Anda di halaman 1dari 28

KONDISI EKSISTING

PELAYANAN AIR MINUM


PDAM TIRTA MAYANG
KOTA JAMBI

PDAM Tirta Mayang Kota Jambi adalah Badan Usaha Milik


Daerah (BUMD) yang dibentuk berdasarkan SK Walikota Jambi
No.25/X/1974 Tanggal 27 Maret 1974 dan Peraturan Daerah Kota
Jambi No.7 Tahun 1974 Tanggal 31 Juli 1974, yang telah diubah dua
kali dan yang terakhir dengan Perda Kota Jambi No.9 Tahun. Tugas
dan fungsi PDAM Tirta Mayang adalah menyelenggarakan kebutuhan
pelayanan air bersih bagi masyarakat Kota Jambi dan mendukung
pembangunan Kota Jambi.
Visi dari PDAM Tirta Mayang adalah Terwujudnya perusahaan
pelayanan air minum yang sehat dan handal dengan sumber daya
manusia berkualitas dan teknologi yang cerdas (smart technology).

I.1 Aspek Teknis


Pada bagian aspek teknis akan dibahas mengenai kondisi
eksisting PDAM yang meliputi kapasitas Instalasi Pengolahan
Air, NRW, jumlah pelanggan, komposisi pelanggan, cakupan
pelayanan, skematik unit instalasi pengolahan air, dan
skematik jaringan.
A. Sistem Pengolahan Air Minum
Sistem pengolahan air minum yang diapakai oleh PDAM Tirta
Mayang Kota Jambi dalam memberikan pelayanannya kepada
pelanggan yaitu dengan cara mengambil air baku dalam hal
ini adalah Sungai Batanghari dengan menggunakan pompa
dan pipa transmisi dikirim ke Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPA) untuk dibuat menjadi air bersih dan setelah itu, baru
dengan sistem pompanisasi didistribusikan ke pelanggan.
Sistem pompanisasi inilah yang dipilih digunakan di Kota
Jambi karena topografi yang tidak memiliki perbukitan atau
pegunungan sehingga tidak memungkinkan digunakan sistem
gravitasi.
Pada saat ini, dari 12 IPA yang dimiliki PDAM Tirta Mayang
hanya 4 IPA yang beroperasi yaitu sebagai berikut:
1. IPA Aurduri
Sumber air bersih IPA Auduri diambil dengan menggunakan
pompa dari Intake Aurduri dengan kapasitas terpasang
sebesar 100 L/detik. Air hasil produksi dari IPA Aurduri
ditampung dalam reservoir kemudian didistribusikan
dengan pompa ke wilayah barat daerah pelayan PDAM Tirta
Mayang.
2. IPA Benteng
Sumber air bersih IPA Benteng diambil dengan
menggunakan pompa dari Intake P.Pandan dengan
kapasitas terpasang sebesar 200 L/detik. Air hasil produksi
dari IPA Benteng ditampung dalam reservoir kemudian
didistribusikan dengan pompa ke wilayah tengah daerah
pelayan PDAM Tirta Mayang.
3. IPA Broni
Sumber air bersih IPA Broni diambil dengan menggunakan
pompa dari Intake P.Pandan dengan kapasitas terpasang
sebesar 600 L/detik. Air hasil produksi dari IPA Broni
ditampung dalam reservoir kemudian didistribusikan
dengan pompa ke wilayah tengah daerah pelayan PDAM
Tirta Mayang.
4. IPA Tanjung Sari
IPA
IPA

Sumber air bersih IPA Tanjung Sari diambil dengan

IPA menggunakan pompa dari Intake P.Pandan dengan


kapasitas terpasang sebesar 100 L/detik. Air hasil produksi
dari IPA Broni ditampung dalam reservoir kemudian
didistribusikan dengan pompa ke wilayah timur daerah
pelayan PDAM Tirta Mayang yang meliputi kecamatan
Jambi Timur dan Jambi Selatan.

Gambar 1. Skematik IPA PDAM Tirta Mayang (Kondisi Eksisting)


Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi

Berdasarkan pada Gambar 1, bahwa penetapan kapasitas


terpasang IPA PDAM Tirta Mayang dari tahun 2009 sampai
IPA 2011 besarnya sama untuk setiap tahunnya yaitu 31.819.824
m3. Definisi dari kapasitas terpasang yaitu kapasitas yang
etrcatat saat membangun IPA yang nilainya tidak berubah
terhadap waktu. Penetapan nilai yang sama tersebut karena
mengacu pada data aktual kapasitas terpasang tiap IPA yang
dimiliki oleh PDAM Tirta Mayang yang tidak mengalami
penambahan kapasitas baik dengan uprating ataupun dengan
penambahan IPA baru sampai dengan tahun 2011. Akan
tetapi, hal ini berbeda dengan data yang diberikan oleh PDAM
Tirta Mayang sendiri yang menuliskan data kapasitas
terpasang berbeda tiap tahunnya.

