1
PENGERTIAN CUTTING
Cutting adalah suatu material tertentu yang didapatkan melalui aktivitas
pemboran. Material ini merupakan material hasil hancuran batuan yang terkena mata
bor atau bit yang terbawa oleh lumpur pemboran ke permukaan. Cutting merupakan
salah satu media yang dapat digunakan untuk dapat menghasilkan suatu interpretasi
mengenai kondisi bawah permukaan. Cutting dapat dideskripsi melalui dua cara, yaitu
secara langsung atau dengan menggunakan bantuan mikroskop binokuler. Deskripsi
cutting secara langsung sebaiknya berisi komponen-komponen seperti (Anonim, 1990,
Mud Logging Pretraining Guide, Geoservice training department ):
1. nama batuan
2. warna
3. kekerasan
4. kandungan mineral
5. tekstur, yang melingkupi ukuran butir, roundness, dan sortasi
6. mineral asessoris
7. kandungan fosil
8. porositas
9. indikasi keberadaan hidrokarbon
a. visual (strains, bleeding)
b. direct fluorescence (tingkat, intensitas warna)
c. Cut fluoroscence (tingkat, intensitas, warna)
10. Kenampakan lainnya
Leroy et all (1977), menggolongkan batuan umum yang diterobos oleh mata bor
menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Batuan klastik berukuran kasar
b. Batuan klastik berukuran halus
c. Batuan karbonat
d. Batuan evaporit

EVALUASI HIDROKARBON DI DALAM CUTTING


Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon didalam suatu batuan,
ada beberapa jenis hal yang harus dilakukan, yaitu :
1. Analisa odor / ignition test (pengujian bakar)
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak di dalam suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau
yang dihasilkan oleh kepingan batuan tersebut setelah melalui proses
pembakaran.Cutting yang mengindikasikan keberadaan hidrokarbon akan
memiliki bau tertentu, berikut ini adalah klasifikasinya :
none : tidak berbau
poor : agak berbau
fair : berbau
good : berbau kuat

2
2. Analisa staining
metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan minyak di dalam
suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau yang dihasilkan oleh kepingan
batuan yang dicampurkan dengan larutan tertentu, seperti etanol. Kepingan
batuan yang mengandung minyak akan meninggalkan noda yang terlihat
cukup jelas. Berikut ini adalah tabel klasifikasi stainning

%Stain Show Number


0 0 (Tidak Bernoda)
0 40 1 (Sedikit Bernoda
40 85 2 (Bernoda)
85 100 3 (Bernoda Banyak )

3. Analisa fluorescence
Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui keberadaan hidrokarbon didalam batuan dengan
mengidentifikasi cahaya yang terbentuk akibat sinar ultraviolet yang
dipancarkan oleh minyak. Warna yang dihasilkan tergantung berat jenis yang
dimiliki oleh minyak didalamnya. Berikut ini adalah tabel klasifikasi warna
fluorescence

Warna Fluoresence Berat Jenis (Gravity ) API


Coklat < 15
Orange 15 -25
Kuning Cream 25 35
Putih 35 45
Biru putih sampai violet > 45

4. Analisa oil cut


Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak didalam suatu batuan dengan cara mengidentifikasi
kecepatan melarutkan yang dimiliki oleh batuan tersebut. Kepingan batuan
yang ada dicampurkan oleh larutan tertentu, contohnya seperti ethanol,
hingga kemudian dilihat, seberapa cepat proses pelarutan yang berlangsung.
Kecepatan melarutkan yang terjadi kemudian dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
Sangat cepat (Instaneous)
Cepat
Lambat
Perlahan-lahan

3
A. Cara Kerja

1. Setiap sampel cutting dengan kedalaman tertentu dipisahkan dalam suatu wadah
tertentu, lalu kemudian dideskripsi secara detail dengan elemen deskripsi seperti
yang telah disebutkan pada halaman sebelumnya, kemudian hasil deskripsi
tersebut ditulis dalam suatu tabel pengamatan tertentu.

Foto 1. Sampel cutting

2. Analisa Odor / Ignition test ( Pengujian Bakar)


Setelah deskripsi selesai, ada beberapa jenis metode analisis yang harus dilakukan
untuk menganalisa keberadaan minyak pada batuan tersebut, metode analisis
pertama yang digunakan adalah analisa odor/ignition test (pengujian bakar), untuk
melakukan metode ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, diantaranya :
- Sampel diletakkan pada suatu wadah tertentu, seperti cawan
- Setelah itu, wadah sampel (cawan) tersebut dijepit dengan menggunakan
penjepit kayu hingga kemudian diletakkan diatas api yang menyala
- Setelah terkena api tersebut, maka bau yang dihasilkan oleh setiap sampel
cutting tersebut diidentifikasi

