Anda di halaman 1dari 31

Sistem Pengapian

Uraian
Tiga elemen dasar dalam mesin bensin adalah:
campuran udara bahan bakar yang baik, kompresi
yang baik, dan spark yang baik.
Sistem pengapian menghasilkan spark yang kuat
melalui waktu pengapian yang tepat untuk
membakar campuran udara-bahan bakar.
1. Spark yang kuat
Pada sistem pengapian, spark (percikan api)
dihasilkan diantara elektroda-elektroda busi dan
untuk membakar campuran.Bahkan udara pun
memiliki resistansi terhadap listrik, ketika
dikompresi dengan kuat, puluhan ribu volt harus
dihasilkan untuk menjamin spark yang cukup
untuk memantik campuran udara-bahan bakar.
2. Waktu pengapian yang baik
Sistem pengapian harus memberikan waktu
pengapian yang cukup setiap waktu untuk
mengakomodasi perubahan dalam kecepataan dan
beban mesin.
3. Daya tahan yang cukup
Sistem pengapian harus dapat memberikan
kehandalan yang cukup untuk menahan getaran
(vibrasi) dan panas yang dihasilkan oleh mesin.

Sistem pengapian menggunakan tegangan tinggi


yang dibangkitkan oleh koil pengapian untuk
menghasilkan percikan bunga api (spark), untuk
menyulut campuran udara bahan bakar yang telah
dikompresi.
Campuran dikompresi dan dibakar di dalam
silinder. Pembakaran ini menghasilkan gaya gerak
mesin.
Lewat induksi sendiri dan induksi mutual,
koil menghasilkan tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian. Kumparan primer
membangkitkan beberapa ratus volt dan
kumparan sekunder menghasilkan puluhan ribu
volt..

Perubahan pada Sistem Pengapian


Berikut ini beberapa tipe sistem pengapian:
1. Tipe breaker point
Sistem pengapian tipe ini memiliki konstruksi
paling mendasar.
Dengan tipe ini, arus primer dan waktu pengapian
dikontrol secara mekanik .
Arus primer dari koil pengapian diatur agar
mengalir secara terputus-putus melalui breaker
point atau titik kontak platina (biasa disebut
platina).
Governor advancer dan vacuum advancer
mengontrol waktu pengapian.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 1


Sistem Pengapian
Distributor mendistribusikan tegangan tinggi yang
dihasilkan oleh secondary coil ke busi-busi.

PETUNJUK:
• Di dalam tipe ini, breaker point harus disetel
atau diganti secara berkala.
• External resistor digunakan untuk mengurangi
jumlah lilitan primary coil, memperbaiki
peningkatkan arus primer, dan meminimalkan
pengurangan tegangan sekunder pada
kecepatan tinggi.
Mengurangi jumlah lilitan primary coil berarti
mengurangi tahanan, menaikkan arus primer, dan
menaikkan pembangkitan panas. Untuk alasan
inilah, external resistor disediakan untuk
mencegah agar arus utama tidak naik secara
berlebihan.

2. Transistorized type
Di dalam tipe ini, transistor mengontrol arus
primer sehingga mengalir secara terputus-putus
sesuai dengan sinyal-sinyal listrik yang
dibangkitkan oleh signal generator.
Timing advance secara mekanik dikontrol dengan
cara yang sama seperti di dalam tipe breaker point.

3. Tipe Transistor dengan ESA (Electronic


Spark Advance))
Penggunaan vacuum advancer mekanikal dan
governor advancer telah dihentikan pada tipe ini.
Selanjutnya ESA berperan bersama ECU mesin
mengontrol waktu pengapian.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 2


Sistem Pengapian
4. DIS (Direct Ignition System) Tipe ini
menggunakan multiple ignition coil untuk
menyuplai tegangan tinggi secara langsung ke
busi-busi. Waktu pengapian dikontrol oleh fungsi
ESA pada engine ECU. Sistem ini yang
mendominasi mesin bensin saat ini.

PETUNJUK:
Tipe 2 mengapikan dua silinder secara simultan.
Satu loncatan bunga api muncul di dalam langkah
kompresi (compression stroke) dan yang lain di
dalam langkah buang (exhaust stroke).

Perlunya Kontrol Waktu Pengapian


Pada mesin bensin, campuran udara-bahan bakar
dinyalakan untuk menghasilkan pembakaran, dan
gaya yang bangkitkan oleh letupan menyebabkan
piston terdorong ke bawah.
Energi thermal dapat dikonversikan paling efisien
menjadi gaya gerak ketika gaya pembakaran
maksimal dihasilkan pada posisi crankshaft
10°ATDC (After Top Dead Center).
Mesin tidak menghasilkan gaya ini dengan
seketika begitu pengapian; tetapi, gaya
pembakaran maksimum ini dihasilkan beberapa
saat setelah pengapian telah berlangsung.
Oleh karena itu, pengapian diberikan maju
beberapa saat agar gaya pembakaran maksimum
dapat dibangkitkan pada 10°ATDC.
Waktu pengapianlah memungkinkan diatur
berubah setiap saat agar mesin dapat
menghasilkan gaya pembakaran maksimum pada
10° ATDC , tergantung kondisi kerja mesin.
Karenanya, sistem pengapian harus dapat
menyalakan campuran udara bahan bakar pada
waktu yang memungkinkan mesin dapat
menghasilkan gaya eksplosif dengan cara yang
paling efisien sesuai dengan kondisi kerjanya..

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 3


Sistem Pengapian
1. Periode pembakaran tertunda
Pembakaran campuran udara-bahan bakar tidak
terjadi secara langsung setelah pengapian. Tetapi,
pada area kecil (inti api) di dekat spark mulai
terbakar, dan proses ini akhirnya berkembang ke
area sekelilingya.
Periode dari waktu ketika campuran udara-bahan
bakar diapikan hingga terbakar disebut periode
pembakaran tertunda (ignition delay period)
(antara A dan B pada diagram).
Ignition delay period kenyataannya adalah
konstan, dan tidak terpengaruh oleh perubahan
kondisi mesin.