Berdasarkan kapasitas terpasang sebesar 31.819.824 m 3


belum 100% dapat dimanfaatkan sehingga kapasitas rill yang
tercatat pada tahun 2009 adalah sebesar 29.998.512 m 3 dan
kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 327.888 m 3
menjadi 30.326.400 m3. Sedangkan kapasitas rill pada tahun
2011, berdasarkan pada Gambar 2 tercatat sebesar
30.905.280 m3 dan jumlah ini naik sebesar 578.880 m3.
Peningkatan ini bisa disebabkan oleh upaya-upaya yang
dilakukan oleh PDAM Tirta Mayang dalam mengoptimalkan
kapasitas IPA sehingga dari waktu ke waktu kapasitas rill bisa
mendekati nilai kapasitas terpasang mengingat akan
besarnya kebutuhan air bersih di kota Jambi yang ditandai
dengan peningkatan jumlah pelanggan setiap tahunnya.
Salah satu upaya untuk bisa mengoptimalkan kapasitas IPA
yaitu dengan meningkatkan kemampuann pompa dalam
mengambil air baku serta dengan melakukan maintanance
IPA secara berkala dan upgrading kemampuan para operator
IPA di lapangan. Selain itu, jika dirasa IPA eksisting sudah
tidak bisa dioperasikan lagi atau apabila akan diperbaiki
hasilnya kurang baik dengan biaya yang tinggi, sebaiknya
bisa direncanakan untuk membangun IPA baru ataupun
melakukan uprating pada IPA yang kondisinya memungkinkan
untuk menambah kapasitas sesuai dengan kebutuhan
konsumsi air bersih saat ini.

31,819,824 31,819,824 31,819,824


32,000,000

31,500,000
30,905,280
31,000,000
30,326,400
m3 30,500,000
29,998,512
Kapasitas Terpasang Kapasitas Rill
30,000,000

29,500,000

29,000,000
2009 2010 2011

Tahun

Gambar 2. Grafik jumlah kapasitas terpasang dan kapasitas rill IPA PDAM
Tirta Mayang tahun 2009-2011
Meskipun terjadi peningkatan kapasitas rill pada tahun 2011,
tercatat besaran kapasitas yang belum dimanfaatkan yaitu
sebesar 914.544 m3 atau 2,87% sehingga kapasitas yang dapat POMPA

dimanfaatkan sebesar 30.905.280 m3 atau 97,13%. Hal ini


POMPA
disebabkan oleh penghentian produksi dari 5 IPA yaitu sumur
bor di Kota Baru, Vila Kenali, Paal Merah, dan Mayang serta IPA
Tanjung Johor. Pemberhentian tersebut disebabkan oleh kualitas
air baku dari 5 IPA tersebut tidak memenuhi standar kesehatan
(zat besi terlalu tinggi dan pH air terlalu rendah (asam). Pada
perhitungan kapasitas terpasang belum mengikutseratakan
kapasitas IPA Tanjung Sari, karena masih dalam proses uji coba
pengoperasian.

35,000,000 30,326,400 30,905,280


29,998,512
30,000,000
23,751,162 24,507,624
23,266,182
25,000,000

20,000,000
m3
15,000,000
Kapasitas Rill Kapasitas yang Diproduksi POMPA
10,000,000

5,000,000

-
2009 2010 2011

Tahun

Gambar 3 Grafik jumlah kapasitas rill dan kapasitas produksi IPA PDAM Tirta
Mayang

Idle Capacity yaitu kapasitas yang belum bisa dimanfaatkan


dimana besarannya diperoleh dari kapasitas rill dikurangi
dengan kapasitas produksi. Berdasarkan Gambar 3, ternyata
volume air yang dihasilkan yang disebut sebagai kapasitas
produksi belum 100% dari jumlah kapasitas rill. Akan tetapi,
jumlah kapasitas produksi dari tahun 2009 sampai 2011
mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun 2011 saja,
POMPA

berdasarkan pada Gambar 4 masih ada idle capacity yang


cukup besar jumlahnya yaitu sebsar 6.397.656 m3 atau
20,27%. Hal ini disebabkan oleh instalasi pengolahan yang
sudah mulai kropos atau kurang berfungsi seperti Tub Settler
pada IPA Broni dan Plat Settler pada IPA Benteng.
7,200,000
7,060,218
7,000,000

6,800,000

6,600,000
m3 6,397,656
6,400,000
6,247,350
Kapasitas Idle
6,200,000

6,000,000

5,800,000
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 4. Grafik jumlah kapasitas idle IPA PDAM Tirta Mayang tahun 2009-
2011

Upaya yang dapat dilakukan untuk bisa meningkatkan


kapasitas produksi (menurunkan idle capacity) adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan jam operasional dalam proses produksi air.
2. Maintanace IPA secara rutin.
3. Upgrading skill para operator IPA di lapangan.
4. Perbaikan IPA Broni dan IPA Benteng sebaiknya dilakukan
dalam waktu dekat.

B. Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW)


Produksi
Definisi NRW adalah air yang diproduksi dan hilang sebelum
sampai di konsumen. NRW itu sendiri terdiri dari dua
penyebab yaitu NRW administratif (NRW yang terjadi karena
adanya ketidakakurasian meter) dan NRW teknis yang

POMPA

POMPA
disebabkan oleh kebocoran pada pipa atau hilang karena
pemakaian.

NRW produksi memiliki arti sendiri yaitu air yang hilang


selama proses produksi pada instalasi pengolahan air bersih.
Berdasarkan pada Gambar 3.5, pada tahun 2009 yaitu 6,70%
dengan jumlah air yang diproduksi 23.751.162 m 3 dan jumlah
3
air yang didistribusikan sebesar 22.159.108
POMPA m (Gambar 5).

Kemudian pada tahun 2010, kapasitas produksi sebesar


23.266.182 m3/tahun dengan air yang dapat didistribusikan
sebesar 21.891.813 m3/tahun.

25,000,000 24,507,624
24,500,000 23,751,162
24,000,000 23,266,182
23,500,000
22,696,992
23,000,000
m3 22,159,108
22,500,000 21,891,813
Kapasitas yang Diproduksi Distribusi Air
22,000,000
21,500,000
21,000,000
20,500,000
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 1 Grafik jumlah kapasitas produksi dan distribusi air PDAM Tirta
Mayang tahun 2009-2011

Berdasarkan laporan audit kinerja dari BPKP tahun 2012,


selama tahun 2011, jumlah air yang diproduksi PDAM sebesar
24.507.624 m3 dan telah didistribusikan sebesar 22.696.992
m3, sehingga terdapat NRW sebesar 1.810.632 m 3 atau
7,39%. Hal ini disebabkan oleh pipa distribusi yang terbuat
dari DCIP (asbes) yang sudah tua mengalami kebocoran serta
adanya aktivitas pencucian pipa transmisi dan distribusi.
Upaya PDAM untuk menurunkan NRW produksi adalah
RESERVOIR

IPA TJ. SARI


Kap. 100 l/det

INTAKE
SIJINJANG
dengan berangsur-angsur mengganti pipa distribusi tersebut
yang terbuat dari bahan Poly Ethelene (PE).

10
7.39
8 6.70
5.91
6
%
4 Kehilangan Air Jaringan IPA

0
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 2 Grafik air tanpa berekening/non revenue water produksi PDAM


Tirta Mayang tahun 2009-2011

Berdasarkan Gambar 6, jika dilihat NRW produksi dari tahun


2009 sampai 2011 yaitu <10%. Meskipun begitu, alangkah
baiknya pihak PDAM Tirta Mayang serius dalam menangani
kehilangan air mulai dari proses produksi karena ada
cost/harga yang harus dibayar jika air sudah banyak hilang di
proses produksi ini. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan kalibrasi water meter induk secara
berkala sehingga data mengenai kapasitas rill dan produksi
bisa akurat.
2. Jika water meter induk kondisinya sudah
kurang baik dan ketika sudah dilakukan kalibrasi masih
tidak akurat sebaiknya dilakukan penggantian meter.
3. Mengganti pipa-pipa yang sudah tua.
4. Maintanance unit-unit produksi sehingga
kemampuan setiap IPA masih bisa optimal dan jika ada
kerusakan bisa segera diperbaiki.
C. Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW)
Distribusi

NRW distribusi adalah air yang diproduksi dan hilang pada


jalur distribusi sebelum sampai ke pelanggan. Tingkat
kebocoran air yang masih bisa ditoleransi berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999,
tanggal 19 Mei 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
PDAM adalah 20 %.

Berdasarkan Gambar 7 Grafik air tanpa berekening/non


revenue water distribusi PDAM Tirta Mayang, NRW pada
tahun 2009 yaitu sebesar 36,58% kemudian pada tahun 2010
mengalami penurunan menjadi 35,84%. Akan tetapi pada
tahun 2011 NRW mengalami kenaikan sampai dengan
38,18%. Berdasarkan laporan audit kinerja BPKP tahun 2012,
penyebab tingginya NRW pada tahun 2011 yaitu:
a. Meter air pelanggan banyak yang rusak
b. Kesalahan catat meter.
c. Meter air pelanggan tidak terbaca.

22,159,108 21,891,813 22,696,992


25,000,000

20,000,000
14,052,854 14,046,222 14,030,705
15,000,000
m3
10,000,000Distribusi Air Air Terjual

5,000,000

-
2009 2010 2011

Tahun

Gambar 3 Grafik jumlah air yang didistribusikan dan air terjual PDAM
Tirta Mayang tahun 2009-2011
Nilai kebocoran PDAM Tirta Mayang pada tahun 2011 masih
diatas batas toleransi sehingga diperlukan upaya-upaya
untuk menurunkan NRW distribusi. Nilai yang harus
diturunkan sekitar 18,18% untuk sampai pada nilai tingkat
kebocoran yang diperbolehkan. Jika nilai NRW distribusi
menurun dapat dipastikan pemasukan yang akan diperoleh
PDAM Tirta Mayang akan meningkat.
Upaya- upaya yang sudah dilakukan PDAM Tirta Mayang
untuk menurunkan NRW distribusi adalah dengan melakukan
penggantian meter air pelanggan yang telah di atas umur
teknis dan melakukan rotasi petugas pembaca meter secara
rutin.

Adapun saran untuk menurunkan NRW distribusi adalah


sebagai berikut:
- Mengingat masih tingginya tingkat kehilangan air di
jaringan distribusi PDAM Tirta Mayang, alangkah baiknya
upaya untuk melakukan penurunan NRW ini dilakukan
dengan serius dan dengan strategi yang baik. Sebaiknya,
PDAM Tirta Mayang membentuk bagian baru dalam
struktur organisasi yaitu bagian NRW dimana tugasnya
adalah
a. Mencari data yang akurat mengenai jumlah air yang
hilang di jaringan distribusi.
b. Mencari titik-titik bocoran di lapangan kemudian
memperbaiki jaringan pipa yang bocor.

- Pihak direksi melakukan wacana kepada semua pegawai


PDAM Tirta Mayang mengenai jumlah air yang hilang
(NRW) di jaringan distribusi dan mesosialisasikan bahwa
NRW yang tinggi adalah kerugian besar untuk PDAM
sehingga harus diupayakan untuk diturunkan serta
menghimbau kepada seluruh pegawai jika di jalan terlihat
menemukan adanya pipa jaringan yang bocor agar segera
dilaporkan pada pihak yang berkewajiban memperbaikinya.
- Membeli alat deteksi kebocoran pada pipa.
- Melakukan pelatihan-pelatihan mengenai kebocoran dan
upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan
kebocoran kepada pegawai yang memang mempunyai
tugas untuk itu.
- Melakukan kalibrasi meter di pelanggan dan mengganti
meter pelanggan yang sudah diatas umur teknis.

- Melakukan sweeping di pelanggan- pelanggan didampingi


oleh aparat kepolisian bila ada indikasi illegal
connection/consumption.
- Melakukan studi banding dengan PDAM lain yang memiliki
keberhasilan dalam menurunkan NRW distribusi.

38.18

38 36.58
35.84
36
%
34 Kehilangan Air Jaringan
32

30
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 4 Grafik air tanpa berekening/non revenue water distribusi PDAM


Tirta Mayang tahun 2009-2011

D. Cakupan Pelayanan
Jumlah pelanggan PDAM Tirta Mayang kota Jambi pada tahun
2009 yaitu sebesar 55.074 Satuan Langganan (SL), kemudian
pada tahun 2010 bertambah menjadi 56.578 SL dan pada
tahun 2011 menjadi 58.265 SL. Selama tiga tahun terakhir
jumlah pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi mengalami
pertambahan, akan tetapi pertambahannya belum terlalu
besar hanya berkisar antara 1000-1700 pelanggan per
tahunnya. Pertambahan jumlah pelanggan akan berdampak
pada persentase cakupan pelayanan.
59,000 58,265
58,000
57,000 56,578

SL 56,000 55,074
55,000 JUMLAH PELANGGAN
54,000
53,000
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 5. Gambar grafik jumlah pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota


Jambi tahun
2009-2011

Berdasarkan data jumlah pelanggan tahun 2011, komposisi


pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi didominasi oleh
pelanngan yang merupakan rumah tangga yaitu sebesar
79%, usaha 18%, dan sisanya yaitu industri, sosial,hidran
umum,mck,dll. Mengenai komposisi pelanggan PDAM Tirta
Mayang dapat dilihat pada Gambar 10. yaitu Grafik komposisi
pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi tahun 2011.
1% 0% 1%
18% Rumah Tangga
Sosial
1%
Usaha
Industri
Instansi Pemerintah
79% HU/MCK/TA

Gambar 6. Grafik komposisi pelanggan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi


tahun 2011

Keterangan:
Daerah Pelayanan

Gambar 7. Peta wilayah cakupan pelayanan PDAM Tirta Mayang Kota


Jambi

Berdasarkan pada data jumlah pelanggan, pertambahan


jumlah pelanggan akan mempengaruhi peningkatan
persentase cakupan pelayanan. Seperti yang diketahui, target
persentase cakupan pelayanan RPJM 2011 yaitu 62%. Akan
tetapi cakupan pelayanan PDAM Tirta Mayang pada tahun
2011 saja masih 56% (Gambar 12), berarti masih harus
melakukan perluasan cakupan pelayanan sekitar 6%.
58
56
56 55

