Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan
bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat
kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu
revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan
perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.

Produk-produk bioteknologi selalu menimbulkan keterkejutan, keheranan dan akhirnya


memunculkan kekaguman kepada kita, karena tidak pernah membayangkan sebelumnya produk-
produk tersebut dapat dibuat oleh manusia. Di bidang Pertanian, bioteknologi mampu menciptakan
jenis tanaman yang mempunyai sifat unggul (produksi tinggi, tahan hama dan penyakit), lebih
sensasional lagi bahwa tanaman tersebut dapat menghasilkan pupuk sendiri. Di bidang peternakan dan
perikanan, teknologi transgenik merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan produksi untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Di bidang kesehatan dan pengobatan, bioteknologi
telah mampu menyelesaikan masalah infertilitas.

Kiranya sudah tidak dapat terbendung lagi derasnya arus bioteknologi memasuki milenium ke
tiga, yang semakin hari keberadaanya semakin kokoh. Menurut beberapa informasi, sangat banyak
manfaat bioteknologi ini bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan
hidupnya, antara lain untuk memerangi kelaparan, mengatasi kelangkaan sumber daya energi,
mengurangi pencemaran lingkungan dan masih banyak lagi.

Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini, apa yang sebenarnya harus dilakukan dalam
mengantisipasinya, terutama dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Pengkajian mendalam
melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral, agama, serta kriteria kebenarannya, tentu
akan sangat membantu menuntun kita pada tujuan pengembangn IPTEK yang sebenarnya.

Selaras dengan kemajuan peradaban, bioteknologi dapat dijadikan tolak ukur perkembangan otak
manusia yang luar biasa saat ini. Sehingga sangatlah mungkin muncul pertanyaan, apakah benar
semakin cerdas otak manusia makin pandai manusia menemukan kebenaran, makin baikkah perbuatan
manusia? maka, penguasaan manusia terhadap teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral
manusia itu juga. Tanpa landasan moral maka manusia yang sudah beranjak menjadi ilmuan akan
mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual (Suriasumantri, 1999).

b. Tujuan
Bioteknologi memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia, mulai dari prosesproses
bio yang paling sederhana sampai kepada tingkat yang paling canggih. Karenanya, manusia yang
menggelutinya ditantang untuk memanfaatkan peluangpeluang itu demi kesejahteraannya. Jadi
bioteknologi sangatlah bermanfaat bagi umat manusia.

Dilihat dari pemaparan diatas maka makalah yang kami buat ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat yang membutuhkan informasi berkaitan tentang bioteknologi, selain itu
untuk memenuhi tugas mata kuliah Aplikasi Bioteknologi.
II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Bioteknologi

Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria
pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula
sebagai sumber pakannya (Suwanto, 1998)

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk


hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada
ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular,
mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah
ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah
pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-
19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis,
penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan
penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi
setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin
dapat dilakukan secara massal.

Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan
ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel
induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan,
seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para
penderita strokeataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan
tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidangpangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa
genetika, kultur jaringan dan DNA rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan
terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai
pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang
tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut
dengan menggunakan bakteri jenis baru.

Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan
teknologinya. Sebagai contoh, teknologikloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan
mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.

Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi.
Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut

Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru"
produk bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi,
antara lain :

Jagung resisten hama serangga


Kapas resisten hama serangga

Pepaya resisten virus

Enzim pemacu produksi susu pada sapi

Padi mengandung vitamin A

Pisang mengandung vaksin hepatitis

Bioteknologi terdiri dari 2 kelompok teknologi utama. Kelompok pertama


adalah rekayasa genetika (genetic engineering). Teknologi ini melakukan
semacam proses gunting tempel bagian-bagian tubuh makhluk hidup,
termasuk gen untuk menciptakan makhluk yang unggul. Kelompok kedua
adalah kultur jaringan (tissue culture), penanaman sel-sel yang telah
diisolasi dari jaringan atau potongan kecil jaringan secara in vitro dalam
medium biakan..
Gambar 1. Gradien Bioteknologi (dimodifikasi dari Doyle & Presley, 1996).

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai
contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal
sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di
bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi
di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun
masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan
signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi
antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan
ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur
jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis
yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan
sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat
dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika
dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan
hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraianminyak bumi yang tertumpah ke laut oleh
bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan
menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap
tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan. Bioteknologi secara umum
berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari
organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.

Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme
baru" produk bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk
bioteknologi, antara lain:

a. Jagung resisten hama serangga


b. Kapas resisten hama serangga

c. Pepaya resisten virus

d. Enzim pemacu produksi susu pada sapi

e. Padi mengandung vitamin A

f. Pisang mengandung vaksin hepatitis

Dengan definisi tersebut bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru. Tanaman dan hewan
telah didomestifikasi sejak ribuan tahun yang lalu. Nenek moyang kita telah memanfaatkan
mikroba untuk membuat produk-produk berguna seperti tempe, oncom, tape, arak, terasi, kecap,
yogurt, dan nata de coco . Hampir semua antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-
enzim yang dipakai untuk membuat sirop fruktosa hingga pencuci pakaian. Dalam bidang
pertanian, mikroba penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abab ke 19. Mikroba pelarut fosfat
telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba
juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk membersihkan dan mendekomposisi limbah dan
kotoran selama berpuluh-puluh tahun. Dalam bidang medis, vaksin-vaksin tertentu dibuat dari
virus atau bakteri yang telah dilemahkan. Bioteknologi memiliki gradien perkembangan teknologi,
yang dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas
dimanfaatkan, hingga teknik-teknik bioteknologi baru dan secara terus menerus berevolusi.

Peranan Bioteknologi
a. Teknik enzimatis
Enzim merupakan katalis dalam reaksi kimia sehingga reaksi tersebut dapat
berlangsung lebih cepat Dalam bioteknologi, Enzim digunakan dalam bahan
makanan, industri kimia, dan farmasi ( sintesis asam amino dan antibiotik) . Pada produk
makanan minuman, Enzim telah lam digunakan untuk membuat keju, bir, pemanis, dan anggur. Di
Amerika Serikat, sirup berkadar gula tinggi dari jagung merupakan produk terbesar yang dibuat
menggunakan teknologi enzimatis. Enzim renin yang dihasilkan dari lambung anak sapi
bermanfaat untuk menghasilkan dalah susu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan keju.
Pada industri minuman, enzim digunakan untuk membuat minuman sari buah, anggur dan bir agar
tahan terhadap dingin. Selain itu, bahan ini dapat dipakai untuk membuat permen dengan rasa
manis sedang.
b. Teknik fermentasi
Fermentasi (peragian) adalah proses penguraian motabolik senyawa
organik oleh makrob pada kondisi anaerob yang menghasilkan energi dan
gas. Teknik dapat digunakan dalam pengelolahan bahan baku untuk menghasilkan produk berupa
makanan, minuman, dan obat-obatan. Proses teknik fermentasi adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Pengelolahan bahan baku
Bahan baku yang akam difermentasi lebih dahulu diolah menjadi subtrat
dengancara menghauluskan (pada bahan baku padat) atau dengna
mengantur pH, penambangan air, dan pengaturan komposisi senyawa
makro / mikro.
2. Tahap sterlisasi
Bahan subtrat disetrilkan agar tidak terkontaminasi oleh mikrob lain
yang dapat mengangu proses.
3. Tahap fermentasi
Proses fermentasi biasanya dilakukan dalam bioeraktor, yaitu suatu
tabung tertutup yang dapat diataur mengadukan, pengudaraan (aeransi),
suhu optimumnya. Di dalam bioreaktor telah terdapat ragi atau yang
dibutuhkan
4. Tahap pemisahan hasil
Pemisahan antara produk dan residu ( hasil sampingan ) dapat dilakukan
dengna cara filtrasi (penyaringan )
5. Tahap pengelolahan hasil
Produk yang sudah dihasilkan diolah lebih lanjut dengan menambahkan
zat adiktif untuk menambah aroma atau warna yang lebih menarik
6. Tahap produk akhir
Produk akhir merupakan produk yang telah siap di pasarkan.
Bahan-bahan sisa dari minyak bumi dan minyak kelapa tersebut masih mengandung berbagai
macam asam lemaka berantai panjang dan pendek yang dapat dimanfaatkan sebagai subtrat
penghasil asam laurat. Asam lemak tersebut dapat dikomersialisasikan sebagai kompenen utama
sabun dan deterjen. Produksi asam laurat dari limbah- limbah tersebut dapat ditingkatkan dengan
menggunakan mikrob yang telah dimodifikasi. Salah satu mikrob tertsebut adalah Candida sp.

Gambar 2. Ilmu dalam bioteknologi

Sejarah Perkembangan Bioteknologi

8000 SM Pengumpulan benih untuk ditanam kembali. Bukti bahwa bangsa Babilonia, Mesir,
dan Romawi melakukan praktik pengembangbiakan selektif (seleksi artifisal) untuk meningkatkan
kualitas ternak.6000 SM Pembuatan bir, fermentasi anggur, membuat roti, membuat tempe dengan
bantuan ragi.
4000 SM Bangsa Tionghoa membuat yogurt dan keju dengan bakteri asam laktat

1500 Pengumpulan tumbuhan di seluruh dunia

1665 Penemuan sel oleh Robert Hooke(Inggris) melalui mikroskop.

1670 usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikrob di Rio Tinto, Spanyol.

1686 Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia pertama yang
dapat melihat mikrob.

1800 Nikolai I. Vavilov menciptakan penelitian komprehensif tentang pengembangbiakan hewan.

1856 Gregor Mendel mengawali genetika tumbuhan rekombinan


1865 Gregor Mendel menemukan hukum hukum dalam penyampaian sifat induk ke turunannya.

1870 Louis pasteur menemukan adanya mikrob dalam makanan dan minuman.

1880 Mikroorganisme ditemukan.

1897 : penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol oleh Eduard
Buchner.

1912 : pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.

1915 : produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri.

Tahun 1928 : penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming.

1994 : Produksi besar-besaran penisilin

1953 : penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson .

1919 Karl Ereky, insinyur Hongaria, pertama menggunakan kata bioteknologi

1970 Peneliti di AS berhasil menemukan enzim pembatas yang digunakan untuk memotong gen
gen

1975 Metode produksi antibodi monoklonal dikembangkan oleh Kohler dan Milstein

1978 Para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan menggunakan bakteri yang terdapat pada
usus besar

1980 Bioteknologi modern dicirikan oleh teknologi DNA rekombinan. Model prokariot-nya, E.
coli, digunakan untuk memproduksi insulin dan obat lain, dalam bentuk manusia. Sekitar 5%
pengidap diabetes alergi terhadap insulin hewan yang sebelumnya tersedia)

1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene: tomat "flavor saver"

2000 Perampungan Human Genome Project.

Periode bioteknologi modern (abad ke-20 M sampai sekarang)

Periode ini diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa
genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan
adanya enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong ADN pada posisi tertentu,
mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan ADN lain ( dikenal
dengan teknik ADN rekombinan).
Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, dilanjutkan dengan program bahan bakar alkohol
dari brazil, teknologi hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal (1976), diberikannya izin
untuk memasarkan produk jamur yang dapat dikonsumsi manusia kepada Rank Hovis Mc. Dougall
(1980). Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya
penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit diabetes di
Amerika Serikat pada tahun 1982. insulin buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan
Company. Hingga saat ini, penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik
terus dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk hidup.

CONTOH-CONTOH PENERAPAN ILMU BIOTEKNOLOGI

Peningkatan Kualitas Bahan Tanam

Padi yang berjejer rapi di sawah-sawah pedesaan bukan merupakan sesuatu yang kebetulan terjadi,
tetapi merupakan hasil dari kerja keras nenek moyang kita selama beberapa abad. Selama beradab-
abad manusia telah membudidayakannya dengan menyilangkan dan menyeleksinya dari tanaman
galur liar hingga diperoleh galur padi seperti yang ada saat ini. Dalam pekerjaan penyilangan dan
penyeleksian tersebut sesungguhnya manusia telah melakukan transaksi gen (pertukaran bahan
genetik) dari berbagai macam kerabat liar menjadi tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,
seperti produksinya tinggi, masa panen singkat, berasnya pulen, tahan wereng, dan lain-lain. Hal
yang sama terjadi pada produk-produk pertanian, peternakan, dan perikanan yang merupakan hasil
transaksi gen selama berabad-abad.

Transaksi gen dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan hasil yang
sulit diprediksikan. Bioteknologi menawarkan cara alternatif baru dalam transaksi gen dalam
waktu yang relatif singkat dengan hasil yang lebih dapat diprediksikan. Metode konvensional
transaksi gen dilakukan pada taraf organisme, sedangkan bioteknologi melakukan transaksi gen
pada taraf sel atau molekuler. Bahkan bioteknologi mampu menembus batasan taksonomi yang
sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan cara konvensional.

Peningkatan kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdasarkan pada empat kategori
peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi
terhadap stress lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Kelompok peneliti yang
diketuai oleh Dr. Ingo Potrykus telah berhasil memasukkan dan mengekspresikan dua gen penting
dalam pembentukan provitamin A di dalam endosperma padi (Ye et. al., 2000). Padi yang
dihasilkan berwarna kuning karena mengandung -Karoten dan dikenal dengan Golden Rice .
Rekayasa genetika ini dapat membantu mengurangi gangguan kebutaan dan gangguan kesehatan
lain yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A yang banyak terjadi di negara-negara miskin dan
sedang berkembang.
Penggunaan pestisida oleh petani di pedesaan sudah sangat berlebihan. Residu pestisida yang
tertinggal tidak hanya berbahaya bagi lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang
memakannya. Perakitan tanaman yang resisten terhadap hama tertentu dapat mengurangi secara
signifikan penggunaan pestisida dan biaya perawatan (Carpenter dan Gianessi, 2001). Contoh
tanaman transgenik yang resisten terhadap hama adalah jagung Bt dan kapas Bt, yaitu tanaman
yang telah memiliki gen Cry IA yang mematikan jenis hama tertentu.

Perakitan tanaman untuk mengatasi stres lingkungan saat ini telah banyak dilakukan. Sebagai
contoh, untuk mengatasi cekaman Al di tanah-tanah masam saat ini tengah dirakit kedelai yang
tahan cekaman Al oleh sekelompok peneliti yang diketuai Dr. M.Yusuf dari IPB. Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) melakukan penelitian untuk merakit tanaman tebu
yang tahan terhadap cekaman kekeringan.

1. Vaksin untuk tanaman.

Hasil panen lahan pertanian bisaanya sangat rentan terserang penyakit, terutama penyakit yang
disebabkan oleh virus. Dengan adanya infeksi oleh berbagai macam virus, suatu tanaman akan
terganggu pertumbuhannya, kualitasnya menurun, dan secara otomatis pasti akan menurunkan
penghasilan para petani.Namun, sekarang para petani telah berhasil membuat alternatif dengan
membuat pemberantas virus alami. Salah satu cara yang diterapkan yaitu dengan menyuntikan
semacam vaksin ke dalam tubuh tanaman. Seperti halnya vaksin folio, vaksin ini mengandung
strain virus yang telah dilemahkan. Vaksin ini kemudian membuat suatu tanaman kebal terhadap
virus tertentu.

Namun, selain menggunakan metode suntikan, sekarang telah ditemukan cara untuk menghasilkan
kekebalan dalam tubuh tanaman, yaitu dengan cara menyisipkan sebuah gen dari virus TMV
(Tobacco Mosaik Virus) ke dalam tubuh tanaman tembakau. Kemudian gen ini menghasilkan
protein seperti yang di temukan di permukaan tubuh virus TMV, dan kemudian dia bekerja sebagai
imun TMV dalam tubuh tanaman tersebut. Proses ini ditunjukkan dalam gambar 6.8. pada proses
yang tercantum dalam gambar 6.8 dapat dijelaskan sebagai berikut: TMV mempunyai susunan
tubuh yang terdiri atas protein sub unit sebagai mantel, dan untaian molekul RNA. Langkah
pertama untuk melakukan proses penyisipan gen yaitu dengan cara mengkonversikan RNA dari
mantel virus ke dalam cDNA sebuah bakteri yang bisa disisipi. Kemudian gen dari bakteri tersebut
ditransfer ke agrobakter yang bertindak sebagai vector. Agrobakter mampu disisipi DNA tersebut
karena dia mempunyai plasmid TI. Kemudian DNA agrobakter tersebut disisipkan ke dalam satu
sel tanaman, dan sel tanaman tersebut ditumbuhkan dalam kultur yang sesuai. Setelah tumbuh
besar tanaman tersebut diuji coba dengan virus (TMV) setelah melakukan percobaan tersebut
ternyata tanaman yang telah disisipi gen agrobakter yang mengandung DNA virus akan kebal
terhadap serangan TMV. Jadi tidak hanya bagian tubuh tertentu dari tanaman yang kebal terhadap
virus, namun juga keseluruhan tubuh tanaman.
2. Pestisida secara genetika

Selama 35 tahun, beberapa petani telah menggunakan suatu bakteri sebagai pestisida, bakteri
tersebut adalah Bacillus thruringiensis (Bt), yang telah diresmikan menjadi pestisida tanaman.
Bakteri tersebut menghasilakn sebuah kristal protein yang membunuh serangga dan larvanya yang
membahayakan tanaman. Cara yang dilakukan untuk menyebarkan bakteri tersebut pada lahan
pertanian adalah dengan menyebarkan spora bakteri pada lahan pertanian, dengan demikian petani
akan dapat menjaga tanamannya walaupun tidak menggunakan bahan-bahan kimia pembunuh
serangga..

Dengan adanya bioteknologi, petani tidak hanya dapat menyebarkan bakteri pada lahan pertanian
mereka, namun mereka juga dapat menyebarkan gen Bt ke lahan mereka. Tanaman yang
mengandung gen racun Bt dapat membantu membunuh serangga . Dengan adanya bioteknologi
tanaman, telah banyak tanaman yang mempunyai insektisida dari gen, seperti tanaman tomat,
tembakau, jagung, dan kapas. Kenyataannya, sebagian besar biji kapas yang diproduksi sekarang
mengandung gen racun Bt, yang sangat efektif melindungi tanaman kapas dari serangan serangga.
Cara kerja dari gen racun tersebut adalah ketika serangga memakan daun kapas, dimana ketika
mereka memakan daun kapas tersebut mereka akan mati terbunuh. Gambar bakteri Bt ditunjukkan
dalam gambar 6.9.

3. Penyimpanan yang aman


Ladang tidak hanya sebagai tempat yang peka terhadap serangan serangga. Di Amerika beberapa
hasil juga sangat rentan terhadap serangan serangga selama penyimpanan. Sehingga di beberapa
negara dapat mengalami kekurangan makanan.

Namun sekali lagi, dengan adanya bioteknologi masalah tersebut dapat diatasi. Misalnya tentang
penelitian terhadap jagung. Di mana jagung dapat menghasilkan avidin. Avidin tersebut merupakan
sebuah protein yang ditemukan di dalam putih telur yang sangat rentan terhadap hama selama
masa penyimpanan. Protein tersebut menghalangi keberadaan biotin, vitamin yang dibutuhkan
serangga untuk hidup. Pemakaian teknologi ini dalam skala besar bisa menyelamatkan banyak
kehidupan di negara berkembang.

4. Kerentanan Herbisida
Pemberantasan hama secara tradisional mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya adalah
pemberantasan tersebut akan memberantas tanaman yang terinfeksi sampai ke rumput-rumput liar
yang ada di sekitarnya. Namun dengan adanya bioteknologi, saat ini para petani dapat
menggunakan herbisida dengan mudah tanpa mengkhawatirkan dampak negatifnya terhadap
lingkungan. Hasil panen dapat menjadi rentan terhadap herbisida tertentu, sebagai contoh yaitu
glyphosate. Herbisida ini menghalangi enzim yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Melalui
rekayasa biologi ilmuwan mampu membuat hasil panen transgenik yang menghasilkan enzim
alternatif yang tidak terpengaruh glyphosate. Pendekatan ini berhasil pada kacang-kacangan. Saat
ini kebanyakan kacang-kacangan yang dibudidayakan untuk digunakan sebagai makanan hewan,
mengandung gen yang kebal terhadap herbisida.

Petani yang menanam hasil panen yang kebal terhadap herbisida, bisaanya selalu mengontrol
rumput-rumput liar dengan bahan kimia yang lebih aman terhadap lingkungan dibanding herbisida.
Perkembangan ini sangat penting karena sebelum adanya hasil panen yang rentan, petani kapas
Amerika Serikat menghabiskan 300 juta dolar tiap tahun untuk memperoleh bahan-bahan kimia
yang akan disemprotkan ke lahan mereka.

5. Serat yang kuat


Seperti yang disebutkan di awal, cara lama untuk menghasilkan serat hanya dapat meningkatkan
rata-rata kekuatan serat kapas sampai 1,5% per tahun. Namun, setelah adanya bioteknologi melalui
penyisipan gen, kekuatan serat mengalami peningkatan samapai 60%. Serat yang dihasilkan
menjadi lebih halus, menjadi lebih nyaman dipakai saat dijadikan bahan bju dan yang pasti
menambah penghasilan petani.

Semua keuntungan dalam bidang bioteknologi sangat berguna untuk semua umat manusia.
Keuntungan yang sangat lebih berarti adalah mampu menyelamatkan manusia dari kelaparan.
Salah satu alternatif yang dihasilkan dari bioteknologi adalah dengan Golden Rice, yang secara
genetik dapat menghasilkan beta karoten, sebuah provitamin yang dapat memenuhi kebutuhan
vitamin A dalam tubuh. Hal tersebut akan sangant lebih efisien, karena menurut pengalaman
dengan adanya kebutaan terhadap anak-anak maka petugas kesehatan sangant sibuk dan kesulitan
untuk menyampaikan obat-obatan kepada mereka. Dan sekarang adenga adanya vitamin yang
terkandung dalam bahan makanan maka akan sangat membantu mengatasi hal-hal tersebut.
Namun, setiap kelebihan akan suatu penemuan pasti ada kekurangan yang mengukuti. Demikan
pula dengan adanya Golden Rice ini, untuk anak-anak yang kekurangan lemak dalam tubuhnya,
maka mereka tidak dapat mengkonsumsi beras ini dengan baik, karena sebelum dapat dikonsumsi
dengan baik oleh tubuh, maka harus diuraikan terlebih dahulu oleh lemak. Maka dari itu penemuan
tidak hanya sampai disana saja, para ilmuan mencari alternatif lain yang lebih mudah, dan efisien,
sebagai contoh mereka mulai mengambangkan beras kaya dengan zat besi dan protein.

6. Biofertilizer dan Biodecomposer

Daya dukung sebagian lahan pertanian, terutama di lahan-lahan marginal tergolong rendah sebagai
akibat dari rendahnya bahan organik tanah. Bahan organik tanah sebagai sumber energi sangat
penting artinya bagi aktivitas mikroba tanah. Sebagian dari mikroba tanah tersebut sangat berperan
dalam mekanisme efisiensi pelarutan unsur hara di dalam tanah, baik hara yang berasal dari tanah
maupun yang dari pupuk. Oleh karena kadar bahan organik yang rendah, maka aktivitas mikroba
tersebut juga rendah. Akibatnya, pupuk kimia yang diberikan ke tanah untuk tanaman, sebagian
besar terbuang oleh proses pencucian, penguapan, dan fiksasai. Oleh karena itu, apabila aktivitas
mikroba tanah dan/atau bahan organik tanah ditingkatkan, maka efisiensi penyediaan unsur hara
dapat ditingkatkan.

Pemanfaatan mikroba tanah untuk pertanian telah dimulai sejak abad ke 19, yaitu pemanfaatan
mikroba penambat nitrogen untuk meningkatkan kandungan hara N di dalam tanah. Mikroba tanah
yang dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer adalah mikroba pelarut hara, penambat hara,
pengikat hara, dan/atau pemantap agregat. Pada dasarnya biofertilizer bukan pupuk dalam
pengertian konvensional, seperti urea, SP36, atau MOP, sehingga aplikasinya tidak dapat
menggantikan seluruh hara yang dibutuhkan tanaman (Goenadi et. al., 1998). Aplikasi biofertilizer
ke dalam tanah, dapat meningkatkan aktivitas mikroba di dalam tanah, sehingga ketersediaan hara
berlangsung optimum dan dosis pupuk konvensional dapat dikurangi tanmpa menimbulkan
penurunan produksi tanaman dan tanah. Salah satu produk biofertilizer
bernama EMAS ( Enhancing Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0
000 206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai perusahaan
perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1999).

Kandungan bahan organik tanah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik limbah
pertanian yang telah terdekomposisi (kompos) ke dalam tanah. Proses dekomposisi memerlukan
secara alami waktu yang lama (3-6 bulan). Proses dekomposisi dapat dipercepat melalui
pengecilan bahan baku dan pemberian aktvator dekomposisi ( Biodecomposer ) (Goenadi, 1997).
Pemanfaatan biodecomposer dapat mempercepat proses pengomposan menjadi 2-3 minggu. Selain
itu, sebagian mikroba bahan aktif biodecomposer yang masih tertinggal di dalam kompos juga
berperan sebagai musuh alami penyakit jamur akar atau busuk pangkal batang.

7. Biokontrol dan Bioremediasi

Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi
mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi
maupun mikroba yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak
dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Bauveria bassiana untuk mengendalikan
serangga,Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan
boktor sengon ( Xyxtrocera festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit
tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp). Biokontrol tidak selalu
menggunakan mikroba sebagai bahan aktinya, Puslit Kopi dan Kakao di Jember saat ini tengah
mengembangkan semut hitam untuk mengendalikan hama Penggerek Buah Kakao (PBK).
Keuntungan pemanfaatan biokontrol untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan
mengurangi konsumsi pestisida yang tidak ramah lingkungan.

Salah satu penyebab menurunnya kualitas lahan pertanian di Indonesia adalah bayaknya residu
bahan kimia sintetik, seperti herbisida. Menurut data dari FAO (1998) penggunaan herbidisa di
Indonesia pada tahun 1996 sebesar 26.570 ton. Jumlah ini meningkat sebesar 395% jika
dibandingkan pengunaa herbisida pada tahun 1991 (6.739 ton). Upaya untuk memperbaiki kondisi
lingkungan yang terkena polusi herbisida tersebut telah dilakukan. Salah satu teknologi alternatif
untuk tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi . Bioremediasi didefinisikan sebagai proses
penguraian limbah organik/anorganik polutann secara biologi dalam kondisi terkendali.
Penguraian senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan
bakteri). Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara:
(i) menggunakan mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), (ii) memodifikasi lingkungan
dengan penambahan nutrisi dan aerasi (biostimulasi), (iii) penambahan mikroorganisme
(bioaugmentasi) (Sulia, 2003).

8. Peternakan dan Perikanan

Bioteknologi juga telah melakukan beberapa terobosan penting dalam dunia peternakanan dan
perikanan. Salah satu keberhasilan yang beberapa waktu lalu cukup mengemparkan dunia adalah
keberhasilan Dr. Ian Helmut mengkloning domba yang dikenal dengan Dolly. Keberhasilan ini
membuka peluang bagi dunia peternakan untuk mengembangbiakan tenak dengan sifat-sifat yang
relatif seragam. Keberhasilan lain adalah rekayasa genetik untuk meningkatkan efisiensi
metabolisme ternak/ikan, seperti peningkatan penyerapan pakan, peningkatan kualitas daging, dan
produksi susu (Huttner, 2003).

9. Rekayasa genetika

Rekayasa genetika adalah prosedur dasar dalam menghasilkan suatu produk bioteknologi.
Prosedur rekayasa genetika secara umum meliputi:

1. Isolasi gen.
2. Memodifikasi gen sehingga fungsi biologisnya lebih baik.

3. Mentrasfer gen tersebut ke organisme baru.

4. Membentuk produk organisme transgenik.

Prosedur pembentukan organisme transgenic ada dua, yaitu melalui proses introduksi gen dan
melalui proses mutagenesis.

10. Proses introduksi gen

Beberapa langkah dasar proses introduksi gen adalah:

1. Membentuk sekuen gen yang diinginkan yang ditandai dengan penanda yang spesifik
2. Mentransformasi sekuen gen yang sudah ditandai ke jaringan
3. Mengkultur jaringan yang sudah mengandung gen yang ditransformasikan

4. Uji coba kultur tersebut di lapangan.

11. Mutagenesis

Memodifikasi gen pada organisme tersebut dengan mengganti sekuen basa nitrogen pada DNA
yang ada untuk diganti dengan basa nitrogen lain sehingga terjadi perubahan sifat pada organisme
tersebut, contoh: semula sifatnya tidak tahan hama menjadi tahan hama.

2. Kelompok Mikroorganisme yang bermanfaat dalam Penerapan Bioteknologi

- Bakteri
- Khamir
- Kapang
- Algae
- Sel tumbuhan dan sel, jaringan hewan

Keberhasilan penerapan bioteknologi disokong oleh pengintegrasian berbagai desiplin ilmu antara lain:

- Ilmu pengetahuan alam dan teknologi


- Mikrobiologi
- Biokimia
- Genetika
- Biologi Molekuler
- Kimia

3. Proses bioteknologi

Proses Bioteknologi Mencakup :

1. Produksi Sel
2. Transpormasi Kimia yang Diingini (ada 2)
a. Pembentukan suatu produk akhir yang diingini ( Enzim, Antibiotika, Asam
Organik, dan Steroid)
b. Penguraian bahan baku yang diberikan (limbah, destruksi buangan industri,
tumpahan minyak)

Reaksi pada proses bioteknologi dapat bersifat:

1. Katabolik ( Senyawa komplek diuraikan menjadi senyawa sederhana. Misalnya glukosa


menjadi etanol)
2. Anabolik/ Biosintesis ( Molekul sederhana menjadi senyawa komplek. Misalnya sintesis
antibiotika)

4. Dampak Penerapan Bioteknologi

Bioteknologi, terutama rekayasa genetika, pada awalnya diharapkan dapat menjelaskan berbagai
macam persoalan dunia seperti, polusi, penyakit, pertanian, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam
kenyataannya juga menimbulkan dampak yang membawa kerugian. Bagaimana dampak penerapan
bioteknologi?

Dampak Terhadap Lingkungan

Pelepasan organisme transgenik (berubah secara genetik) ke alam


bebas dapat menimbulkan dampak berupa pencemaran biologi yang
dapat lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan nuklir.

Dengan keberadaan rekayasa genetika, perubahan genotipe tidak


terjadi secara alami sesuai dengan dinamika populasi, melainkan
menurut kebutuhan pelaku bioteknologi itu. Perubahan drastis ini
akan menimbulkan bahaya, bahkan kehancuran.

Menciptakan makhluk hidup yang seragam bertentangan dengan


prinsip di dalam biologi sendiri, yaitu keanekaragaman.

Dampak Terhadap Kesehatan


Produk rekayasa di bidang kesehatan dapat juga menimbulkan masalah serius. Contohnya adalah

penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang


meninggal di Inggris.

Tomat Flavr Savrt diketahui mengandung gen resisten terhadap


antibiotik.
Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH disinyalir
mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi
kesehatan manusia.

Dampak di Bidang Sosial Ekonomi


Beragam aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa bioteknologi mengandung dampak ekonomi yang

membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat .

Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil.

Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (bovine growth hormone:


BGH) dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20% niscaya
akan menggusur peternak kecil. Dengan demikian, bioteknologi
dapat menimbulkan kesenjangan ekonomi.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, tembakau, cokelat, kopi,
gula, kelapa, vanili, ginseng, dan opium akan dapat dihasilkan
melalui modifikasi genetika tanaman lain, sehingga akan
menyingkirkan tanaman aslinya. Dunia ketiga sebagai penghasil tanamantanaman tadi
akan menderita kerugian besar.

Dampak Terhadap Etika


Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius.

Menyisipkan gen mahkluk hidup lain yang tidak berkerabat


dianggap melanggar hukum alam dan sulit diterima masyarakat.
Mayoritas orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan gen itu tidak etis, 90% menentang
pemindahan gen manusia ke hewan, 75% menentang pemindahan gen hewan ke hewan lain.

Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa


konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Bagaimana hukumnya bagi penganut
agama Islam, kalau gen babi disisipkan ke dalam buah semangka?

Penerapan hak paten pada makhluk hidup hasil rekayasa


merupakan pemberian hak pribadi atas makhluk hidup. Hal itu
bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang menghargai
nilai intrinsik makhluk hidup.

1. Dampak Negatif Bioteknologi


Bioteknologi, seprti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif.

Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman


hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman
sekarabat atau kerabat dekat.
Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen
asaing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun
bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada
tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asibg ke genom inag
dapat menimbulkan interaksi anatar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang
menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah

persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran


produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki
teknologi yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh
tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal
sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang.
Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian
transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang.
Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga
semakin menambah dominasi negara maju.

2. Dampak Positif Bioteknologi

Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen


untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan
perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun
penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur,
lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor /
resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan
nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi
komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan
menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan
membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan
sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan
kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai
bioprespecting. Perdebatan tentang positif untuk mengatasi
dampak negatif yang dapat ditimbulkan bioteknologi, antara lain
pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman
Hayati, (Convetion on Biological Diversity) yang mengikat secara
hukum bagi negara-negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai
tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah
meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda
ketahui, Negara Amerika Serikat tidak ikut menadatangani
konvensi tersebut. Di sepakati pula Cartegena Protocol on
Biosafety (Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati).
Protokol tersebut menyinggung tentang prosedur transpor
produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang
timbul akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati.
Ekosistem, dan kesehatan manusia. Pengertian klon bioteknologi
modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel (jaringan), molekul
bibit tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada
tanaman perenial, antara lain kopi, teh, karet, dan mangga.
Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan, kultur organ,
dan embiogenesis somatik dapat pula diterapkan pada jaringan
hewan dan manusia. Tidak seperti pada tumbuhan, kultur pada
hewan dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi individu
baru.

DAFTAR PUSTAKA

Sadrjoko. 1982. Bioteknologi Latar Belakang Dan Beberapa Penerapannya. Pt. Gramedia
Pustaka. Utama Jakarta.

Smith, J.E..1985. Prinsip Bioteknologi. Penerbit Pt. Gramedia

Smith, J.E.. 1995. Bioteknologi Edisi 2. Penerbit EGC.

Suharto,I. 1995. Bioteknologi Dalam Dunia Industri. Penerbit Andi Offset Yogyakarta.

Suriasumantri dan Jujum, S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Penerbit
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Weisman, A. 1983. Principles Of Bioteknologi. Surrey University Press

wm_nalley.htm

www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai