Anda di halaman 1dari 28

Teknik Ototronik

BAB 10 sebanding dengan tegangan yang


dihasilkan sejitar 25...30 kV.
SISTEM PENGAPIAN Daya bakar selain tergantung
ELEKTRONIK pada kualitas campuran (atomisasi
bahan bakar dan perbandingan yang
sesuai) juga dipengaruhi oleh
Sistem pengapian digunakan besarnya celah busi.
untuk membakar campuran bahan
bakar dan udara dengan meletikkan
bunga api pada waktu yang tertentu.
Pada motor bakar bensin
menggunakan busi yang meletikkan
api pada kedu elektrodanya.
Pengapian yang tepat waktu
diperlukan untuk mencegah
kerusakan komponen kendaraan.
Komposisi campuran bahan
bakar yang sesuai dengan
Gambar 10.1 Karakteristik tegangan
perbandingan stoichiometric
pengapian
memerlukan energi untuk
pembekaran sebesar 0,2 mJ melalui Keterangan:
letikan api pembakaran. Untuk 1. Tegangan mulai percikan
campuran yang kaya atau miskin 2. Tegangan pengapian
memerlukan energi 0,3 mJ. t. Lamanya percikan
Energi ini merupakan bagian dari
keseluruhan energi letikan api Gambar diatas menunjukkan
keyataannya. karakteristik tegangan pengapian
Jika energi pembakaran tidak pada putaran stasioner.
mencukupi pembakaran tidak terjadi. Ketika diantara elektroda busi
Sistem pengapian harus tegangannya naik dari 0 sampai
menyediakan energi yang cukup tegangan mulai percikan api maka
untuk meyakinkan terjadinya busi mulai memercikkan api,
pengapian, walaupun kondisi tegangan selanjutnya turun sampai
campuran tidak sesuai perbandingan pada tegangan pengapian.
stoichiometric sehingga proses Campuran bahan bakar dan udara
pembakaran tetap terjadi. dapat terbakar selama periode
Pengapian baterai secara umum pembakaran. Setelah itu tegangan
menggunakan koil pengapian untuk turun sampai ke 0 volt.
menghasilkan tegangan tinggi yang
diperlukan untuk meloncatkan api.
Koil pengapian merupakan 10.1 Saat pengapian dan
transformator yang juga dapat pengaturannya
menimbulkan gangguan
storing/interferensi. Kurang lebih diperlukan waktu 2
Energi yang dapat dihasilkan ms dari mulai dipercikkan api sampai
oleh koil pengapian berkisar pada 60 dengan pembakaran selengkapnya.
sampai dengan 120 mJ yang
284 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Pembakaran harus cukup tepat tekanan maksimum hasil


waktu untuk meyakinkan pebakaran pembakaran terjadi setelah TMA.
utama dan kenaikan puncak tekanan Tetapi apabila saat pengapian
didalam silinder terjadi dekat setelah terlalu awal tekanan pembakaran
piston melewati TMA (Titik Mati maksimal yang timbul terjadi pada
Atas). Saat pengapian harus saat TMA atau bahkan sebelum
disesuaikan sedemikian rupa sesuai TMA, hal ini berpotensi merusakkan
dengan putaran mesin. Hal-hal yang mekanisme mesin (pada kurva 2).
perlu dipertimbangkan pada Sabaliknya apabila saat
penyesuaian bahan bakar adalah: pengapian terlalu lambat tekanan
- Tenaga maksimum mesin maksimal hasil pembakaran lemah
- Konsumsi bahan bakar dan daya mesin rendah.
terendah Saat pengapian yang optimal
- Tidak terjadi didefinisaikan dengan berbagai
detonasi/knocking parameter. Parameter terpenting
- Gas buang yang bersih/ramah adalah putaran mesin, rancangan
lingkungan. mesin, kualitas bahan bakar, dan
kondisi-kondisi kerja mesin (start
awal, idle/stasioner, posisi
pembukaan katup, dll).
Kesimpulannya pemajuan saat
pengapian sangat dipengaruhi oleh
putaran mesin dan kevakuman intake
manifold sebagai penafsir kondisi
kerja mesin.

Gambar 10.2
Kurva tekanan hasil pembakaran

Keterangan :
1. Saat pengapian tepat
2. Saat pengapian terlalu maju
3. Saat pengapian terlambat
Z = saat pengapian

Gambar 10.3 Hubungan kevakuman


Apabila saat pengapian sesuai dengan pemajuan saat pengapian
maka kurva tekanan pengapian yang
dihasilkan sesuai kurva 1, dimana Keterangan:
1. Beban sebagian

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 285


Teknik Ototronik

2. Beban penuh Kebiasaan pengemudian dan hal-hal


lain juga berpotensi sebagai kriteria
Pada engine-manajemen sistem pengoptimalan, hal ini tidak selalu
modern dengan fungsi tambahan, memungkinkan menspesifikasi saat
penyetelan tambahan dapat pengapian ideal untuk emisi gas
digunakan untuk adaptasi dengan buang minimal.
perubahan momen putar atau
perubahan panas pada catalytic
converter.
Semua strategi penyesuaian
dapat dioperasikan secara individual
atau bersama-sama. Derajat saat
pengapian dimajukan atau
dimundurkan di tunjukkan oleh kurva
pemajuan pengapian yang di
sesuaikan secara khusus untuk
masing-masing konfigurasi mesin.
Pada beban penuh, pedal gas
diinjak penuh dan katup gas
membuka penuh. Sejalan dengan
naiknya putaran, pengapian
dimajukan agar menjaga tekanan
pembakaran pada tingkat yang
diperlukan untuk tenaga mesin
optimal. Campuran bahan bakar yang
kurus dihasilkan pada bukaan katup
sebagian yang mana lebih sulit
terbakar. Karena keadaan ini
diperlukan waktu lebih untuk
membakar sehingga perlu di picu
lebih awal dengan waktu yang
digeser lebih maju. Kevakuman
intake manifold berkurang sesuai
dengan pembukaan katup gas.

