Anda di halaman 1dari 55

Pemeriksaan Pasca

Peledakan
Tujuan

Setelah menyelesaikan materi ini, peserta diharapkan


mampu :
a. Melakukan pemeriksaan terhadap lokasi
pascapeledakan;
b. Memeriksa kualitas fragmentasi hasil peledakan
c. Melakukan penanganan pada lubang yang gagal
meledak (misfire);
d. Melakukan peledakan terhadap bongkah batuan
(secondary blasting).
Hal-hal Yang Perlu Dilakukan Setelah Peledakan Adalah:

1. Sekitar 15 menit setelah ledakan,


pemeriksaan dilakukan terhadap gas-gas
beracun dan kemungkinan adanya lubang
yang gagal ledak (misfire).
2. Apabila terdapat lubang yang gagal ledak
dengan pemeriksaan adanya sumbu ledak
dan kabel listrik yang terlihat, maka terlebih
dahulu harus dilaporkan ke Pengawas
Peledakan, kemudian segera ditangani.
Lubang yang gagal ledak harus ditandai
dengan bendera merah.
Hal-hal Yang Perlu Dilakukan Setelah Peledakan Adalah:

3. Apabila kondisi lubang yang gagal ledak


dinilai oleh Pengawas Peledakan
membutuhkan waktu beberapa jam untuk
menanganinya, maka kembalikan dahulu
jalur komunikasi kepada sentral informasi.
4. Apabila seluruh lubang meledak dengan
baik dan konsentrasi gas dipastikan sudah
cukup aman, segera laporkan ke Pengawas
Peledakan untuk diinformasikan ke seluruh
karyawan dan masyarakat disekitarnya.
Pemastian Lokasi Pascapeledakan

 Aman dari gas hasil peledakan


❑ Smoke (uap dan asap)
❑ Fumes (CO, NO2)
Pada tambang bawah tanah harus
diperhatikan secara khusus dengan sistem
Vetilasi
Terbentuknya Gas-Gas Beracun

1. Pencampuran ramuan bahan peledak yang


meliputi unsur oksida dan bahan bakar (fuel) tidak
seimbang, sehingga tidak mencapai zero oxygen
balance;
2. letak primer yang tidak tepat;
3. kurang tertutup karena pemasangan stemming
kurang padat dan kuat;
4. adanya air dalam lubang ledak;
5. sistem waktu tunda (delay time system) tidak tepat,
dan;
6. kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak
dengan batuan (sulfida atau karbonat).
Memastikan Lokasi aman dari Fume

1. Setelah peledakan, tunggu sampai beberapa menit


hingga tidak terlihat lagi fumes pada lokasi pasca
peledakan;
2. Kemudian pastikan APD yang sesuai sudah
terpasang sebelum masuk ke lokasi pasca
peledakan;
3. Periksa kondisi lubang ke seluruh area pasca
peledakan.
Apabila masih terdapat fumes setelah 15 menit, maka
harus menunggu beberapa saat lagi, sampai fumes
disekitas lokasi pascapeledakan benar-benar hilang.
Current NO2 measurement method: Colorimetric
Level Typical Appearance

Level 0
No fume

Level 1
Fume

Level 2
Minor yellow/orange fume

Level 3
Moderate orange fume

Level 4
Significant orange fume

Level 5
Major red/purple fume
Pemeriksaan dan Pengamanan Terhadap
Lubang yang Gagal Meledak

 Adanya kabel listrik/sumbu nonel atau


kawat detonator listrik yang masih aktif,
 Ada sisa Handak/Detcord utuh
Tindakan pengamanan yang harus dilakukan
terhadap lubang yang gagal meledak adalah:

 Melaporkan langsung secara lisan kepada atasan atau


pengelola peledakan mengenai jumlah lubang yang
gagal ledak;
 memasang kembali pita pengaman dengan warna
menyolok dan bendera merah di sekeliling area yang
akan diledakkan ulang;
 menyiapkan alternatif penanggulangan gagal ledak;
 mengisi formulir “Gagal Ledak” yang telah disediakan;
dan
 melaporkan langsung secara tertulis jumlah lubang
gagal ledak dan jenis bahan peledak kepada Pengelola
Peledakan serta alternatif penanggulangannya.
Prosedur pemeriksaan terhadap kabel listrik
dari setiap lubang ledak
1. Setelah peledakan selesai dan gas hasil peledakan
berkurang, lakukan pemeriksaan ke seluruh area
yang diledakkan.
2. Periksa adanya sumbu ledak, atau kabel listrik yang
terlihat.
3. Kalau terlihat sumbu ledak, sudah dapat dipastikan
bahwa lubang tersebut gagal ledak (misfire).
4. Kalau terlihat kabel listrik diantara batuan hasil
peledakan yang dicurigai, maka lakukan
pengukuran menggunakan alat pengukur tahanan
(Blastometer atau BOM)
Cara mengukur menggunakan Blastometer atau
(BOM), sebagai berikut:

a. Bila jarum atau angka pada BOM


(blastometer) tidak menunjukkan suatu
angka tertentu (jarum bergerak cepat
sampai batas akhir skala atau angka digital
menunjukkan nol semua), artinya detonator
sudah meledak.
b. Bila menunjukkan angka tertentu dicurigai
detonator belum meledak, maka lakukan
peledakan ulang sesuai prosedur peledakan
menggunakan blasting machine.
Pemastian Tumpukan Fragmentasi
Hasil Peledakan
 Memastikan Kestabilan Tumpukan Fragmen-
tasi.
 Apabila tidak stabil, laporkan ke atasan atau
Pengawas Peledakan.
 Memberikan tanda.
 Lakukan langkah sesuai SOP perusahaan
Pastikan kestabilan tumpukan fragmentasi
hasil peledakan

 Dengan melihat langsung atau


menggunakan robot yang dikendalikan dari
jarak jauh permukaan tumpukan batuan
hasil peledakan.
 Permukaan batuan hasil peledakan ditekan
dengan tongkat untuk memastikan
permukaan kuat diinjak.
 Berjalan dengan perlahan pada area lokasi
pascapeledakan
PEMERIKSAAN KUALITAS
FRAGMENTASI HASIL
PELEDAKAN
Fragmentasi Batuan

 Ukuran setiap bongkah dari batuan hasil


peledakan
Mengontrol Fragmentasi

 Tercukupi Jumlah energi


 Jumlah bahan peledak yang tepat
 Konfigurasi Geometri/ Pola peledakan yang
tepat
Ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi
dengan lubang ledak yaitu:

 Ukuran lubang ledak yang besar akan


menghasilkan bongkahan fragmentasi, oleh karena
itu harus dikurangi dengan menggunakan bahan
peledak yang lebih kuat.
 Perlu diperhatikan dengan penambahan bahan
peledak akan menghasilkan lemparan yang jauh.
 Pada batuan dengan intensitas retakan tinggi dan
jumlah bahan peledak sedikit dikombinasikan
dengan jarak spasi pendek akan menghasilkan
fragmentasi kecil.
Pemeriksaan Kualitas Fragmentasi
Hasil Peledakan
1. Menaksir volume fragmentasi hasil peledakan yang
merujuk ke volume berdasarkan perhitungan
geometri dengan mempertimbangkan faktor berai
(swell factor). Misalnya sbb:
a. Vs = 16.850 m3 (bank) merupakan hasil perkalian B x S x H
b. Faktor Berai (swell factor) = 82% (diberikan oleh
Peng.Peledakan)
c. VL = Vs/SF =16.850 / 0.82 = 20.549 m3 (loose) taksiran
volume yang dilaporkan
2. Menaksir distribusi ukuran fragmentasi hasil
peledakan mulai dari bongkah sampai ukuran kecil.
Perkiraan Ukuran
Bongkahan Batu

 Seperti balok, maka harus diukur panjang (p), lebar


(l), dan tinggi (t), volume dihitung (p x l x t) m3 ;
 Seperti bola, maka harus diukur diameternya (d), dan
volume dihitung 1/6 π d3 ;
 Seperti prisma, maka volume = L x t, di mana L dan t
masing-masing adalah luas alas dan tinggi;
 Seperti limas atau kerucut, maka volume = 1/3 (L x t),
di mana L dan t masing- masing adalah luas alas dan
tinggi.
Perkiraan Ukuran Bongkahan Batu

Volume Balok = Panjang x Lebar x Tinggi volume bola = 4/3 π x r³


= 1/6 π x d³

volume prisma = luas alas x Tinggi Volume kerucut = 1/3 x luas alas × tinggi
Volume limas = 1/3 x luas alas × tinggi
Laporan Peledakan Rutin

 Berbentuk Form yang berisi :


1. Rencana peledakan
2. Setelah Peledakan
3. Ada tidaknya gagal Ledak (miss Fire)
4. Ledakan Ulang (Secondary Blasting)
Informasi penting yang harus tertulis
pada formulir laporan rutin peledakan tersebut adalah :

 Waktu peledakan, yaitu jam, hari, tanggal, dan tahun,


serta lokasinya;
 Kondisi cuaca saat peledakan;
 Geometri peledakan;
 Jumlah dan jenis bahan peledak serta perlengkapan
peledakannya;
 Estimasi jumlah produksi, baik dalam BCM maupun LCM;
 Powder factor (PF), dalam satuan kg/m3 atau kg/ton;
 Sketsa rencana peledakan ;
 sistem rangkaian dan potongan tegak salah satu lubang
yang meng-gambarkan dimensi geometri peledakan;
 Tujuan peledakan, misalnya produksi, kestabilan lereng,
konstruksi, dan lain-lain.
Isi Komentar Pada Laporan Rutin

1. Distribusi fragmentasi hasil peledakan dan ada tidaknya


peledakan bongkahan atau secondary blasting;
2. Mencantumkan jumlah lubang gagal ledak dan
penyebabnya;
3. Mencantumkan teknik penanggulangan gagal ledak
yang diterapkan;
4. Mencantumkan jarak terjauh lemparan fragmentasi
peledakan (flying rock);
5. Menyantumkan keamanan dan keselamatan kerja
peledakan saat itu, termasuk kecelakaan yang terjadi.
Contoh Format Laporan Peledakan Rutin
Penanganan Gagal
Ledak (misfire)
Ciri Awal Mengindikasikan
Lubang Tidak Meledak
 Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang
tidak meledak, biasanya mengalir dengan konstan. Apabila
tidak bisa, maka setelah 15 menit untuk peledakan listrik atau
30 menit untuk peledakan dengan sumbu api, lakukan
pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan
untuk mengamati sisa asap yang keluar dari lubang;
 Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan;
 Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang
masih terlihat diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan;
 Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak
utuh di sekitar tumpukan fragmentasi.
 Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak.
Langkah-langkah Pengamanan Lubang
Yang Gagal Meledak
 Melapor kepada atasan/supervisor terhadap jumlah
lubang yang gagal ledak;
 Memasang kembali pita pengaman dengan warna
menyolok dan bendera merah disekeliling area yang
akan diledakkan ulang;
 Menyiapkan alternatif penanggulangan gagal ledak;
 Mengisi formulir “Gagal Ledak” yang telah disediakan;
 Melaporkan langsung secara tertulis jumlah lubang
gagal ledak dan jenis bahan peledak kepada Pengelola
Peledakan serta alternatif penanggulangannya.
Mengatasi Lubang Yang Gagal Ledak
Sistem Peledakan Listrik

 Apabila
terlihat kawat utuh dari lubang yang
gagal ledak, periksa sistem listriknya
menggunakan galvanometer atau blastohmeter.
 Apabila masih ada arus, berarti detonator masih
aktif, maka sambunglah kawat detonator
tersebut dengan kawat utama untuk
dihubungkan ke blasting machine.
 Bersihkanlokasi sekitar burden dari batu-batu
kecil yang memungkin-kan berpotensi menjadi
batu terbang.
 Ledakan sesuai prosedur peledakan.
Mengatasi Lubang Yang Gagal Ledak
Sistem Sumbu Ledak
 Apabila terlihat sumbu ledak dari lubang yang gagal
ledak menanda-kan sumbu tersebut tidak meledak.
 Pasang detonator listrik dengan kuat menggunakan
selotip dengan ujung detonator menghadap ke dalam
lubang ledak.
 Sambunglah kawat detonator tersebut dengan kawat
utama untuk dihubungkan ke blasting machine.
 Bersihkan lokasi sekitar burden dari batu-batu kecil yang
memungkin-kan berpotensi menjadi batu terbang.
 Ledakan sesuai prosedur peledakan.
Mengatasi Lubang Yang Gagal Ledak
Sistem Sumbu Api dan Nonel
 Pada sistem sumbu api:
➢ Periksa sumbu apinya dari kemungkinan lembab atau berair
➢ Dengan hati-hati keluarkan stemming sampai isian utama
terlihat
➢ Buat primer dengan sumbu api baru, kembalikan stemming
dan segera diledakkan
➢ Untuk sumbu api yang gagal ledak disarankan peledakkan
ulangnya per lubang
 Pada sistem nonel:
➢ Setelah diyakini lubang gagal ledak dan sumbu nonel masih
terlihat, tempel detonator listrik dan ledakkan
➢ Bila sumbu nonel rusak, tapi primer belum meledak,
keluarkan dulu stemming dgn hati2
➢ Setelah handak utama terlihat buat primer baru dari
detonator listrik, kembalikan stemming dan ledakkan
Alternatif Penanganan Gagal Ledak

Untuk kawat detonator atau sumbu yang tidak nampak di sekitar


lubang ledak, caranya:
 Mengeluarkan stemming (menggunakan kompresor)
kemudian setelah handak utama kelihatan masukkan primer
baru, tutup kembali dengan stemming dan terakhir ledakkan.
 Membuat lubang ledak baru berjarak sekitar 50 – 100 cm dari
lubang gagal ledak dengan kedalaman melebihi tinggi
stemming. Kemudian isi dengan handak dan stemming seperti
biasa, terakhir ledakkan. Dengan adanya symphatetic
detonation lubang gagal ledak akan terinisiasi oleh ledakan
lubang didekatnya
 Menggali area sekitar lubang gagal ledak menggunakan alat
berat (excavator). Pada alternatif ini, juru ledak bertindak
sebagai pengatur alat berat dan memposisikan diri dekat
lubang gagal ledak untuk memberikan aba-aba kepada
operator excavator. Setelah primer ditemukan, langsung
diambil dan diamankan, sementara handak ANFO bisa disiram
air
Menggali lubang yang gagal ledak

 Bongkar lubang yang gagal ledak menggunakan shovel,


backhoe atau dragline. cara ini merupakan cara yang terakhir
ketika tidak ada alternative lain untuk mengatasi gagal ledak.
 Minimal dua orang bekerja sama, satu orang mengoperasikan
alat dan yang satu orang lagi mengawasi jalannya
pembongkaran.
 Apabila personil yang mengawasi sudah melihat bahan
peledak, secepatnya menghentikan
 Bahan peledak dikeluarkan menggunakan kompresor dengan
prosedur yang telah diuraikan sebelumnya atau diledakkan
kembali.
 Menetralisasi bahan peledak dalam kolom lubang gagal
ledak
Peledakan Bongkahan
Bongkahan Batu (Boulder)
• Boulders adalah fragmentasi hasil peledakan
berupa bongkah besar yang tidak dapat diambil
oleh alat muat dan tidak masuk ke dalam
crusher. Biasanya berukuran  80 cm
• Boulders adalah ukuran fragmentasi maksimum
yang dapat diterima oleh proses berikutnya.
• Harus dipisahkan dari tumpukan hasil peledakan
yang berukuran sesuai menggunakan bantuan
alat mekanis, misalnya excavator, wheel loader,
atau didorong bulldozer.
• Boulders dipisahkan sebaiknya tidak jauh dari
tumpukan hasil peledakan dan siap diledakkan
ulang.
OHT 51
Langkah-langkah Peledakan Boulder;

Sedapat mungkin pisahkan


Gambar V. 1 Bongkah batuan menyebabkan peledakan tidak efisien
1.
bongkah batuan yang akan
3. Lakukan pengeboran menggunakan diameter kecil sekitar - ketinggia 2
3
3
4

diledakkan ulang panjang ke arah posisi yang akan dibor. Ada juga yang berpendapat ked
lubang ledak antara 1
2 - 13 diameter bongkah.
2. Beri tanda pada bagian yang
akan dibor
3. Lakukan pengeboran meng-
gunakan diameter kecil sekitar
2/3 - 3/4 ketinggian atau
panjang ke arah posisi yang
akan dibor. Ada juga yang
berpendapat kedalaman
Gambar V. 2 Cara pengeboran bongkah batuan untuk peledakan ulang
lubang ledak antara 1/2 – 1/3
4. Pilihlah jenis bahan yang sesuai untuk peledakan bongkah, biasany
diameter bongkah. menggunakan ANFO, tapi cukup memakai bahan peledak peka detonat
cartridge, misalnya powergel, dinamit, emulite, dan sejenisnya serta d
secukupnya. Kemudian masukkan penyumbat.
5. Besarnya cartridge yang dipotong tergantung pada tipe batuan dan keda
lubang ledaknya. Sebagai acuan untuk mengperkirakan banyaknya
Langkah-Langkah Peledakan Boulder

 Pilihlah jenis bahan yang sesuai untuk peledakan bongkah,


biasanya tidak menggunakan ANFO, tapi cukup memakai
bahan peledak peka detonator atau cartridge, Kemudian
masukkan penyumbat.
 Besarnya cartridge yang dipotong tergantung pada tipe
batuan dan kedalaman lubang ledaknya.

Ketebalan bongkah rata-rata Cartridge / lubang ledak

45 cm 1⁄4 x tinggi = 5 cm
75 cm 1⁄4 x tinggi = 5 cm
100 cm 1⁄2 x tinggi = 10 cm
120 cm 1 x tinggi = 20 cm

Ukuran kartritge: Diameter 3cm, tinggi = 20cm


Specific Charge Bahan Peledak
Untuk Peledakan Bongkah

Apabila bongkah batuan diperkirakan bervolume lebih


besar dari 2 m3, sebaiknya gunakan 2 lubang ledak atau
lebih dan diinisiasi serentak. Harus diperhatikan juga
perkiraan lemparan fragmentasinya.
Dengan melihat seberapa dalam bongkah batu
tertanam ke dalam tanah, maka gunakan Tabel berikut
yang menunjukkan specific charge pengisian bahan
peledak.
Specific charge cartridge,
Kondisi bongkah
gr/m3
Diatas permukaan tanah 50 - 100
Separuh tertanam di dalam tanah 100 - 150
Seluruhnya tertanam di dalam tanah 150 - 200
Block holing atau Pop Shooting

 Untuk bongkah besar


 Apabila jenis batunya tergolong batuan keras dapat
Gambar V. 1 Bongkah batuan menyebabkan peledakan tidak efisien

dibuat lebih dari satu lubang bor


3. Lakukan pengeboran menggunakan diameter kecil sekitar 2
3 - 3 4 ketinggian atau
 Kedalaman lubang
panjang ke arah bor
posisi yang akan antara
dibor. Ada juga yang berpendapat kedalaman

 1/2 –lubang
3/4 ledak
tinggi
antarabongkah batu yang dibor
- diameter bongkah.
1
2
1
3
1,0 1,5 2,0

Mud Capping atau Plaster Shooting


Keuntungan cara ini adalah tidak perlu pengeboran dan pekerjaan cepat sel
Sedangkan kelemahannya antara lain kemungkinan muncul batu terbang
timbul kebisingan suara serta airblast. Oleh sebab itu, peledakan mud cap
 bahan peledak dinamit atau emulsi diletakkan di atas
hanya dapat diterapkan
bongkah bila jauholeh
batuan ditutupi darilumpur
pemukiman
atau karena pengaruh
lempung dengan kebisin
ketebalan
suara 101 bisa
serta airblast mm.sampai lebih dari jarak 1 km, walaupun ditutupi lemp
3 1,0 ¼ 0,11 ¾ 0,34 2 0,90
4 1,2 3 0,17 2 0,90 3½ 1,59
Snake Holing
8

5 1,5 ½ 0,23 3 1,36 6 2,72


1) Explosives and Demolitions, U.S. Depart. of the Army Field Manual FM 5-25, 1971

 Tujuan metode
Apabila bongkahnya sangatsnack holing
besar, kombinasi antaraadalah
snack holing untuk
dan mudcap-
mendorong batudengan
ping dapat diterapkan yang tertanam
peledakan dalamserentak.
untuk keduanya tanahGambar
ke 5.6
atas dan sekaligus
memperlihatkan memecahkannya
sketsa snack holing.
Teknik Peledakan Sekunder

2
3 − 34
arah
pengeboran

(A) (B)

(A) Block holing


(B) Snake holing
(C) Mud capping /
plaster blasting (C)
Bongkah batuan besar akan diledakkan ulang
Terimakasih……

Kita Lihat kembali


Penggolongan Bahan Peledak

A. BAHAN RAMUAN BAHAN PELEDAK


❑ Ammonium Nitrate
❑ Solar, dll

B. BAHAN PELEDAK PEKA PRIMER


❑ ANFO
❑ emulsion
❑ Tovex
❑ Magnafex, dll

C. BAHAN PELEDAK PEKA DETONATOR


❑ Dinamit
❑ HDP Primer
❑ Anzomex
❑ Cordtex
❑ Detonator, dll
Ketentuan Kendaraan Pengangkut
Bahan Peledak
1) tersedia rotary lamp berwama merah;
2) tersedia bendera merah dengan ukuran 30 x 40 cm dan
diletakkan di belakang kabin ;
3) memiliki tulisan "awas bahan peledak" yang dipasang pada sisi
kiri, kanan dan belakang unit pengangkut yang mudah terlihat;
4) bak pengangkut bukan merupakan konduktor listrik. apabila
merupakan konduktor listrik harus dilapisi bahan isolator dan
dapat ditutup;
5) detonator harus ditempatkan dalam wadah khusus yang bukan
merupakan konduktor listrik dan terpisah satu sama lain;
6) unit pengangkut detonator dan dinamit/booster mempunyai
tempat tertutup untuk menempatkan bahan peledak tersebut
secara terpisah yang dilengkapi pintu yang dapat dikunci;
7) tersedia alat pemadam api ringan (APAR) yang siap digunakan
dan tanda "dilarang merokok“
8) unit pengangkut dinyatakan layak oleh KTI/PTL berdasarkan
hasil pengujian kelayakan .
Jenis-Jenis Detonator

1. DETONATOR BIASA (PLAIN DETONATOR)


2. DETONATOR LISTRIK (ELECTRIC DETONATOR)
3. DETONATOR NONEL (NONEL DETONATOR)
4. DETONATOR ELEKTRONIK (ELECTRONIC DET.)

DETONATOR BIASA DETONATOR LISTRIK DETONATOR NONEL DETONATOR ELEKTRONIK


Alat Pemicu Ledak

 Pada peledakan listrik (Blasting Machine)


 Pada peledakan nonel (Shot gun/ Shot firer / nonel starter)
 Pada peledakan elektronik (Blaster)
 Pada peledakan dengan sumbu api (lighter)

Blasting Machine nonel starter Blaster


Rangkaian Listrik

Seri dalam Paralel (series in parallel)

Paralel dalam Seri (parallels in serie)


Geometri Peledakan
Geometri Peledakan
B

• Diameter lubang ledak (  ) T

• Burden ( B )

H
Spasi ( S ) L PC

• Stemming ( T ) Lantai (Floor)


• Tinggi jenjang ( H ) J

• Kedalaman lubang ledak ( L ) B


• Subdrilling / Subdrill / Sub
grade ( J ) T

• Isian utama / Primary Charge B


H
/ Powder Column ( PC) L
α
• Sudut kemiringan lubang PC

ledak ( )
J

OHT 12

Anda mungkin juga menyukai