54

% 52 50
50 Cakupan Pelayanan

48

46
2009 2010 2011
Tahun

Gambar 8 Grafik persentase cakupan pelayanan PDAM Tirta Mayang Kota


Jambi Tahun 2009-2011

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah


pelanggan dalam mengejar target MDGs ataupun RPJM
adalah sebagai berikut
1. Mempercepat proses penyambungan pelanggan baru (New
Connection).
2. Melakukan promosi kepada masyarakat/instansi yang
belum mendapat akses air bersih untuk menjadi pelanggan
PDAM.
3. Pemasangan pipa distribusi pada wilayah yang belum ada
jaringan perpipaannya, sehingga ketika ada
masyrakat/instansi yang berminat untuk menjadi
pelanggan PDAM, proses penyambungan akan lebih cepat
selesai.
4. Mengaktifkan kembali pelanggan non aktif dengan terlebih
dahulu menyelesaikan segala urusan/masalah yang ada.

I.2 Aspek Keuangan


I.2.1 Laporan Laba Rugi
Ditinjau dari laporan laba rugi maka akan diuraikan mengenai
pendapatan dan beban dalam menghasilkan laba atau rugi
bersih untuk setiap periode tahun 2009 sampai dengan tahun
2011. Tabel 3.1 di bawah ini menyajikan laporan laba rugi
komparatif untuk tahun 2009 2011 yang sudah diaudit.
Berdasarkan pada Tabel 3.1 dan 3.2 untuk tahun 2009 2011
PDAM Tirta Mayang Kota Jambi memiliki tren pertumbuhan
yang positif dalam perolehan laba. Pada tahun 2009 PDAM
Tirta Mayang mengalami kerugian sebesar Rp (234,101,839),
pada tahun 2010 memperoleh laba sebesar Rp 8,989,889.54
dan pada tahun 2011 kembali memperoleh laba sebesar Rp
7,671,579,190. Jika diperhatikan PDAM Tirta Mayang Kota
Jambi memiliki pertumbuhan sebesar 103.84% di tahun 2010
dan 85,235.63% di tahun 2011. Pertumbuhan yang sangat
ekstrim yang terjadi di tahun 2011 disebabkan karena
besarnya peningkatan perolehan laba bersih sebesar Rp
7,662,589,300.46. Penjelasan mengenai pos-pos dalam
laporan laba rugi yang mengalami perubahan yang signifikan
sehingga mempengaruhi besaran laba yang diperoleh PDAM
akan diuraikan pada bagian berikutnya.
Tabel 13 Laporan Laba Rugi Komparatif untuk Tahhun Berakhir 31
Desember 2009, 2010, dan 2011

Sumber: Laporan Auditor atas Lapora Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi

Tabel 14 Besaran Perubahan atas Pos-Pos dalam Laporan Laba Rugi


Komparatif
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi yang Diolah Kembali

a. Pendapatan
Pendapatan Usaha pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Mayang Kota Jambi terdiri dari Pendapatan Penjualan Air,
Pendapatan Non Air, dan Pendapatan Lain-Lain seperti terlihat
pada tabel 3.1 dan 3.2.

Pendapatan penjualan air mengalami kenaikan di tahun 2010


sebesar Rp 98,103,250 atau naik sebesar 0.24% dan pada tahun
2011 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar Rp
15,829,297,800 atau naik sebesar 39.03%. Untuk pendapatan non
air mengalami penurunan sebesar Rp 746,444,054 di tahun 2010
atau turun sebesar 13.05%, sedangkan pada tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar Rp 1,466,140,247 atau naik sebesar
29.47%. Pendapatan lain-lain mengalami penurunan yang
signifikan di tahun 2010 sebesar Rp 192,462,734.36 atau turun
sebesar 61.71%, sedangkan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar Rp 530,339,025 atau sebesar
444.21%.

