Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi adalah teori dalam biologi yang memostulasikan bahwa berbagai tipe
binatang dan tumbuhan berasal dari tipe-tipe yang sebelumnya telah ada dan
bahwa perbedaannya karena modifikasi dari generasi ke generasi. Dapat
dikatakan bahwa variasi yang tidak terbatas pada makhluk hidup merupakan
buah proses evolusi. Semua makhluk hidup memiliki hubungan kekerabatan
berdasarkan moyang yang sama.
Sejak tahun 1960-an, perkembangan ilmu biologi molekuler telah memberikan
kontribusi yang besar pada pengetahuan evolusi biologi, dan mampu
menjelaskan hal-hal yang sebelumnya sulit dijelaskan, misalnya persamaan gen
antara manusia dan chimpanze (berbeda 1-2 % dari total gen). Evolusi biologi
merupakan proses dan diversifikasi organisme menurut waktu dan
mempengaruhi semua aspek kehidupan yang meliputi morfologi, fisiologi,
perilaku dan ekologi. Semua perubahan ini karena perubahan material genetik
yang diwariskan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan peran
isolasi dalam pembentukan spesies baru. Munculnya keanekaragaman konsep
spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar.Alasan pertama adanya
perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang merupakan proses munculnya
suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para ahli
evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi
lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi
reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies
merupakan hasil dari proses evolusi yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep
spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang masih sebagian berjalan
akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu benar-benar
sudah sampai pada akhirnya.

1.2
BAB II
PEMBAHASAN
Spesies dalam bahasa latin berarti jenis atau penampakan. Spesies
merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah suatu
kelompok organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengadakan
perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan
bervitalitas sama dengan induknya.

Spesiasi juga merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan
sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah
yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan
kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami
spesiasi.

Pengaruh Utama dalam Spesiasi

Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun
proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta
tahun.

Peran Isolasi Geografi

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa
juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis dapat
memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi
organisme yang hanya dapat menempati dataran rendah; atau suatu danau
besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan
populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu
dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya
dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya
waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing

b. Peran Isolasi Reproduksi


Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor
ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan
perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi
mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya
dua populasi atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut
berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.

Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua


populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan
keadaan ini belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik yang
menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap
terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).

Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.

1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)


Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau
merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda
berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
Isolasi Ekologi (ecological)
Isolasi ini mengakibatkan dua populasi yang terpisah oleh habitat yang berbeda
tidak dapat melakukan perkawinan pada daerah geografi yang sama. Masing-
masing mengembangkan perbedaan yang besar sehingga tidak dapat
dikawinkan lagi. Contohnya, katak pohon yang hidup di atas pohon dan kodok
( ufo) yang hidup di kolam atau air tanah. Jika dipertemukan, tidak akan terjadi
perkawinan akibat isolasi ekologi yang telah berlangsung lama.
Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
solasi perilaku terjadi jika dua populasi yang berkerabat memiliki
perbedaan kebiasaan dalam melakukan perkawinan. Dengan adanya perilaku ini,
reproduksi hanya dapat terjadi antara populasi yang dapat mengerti perilaku
tersebut. Perilaku ini dapat berupa suara, tingkah laku, dan sekresi zat kimia.
Isolasi perilaku umumnya terjadi pada burung dan ikan
Isolasi Sementara (temporal)
Isolasi ini terjadi akibat perbedaan waktu kematangan antara jantan dan
betina. Hal ini menyebabkan fertilisasi tidak akan terjadi. Contohnya, terjadi
pada spesies Pinus radiata dan Pinus muricata. Keduanya tidak akan pernah
dapat melakukan fertilisasi silang karena kematangan reproduksi Pinus radiata
terjadi pada awal Februari dan Pinus unicata terjadi pada akhir April.
Isolasi Mekanik (mechanical)
Isolasi mekanik adalah isolasi yang menyangkut struktur tubuh dan
perbedaan sel kelamin yang membuat tidak terjadinya reproduksi. Contohnya,
terjadi pada bintang laut, landak laut, dan hewan Echinodermata lain yang
melakukan fertilisasi eksternal. Hewan-hewan tersebut memiliki perbedaan
molekul yang dapat mengikat sel telur dan spermanya sehingga menghalangi
terjadinya fertilisasi silang antarspesies. Pada hewan yang melakukan fertilisasi
internal, perbedaan ukuran alat kelamin jantan dan betina menghalangi
terjadinya fertilisasi antarspesies. Pada tumbuhan, ukuran bunga dan
polinatornya merupakan contoh isolasi mekanik.
Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi Gamet adalah terhalangnya sel gamet sampai ke alat reproduksi betina.
Contohnya adanya cairan spermatozoid lalat buah Dosophilla virilis tidak dapat
bergerak pada saluran Drosophilla americanus sehingga terjadi kematian sel
sperma pada saluran reproduksi betina tersebut.

Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki


pemasakan kelamin yang berbeda.
Contoh : masa kawin lalat buah drosophila pseudoobscura pada sore hari
sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada pagi hari.
Isolasi habitat
Antara dua populasi simpatrik yang menghuni daerah yang berbeda lebih
sering terjadi perkawinan daripada antara sesama populasi setempat
namun berbecla sifat- sifat genetiknya. Dapat dikemukakan sebagai
contoh adalah katak Bufo fowleri dan Bufo americanus. Keduanya dapat
kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil. Kalau pada suatu waktu
tempat tinggalnya bercampur ternyata bahwa Bufo fowleri akan lebih
banyak mengadakan perkawinan dengan sesamanya dibanding
dengan Bufo americanus. Hal ini disebabkan karena Bufo fowleri akan
memilih tempat tinggalnya untuk kawin di air yang tenang,
sedangkan Bufo americanus di kubangan-kubangan air hujan.

2) Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)


Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies
yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil.
Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
Kematian zigot (zygotic mortality)
Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
Sterilitas hibrid
Ketika dua individu dari spesies yang berbeda dapat melakukan
perkawinan, individu hasil persilangan (hibrid) dapat terbentuk. Namun, biasanya
hibrid tersebut mati sebelum dapat melakukan reproduksi (invibialitas hibrid)
atau hibrid yang dihasilkan mandul (sterilitas hibrid). Kedua kondisi ini berfungsi
sebagai mekanisme isolasi postzigotik, mencegah aliran gen antarspesies. Hibrid
steril dapat dihasilkan dari perkawinan antara kuda dan keledai, itik dan entok,
serta banyak contoh lainnya.

c. Domestikasi
Domestikasi yaitu proses penjinakan hewan atau tuumbuhan liar yang dilakukan
oleh manusia. Domestikasi dilakukan dengan memindahkan hewan atau
tumbuhan liar dari habitat aslinya ke lingkungan yang telah dibuat oleh manusia.
Domestikasi dapat mengakibatkan terjadinya variasi yang mengarah pada
terbentuknya spesies baru. Domestikasi melibatkan populasi, bukan individu.
Domestikasi telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Salah satu tujuan
domestikasi hewan dan tumbuhan liar adalah untuk memenuhi kebutuhan
sandang dan pangan bagi manusia.

d. Poliplodi
Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki
set kromosom(genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan
demikian disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan
orang untuk menghasilkan organisme poliploid disebut
sebagai poliploidisasi. Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang
set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini disebut
diploid (disingkat 2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap yang
sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploidi
(dari bahasaYunani yang artinya berganda). Organisme dengan kondisi demikian
disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set kromosom.
Jadi, triploid (3n),tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan
seterusnya. Dalam kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n)
juga ditemukan hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada tumbuhan. Ia
ditemukan pula pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah, atau
beberapa jenis udang), dan juga fungi.

Poliploid dapat terjadi melalui dua cara antara lain seperti berikut.
a. Autopoliploidi
Peristiwa ini terjadi pada kromosom homolog atau terjadi dengan sendirinya,
mungkin disebabkan karena faktor alam. Faktor-faktor yang menyebabkan
autopoliploid antara lain radiasi alam, sinar ultraviolet matahari, dan lain-lain.
Adanya faktor-faktor alami tersebut dapat menyebabkan kromosom gagal
berpisah. Misalnya bunga Oenthera lamarchiaus yang memiliki kromosom 24
kemudian mengalami poliploid menjadi spesies yang baru yaitu Oenathera gigas
yang memiliki kromosom berjumlah 28. Spesies baru yang dihasilkan bersifat
mandul.

b. Allopoliploid
Peristiwa ini terjadi pada kromosom nonhomolog yang merupakan peristiwa
penggandaan jumlah kromosom akibat peristiwa persilangan. Misalnya
semangka dengan kromosom 2n disilangkan dengan semangka yang
berkromosom 4n, akan dihasilkan spesies baru yang memiliki kromosom 3n yang
bersifat mandul (tidak menghasilkan biji).
Model-Model Proses Spesiasi

Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi
allopatrik simpatrik, spesiasi parapatrik (semigeografi), dan spesiasi simpatrik.

a. Spesiasi Alopatrik (Allopatric Speciation)


Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi.
Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara
geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan
dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat
melakukaninterbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat
menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak
terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi
secara gradual.

b. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik


Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi
frekuensi kawin dalam suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada
model ini, spesies induk tinggal di habitat yang kontinu tanpa ada isolasi geografi.
Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan. Suatu populasi yang berada
di dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas
daerah ke daerah lain yang masih berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di
area yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan terakumulasi dan dua
populasi akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika
kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka
perbatasan ini akan diakui sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi
tersebut akan terpisah, namun secara geografis letaknya berdekatan sepanjang
gradient lingkungan.

Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik


untuk gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu
lebih mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam
cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa individu lebih mungkin untuk kawin
dengan tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam
gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam
populasi dan bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.

c. Spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul
di dalam lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan
berbagai cara, tanpa adanya isolasi geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi
spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model spesiasi simpatrik masih dalam
kontroversi, kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi
pada tumbuhan.

4. Model Spesiasi Alopatrik, Paratrik, dan Simpatrik


5. Contoh-Contoh Setiap Model Spesiasi

a. Spesiasi Alopatrik

Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan


keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan
sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang
kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.

Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di


Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam
Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.

Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana
pada tebing selatan hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris).
Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai antelope berekor
putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil dan
memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya. Ternyata di
situ semua burung-burung dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar
melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua jenis tupai ini.

b. Spesiasi Paratrik

Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput


jenis Anthoxanthum odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi
stasipatrik dari White. White mengamati belalang tanpa sayap, suatu populasi
dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam konfigurasi kromosomnya. White
mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosommekanisme isolasi parsial-muncul
dalam suatu populasi dan memperluas cakupan/rentangannya membentuk
suatu ever-expanding zona bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang
menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk mempertimbangkan bahwa isolas
reproduksi tidak dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic drift di dalam
populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak
dapat diterima secara luas.

c. Spesiasi Simpatrik

Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik


dengan autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan bunga primrose (Oenothera
lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Di mana
suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan
bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak
mampu kawin dengan bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian
dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi adalah alopoliploidyaitu
kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglicayang berasal dari hibridisasi Spartina
maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya
serangga Rhagoletis sp.

Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive


selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi
dengan sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche
polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan AA
teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA tidak teradaptasi
dengan baik. Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika
dilakukan mating secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak
menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin
dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun
mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut
dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin
hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan inang dapat mendasari terjadinya
pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang merupakan
spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk
pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Spesiasi jenis ini cukup kontroversial karena spesiasi terjadi pada habitat yg sama.
Ernst Mayr salah satu tokoh evolusi yg terkenal menolak hipotesis jenis ini. namun
bukti2 empiris telah mematahkan skeptis atas model ini.
Contoh yg paling mutakhir adalah cichlid fish di danau nikaragua.
Kesimpulan
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka
evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses
perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan
tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi pada
populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan
kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi
lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan
suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Spesiasi
http://www.biologimu.com/2015/01/spesiasi.html
http://hezzdamay.blogspot.co.id/2011/06/spesiasi.html
https://nurrohmanhadi.wordpress.com/2011/08/28/mekanisme-spesiasi/
http://viviinpaa.blogspot.co.id/2013/01/mekanisme-evolusi-dan-spesiasi.html
http://artikelpengertianmakalah.blogspot.co.id/2015/05/proses-spesiasi-dalam-
evolusi-isolasi.html

Anda mungkin juga menyukai