2. Periode perambatan api(Flame propagation


periode)
Setelah inti api tebentuk, api menyebar keluar.
Kecepatan penyebarannya disebut kecepatan
perambatan api (flame propagation speed), dan
periodenya disebut periode kecepatan perambatan
api (flame propagation period) (B~C~D pada
diagram).
Bila terdapat sejumlah besar udara masuk,
campuran udara-bahan bakar menjadi lebih kental.
Karenanya, jarak antar partikel dalam campuran
udara-bahan bakar berkurang, sehingga akan
mempercepat perambatan api.
Dan juga, perputaran campuran udara-bahan
bakar menjadi lebih kuat, mempercepat pula
kecepatan perambatan apinya. Bila kecepatan
perambatan api lebih cepat, perlu untuk
memajukan waktu pengapian. Oleh karena itu
waktu pengapian perlu dikontrol sesuai dengan
kondisi mesin.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 4


Sistem Pengapian

• Kontrol waktu pengapian


Sistem pengapian mengontrol timing pengapian
sesuai dengan kecepatan dan beban mesin agar
gaya pembakaran maksimal terjadi pada
10°ATDC .

PETUNJUK:
Dulu, sistem pengapian menggunakan governor
advancer dan vacuum advancer untuk mengontrol
pengajuan (advancing) dan pengunduran
(retarding) timing. Tetapi, kebanyakan sistem
pengapian sekarang menggunakan sistem ESA.

1. Kontrol putaran mesin


(1) Pertimbangannya, mesin akan menghasilkan
keluaran tenaga paling efisien apabila gaya
pembakaran maksimal terjadi pada 10°ATDC,
dimana waktu pengapian optimal di set ke 10°
BTDC (Before Top Dead Center) pada
putaran 1.000 rpm.
(2) Hal itu diharapkan bahwa putaran mesin
meningkat sampai 2.000 rpm. Durasi untuk
ignition delay adalah konstan berapapun
putaran mesinnya. Karenanya, sudut rotasi
crankshaft meningkat, dibandingkan ketika
mesin bekerja pada 1.000 rpm. Apabila waktu
pengapian yang sama seperti digambarkan
pada (1) digunakan pada 2.000 rpm, timing
dimana mesin menghasilkan gaya pembakaran
t : Waktu Pengapian Tertunda maksimal akan dimundurkan lebih dari 10°
Ignition timing
ATDC..
Saat pengapian dihasilkan oleh tenaga pembakaran
maksimum (3) Karenanya, untuk menghasilkan gaya
Batas antara periode pembakaran tertunda dan flame pembakaran maksimal pada 10°ATDC ketika
propagation speed mesin bekerja pada 2,000 rpm, waktu
Ignition delay period pengapian harus dimajukan untuk
Flame propagation period
menggantikan sudut rotasi crankshaft yang
Timing advance
Crankshaft rotational angle dimundurkan pada (2). Proses untuk
memajukan waktu pengapian ini disebut
timing advance, dan untuk memundurkan
waktu pengapian disebut timing retard.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 5


Sistem Pengapian
2. Kontrol beban mesin
(1) Apabila gaya pembakaran maksimal terjadi
pada 10° ATDC, dimana waktu pengapian
optimal diset ke 20° BTDC saat beban mesin
rendah.
(2) Saat beban bertambah, densitas udara
bertambah dan kecepatan perambatan api
berkurang. Karenanya, apabila tetap
menggunakan waktu pengapian sama seperti
pada (1) ketika beban mesin tinggi, maka
waktu yang dibutuhkan mesin untuk
menghasilkan gaya pembakaran maksimal
akan lebih dari 10° ATDC.
(3) Untuk menghasilkan gaya pembakaran
maksimal pada 10° ATDC saat beban berat,
timing pengapian harus dimundurkan untuk
Saat Pengapian menggantikan sudut putar crankshaft yang
Saat Pengapian dihasilkan oleh pembakaran maximum dimajukan di (2).
Batas antara peruide ignition delay dan flame propagation
speed
Sebaliknya, ketika beban ringan, timing
Ignition delay period harus dimajukan. (ketika mesin sedang idle,
Flame propagation period bagaimanapun besarnya pengajuan timing harus
Timing retard dijaga kecil atau nol, untuk mencegah
Crankshaft rotational angle pembakaran tidak stabil.

• Kontrol Knocking
Knocking pada mesin terjadi akibat pembakaran
spontan saat campuran udara bahan bakar
menyala sendiri di dalam ruang bakar. Mesin
menjadi lebih mudah mengalaminya ketika timing
pengapian dimajukan.
Knocking yang berlebih akan mempengaruhi
performa mesin secara negatif, misalnya boros
bahan bakar atau keluaran tenaga berkurang.
Disisi lain, sedikit ketukan memiliki efek
sebaliknya, bahan bakar lebih ekenomis dan lebih
bertenaga.
Sistem pengapian yang baru mempengaruhi
kontrol timing pengapian dengan cara
memundurkan timing ketika sensor knock
mendeteksi adanya knocking, dan memajukan
timing kembali setelah tak terdeteksi knocking
lagi. Dengan mencegah mesin dari knocking
dengan cara ini, sistem ini akan memperbaiki
keluaran tenaga dan menghemat bahan bakar.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 6


oil Pengapian
Coil
Uraian
Ignition coil membangkitkan tegangan tinggi
yang memadai dapat meloncatkan bunga api di
antara elektroda dan busi.
Kumparan primer dan sekunder dililitkan di
sekitar inti. Kumparan sekunder dililitkan sekitar
100 kali lebih banyak daripada kumparan primer.
Salah satu ujung dari kumparan primer
dihubungkan ke igniter, dan satu ujung lainnya ke
kumparan sekunder yang terhubung dengan busi.
Ujung-ujung lainnya dihubungkan ke baterai.

