Anda di halaman 1dari 1

(pertanian)

Kajian Agroekologi dan Domestikasi Tumbuhan Obat Yang Tergolong Herba

Kata kunci : tumbuhan obat

Pujiasmanto, Bambang
LPPM UNS, Penelitian, DIPA BLU UNS, Hibah Guru Besar, 2012

Penelitian ini mempelajari potensi tumbuhan obat untuk dibudidayakan sebagai tanaman penghasil
bahan obat. Sehingga, kelangkaan simplisia sebagai bahan baku obat tidak terjadi. Cara yang
ditempuh dengan domestikasi ialah dengan mengubah status tumbuhan liar menjadi tanaman obat.
Penelitian tahap pertama difokuskan untuk mengetahui pola distribusi, keragaan morfologi dan
agroekologi tumbuhan herba. Metode penelitian berupa metode survai dan metode eksperimental.
Pada metode survai meliputi kajian diskripsi, identifikasi dan pola sebaran tumbuhan obat di
berbagai habitat asli. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan faktor lingkungan yang diduga memenuhi
syarat tumbuh tumbuhan herba. Titik sampel ditentukan berdasarkan purposive random sampling
melalui pendekatan pra survei. Metode penetapan petak contoh dan analisis vegetasi adalah
metode transek (jalur). Pada garis transek dibuat petak pengamatan seluas 20 m x 20 m dan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Tumbuhan herba dapat tumbuh di ketinggian tempat 180 m
hingga 861 m dpl., suhu (20.320C 26.930C) dan kelembaban udara (78 %87 %). Curah hujan
berkisar antara 2053.2 3555.6 mm/th. Intensitas cahaya di atas tajuk berkisar 399.74 456.95 lux,
sedangkan di bawah tajuk 53.29 93.37 lux. Intersepsi cahaya yang diterima adalah 76.64 88.21 %.
Tumbuhan obat golongan herba dapat hidup pada pH agak masam (dataran rendah dan menengah)
hingga masam (dataran tinggi); C organik rendah (dataran rendah) hingga sedang (dataran
menengah dan tinggi). Unsur hara di habitat sambiloto : N sedang, P rendah, K sedang, Mg rendah,
sedangkan Ca rendah hingga sangat rendah. Titik layu permanen 14.34 16.46%, sedangkan
kapasitas lapang 34.34 38.24%. Herba yang mempunyai INP tinggi yaitu: Elephanopus scaber
(99,98%) dan Ageratum conyzoides (43,92%) untuk di dataran rendah; Andrographis paniculata
(114,63%) dan Orthosiphon stamineous (34,30%) untuk dataran medium, serta Alyxia stellata
Rest.(78,21%) dan Artemisia lactiflora (57,73%) untuk daerah dataran tinggi. Pola sebaran tumbuhan
herba di dataran rendah , medium, dan di dataran tinggi pada umumnya seragam. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini diperoleh konsep domestikasi dan teoriteri yang mendasari paket
teknologi budidaya tumbuhan obat yang tergolong herba, ditingkatkan statusnya menjadi tanaman
penghasil bahan obat. Selanjutnya diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan dan
program kerja bidang tanaman obat, khususnya pengadaan bahan baku obat.

Anda mungkin juga menyukai