b. Biaya Langsung Usaha

Biaya langsunga usaha mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dari


tahun 2009 sebesar Rp 26,274,961,453.06 menjadi Rp
27,053,667,776.47 untuk tahun 2010 dan menjadi Rp
31,878,535,066 untuk tahun 2011. Kenaikan biaya langsung usaha
ini disebabkan karena meningkatnya biaya sumber air sebesar Rp
620,633,019.88 atau sebesar 18.11% dari tahun 2009 ke tahun
2010 sedangkan di tahun 2011 kenaikan terbesar disebabkan oleh
biaya pengolahan air sebasar Rp 1,927,594,642.06 atau sebesar
17.77% dari tahun 2010 ke tahun 2011. Biaya-biaya tersebut
merupakan biaya yang memiliki kanaikan tertinggi jika
dibandingkan dengan biaya lainnya yang merupakan komponen
dari biaya langsung usaha. Namun adanya penurunan untuk biaya
transmisi dan distribusi sebesar Rp 293,658,700.85 atau sebesar
2.36% dari tahun 2009 ke tahun 2010 yang menunjukkan adanya
pengendalian biaya yang baik.
Kenaikan biaya usaha langsung dari tahun ke tahun ini berkaitan
dengan meningkatnya volume penjualan, namun diimbangi
dengan adanya pengendalian biaya yang baik dan harga jual rata-
rata yang meningkat setiap tahunnya.
c. Biaya Umum dan Administrasi serta Biaya Lain-Lain
Adanya penuruna biaya umum dan administrasi sebesar Rp
1,859,883,411.90 atau sebesar 9.11% dari tahun 2009 ke tahun
2010 disebabkan oleh biaya keuangan dan biaya pegawai.
Sedangkan untuk tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan
sebesar Rp 4,040,884,440 atau sebesar 21.77% dikarenakan
kenaikan biaya pegawai dan munculnya biaya penurunan nilai.
Sedangkan untuk biaya lain-lain mengalami penurunan sebesar Rp
2,718,178,41 atau sebesar 8.19% dari tahun 2009 ke tahun 2010,
sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan sebesar
Rp 9,056,728.41 atau sebesar 29.71%.

I.2.2 Neraca
Ditinjau dari aspek neraca maka akan diuraikan menganai
posisi keuangan yang terdiri dari aset, liabilitas, dan ekuitas
atau modal per 31 Desember 2009, 2010, dan 2011.
Berdasarkan tabel 15 untuk tahun 2009 2011 PDAM Tirta
Mayang Kota Jambi memiliki nilai aktiva yang meningkat
setiap tahunnya. Untuk tahun 2009 ke tahun 2010
mengalami kenaikan sebesar Rp 1,499,986,648,58 atau
sebesar 2.98% dan untuk tahun 2010 ke tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar Rp 25,300,300,542.82 atau
sebesar 48.87%.
Kewajiban memiliki nilai yang berfluktuasi. Untuk tahun 2009
ke tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp
1,490,996,759.23 atau sebesar 3.38%, sedangkan untuk
tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp
5,829,314,233,91 atau sebesar 12.77%. Untuk ekuitas
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk tahun 2009 ke
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp 8,989,889.35
atau sebesar 0.15% dan Rp 25,300,300,542.82 atau sebesar
48.87% untuk tahun 2010 ke tahun 2011. Tabel 3.3 di bawah
ini menyajikan neraca komparatif untuk tahun 2009 2011
yang sudah diaudit.
Tabel 15 Neraca Komparatif Per 31 Desember 2009, 2010, dan 2011

Sumber: Laporan Auditor atas Lapora Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi
Tabel 16 Besaran Perubahan atas Pos-Pos dalam Neraca Komparatif

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi yang Diolah Kembali
a. Aset (Aktiva)
Struktur aktiva untuk PDAM Tirta Mayang Kota Jambi secara garis besar terbagi atas aktiva lancar, aktiva tetap,
dan aktiva lain-lain. Untuk aktiva lancar memiliki nilai yang berfluktuasi. Pada tahun 2009 ke 2010 mengalami
penurunan sebesar Rp 1,417,053,966.84 atau sebesar 15.55%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 mengalami
kenaikan sebesar Rp 9,718,538,941.38 atau sebesar 219.15%. Penurunan yang terjadi pada tahun 2009 ke
2010 disebabkan oleh penerunan kas dan bank serta pajak dibayar dimuka, sedangkan kenaikan yang terjadi
pada tahun 2010 ke 2011 disebabkan oleh kenaikan kas dan bank, piutang usaha, dan persediaan.

Berikutnya untuk aktiva tetap memiliki nilai yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009 ke 2010
mengalami kenaikan sebesar Rp 2,845,618,265.11 atau sebesar 7.47% dan untuk tahun 2010 ke 2011
mengalami kenaikan sebesar Rp 18,323,471,334.01 atau sebesar 44.78%. Kenaikan yang terjadi pada tahun
2009 ke 2010 disebabkan oleh perolehan aktiva tetap berupa instalasi transmisi dan distribusi, bangunan dan
gedung, peralatan dan perlengkapan, kendaraan, dan perbot kantor. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2010 ke
2011 disebabkan oleh penambahan bangunan gedung, instalasi sumber air, instalasi pompa, instalasi
pengolahan, instalasi transmisi distribusi, peralatan dan perlengkapan, kendaraan bermotor, dan inventaris dan
perabot.