Cara Kerja Ignition Coil


1. Arus mengalir ke kumparan primer
Ketika mesin bekerja, arus dari baterai mengalir
melalui igniter ke kumparan primer, sesuai
dengan sinyal waktu pengapian (IGT) yang
dikeluarkan oleh ECU mesin.
Hasilnya, garis-garis gaya magnet dibangkitkan di
sekitar kumparan, yang memiliki inti (core) di
bagian tengahnya.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 7


oil Pengapian
Coil
2. Current stopped to the primary coil
Ketika mesin bekerja terus menerus, arus yang
mengalir ke kumparan primer akan dihentikan
dengan cepat oleh igniter, sesuai dengan sinyal
IGT yang dikeluarkan oleh ECU mesin.
Hasilnya, gaya magnet dari kumparan primer
mulai berkurang.
Sementara, EMF (Electromotive Force) yang
dibangkitkan dalam suatu arah akan menghalangi
hilangnya fluks maknetis hasil dari induksi sendiri
kumparan primer dan induksi mutual pada
kumparan sekunder.
Efek induksi sendiri menghasilkan sekitar 500 V
EMF dalam kumparan primer, dan efek induksi
bersama dari kumparan sekunder menghasilkan
tegangan EMF yang tinggi (sekitar 30 kV).
Induksi ini membuat busi mampu menghasilkan
loncatan bunga api.
Semakin sering arus primer dihentikan secara
mendadak dan semakin besar arus primernya,
maka secara bersesuaian akan terbentuk tegangan
sekunder yang kian membesar.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 8


Igniter
Cara Kerja
Garis Besar
Igniter melakukan pemutusan arus-primer yang
mengalir ke koil pengapian secara presisi sesuai
sinyal pengapian ( IGT) yang dikeluarkan oleh
ECU mesin..
Sinyal IGT
Ketika sinyal IGT berpindah dari off ke on,
igniter memulai aliran arus primer.

• Kontrol arus konstan


Ketika arus primer mencapai nilai tertentu, igniter
membatasi daya arus maksimum dengan
mengatur arus.

• Kontrol sudut Dwell


Untuk menjamin durasi yang cukup arus primer,
yang akan berkurang seiring naiknya putaran
mesin, kontrol ini mengatur panjang waktu (dwell
angle) tatkala arus mengalir. (Pada beberapa
model terakhir, kontrol ini dipengaruhi melalui
sinyal IGT.)
Ketika sinyal IGT berubah dari off ke on, igniter
mematikan arus primer.
Pada saat arus primer ditutup, ratusan volt
dihasilkan dalam kumparan primer dan puluhan
ribu volt dihasilkan dalam kumparan sekunder,
yang menyebabkan busi memercikkan bunga api.

Sinyal IGF
Igniter melakukan pemutusan arus-primer yang
mengalir ke koil pengapian secara presisi sesuai
sinyal pengapian ( IGT) yang dikeluarkan oleh
ECU mesin. Kemudian, igniter mengirimkan
sinyal konfirmasi pengapian (IGF) ke ECU mesin
sesuai dengan kuat arus dari arus primer.
Sinyal IGF dikeluarkan apabila arus primer yang
mengalir dari igniter mencapai nilai yang
ditetapkan IF1.
Ketika arus primer melampaui nilai IF2 yang
ditentukan, sistem memastikan bahwa jumlah arus
yang diperlukan sudah mengalir, dan membiarkan
sinyal IGF untuk kembali ke tegangan awal.
(Gelombang sinyal IGF berbeda-beda dari model
ke model.)
Bila ECU mesin tidak menerima sinyal IGF,
maka ECU mesin akan menentukan bahwa telah
terjadi kegagalan pada sistem pengapian. Untuk
mencegah katalis dari overheating, mesin ECU
menghentikan injeksi bahan bakar dan
menyimpan kegagalan itu di dalam fungsi
diagnosis.
Akan tetapi, ECU mesin tidak dapat mendeteksi
kegagalan pada sirkuit arus sekunder karena ECU
Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 9
Igniter
mesin hanya memonitor sirkuit arus primer
sebagai sinyal IGF.

PETUNJUK:
Pada beberapa model, sinyal IG ditentukan
melalui voltase primer.

*Ini adalah system former , tetapi system baru


ini menjadi satu dengan system IGF sinyal
pada ECU, kesalahan pengapian dimonitor
oleh system Ion.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 10


Busi
Busi
Uraian
Tegangan tinggi yang dihasilkan lilitan sekunder
dari ignition coil menghasilkan percikan (spark)
di antara elektroda tengah dan ground dari busi
untuk menyulut campuran udara-bahan bakar
yang dikompresi dalam silinder.

