DISUSUN OLEH:
HELVI PUTRA WIDANTO (2241220041)
JOSE AKBAR JURNALIS (2241220040)
RAFI FAKHRULLAH EPENDI (2241220087)
CHRISNA PUTRA RAGIL PRAKOSO (2241220029)
PUTU YOGA SAMARA GANGGA (2241220066)
MOCH. NAZARUDIN ASSAMSY (2241220062)
1. Pengapian Konvensional
Pengapian konvensional adalah cikal bakal dari sebuah sistem yang lebih canggih
yakni sistem pengapian yang dikendalikan elektronik. Perlu dijelaskan pada tahap
ini pengoperasian dasar sebagian besar dari sistem pengapian sangat mirip. Satu
belitan kumparan dinyalakan dan dimatikan akan menyebabkan tegangan tinggi
kemudian diinduksi dalam belitan kedua. Sistem koil-pengapian terdiri dari
berbagai komponen, desain dan konstruksi sebenarnyan bergantung terutama pada
mesin yang akan digunakan sistem tersebut.
Pada saat mempertimbangkan desain sistem pengapian, banyak faktor yang harus
diperhitungkan, diantaranya:
• Desain ruang bakar.
• Rasio udara-bahan bakar.
• Kisaran kecepatan mesin.
• Beban mesin.
• Temperatur pembakaran mesin.
• Penggunaan yang dimaksudkan.
• Peraturan emisi.
Jika dua kumparan (dikenal sebagai primer dan sekunder) dililitkan pada inti besi
yang sama, maka setiap perubahan magnetisme dari satu kumparan akan
menginduksi tegangan ke kumparan lainnya. Hal ini terjadi ketika arus
dihidupkan dan dimatikan ke koil primer. Jika jumlah lilitan kawat pada
kumparan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, maka dapat dihasilkan
tegangan yang lebih tinggi. Ini disebut aksi transformator dan merupakan
prinsip koil penyalaan.
Nilai tegangan 'saling terinduksi' ini tergantung pada:
• Arus primer.
Untuk efisiensi yang optimal, sudut gerak maju pengapian harus sedemikian rupa
sehingga dapat menyebabkan tekanan pembakaran maksimum yang terjadi sekitar
10° setelah titik mati atas (TMA). Waktu pengapian yang ideal tergantung pada
dua faktor utama, putaran mesin dan beban mesin. Peningkatan kecepatan mesin
membutuhkan waktu pengapian yang dimajukan. Muatan silinder, dari campuran
udara-bahan bakar, membutuhkan waktu tertentu untuk terbakar (biasanya sekitar
2 mdtk). Pada kecepatan engine yang lebih tinggi, waktu yang dibutuhkan piston
untuk menempuh jarak yang sama berkurang. Memajukan waktu percikan
memastikan pembakaran penuh tercapai.
Emisi HC meningkat seiring dengan majunya waktu. Emisi NOx juga meningkat
dengan peningkatan waktu karena suhu pembakaran yang lebih tinggi. CO
berubah sangat sedikit dengan waktu dan sebagian besar tergantung pada rasio
udara-bahan bakar.