Yang terakhir untuk aktiva lain-lain dimiliki memiliki nilai yang berfluktuasi. Pada tahun 2009 ke 2010
mengalami kenaikan sebesar Rp 71,422,350.31 atau sebesar 2.31%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011
mengalami penurunan sebesar Rp 2,741,709,732.57 atau sebesar 86.83%. Kenaikan utama yang terjadi pada
tahun 2009 ke 2010 disebabkan oleh adanya aktiva tetap dalam penyelesaian, sedangkan penurunan yang
terjadi pada tahun 2010 ke 2011 disebabkan oleh bahan instalasi, beban ditangguhkan, dan aktiva tetap tidak
berfungsi.
b. Liabilitas (Kewajiban)
Struktur kewajiban untuk PDAM Tirta Mayang Kota Jambi secara garis besar terbagi atas kewajiban jangka
pendek (kewajiban lancar), kewajiban jangka panjang, dan kewajiban lain-laian.

Untuk kewajiban lancar memilki niai yang berfluktuasi. Pada tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar
Rp 969,644,581.02 atau sebesar 2.72%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan sebesar Rp
1,494,465,588.70 atau sebesar 4.09%. Kenaikan yang terjadi pada tahun 2009 ke 2010 disebabkan oleh hutang
usaha, biaya yang masih harus dibayar, titpan retribusi, dan pendapatan diterima dimuka, sedangkan
penurunan yang terjadi pada tahun 2010 ke 2011 disebabkan oleh hutang usaha, hutang lain-lain, hutang
jangka panjang jatuh tempo, titipan retribusi, dan pendapatan diterima dimuka.

Berikutnya untuk kewajiban jangka panjang memiliki niai yang berfluktuasi. Pada tahun 2009 ke 2010
mengalami kenaikan sebesar Rp 50,647,098.21 atau sebesar 0.74%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011
mengalami penurunan sebesar Rp 2,165,565,061.21 atau sebesar 31.36%. Kenaikan yang terjadi pada tahun
2009 ke 2010 disebabkan oleh pinjaman luar negeri, sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2010 ke
2011 disebabkan oleh pinjaman luar negeri dan pinjaman pihak ketiga. Yang terakhir untuk kewajiban lain-lain
memiliki niai yang berfluktuasi. Pada tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp 470,705,080 atau
sebesar 27.71%, sedangkan dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan sebesar Rp 2,169,283,584 atau
sebesar 100% dengan kata lain PDAM tidak memiliki kewajiban lain-lain. Kenaikan yang terjadi pada tahun
2009 ke 2010 disebabkan oleh dana cadangan meter air, sedangkan tidak adanya kewajiban lain-lain yang
terjadi pada tahun 2010 ke 2011 disebabkan oleh dana cadangan meter air.

c. Ekuitas (Modal)
Untuk ekuitas atau modal PDAM Tirta Mayang Kota Jambi memiliki tren pertumbuhan yang positif seiring
dengan pertumbuhan laba dan adanya tambahan modal dari tahun 2009 2011. Pada tahun 2009 ke 2010
mengalami kenaikan sebesar Rp 8,989,889.35 atau sebesar 0.15% dan untuk tahun 2010 ke 2011 kembali
mengalami kenaikan sebesar Rp 31,129,614,776.73 atau sebesar 506.79%. Kenaikan yang terjadi pada tahun
2009 ke 2010 disebabkan oleh besaran laba yang diperoleh pada tahun 2010 dan untuk tahun 2010 ke 2011
disebabkan oleh penambanahan modal hibah untuk penyerahan pipa dan perlengkapannya oleh Dinas
Pekerjaan Umum serta laba yang diperoleh pada tahun 2011.

I.2.3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas adalah ringkasan informasi tentang arus kas masuk dan keluar untuk suatu periode waktu
tertentu, untuk PDAM Tirta Mayang Kota Jambi adalah satu tahun yang berakhir pada 31 Desember. Laporan
Arus Kas terdiri dari tiga komponen yaitu Arus Kas dari Aktifitas Operasi, Arus Kas dari Aktifitas Investasi dan
Arus Kas dari Aktifitas Pendanaan/Keuangan. Tabel 17 di bawah ini menyajikan laporan arus kas komparatif
untuk tahun 2009 2011 yang sudah diaudit.
Tabel 17 Laporan Arus Kas Komparatif Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009, 2010, dan 2011

Sumber: Laporan Auditor atas Lapora Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi
Berdasrkan tabel 17 maka arus kas bersih setiap tahun mengalami fluktuasi namun nilainya tetap positif. Arus
kas bersih tahun 2009 surplus sebesar Rp 2,041,605,547.96 memasuki tahun 2009 mengalami penurunan
menjadi Rp 1,702,872,478.12 dan tahun 2010 menjadi Rp 6,568,149,134.12.
Tabel 18 Besaran Perubahan atas Pos-Pos dalam Laporan Arus Kas Komparatif

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi yang Diolah Kembali
Berdasarkan pada tabel 3.6 nilai arus kas untuk tahun 2009 ke 2010 mengalami penurunan sebesar Rp
338,733,069.84 atau sebesar 16.59%, sedangkan untuk tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp
4,865,276,656 atau sebesar 285.71%. Penyebab utama penurunan yang terjadi pada tahun 2009 ke 2010
disebabkan oleh arus kas dari aktivitas investasi, sedangkan kenaikan untuk tahun 2010 ke 2011 disebabkan
oleh arus kas dari aktivitas pendanaan berupa setoran modal dari Dinas Pekerjaan Umum.

