Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pengapian CDI – AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997

Kusnadi
D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

ABSTRAK

Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan tinggi pada koil pengapian yang
disalurkan ke busi hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api listrik tersebut digunakan untuk
membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. Adanya bunga api listrik merupakan salah satu
syarat agar mesin bisa hidup. Sistim pengapian dibagi beberapa jenis yaitu sistim pengapian konvensional
platina, sistim pengapian CDI dan sistim pengapian transistor. Permasalahan pada sistim pengapian secara umum
hilangnya percikan api busi, pembakaran yang tidak sempurna, akselerasi tersendat, terjadinya knocking,
terjadinya ledakan dikarburator, terjadinya ledakan di kanalpot dan lain sebagainya.

Kata kunci : pengapian konvensional, CDI, transistor, knocking.

A. Pendahuluan alternator. (Arif Prabowo, 2005). adalah


mengetahui komponen, fungsi, dan cara kerja
sistem pengapian CDI - AC pada sepeda motor
Sistem pengapian merupakan sistem yang honda astrea grand 100 CC tahun 1997,
sangat penting dalam sepeda motor. Sistem Mengetahui kerusakan yang biasa terjadi pada
tersebut berfungsi sebagai penghasil bunga api sistem pengapian CDI - AC sepeda motor
pada busi untuk membakar campuran bahan honda astrea grand 100 CC tahun 1997,
bakar dan udara yang telah terkompresi. Mengetahui cara mendeteksi dan mengatasi
Sistem pengapian ini sangat berpengaruh pada kerusakan pada sistem pengapian CDI - AC
tenaga dan daya yang dibangkitkan oleh mesin sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun
tersebut. (Arif Prabowo, 2005). 1997.
Sistem pengapian yang dipakai pada B. Landasan
sepeda motor Honda Astrea grand 100 CC Teori
tahun 1997 adalah sistem pengapian CDI
(capasitor discharge ignition). Sistem 1. Konsep Dasar Sistem Pengapian
pengapian CDI merupakan penyempurnaan Sepeda Motor
dari sistem pengapian magnet konvesional Sistem pengapian pada motor bensin
(sistem pengapian dengan kontak platina) yang berfungsi mengatur proses pembakaran
mempunyai kelemahan - kelemahan sehingga campuran bensin dan udara di dalam silinder
akan mengurangi efisiensi kerja mesin. sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada
Sebelumnya sistem pengapian pada sepeda akhir langkah kompresi. Permulaan
motor menggunakan sistem pengapian pembakaran diperlukan karena, pada motor
konvensional. Dalam hal ini sumber arus yang bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan
dipakai ada dua macam, yaitu dari baterai dan sendirinya. Pembakaran campuran bensin dan
ada pula yang dari generator. Perbedaan yang udara yang dikompresikan terjadi di dalam
mendasar dari sistem pengapian tersebut silinder setelah busi memercikkan bunga api,
adalah pada sistem pengapian baterai sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas
menggunakan baterai (aki) sebagai sumber (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong
tegangan, sedangkan untuk sistem pengapian piston ke TMB menjadi langkah usaha. Agar
magnet menggunakan arus listrik AC busi dapat memercikkan bunga api, maka
(alternating current) yang berasal dari diperlukan suatu sistem yang bekerja secara
akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai 3) Penyetelan saat pengapian yang sesuai.
komponen, yang bekerja bersama - sama 4) Penyetelan celah busi yang tepat.
dalam waktu yang sangat cepat dan singkat. 5) Pemakaian tingkat panas busi yang
(Jalius Jama Wagino, 2008). tepat.
6) Pemakaian kabel tegangan yang tepat.
2. Sya a. Saat Pengapian Harus Tepat
rat Saat pengapian (Ignition Timing)
- dari campuran bensin dan udara adalah
Sya saat terjadinya percikan bunga api busi
rat beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas
Sist (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat
em terjadinya percikan waktunya harus
Pen ditentukan dengan tepat supaya dapat
gap membakar dengan sempurna campuran
ian bensin dan udara agar dicapai energi
Ketiga kondisi di bawah ini adalah maksimum. (Jalius Jama Wagino, 2008).
merupakan syarat penting yang harus dimiliki
oleh motor bensin, agar mesin dapat bekerja
dengan efisien yaitu:
1. Tekanan kompresi yang tinggi.
2. Saat pengapian yang tepat dan
percikan bunga api yang kuat.
3. Perbandingan campuran bensin dan
udara yang tepat.
Agar sistem pengapian bisa berfungsi
secara optimal, maka sistem pengapian harus
memiliki kriteria seperti di bawah ini: Gambar 1. Batas TMA dan TMB piston(Jalius
Percikan Bunga Api Harus Kuat Jama Wagino, 2008)
Pada saat campuran bensin dan udara
dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan Bila saat pengapian dimajukan terlalu
utama yang terjadi adalah bunga api meloncat jauh (lihat gambar 3.2 titik A) maka tekanan
di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal pembakaran maksimum akan tercapai sebelum
ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik 100 sesudah TMA. Karena tekanan di dalam
dan tahanannya akan naik pada saat silinder akan menjadi lebih tinggi daripada
dikompresikan. Tegangan listrik yang pembakaran dengan waktu yang tepat,
diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat pembakaran campuran udara bahan bakar yang
membangkitkan bunga api yang kuat di antara spontan akan terjadi dan akhirnya akan terjadi
celah elektroda busi. (Jalius Jama Wagino, knocking atau detonasi. (Jalius Jama Wagino,
2008). 2008).
Terjadinya percikan bunga api yang kuat Knocking merupakan ledakan yang
antara lain dipengaruhi oleh pembentukan menghasilkan gelombang kejutan berupa suara
tegangan induksi, yang dihasilkan oleh sistem ketukan karena naiknya tekanan yang besar
pengapian. Semakin tinggi tegangan yang dan kuat yang terjadi pada akhir pembakaran.
dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan Knocking yang berlebihan akan mengakibatkan
bisa semakin kuat. Namun secara garis besar katup, busi, dan torak terbakar. Saat pengapian
agar diperoleh tegangan induksi yang baik yang terlalu maju juga bisa menyebabkan suhu
dipengaruhi oleh factor - faktor berikut ini: mesin menjadi terlalu tinggi. (Jalius Jama
Wagino, 2008).
1) Pemakaian koil pengapian yang sesuai.
2) Pemakaian kondensor yang tepat.
b. Sistem Pengapian Harus Berdasarkan sumber arusnya, sistem
Kuat dan Tahan CDI dibedakan menjadi 2 sistem, yaitu:
Sistem pengapian harus kuat dan tahan
terhadap perubahan yang terjadi setiap saat 1. Sistem CDI - AC (arus bolak - balik)
pada ruang mesin atau perubahan kondisi 2. Sistem CDI - DC (arus searah)
operasional kendaraan harus tahan terhadap Prinsip Kerja Sistem Pengapian Sepeda
getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan Motor
tinggi yang dibangkitkan oleh sistem Sistem Pengapian Dengan Magnet (Flywheel
pengapian itu sendiri. (Jalius Jama Wagino, Generator atau Magneto Ignition System)
2008). Prinsip kerja dari sistem pengapian ini
adalah seperti “transfer atau pemindahan
2. Tipe Sistem Pengapian Pada energi” atau “pembangkitan medan magnet”.
Sepeda Motor Source coil pengapian terhubung dengan
Secara umum tipe sistem pengapian pada kumparan primer koil pengapian. Diantara dua
sepeda motor dibagi menjadi: komponen (koil) tersebut dipasang platina
(contact breaker atau contact point) yang
1. Sistem Pengapian Konvensional berfungsi sebagai saklar dan dipasang secara
(menggunakan contact breaker atau paralel dengan koil - koil tadi. (Jalius Jama
platina). Wagino, 2008).
2. Sistem Pengapian Dengan Magnet
(Flywheel Generator atau Pada saat platina dalam keadaan
3. Sistem Pengapian Konvensional menutup, maka arus yang dihasilkan magnet
dengan Baterai (Battery And akan mengalir ke massa melalui platina,
Coil Ignition System) sedangkan pada koil pengapian tidak ada arus
yang mengalir. Saat posisi rotor sedemikian
4. Sistem Pengapian Elektronik rupa sehingga arus yang dihasilkan source coil
(Electronic Ignition System) sedang maksimum, platina terbuka oleh cam
Secara umum beberapa atau nok. (Jalius Jama Wagino, 2008).
kelebihan sistem pengapian CDI
dibandingkan dengan sistem Sistem Pengapian Konvensional dengan
pengapian konvensional adalah Baterai (Battery And Coil Ignition System)
antara lain: Prinsip kerja sistem pengapian
konvensional baterai pada dasarnya sama
1. Tidak memerlukan penyetelan saat dengan sistem pengapian konvensional
pengapian, karena saat pengapian magnet. Namun terdapat perbedaan dalam
terjadi secara otomatis yang diatur pemasangan atau perangkaian platina. Dalam
secara elektronik. sistem pengapian magnet, platina dirangkai
2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan secara paralel dengan koil pengapian,
bunga api seperti yang terjadi pada sedangkan dalam sistem pengapian baterai
breaker point (platina) sistem dirangkai secara seri. Oleh karena itu, dalam
pengapian konvensional. sistem pengapian baterai, rangkaian primer
3. Mesin mudah distart, karena tidak pengapian baru akan terjadi secara sempurna
tergantung pada kondisi platina. (arus mengalir dari baterai sampai massa) jika
4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik posisi platina dalam keadaan tertutup. Gambar
yang dicetak sehingga tahan terhadap 3.8 dan 3.9 di bawah ini adalah contoh
air dan goncangan. rangkaian sistem pengapian baterai pada
5. Pemeliharaan lebih mudah, karena sepeda motor. (Jalius Jama Wagino, 2008).
kemungkinan aus pada titik kontak
platina tidak ada. (Jalius Jama Wagino, Pada saat ignition switch (kunci
2008). kontak) dinyalakan, dan posisi platina dalam
keadaan menutup, arus dari baterai mengalir ke
massa melalui kumparan primer koil api pada busi untuk pembakaran campuran
pengapian dan platina. Dengan mengalirnya bahan bakar dan udara. (Jalius Jama Wagino,
arus tersebut, pada inti besi koil pengapian 2008).
akan timbul medan magnet. (Jalius Jama
Wagino, 2008). Sistem Pengapian Fuel Transistor (Tanpa
Platina)
Pada saat platina terbuka oleh cam, Prinsip kerja dari sistem pengapian ini
aliran arus pada rangkaian primer akan adalah secara umum, pada sistem pengapian
terputus. Hal ini akan menyebabkan terjadi transistor arus yang mengalir dari baterai
induksi sendiri pada kumparan primer sebesar dihubungkan dan diputuskan oleh sebuah
200V - 300V. Karena perbandingan kumparan transistor yang sinyalnya berasal dari pick up
sekunder lebih banyak dibanding kumparan coil (koil pemberi sinyal). Akibatnya tegangan
primer, maka pada kumparan sekunder terjadi tinggi terinduksi dalam koil pengapian
induksi yang lebih besar sekitar 10KV - 20KV (ignition coil). Adapun cara kerja secara lebih
yang bisa membuat terjadinya percikan bunga detilnya adalah sebagai berikut (lihat gambar
api pada busi untuk pembakaran campuran 3.11). (Jalius Jama Wagino, 2008).
bahan bakar dan udara. Induksi ini disebut
induksi bersama (mutual induction). (Jalius Ketika kunci kontak di-ON-kan, arus
Jama Wagino, 2008). mengalir menuju terminal E TR1 (transistor 1)
melalui sekring, kunci kontak, tahanan (R)
Sistem Pengapian Semi-Transistor pada unit igniter yang selanjutnya diteruskan
Prinsip kerja dari sistem pengapian ini ke massa. Akibatnya TR1 menjadi ON
adalah apabila kunci kontak (ignition switch) sehingga arus mengalir ke kumparan primer
posisi “ON” dan platina dalam posisi tertutup, koil pengapian menuju ke massa melalui
maka arus listrik mengalir dari terminal E pada terminal C - E pada TR1. (Jalius Jama Wagino,
TR1 ke `terminal B. Selanjutnya melalui R1 2008).
dan platina, arus mengalir ke massa, sehingga
TR1 menjadi ON. Dengan demikian arus dari Sistem Pengapian CDI - AC
terminal E TR1 mengalir ke terminal C. Prinsip kerja dari sistem pengapian ini
Selanjutnya arus mengalir melalui R2 menuju adalah Pada saat magnet permanen (dalam
terminal B terus ke terminal E pada TR2 yang flywheel magnet) berputar, maka akan
diteruskan ke massa. (lihat gambar 3.10 di dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk
bawah). (Jalius Jama Wagino, 2008). induksi listrik dari source coil seperti terlihat
pada gambar 3.12 di bawah ini. Arus ini akan
Akibat dari kejadian arus listrik yang diterima oleh CDI unit dengan tegangan
mengalir dari B ke E pada TR2 yang sebesar 100 sampai 400 Volt. Arus tersebut
diteruskan ke massa tersebut menyebabkan selanjutnya dirubah menjadi arus setengah
mengalirnya arus listrik dari kunci kontak ke gelombang (menjadi arus searah) oleh diode,
kumparan primer, terminal C, E pada TR2 kemudian disimpan dalam kondensor
terus ke massa. Dengan mengalirnya arus pada (kapasitor) dalam CDI unit. (Jalius Jama
rangkaian primer tersebut, maka terjadi Wagino, 2008).
kemagnetan pada kumparan primer koil
pengapian. Pada saat terjadinya pengapian, pulsa
generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus
Apabila platina terbuka maka TR1 sinyal ini akan disalurkan kegerbang (gate)
akan OFF dan TR2 juga akan OFF sehingga SCR. Seperti terlihat pada gambar 3.14
timbul induksi pada kumparan - kumparan dibawah ini:
ignition coil (koil pengapian) yang
menyebabkan timbulnya tegangan tinggi pada Dengan adanya trigger (pemicu) dari
kumparan sekunder. Induksi pada kumparan gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (ON)
sekunder membuat terjadinya percikan bunga
dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke D. Hasil dan
katoda (K) Pembaha
san
Dengan berfungsinya SCR tersebut,
menyebabkan kapasitor melepaskan arus a. Analisa Kerusakan Pada Sistem
(discharge) dengan cepat. Kemudian arus Pengapian CDI - AC Sepeda Motor
mengalir ke kumparan primer (primary coil) Honda Asrtrea Grand 100 CC Tahun
koil pengapian untuk menghasilkan tegangan 1997
sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem
induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pengapian sepeda motor secara umum adalah
pada kumparan primer koil). sebagai berikut:
1. Laju kendaraan sepeda motor tersendat -
Akibat induksi diri dari kumparan sendat seperti akan kehabisan bahan
primer tersebut, kemudian terjadi induksi bakar, padahal bahan bakar masih
dalam kumparan sekunder dengan tegangan mencukupi dan karburator juga berfungsi
sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi dengan baik. Penyebab dari masalah
tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam tersebut adalah:
bentuk loncatan bunga api yang akan 1) Percikan bunga api terlalu kecil.
membakar campuran bensin dan udara dalam 2) Terjadi kerusakan pada spie magnet
ruang bakar. (Jalius Jama Wagino, 2008). yang mengakibatkan posisi magnet
bergeser dan terjadi timing pengapian
Sistem Pengapian CDI - DC yang tidak tepat.
Prinsip kerja dari sistem pengapian ini 3) Tegangan yang di hasilkan pulser coil
adalah pada saat kunci kontak di ON-kan, arus tidak bagus.
akan mengalir dari baterai menuju saklar. Bila 4) Api yang dihasilkan stator coil atau
sakelar ON maka arus akan mengalir ke spul pengapian tidak bagus.
kumparan penguat arus dalam CDI yang 5) Terjadi kerusakan pada CDI.
meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt 2. Sepeda motor tidak dapat hidup padahal
DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus api yang di hasilkan bagus. Penyebabnya
disearahkan melalui dioda dan kemudian dari masalah tersebut adalah:
dialirkan ke kondensor untuk disimpan 1) Kunci kontak telah mengalami keausan