10.2 Pengapian dan emisi gas


buang
Berhubungan dengan kenyataan
bahwa efek langsung dari bermacam
komponen gas buang, pengapian Gambar 10.4 Hubungan saat
memiliki efek signifikan dengan emisi pengapian dan emisi gas buang
gas buang.
Kenyataannya terkadang Penggeseran saat pengapian
berkebalikan dengan pemakaian berpengaruh terbalik dengan respon
bahan bakar yang ekonomis.
286 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

konsumsi bahan bakar dan emisi gas Gambar 10.5 Hubungan saat
buang. Ketika pemajuan saat pengapian dengan konsumsi bahan
pengapian meningkatkan daya mesin bakar
dan akan menurunkan konsumsi
bahan bakar, ini juga menaikkan HC
dan terkadang emisi NO. Pemajuan 10.3 Energi Pembakaran
yang berlebihan dapat menyebabkan
mesin knocking dan akan Sistem pengapian menimbulkan
merusakkan mesin. Pengapian yang loncatan api tegangan tinggi pada
terlambat menghasilkan temperatur busi untuk memulai pembakaran.
emisi gas buang yang tinggi yang Energi sistem pengapian kurang lebih
juga terlarang untuk mesin. 0,2 mJ dibutuhkan untuk membakar
Sistem managemen mesin campuran sesuai perbandingan
elektronik dirancang secara stoichiometric udara dan bahan
terprogram, bentuk kurva bakar. Ketika campuran lebih kaya
pengapiannya untuk menyesuaikan atau miskin diperlukan daya lebih
saat pengapian dengan bermacam- besar lagi.
macam faktor seperti beban Energi yang diperlukan dari
minimum, temperatur, dan sistem pengapian dirancang
sebagainya. Hal ini memungkinkan menghasilkan percikan energi yang
diperolehnya kompromis optimal besar dalam waktu yang cukup
antara berbagai macam kebutuhan. panjang dengan nyala yang stabil
dan tahan terhadap perubahan
keadaan dari putaran demi putaran
(sistem pengapian transistor). Daya
tahan ini menghasilkan kerja mesin
yang halus dan emisi HC yang
rendah.
Penyetelan celah busi
mempengaruhi kehalusan suara
mesin dan emisi HC, celah busi yang
sesuai selalu di kontrol setiap servis.

Gambar 10.6 Hubungan saat


pengapian dengan momen

10.4 Macam-macam Sistem


Pengapian
Banyak kendaraan masih
menggunakan pengapian
konvensional. Ketika kontak
pemutus menutup dan kunci
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 287
Teknik Ototronik

kontak ON, arus primer dari kevakumannya semakin mundur saat


baterai atau alternator mengalir pengapiannya.
melalui kumparan primer
menghasilkan medan magnet
sebagai energi yang tersimpan.
Ketika suatu saat kontak pemutus
membuka maka kemagnetan
hilang seketika dan tegangan
tinggi terinduksi pada kumparan
sekunder. Tegangan ini dialirkan
melalui kabel tegangan tinggi dan
sebuah distributor menuju salah
satu busi.
Dibawah ini gambaran dasar
hubungan kecepatan putar mesin
4 tak dengan jumlah pembakaran
dalam setiap menitnya. Gambar 10.7 Rangkaian sistem
pengapian konvensional

f  zn/2

dimana:
f = rata-rata timbulnya bunga api
z = Jumlah silinder
n = putaran mesin

Pada putaran rendah, kontak


pemutus menutup dengan waktu
yang cukup untuk menyimpan energi
potensial yang penuh, tetapi pada
putaran tinggi lamanya kontak
menutup (sudut dwell) semakin
pendek waktunya sehingga
pemutusan arus primer terjadi Gambar 10.8 Bobot sentrifugal
sebelum energi potensial maksimum
tersimpan pada kumparan, hal ini Saat putaran tinggi bobot
menyebabkan berkurangnya energi sentrifugal mengembang dan
tegangan tinggi dari sekunder koil. mendorong cam berputar sedikit lebih
Pada pengapian konvensional cepat membuka kontak pemutus.
pemajuan pengapiannya secara Semakin cepatnya kontak pemutus
mekanik dengan menggunakan bobot membuka berarti semakin maju saat
pemaju dan membran/diafragma, pengapian.
dimana semakin tinggi putaran mesin
bobot sentrifugal memajukan saat
pengapian semakin maju, dan ketika
intake manifold berkurang
288 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

tegangan pada kontak pemutus


daya juga berkurang, rugi
tegangan maksimal yang
diijinkan adalah 0,5 volt.
 Kekuatan pegas kontak pemutus
menyebabkan tumit ebonit cepat
aus dan bantalan poros distribusi
aus. Pegas juga memiliki daya
pantul pada kontak pemutus
sehingga pada putaran tinggi
kontak pemutus melayang, tidak
bisa menutup/melekat dengan
Gambar 10.9 Vakum advancer
baik sesuai bentuk nok, sehingga
kontak pemutus akan selalu
Ketika hisapan saluran vakum membuka.
semakin kuat dudukan kontak
pemutus digeser melawan putaran
cam sehingga pengapian dimajukan.
Karena kerjanya secara mekanis
maka sering terjadi kerusakan-
kerusakan mekanis dan merubah
saat pengapian yang semestinya.
Kerugian-kerugian sistem
pengapian konvensional adalah :
 Frekuensi pemutusan kontak
pemutus tinggi sehingga waktu
penutupan pendek, arus primer
tidak mencapai maksimal,
akibatnya kemampuan
pengapian kurang, masalah ini
terjadi khususnya pada motor
bersilinder banyak. Pada jumlah
pengapian 12000/menit
merupakan batas peralihan
kemampuan dari pengapian
konvensional.
 Keausan pada tumit ebonit
menyebabkan perubahan sudut Gambar 10.10 Perbandingan
dwell dan perubahan setelan pemajuan derajat pengapian sistem
konvensional dan elektronik
saat pengapian, lama-lama
kontak tidak dapat membuka
lagi.
Pengapian elektronik dirancang
 Keausan pada kontak pemutus
untuk mengatasi kekurangan-
terjadi menyebabkan daya
kekurangan dari sistem pengapian
pengapian berkurang. Akibat rugi
konvensional.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 289
Teknik Ototronik