I.2.4 Aspek Manajemen

Saat ini PDAM Tirta Mayang memiliki 298 pegawai yang terdiri :
- Direktur Utama
- Direktur Bidang Umum
- Direktur Bidang Teknik
- Kepala Bagian
- Kepala seksi/koodinator
- Kepala satuan tugas, dan
- Staf.
Jumlah dari tiap-tiap posisi pegawai ditampilkan pada Tabel 19 Jumlah pegawai PDAM Tirta Mayang Kota Jambi.

Tabel 19 Jumlah pegawai PDAM Tirta Mayang Kota Jambi

Tingkat pendidikan yang dimiliki 298 pegawai ini beragam dimulai dari SD-SLTA berjumlah 217 orang dan D3-S1
berjumlah 81 orang seperti data yang ditampilkan pada Tabel 20 Tingkat pendidikan pegawai PDAM Tirta
Mayang.
Tabel 20 Tingkat pendidikan pegawai PDAM Tirta Mayang

No. Tingkat Pendidikan Satuan Jumlah

1 Diploma 3 - S1 Orang 81
2 SD-SLTA Orang 217
JUMLAH Orang 298

Adapun bagan struktur organisasi kepegawaian PDAM Tirta Mayang Kota Jambi bisa dilihat pada Gambar 3.13
Bagan struktur organisasi PDAM Tirta Mayang Kota Jambi. Berdasasarkan data jumlah pegawai pada tahun 2011
yang sebanyak 298 orang dengan jumlah pelanggan PDAM Tirta Mayang sebesar 58.265 SL. Maka rasio
karyawan dengan 1000 pelanggan adalah 5 yang artinya 1000 pelanggan mendapat pelayanan dari 5 pegawai.
Nilai ini dibawah rasio ideal yaitu 6 pegawai melayani 1000 pelanggan sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 690.900.327 tahun 2004. Kondisi ini sebaiknya diatasi dengan menambah jumlah pegawai yang bisa
ditempatkan di bagian-bagian tertentu yang masih memerlukan tambahan tenaga guna mencapai optimalisasi
pelayanan penyediaan air bersih kepada pelanggan.
STRUKTUR ORGANISASI PDAM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI

WALIKOTA
JAMBI
DEWAN
PENGAWAS
DIREKTUR
UTAMA

DIREKTURADMINISTRASI &
DIREKTUR TEKNIK
KEUANGAN

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PERLENGKAP BAGIAN HUBUNGA BAGIAN BAGIAN TRANSMIS
BAGIAN BAGIAN
SPI ANDAN KEUANGA N PKA & PERENCAN I& CABANG STAF AHLI
UMUM PEMELIHARA PRODUKSI
N PELANGG LITBANG AAN DISTRIBUS
AN
AN SEKSI I
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SUMBER SEKSI
SEKSI SEKSI PENYAMBUN
KEPEGAWAI PEMELIHARA PENERTIBAN PERENCANAA DAN SEKSI UMUM
AKUNTANSI PEMASARAN GAN
AN AN PELANGGAN NTEKNIK PENGOLAHA PELANGGAN
N
SEKSI SEKSI SEKSI DMA & SEKSI SEKSI
HUKUM & SEKSI SEKSI PENETAPAN ANALISA PEMETAAN& SEKSI METER
PEMELIHARA SEKSI TEKNIK
PERUNDANG PENGADAAN ANGGARAN KONSUMSI KEHILANGAN DOKUMENTA AIR
-UNDANGAN AIR AIR SI TEKNIK ANTEKNIK

SEKSI TATA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


SEKSI PENGELOLAA KOORDINAT
USAHA DAN PENGELOLAA SEKSI HUMAS PELAYANAN PENGAWASA LABORATORI
LOGISTIK NJARINGAN OR WILAYAH
ARSIP NPIUTANG GANGGUAN NTEKNIK UM PIPA
SEKSI
SEKSI
PENGELOLAA SEKSI KAS
LITBANG
NASSET

SEKSI
TEKNOLOGI
INFORMASI

Gambar 3.9 Bagan struktur organisasi PDAM Tirta Mayang Kota Jambi

Anda mungkin juga menyukai