Anda di halaman 1dari 21

Advanced Cooling Technology

Paper Resume

Yudha Agus Rahman P.


4213100023

Departemen Teknik Sistem Perkapalan


Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017

Effect of Combustion Chamber on The Performance of A Low Heat Rejection Diesel


Engine with Exhaust Heat Recovery

D. N. Assanis
Pendahuluan
Penggunaan material keramik pada komponen mesin diesel sangat menjanjikan.
Telah terbukti bahwa pengurangan signifikan dalam kerugian pendinginan dan sistem
exhaust dapat diperoleh dengan melapiskan komponen mesin dengan keramik. Aplikasi
konsep yang paling dapat mengambil keuntungan dari proses ini adalah sistem
turbocharged turbocompounf diesel engine
Pengerjaan ini difokuskan pada efek isolasi ruang bakar pada performa alternative
konfigurasi sistem low heat rejection. Tujuan pertama penelitian ini adalah mengetahui
hubungan antara ketebalan dari isolasi, derajat pengurangan dalam kehilangan panas dan
menghasilkan perbaikan performa sistem. Amatlah penting untuk mengetahui permukaan
yang akan diisolasi, mendefinisikan karakteristik material isolasi yang ideal, dan panas
lingkungan yang harus ditahan. Tujuan kedua untuk meneliti konfigurasi sistem low heat
rejection yang seperti apa yang lebih diinginkan untuk berbagai tingkat isolasi. Contohnya
pada konfigurasi sistem turbocharged turbocompound yang menggunakan atau tidak
menggunakan intercooling, dan menambahkan atau tidak menambahkan perangkat exhaust
heat recovery.

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Diesel Turbocompound

Metode Penelitian
Persamaan konservasi massa dan energi untuk isi sistem termodinamika terbuka
yang diterapkan pada gilirannya untuk master reciprocator silinder, intake manifold dan seri
bagian exhaust manifold. Hasilnya adalah satu set simultan orde pertama persamaan
diferensial biasa yang terintegrasi secara numerik menggunakan teknik prediktor-korektor.
Parameter inputnya adalah kondisi sistem operasi, dimensi sistem dan parameter
desain, spesifikasi struktur dinding, kondisi awal dari sistem dan parameter komputasi
tertentu. Output meliputi parameter rata-rata performa mesin, seperti tenaga, konsumsi
bahan bakar spesifik, berarti tekanan efektif dan efisiensi termal, serta informasi rinci
tentang keadaan sistem total sebagai fungsi engkol-sudut sepanjang setiap siklus mesin.
Untuk memvalidasi sistem model diesel, prediksi simulasi telah dibandingkan dengan
data yang telah dihasilkan oleh Cummins untuk enam silinder, 14.0 liter, didinginkan, dan
turbocompound diesel engine. Gambar di bawah ini menunjukkan prediksi dan perhitungan
reciprocator brake power, boost pressure rasio, dan overall brake specific fuel consumption
dalam keadaan operasi dengan kecepatan dan beban yang konstan. Adanya bagian yang
sedikit tidak cocok (umumnya pada kecepatan rendah) bisa diakibatkan tidak mampunya
model perpindahan panas, kemungkinan eror pada asumsi variasi gesekan, dan
keterbatasan range dari turbomachinery maps. Dapat dilihat bahwa, model yang telah dibuat
memiliki prediksi akurasi yang cukup dari tren dan besarnya yang akan digunakan untuk
menilai efek perubahan pada sistem desain dan variabel operasi pada performa sistem.

Gambar 2. Perhitungan dan Prediksi pada Kondisi Kecepatan dan Beban yang Konstan

Hasil dan Pembahasan


Effek Isolasi Ruang Bakar Terhadap Performa Sistem
Gambar dibawah berikut ini menunjukkan profil suhu permukaan untuk ketebalan
bahan yang berbeda dari zirkonia disemprot, mulai dari l sampai 8 mm. Seiring dengan
peningkatan ketebalan, suhu rata-rata di kepala silinder dan piston permukaan meningkat
(650-920 K), sedangkan gas ke dinding perpindahan panas berkurang. Gambar dibawah ini,
karakteristik lain dari profil ini (bentuk, puncak ke - puncak amplitudo) mirip karena ayunan
sekitar mean suhu permukaan dasarnya konstan dengan isolasi ketebalan. Semua prediksi
performa dihasilkan pada kecepatan 1900 rpm, asupan bahan bakar 17.9 g/s, dan konstan
rasio kompresi pada 14.5. Rasio gear compound adalh 18:1 sedangkan kerugian akibat gir
transmisi diasumsikan 5% dari daya compound turbine.