Mekanisme Pengapian
Letupan campuran udara-bahan bakar oleh
percikan api busi biasanya disebut pembakaran
(combustion). Pembakaran tidak terjadi secara
mendadak, tetapi prosesnya seperti dijelaskan
berikut ini.
Percikan bunga api bergerak melalui campuran
udara-bahan bakar dari elektroda tengah dan
elektroda massa busi. Sebagai hasilnya, campuran
udara-bahan bakar diaktifkan sepanjang jalur
percikan bunga api, terjadi reaksi kimiawi
(melalui oksidasi), dan terbangkit panas untuk
membentuk apa yang disebut dengan inti api
(flame nucleus).
Inti api mengaktifkan sekeliling campuran udara-
bahan bakar. Lalu, panas inti api melebar keluar
dalam proses yang dikenal sebagai penyebaran
api (flame propagation), untuk membakar
campuran udara-bahan bakar.
Bila suhu elektroda terlalu rendah atau celah busi
terlalu kecil, elektroda akan menyerap panas yang
dihasilkan percikan bunga api. Hasilnya, inti api
mati, lantas menyebabkan kegagalan
pengapian(misfire).
Fenomena ini disebut pendinginan elektroda
(electrode quenching). Bila efek pendinginan
elektroda ini membesar maka akan mematikan
Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 11
Busi
Busi
pembangkitan api yang dilakukan oleh inti api.
Semakin kecil elektrodanya, semakin kecil fungsi
pendinginannya. Dan semakin rata elektrodanya,
maka akan semakin mudah pelepasan panasnya.
Beberapa jenis busi memiliki alur berbentuk U
pada elektroda massanya atau alur berbentuk V
pada elektroda tengahnya untuk memperbaiki
kemampuan pengapian. Busi semacam ini
memberikan efek pendinginan yang lebih kecil
daripada busi tanpa alur elektroda, yang
memungkinkan membentuk api menyala dari inti
yang besar. Ada juga beberapa jenis busi yang
menggunakan elektroda lebih tipis untuk
mengurangi efek pendinginan itu.

Performa Pengapian
Faktor-faktor berikut mempengaruhi performa
pengapian bus:
1. Bentuk elektroda dan performa pelepasan
Elektroda berbentuk bulat mempersulit proses
discharge, sementara elektroda berbentuk
bersudut dan lancip mempermudah discharge.
Akibat penggunaan dalam waktu lama, elektroda
membulat dan menyulitkan busi untuk
menghasilkan lontaran api. Karenanya, busi harus
diganti secara teratur. Lebih mudah bagi busi
dengan elektroda yang tipis dan lancip untuk
menghasilkan lontaran api. Akan tetapi,
elektroda-elektroda ini lebih cepat aus dan busi
harus lebih cepat diganti. Karena inilah, pada
beberapa jenis busi terdapat platinum dan iridium,
untuk mengurangi aus, dipasangkan pada
elektrodanya. Busi jenis ini disebut busi platinum
atau busi iridium.

PETUNJUK:
Interval penggantian busi
Tipe konvensional: Tiap 10,000 sampai 60,000
km
Tipe platinum- atau iridium-tipped: Tiap 100,000
sampai 240,000 km
Interval penggantian bervariasi sesuai model
kendaraan, spesifikasi mesin, dan negara
pengguna.
2. Celah busi dan tegangan yang diperlukan
Bila busi mulai aus dan celah antara elektroda
melebar, mesin bisa gagal menyala.
Ketika jarak antara pusat elektroda dan ground
elektroda meningkat, lebih sulit loncatan api
untuk bergerak ke elektroda. Akibatnya, tegangan
yang lebih besar diperlukan untuk menghasilkan
loncatan api.
Untuk alasan inilah, celah harus disesuaikan atau
busi harus diganti setiap interval tertentu.
Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 12
Busi
Busi
PETUNJUK:
• Apabila tegangan yang diperlukan bisa
dihasilkan walaupun celah terlalu lebar, busi
dapat menghasilkan loncaran api yang kuat
dan menghasilkan pengapian. Untuk ini,
banyak busi di pasaran dengan celah hingga
1,1 mm.
• Busi dengan ujung platinum dan iridium tidak
memerlukan penyesuaian celah karena busi
jenis ini tidak dapat aus (mereka hanya bisa
diganti).

Jangkauan Panas
Banyaknya panas yang dihasilkan oleh busi
bervariasi sesuai bentuk dan bahan busi.
Banyaknya panas yang dihasilkan disebut heat
range.
Busi yang menghasilkan lebih banyak panas
disebut tipe dingin, karena businya sendiri tetap
dingin. Yang menghasilkan lebih banyak panas
disebut tipe panas, karena panasnya ditahan.
Pada busi tercetak kode alfanumerik yang
menggambarkan struktur dan karakteristiknya.
Kode berbeda sesuai dengan pembuatnya.
Biasanya, semakin besar heat range-nya, tipenya
adalah tipe dingin, karena ia menghasilkan panas
dengan baik.Semakin kecil heat range-nya,
tipenya adalah tipe dingin, karena ia tidak
menghasilkan panas dengan mudah.
Busi berfungsi baik apabila suhu minimum pusat
elektrodanya adalah antara suhu pembersihan
450°C (842°F) dan suhu pra pengapian 950°C
(1,742°F).

PETUNJUK SERVIS:
Heat range busi yang paling sesuai untuk
kendaraan tertentu ditentukan oleh modelnya.
Memasang busi dengan heat range yang berbeda
akan mengacaukan suhu pembersihan dan pra
pengapian. Untuk mencegah masalah ini, selalu
gunakan busi yang direkomendasikan.
Menggunakan busi dingin ketika mesin bekerja
dalam kondisi kecepatan rendah dan beban ringan
akan mengurangi suhu elektroda dan
menyebabkan mesin tidak bekerja dengan baik.
Mengunakan busi panas ketika mesin bekerja
dalam kondisi kecepatan tinggi dan beban berat
akan secara signifikan meningkatkan suhu
elektroda, menyebabkan elektroda meleleh.

1. Temperatur pembersihan sendiri


Ketika busi mencapai suhu tertentu, busi itu akan
membakar karbon yang berakumulasi di daerah
pengapian selama pengapian, untuk menjaga
Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 13
Busi
Busi
kebersihan area pengapian pada busi. Suhu ini
disebut temperatur pembersihan sendiri (self-
cleaning temperature). Efek pembersihan busi
terasa ketika suhu elektroda melampaui 450°C
(842°F). Apabila suhu pembersihan belum dicapai,
artinya suhu elektroda dibawah 450°C (842°F),
karbon mengumpul di area pengapian busi. Ini
dapat menyebabkan kegagalan pengapian.