sementara. Akibat putaran mesin, koil pulsa atau terdapat kabel pada kunci kontak
menghasilkan arus yang kemudian yang terputus.
mengaktifkan SCR, sehingga memicu 2) Terjadi kerusakan pada spie magnet
kondensor atau kapasitor untuk mengalirkan yang mengakibatkan posisi magnet
arus ke kumparan primer koil pengapian. Pada bergeser dan terjadi timing pengapian
saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada yang tidak tepat yang menjadikan api
kumparan primer koil pengapian, maka timbul besar tetapi motor tidak dapat hidup.
tegangan induksi pada kedua kumparan yaitu 3) Terjadi kerusakan pada CDI.
kumparan primer dan kumparan sekunder dan 4) Kompresi ruang bakar mengalami
menghasilkan loncatan bunga api pada busi kebocoran.
untuk melakukan pembakaran campuran bahan 3. Saat sepeda motor dipakai dari jarak yang
bakar dan udara. (Jalius Jama Wagino, 2008). tidak jauh tiba – tiba mesin mati dengan
C. Metode sendirinya. Setelah dibiarkan beberapa
saat, mesin dapat hidup kembali saat
Metode yang digunakan dalam mesin dihidupkan. Penyebab dari masalah
penelitian ini adalah metode survey, observasi, tersebut adalah terjadi kerusakan pada
analisis data dan studi pustaka koil pengapian sehingga mengakibatkan
tahanan koil sudah lebih besar dari
spesifikasi.
Sedangkan kerusakan yang biasa terjadi Gambar 2. Posisi Kabel atau Konektor Stator
pada sistem pengapian Honda Astrea Grand Alternator(Beni Setya Nugraha, 2005)
100 CC Tahun 1997 adalah tidak
dihasilkannya loncatan bunga api yang Posisi pemeriksaan tahanan atau
sempurna. Kerusakan tersebut terjadi apabila kontinuitas kumparan stator alternator
salah satu komponen sistem pengapian menggunakan Ohm Meter. Tahanan kumparan
pengalami gangguan, dimana gejalanya stator alternator : 100 - 400 Ω (Honda) dapat
adalah sebagai berikut: dilihat pada gambar di bawah ini.
1. Harga tahanan terukur pada
beberapa komponen tidak sesuai 2) Pemeriksaan magnet atau rotor secara
dengan spesifikasi. Hal tersebut visual (keretakan, kotoran, kondisi
disebabkan oleh pengaruh usia pasak atau spie pada poros engkol)
pemakaian, atau akibat terkena panas
listrik yang terus menerus. Pemeriksaan baterai
2. Kondisi fisik pada masing - 1) Memeriksa jumlah cairan baterai.
masing komponen menunjukkan Permukaan cairan baterai harus
adanya tanda - tanda kerusakan, berada di antara batas atas dan batas
misalnya keretakan, terkelupasnya bawah. Apabila cairan baterai
atau terputusnya isolator kabel berkurang, tambahkan air suling
tegangan tinggi. sampai batas atas tinggi permukaan
3. Kondisi sambungan antar kabel yang diperbolehkan.
dari masing - masing komponen 2) Memeriksa berat jenis cairan baterai.
yang sudah mengalami kerusakan, Berat jenis cairan baterai ideal adalah
kelonggaran, atau terhalang 1,260. Apabila kurang, maka baterai
kotoran, dimana hal tersebut akan perlu distrum (charged), sedangkan
mengganggu aliran arus listrik. apabila berat jenis cairan baterai
b. Pemeriksaan Sistem Pengapian CDI - berlebihan maka tambahkan air
AC Sepeda Motor Honda Astrea suling sampai mencapai berat jenis
Grand 100 CC Tahun 1997 ideal.
Pemeriksaan alternator (kumparan 3) Pemeriksaan pipa atau slang ventilasi
pembangkit atau stator dan magnet atau baterai. Perhatikan kerusakan pipa atau
rotor) slang ventilasi dari kebocoran,
1) Pemeriksaan tahanan kumparan tersumbat maupun kesalahan letak atau
pembangkit atau stator jalur pemasangannya.
Pemeriksaan dapat dilakukan i. Pemeriksaan kunci kontak
dalam keadaan stator tetap terpasang. Memeriksa kerja dan hubungan
Pemeriksaan dilakukan melalui antar terminal kontak
konektor terminal alternator (atau menggunakan multitester.
dapat pula pada konektor Pemeriksaan koil pengapian (Ignition Coil)
rectifier/regulator), dengan 1) Memeriksa tahanan kumparan
menggunakan Ohm Meter. primer dan kumparan sekunder.
Tahanan kumparan primer = 0,5-1
Ω.

Tahanan kumparan sekunder (tanpa


cap busi = 7,2-8,8 KΩ).

Tahanan kumparan sekunder (dengan


cap busi = 11,5-14,5 KΩ).

Gambar 3. Pemeriksaan Ignition Coil


(Beni Setya Nugraha, 2005) v. Perawatan Sistem Pengapian CDI -
AC Sepeda Motor Honda Astrea
2) Memeriksa kabel tegangan tinggi busi Grand 100 CC Tahun 1997.
dari retak atau kebocoran secara visual Adapun perawatan sistem pengapian CDI AC
maupun dengan tes percikan. Sepeda Motor Honda Astrea Grand 100 CC
Pengapian yang baik : percikan lebih Tahun 1997 adalah sebagai berikut:
dari 6 mm. 1. Servis berkala secara rutin.
ii. Pemeriksaan unit CDI 2. Periksa soket - soket komponen
Mengukur kontinuitas antar sistem pengapian apabila terdapat
terminal - terminalnya karat pada terminal - terminalnya
menggunakan Ohm Meter. bersihkan dengan amplas atau bisa
juga menggunakan cairan penetrat
untuk menghilangkan karat.
3. Ganti busi setiap 12.000 km.
4. Periksa pulser coil apabila terdapat
karat bersihkan dengan
menggunakan amplas atau bisa juga
menggunakan cairan penetrat untuk
menghilangkan karat.
5. Periksa sensor pulser coil apabila
terdapat karat bersihkan dengan
menggunakan amplas atau bisa juga
Gambar 4.Terminal - terminal CDI - AC menggunakan cairan penetrat untuk
Honda Astrea Grand(Beni Setya menghilangkan karat.
Nugraha, 2005) 6. Periksa bagian dalam magnet
apabila terdapat karat bersihkan
iii. Pemeriksaan kumparan pembangkit dengan menggunakan amplas atau
pulsa (pick up coil) bisa juga menggunakan cairan
Memeriksa tahanan kumparan penetrat untuk menghilangkan karat.
menggunakan Multitester. Tahanan pick up E. Kesimpul
coil : 50 - 200 Ω (Honda). an
Dilihat dari uraian penjelasan trouble
iv. Pemeriksaan dan penyetelan shooting pada sistem pengapian CDI - AC
busi sepeda motor honda astrea grand 100 CC
1) Memeriksa keausan elektroda busi. tahun 1997 dapat diperoleh simpulan bahwa:
Apabila keausan elektroda
berlebihan, busi perlu diganti. 1. Sistem pengapian CDI - AC sepeda
2) Memeriksa warna hasil pembakaran motor honda astrea grand 100 CC
pada ujung insulator dan elektroda tahun 1997 adalah berfungsi untuk
busi. Perhatikan pula kode busi mengatur bunga api listrik pada busi
yang digunakan, bandingkan untuk membakar campuran bahan
dengan spesifikasi yang disarankan. bakar dan udara dalam ruang bakar.
3) Membersihkan insulator dan 2. Sistem Pengapian CDI - AC sepeda
elektroda busi dari endapan karbon motor honda astrea grand 100 CC
mempergunakan sikat kawat atau tahun 1997 terdiri atas alternator
alat pembersih busi. Apabila (kumparan pembangkit dan magnet),
insulator retak atau pecah, busi kunci kontak (ignition switch), koil
harus diganti. pengapian (ignition coil), unit CDI -
4) Menyetel celah elektroda busi. AC, kumparan pembangkit pulsa
Celah spesifikasi : 0,6 - 0,7 mm. (signal generator atau pick up coil)
dan busi (spark plug). Dengan
prinsip ditimbulkannya loncatan
bunga api pada busi karena adanya
tegangan tinggi tiba-tiba yang
dialirkan oleh koil pengapian menuju
busi. Koil pengapian mendapatkan
arus dari pengosongan muatan pada
kapasitor yang terdapat didalam unit
CDI.
3. Kerusakan yang biasa terjadi pada
sistem pengapian CDI - AC sepeda
motor honda astrea grand 100 CC
tahun 1997 adalah tidak adanya
bunga api listrik pada busi atau
bunga api yang dihasilkan busi tidak
baik (kemerah - merahan dan
menyebar).
4. Cara mendeteksi kerusakan pada
sistem pengapian CDI - AC sepeda
motor honda astrea grand 100 CC
tahun 1997 adalah dengan
pengetesan loncatan bunga api yang
dihasilkan oleh busi. Bila api yang
dihasilkan oleh busi tidak baik atau
bahkan tidak ada berarti sistem
pengapiannya mengalami kerusakan.
Sedangkan cara mengatasi
kerusakannya adalah dengan
melakukan perbaikan atau
penggantian. komponen yang
mengalami kerusakan yaitu
alternator, kunci kontak, koil
pengapian, kumparan pembangkit
pulsa, unit CDI - AC, dan busi
setelah sebelumnya melakukan
pemeriksaan kondisi komponen
tersebut.
Daftar Pustaka

[1] Nugraha, B. S. 2005. Sistem


Pengapian. Jurusan Pendidikan Teknik
Otomotif :
[2] Prabowo, Arif. 2005. Sistem
Pengapian CDI Pada Honda GL Pro
1997. Program Diploma Teknik Mesin
Unnes :
[3] Wagino, J. J, dkk. 2008. Teknik
Sepeda Motor Jilid 2. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai