Anda di halaman 1dari 10

PENGUJIAN LABORATORIUM BATUAN DAN MINERAL

A. Pengujian Laboratorium
Dengan semakin banyak dan meningkatnya kebutuhan dalam peradaban
jaman sekarang ini khusunya di sektor pertambangan, yang menuntut untuk
terus mengembangkan potensi-potensi alam yang ada untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan di kehidupan sehari-hari khusunya di
sektor pertambangan. Dengan tutuntutan yang semakin banyak di haruskan
khususnya para akhli tambang untuk memiliki ke akhlian lebih di bidang
kristalisasi, serta mempelajari mengenai mineral secara mendetail. Dan untuk
mendapatkan data yang mendetail dan baik maka di perlukan pengujian yang
baik dan benar. Maka dari itu dengan semakin berkembangnya jaman, maka
pengujian-pengujian laboratorium mengnai bahan galian dan mineral ini juga
semakin berkembang untuk mendapatkan hasil data yang akurat dan dapat
membantu menunjang dalam pemenuhan kebutuhan nantinya. Pengujian
laboratorium adalah suatu pengujian pada suatu benda atau di sini lebih di
tekankan pada mineral batuan, untuk dapat mengetahui suatu keadaan yang ada
di dalam batuan atau di dalam mineral sendiri yang tidak dapat di uji dengan
menggunkan tanpa alat uji dan dalam pengujian laboratorium maka di bagi
menjadi beberapa tingkatan pengujian yaitu terdiri dari :
1. Uji Batuan Mineral dan Batuan
a. Analisis Petrografi dan Mineralogi
Analisis petrografi ini merupakan analisis yang dilakukan untuk
menentukan penamaan batuan secara mikroskopis dan kemudian dapat
menafsirkan genesa dari batuan tersebut pendeskripsian tekstur, struktur, dan
komposisi kimia dan mineral batuan dengan menggunakan alat bantuan sayatan
tipis dan mikroskop polarisasi. Adapun untuk beberapa contoh hasil dari
pengujian dan analisis petrografin adalah sebagai berikut :
Kode Sampel : LP 6.12
Nama Batuan : Litharenit (Pettijohn, 1975)
Satuan Batuan: Batupasir-Batulempung

X Nikol: // Nikol:
A B C D E F G H A B C D E F G H

1 1 1

2 2 2

3 3 3

4 4 4

5 5 5

6 6 6

Deskripsi Mikroskopis :
Sayatan berwarna kecokelatan, tekstur klastik, komposisi mineral lempung, lithic,
kuarsa, feldspar, mineral opak dan.
Deskripsi Mineral :
Lithic : (55%), abu-abu-cokelat, berupa pecahan batuan beku, bentuk
subhedral (A3)
Kuarsa : (20%), tidak berwarna, anhedral, relief rendah, tidak mempunyai
belahan (E1)
Feldspar : (10%), putih, subhedral, relief rendah, indeks bias n>nKb (F5)
Mineral opak : (5%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, bentuk menyudut
tanggung (C5)
Lempung : (10%), kecokelatan, nikol silang berwarna cokelat keabuan, hadir
merata dalam sayatan
Berdasarkan deskripsi tersebut diatas bahwa kandungan matriks dalam
batuan tersebut adalah 10%, menurut klasifikasi Pettijohn (1975) batuan tersebut
tergolong kelompok arenite. Dalam kelompok tersebut, terdapat lagi pembagian
secara spesifik berdasarkan komposisi kuarsa, feldspar dan lithic. Oleh karena
itu perlu dilakukan perhitungan presentase relatif ketiga komponen tersebut.
Presentase kuarsa sebenarnya = 20%
Presentase feldspar sebenarnya = 10%
Presentase lithic sebenarnya = 55%
Presentase relatif kuarsa = 20/85 x 100% = 23,53%
Presentase relatif feldspar = 10/85 x 100 % = 11,76%
Presentase relatif lithic =55/85 x 100 % = 64,71 %

Sumber : scribd.com
Gambar 1
Penentuan Nama Batuan Litharenite (Pettijohn, 1975)
b. Pemisahan Mineral
Flotase merupakan pemisahan mineral dengan cara pengapungan, yaitu
dengan mengapungkan mineral tertentu dari mineral lainnya dengan gelembung
udara sampai ke permukaan air. Prinsip pemisahannya yaitu dengan
memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral terhadap air yaitu sifat
Hydrophobicity. Berdasarkan sifat permukaannya mineral dibagi menjadi dua
kelompok yaitu mineral hydrophobic dan mineral hydrophilic.
2. Pengujian Fisika
Dalam pengujian fisika ini dilakukan pengujian sifat-sifat fisika bahan baku
maupun produk industri mineral seperti berat jenis (true density, bulk density,
packing density) porositas, viskositas, brightness/whiteness, distribusi ukuran
partikel, kapasitas tukar kation, daya serap terhadap minyak, bleaching power,
dan sebagainya. Sehingga dari hasil pengujian ini nantinya akan didapat data
yang bersifat fisika dari bahan galian atau bahan suatu produk. Adapun beberapa
contoh pengujian fisika ini adalah sebagai berikut :
a. X-Ray Difraction (XRD)
XRD merupakan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa
kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta
untuk mendapatkan ukuran partikel. Karakterisasi menggunakan metode difraksi
merupakan metode analisa yang penting untuk menganalisa suatu Kristal
(Smallman dan Bishop, 1999).
XRD dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan
atau sampel. XRD digunakan untuk beberapa hal yaitu (1) pengukuran jarak
rata-rata antara lapisan atau baris atom; (2) penentuan kristal tunggal; (3)
penentuan struktur kristal dari material yang tidak diketahui dan (4) mengukur
bentuk, ukuran, dan tegangan dalam dari kristal kecil
X-Ray Diffractometer memiliki beberapa manfaat yaitu (1) membedakan
antara material yang bersifat kristal dengan amorf; (2) mengukur macam-macam
keacakan dan penyimpangan kristal; (3) karakterisasi material kristal; (4)
identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat; (5) penentuan
dimensi-dimensi sel satuan; (6) menentukan struktur kristal dengan
menggunakan Rietveld refinement; (7) analisis kuantitatif dari mineral dan (8)
karakteristik sampel film. Selain untuk menunjukkan tingkat kristalitas suatu
padatan, X-ray diffractometer juga dapat digunakan untuk mengetahui diameter
kristal. Ukuran kristal yang mungkin diukur adalah 3-50 nm. Ukuran kristal yang
diperoleh merupakan diameter rata-rata volum berat.

Sumber :tekmira.esdm.go.id
Foto 1
Pengujian XRD
b. Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) ini dilakukan pengujian untuk
mengetahui komposisi mineral dari suatu conto batuan atau bahan galian
dengan metode mikroskopis dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
mineralogi dari batuan/mineral seperti: jenis mineral, komposisi mineral, ikatan
antar mineral, ukuran butir dari mineral, mendapatkan visualisasi obyek secara
photomicrographic, dan lain-lain

Sumber :tekmira.esdm.go.id
Foto 2
Pengujian SEM
3. Pengujian Kimia
Pegujian Kimia Mineral pada suatu bahan galian dilakukan dengan
analisis komposisi kimia dari bahan baku maupun hasil pengolahan/produk
berbagai mineral/bahan galian. Hasil analisis ini yang nantinya akan berguna
sebagai penunjang kegiatan penelitian, kegiatan eksplorasi, dan kegiatan
eksploitasi bahan tambang, bahkan sampai kegiatan pemasaran. Salah satu
contoh dari pengujian kimia ini yaitu dengan AAS SpectrAA 220FS
4. Pengujian Sifat Fisik Batuan
Pengujian sifat fisik merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari sampel tanpa harus diberikan gaya atau tekanan
terhadap sampel batuan atau bahan galian tersebut. Adapaun beberapa jenis
pengujian yang di lakukan dalam pengujian sifat fisik terdiri dari :
a. Pengujian kadar air
Pengujian kadar air yang di lakukan adalah suatu pengujia yang di
lakukan di laboratorium dan dalam hal ini pengujian ini memiliki peranaan yang
sangat banyak seperti di pergunakan di dalam pembuatan desint tambang yang
akan di lakukan, dan selain itu juga pengujian kadar air memiliki peranan untuk
saat melakukan .pengolahan bahan galian dan di gunakan juga di dalam
eksplorasi
b. Berat jenis batuan
Pengujian berat jenis adalah suatu pengujian yang memiliki fungsi untuk
mengetahui berat jenis dari suatu batuan atau pun jenis endpan bahan galian
yang ada atau yang di perlukan dan dalam hal ini berat jenis batuan sering di
gunakan di dalam eksplorasi
c. Daya serap air
Pengujian daya serap air adalah suatu pengujian yang memiliki fungsi
untuk mengetahui berat isi dari batuan. peranaan yang sangat banyak seperti di
pergunakan di dalam pembuatan desint tambang yang akan di lakukan, dan
selain itu juga pengujian kadar air memiliki peranan untuk saat melakukan
.pengolahan bahan galian
d. Pengujian berat isi
Pengujian berat isi adalah pengujian yang memiliki fungsi untuk
mengetahui berat isi dari batuan. peranaan yang sangat banyak seperti di
pergunakan di dalam pembuatan desint tambang yang akan di lakukan, dan
selain itu juga pengujian kadar air memiliki peranan untuk saat melakukan
.pengolahan bahan galian dan di gunakan juga di dalam eksplorasi
Adapaun untuk contoh dari hasil pengujian sifat fisik batuan adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
Data AwalPercobaan
Parameter Batuan Sedimen Batuan Beku
Berat awal 60 gram 63,4 gram
Berat kontainer - -
Berat jenuh 62 gram 66, 3 gram
Berat jenuh tergantung 11,9 gram 17, 4 gram
Berat kering 59 gram 62 gram
Sumber :Laboratorium Tambang Unisba