Gambar 3. Grafik Temperatur

Gambar 4 menunjukkan grafik hubungan antara ketebalan zirconia dan hasil penurunan
kerugian panas terhadap pendingin (coolant). Cepatnya penurunan kerugian panas pada
awal kenaikan ketebalan harus ditandai yaitu, pada ketebalan 3 mm kerugian panas
berkurang hingga 43%. Seiring ditambahkan ketebalan, secara bertahap keuntungannya
berkurang dan dengan singkat dapat dilihat bahwa penambahan ketebalan 7mm membuat
penurunan kerugian panas hingga 85%. Hal ini di dasari karena kondisi isolasi pada piston
dan cylinder head tercapai secara penuh. Hasil ini cukup baik sesuai dengan studi
sebelumnya.

Gambar 4. Pengurangan dalam hilangnya panas total terhadap pendingin sebagai fungsi
aplikasi ketebalan lapisan zirconia pada piston dan silinder head .

Gambar 5 merangkum efek isolasi ruang bakar pada performa motor dengan intercooled
dan tanpa intercooled. Salah satu kesimpulan yang penting didapatkan yaitu berkurangnya
kerugian panas pada isolasi menaikkan entalpi gas buang.
Hasil ini dapat karena adanya penurunan efisiensi volumetrik yang terjadi akibat
kenaikan derajat isolasi (insulation) (gambar. 5c). Penurunan ini hasil dari menurunnya
densitas udara karena adanya perpindahan panas ke intake charge dari dinding berinsulasi
yang bertemperatur tinggi. Motor menggunakan turbocharged, energi gas buang digunakan
untuk turbocharger yang menyuplai dapat meningkatkan daya. Adanya kenaikan rasio
tekanan yang tinggi, mengakibatkan penurunan densitas sehingga aliran udara masuk tetap
konstan dengan insulation.

Gambar 5. Prediksi Kinerja

Kesimpulan
1. Lapisan zirconia awal yang relatif tipis (3mm) disemprotkan dapat mengakibatkan
penurunan substansial dalam kehilangan panas (43%). Sedangkan, jika pelapisan
ditambah maka secara bertahap keuntungan yang dihasilkan dari proses tersebut
akan berkurang.
2. Suhu permukaan pembakaran tinggi ruang dinding karena isolasi menyebabkan
penurunan yang signifikan dalam efisiensi volumetrik. Meskipun penurunan ini dalam
efisiensi volumetrik diimbangi dengan peningkatan tekanan dorongan dari
turbocharger, mesin turbocompound Intercooler dapat memperoleh termal manfaat
efisiensi sederhana dari isolasi (peningkatan 4,3% pada pengurangan 60% pada
kehilangan panas)
3. Intercooler, mesin turbocompound mempertahankan keunggulan kinerja yang stabil
dari versi non-Intercooler mesin untuk semua tingkat isolasi diperiksa. Rupanya,
turbocompounding tidak dapat mengambil keuntungan dari duc energi ekstra
tersedia untuk penghapusan intercooling.
4. Selain dari Rankine peracikan meningkatkan efisiensi termal mesin turbocompound
oleh I0-14%, tergantung pada tingkat isolasi dan konfigurasi sistem. Manfaat ini dan
penghapusan kemungkinan intcrcooling harus diperdagangkan terhadap
kompleksitas tambahan dari konfigurasi sistem secara keseluruhan.
5. Untuk komponen terisolasi keramik, permukaan siklik variasi suhu sangat penting.
Semakin rendah konduktivitas termal dan rendah kapasitas termal material, semakin
tinggi variasi suhu

Effect of Magnesia Stabilized Zirconia (Mg-PSZ) on The Performance and Emission


Characteristic of Di Diesel Engine
R. Sumil Kumar, M L S Deva Kumar, K. Vijaya Kumar Reddy

1. Pendahuluan
Perpindahan panas terjadi pada combustion chamber seperti piston crown, cylinder
head, dan inlet outlet valves. Pelapisan keramik dengan konduktivitas termal yang
rendah pada permukaan combustion chamber dapat menjaga panas dan meningkatkan
temperatur. Thermal Barrier Coating (TBC) dapat meningkatkan pembakaran, mereduksi
emisi, dan meningkatkan efisiensi termal pada motor diesel. Dari semua bahan yang
dapat menjadi material pelapis, Magnesia Stabilized Zirconia (Mg-PSZ) memiliki
konduktivitas termal yang rendah, densitas yang rendah, kuat, dan memiliki stabilitas
termal yang tinggi. Berikut spesifikasinya.
Material Properties NiCrAlY Mg-PSZ
Thermal Conductivity (W/mK) 3.88 1.2
@RT
Coefficient of thermal 10.3 10
-6 -1
expansion (x 10 K ) @RT
Density 6269 5600
Specific heat (J/Kg K) @RT 460 400
Modulus Elastisity (GPa) 64.5 350
Poissions Ratio 0.30 0.23

Plasma Spray Technique


Plasma Spray proses adalah proses serbaguna pada thermal spray system dan dengan
menggunakan keramik, karbit, metal, dan plastik material yang dihasilkan dapat
diaplikasikan sebagai material dasar dalam pencegahan korosi, insulasi elektris, repair dan
restorasi properties. Berikut Plasma Spraying Parameters.

Engine Test
Metode eksperimental terdiri dari motor, dynamometer, sistem pembebanan, tangki bahan
bakar, dan exhaust gas measuring digital device and manometer. Motor diesel yang
digunakan yaitu motor empat langkah, satu silinder, dan berpendingin air. Beban elektrik
digunakan dalam eksperimen ini. Setelah kondisi stabil tercapai, proses pengambilan data
dilakukan pada 10cc fuel consumption, HC, CO, NOx level dan temperatur gas buang.

Gambar 1. Skema Percobaan


Hasil dan Pembahasan
Berikut ini grafik hasil eksperime terhadap motor diesel yang dilapisi dengan Mg-PSZ pada
piston crown dan cylinder head. Hasil ini dibandingkan dengan normal engine (NE).

Gambar 2. BSFC pada Variasi Beban

Gambar di atas menggambarkan konsumsi bahan bakar pada motor diesel yang dilapis
lebih kecil 17,24% dibandingkan motor diesel konvensional pada beban penuh. Hal ini
disebabkan oleh tingginya temperatur permukaan combustion chamber pada motor
diesel yang dilapisi dengan Mg-PSZ.
Gambar 3. Brake Thermal Efficiency pada Variasi Beban

Efisiensi termal yang dihasilkan oleh motor diesel dengan pelapis Mg-PSZ naik sebesar
14,33% pada beban maksimal dibanding dengan motor diesel normal. Hal ini
disebabkan karena sedikitnya panas yang keluar karena adanya isolasi (insulation)
sehingga adanya energi yang tersedia.

Gambar 4. Exhaust Gas Temperature pada Variasi Beban

Adanya pelapisan ini juga menghasilkan temperatur gas buang yang lebih rendah dari
motor diesel normal. Kemudian dapat dilihat pada gambar 5 tentang emisi hidrokarbon.

Emisi hidrokarbon yang tidak terbakar dikarenakan pembakaran yang tidak sempurna
dan dengan pelapisan yang dilakukan, adanya penurunan emisi gas buang hidrokarbon
yang juga menyempurnakan pembakaran pada ruang bakar. Penurunan emisi
hidrokarbon mencapai 15%.

Hasil emisi karbon dioksida yang tergambar pada gambar 5 menerangkan bahwa
volume emisi gas buang secara berurutan pada motor diesel normal dan motor diesel
dengan pelapis 0,4% dan 0,3%. Emisi karbon monoksida lebih rendah 25%
dibandingkan dengan motor diesel normal.

Gambar 6 menerangkan variasi emisi nitrogen oksida (NOx) pada gas buang terhadap
pembebanan. Hasil menunjukkan bahwa emisi motor diesel dengan pelapis lebih rendah
15,38% dari motor diesel normal.
Gambar 5. Hydrocarbon Emissions pada Variasi Beban

Gambar 5. CO Emissions pada Variasi Beban

Gambar 6. Oxides of Nitrogen Emissions pada Variasi Beban

2. Kesimpulan

Subject Conclusions
Thermal Efficiency 14,33% lebih besar dari pada Normal Engine
Specific Fuel Consumption 17.24% lebih rendah dari pada Normal Engine
Emisi Hidrokarbon 15% lebih rendah dari pada Normal Engine
Emisi Karbon Monoksida 24% lebih rendah dari pada Normal Engine
NOx Emissions 15,38% lebih rendah dari pada Normal Engine
Evaluation of Performance and Emission Characteristic of Turbocharged Diesel
Engine with Mullite as Thermal Barrier Coating
P. N. Shrirao, A. N. Pawar
Pendahuluan
Fakta telah menerangkan bahwa 30% energi yang disuplai hilang pada pendingin,
30% terbuang akibat kerugian gesekan dan kerugian lain, dan tersisa 30% energi saja yang
dapat dimanfaatkan. Dalam beberapa dekade lalu peneliti banyak melakukan
pengembangan pada aspek low heat rejection engines. Beberapa metode telah diadopsi
untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya menggunakan pelapis keramik tetapi hal
yang sulit dicapai adalah penggabungan dua material yang berbeda. Keramik memiliki daya
tahan panas yang lebih kuat dibandingkan metal sehingga biasanya tidak dibutuhkan
pendinginan cepat seperti yang diterapkan pada metal. Konduktivitas termal kermaik yang
rendah dapat dimanfaatkan untuk mengontrol distribusi panas dan aliran panas pada
struktur. Thermal Barrier Coatings (TBC) dapat menghasilkan efisiensi termal yang lebih
tinggi, meningkatkan proses pembakaran, dan mengurangi emisi.
Material Keuntungan Kerugian
Mullite ketahanan korosif Mengkristal pada
yang tinggi temperatur 1023-
konduktivitas 1273 K
termal rendah Very low thermal
Good thermal- expansion
shock resistance coefficient
di bawah 1273 K
Not Oxygen-
transparent

Dari beberapa material yang dapat digunakan, salah satu yang menjanjikan adalah mullite.
Karakteristiknya yaitu densitas yang rendah, stabilitas termal yang tinggi, stabil pada kondisi
lingkungan berbahan kimia, konduktivitas termal yang rendah dan kokoh.

Prosedur Percobaan
Keterangan gambar:
1. Engine; 2. Dynamometer; 3. Damping box with orifice 4. Fuel Tank; 5. Burette with
measuring scale; 6. Water tank; 7. Rotameter 8. Centrifugal Compressor; 9. Radial flow
Turbine; 10. Calorimeter; 11. AVL 444 Di-gas Analyzer
Eksperimen akan dimulai dengan lima level pembebanan yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100%.
Emisi gas buang seperti NOx, CO, HC, dan CO 2 diukur menggunakan AVL 444 Di-gas
analyzer. Piston crown, cylder head, dan katup dilapisi Mullite setebal 0.5 mm.

Hasil dan Pembahasan


Proses eksperimen ini menggunakan motor diesel satu silinder. Motor diesel yang ditinjau
ada tiga jenis yaitu motor diesel normal tanpa turbcharged, motor diesel (LHR) dengan
turbocharged dan tanpa turbocharged.
1. Specific Fuel Consumption
Specfic Fuel Consumption pada motor diesel LHR dengan turbocharged lebih rendah
dibanding motor diesel tanpa turbocharged dan juga ebih rendah 2,8% dari motor
diesel normal tanpa turbocharged pada kondisi beban penuh.

Gambar 1. Diagram Perbandingan BSFC

2. Nitrogen Oxide (NOx) Emissions


Temperatur yang naik pasca proses pembakaran akan menyebabkan kenaikan emisi
NOx. Kenaikan emisi NOx pada motor diesel LHR yang dipaparkan pada gambar 2
dikarenakan temperatur pasca pembakaran yang tinggi karena adanya lapisan
keramik.

Gambar 2. Diagram Perbandingan Emisi NOx


a. Hydrocarbon (HC) Emissions
Emisi hidrokarbon yang tercipta lebih kecil pada motor diesel LHR dengan
turbocharged dibandingkan motor diesel normal. Hal ini dapat disebabkan
oleh meningkatnya temperatur pasca pembakaran dan menghasilkan
kerugian panas yang menurun sehingga gas hidrokarabon yang belum
terbakar sempurna ikut terbakar.

Gambar 3. Diagram Perbandingan Emisi Hidrokarbon

b. Carbon monoxide (CO) Emissions


Emisi karbon monoksida pada motor diesel merupakan faktor dari properti
bahan akar dan karakteristik pembakaran. Semakin baik kualitas bahan bakar
maka emis karbon monoksida akan berkurang. Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa motor diesel LHR dengan turbocharged mengalami
penurunan emisi karbon monoksida pada gas buangnya. Hal ini disebabkan
oleh adanya turbocharged yang menyuplai udara masuk yang lebih banyak
dan membuat campuran antara bahan bakar dan udara lebih mudah pada
ruang bakar, sehingga menciptakan kualitas pembakaran yang baik.

Gambar 4. Diagram Perbandingan Emisi Karbon monoksida


3. Exhaust Gas Temperature
Pada diagram di bawah ini, temperatur gas buang naik sesuai dengan kenaikan
beban motor diesel. Motor diesel LHR dengan turbocharged memiliki temperatur gas
buang yang lebih tinggi dibandingkan motor diesel normal karena berkurangnya
kerugian panas sehingga panas tidak merambat keluar motor diesel. Berkurangnya
kerugian panas ini karena adanya pelapis keramik yang digunakan pada combustion
chamber.

Kesimpulan

Hasil menunjukkan bahwa, meningkatkan efisiensi termal dan mengurangi specific fuel
consumption untuk motor diesel LHR dengan turbocharged dibandingkan dengan motor
diesel normal. Adanya kenaikan emisi NOx dan temperatur gas buang pada motor diesel
LHR dengan turbocharged sedangkan emisi CO dan HC berkurang dibandingkan dengan
motor diesel normal.

Effect of Thermal-Barrier Coating plus Fuel Additive for Reducing Emission from
Di Diesel Engine
A.P. Sahiyagnanam, C.G. Saravanan dan S. Dhandapani

Pendahuluan

Pada motor bakar standar, persentase energi yang terbuang melalui sistem
pendingin dan gas buang cukup besar. Dengan melapisi piston crown, valves, dan cylinder
head maka proses pembakaran akan meningkat kualitasnya dan mengurangi kerugian
kehilangan panas.
Penelitian sebelumnya telah mempelajari bahwa penggunaan dimethyl ether (DME)
pada motor diesel dapat menghasilkan emisi gas buang yang amat rendah tanpa perlu
perubahan secara mendasar pada konfigurasi motor bakar. Penelitian yang lain juga
menunjukkan penggunaan DME pada motor bakar diesel dapat meningkatkan efisiensi
termal, pencampuran awal yang singkat dan cepatnya proses pembakaran, yang
memungkinkan untuk menghasilkan ketiadaan asap pada proses pembakaran. Penelitian
sebelumnya yang telah membahas thermal barrier coating (TBC) menjelaskan potensi untuk
mencapai efisiensi termal, meningkatkan kualitas pembakaran, dan mengurangi emisi gas
buang.

Pencampuran bahan adiktif pada bahan bakar berpotensi meningkatkan cetane


number dan calorific values karena bahan aditif dapat meningkatkan konsentrasi oksigen
secara lokal pada pencampuran bahan bakar saat proses pembakaran.

Pada penelitian ini, bahan pelapis komponen ruang bakar yang digunakan untuk
membuat motor diesel low heat rejection (LHR) adalah ZrO2 yang memiliki sifat keras,
koefisien ekspansi yang tinggi, dan faktor isolasi (insulation) yang tinggi. Adapun
penambahan lapisan zat Al2O3 pada komponen motor diesel yang dilapisi ZrO2 yang
bertujuan untuk menyerap oksigen saat proses pembakaran.

Adapun dua tujuan pada penelitian ini yaitu:


Menganalisis karakteristik pembakaran dan emisi pada motor diesel dengan
thermal barrier coating (TBC).
Menganalisis karakteristik pembakaran dan emisi motor diesel dengan
thermal barrier coating (TBC) dan bahan bakar aditif.

Prosedur Eksperimen

Berikut ini konfigurasi peralatan eksperimen yang akan dilakukan.


Gambar 1. Konfigurasi Peralatan Eksperimen
Eksperimen dilakukan pada empat level pembebanan yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Persentase pembebanan motor telah disesuaikan dengan eddy current dynamometer.
Eksperimen yang kedua dilakukan dengan menggunakan beberapa level campuran
bahan bakar aditif. Konsentrasi campurannya yaitu 0.5%, 1.0%, 1.5%, dan 2.0% volume.
Berikut tabel properti bahan bakar diesel.

Densitas (kg/m3) 820-860


Calorific value (kJ/kg) 42490
Cetane Number 45-55
Flash Point oC 50
Specfic gravity 0.82
Viscosity @40 oC (cSt) 2.0-5.0

Mesin di izinkan pada kecepatan konstan selama hampir 10 menit untuk mencapai kondisi
stabil pada beban serendah mungkin. Pengamatan berikut dilakukan dua kali untuk
mengambil rata-rata Selama pengujian parameter percobaan diperoleh seperti konsumsi
bahan bakar, kepadatan asap dan NOx.

Hasil dan Pembahasan

Hasil eksperimen telah menunjukkan perbandingan antara motor diesel normal, motor diesel
TBC, dan motor diesel TBC dengan campuran bahan bakar aditif. Berikut grafik efisiensi
termal dari tiga komponen eksperimen tersebut.
a. Effisiensi Thermal terhadap power mesin

Gambar 2. Grafik Perbandingan Efisiensi Termal

Terdapat perbedaan efisiensi termal antara mesin konnvensional dan yang mesin
yang dilapisi. Efisiensi termal meningkat sebesar 3% dari mesin dilapisi pada beban
maksimum jika dibandingkan dengan mesin standar. Ada perbaikan kecil dalam efisiensi
termal antara konsentrasi aditif pada bahan bakar dengan mesin yang dilapisi. Karena
efek dari lapisan penghalang termal, penolakan panas yang lebih rendah dari ruang
pembakaran melalui komponen terisolasi termal meningkat energi yang ada. Oleh
karena itu efisiensi termal sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan mesin
konvensional.
b. Densitas Asap terhadap power mesin

Gambar 3. Grafik Perbandingan Densitas Asap


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepadatan asap untuk
mesin yang dilapisi dan mesin ditambah bahan bakar aditif. Dalam mesin diesel dilapisi
penghalang termal pembakaran temperatur dinding meningkat lebih signifikan. Hal ini
meningkatkan kompresi suhu udara yang mengubah waktu pengapian. Sehingga
perubahan waktu pembakaran akan meningkatkan kepadatan asap di mesin dilapisi.
c. Emisi NOx Terhadap Power Mesin

Gambar 4. Grafik Perbandingan Emisi Gas NOx

Hasil menunjukkan tingkat NOx rendah untuk piston yang dilapisi bila
dibandingkan dengan mesin konvensional. Penyebab utama dalam menurunkan NOx
adalah karena fakta terjadi pembakaran akhir. tingkat NOx rendah untuk mesin (LHR)
mesin dibandingkan mesin standar. Dari grafik, teramati bahwa penghalang termal yang
dilapisi mesin mengurangi emisi NOx sekitar 500 ppm bila dibandingkan dengan mesin
konvensional. Selanjutnya ditemukan bahwa efek dari 1,0% bahan bakar aditif dengan
lapisan penghalang termal, mempu mengurangi emisi NOx sekitar 600 ppm pada
kekuatan power maksimum mesin akibat pembakaran zat yang tidak trercampur oleh zat
adiktif di bahan bakar.
d. Tekanan Cilinder Pada Konsentrasi Zat adiktif di bahan bakar

Gambar 5. Grafik Perbandingan Tekanan Silinder


Hal ini ditemukan bahwa untuk kecepatan mesin dan beban yang sama, tekanan
silinder sedikit menurun pada mesin yang dilapisi dan mesin yang dilapisi ditambah
bahan bakar aditif. sedikit lebih rendah dari mesin standar. Hal ini disebabkan durasi
yang lebih lama dari difusi dalam proses pembakaran.

e. laju pelepasan panas terhadap sudut engkol


Gambar 6. Grafik Perbandingan Pelepasan Panas

Kurva laju pelepasan panas untuk mesin yang dilapisi sedikit bergeser dari titik
mati atas karena berkurangnya pembakaran bahan yang tidak tercampur. Pengaruh aditif
bahan bakar menunjukkan pola kurva yang sama.
Kesimpulan
Efisiensi termal perlahan naik karena efek thermal barrier coating (TBC). Bahan
bakar aditif konsentrasi 1% menampilkan performa yang lebih baik dibanding
percobaan lain.
Level asap lebih tinggi pada moto diesel TBC. Pada kondisi beban penuh, level
asap perlahan naik pada percobaan motor diesel TBC berbahan bakar aditif.
Motor diesel TBC dapat mengurangi 500 ppm kadar NOx dan motor diesel TBC
dengan bahan bakar aditif dapat mengurangi 600 ppm kadar NOx jika
dibandingkan dengan motor diesel normal.
Tingkat pelepasan panas perlahan berkurang karena efek pelapisan dan
pelipisan dan tambahan bahan bakar aditif.

Insulation Effect on the Performance of a Low Heat Rejcetion Di Diesel Engine

S. Madhusudhana, D. Kamakaraj, P. Surendra, A. Srinivas

Pendahuluan

Fakta telah menerangkan bahwa 30% energi yang disuplai hilang pada pendingin,
30% terbuang akibat kerugian gesekan dan kerugian lain, dan tersisa 30% energi saja yang
dapat dimanfaatkan. Energi yang masuk, dikeluarkan dengan fase panas oleh sistem
pendingin yang biasanya menyerap energi.

Permintaan proses pendinginan ini berdasarkan beberapa alasan. Pertama pada


kondisi temperatur yang tinggi, struktur material menjadi creep dan fatigue karena terpapar
proses pembakaran. Kemudian minyak pelumas pada temperatur tinggi memburuk dan
menghasilkan karbon.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagian besar dapat diperoleh dengan memblokir
kehilangan panas di TMA. Penambahan ini akan berkurang karena piston mendekati TMB.
Dengan demikian jumlah panas yang dicegah dari mengalir ke pendingin dan yang tidak
muncul dalam output rem akan muncul dalam aliran gas buang sebagai peningkatan suhu.

Metode Percobaan

Eksperimen dilakukan menggunakan motor diesel normal. Motor diesel dioperasikan


tanpa beban dalam 20 menit. Semua percobaan dilakukan ada kondisi kecepatan 1500 rpm.
Beban dynamometer, laju aliran masa, laju aliran bahan bakar, temperatur gas buang, dan
laju aliran air pendingin dicatat dan direkam setelah motor diesel stabil. Dari pengamat yang
dilakukan, parameter daya, efisiensi termal, brake specific fuel consumption, dan kerugian
kehilangan panas telah dievaluasi.

Hasil dan Pembahasan

Berikut tabel hasil percobaan yang dilakukan.


Kesimpulan
1. Dari investigasi yang dilakukan, hasil mengindikasikan bahwa besarnya potensial
kenaikan efisiensi termal dari motor diesel akibat isolasi (insulation).
2. Temperatur gas buang naik.
3. Alasan utama turunnya performa pada motor diesel LHRR karena terjadi
gesekan pada temperatur yang tinggi pada motor diesel LHR. Minyak pelumas
yang memburuk menghasilkan gesekan yang banyak. Minyak pelumas yang
dapat bertahan pada temperatur tinggi tanpa kehilangan sifat viskositasnya dapat
menjadi masalah baru. Opsi lain yang menarik adalah penggunaan solid
lubricants.
4. Efisiensi volumetrik berkurang karena isolasi (insulation) panas.
5. Turbocharger dapat digunakan untuk menyuplai udara masuk dengan tekanan
yang tinggi karena adanya peningkatan energi gas buang yang disebabkan oleh
isolasi (insulation) panas.

Anda mungkin juga menyukai