Kekurangan waktu pengaliran transistor atau dimodifikasi dengan


arus primer pada pengapian ditambahkan transistor. Pada
diperbaiki dengan cara memberi modifikasi ini kontak pemutus hanya
waktu pengaliran arus kumparan mentriger/memicu kerjanya transistor.
primer lebih lama (sudut dwell Sistem modifikasi ini dikenal dengan
diperbesar) pada saat putaran Transistorized Control Ignition–
semakin tinggi. Contact (TCI-C).
Pengajuan saat pengapian diatur Arus yang bekerja pada
secara elektronik dengan membaca kumparan primer koil dilewatkan
putaran mesin dan beban yang transistor, kontak pemutus hanya
terjadi. dilewati arus yang kecil untuk
Keausan mekanis dapat memicu transistor sehingga kontak
dikurangi dengan tidak adanya pemutus akan lebih awet dari
tekanan pegas pada distributor. kemungkinan terbakar dan
pemutusan arus primer dapat bekerja
lebih cepat akibatnya induksi pada
10.4.1 Sistem Pengapian kumparan sekunder lebih besar.
Transistor dengan kontak Namun demikian keausan pada
pemutus / Transistorized bagian kontak pemutus dengan cam
Control Ignition - Contact distributor dan keausan poros
distributor tetap terjadi sehingga
(TCI-C)
masih harus sering menyetel celah
kontak pemutus.
Pada pengapian elektronik fungsi
kontak pemutus diganti dengan

Gambar 10.11 Sistem pengapian TCI-C

290 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

 arus pada kumparan primer koil


terputus seketika dan
kemagnetannya hilang seketika
akibatnya timbul induksi
tegangan tinggi pada kumparan
sekunder koil yang dialirkan
menuju busi melalui rotor dan
kabel tegangan tinggi.

Gambar 10.12 TCI-C saat kunci kontak


ON dan kontak pemutus menutup

Ketika kunci kontak ON dan


kontak pemutus menutup (gambar
10.12) maka basis Tr1 berhubungan
dengan ground melalui R4 sehingga:
 mengalir arus dari + baterai 
R1  terminal 15 ECU 
Colektor Tr1  Basis Tr1  R4 Gambar 10.13 TI-C saat kunci kontak
 Kontak pemutus  ground, ON dan kontak pemutus membuka
akibatnya Tr1 ON
 karena TR1 ON maka mengalir
arus dari Colektor Tr1  Emitor 10.4.2 Sistem Pengapian
Tr1  Basis Tr2  Emitor Tr2  Transistor dengan sinyal
Ground, sehingga Tr2 juga ON Induktif / Transistorized
 karena TR2 ON maka mengalir
Control Ignition - Inductive
tegangan dari + baterai  R1 
(TCI-I)
R2  terminal 15 kumparan
primer koil  terminal 1  Pada sistem ini tidak
Colektor Tr2  Emitor Tr2  menggunakan kontak pemutus,
Ground, sehingga timbul medan fungsi pemutusan digantikan dengan
magnet pada koil pengapian. sebuah pembangkit sinyal / pulse
generator yang menghasilkan pulsa
selanjutnya jika mesin berputar tegangan secara magnetic.
maka tonjolan cam akan menekan Tegangan ini akan mengontrol ON
kontak pemutus mulai membuka dan OFF dari transistor yang
seperti pada gambar 6.13: mengendalikan Koil pengapian.
Karena seketika kontak pemutus Selanjutnya pembagian tegangan
membuka maka : tinggi menuju busi-busi diatur oleh
 basis Tr1 kehilangan ground distributor yaitu pada bagian rotor
akibatnya Tr1 OFF dan kabel-kabel tegangan tinggi busi.
 arus menuju basis Tr2 hilang dan Induksi yang dihasilkan oleh
Tr2 juga OFF pembangkit sinyal ini berupa

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 291


Teknik Ototronik

tegangan bolak balik / AC memproses tegangan AC untuk


(Alternating Current). Jumlah gigi mengatur pengapian.
/sinyal rotor pada distributor sesuai Ketika poros distributor berputar
dengan jumlah silinder mesin. rotor sinyal ikut berputar, saat rotor
Pada system ini pemajuan saat sinyal mendekati stator kutup
pengapian masih dengan cara terjadilah perubahan kekuatan
mekanis, dengan bobot sentrifugal medan magnet pada inti kumparan
dan vakuum advancer. akibatnya timbul induksi pada
kumparan. Jika dilihat dengan
osciloscope bentuk sinyal induksinya
sebagai berikut:

Gambar 10.15 Bentuk sinyal induktif

Keuntungan dari sistem TCI-I


adalah:
 tidak menggunakan kontak
pemutus
 penyetelan saat pengapian saat
pertama memasang dan
dikontrol waktu servis
 tidak ada gangguan pentalan
pegas
 mudah dalam pemeriksaan
 bantalan pada poros distributor
tidak terbebani tekanan
Gambar 10.14 Distributor dengan sehingga keausan terjadi pada
pembangkit sinyal induktif
waktu yang lama.
Keterangan:
1. bobot sentrifugal
2. rumah vakum Kerugian dari sistem TCI-I adalah:
3. poros distributor  sinyal yang dikirim masih dalam
4. poros dudukan bentuk arus bolak-balik, maka
5. stator pada kontrol unit elektronik
6. sinyal rotor masih harus dilengkapi dengan
7. rotor pembagi arus pembentuk sinyal segi empat
/kotak
Frekwensi dan amplitudo dari  memberi informasi hanya pada
sinyal AC ini dipengaruhi oleh saat pengapian saja
putaran mesin. ECU pada sistem
292 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

 pemajuan saat pengapian


masih mekanis.

