Peledakan Jenjang
Peledakan Jenjang
Landasan Teori
Ada 3 (tiga) metode peledakan jenjang yang biasa digunakan untuk tambang terbuka, dan
pemilihan salah satunya tergantung pada karakteristik batuan dan kemungkinan yang terjadi di
bawah kondisi seharusnya. Ketiga metode tersebut adalah line drilling, cushion blasting, dan preslit.
Faktor pemilihan teknik yang digunakan berdasarkan pada sifat batuan, kekuatan tanah (ground
strength), diameter lubang bor perimeter, spasi yang diperbolehkan, tipe bahan peledak yang
digunakan, dan jarak lubang bor buffer (penahan) yang tersedia.
Semua metode menggunakan pembuatan lubang bor pada batas pinggir
Penggalian dan itu dalam bentuk buffer zone (daerah penyangga) antara lubang bor
produksi terdekat dengan lubang bor batas pinggir (perimeter). Juga, membutuhkan
ketelitian penjajaran lubang bor. Ketika lubang bor produksi diledakkan, patahan-
patahan terjadi padabuffer zone sampai garis lubang bor perimeter tapi tidak pas
sampai garis.
Presplitting membutuhkan pengisian yang lebih sedikit (lightly loaded), lubang
bor ditempatkan dengan teliti, dan diledakkan sebelum lubang bor produksi. Tujuan
dari presplitting adalah, pertama, untuk membentuk lintasan bidang patahan
dimana radial cracks dari peledakan produksi tidak akan dapat melewatinya. Kedua,
bidang rekahan dibuat kemungkinan untuk memperbagus dinding dan memungkinkan
penggunaan lereng yang dalam/tinggi dengan perawatan
minimal. Presplitting sebaiknya digunakan untuk melindungi kedudukan final wall dari
penyebab kerusakan oleh peledakan produksi.
Trimblasting adalah salah satu teknik pengendalian, digunakan untuk mencukur
dinding akhir dengan rapi setelah peledakan produksi. Terlebih dahulu material hasil
peledakan produksi mengambil tempat atau dengan menggunakan delay (pada
peledakan yang sama) telah mengarahkan broken ore sehingga diperoleh bidang bebas
bagi lubang bortrimblasting untuk meledak. Barisan lubang bor trimblast sepanjang
perimeter yang diledakkan paling akhir selama peledakan produksi, sebenarnya tidak
akan dapat melindungi stabilitas jenjang akhir. Radial crack dari peledakan produksi
akan mencapai jenjang (dinding) akhir. Lapisan lumpur atau diskontinyu lainnya dapat
meneruskan gas-gas dari area peledakan produksi sampai ke dinding akhir. Satu-
satunya tujuan trimblasing adalah menghasilkan atau membuat dinding yang bagus
untuk batas akhir (perimeter) yang stabil.
Line drilling, adalah teknik pengendalian dinding jenjang mahal dapat digunakan
untuk menghasilkan dinding jenjang yang bagus, namun tergantung pada kondisi
geologi. Line drilling digunakan sebagai pelindung final contour dariradial crack yang
berfungsi sebagai konsentrator tegangan yang menyebabkan retakan antara lubang line
drilling, selama peledakan produksi berlangsung. Jika pengendalian dinding sangatlah
penting, sebaiknya tidak hanya menggunakan line drilling untuk keperluan perlindungan
dinding akhir. Line drilling lebih sering digunakan dalam menghubungkan salah satu
dari presplitting atau trimblasting.
PRINSIP PENGGUNAAN
Bahan peledak yang digunakan untuk presplitting dan trim blasting biasanya
berupa Amonium Nitrate. Pengalaman menunjukkan gas tertinggi peledakan produksi
menghasilkan retakan yang baik dan mengurangi kemungkinan hair line cracks pada
dinding lubang bor. Mengenai hal ini, tipe bahan peledak yang digunakan tidak terlalu
penting. Umumnya perhitungan kebutuhan bahan peledak menggunakan rumus
sederhana yang cepat dalam bentuk lb/ft bahan peledak untuk lubang bor. Rules of
thumb (menurut kebiasaan) juga mengindikasikan diameter isian dibawah setengah
diameter lubang. Dengan menggunakan isian diameter kecil pada lubang diameter
besar, tekanan gas menurun dengan cepat karena ekspansi dalam volume besar.
Prosedur ini disebut decoupling. Penurunan aliran tekanan disini adalah efek tekanan
yang dibawa bahan peledak pada batas range tertentu yang umumnya digunakan oleh
bahan peledak. Efek yang terjadi dibawah prosedur decoupling, dengan penggunaan
presplitting atau trimblasting, satu bahan peledak dengan yang lainnya menghasilkan
perbedaan tegangan dalam batuan rata-rata 10%. Sebagai contoh tegangan yang
diproduksi lubang bor 12 inchi diperlihatkan gambar 3.1. Rasio decoupling didefinisikan
sebagai diameter lubang bor dibagi diameter isian.
Line Drilling
Line drilling menyediakan suatu bidang lemah untuk dimana batuan akan hancur.
Lubang bor line drilling membantu memantulkan shock wave, mengurangi efek
shattering (kehancuran) batuan diluar batas pinggir (perimeter).
Lubang bor line drilling, biasanya meningkatkan biaya pemboran, jangan melebihi
diameter 3 inchi (76 mm) dan diberi jarak spasi 1-4 kali diameter lubang. Tergantung
pada kondisi batuan. Formasi batuan dengan peristiwa patahan dan bidang lemah yang
besar membutuhkan jarak (spasi) lubang bor line drilling rapat. Pada formasi batuan
homogen yang kuat (massive), lubang bor line drilling dapat dibuat dengan spasi
melebihi 4 kali diameter lubang bor.
Lubang bor line drilling tidak diisi bahan peledak, dan lubang bor bantalan (buffer
holes) dapat diisi bahan peledak agak kurang dan spasi lebih rapat daripada lubang
ledak yang lainnya. Lebar daerah bantalan (buffer zone) 0,5-0,75 kali jarak burden
lubang bor produksi. Spasi pada buffer zone kira-kira 0,75 kali burden normal, dan
hanya diisi setengah bahan peledak dari pengisian normal di dalam lubang bor. Dalam
hal ini lubang bor pada baris buffer zone sebaiknya distribusi bahan peledak seluruhnya
diisi dengan teknik deck, dengan detonating cord.
Line drilling sangat membutuhkan banyak lubang bor dibandingkan metode
lainnya. Juga, metode line drilling sangat tidak efektif pada formasi batuan yang tidak
homogen. Pada formasi batuan tersebut banyak terdapat bidang perlapisan (bedding),
lipatan (jointing), dan seam; line drilling tidak efektif menghalangi/menahan bidang
lemah (alami) yang memenjang sampai ke dinding akhir.
Dengan tidak mengisi bahan peledak pada luang bor spasi rapat pada kondisi
geologi tertentu dapat bertindak sebagai konsentrator tegangan atau crack guides
untuk menyebabkan crack antara lubang bor. Line drilling yang tidak diisi bahan
peledak kadang-kadang digunakan pada sudut (corner) yang sulit untuk mengarahkan
crack dari presplit ke dlam bentuk sudut tertentu. Line drillng juga digunakan antara
presplit atau lubang tembak trimblasting untuk menolong mengarahkan crack antara
lubang bor yang diisi. Pada material geologi yang rumit, dilakukan dengan menjaga
konsentrasi fracture pada bidang lemah (alami) daripada bidang lemah yang terbentuk
akibat pemboran line drilling.
Line drilling akan lebih efektif bila sebagian besar lubang bor produksi sudah
diledakkan, mengurangi tumpukan material di depan bidang bebas untuk memberikan
ruang yang cukup untuk peledakan (penggunaan delay panjang pada baris terakhir).
Hal ini akan mengurangi tekanan balik (back pressure) dari ledakan, dengan cara
memantulkan gelombang tekan.
S = 16 Dh
Dimana :
S = spasi, inchi
Dh = diameter lubang bor kosong, inchi
B = 1,3 S
Dimana :
B = burden, inchi
S = spasi, inchi
Presplit
dec = Dh2/28
Dimana :
dec = isian bahan peledak, lb/ft
Dh = diameter lubang bor, inchi
deb = 3 dec
Dimana :
deb = bottom load, lb/ft
Jika isian bahan peledak telah dihitung, spasi antar lubang bor dalam
peledakan presplit, dapat ditentukan dengan :
S = 10 Dh
Dimana :
S = spasi, inchi
Dh = diameter lubang bor kosong, inchi
Gambar 3.8
Setelah proses peledakan terjadi, pada jenjang akan dijumpai bentuk yang
mempengaruhi kenampakan jenjang yaitu :
a. Overbreak, batuan yang hancur sehingga melebihi batas akhir dari jenjang
b. Overhang, tonjolan sisa batuan setelah dilakukan peledakan yang menggantung pada
dinding bagian atas dari jenjang
c. Toe, tonjolan batuan setelah dilakukan peledakan yang terdapat pada dasar lantai dari
jenjang.
0VERBREAK
Backbreak
Backbreak, kerusakan pada bagian belakang lubang bor baris terakhir. Banyak
penyebab backbreak. Ini dapat terjadi pada pemberian burden yang berlebihan
sehingga bahan peledak dapat mematahkan dan membentuk radial crack yang lebih
lanjut dibelakang baris lubang bor terakhir (gambar 3.9 (a)). Penentuan delay yang tidak
tepat dari peledakan antar baris (row-to-row) dapat menyebabkan backbreak bila timing
terlalu pendek karena peningkatan kurungan pada baris terakhir saat diledakkan.
Pembuatan bench yang terlalu kaku (L/B<2) berakibat terlalu uplift dan backbreak dekat
collar dari lubang (gambar 3.9 (b)). Stemming yang panjang pada bench pendek juga
meningkatkan terjadinya overbreak. Jika menggunakan lubang bor pendek, harus
dengan L/B ratio rendah dengan menambah burden, solusi permasalahan dilakukan
mengganti penggunaan dengan lubang bor kecil berarti mengurangi burden dan
menambah stiffness ratio. Prosedur ini, bagaimanapun tidak dapat dilakukan pada
semua operasi peledakan. Oleh karena itu, harus digunakan cara lain untuk merapikan
shear holes pada bagian collarnya.
Lubang bor satelit (satellite holes) dapat digunakan antara lubang bor produksi
pada cap rock (bagian atas batuan) dalam area zone stemming yang dapat diisi dengan
sedikit isian (lightly loaded) dan diledakkan dengan delay akhir. Operator biasanya
member satellite holes (gambar 3.10 (a)) untuk membantu mengurangi permasalahan
pada cap rock dan mengurangi overbreak. Bila isian satellite digunakan dalam zona
stemming seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10 (a), isian tersebut harus
diledakkan dengan delay singkat setelah isian utama diledakkan. Untuk menghindari
peledakan premature yang tidak terkendali pada isian utama dalam lubang bor dengan
tidak terlebih dahulu meledakkan isian satellite yang dapat menyebabkan stemming
terlempar.
Teknik lain yang mirip penggunaan satellite charges adalah melanjutkan isian utama
sampai zona stemming. Isian utama pada zone stemming ini, diameter isiannya
dikurangi. Isian diameter kecil dalam lubang yang agak besar menghasilkan pressure
yang cukup untuk menyebabkan crack mirip presplitting pada collar area (gambar 3.10
(b)).
Gambar 3.9
Endbreak
Gambar 3.10
GEOMETRI PELEDAKAN
Burden
Jarak burden didefinisikan sebagai jarak tegak lurus terdekat dari relief (bidang
bebas) saat lubang bor diledakkan. Jika burden terlalu kecil, batuan akan terlempar
jauh dari permukaan. Airblast tinggi dan fragmentasi jauh dari yang diharapkan. Jika
burden terlalu besar; terjadi backbreak yang hebat dibelakang barisan lubang bor
terakhir dan terjadi shattering pada dinding belakang. Burden yang terlalu besar juga
dapat menyebabkan lubang tembak glyser karena flyrock juga terjadi pecahan vertical
dan ledakan tinggi. Burden yang besar akan menyebabkan kurungan yang berlebihan
dalam lubang tembak, yang menghasilkan ground vibration tingkat tinggi dari per lbs
bahan peledak yang digunakan. Pecahan batuan bisa mencapai extremely coarse dan
juga menghasilkan masalah pada toe. Dari seluruh variable desain, dimensi burden
yang paling vital sehingga harus dengan kesalahan minimal.
Dalam menentukan burden, harus diingat bahwa density bahan peledak jarang
melebihi 1,6 atau kurang dari 0,8 gr/cm 3, berat jenis batuan yang diledakkan jarang
melebihi 3,2 atau kurang dari 2,2 gr/cm 3.
Untuk menentukan besarnya burden digunakan persamaan Konya 1990
berikut :
B = 3,15 De (Sge/SGr)0,33
B = [(2 Sge/SGr) + 1,5] x De
B = 0,67 De (Stv/SGr)0,33
Dimana :
B = burden, feet
SGe = berat jenis bahan peledak
SGr = berat jenis batuan
De = diameter lubang bor, inchi
Stv = relative bulk strength (ANFO = 100)
Gambar 3. 11
Sedangkan untuk koreksi digunakan :
Bc = Kd x Ks x Kr x B
Dimana :
Kd = koreksi deposisi batuan
Ks = koreksi struktur geologi
Kr = Koreksi jumlah baris
Bc = Burden terkoreksi (feet)
Tabel 3.1
Penyalaan
Inisiasi timing adalah salah satu yang paling mudah dikoreksi bila terjadi
kegagalan lubang tembak. Waktu inisiasi yang baik dapat menghasilkan :
1. peningkatan fragmentasi dengan tidak menambah bahan peledak
2. mengurangi getaran sampai 75%
3. mengurangi flyrock dan blowout
4. menambah stabilitas dinding dengan berkurangnya backbreak di bagian belakang.
5. Menghasilkan fragentasi yang lebih banyak dan ground vibration yang lebih terkendali.
th = Th x S
dimana :
Th = ketetapan waktu tunda antara lubang ledak (milidetik). Lihat tabel
3.2 (1 milidetik = 0,001 detik)
S = Spasi (meter)
Tabel 3.2
tr = Tr x B
dimana :
Tr = ketetapan waktu tunda antar baris (milidetik). Tabel 3.3
B = Burden (meter)
Tabel 3.3
Pola penyalaan ini sangat dipengaruhi oleh bidang bebas yang tersedia, hal
tersebut biasanya menjadi arah lemparan material hasil ledakan. Selain bidang bebas,
faktor lain yang mempengaruhi adalah bidang-bidang lemah yang ada, misalnya dalam
penyusunan pola peledakan atau penyalaan memanfaatkan bidang-bidang lemah
seperti rekahan-rekahan yang ada, sedemikian rupa sehingga arah peledakan dari
nomor waktu tunda yang sama terhadap arah rekahan memungkinkan terjadinya
pecahan yang baik, biasanya arah peledakan tegak lurus dari arah rekahan.
Spasi
Spasi adalah nilai yang dihitung berdasarkan burden, ukuran spasi yang terlalu
tinggi akan menyebabkan efek penghancuran yang berlebih pada batas kolom isian,
batas akhir jenjang, serta dapat pula menghasilkan blok yang besar di bagian depan
front peledakan dan dapat pula menyebabkan munculnya masalah berupa tonjolan-
tonjilan pada lantai-lantai jenjang.
Ukuran spasi yang terlalu besar antara lubang ledak dapat menyebabkan tidak
cukupnya energi untuk menghancurkan batuan antara lubang ledak, selain itu masalah
tonjolan pada lantai jenjang akan terus ada, permukaan dinding jenjang akan menjadi
tidak rata dengan batuan menggantung.