Tabel 2
Data HasilPerhitungan
NO Parameter Batuan Batuan
Sedimen Beku
1 Berat asli (Wn) 61,4 gr 58 gr
2 Berat jenuh (Ww) 65,3 gr 61 gr
3 Berat jenuh tergantung (Ws) 15,4 gr 11,5 gr
4 Berat kering (Wo) 62 gr 57 gr
5 Bobot isi asli (n) 1,29 gr 1,1 gr
6 Bobot isi jenuh (s) 1,55 gr 1,26 gr
7 Bobot isi kering (d) 1,348 gr 1,14 gr
8 Kadar air asli (W) 2,24 % 1,67 %
9 Derajat kejenuhan (S) 32,85 % 33,35 %
10 Porositas (n) 8,79 % 5,9 %
11 Void ratio (e) 0,096 0,06
Sumber :Laboratorium Tambang Unisba
5. Pengujian Sifat Mekanik Batuan
Pengujian mengenai sifat mekanik batuan dan tanah dilakukan untuk
mengetahui dan menguji sifat mekanik batuan. Berikut beberapa contoh
pengujian sifat mekanik batuan beserta dengan hasil daripada pengujiannya
yaitu adalah sebagai berikut :
a. Uji Kuat Tekan (Uniaxial Compressive Strength), untuk menentukan :
Kuattekan (sc)
Batas elastik (se)
Modulus elastisitas (E)
Poissons Ratio (n)
b. Uji Geser Langsung (Direct Shears Test), untuk menentukan :
Garis Coulombs shear strength
Kuat geser (t)
Sudut geser dalam (f)
Kohesi (c)
c. Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Brazillian Test), untuk menentukan:
kuattariktidaklangsung (st).
d. Uji Beban Titik (Point Load Test), untuk menentukan :
kuattekansecaratidaklangsungmelaluinilai Index Franklin.
e. Uji Triaksial (Triaxial Test), untuk menentukan :
Selubungkekuatan(strength envelope)
Kuatgeser (t)
Sudutgeserdalam (f)
Kohesi (c)
6. Pengujian Laboratorium untuk Batubara
Pada bahan galian batubara, memiliki beberapa pengujian laboratorium
tersendiri yang digunakan untuk mendapat data penunjang yang akurat akan
kualitas dari batubara tersebut. pengujian pada batubara ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan-kandungan yang ada pada batubara sehingga akan
dapat diketahui berapa persentase kandungan yang berguna dan tidak berguna
pada batubara tersebut sehingga akan dapat menjadi data penunjang untuk
penentuan kualitas dari batubara tersebut. adapun untuk beberapa contoh
pengujian nya adalah sebagai berikut :
a. Proxima dan Ultimat
Kualitas pada batubara merupakan sifat fisik dan kimia dari batubara
yang berpengaruh terhadap potensi kegunaannya Kualitas batubara ini
ditentukan oleh maseral dan mineral matter serta derajat coalification (Rank).
Pada umumnya pengujian pada batubara ini dilakukan dengan beberapa
penganalisaan yaitu analisa proksimat dan ultimat. Analisis proximat ini dilakukan
untuk mengetahui jumlah air (moisture), karbon padat (fixed carbon), dan kadar
abu (Ash). Analisis ultimah dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur kimia
pada batubara seperti : karbon, hydrogen oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan dan unsur jarang.
b. Analisis Kimia pada batubara
Selain itu analisis kimia juga dilakukan pada batubara dengan sejumlah
tes untuk menentukan parameter fisik batubara, seperti berikut ini :
Densitas relatif:
Densitas relatif batubara tergantung pada rank dan mineral pengotornya.
Data densitas relatif diperlukan untuk membuat sampel komposit dalam
menentukan banyaknya asap (seam). Selain itu diperlukan juga sebagai faktor
penting dalam mengubah cadangan batubara dari unit volume menjadi unit
massa. Penentuan dilakukan dengan menghitung banyaknya kehilangan berat
