Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TUGAS KEWARGANEGARAAN

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

DISUSUN OLEH :
AGUNG PRABOWO
ANDIKA FIRMANSYAH
BAYU SETYAWAN
OKY SETIAWAN
REYNALDI
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
a. Tujuan Penulisan
b. Latar Belakang
c. Ruang Lingkup Penulisan

Bab 2 Landasan
a. Pengertian Etika
b. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral
c. Nilai, Norma, dan Moral
d. Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis

Bab 3 Pembahasan
a. Pancasila sebagai sistem etika dalam Pilkada sampai Pemilu
b. Aplikasi Nilai, Norma, dan Moral dalam kehidupan sehari-hari.

Bab 4 Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait.Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu
sistem nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu
pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai tersebut dijabarkan
dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan
Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-
norma itu meliputi :
1. Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum.Dalam pengertian
itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai
etika yang merupakan sumber norma.

b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
a. Agar kita lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.
b. Untuk mendorong semangat kita agar memiliki etika yang sesuai dengan
Sila Pancasila.

2. Tujuan Umum
a. Untuk menambah wawasan kita tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.
b. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem
Etika.

c. Ruang Lingkup Penulisan


Dengan mengacu pada judul, maka kami membatasi materi ini hanya
membahas tentang Pancasila sebagai Sistem Etika.
BAB II
LANDASAN
a. Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap
terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu
yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau
bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua
kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus. Etika Umum mempertanyakan prinsip-
prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada
prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta system nilai
apa yang terkandung didalamnya. Etika khusus membahas prinsip prinsip tersebut diatas
dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika
individual) maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu
Etika Individual dan Etika Sosial.
- Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan
dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung
jawabnya terhadap Tuhannya.
- Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya dengan manusia, masyarakat, Bangsa dan Negara.
b. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Nilai Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di
samping sistem sosial dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
dalam enam macam, yaitu :
1. Nilai teori
2. Nilai ekonomi
3. Nilai estetika
4. Nilai sosial
5. Nilai politik dan
6. Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
1. Nilai kenikmatan
2. Nilai kehidupan
3. Nilai kejiwaan
4. Nilai kerohanian

c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :


1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerokhanian

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai


manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan
kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

2. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata
nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma
filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk
dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
- Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber
sumber pada agama.
- Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati
nurani, moral atau filsafat hidup.
- Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.
- Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat.

3. Pengertian Moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik
terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang
mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


1. Nilai Dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra manusia, namun
dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap meiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut.
Nilai dasar berifat universal karena karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak
karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar yang berkaitan dengan
hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada hakikat kemanusiaan yang
dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Dan
apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan
waktu) maka nilai dasar itu juga dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun
apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai
dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai-nilai instrumental.
D. Hubungan Nilai, Norma, dan moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak
digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki fondasi
yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku
manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral
maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat
manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.
Sementara itu hubungan antara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang
memberikan ajaran moral.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Pancasila sebagai Sistem Etika Dalam PILKADA sampai PEMILU
Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang
sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah Pancasila sebagai
suatu sistem etika. Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu
negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang
dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk
pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang
beradab didunia.Kecenderungan menganggap hal yang tak penting akan kehadiran pancasila
diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab.
Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah, karena berasal dari tingkah laku dan hati
nurani. Pancasila sebagai etika, dapat kita ketahui bahwa dalam pembahasan Bab 3 ini
tentang pancasila sebagai etika. Etika merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang
membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada ) dan dibagi mejadi
kelompok. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika juga ilmu yang membahas tentang bagaimana dan
mengapa kita harus belajar tentang etika dan mengikuti ajaran moral. Etika pun dibagi
menjadi 2 kelompok etika umum dan khusus. Etika khusus ini terbagi dua yaitu terdari etika
individual dan etika social. Etika politik adalah cabang bagian dari etika social dengan
demikian membahas kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana
seseorang dalam suatu masyarakat kenegaraan ( yang menganut system politik tertentu)
berhubungan secara politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam
melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan memahami norma-
norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.Dan pancasila memegang peranan
dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja
kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila
ke dua kemanusian yang adil dan beadab tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran
pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, Setiap sila pada dasarnya
merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan. Maka bisa dikatakan bahwa fungsi pancasila sebagai etika itu sangatlah penting
agar masyarakat harus bisa memilih dan menentukan calon yang akan menjabat dan menjadi
pimpinan mayarakat dalam demokrasi liberal memberikan hak kepada rakyat untuk secara
langsung memilih pejabat dan pemimpin tinggi (nasional, provinsi, kabupaten/kota) untuk
mewujudkan harapan rakyat ! dengan biaya tinggi serta adanya konflik horizontal.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM,
ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi
liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (konsep :
RUU BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak
mampu menjangkau.Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76
dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam
hak-hak sosial ekonomi bangsa !
Dalam pelaksanaan pilkada sebagai prakteknya demokrasi liberal, juga menghasilkan otoda
dalam budaya politik federalisme, dilaksanakan: dengan biaya amat mahal + social cost juga
mahal, dilengkapi dengan konflik horisontal sampai anarchisme. Pilkada dengan praktek
demokrasi liberal, menghasilkan budaya demokrasi semu (demokrasi palsu). Bagaimana
tidak semu ; bila peserta pilkada 3 5 paket calon; terpilih dengan jumlah suara sekitar 40%,
35%, 25%. Biasanya, yang terbanyak 40% ini dianggap terpilih sebagai mayoritas. Padahal
norma mayoritas di dunia umumnya dengan jumlah 51% ! Apa model demokrasi-semu
(=demokrasi palsu) ini yang akan dikembangkan reformasi Indonesia? atas nama demokrasi
langsung dan HAM. Bandingkan dengan demokrasi Pancasila dalam UUD Proklamasi 45
Pasal 1, 2 dan 37. Pasal 95 (1), (2), yang menetapkan : calon terpilih bila memperoleh suara
lebih dari 25 % dari jumlah suara sah. Dalam halnya PEMILU tahun 2009 banyak partai-
partai yang belum memakai etika politik. Bukan hanya para partai saja, melainkan
masyarakat yang memilih pun terkadang tidak memilih untuk memikirkan bangsanya
melainkan hanya berfikir untuk kepentingan sendiri (independent). Dan pada PEMILU tahun
ini banyak yang melanggar etika politik yang telah diterapkan oleh KPU.

b. Aplikasi Nilai, Norma,dan Moral dalam kehidupan sehari-hari


Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga
moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai
social merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga dicontohkan, seorang
kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa
sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia,
nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang
dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.
Dapat di jelaskan juga bahwa yang dimaksud norma social adalah patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib
sebagaimana yang diharapkan.
Tingakat norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Cara
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan
2. Kebiasaan
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
3. Tata kelakuan
Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
4.Adat istiadat, Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke
daerah lain.,upacara adat (misalnya di Bali)
Norma hukum (laws)
- Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas
- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia
Norma kesusilaan
Contoh :
orang yang berhubungan intim di tempat umum akan di cap tidak susila, melecehkan wanita
ataupun laki-laki didepan orang.
Norma kesopanan
Contoh :
- memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil.
-Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan,
kencing di sembarang tempat
Dan ada beberapa norma yang lain yang belum di sebutkan dalam hal ini. Setelah masuk pada
nilai dan norma. Dalam aplikasi yang terakhir akan membahas tentang moral.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia
harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Contoh moral adalah : Tidak terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu kepada orang
lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai HAM.
Dapat dicontoh dalam hal nya pendidikan. Seorang siswa yang ingin bersekolah tapi dengan
tidak dana maka ia tak dapat sekolah sampai cita-citanya tidak terwujud.
Contohnya moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas yang berisikan
dokumen penting dan juga sejumlah uang yang tersapat dalam tas tersebut. Seandainya kita
memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu pada kepemiliknya kalau tidak
pada yang berwajib.

BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika. Harapan kami semoga
penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kami pada khususnya dan
pembaca pada umumnya. Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini, maka kami
atau penyusun dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:

A. Simpulan
Dari hasil pembelajaran kami selama melaksanakan penyusunan makalah ini, kami
atau penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Pendukung dari Pancasila sebagai
sistem etika adalah Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang
baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika
disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu Kemanusian
yang adil dan beradab sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila
masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan
negara.

Anda mungkin juga menyukai