2. Temperatur pre-ignition
Apabila businya berfungsi sebagai sumber panas,
dan menyulut campuran udara-bahan bakar tanpa
percikan bunga api, ini disebut temperatur pre-
ignition. Pre-ignition terjadi ketika suhu elektroda
di atas 950°C (1,742°F). Apabila hal ini terjadi,
output mesin akan turun karena waktu pengapian
yang tidak tepat, dan elektroda atau piston bisa
meleleh sebagian.

Busi berujung Platinum/Iridium


Pada busi berujung platinum dan iridium,
elektroda tengah dan elektroda massa di
seberangnya dilapisi tipis platinum atau iridium.
Karenanya, busi ini memiliki usia pakai yang
lebih baik dibanding busi konvensional.
Karena platinum dan iridium tahan aus, elektroda
tengah busi ini dapat dibuat berukuran kecil dan
memiliki performa baik.
1. Busi berujung platinum
Pada busi berujung platinum, platinum dilaskan
ke ujung elektroda tengah dan elektroda ground.
Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi
konvensional.
2. Busi berujung Iridium
Pada busi berujung Iridium, iridium (yang lebih
tahan aus dibanding platinum) dilaskan pada
ujung elektroda tengah, dan platinum dilaskan
pada elektroda massanya.
Diameter elektroda tengah lebih kecil dari busi
berujung platinum.

PETUNJUK:
Beberapa jenis busi ini tidak memiliki platinum
yang dilaskan pada elektroda massa-nya.

Busi-busi platinum dan iridium harus diganti pada


interval tertentu. Busi ini tidak memerlukan
penyetelan gap atau pembersihan antar jangka
waktu penggantian bila mesin bekerja dengan
baik.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 14


Busi
Busi
PETUNJUK:
Interval penggantian busi-busi platinum dan
iridium:
Setiap 100,000 sampai 240,000km
Interval penggantian bervariasi tergantung model
kendaraan, spesifikasi mesin, dan area
penggunaan.

PERHATIAN:
Untuk mencegah kerusakan elektroda, jangan
membersihkan busi platinum atau iridium.
Pembersihan akan merusak elektroda dan
menghambat busi dari berfungsi optimal.
Tetapi, bila elektroda berdebu atau sangat kotor,
busi bisa dibersihkan sebentar (maksimal 20
detik) di dalam pembersih busi.
Celah busi tidak usah disesuaikan kecuali bila
dipasang sebagai busi baru.
Gambar di kiri menunjukkan tipe label peringatan
yang dipasangkan di ruang mesin kendaraan yang
menggunakan busi platinum atau iridium.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 15


DLI (Distributor Less Ignition)
Uraian
Pada system DLI , distributor conventional tidak
lagi digunakan seperti pada system pengapian.
Sistem ini menyediakan koil pengapian yang
terintegrasi dengan igniternya secara tersendiri
untuk setiap cylinder.
Karena sistem ini tidak memerlukan distributor
atau kabel tegangan tinggi, sistem ini dapat
mengurangi energi yang hilang pada area
tegangan tinggi dan meningkatkan ketahanan.
Pada saat yang sama, sistem ini dapat
meminimalisir gangguan elektromagnetik karena
tidak mengunakan lagi titik pada area tegangan
tinggi.
Kontrol timing pengapian dilakukan melalui
penggunaan ESA.

• ESA (Electronic Spark Advance)


ECU mesin , yang menerima sinyal dari beragam
sensor, menghitung waktu pengapian dan
mengirimkan sinyal pengapian ke igniter.
Timing pengapian dihitung secara terus menerus
sesuai dengan kondisi mesin, berdasarkan nilai
optimal timing pengapian yang disimpan dalam
komputer dalam bentuk peta ESA. Dibandingkan
kontrol mekanik timing pengapian pada sistem
konvensional, metode kontrol dengan ESA
memberikan presisi yang lebih baik, dan
kebebasan untuk menetapkan waktu pengapian.
Hasilnya, sistem ini memberikan konsumsi bahan
bakar dan keluaran tenaga yang lebih baik.

Komponen-komponen
Sistem pengapian langsung terdiri dari
komponen-komponen berikut:
1. Crankshaft position sensor (NE)
Mendeteksi sudut crankshaft (putaran mesin).
2. Camshaft position sensor (G)
Mengidentifikasikan cylinder, langkah, dan
mendeteksi timing camshaft.
3. Knock sensor (KNK)
Mendeteksi knocking pada mesin.
4. Throttle position sensor (VTA)
Mendeteksi sudut bukaan throttle valve.
5. Intake air pressure sensor (PIM)
Mendeteksi tekanan pada intake manifold
pressure.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 16


DLI (Distributor Less Ignition)
6. Water temperature sensor (THW)
Mendeteksi suhu pendingin mesin.
7. Ignition coil with igniter
Mengubah arus kumparan primer dari on ke off
pada timing optimal. Mengirimkan sinyal IGF ke
ECU mesin.
8. ECU Mesin
Menghasilkan sinyal IGT berdasarkan sinyal dari
berbagai sensor dan mengirimkan sinyal ke
ignition coil dengan igniter.
9. Busi
Menghasilkan percikan bunga api listrik untuk
membakar campuran udara-bahan bakar.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 17


DLI (Distributor Less Ignition)
1. Ignition coil disatukan dengan igniter
Alat pengapian ini terdiri dari igniter dan ignition
coil yang disatukan menjadi satu unit.
Pada masa sebelumnya, arus tegangan tinggi
dikirimkan ke silinder melalui kabel tegangan
tinggi. Sekarang, ignition coil dapat langsung
dihubungkan ke busi setiap silinder dengan
menggunakan ignition coil yang disatukan dengan
igniter.
Jarak antara aliran tegangan tinggi menjadi
pendek dengan menghubungkan ignition coil dan
busi secara langsung, menyebabkan kehilangan
tegangan dan gangguan elektromagnetik
berkurang. Dengan demikian, ketahanan sistem
pengapian ditingkatkan.