pada saat dicelupkan ke dalam air. Cara terbaik adalah dari data berat batubara
dengan menggunakan piknometer. Grafik di bawah ini memberikan hubungan
antara densitas relatif terhadap kandungan abu untuk batubara dan serpih
karbon di cekunagn Agades.
Distribusi Ukuran Partikel
Distribusi ukuran pertikel pada batubara yang rusak tergantung pada
metode penambangan, cara penanganannya, serta derajat perekahan material
tersebut. Distribusi ukuran merupakan faktor kritis yang dapat menunjukkan
bagian tumbuhan penyusunnya. Penentuan dilakukan dengan metode ayakan.
Grafik data pengeplotan menghasilkan data rata-rata ukuran partikel dan derajat
keseragaman partikel.
Uji Pengapungan (Float-sink testing)
Uji ini dilakukan untuk menentukan distribusi densitas partikel sampel
dengan cara mencelupkan sampel batubara ke dalam larutan yang diketahui
densitas relatif. Selain itu dilakukan juga penelitian lain seperti penghitungan
energi spesifik. Larutan yang digunakan biasanya mempunyai densitas berkisar
antara 1,3 2,0. Campuran larutan organik ini antara lain tetrabromoethane
(R.D.2,89), perchlorethylene (R.D.1,60), dan Toluena (R.D.1,60) yang sering
digunakan karena viscositasnya rendah dan sifat pengeringan yang baik. Grafik
yang diplot menunjukkan persentase material yang mengapung dan yang
tenggelam yang dihitung dalam basis kumulatif. Akhirnya dapat digunakan untuk
menentukan fraksi pengapungan dengan kandungan spesifik abu.
Uji Kerusakan Serpih (Shale breakdown test)
Ada beberapa masalah pada saat ekstraksi batubara, misalnya akibat
pengotor (abu,dll) yang biasanya diakibat oleh hadirnya mineral lempung, contoh
montmorilonit pada komponen non-batubara. Jumlah shale breakdown didapat
dari proporsi material yang ditentukan dengan analisis sedimentasi residu. Uji
lainnya adalah Karbonisasi yaitu proses pemanasan batubara pada temperatur
beberapa ratus derajat untuk menghasilkan material-material: Padatan yang
mengalami pengayaan karbon yang disebut coke. Larutan yang merupakan
campuran hidrokarbon tar dan amoniacal liquor. Hidrokarbon lain dalam bentuk
gas yang didinginkam ke temperatur normal.
Plastometer Gieseler
Plastometer Gieseler adalah viskometer yang memantau viscositas
sampel batubara yang telah dileburkan. Dari tes ini direkam data-data sbb: Initial
softening temperature. Temperatur viscositas maksimum Viskositas maksimum.
Temperatur pemadatan resolidifiation temperatur.
Indeks Roga
Indeks Roga menyatakan caking capacity. Ditentukan dengan cara
memanaskan 1 gram sampel batubara yang dicampur dengan 5 gram antrasit
pada 850C selama 15 menit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2010, . "Laboratorium Pengujian Batuan".


http://tekmira.esdm.go.id. Diakses pada tanggal 03 November 2016
pukul 18.55 WIB. (online)

2. Cakarna, Fendi, 2012. "Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Batuan".


http://fhendymining01.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 03
November 2016 pukul 19.55 WIB. (online)

3. Danang, Handoko, 2014 " Analisis Petrografi" https://www.scribd.com


Diakses pada tanggal 03 November 2016 pukul 20.30 WIB. (online)

4. Sukarna, Nandar, 2013. "Pengujian Laboratorium Batubara".


http://academia.edu. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2016 pukul
21.30 WIB. (online)

Anda mungkin juga menyukai