4134 4124 1 PB PDF
4134 4124 1 PB PDF
Yeni Posumah
NIM: 151 409 046
Pembimbing:
1. Dra. Martianty Nalole, M.Pd.
2. Dra. Samsiar RivaI, S.Pd, M.Pd.
matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA
dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, siswa memiliki
kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan
banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak
menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung
akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada setiap jenjang
pendidikan.
Upaya untuk mengatasi hasil belajar matematika yang rendah telah
dilakukan oleh pemerintah. Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku
paket, peningkatan pengetahuan guru-guru melalui penataran, serta melakukan
berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil
belajar matematika. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika masih jauh dari yang diharapkan.
Pembelajaran matematika umumnya masih bersifat sebagai penyampai
informasi tanpa melibatkan siswa untuk dapat membangun sendiri
pemahamannya. Hal tersebut senada dengan ungkapan Silver (dalam Firmansyah,
2012:1)bahwa pada umumnya dalam pembelajaran matematika, para siswa
memperhatikan bagaimana gurunya mendemonstrasikan penyelesaian soal
metematika di papan tulis dan siswa meniru apa yang telah dituliskan oleh
gurunya. Kebiasaan siswa yang sering meniru apa yang dituliskan gurunya akan
menjadi suatu masalah yang sangat besar saat siswa tersebut dihadapkan pada
permasalahan yang belum pernah dicontohkan oleh gurunya, misalnya materi
pecahan.
Salah satu materi yang kurang mampu dipahami oleh siswa Sekolah Dasar
(SD) adalah materi tentang bilangan pecahan, merupakan pokok bahasan yang
diajarkan mulai dari kelas I, II, III, IV, V dan VI. Pada kelas I dan II materi
pecahan baru pengenalan kepada siswa bagaimana bentuk pecahan, pada kelas III
dan IV mulai menggunakan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
pecahan, pada kelas V sudah mulai menggunakan operasi perkalian dan
pembagian dan pada kelas VI mulai mengurutkan dan membandingkan pecahan.
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 3
[Type the document title]
dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol.
Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk dari:
(1) pecahan biasa, (2) Pecahan desimal, (3) Persen, (4) Pecahan Campuran.
1. Pecahan biasa.
Yang dimaksud pecahan biasa adalah pecahan murni atau sejati yang terdiri
atas pembilang dan penyebut, baik pembilang lebih kecil dari penyebut maupun
sebaliknya penyebut lebih kecil dari pada pembilang.
Contoh : ,
2. Pecahan desimal
Pecahan desimal adalah bilangan pecahan yang terdiri dari bilangan bulat
utuh dan bilangan pecahan biasa. Pecahan desimal ditulis dengan cara mendatar.
Bilangan ini menggunakan tanda titik atau koma sebagai pemisah antara bilangan
yang utuh dan tidak utuh.. Bilangan desimal juga merupakan bilangan yang
menggunakan dasar atau basis 10, dalam arti memiliki 10 digit yang berbeda yaitu
memiliki nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,0.
Misalnya : 0,1 (dibaca nol koma satu), merupakan hasil pembagian dari 1 : 10
3. Persen
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 5
[Type the document title]
Misalnya : 5% artinya
4. Pecahan campuran
Yang dimakud pecahan campuran adalah pecahan yng terdiri dari campuran
bilangan bulat dengan bilangan pecahan murni/sejati.
Contoh : 2 x =
2. Perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa dilakukan dengan mengalikan
pembilang-pembilang dan penyebut-penyebut atau dalam bentuk
umum x =
Contoh : x =
3. Perkalian Pecahan desimal dengan pecahan desimal dapat dilakukan dengan
cara mendatar maupun secara bersusun seperti perkalian bilangan asli, setelah
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 6
[Type the document title]
menemukan hasil kali dari pecahan desimal harus memperhatikan letak angka
yang berada dibelakang koma.
Contoh : 3,5 x 2,5 = 8,75
4. Perkalian persen dengan persen dilakukan dengan mengalikan angka-
angkanya saja.
Contoh : 5% x 6% = 30%
5. Perkalian persen dengan pecahan desimal dilakukan dengan cara merubah
persen kedalam pecahan desimal kemudian dikalikan dengan pecahan desimal
dengan cara mendatar dan bersusun dengan cara memperhatikan peletakan
koma pada hasil akhir perkalian sesuai jumlah posisi angka dibelakang koma
dan bilangan-bilangan yang dikalikan.
Contoh : 15 % x 2,4 = 0,15 x 2,4 = 0,36
6. Perkalian pecahan campuran dengan bilangan asli dilakukan dengan cara
bilangan asli dikalikan dengan pecahan campuran hasilnya dapat diperoleh
dengan mengubah terlebih dahulu bentuk pecahan campuran kebentuk
pecahan biasa, kemudian hasilnya adalah bilangan asli itu dikalikan
pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.