4
Foto 2. Pembakaran sebagian sampel cutting untuk selanjutnya dilakukan analisa odor

3. Analisa Fluoresence
Kemudian metode selanjutnya yang dilakukan setelah analisis odor adalah,
analisis fluo2rescence, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini
merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengetahui jenis warna yang
dihasilkan oleh sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh kepingan-kepingan batuan.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam metode analisis ini adalah :
- Sampel cutting dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Lalu larutan tertentu seperti ethanol dicampurkan kedalam tabung reaksi
tersebut
- Setelah terjadi percampuran antara sampel cutting dengan ethanol, maka
tabung reaksi dimasukkan kedalam tabung fluoroscence
- Sampel Cutting yang mengandung minyak, akan memendarkan sinar
ultraviolet tertentu

5
Foto 3. Sampel yang dilarutkan dengan etanol

Foto 4. Contoh warna sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sampel cutting
pada tabung fluoeresence

4. Analisa Stainning
Setelah analisis fluoroscence, metode selanjutnya yang harus dilakukan adalah
analisa Staining, hal-hal yang harus dilakukan dalam metode ini adalah :
- Sampel cutting dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Larutan ethanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi

6
- Setelah terjadi percampuran antara kepingan batuan dan larutan ethanol,
kemudian sedikit dari campuran tersebut dituangkan ke sebuah tisu kering
- Noda yang dihasilkan kemudian diidentifikasi, dimana kepingan batuan yang
mengindikasikan keberadaan minyak akan meninggalkan noda yang cukup
jelas terlihat

Foto 5. Stain(noda)yang terlihat pada kertas tisu

5. Analisa Oil Cut


Metode analisis terakhir yang harus dilakukan adalah metode oil cut, didalam
pelaksanaan analisis ini ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya :
- Sampel cutting diletakkan pada suatu cawan dalam suat ukuran tertentu
- Kemudian cawan tersebut diletakkan ke dalam tabung fluorescence
- Setelah itu, pelarut tertentu dituangkan kedalam kepingan kepingan batuan
tersebut (sampel cutting)
- Kecepatan pelarutan yang terjadi akan mengindikasikan apakah sampel cutting
tersebut mengandung minyak atau tidak

7
B. Tabel Data

C. Analisa dan Pembahasan


Setelah melakukan deskripsi dan semua metode analisis, didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Sampel cutting 1 (5195-5200 ft)
Sampel ini merupakan hancuran batuan yang berasal dari kedalaman 5195-
5200 ft (data ini diperoleh melalui data lag time yang merupakan fungsi dari
kedalaman, volume lumpur, dan kecepatan pemboran). Dari hasil dekripsi
didapatkan bahwa sampel batuan ini merupakan sampel yang berasal dari
Batupasir halus, dengan deskripsi berupa warna abu-abu dan berukuran pasir
halus, sortasinya baik, bnetuk butirnya rounded, dengan porositas dan
permeabilitas yang baik, dan tersusun oleh mineral mineral seperti kuarsa,
feldspar, serta litik. Setelah dilakuan setiap metode analisis untuk mengetahui
keberadaan minyak didalam suatu jenis batuan, maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
Berdasarkan analisis odor yang telah dilakukan, secara jelas dapat
diketahui bahwa sampel ini tidak memiliki bau, sehingga dalam analisis
ini, sampel 5195-5200 ft dikategorikan sebagai sampel yang tidak berbau
(none)

8
Kemudian analisis fluorescence pada sampel ini menunjukkan bahwa
didalam tabung fluorescence, campuran antara kepingan batuan dan
larutan ethanol menghasilkan warna ultraviolet biru muda
Lalu pada analisis staining, sampel yang telah dicampur dengan larutan
ethanol kemudian dituangkan pada sebuah kertas tisu, tidak meninggalkan
noda yang jelas, sehingga dalam analisis ini, sampel ini dikategorikan
kedalam jenis yang tidak bernoda

Kemudian dikarenakan setiap hasil analisis yang dilakukan menunjukkan


kesimpulan yang seragam, bahwa sampel cutting ini tidak mengandung
hidrokarbon, maka analisis oil cut pun tidak dilakukan.

2. Sampel cutting 2 (5190-5195 ft)


Sampel cutting 2 merupakan sampel yang diambil dari kedalaman 5190-5195
ft. hasi deskripsi menunjukkan bahwa sampel ini merupakan sampel yang berasal
dari litologi Batupasir sedang, dengan deskripsi yang menunjukkan bahwa
sampel ini berwarna coklat, ukuran butirnya pasir sedang sortasi baik, bentuk butir
subrounded,danmemiliki porositas dan permeabilitas yang baik, dan komposisi
dari batuan ini adalah mineral kuarsa, feldspar dan litik. Kemudian setelah
melakukan analisis untuk mengetahui kandungan minyak di dalam batuan ini,
maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan analisis odor, setelah mengalami proses pembakaran,
sampel cutting 2 tidak menghasilkan bau apapun, kecuali bau yang
dihasilkan oleh cawan yang ikut terpanaskan. Sehingga sampel
cutiing 2 ini dikategorikan kedalam sampel yang tidak berbau
(none)
Kemudian pada tahapan analisis yang selanjutnya, yaitu analisis
fluorescence, ketika dimasukkan kedalam tabung fluorescence,
sampel cutting 2yang sebelumnya sudah tercampur dengan ethanol
ini terlihat memancarkan warna biru muda
Kemudian pada analisis staining, sampel cutting yang juga
sebelumnya telah tercampur dengan ethanol, pada saat dituangkan
pada suatu kertas tisu, tidak terlihat adanya noda yang ditinggalkan,
sehingga pada analisis ini, sampel cutting 2 dikategorikan kedalam
kelompok tidak bernoda

Kemudian karena kasus pada sampel cutting 2 ini menunjukkan gejala yang sama
seperti pada sampel cutting 1, maka tidak dilakukan analisis oil cut, karena melalui
analisis-analisis yang telah dilakukan sebelumnya, telah diketahui bahwa sampel
ini tidak memiliki potensi minyak.

3. Sampel cutting 3 (5185-5190 ft)


Sampel cutting 3 merupakan sampel kepingan batuan yang diambil dari
kedalaman 5185-5190 ft. berdasarkan deskripsi yang telah dilakukan terhadap
sampel, maka dapat diketahui bahwa batuan ini merupakan batuserpih (shale).

9
Batuan ini memiliki warna hitam dengan ukuran butir lanau. sortasinya baik
dengan bentuk butir yangrounded, memiliki porositas baik dan permeabilitas yang
buruk. Batuan ini tersusun oleh material sedimen berukuran halus (lempung-
lanau).Berdasarkan analisis-analisi yang telah dilakukan untuk mengetahui potensi
keberadaan minyak idalam sampel ini, maka didapatkan hasil-hasil sebagai berikut
:
Analisis odor yang dilakukan pada sampel cutting ini menunjukkan
bahwa setelah mengalami pembakaran, sampel cutting 3 ini
menghasilkan bau yang jelas bukan berasal dari cawan yang ikut
terpanaskan, sehingga pada tahapan ini, sampel cutting 3
dikategorikan kedalam jenis yang berbau (fair)
Kemudian tahapan selanjutnya, yaitu analisis fluorescence. Pada saat
sampel yang telah tercampur dengan ethanol dimasukkan kedalam
tabung fluorescence, dapat terlihat bahwa pada tahap ini sampel
cutting 3 memancarkan warna yang cukup berbeda dengan 2 sampel
lainnya, warna yang dihasilkan oleh sampel ini adalah warna biru
tua
Setelah analisisfluorescence dilakukan, tahapan analisis selanjutnya
adalah analisis staining. Pada tahapan ini, campuran sampel cutting 3
dan ethanol yang dituangkan ke kertas tisu meninggalkan sedikit
noda yang dapat terlihat, sehingga pada analisis ini, sampel cutting 3
dikategorikan kedalam kelompok sedikit noda
Karena ketiga analisis sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat
indikasi keberadaan minyak di dalam sampel cutting 3, maka untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dilakukan analisis oil cut. Setelah
dilakukan analisis oil cut, dapat diketahui bahwa sampel cutting 3
termasuk kedalam kelompok yang bereaksi dengan cepat.

D. Interpretasi
Setelah melakukan berbagai jenis analisis dan juga deskripsi, maka dapat
diketahui bahwa salah satu diantara ketiga sampel cutting yang dianalisa memiliki
kandungan hidrokarbon, sehingga sampel tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu
source rock. Sedangkan dua sampel lainnya dapat dikategorikan sebagai reservoar
yang mampu menampumg hidrokarbon pada saat lepas dari source rock. Dan berikut
ini adalah penjelasannya :
1. Batuan Induk (Source Rock)
Sampel cutting yang diduga dapat berperan sebagai source rock adalah
sampel cutting 3 yaitu sampel yang berada pada kedalaman paling dangkal atau
bisa dikatakan berumur paling muda. Hal ini dapat diketahui berdasarkan analisis
analisis yang teah dilakukan sebelumnya, dan setiap analisis-analisis tersebut
mengindikasikan bahwa sampel cutting 3 ini memiliki kandungan hidrokarbon.
Sebenarnya tanpa harus melakukan analisis-analisis tersebut, sudah dapat dilihat
bahwa sampel cutting 3 ini memang memiliki kandungan hidrokarbon, hal ini
dapat dilihat dari kondisi petrofisik yang dimilikinya. Selain ukurannya yang
10
halus, warnanya pun cenderung gelap, yang secara tidak langsung
mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki kandungan material organik yang
cukup melimpah, sehingga dapat diperkirakan bahwa sampel ini dapat menjadi
suatu source rock pada sistem hidrokarbon tertentu.
Hanya saja untuk menghasilkan suatu sistem hidrokarbon yang memadahi,
keberadaan source rock saja tidak cukup, source rock tidak akan dapat
menghasilkan hidrokarbon yang matang tanpa adanya kondisi kondisi tertentu
yang dapat mendukung batuan tersebut untuk menghasilkan hidrokarbon,
dibutuhkan kondisi suhu dan tekanan yang cukup dan sesuai, sehingga
hidrokarbon yang matang pun dapat terbentuk. Oleh karena itu untuk melakukan
eksploitasi hidrokarbon yang ada, perlu dilakukan studi-studi selanjutnya untuk
mengetahui apakah dugaan hidrokarbon pada sampel cutting 3 ini termasuk
kedalam kategori yang matang atau belum. Kemudian jika telah terbentuk suatu
hidrokarbon yang matang, itu saja tidak cukup, untuk dapat dilaksanakan suatu
kegiatan eksploitasi, diperlukan adanya komponen komponen lain yang
mendukung, seperti keberadaan reservoar, trap, seal rock, waktu migrasi yang
sesuai, dan sebagainya. Dalam analisis ini, akibat kondisi data yang tidak lengkap,
sehingga komponen sistem hidrokarbon yang dapat ditemukan hanyalah, source
rock dan reservoar yang diperkirakan dapat diperankan oleh sampel cutting 1 dan
2.

2. Reservoar
Reservoar merupakan suatu komponen yang cukup penting didalam suatu
sistem hidrokarbon, dan dalam analisis ini, yang diduga berperan sebagai suatu
reservoar adalah sampel 1 dan sampel 2. Kedua sampel ini dapat dikategorikan
sebagai suatu reservoar karena kedua sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang
sangat sesuai jika berperan sebagai reservoar dari suatu sistem hidrokarbon.
Keduanya merupakan batupasir, dengan porositas dan permeabilitas yang baik,
sehingga pada dasarnya hidrokarbon dapat tersimpan pada litologi ini sampai
aktivitas pemboran dilakukan.
Hanya saja suatu masalah yang tidak lazim pun ditemukan, kedua batuan ini
terletak lebih dalam daripada posisi source rock, sedangkan umumnya, posisi
reservoar terletak diatas dari posisi source rock. Namun secara teoritis dapat
dijelaskan bahwa hal ini dapat saja terjadi, mengingat sifat air akan terus mengisi
bagian-bagian kosong yang disediakan pada rongga suatu batuan, jika jalan yang
ditemukan mengarah ke area yang lebih dalam, maka reseroar bisa saja berada
dibawah source rock, sehingga kondisi demikian bisa saja terjadi.

E. Kesimpulan
1. Cutting adalah suatu material tertentu yang didapatkan melalui aktivitas
pemboran. Material ini merupakan material hasil hancuran batuan yang terkena
mata bor atau bit yang terbawa oleh lumpur pemboran ke permukaan
2. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon didalam suatu batuan, ada
beberapa jenis hal yang harus dilakukan, yaitu :

11
1. Analisa odor adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak di dalam suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau
yang dihasilkan oleh kepingan batuan
2. Analisa staining adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak di dalam suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau
yang dihasilkan oleh kepingan batuan
3. Analisa fluorsence merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui keberadaan hidrokarbon didalam batuan dengan
mengidentifikasi cahaya yang terbentuk akibat sinar ultraviolet yang
dipancarkan oleh minyak.
4. Analisa oil cut merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui keberadaan minyak didalam suatu batuan dengan cara
mengidentifikasi kecepatan melarutkan yang dimiliki oleh batuan tersebut.

3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari ketiga sampel cutting yang di
analisa, hanya ada satu sampel cutting yang berpotensi mengandung hidrokarbon
yaitu sampel cutting 3 (5185-5190 ft)

4. Kedua sampel lainnya yaitu sampel cutting 1 (5195-5200 ft) dan sampel cutting 2
(5190-5195 ft) tidak memiliki potensi hidrokarbon, hanya saja berdasarkan
karakteristik petrofisiknya, batuan yang direpresentasikan oleh sampel cutting 1
dan 2 dapat berperan sebagai reservoar.

12

Anda mungkin juga menyukai