Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RAYYAN FIRDAUS

KELAS : A2
NIM : 21504241021

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DAN CDI

SISTEM PENGAPIAN KOVENSIONAL


1. PENGERTIAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Sistem pengapian konvensional adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
mengubah tegangan rendah baterai menjadi tegangan tinggi oleh perangkat yang disebut
koil dan meneruskannya ke busi sehingga terjadi percikan bunga api busi yang membuat
campuran udara dan bahan bakar menjadi terbakar dan terjadilah suatu siklus kerja mesin
yang hidup. Disebut system pengapian konvensional karena system ini masih
menggunakan prinsip kerja mekanis dengan distributor. Tegangan yang dihasilkan berada
pada kisaran 10.000-30.000 volt. Tegangan tersebut diperlukan untuk melawan tahanan
gap busi yang cukup besar yaitu 0,7 – 1 mm dan juga agar kuat menahan campuran udara
dan bahan bakar yang terkompresi.

2. KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

A. Batrai berfungsi sebagai sumber energi


B. Kunci kontak berfungsi pemutus dan penghubung arus listrik
C. Coil berfungsi pengubah tegangan listrik rendah menjadi tinggi atau trafo step up
D. Platina berfungsi memtus dan menyambungkan arus primer pada rangkaian coil
E. Kondesor berfungsi mengurangi percikan bunga api pada kontak platina
F. Distributor berfungsi membagikan listrik ke busi sesuai urutan pengapian
G. Busi berfungsi memercikan bunga api degan cara melonctkan listrik di antara
elektrodanya
H. Centrifugal advancer berfungsi mengubah tau memajukan pengapian sesuai putaran
mesin
I. Vacum advancer berfungsi mengubah atau memajukan saat pengapian sesuai dengan
beban mesin

3. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


Arus listrik mengalir dari baterai menuju kunci kontak. Pada saat starter arus listrik
dari ignition switch (kunci kontak) mengalir langsung menuju terminal B pada ignition
coil, sedangkan saat itu mesin hidup, arus dari kunci kontak terlebih dahulu melalui
eksternal resistor. Tujuannya untuk mengurangi efek pemanasan pada ignition coil.
a. Saat Platina Menutup
Pada saat platina menutup, arus dari kunci kontak mengalir ke ignition coil melalui
kumparan primer coil dan mendapatkan massa pada platina. Pada inti besi ignition coil
akan terjadi kemagnetan. Besarnya kemagnetan bergantung pada besarnya arus listrik
yang mengalir dan waktu/lamanya pengaliran arus listrik.

b. Saat Platina Membuka


Pada saat platina membuka, arus listrik yang mengalir melalui rangkaian primer coil
akan terputus akibat platina tidak dapat memberikan massa. Hal ini akan menyebabkan
kemagnetan pada inti besi coil menghilang. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya
perubahan garis gaya magnet pada sekitar inti besi. Dampak yang ditimbulkan adalah
terjadinya induksi pada kumparan primer dan kumparan sekunder coil. Pada kumparan
primer, besarnya induksi menghasilkan tegangan 2300 volt, sedangkan pada saat yang
bersamaan pada kumparan sekunder menghasilkan tegangan sekunder sebesar 410.000
volt. Tegangan ini selanjutnya dialirkan ke Distributor untuk dibagikan ke masing-masing
busi pada silinder mesin sesuai dengan urutan pengapian.

4. SYARAT SYARAT PENGAPIAN


Secara umum, terdapat tiga persyaratan utama dalam pengapian, yaitu kualitas api
pada busi dan waktu pengapian (timing ignition) serta campuran udara dan bahan bakar
yang sesuai dan homogen. Dari kualitas, tegangan pada busi harus tinggi untuk dapat
meloncatkan listrik pada elektrodanya sehingga menimbulkan bunga api. Besarnya
tegangan pada busi berkisar pada 10.000-30.000 volt. Tegangan ini diperhitungkan cukup
untuk melawan resistansi tambahan akibat proses kompresi pada mesin. Sementara itu,
ketepatan waktu pengapian dibutuhkan agar waktu yang diperlukan untuk membakar
campuran bahan bakar cukup, sehingga semua campuran dapat terbakar dengan baik. Hal
yang paling penting adalah proses pembakaran dapat menghasilkan tekanan maksimal
didalam silinder yang tercapai pada titik yang ditetapkan, yaitu berkisar antara 10 ̊-20 ̊
setelah TMA, tergantung pada desain dan konstruksi mesin (misalnya: besarnya offset
mesin). Titik
terjadinya tekanan
maksimum ini harus
selalu dipertahankan
agar tenaga dorong
pada torak yang
dihasilkan oleh
proses pembakaran
dapat dimanfaatkan
secara maksimal
menjadi tenaga.
5. ADVANCER SYSTEM
Kenaikan putaran mesin akan menyebabkan semakin banyaknya campuran bahan
bakar udara yang harus dibakar. Karena tekanan maksimal hasil dipertahankan pada titik
yang tetap, maka mulainya pengapian harus berlangsung lebih awal atau pemajuan saat
pengapian. Mekanisme pemaju" saat pengapian (system advancer) pada sistem pengapian
konvensional terdiri atas dua jenis, yaitu vacuum advancer dan centrifugal advancer.

- Vacuum advancer bekerja berdasarkan perubahan beban mesin atau pembukaan katup
throotle. Pembukaan katup throttle pada karburator memengaruhi besarnya tekanan

negatif (vakum) pada diafragma. Semakin besar pembukaan throotle, kevakuman


dapat melawan tahanan pegas diafragma yang selanjutnya akan menggerakkan
link/tuas diafragma untuk memutar breaker plate ke arah pemajuan timing pengapian.
Semakin besar pembukaan throotle, maka akan sema-kin besar sudut pergerakan cam
plate yang berarti saat pengapian semakin maju. Pemajuan pengapian berdasarkan
beban ini dibatasi pada gerakan maksimum cam plate.

- centrifugal advancer pemajuan timing dilakukan berdasarkan putaran mesin. Naiknya


putaran mesin akan menambah besarnya gaya sentrifugal pada governor weight.
Governor weight akan bergerak ke arah luar melawan tahanan pegas (return spring).
Semakin tinggi putaran maka gerakan governor weight akan semakin besar dan
menggerakkan cam base. Gerakan cam
base akan memutar cam/ nok berlawanan
arah putaran poros distributor sehingga
pembukaan dan penutupan kontak point
akan dipercepat atau terjadi pengajuan
saat pengapian.
6. Dwell
Dwell diukur dari sudut lamanya pemassaan rangkaian primer pada ignition coil.
Pada sistem pengapian konvensional, besarnya sudut dwell relatif bernilai tetap. Misalnya
untuk mesin 4 silinder bernilai 52 0 ± 20. Putaran mesin kendaraan yang sangat
bervariasi tentunya akan berdampak pada perubahan lamanya pemassaan pada coil.
Dengan ungkapan Iain, semakin tinggi putaran maka semakin sedikit waktu untuk
pemassaan ini. Hal ini akan berdampak pada saat putaran tinggi, tegangan tinggi yang
dihasilkan akan menurun. untuk itu diperlukan sudut dwell yang bewariasi yang dapat
disesuaikan dengan putaran mesin sehingga waktu pemassaan arus primer akan cukup.
Penggunaan alat pemutus arus (breaker point/platina) yang bersifat mekanis kurang
efektif karena menghasilkan tegangan pengapian yang tidak efektif, khususnya untuk
putaran tinggi. Besarnya arus primer yang mengalir pada platina, adanya tegangan
induksi primer yang dihasilkan oleh ignition coil, akan mempercepat keausan pada
platina. Dampak yang paling nyata dapat kita rasakan yaitu diperlukannya pembersihan
dan penyetelan platina (atau lebih tepatnya penyetelan sudut dwell) secara periodik.
Dalam jangka panjang hal ini tentunya akan memberi dampak pemborosan dalam
pemeliharaan mesin. Selain platina, masalah pada sistem pengapian juga datang dari
mekanisme pernaju saat pengapian yang bekerja secara mekanis di mana akan muncul
dampak keausan secara mekanis dan tingkat ketelitian yang kurang presisi dalam
mengatur saat pengapian pada semua tingkat putaran mesin.

7. KELEMAHAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL


Perkembangan teknologi elektronika memberikan perubahan yang sangat
signifikan bagi perkembangan teknologi otomotif, khususnya dalam bidanng control
dengan elektronik, termasuk dalam pekembangan teknologi sistem pengapian. Kondisi
ini berawal dari ditemukannya beberapa kelemahan yang ada dalam sistem pengapian
konvensional. Di antara kelemahan itu adalah penggunaan kontak platina yang masih
bekerja secara mekanis, sehingga faktor keausan tidak akan dapat dihindari.
• Kelemahan unsur mekanis
Pada putaran rendah, proses terhubungnya siis positif dan negative/massa pada platina
akan baik. Namun, pada putaran tinggi akibat pemegasan pada platina, maka akan timbul
tumbukan antara terminal,sehingga akan membuat hubungan ini menjadi tidak baik dan
menghasilkan Gerakan yang dikenal dengan prelung atau pentalan.
• Penurunan tegangan sekunder
Pada saat pemutusan arus listrik, Gerakan platina dalam membuka tidak langsung dapat
memutus arus primer sehingga kondisi ini dapat menunda pemutusan arus listrik. Pada
tegangan yang tinggi , listrik akan dapat meloncat, apalagi didukung dengan keterbatasan
kemampuan kondensor menyerap arus listrik seperti dikemudikan sebelumnya. Dengan
demikian, tegangan induksi sekunder yang diharapkan tinggi akan menjadi berkurang,
terutama pada putaran tinggi yang disebabkan oleh kelambatan pemutusan arus listrik
pada rangkaian primer. Sudut dwell umumnya dihitung berdasarkan besarnya sudut
penutupan platina atau besarnya sudut nok di mana terjadi pengaliran arus primer coil
atau lamanya pemasaan coil. Apanila putaran mesin semakin tinggi, maka waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk kemagnetan pada inti besi coil juuga akan semakin
berkurang. Dengan kata lian, semakin tinggi putaran mesin maka akan semakin sedikit
waktu yang dipergunakan untuk memassan coil.
• Pengaturan pengajuan pengapian yang kurang sensitive
Pada saat penambahan putaran mesin akan dibutuhkan saat pengapian yang lebih maju.
Semakin tinggi putaran mesin maka waktu pembakaran pada siklus kerja mesin akan
menjadi lebih singkat. Sementara itu, terjadinya tekanan maksimal sebagai hasil proses
pembakaran di dalam silinder harus terjadi pad asaat yang sama atau tetap, yaitu berkisar
antara 10 derajat- 20 derajat setelah TMA.

• ada pengaturan perubahan sudut dwell


Dwell diukur dari sudut lamanya pemassaan rangkaian primer pada ignition coil.
Pada sistem pengapian konvensional, besarnya sudut dwell relative tetap. Hal ini
akan berdampak pada saat putaran tinggi, tegangan tinggi yang dihasilkan akan
menurun. Untuk itu diperlukan sudut dwell yang bervariasi yang dapat disesuaikan
dengan putaran mesin sehingga waktu pemassaan arus perimer akan cukup.
SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

1. PENGERTIAN
Sistem pengapian ini menggunakan komponen elektronik seperti transistor, diode,
resistor dan kapasitor untuk memperbesar efisiensi sistem penyalaan. Bila pada sistem
pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara mekanis dengan
membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian elektronik
pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronik.
Contoh pengapian elektronik:
Pengapian CDI

2. PENGERTIAN SISTEM PENGAPIAN CDI


CDI adalah Capasitive Discharge Ignition, yaitu sistem pengapian yang bekerja
berdasarkan pembuangan muatan kapasitor. Konsep kerja sistem pengapian CDI berbeda
dengan system pengapian penyimpan induktif. Pada sistem CDI, koil masih digunakan
tetapi fungsinya hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak menyimpan energi.
Sebagai pengganti, sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem
ini kapasitor diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada
saat system bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya ke
kumparan primer koil pengapian. Koil menaikan tegangan dari pembuangan muatan
kapasitor menjadi tegangan yang lebih tinggi pada kumparan sekunder untuk
menghasilkan percikan api pada busi. Saat bekerja, kapasitor dalam sistem pengapian ini
secara periodik diisi oleh bagian pengisi charging device dan kemudian muatannya
dibuang ke kumparan primer koil untuk menghasilkan tegangan tinggi

3. CARA KERJA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI


1) Pengisian kapasitor (charging)
Pada sistem pengapian CDI AC, putaran mesin menghasilkan tegangan AC pada spul
pengapian sebesar 200-350 volt. Tegangan tersebut menjadi input CDI dan diubah
menjadi tegangan DC untuk mengisi kapasitor (C1) dan kumparan primer coil. Arus
pengisian mengalir selama 1 putaran crankshaft ketika gerbang gate SCR tertutup.

Pada CDI DC, tegangan input adalah tegangan DC 12 V dari baterai. Sebelum masuk ke
kapasitor, tegangan tersebut dinaikkan sampai 200-350 volt dengan sirkut DC to DC
inverter yang terdiri atas dua komponen utama, yaitu IC penyetabil tegangan dan trafo
step up.

2) Pengosongan Kapasitor (Discharge)


Saat pulser menghasilkan tegangan (0,7-2,0 volt), gerbang gate SCR terbuka sehingga
anoda dan katoda terhubung, Arus yang tertampung pada kapasitor mengalir menuju
massa melalui anoda dan katoda SCR secara spontan sehingga terjadi perubahan arah
arus dan penghentian aliran pada primer coil secara mendadak. Pada kumparan primer
terjadi perubahan garis gaya magnet. EMF pada kumparan primer membangkitkan EMF
pada kumparan sekunder yang dikenal dengan induksi (mutual inducion effect) dan
menghasilkan tegangan tinggi (20.000-30.000 voli).
3) Generator Signal/Pulser
Penggunaan sistem pemutus arus primer secara mekanis juga sudah ditiadakan,
digantikan dengan generator signal yang diletakkan baik pada poros engkol ataupun pada
camshafi. Di dalam pulser terdapat dua komponen utama, yaitu magnet “dan lilitan. Pada
saat crankshaft berputar, besi pemicu berputar melintas di (depan penampang pulser. Saat
ujung depan besi pemicu bertemu dengan pulser lilitan menghasilkan signal positif. Saat
ujung belakang besi pemicu meninggalkan penampang pulser menghasilkan signal
negatif.

Signal negatif pulser digunakan sebagai input rangkaian pengatur timing pada CDI untuK
membuka gate SCR pada saat starting dan idle, sehingga titik bertemunya ujung belakang
besi pemicu dan penampang pulser berkisar antara 10" - 15” sebelum TMA, sesuai
dengan perancangan mesin. Signal positif pulser digunakan sebagai input rangkaian
pengatur timing pada CDI untuk membuka gate SCR pada saat putaran mesin meningkat.
Titik bertemunya ujung depan besi pemicu dengan penampang pulser bervariasi pada
setiap mesin sesuai dengan jenis CDI.

Anda mungkin juga menyukai