Gambar 3.12
Dari studi yang dilakukan terdapat 4 perbedaan ratio spasi tergantung pada
penentuan waktu peledakan dan stiffness. Untuk peledakan simulatan antara lubang
bor dalam satu baris, diperoleh hubungan curvalinier ketika L/B dibawah 4. Jika L/B
dibawah 4 diperoleh hubungan linier. Hubungan yang sama juga diperoleh dengan
penggunaan delay. (Konya, 1990)
Gambar 3.13
Tabel 3.4
Stemming
Stemming adalah jarak atau ukuran yang terletak pada bagian atas dari lubang
ledak ayang diisi material atau debu pemboran yang dimaksudkan untuk mengontrol
gas-gas, airblast dan batuan terbang dari proses peledakan.
Jika ukuran penyumbat terlalu panjang akan mengakibatkan pemecahan batuan
pada lapisan bagian atas yang kurang baik dan akan menyebabkan overbreak. Pada
saat proses peledakan terjadi zona daerah penyumbat akan terangkat dan jatuh secara
lambat ke atas tumpukan material hasil peledakan setelah burden terbongkar.
Umumnya penyumbat yang digunakan pada peledakan memakai cutting
pemboran, hal ini biasanya mempermudah dan mengurangi ongkos dari peledakan,
tetapi hal tersebut juga mempunyai kekurangan, sebab debu pemboran mempunyai
tingkat saling mengikat yang lemah, sehingga sering terjadi adanya pelepasan energi
bahan peledak yang belum maksimal, berakibat hasil peledakan kurang baik.
Untuk memperoleh hasil ledakan yang baik, ukuran material penyusun pada
penyumbat dan angkat stemming ratio (Kt) menurut Konya, adalah sebagai berikut :
Sz = 0,05 Dh
Dimana :
Sz = ukuran partikel (inchi)
Dh = ukuran diameter lubang ledak (inchi)
1 inchi = 0,0254 meter
b. Stemming ratio
Kt = 0,7 x B
Dimana :
Kt = Stemming Ratio
B = Burden (meter)
http://fhendymining.blogspot.co.id/2011/11/peledakan-jenjang.html
Cushion ( trim ) Blasting
Posted on January 14, 2013
Trim blasting merupakan salah satu metode dalam controlled blasting. Trim
blasting berfungsi untuk menciptakan suatu jenjang akhir. Pada Trim
blasting, lubang ledak berada pada baris terakhir dari lubang produksi dan
terletak dekat dengan dinding yang ingin dibentuk. Baris lubang trim
memiliki spacing yang lebih kecil daripada spacing di lubang produksi.
Lubang trim memiliki isian bahan peledak lebih sedikit daripada lubang
produksi. Tujuan dari Trim blasting adalah untuk menciptakan suatu jenjang
yang stabil dengan mengurangi overbreak yang berasal dari peledakan
produksi.
Proses yang terjadi pada Trim blasting yaitu, ketika lubang produksi
meledak maka akan menimbulkan gelombang kejut ke arah lubang trim.
Ketika lubang trim meledak maka akan menimbulkan gelombang kejut pula.
Pada saat lubang produksi meledak menimbulkan energi yang besar dan
mengakibatkan rekahan-rekahan pada masa batuan tersebut. Gelombang
kejut yang berasal dari lubang produksi akan menyebarkan energi keseluruh
massa batuan, termasuk ke lubang trim. Namun, karena isian dari lubang
trim tersebut lebih sedikit, maka ketika lubang trim meledak energi yang
dihasilkan dari lubang trim tersebut tidak sebesar energi dari lubang
produksi. Akibat dari energi yang tidak terlalu besar tersebut diharapkan
gelombang kejut yang dihasilkan lubang trim tidak akan menimbulkan
backbreak pada dinding.
1. spacing
St = ( 12-16 ) x D
Dengan : St : Spacing pada lubang trim, (m)
1. Burden trim ( Bt )
Bt = St
1. Stemming
T=
1. Kolom isian
Pc = H-T