Gambar 10.16 Bagian-bagian pembangkit sinyal induktif

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 293


Teknik Ototronik

Gambar 10.18 Bagian-bagian ECU


sistem TCI-I

2c. Penguat (Amplifier)


Memperkuat sinyal pengendali
sesuai dengan kebutuhan dari
rangkaian darlington
Gambar 10.17 Rangkaian sistem
2d. Rangkaian Darlington
pengapian TCI-I
Menghubung dan memutuskan
arus primer
Bila rotor sinyal berputar maka 3. Stabilisator tegangan
terjadi sinyal induktif yang masuk ke Menstabilkan tegangan agar
ECU. Sinyal tersebut memberikan kerja dari komponen elektronik
informasi agar ECU, mulai memutus tidak terpengaruh oleh kenaikan/
atau menghubung arus primer. penu-runan tegangan.
Akibatnya akan terjadi tegangan
induksi
Pada sistem pengapian elektronik 10.4.3 Sistem Pengapian
TCI-I ECU memiliki bagian-bagian Transistor dengan sinyal
berikut: Hall / Transistorized
2a. Perubah sinyal Ignition Control - Hall
Merubah bentuk sinyal dari arus (TCI-H)
bolak-balik menjadi sinyal
berbentuk segi empat Pada sistem fungsi pemutusan
2b. Pengatur dwell digantikan dengan sebuah
Mengatur lamanya arus primer pembangkit sinyal / hall generator
mengalir sesuai dengan jumlah untuk memicu tegangan tinggi pada
putaran sistem pengapian.

294 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Ketika sudu sedang berada


didalam celah maka medan magnet
Prinsip dari IC Hall adalah sbb: akan dialirkan keatas dan tidak
menembus IC Hall kemagnetan tidak
ada, akibatnya tidak timbul tegangan
hall.

Gambar 10.19 IC Hall ketika


menghasilkan sinyal Gambar 10.20 Distributor dengan hall
generator
Pada IC hall terdapat empat
buah terminal. Antara terminal 2 dan Keterangan :
1 dihubungkan dengan sumber 1. sudu
tegangan, antara terminal 3 dan 4 2. plat penghantar magnet
merupakan terminal tegangan hall 3. IC hall
4. celah udara
yang akan dibangkitkan.
Bila rotor sinyal berputar, sudu
Apabila permukaan IC Hall tidak
akan meninggalkan celah, medan
ditembus medan magnet, maka pada
magnet menembus IC hall, sehingga
penampang IC akan terdistribusi
timbul tegangan hall. Dengan
elektron dengan merata yang
berputarnya rotor terus menurus
mengalir dari terminal 2 menuju
tegangan hall timbul dan hilang silih
terminal 1, pada saat ini antara
berganti.
terminal 3 dan 4 tidak terdapat beda
Dengan sebuah pengolah sinyal
potensial (tidak timbul tegangan hall).
(inverter/pembalik) maka saat ada
Namun jika permukaan IC Hall
tegangan hall tegangan sinyal tidak
ditembus medan magnet, maka
timbul, sebaliknya saat tidak ada
elektron yang mengalir dari terminal 2
tegangan hall timbullah tegangan
menuju terminal 1 pada penampang
sinyal yang masuk ke ECU untuk
IC akan terdistribusi tidak merata,
memutus atau menghubung arus
elektron akan terdesak mendekati
primer pada koil.
terminal 3, karena terjadi perbedaan
jumlah elektron antara terminal 3 dan
4 maka terdapat beda potensial
(timbul tegangan hall).

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 295


Teknik Ototronik

tegangan yang masuk ke Pick up


tetap stabil.
Secara prinsip kontrol unit hall
sama dengan kontrol unit induktif,
tetapi pada kontrol unit hall lebih
sederhana sehingga ada bagian lain
yang tidak diperlukan seperti
pembentuk sinyal dan pengatur
dwell, sedang bagian utama masih
tetap seperti penguat dan darlington.
Pada pengapian elektronik TCI-I
dan TCI-H, ECU memiliki fungsi-
fungsi tambahan :
 regulasi sudut dwell minimum dan
Gambar 10.21 Hubungan kemagnetan
maksimum, pada putaran rendah
dalam sudu dengan tegangan hall dan
tegangan sinyal agar koil tidak panas (arus primer
diregulasi mengalir tidak terlalu
Rangkaian lengkap TCI-H seperti lama), sebaliknya pada putaran
terlihat pada gambar 6.19 berikut. mesin tinggi agar daya percikan
besi tetap tinggisehingga
pembakaran sempurna ( 18% s/d
80%).
Gambar 10.22 Bagian sistem pengapian  pembatas arus primer, sehingga
TCI-H arus primer maksimal selalu tetap
( 8A).
 pemutus arus, atas dasar jumlah
Pada sistem pengapian TCI-H pulsa yang dikirim pengirim sinyal,
ECU memiliki bagian-bagian berikut: apabila kurang dari 10 pulsa/menit
maka pemutus arus akan memberi
informasi kepada penguat
sehingga darlington akan
memutus arus primer.
 Pembatas putaran maksimal, pada
saat motor berputar sudah
mencapai maksimum (6200 rpm)
maka pembatas putaran
memberitahu kepada penguat
supaya darlington tidak memutus
arus primer lagi sehingga tidak
terjadi induksi tegangan tinggi
Gambar 10.23 Bagian ECU sistem pada koil.
pengapian TCI-H

Stabilisator A: 10.4.4 Sistem Pengapian


Berfungsi untuk menstabilkan komputer
tegangan yang masuk ke ECU dan

296 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Ada dua macam sistem Secara prinsip kedua sistem


pengapian komputer, yaitu: sama, distributor hanya berfungsi
 Sistem pengapian komputer sebagai pembagi tegangan tinggi
dengan distributor saja.
 sistem pengapian komputer tanpa Putaran mesin dan posisi poros
distributor / DLI (Distributorless engkol dimonitor secara langsung
Ignition System). dengan roda gigi, menggunakan dua
sensor yang terpisah atau dengan
Pada pengapian komputer, satu buah sensor pada roda gigi yang
pemajuan saat pengapian dengan salah satu giginya dibuang sebagai
sensor rpm untuk penyesuaian referensi untuk membedakan dengan
terharap putaran mesin dan dengan posisi gigi-gigi lainnya.
MAP sensor untuk menyesuaikan Ketika kedua sinyal muncul
terhadap beban kendaraan. bersamaan digunakan untuk
Pengoptimalan derajat menentukan top silinder. Selanjutnya
pengapian sudah dilakukan secara sinyal gigi-gigi yang banyak juga
presisi dengan digunakan sebagai sensor putaran
elektronis/pemrograman sehingga mesin.
lebih optimal dan memperoleh
banyak keuntungan.

Gambar 10.24 Sistem pengapian komputer dengan distributor

Keterangan :
1. koil dengan igniter
2. distributor tegangan tinggi
3. busi
4. ECU
5. sensor temperatur
6. knok sensor
7. sensor rpm dan sensor top silinder 1
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 297
Teknik Ototronik

8. gigi-gigi untuk sensor


9. throtle position sensor (TPS)
10. Baterai
11. kunci kontak

Gambar 10.25 Sistem pengapian komputer tanpa distributor (DLI)

Keterangan :
1. busi
2. koil individual
3. throtle position sensor (TPS)
4. ECU
5. sensor temperatur
6. knok sensor
7. sensor rpm dan sensor top silinder 1
8. gigi-gigi untuk sensor
9. baterai
10. kunci kontak

3. Magnet Permanen
4. Inti Besi Lunak
5. Kumparan
6. Rumah Poros Engkol
7. Tonjolan segmen
8. Roda gigi
Sistem yang menggunakan dua
buah sensor induktif bentuk sinyalnya
Gambar 10.26 Dua buah sensor sebagai berikut:
induktif

Keterangan :
1. Sensor CKP
2. Sensor CMP

298 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Gambar 10.29 Sinyal induktis dengan


satu sensor

Penentuan top silindernya


dengan referensi setelah sinyal yang
panjang adalah posisi top silinder 1.
Gambar 10.27 Sinyal dua buah Setelah diketahui top silinder 1
sensor induktif selanjutnya dengan menghitung
jumlah gigi akan dapat digunakan
Adapun sistem yang untuk menentukan pengapian silinder
menggunakan satu buah sensor lainnya sesuai urutan pengapian /
sebagai berikut: firing order (FO).
Ada pula pengirim sinyal induktif
yang dipasangkan pada roda gaya /
fly-wheel.

Gambar 10.28 Sensor induktif dengan


gigi referensi
Gambar 10.30 Pembangkit sinyal induktif
Keterangan :
pada roda gaya
1. magnet permanen
2. bodi sensor
Keterangan :
3. inti besi sensor
A = segmen
4. kumparan
1 = rumah sinyal
5. roda gigi dengan dibuang
2 = magnet
satu gigi sebagai referensi
3 = kumparan

Bentuk sinyal dari pembangkit


Bentuk sinyal dari sistem yang
sinyal pada roda gaya sebagai
menggunakan satu buah sensor
berikut:
induktif bentuknya sebagai berikut:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 299


Teknik Ototronik

Gambar 10.31 Bentuk sinyal induktif Gambar 10.33 Bagian-bagian MAP


pada roda gaya sensor

Keterangan : Keterangan:
t1 = sinyal segment 1 1,3 = Konektor 5 = Gelas Isolator
t2 = sinyal segment 2 2 = Vacum referensi 6 = Rumah Vacum
d = satu putaran poros engkol 4 = Silicon Chip Ukur 7 = Input Vacum

Sinyal induktif dari roda gigi


diatas biasanya juga digunakan Letak pada kendaraan di saluran
sebagai sinyal putaran mesin. udara masuk, salurannya setelah
Apabila putaran mesin katup gas.
meningkat maka frekwensi dari sinyal Piezo Resistive adalah bahan
ini akan dibaca oleh ECU dan yang nilai tahanannya tergantung
dengan logika yang diprogramkan dari perubahan bentuknya. Piezo
pengapian akan dimajukan. resistive dibuat berbentuk
Beban mesin dibaca dari sensor diafragma/membran silicon chip
MAP juga diperhitungkan untuk antara ruangan referensi
menentukan saat pengapian yang (kevakuman = 0,2 bar) dan ruangan
tepat. yang berhubung dengan intake
MAP sensor terbuat dari Piezo manifold.
Resistive, berfungsi untuk Perbedaan tekanan antara ruang
mengetahui tekanan udara masuk referensi dengan intake manifold
yang akan menerjemahkan beban berakibat perubahan lengkungan
kendaraan. pada membran silicon chip. Pengolah
sinyal merubah menjadi tegangan
sinyal. Tegangan paling tinggi MAP
sensor terjadi ketika tekanan intake
manifold paling tinggi yaitu saat kunci
kontak ”ON” mesin ”MATI”, atau saat
katup gas diinjak tiba-tiba/akselerasi.
Sebaliknya tegangan paling rendah
terjadi saat deselerasi/perlambatan
yaitu ketika katup gas menutup tetapi
putaran engine tinggi.
Gambar 10.32 Lokasi MAP sensor

Gambar 10.34 Kerja MAP sensor

300 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

MAP sensor memiliki 3 buah


konektor. Sumber tegangan 5 volt
memerlukan dua konektor dan satu
terminal sebagai tegangan sinyal
menuju inputan ECU. Data tegangan
kerja MAP sensor berkisar antara 0,2
volt sampai dengan 4,5 volt.