Model Lama :
Rangkaian IGF sinyal pada model sekarang
merupakan tipe build-in , dan jika sinyal IGF
salah masuk ke dalam CPU, kode diagnosis akan
dikeluarkan sebagai kerusakan dari ECU. Karena ,
hal ini dideteksi sebagai kerusakan dalam ECU.

KETERANGAN:
Sinyal IGT mengacu pada sinyal dari ECU
untuk mentriger sebagai sinyal pengapian dan
sinyal IGF mengacu pada sinyal dari igniter ke
ECU untuk konfirmasi sebagai sinyal
konfirmasi pengapian sebelumnya.
Bagaimanapun ,karena igniter menjadi satu
dengan coil pengapian , maka , konstruksi
ECU telah dirubah menjadi rangkaian sinyal
IGT yang memancarkan sinyal IGT , sinyal
IGF mengirim ke CPU sebagai sinyal
konfirmasi dari pengapian (IGF signal).

Disini menjelaskan konsep sistem pada model


lama untuk referensi anda.
Selain itu , Daihatsu telah menggunakan sistem
ION untuk memonitor kondisi pembakaran dari
setiap ruang bakar pada beberapa model.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 18


DLI (Distributor Less Ignition)
Cara Kerja
Berikut adalah contoh cara kerja berdasarkan
pada DLI mesin HC, yang menggunakan ignition
coil yang menyatu dengan igniter.
1. ECU mesin menerima sinyal dari berbagai
sensor dan menghitung waktu pengapian
optimal.
(ECU mesin juga mempengaruhi kontrol
waktu maju).
2. ECU mesin mengirimkan sinyal IGT ke
ignition coil yang bersatu dengan igniter.
Sinyal IGT di kirimkan ke tiap igniter sesuai
dengan urutan pengapian (1-3-4-2).
3. Ignition coil, ke arah mana arus primer ditutup
dengan cepat, menghasilkan arus tegangan
tinggi.
4. Sinyal IGF dikirim ke ECU mesin ketika arus
primer melampaui nilai yang ditetapkan.
5. Arus tegangan tinggi, yang dihasilkan
kumparan sekunder, mengalir ke busi,
menyebabkan pengapian.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 19


Referensi
Referensi
Prinsip Kerja Tipe Transistor
1. Sinyal Generator membangkitkan sinyal
pengapian.
2. Igniter menerima sinyal pengapian dan
menyebabkan arus primer terputus seketika.
3. Ignition coil, dari arus primer yang telah
diputus secara mendadak, menghasilkan arus
tegangan tinggi.
4. Distributor mendistribusikan arus tegangan
tinggi yang dibangkitkan kumparan sekunder
ke busi.
5. Busi menerima arus tegangan tinggi dan
menyulut campuran udara-bahan bakar.

• Governor advancer
Governor advancer mengontrol pengajuan timing
sesuai dengan putaran mesin.
Biasanya, posisi dari bobot governor (governor
weight) ditentukan oleh pegas-pegasnya.
Saat kecepatan poros distributor meningkat
seiring putaran mesin, gaya sentrigufal melawan
gaya pegas, mengakibatkan bobot governor
menyebar ke arah luar.
Sebagai hasilnya, posisi cam maju ke sudut
tertentu, yang mengakibatkan timing pengapian
maju.

• Vacuum advancer
Vacuum advancer mengontrol pengajuan timing
sesuai dengan beban mesin.
Diafragma dihubungkan ke plat breaker melalui
batang atau ke karburator.
Ruang diafragma berhubungan dengan karburator
dan intake manifold dari saluran advance.
Ketika katup gas dibuka sedikit, vacuum pada
saluran advance akan menarik diafragma untuk
merotasikan plat breaker.
Hasilnya, sinyal yang terbangkit ini akan
menggerakan dan memajukan timing pengapian.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 20


Referensi
Referensi
Prinsip Kerja tipe Transistor dengan ESA
1. ECU mesin menerima sinyal dari berbagai
sensor, menghitung waktu pengapian optimal
dan mengirimkan sinyal pengapian ke igniter.
(ECU mesin mengatur waktu maju.)
2. Igniter menerima sinyal pengapian dan
menyebabkan arus primer terputus seketika.
3. Ignition coil, dari arus primer yang telah
diputus secara mendadak, menghasilkan arus
tegangan tinggi.
4. Distributor mendistribusikan arus tegangan
tinggi yang dibangkitkan kumparan sekunder
ke busi.
5. Busi menerima arus tegangan tinggi dan
menyulut campuran udara-bahan bakar.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 21


Pemeriksaan
Pemeriksaan
1. Memeriksa initial timing
(1) Biarkan mesin menjadi panas dan short-kan
terminal TE1 dan E1 pada DLC1, atau TC dan
GC pada DLC3.
(2) Hubungkan pick-up dari timing light ke kabel
catu daya ignition coil.
(3) Periksa waktu pengapian dengan katup
throttle tertutup penuh.

PETUNJUK:
• Terminal ECU-T dan E pada sambungan
DLC akan dihubungkan selama pemeriksaan
dengan tujuan untuk mengatur saat pengapian
pada nilai Nol.
• Ada dua tipe pick-up dari timing light:
mendeteksi dari arus primer ON/OFF atau
mendeteksi tegangan sekunder.
• Karena timing pengapian akan maju ketika
katup thottle dibuka, katup thottle harus
diperiksa apakah sudah tertutup penuh.
• Initial timing yang salah dapat menyebabkan
pengurangan pada output, memperparah
konsumsi bahan bakar atau knocking.

2. Memeriksa busi
Percikan bunga api tidak akan dihasilkan bila
terdapat retakan, elektroda kotor, aus atau gap
yang terlalu lebar. Apabila gap busi terlalu rapat,
mungkin akan terjadi pendinginan elektroda
(quenching). Hal ini dapat menyebabkan bahan
bakar tidak terbakar walaupun terjadi loncatan
bunga api.

PETUNJUK:
Apabila busi dengan heat range yang tidak sesuai
digunakan, karbon akan mengumpul pada
elektroda busi atau elektroda itu meleleh.
Tidak pernah menggunakan tipe resistor yang
berbeda, gunakan tipe high resistance disebabkan
kerusakan yang serius pada komponen , seperti
igniter dan coil atau ECU.
Tidak pernah mengatur celah busi pada saat
menggunakan busi. Penyetelan celah busi hanya
mungkin dilakukan pada busi baru.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 22


Pemeriksaan
3. Tes percikan bunga api
(1) Lepaskan semua konektor injektor agar bahan
bakar tidak bisa diinjeksikan.
(2) Pindahkan ignition coil (dengan igniter) dan
busi.
(3) Pasang lagi busi dalam ignition coil.
(4) Hubungkan ke konektor dan ground-kan busi.
Periksa apakah busi menghasilkan percikan
bunga api ketika mesin distart pada kondisi ini.
Tes ini untuk menentukan cylinder mana yang
tidak menghasilkan percikan bunga api.

PERHATIAN:
• Jangan men-starter untuk tes busi lebih dari 5
- 10 detik.
• Pada sistem ION , kondisi pembakaran dapat
dimonitor lewat sinyal ION .
• Jangan menghubungkan ground busi ke
permukaan cat pada mesin untuk
menghindari bahaya api .

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 23


Pemeriksaan

CPU ECU Coil

Driver Energy
I/C IG
ON
1 pole
plug

Output
Igniter is integrated

Seperti sudah diketahui bahwa air garam dapat


dilalui arus listrik.
Ini akan dibuat dengan sodium ion dan hydroxide
ion pada air dengan menambahkan garam
kedalam air. Dan ketika ion ditarik ke setiap
electrode, arus akan mengalir.
Mempertimbangkan apa yang terjadi pada ruang
bakar.
Campuran bahan bakar udara berisi pembakaran
bensin pada ruang pembakaran.
Jika bensin terbakar pada ruang bakar , ia akan
menjadi air dan carbon dioxide.
Ketika ditulis dengan rumus ilmiah, adalah
C12H2O+17O2. → 12CO2+10H2O
Bagaimanapun, plus ion seperti CH3+ dan
H3O+ dll dihasilkan selama pembakaran.
Dan ketika plus ion berhubungan dengan dinding
ruang bakar , seperti piston dan silinder head, arus
akan mengalir jika tegangan diberikan pada saat
ini .

Dengan kata lain, arus akan mengalir ketika


perbedaan potential diberikan selama pembakaran
pada electrode busi dan dinding ruang bakar.
Bagaimanapun , tidak mungkin untuk mengukur
arus ion yang dihasilkan pada ruang bakar secara
langsung. Untuk alasan ini, pada saat pengapian
terjadi , arus mengisi condenser dan arus ini
mengisi condenser akan segera dikosongkan
setelah pengapian terjadi pada arah berlawanan
sebagai gabungan dengan arus yang berlawanan
yang dihasilkan pada secondary coil.
Sehingga, arus mengalir sebanyak arus balik yang
akan dibedakan tergantung pada banyaknya arus
ion yang terdapat pada ruang bakar.
Sehingga , arus Ion mendeteksi rangkaian
monitoring perbedaan bayaknya arus balik untuk
mendeteksi kesalahan pengapian pada ruang
bakar.
Hasilnya, tipe tekanan tegangan rendah ,
gelombang arus yang dihasilkan segera setelah
pengapian busi terjadi tidak akan mencampuri
sinyal arus ion , seperti tipe tegangan tinggi.
Oleh karena itu ketepatan sistem deteksi arus ion
telah diperbaiki dan biaya akan hemat.
Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 24
Pemeriksaan
Tegangan pada secondary coil seperti terlihat
pada gambar .
Tegangan arus balik akan berbeda tergantung
pada ada tidaknya arus ion.
Banyaknya arus balik bertambah seperti
diperlihatkan ketika terdapat arus ion.
Arus Ion mendeteksi rangkaian yang mengenal
arus ion apakah ada atau tidak dengan memonitor
banyaknya arus balik yang lebih tinggi melawan
antisipasi nilai acuan.
Oleh karena itu , tegangan rendah sistem deteksi
arus ion dapat memonitor ketepatan kesalahan
pengapian.

Trouble pertama kode P0300/17 dapat dibagi ke


dalam empat macam kode, P0301, P0302, P0303,
dan P0304.

P0300/17 Random/multiple cylinder kesalahan


pengapian mendeteksi
P0301/17 Cylinder No.1 salah pengapian
P0302/17 Cylinder No.2 salah pengapian
P0303/17 Cylinder No.3 salah pengapian
P0304/17 Cylinder No.4 salah pengapian

Bagaimanapun , hanya dapat diakui pengkabelan


ini dengan menggunakan DS-II.
Disamping itu kode dapat diakui dengan keluaran
(kode 17) dari lampu peringatan.
Proses trouble shooting dengan alasan diagnosis
kode 17 dikeluarkan oleh check engine lamp.

1. Dengan switch IG diputar "LOCK",


sambungan SST ke DLC pada bagian bawah
instrument panel pada sisi tempat duduk
pengemudi.
SST: 09991-87404-000
2. Sambungan terminal DLC terminals 5 (EFI-T)
dan 13 (E), menggunakan SST.
SST: 09991-87403-000
3. Putar switch IG ke posisi "ON" . Pada saat ini
hati-hati , jangan menstart mesin.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 25


Pemeriksaan
4. Baca kode trouble diagnostic (DTC) dengan
mengamati jumlah kedipan lampu indicator
malafungsi .
5. Gambaran diperlihatkan pada contoh kedipan
dari pola kode normal . Lampu indicator
Malafungsi menyala selama 0.25 detik,
setelah switch IG diputar "ON". Setelah
selang 0.25 detik , lampu indicator malafungsi
kembali menyala selama 0.25 detik. Lalu,
pola ini akan berulang.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 26


Pemeriksaan
Format ini adalah nyala lampu check engine
dengan kode sinyal keluaran 17.

1. Proses memeriksa dimana silinder mengalami


kesalahan pengapian .
Sekurangnya , dua channels oscilloscope
dibutuhkan untuk pemeriksaan .
Hubungkan SST ke EFI ECU.
SST::09842-97209-000

2. Sambungan pada oscilloscope


Sambungan oscilloscope ke setiap terminal 48, 49,
50, 51 dan periksa format keluaran. Format
keluaran pada terminal 48 dan 51, terminal 49 dan
50 adalah sama . Hal ini mengacu bahwa
rangkaian atau terminal 48 dan 51, terminal 49
dan 50 dihubungkan pada pada ECU seperti
terlihat pada gambar ketika arus ion terdapat pada
semua silinder.
Ini adalah format keluaran terminal 48 dan 50.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 27


Pemeriksaan
3. Monitor format keluaran sistem ion ketika
kesalahan pengapian terjadi pada salah satu
silinder.

Hal ini dapat mengkonfirmasikan bahwa salah


satu sinyal keluaran dari coil pengapian ada
kesalahan.
Ini memperlihatkan bahwa kesalahan pengapian
terjadi pada salah satu silinder.
Hal ini dapat diidentifikasi dimana silinder yang
mengalami kesalahan pengapian dengan
menemukan sinyal pengapian pada setiap silinder
dengan sinyal yang hilang.
Pada kasus ini , tidak ada arus ion terjadi pada
silinder No.1 .

Terminal sinyal IG :
No.1: terminal 63, No.2: terminal 62, No.3:
terminal 61, terminal 60.

ECU mengeluarkan tegangan tetap 5 volts ke


setiap coil pengapian dan arus ion mendeteksi
rangkaian pada ground coil pengapian rangkaian
constant power ketika tegangan arus balik lebih
tinggi daripada nilai acuan . i.e. ketika terjadi
pengapian .

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 28


Latihan
Pertanyaan - 1
Tentukan pernyataan yang Benar atau Salah

No. Pertanyaan Benar atau Salah Mengacu


Halamam

1 Di sistem pengapian, tegangan tinggi, yang penting bagi pengapian, Benar Salah
dihasilkan dengan menggunakan induksi sendiri dari koil dan
induksi timbal balik.

2 Untuk DIS (Direct Ignition System), mesin ECU mengirimkan Benar Salah
sinyal pengapian ( IGT) kepada pemantik dari tiap silinder sesuai
urutan pengapian.

3 Sulit untuk menghasilkan ketukan sewaktu ignition timing Benar Salah


berlangsung.

4 Busi iridium-tipped dan platinum-tipped tidak diperlukan untuk Benar Salah


menyesuaikan celah (gap) atau membersihkan elektroda ketika
mesin berjalan dengan baik.

Pertanyaan - 2
Pernyataan-pernyataan berikut berhubungan
dengan komponen-komponen sistem pemantik
(ignition system). Dari kelompok kata berikut,
pilihlah yang berhubungan dengan tiap-tiap
pernyataan.

1. Ia menghasilkan tegangan tingi yang diperlukan untuk pengapian (ignition).

2. Ia memotong arus primer tergantung dari sinyal pengapian (IGT) dari mesin ECU.

3. Ia menghasilkan loncatan listrik untuk menyulut campuran udara-bahan bakar.

4. Ia mengirimkan sinyal pengapian (IGT) ke pemantik berdasarkan sinyal dari sensor.

a. Igniter 1. a b c d e f
b. Distributor 2. a b c d e f
c. High-tension cord 3. a b c d e f
d. Engine ECU 4. a b c d e f
e. Spark plug
f. Ignition coil

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 29


Latihan

Pertanyaan - 3

Gambar berikut menunjukkan discharge dari busi.


Pilih gambar yang sesuai.

1 2

3 4

1 2 3 4

Pertanyaan - 4
Pertanyaan berikut berkaitan dengan setiap tipe
sistem pengapian. Pilih pernyataan yang Salah.

1 Pada tipe breaker point, arus utama (primary current) dikontrol pada breaker point secara mekanis
dan mengalir secara intermittent.

2 Pada tipe transistorized, arus utama (primary current) mengalir secara intermittent oleh transistor.

3 Pada tipe bertransistor dengan ESA, engine ECU mengontrol waktu pengapian.

4 DIS (Direct Ignition System) mengontol waktu pengapian secara mekanis.

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 30


Latihan

Pertanyaan - 5

Pernyataan berikut berkaitan dengan pemeriksaan


waktu awal DIS dengan ESA. Pilih pernyataan
yang Benar.

1 Pemeriksaan waktu awal (initial timing) harus dilakukan setelah mesin dihangatkan.

2 Pendekkan TE1 dan E1 pada DLC 1 atau TC dan CG pada DLC 3 untuk memeriksa saat idling.

3 Lampu waktu (timing light) menjepit pick-up pada timing light ke kawat betegangan tinggi (high-
tension cord)..

4 Lampu waktu (timing light) menjepit pick-up pada timing light ke kawat betegangan tinggi (high-
tension cord)..

Diagnosis Technician - Course 1 – Gasoline Engine – Ignition system 31

Anda mungkin juga menyukai