Anda di halaman 1dari 11

I.

Maksud dan Tujuan


Maksud adalah melakukan analisa terhadap hancuran batuan (cutting)
hasil dari pemboran dengan menggunakan metode - metode tertentu. Tujuan
dilakukannya analisa tersebut adalah mampu mendeskripsikan cuttingdengan
baik, kemudian mampu mengetahui kandungan hidrokarbon baik minyak ataupun
gas dari hasil analisa terhadap cuttingatau hancuran batuan saat pemboran dengan
menggunakan metode-metode tertentu.
II. Dasar Teori
Ketika melakukan pemboran bawah permukaan saat eksplorasi, bor yang
mengenai lapisan batuan dibawah permukaan akan menghancurkan batuan-
batuan yang dilewatinya, hancuran-hancuran batuan tersebut kemudian akan
terbawa oleh lumpur pemboran yang lebih dikenal dengan mud logging.
Hancuran batuan yang terbawa oleh lumpur pemboran disebut dengan
cutting.
Cuttingsecara umum dapat diamati secara megaskopis ataupun secara
mikroskopis dengan bantuan mikroskop binokuler. Cuttingdigunakan dalam
interpretasi data pemboran karena cuttingmemiliki fungsi – fungsi sebagai
berikut:
 Dapat mengetahui ada atau tidaknya kandungan minyak didalam
hancuran batuan
 Dapat digunakan sebagai media untuk mengetahui spesifikasi urut-
urutan batuan secara detail
 Lebih efektif dalam pengambilan data bawah permukaan, karena
cuttingikut terbawa oleh lumpur pemboran, sehingga dalam
pengambilannya tidak diperlukan untuk membongkar pasang alat
 Dapat menginterpretasi pada semua tubuh batuan yang terlewati /
tertembus oleh mata bor, baik tubuh batuan yang keras ataupun
lunak
Untuk mengindentifikasi apakah terdapat atau tidaknya minyak didalam
hancuran batuan tersebut, cuttingperlu dilakukan analisa baik secara
deskriptif ataupun dengan menggunakan metode – metode tertentu. Berikut
tahapan analisa cutting:
 Deskripsi cutting
1. Nama Batuan / Hancuran Batuan
2. Warna Batuan / Hancuran Batuan
3. Kekerasan
4. Kandungan Mineral
5. Tekstur (Sortasi, Kemas, dan Bentuk Butir)
6. Fosil dan Mineral Lainnya
7. Porositas
8. Permeabilitas
9. Kenampakkan Lainnya
 Metode Analisa Odor
Analisa odor adalah pengujian terhadap cuttingdengan cara
membakar cuttingguna mengetahui apakah cuttingmengandung
karbon atau hidrokarbon dengan melihat respon cuttingdalam
bentuk bau. Berikut klasifikasinya:
1. Tidak Berbau
2. Agak Berbau
3. Berbau
4. Berbau Kuat
 Metode Analisa Stainning
Cuttingyang diperkirakan mengandung minyak, kemungkinan
akan mengandung noda yang dapat dilihat baik secara mikroskopis
dengan bantuan mikroskop ataupun megaskopis dengan batuan
tisu. Berikut klasifikasinya:
1. Tidak bernoda =0%
2. Sedikit bernoda = 0-40 %
3. Bernoda = 40-85 %
4. Bernoda banyak = 85-100%
 Metode Analisa Flourence
Cuttingyang mengandung minyak akan memberikan
kenampakan warna yang berbeda apabila dikenai oleh sinar
ultraviolet. Warna-warna yang berbeda tersebut adalah respon
minyak terdapat masing – masing dari berat jenis minyak yang
terdapat pada cutting. Berikut klasifikasinya:
1. Coklat = < 15 API
2. Orange = 15-25 API
3. Kuning – Cream = 25-35 API
4. Putih = 35-45 API
5. Biru – Violet = >45 API
 Metode Analisa Oil Cut
Analisa oil cut adalah analisa pada cuttingdengan cara
melarutkan cutting. Cuttingyang mengandung minyak akan
meresponnya dengan melepaskan minyak keluar dari cutting.
III. Cara Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melakukan uji coba analisa odor
3. Menuangkan cuttingkedalam cawan seng kecil
4. Mendeskripsi cutting, meliputi warna, ukuran butir, tekstur,
komposisi, porositas, dan permeabilitas
5. Kemudian setelah mendeskripsi cutting, cawan tersebut dibakar diatas
api
6. Lalu, mengamati perubahan bau yang ditimbulkan oleh cuttingyang
dibakar diatas cawan tersebut
7. Kemudian, mencatat bau yang muncul dari hasil pembakaran
cuttingketabel data
8. Setelah melakukan uji coba odor, cuttingtersebut diganti dengan
cuttingyang baru, namun masih dalam satu kedalaman yang sama
untuk dilakukan uji stain
9. Menuangkan cuttingdiatas tisu
10. Kemudian meneteskan larutan aseton sebanyak 2-3 tetes
11. Kemudian mengamati beberapa menit apakah terdapat noda pada tisu
atau tidak, kemudian mencatat data tersebut kedalam tabel data
12. Mengulangi langkah kerja tersebut untuk semua sampel cuttingyang
diamati
IV. Tabel Data
1. Tabel Cutting1

2. Tabel Cutting2
V. Analisa dan Pembahasan
 Tabel Cutting1
Berdasarkan hasil uji metode odor dan stain yang dilakukan dilab,
didapatkan data bahwa terdapat satu jenis batuan yaitu batupasir yang
memiliki ukuran butir berbeda-beda. Pada kedalaman 5190-5200 ft,
cuttingyang teramati tersusun oleh butiran sedimen berukuran halus
(lanau) 40 % dan butiran sedimen berukuran yang lebih kasar (pasir halus)
60%. Secara umum cuttingini diinterpretasikan sebagai satu tubuh batuan
yang sama yaitu batupasir halus. Pada hancuran dari batupasir ini teramati
warna yang dominan adalah warna hitam, dengan porositasnya baik
namun permeabilitasnnya buruk. Sifat porositas yang baik
diinterpretasikan sebagai akibat dari dominannya butiran yang lebih kasar
yang lebih dominan, sehingga diinterpretasikan tubuh batuan asalnya
memiliki sortasi yang sedang. Hadirnya mineral – mineral halus, menjadi
penghalang aliran fluida mengalir diantara butiran – butiran yang lebih
kasar, sehingga tingkat permeabilitasnnya rendah (buruk). Secara
komposisi butiran yang lebih kasar tersusun oleh litik berukuran pasir
halus lebih dominan disbanding dengan butiran sedimen yang lebih halus.
Warna gelap yang teramati pada cutting, memberikan indikasi bahwa
cuttingtersebut tersusun oleh karbon atau hidrokarbon. Hasil pengujian uji
odor, tidak terdapat bau yang tercium oleh pengamat, sedangkan hasil uji
stain, menunjukkan adanya sedikit noda yang tertinggal pada tisu.
Berdasarkan dari dua hasil uji tersebut, cuttingyang diamati dan
diuji dari sampel pada kedalaman 5190 – 5200 ft menunjukkan bahwa ada
indikasi mengandung karbon ataupun hidrokarbon, namun sifatnya belum
terlalu mature atau dapat disebut immature. Kemungkinan kehadiran
karbon ataupun hidrokarbon berasal dari penyusun butiran halus pada
sampel cuttingini. Jadi, sampel cuttingpada kedalaman 5190-5200 ft,
kurang layak untuk bisa menjadi source rock, namun lebih cocok untuk
menjadi reservoar rock, karena untuk menjadi source rock suplai
penyusun hidrokarbonya kurang banyak, dan belum mature untuk
dikatakan source rock.
Berdasarkan hasil pengamatan dan uji coba odor serta stain pada
sampel dari kedalaman 5180-5190 ft yang tersusun oleh mineral kuarsa,
feldspar dan litik yang berukuran butir pasir kasar – sedang dan
kelimpahannya pada cuttingsebesar 100 %, menginterpretasikan bahwa
batuan asal dari cuttingtersebut adalah batupasir, dengan tingkat porositas
dan permeabilitas yang baik. Hasil uji odor pada cuttingmenunjukkan tidak
ada respon bau yang dikeluarkan oleh cuttingketikan cuttingdibakar,
namun dari hasil uji stain, menunjukkan adanya sedikit noda yang
tertinggal pada tisu. Dari kedua hasil uji tersebut, memungkinkan bahwa
pada sampel cuttingini, hidrokarbon pernah melewatinya karena sifat yang
dimiliki oleh sampel ini lebih berpotensi sebagai reservoar rock.
Berdasarkan hasil pengamatan dan uji coba odor serta stain pada
sampel dari kedalaman 5180-5175 ft, yang tersusun oleh butiran kuarsa
dan litik berukuran pasir kasar dengan kelimpahan 90 %, serta litik dan
kuarsa berukuran kerikil, menujukkan tingkat porositas dan permeabilitas
yang baik, mengindiaksikan bahwa sampel cuttingini berupa batupasir
kasar yang berpotensi sebagai reservoar rock. Hasil uji odor pada sampel
ini menunjukkan bahwa cuttingini mengeluarkan bau yang cukup kuat
(sedang), serta hasil uji stain menunjukkan bahwa ada noda yang
tertinggal pada tisu, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sampel
pada cuttingini menunjukkan hidrokarbon pernah tinggal cukup lama pada
bagian ini sebelum kemudian hidrokarbon bermigrasi kembali. Respon
yang menujukkan bau yang cukup kuat serta ada noda yang tertinggal
pada uji stain menguatkan asumsi bahwa pada sampel ini merupakan
potensial reservoar yang baik.
 Tabel Cutting2
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel dari kedalaman 5190-
5120 ft, cuttingyang teramati memiliki warna cokelat kehitaman, tersusun
oleh material sedimen berukuran lanau – lempung . Hasil uji odor pada
cuttingmenunjukkan bahwa terdapat sedikit berbau ketika cuttingdibakar,
hasil uji stain menunjukkan adanya noda yang tertinggal pada tisu. Dari
kedua hasil uji tersebut, memungkinkan bahwa pada sampel cuttingini
mempunyai potensi untuk menjadi source rock. Melimpahnya material
sedimen berukuran lempung – lanau (70%) dan berbutir sedimen pasir
halus (30%), serta warna cuttingyang cukup gelap dan hasil uji odor dan
stain yang memberikan indikasi terdapatnya hidrokarbon pada cuttingini,
maka menguatkan asumsi bahwa sampel ini berpotensi untuk menjadi
source rock. Akan tetapi sampel ini belum matang, sifat cuttingyang
memiliki porositas baik, memungkinkan hidrokarbon yang belum matang,
terlepas keluar dari tubuh batuan, sehingga pada tubuh batuan hanya
meninggalkan jejak-jejaknya saja.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel dari kedalaman 5180-
5190, warna cuttingberwarna cokelat, dengan ukuran butirannya pasir
halus – lempung, tersusun oleh perbandingan antara butiran pasir halus
dan lempung (50-50) sama besar. Berdasarkan hasil uji odor, cuttingtidak
menghasilkan bau sedikitpun, akan tetapi berdasarkan hasil uji stain,
terlihat terdapat sedikit noda yang tertinggal pada tisu. Berdasarkan hasil
uji stain dan odor maka dapat diinterpretasikan bahwa sampel cuttingpada
kedalaman 5180-5190 hanya terlewati oleh hidrokarbon yang terlepas dari
tubuh batuan yang ada dibawahnya. Hidrokarbon yang melewatinya
diperkirakan belum matang, karena jejak yang tertinggal didalam
cuttingini hanya sedikit yang menunjukkan bahwa hidrokarbon tersebut
sudah matang. Porositas yang lebih baik dari tubuh batuan dibawahnya
membantu pergerakan fluida hidrokarbon untuk naik keatas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel dari kedalaman 5180-
5175 ft, warna cuttingberwarna cokelat terang, dengan ukuran butirnya
pasir halus – lempung dengan perbandingan antara butiran sedimen
berukuran lempung dan butiran sedimen yang lebih kasar berbanding 30-
70 %, dengan butiran sedimen yang lebih kasar lebih mendominasi. Dari
hasil pengamatan butiran sedimen penyusun cuttingtersusun oleh mineral
kuarsa, feldspar dan litik. Dominasi butiran yang lebih kasar menyebabkan
tingkat porositasnya menjadi baik dengan permeabilitasnya pun baik,
berbeda dengan dua sampel cuttingyang ada dibawahnya yang cenderung
memiliki permeabilitas buruk meskipun porositas batuannya baik.
Berdasarkan hasil uji odor, cuttingmenunjukkan respon dengan
mengeluarkan bau, sedikit berbau, dan dari hasil uji stain,
cuttingmeninggalkan noda pada tisu. Berdasarkan kedua uji tersebut maka
dapat dibuat kesimpulan bahwa pada sampel cuttingini hidrokarbon yang
terlepas dari batuan pada kedalaman 5190-5200 ft kemudian bermigrasi
naik keatas, dan akhirnya sempat tinggal pada sampel cuttingdi kedalaman
5175-5180, namun tidak sampai mematangkan hidrokarbon, hal ini
dikarenakan porositas yang cukup baik serta permebilitas yang menunjang
menyebabkan hidrokarbon tidak dapat terlalu lama tinggal.
Dari hasil penjelasan pada sampel cutting2, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa lapisan paling bawah merupakan lapisan yang
berpotensi sebagai source rock, sedangkan lapisan ke-2 dan lapisan teratas
bertindak sebagai reservoar rock, yang dalam rekaman yang teramati dari
hasil uji odor dan stain, pernah terlewatkan oleh hidrokarbon.

VI. Interpretasi
Berdasarkan hasil analisa data terhadap kedua data tersebut, maka
interpretasi yang dapat dibuat adalah kedua sampel tersebut merupakan
bagian dari tubuh batuan yang berpotensi menjadi reservoar. Untuk
menginterpretasikan lokasi terendapkannya tubuh batuan yang diamati, maka
dimungkinkan lokasi pengendapannya berada pada lingkungan delta yang
mana batupasir yang diamati terdapat butiran sedimen yang berukuran halus
yang dapat hadir sebagai matriks ataupun fragmen halus. Secara umum tubuh
batuan yang diamati baik pada tabel cutting1 ataupun tabel cutting2,
menunjukkan pola mengkasar keatas dimana ukuran butir yang lebih halus
secara vertikal mulai berkurang, hal ini dapat diinterpretasikan sebagai akibat
dari adanya suplai sedimen yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan
muka air laut relatif. Pada lingkungan delta, perubahan muka air laut relatif
dan jumlah sedimen darat yang masuk memberikan pengaruh terhadap bentuk
dan pola litologi yang dihasilkan. Pada cuttingyang diamati, kemungkin yang
membentuk pola tersebut berupa faktor suplai sedimen darat yang lebih
dominan, dengan melihat ukuran butir dan kehadiran sedimen berbutir halus
yang dapat hadir sebagai matriksnya dengan perbandingan kelimpahan antara
butiran sedimen kasar dengan butiran sedimen halus, lebih banyak sedimen
kasar.
Kehadiran sedimen berbutir halus mengurangi tingkat porositas dan
permeabilitas dari suatu tubuh reservoar batuan (dalam hal ini batupasir),
namun dari hasil analisa yang didapat, tubuh batuan yang diamati masih dapat
dikatakan sebagai reservoar yang baik. Kemunculan noda dari hasil uji stain
pada tubuh batuan dengan butiran sedimen yang lebih kasar, mengindikasikan
bahwa pada tubuh batuan tersebut memiliki material yang menjadi
pembentuk hidrokarbon yang asalnya bisa didapatkan dari butiran sedimen
berbutir halus yang mengangkut material karbon dari lingkungan fluvial atau
darat, atau ada indikasi lain bahwa dilapisan batuan yang lebih dalam dari
5190-5200 ft, terdapat source rock yang cukup matang yang kemudian kelaur
dari tubuh source rock (migrasi) melawati reservoar rock, yang kemudian
pada suatu ketika hidrokarbon yang keluar tersebut tinggal sementara,
sebelum kemudian bermigarsi ketempat penyimpanan hidrokarbon.

VII. Kesimpulan
1. Pada cutting 1, diinterpretasikan terdapat satu jenis batuan yaitu batupasir,
namun dari setiap batupasir yang terekam memiliki ciri dan komponen
penyusun sendiri
2. Hasil uji pada cutting 1, menunjukkan bahwa hancuran batuan yang
diamati sangat berpotensi menjadi reservoar yang baik
3. Pada cutting 2, diinterpretasikan terdapat dua jenis batuan yaitu shale dan
batupasir, namun dari kedua jenis batuan tersebut secara umum
menunjukkan pola mengkasar keatas, dengan semakin keatas material
penyusun shale berkurang dan didominasi oleh material penyusun
batupasir
4. Hasil uji pada cutting 2, menujukkan bahwa hancuran batuan yang diamati
secara umum dapat menjadi reservoar yang baik,
5. Secara umum, cutting 1 dan cutting 2, keduanya diinterpretasikan
terendapkan pada lingkungan delta,
6. Pola dari kedua cutting tersebut yang menunjukkan mengkasar keatas,
menunjukkan bahwa pengaruh suplai sedimen dari darat lebih besar
dibandingkan dengan pengaruh dari perubahan muka air laut relative
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1980. Field Geologist’s Traininig Guide, An Introduction to Oil Field
Geology, Mud Logging and Formation Evaluation, Application and
Training Section. California: Exploration Logging. Inc
Anonim. 2014. Buku Panduan Praktikum: Praktikum Geologi Minyak dan Gas
Bumi Tahun Ajaran 2013/2014.Yogyakarata: Jurusan Teknik Geologi
Universitas Gadjah Mada
LeRoy, L.W., LeRoy, D.D dan Raese, J.W. 1977. Subsurface Geology, Petroleum
Mining Constrution. 4th ed. Colorado: Coplorado School Of Mines Press

Anda mungkin juga menyukai