Gambar 10.37 Pemetaan sudut


pengapian ditentukan dengan sensor
putaran, beban mesin

Gambar 10.35 hubungan MAP sensor Dengan sebuah perangkat lunak


dengan ECU dapat digunakan untuk membentuk
tabel ini. Tabel yang dibentuk dengan
Metode kontrol yang dapat aturan sesuai logika pemrogram,
digunakan untuk membuat hubungan dengan perangkat itu pula dapat
antara sensor Rpm dan sensor MAP ditunjukkan pemetakan hubungan
(Manifold Absolute Pressure) dari sensor Rpm, sensor MAP dan
kaitannya dengan penentuan saat saat pengapian yang akan terjadi
pengapian yang tepat salah satunya secara tiga dimensi.
dengan menggunakan metode look Data yang berada ditabel
up table. digunakan untuk kondisi kerja
normal, untuk kondisi-kondisi kerja
tertentu akan digunakan aturan
tambahan guna mengoreksi saat
pengapian yang tepat selama mesin
beroperasi, diantaranya : Kondisi
start, kondisi temperatur engine
dingin, kondisi temperatur engine
panas dan ketika ada detonasi.
Aturan-aturan tambahan tersebut
misalnya:
Gambar 10.36 Look up table hubungan
putaran, beban mesin dan saat 1. Kondisi start
pengapian
Pada kondisi ini putaran engine
rendah ±300 rpm, maka
temperatur hasil kompresi masih
rendah. Untuk mengatasi hal
tersebut maka saat pengapian
dibuat pada Titik Mati Atas
(0PE), Tujuan dari penentuan

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 301


Teknik Ototronik

saat pengapian tersebut adalah


supaya temperatur akhir Penjelasan diatas menunjukkan
kompresi tinggi, putaran lebih bahwa pada sistem pengapian
ringan dan tidak timbul detonasi. komputer telah dilengkapi dengan
beberapa sensor lain (sensor start
2. Kondisi temperatur mesin dingin dan sensor temperatur dan sensor
(t  30 C) : knocking/ detonasi).
Sensor start memanfaatkan
Pada kondisi temperatur mesin sinyal dari kunci kontak yang
yang masih dingin pembakaran dimasukkan kedalam ECU. Besar
campuran bahan bakar dan tegangan yang dimasukkan ke ECU
udara memerlukan waktu lebih dirubah menjadi 5 volt oleh sebuah
lama. Pada kondisi ini bahan rangkaian optokopler.
bakar dikondisikan lebih banyak
karena untuk mengimbangi
terjadinya pengembunan kembali
bahan bakar yang sudah
dikabutkan dan agar campuran
yang terbentuk dalam keadaan
mudah terbakar. Saat ini
pengapian dimajukan ±5PE
sebelum TMA dari kondisi
normal (tabel dasar).
Gambar 10.38 Pengolah sinyal start
3. Kondisi temperatur engine panas
(t  90 C)
Sensor temperature
mengunakan bahan thermistor,
Pada kondisi ini waktu pemkaran
merupakan bahan solid-state
relatif lebih pendek dari kondisi
variable resistor terbuat dari
normal, karena temperatur sudah
semiconductor. NTC (Negative
panas, maka pengapian
Temperature Coefficient). Sensor ini
dimundurkan ±5PE sebelum nilai tahanannya akan berkurang bila
TMA dari kondisi normal (tabel temperatur naik (nilai tahanan
dasar). berbanding terbalik terhadap
temperatur).
4. Kondisi saat terjadi knocking/
detonasi

Ketika terjadi detonasi saat


sensor kockingakan memberi
informasi menuju ECU dan saat
pengapian akan dimundurkan
beberapa derajat sampai tidak
terdapat detonasi lagi dan dijeda
sebelum kembali ke saat
pengapian yang semestinya.

302 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Gambar 10.39 Macam-macam NTC


resistor Gambar 10.41 Letak ECT pada engine

Pada temperatur 0ºC NTC


mempunyai tahanan  5 KΩ, dan
pada temperatur 80ºC tahanan  250
Ω. Bila dilihat dari grafik spesifikasi
NTC akan terlihat seperti gambar
dibawah ini.
Gambar 10.42 Engine Coolant
Temperature

Gambar 10.43 hubungan ECT dengan


ECU
Gambar 10.40 Hubungan temperatur
dengan tahanan pada NTC Sensor knocking terbuat dari
bahan Piezoceramic, terletak sensor
ECT terletak pada blok engine knocking pada blok engine. Sensor
dekat dengan selang menuju ini berfungsi untuk mendeteksi
radiator, sensor ini membaca terjadinya detonasi pada engine dan
temperatur air pendingin pada informasi ini dimanfaatkan untuk
engine. merubah saat pengapian.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 303


Teknik Ototronik

Gambar 10.44 Sensor knocking

Keterangan
1 = Piezoceramic element
2 = Seismic mass
3 = Rumah sensor
4 = Baut pengencang
5 = Permukaan kontak
6 = Konektor
7 = Blok Silinder Gambar 10.45 Sinyal knocking
V = Getaran
Ditinjau dari penyalaan busi oleh
ignition coil pada silinder sistem
pengapian komputer DLI
(Distributorless Ignition system) dapat
dibedakan menjadi sistem pengapian
dengan koil individual dan sistem
pengapian dengan koil group.

Gambar 10.46 Sistem pengapian individual

304 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Gambar 10.47 Sistem pengapian group

Pada pengapian komputer tanpa sistem. Sumber tegangan yang


distributor terdapat berbagai macam terlalu redah pada sistem
model pengapian. menyebabkan induksi tegangan
Pengapian individual dilengkapi tinggi pada koil tidak mampu
dengan satu buah koil untuk masing- memercikkan api pada busi.
masing silinder, urutan penyalaannya Apabila sumber tegangan telah
sesuai urutan pengapian / firing order memenuhi sarat untuk bekerjanya
(FO) 1-5-3-6-2-4. sistem (11 sampai 13 Volt), maka
Pengapian group dilengkapi pemeriksaan pada sensor perlu
dengan satu buah koil untuk dua dilakukukan terlebih dahulu,
buah silinder, urutan penyalaannya mengingat dari sensorlah informasi
tidak sesuai urutan pengapian / firing yang akan diolah oleh ECU.
order (FO) 1-5-3-6-2-4, tetapi setiap
piston TMA selalu dilakukan
pengapian baik akhir langkah
kompresi maupun langkah buang. 10.4.5.1 Memeriksa pengirim
sinyal induktif
10.4.5 Perbaikan Sistem
Pengapian 1. Pemeriksaan secara visual

Berbagai permasalahan dapat


ditemukan dalam sistem pengapian,
oleh karena itu penyelesaian
masalah perlu dilakukan dengan
prosedur dan keselamatan kerja yang
memadai.
Pemeriksaan dapat dilakukan
mulai dari pemeriksaan sumber
tegangan pada sistem apakah sudah
memenuhi sarat untuk bekerjanya
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 305
Teknik Ototronik

Volt meter pada skala ukur terendah,


Gambar 10.48 Pemeriksaan celah udara kemudian putarkan poros sehingga
rotor mendekati dan menjauhi stator,
 Periksa jarak celah udara pada saat itu jarum avo meter
antara rotor sinyal dan stator bergoyang apabila kumparan baik.
secara visual atau dengan
fuler (lihat spesifikasi). Celah
udara harus merata pada 10.4.5.2 Memeriksa pengirim
setiap putaran. sinyal hall
 Periksa kekuatan magnit
dengan cara memutar poros Pemeriksaan sensor hall dengan
distributor dengan tangan, memberi tegangan pada kabel merah
ketika rotor mendekati dan +12 volt dan kabel hitam ground,
menjauhi stator terasa ada sementara pada kabel hijau diukur
tahanan magnet. dengan volt meter, pada saat sudu
didalam celah udara maka
2. Pemeriksaan dengan Ohm-meter semestinya terukur tegangan sinyal,
sebaliknya saat sudu tidak berada
Sensor induktif dapat diperiksa dalam celah udara tegangan hilang.
dengan cara melakukan pengukuran
tahanan antara kedua terminal
kumparannya menggunakan Ohm
meter, tahanan sekitar 500-1200 
(lihat spesifikasi).

kabel merah = 8h = +
kabel hijau = 7 = 0
Kabel hitam = 31d = -

Gambar 10.50 Pemeriksaan sensor hall

10.4.5.3 Menguji/ memeriksa Koil

Koil sistem pengapian pada


Gambar 10.49 Pemeriksaan dengan ohm
dasarnya dapat dibedakan dalam 2
meter
kelompok:
 Koil terpisah dengan igniter
Dapat juga dengan mengukur
 Koil dan igniter terangkai jadi satu
tegangan induksi antara kedua
terminal kumparannya menggunakan
306 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Untuk koil terpisah dengan igniter


kebanyakan buku manual
menunjukkan cara pengukuran
tahanan kumparan primer dan
sekundernya dengan ohm meter.
Namun pengukuran tahanan tidak
menjamin koil dapat bekerja
memercikkan bunga api dengan kuat.
Sering terjadi kerusakan koil terjadi
karena kebocoran loncatan induksi di Gambar 10.52 Pemeriksaan koil dengan
dalam bodi koil itu sendiri. igniter

Pada koil dengan igniter


pengetesan dengan sinyal pemicu
berfrekwensi 10 Hz sampai 100 Hz
pada basis igniter sehingga igniter
menghubung dan memutuskan
terminal koil ke ground.
Koil yang baik akan
menghasilkan induksi pada kabel
yang dipasang pada terminal
tegangan tinggi dengan celah lebih
Gambar 10.51 Pemeriksaan koil ganda
tanpa igniter besar dari 1 cm.

Pada koil tanpa igniter


pengetesan dengan merangkaikan 10.4.5.4 Memeriksa ECU system
sebuah igniter seperti pada gambar TCI-I dan TCI-H
diatas, kemudian pada basis igniter
diberikan sinyal pemicu dengan Sebelum melakukan pengujian
frekwensi 10 Hz sampai 100 Hz agar pada ECU perhatikan keselamatan
igniter menghubung dan kerja, jauhkan dari bahan yang
memutuskan terminal 1 koil ke mudah terbakar dan hati-hati dengan
ground. induksi tegangan tinggi. Pengujian
Koil yang baik akan menghasilkan ECU dapat dilakukan dengan
induksi pada kabel yang dipasang dirangkai pada sistem lengkap
pada terminal tegangan tinggi kecuali konektor sensor yang dilepas.
dengan celah lebih besar dari 1 cm. Tegangan baterai harus cukup
(11 volt sampai 13 volt), tegangan ini
harus ada pada ECU dan
sebelumnya koil harus dalam
keadaan baik.
Pengujian ECU dengan cara
memberikan simulasi sinyal yang
sesuai pada terminal sinyal menuju
ECU tersebut.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 307


Teknik Ototronik

Pada ECU pengapian TCI-I terminal masukan sinyal dari sensor


terminal sinyal berada antara terminal saat mendapat tegangan dari sinyal
3 dan 7, terminal ini yang dan hilang. Pengujian dengan
berhubungan dengan sensor induktif. memasangkan kabel pada terminal 5
Antara terminal 3 dan 7 menuju ECU ECU dan dihubung putuskan
dipasang baterai 1,5 volt dan terhadap ground (Gambar 10.43).
dilengkapi dengan sebuah saklar ECU yang bagus akan memicu koil
sesuai gambar 10.41 meloncatkan bunga api.
Pada saat saklar di ON dan OFF
kan berulang, semestinya pada koil
timbul induksi tegangan tinggi,
apabila tidak berarti ECU rusak.

Gambar 10.53 Pemeriksaan ECU TCI-I Gambar 10.54 Pengukuran tegangan


sumber sensor hall
Pada ECU pengapian TCI-H,
ECU semestinya mengeluarkan
tegangan menuju sensor (IC hall)
melalui terminal 6 sebagai terminal +
sensor dan terminal 3 sebagai
terminal – sensor, sehingga
pemeriksaan tegangan keluaran dari
ECU dapat dilakukan dengan Volt
meter digital (Gambar 10.42). Besar
tegangan terukur sekitar 8 volt
sampai 10 volt, cocokkanlah dengan
spesifikasi buku manual. Apabila
tegangan keluar ada harus dilakukan
pengetesan lanjut.
ECU pengapian TCI-H akan
bekerja menghubung dan memutus
arus primer koil jika kaki 5 sebagai

308 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Gambar 10.56 Pengetesan tegangan dari


ECU

Hasil pengukuran akan yang


normal akan ditemukan dua kabel
bertegangan 5 volt dan satu kabel
ground. Dua kabel bertegangan 5 volt
Gambar 10.55 Pengetesan fungsi ECU
TCI-H
tersebut salah satunya sebagai
sumber 5 volt dan yang satu kabel
10.4.5.5 Memeriksa sistem sinyal menuju ECU. Untuk
membedakan kabel sumber dan
pengapian komputer
kabel sinyal dapat dengan
menambahkan resistor 1 kilo Ohm
Permasalahan pada sistem
pada kabel tester dan kembali
pengapian komputer dapat diperiksa
mengukur tegangan kedua kabel
dengan pertama-tama memeriksa
tersebut. Kabel yang tetap
fungsi dari sensor-sensor.
bertegangan 5 volt adalah kabel
Sensor untuk menentukan saat
sumber tegangan dan kabel yang
pengapian dan sensor putaran
nilai terukurnya berkurang adalah
umumnya sama dengan sistem
kabel sinyal.
pengapian elektronik, dengan sensor
Untuk memeriksa sensor MAP
induktif ataupun sensor dengn IC
secara terpisah dapat dengan
hall, pemeriksaannya sensor induktif
memberikan sumber tegangan ± 5
ataupun sensor dengan IC hall sama
volt antara terminal yang sesuai pada
dengan pengirim sinyal induktif dan
sensor MAP. Kesalahan memberi
hall yang telah dijelaskan
sumber tegangan dapat merusakkan
sebelumnya.
sensor MAP.
Sensor beban kendaraan
Pada terminal sinyal diukur
dengan sensor MAP harus
tegangannya menggunakan volt
diyakinkan dulu bahwa sumber
meter dan pada saluran vakum
tegangan 5 volt telah tersedia menuju
dipasangkan pompa vakum untuk
sensor MAP pada kabel dari ECU
mensimulasikan kevakuman intake
saat kunci kontak “ON”, selanjutnya
manifold.
ground juga harus tersedia dari kabel
yang lain.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 309
Teknik Ototronik

terukur dibandingkan dengan spek


yang ada pada tabel.
Apabila tegangan pengukuran
tidak sesuai dengan tabel, sensor
MAP harus diganti.
Pemeriksaan sensor temperatur
NTC terlebih dahulu dengan
memeriksa apakah pada kabel dari
ECU terdapat sumber tegangan 5
volt saat kunci kontak “ON” dan salah
satu kabelnya adalah ground.

Gambar 10.57 Pengetesan sensor MAP

Keterangan:
1. sensor MAP
2. sumber 4,5 Volt
3. Pompa vacuum
4. volt meter

Tabel 10.1 Spesifikasi data sensor MAP


Gambar 10.58 Pengetesan kabel
KETINGGIAN BAROMETRIC ECT
OUTPU
(Referensi) PRESSURE T

(ft) (m) (mmH (kPa) Volt Pada sensor, lakukan


g)
pengukuran nilai tahanan dari kedua
0 0 760 100
terminalnya dan bandingkan dengan
- - - - spesifikasi atau grafik hubungan
3,3-43
2000 610 707 94 temperatur dengan tahanan pada
NTC yang telah diberikan seblumnya.
2001 611 <707 94 Jika perlu rebuh sensor dan ukur
- - - - 3,0-4,1 temperatur air dan nilai tahanan
5000 1524 >634 85
sensor.
5001 1525 <634 85
- - - - 2,7-3,7
8000 2438 >567 76

8001 2439 <567 76


- - - - 2,5-3,3
10000 3048 >526 70

Tekanan disimulatorkan dengan


tekanan yang sesuai dengan tabel Gambar 10.59 Pengetesan ECT
spesifikasi kemudian tegangan

310 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)


Teknik Ototronik

Pemeriksaan sensor knock


dengan mengukur tegangan antara
terminal sensor dengan ground/bodi
sensor dan memberi pukulan
padanya. Apabila terukur ada
pulsa/muncul tegagan berarti knock
sensor bekerja.
Pemeriksaan pada ECU
pertama-tama dengan meyakinkan
adanya sumber tegangan dengan
(AVO digital dan hindari penggunaan
AVO analog) yang masuk pada
terminal yang sesuai, selanjutnya
diperiksa apakah terdapat tegangan
keluar dari salah satu pin ECU
sebesar 5 volt untuk sumber
tegangan sensor-sensor. Apabila
keduanya ada periksa pin-pin data
dari sensor setelah dirangkai apakah
terbaca data-data sesuai yang ada di
sensor. Apabila semua ada starter
kendaraan dan periksa apakah sinyal
menuju koil keluar dari pin ECU
menggunakan lampu test LED.
Jika sinyal menuju koil tidak ada
sementara sinyal-sinyal sensor ada
dan sesuai spesifikasi berarti ECU
rusak.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 311

Anda mungkin juga menyukai