Contoh : 3 x 1 =3x = =
Contoh : x 1 = x = = =1
Contoh : 2 x 1 = x = = =3
desimal dan persen. Analisis yang digunakan untuk data kuantitatif adalah analisis
data dengan menggunakan persentase (%).
Selanjutnya untuk menghitung persentase digunakan rumus persamaan
sebagai berikut:
P= x 100% Arikunto (dalam Mirna 2012:18)
Di mana:
P = Persentase siswa.
B = Jumlah siswa yang mendapat nilai tertentu.
JS = Jumlah siswa keseluruhan dalam satu kelas.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa
diklasifikasikan yaitu:
1. Nilai 75-100 Kategori Mampu
2. Nilai 74 60 Kategori Kurang Mampu
3. Nilai 0-59 Kategori Tidak Mampu
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data
melalui ketekunan pengamatan, dan pemeriksaan sejawat. Adapun tahap-tahap
penelitian secara umum, yaitu :
1. Tahap Pra-Penelitian
2. Tahap Penelitian
3. Tahap Paska-Penelitian
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti
menemukan gambaran bahwa di SDN 5 Telaga dari seluruh kelas yaitu kelas I
sampai VI peneliti menemukan gambaran bahwa pada kelas I dan II materi
pecahan baru pada pengenalan materi bagaimana bentuk pecahan kepada siswa,
pada kelas III dan IV materi pecahan dengan menggunakan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan, pada kelas V materi pecahan mulai menggunakan
operasi hitung perkalian dan pembagian pecahan mulai diajarkan pada awal
semester ganjil dan pada kelas VI para siswa mulai mempelajari materi dengan
cara menyederhanakan dan mengurutkan pecahan. Jadi, yang menjadi fokus
penelitian tentang deskripsi kemampuan siswa di dalam menentukan hasil
perkalian pecahan di SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo hanya kelas V.
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 9
[Type the document title]
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan siswa dan guru
di atas serta melihat hasil kerja siswa tentang materi perkalian pecahan bahwa
tingkat Kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan ini
berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari nilai siswa melalui tes guru, ini semua
tergantung dari tingkat pemahaman masing-masing individu tentang materi yang
diajarkan oleh guru. Tingkat kemampuan siswa yaitu ada siswa yang cepat
tanggap dan ada juga siswa yang lamban perbikir dan tidak mengerti dengan
materi pecahan tersebut.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kemapuan siswa
diklasifikasikan sebagai berikut:
Contoh : x =
2. Pecahan campuran.
Untuk mengalikan pecahan campuran terlebih dahulu untuk mengubah
pecahan campuran kedalam bentuk pecahan biasa kemudian dilakukan
perkalian dengan cara mengalikan pembilang dan pembilang dan penyebut
dengan penyebut.
Contoh : 2 x1 = x = =3
3. Pecaahn desimal
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 10
[Type the document title]
orang atau 18,18% yang memperoleh nilai 60-74 dan yang termasuk tidak mampu
sebanyak 4 orang atau 12,12% dengan nilai perolehan 0-59.
Siswa yang tidak mampu di dalam menentukan hasil perkalian pecahan
tidak dibiarkan oleh guru begitu saja, tetapi guru mengambil alternatif untuk
memberikan bimbingan khusus kepada siswa tersebut dan menjelaskan kembali
secara berulang-ulang materi perkalian pecahan.
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti tentang
kemampuan siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan di SDN 5 Telaga
Kabupaten Gorontalo yang berfokus di kelas V disimpulkan bahwa kemampuan
siswa di dalam menentukan hasil perkalian pecahan cukup baik karena dari 33
orang siswa kelas V, siswa yang mampu untuk menentukan hasil perkalian
pecahan sebanyak 23 orang siswa atau 69,69% hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru dan siswa serta hasil belajar siswa melalui tes guru.
beberapa siswa yang belum mengerti dengan materi tersebut, tetapi siswa tersebut
tidak dibiarkan begitu saja, tetapi dilanjutkan dengan memberikan bimbingan
khusus kepada siswa tersebut. Bagi siswa hendaknya dapat mampu menerima, dan
memahami materi yang diberikan guru tentang perkalian pecahan.
Saran
1. Bagi guru hendaknya lebih memperhatikan tentang bagaimana tata cara
mengajar materi perkalian pecahan agar siswa mampu memahami materi yang
diajarkan secara baik dan benar.
2. Bagi sekolah hendaknya dapat memperbaiki kualitas pembelajaran dan
berupaya merubah paradigma bahwa sumber ilmu hanya dari guru, namun
guru harus dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dialami oleh siswa.
3. Bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian pengembangan dan
menggunakan skripsi ini sebagai bahan referensi hendaknya menyebutkan
nama, tahun dan judul peneliti.
Jurnal penelitian deskriptif kualitatif 12
[Type the document title]
Daftar Rujukan
Firmansyah, Yan. 2012. Desain Didaktis Konsep Operasi Perkalian Bilangan
Pecahan Pada Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia.