Anda di halaman 1dari 11

PENILAIAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERSONALIA BERDASARKAN

KOMPETENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK


PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE
(STUDI KASUS DI PG PESANTREN BARU KEDIRI)

Competency Based Performance Appraisal for Human Resouces Departements Staffs with Analytic
Network Process (ANP) Method and Rating Scale
(Case Study at PG Pesantren Baru Kediri)

Teny Sylvia1*, Arif Hidayat2, Shyntia Atica Putri2


1
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - FTP - Universitas Brawijaya
2
Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian-FTP-Universitas Brawijaya
*Penulis Korespondensi: email tenysylvia@ymail.com

ABSTRAK
Penilaian kinerja karyawan merupakan aspek penting dalam manajemen sumber daya manusia yang
efektif. Penilaian kinerja karyawan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kondisi kerja dari para
karyawannya. Selama ini, penilaian kinerja karyawan khususnya bagian personalia yang dilakukan oleh PG
Pesantren Baru belum cukup optimal karena belum adanya pembobotan terhadap kriteria penilaian kinerja
karyawan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembobotan kriteria penilaian kinerja karyawan untuk mengetahui
komponen penilaian mana yang lebih penting atau sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan
bobot kriteria kompetensi dengan metode ANP dan mendapatkan hasil penilaian kinerja karyawan dengan
menggunakan rating scale. Analytic Network Process (ANP) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengukur bobot kriteria kompetensi penilaian kinerja karyawan dengan melibatkan
keterkaitan antar kriteria. Dari hasil pembobotan dengan ANP, diperoleh bobot untuk kelompok kompetensi
keterampilan teknis (0.079), kelompok kompetensi kepribadian/penampilan (0.339), kelompok kompetensi
keterampilan mengurus tugas (0.069), dan kelompok kompetensi hubungan kerja (0.513). Berdasarkan hasil
penilaian terhadap 7 karyawan bagian personalia didapatkan hasil bahwa 4 karyawan memiliki kinerja tinggi
sedangkan 3 karyawan lainnya memiliki kinerja sesuai standar.

Kata Kunci: Analytical Network Process, Kinerja Karyawan, Rating Scale

ABSTRACT

Performance appraisal is an important aspect of human resource management effective. Employee


performance appraisal can help the company to determine the working conditions of its employees. During
this time, employee performance appraisal especially conducted by the Human Resources Department PG
Pesantren Baru not optimal enough because of the lack of weighting of the criteria for performance
appraisal. Therefore, needs to be weighted criteria to determine employee performance appraisal assessment
component which is more important or otherwise. The purpose of this research is to get the weight criteria for
competence with ANP method and get the employee's performance appraisal using the rating scale. Analytic
Network Process (ANP) is one method that can be used to measure the competency criteria weights with
performance appraisal involves the relationship between the criteria. From the results of the ANP weighting,
obtained weight for technical skills competency group (0.079), personality/appearance competency group
(0.339), task manage skills competency group (0.069), and labor relations competency group (0.513). Based
on an assessment of 7 employees of human resources departement department showed that 4 employees have
high performance while the 3 other employees have adequate performance.

Keywords: Analytical Network Process, Employee Performance, Rating Scale

1
PENDAHULUAN melibatkan interaksi dan ketergantungan
elemen-elemen level atas pada elemen-
Masalah sumber daya manusia masih elemen level bawah serta terdapatnya
menjadi sorotan dan tumpuan bagi hubungan saling mempengaruhi antar kriteria
perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era pada level tertentu (Basuki, 2008).
globalisasi seperti saat ini. Menurut Mursidi Keterkaitan pada metode ANP ada 2 (dua)
(2009), sumber daya manusia merupakan jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen
faktor kendali yang dapat menentukan (inner dependence) dan keterkaitan antar
keberlangsungan sebuah perusahaan. elemen yang berbeda (outer dependence)
Perusahaan dituntut untuk dapat selalu (Vanany, 2003). Menurut Agarwal et al.
mempertahankan dan mengembangkan (2006), ANP menyediakan pendekatan yang
sumber daya manusia yang berkualitas guna lebih akurat untuk lingkungan model yang
menghadapi segala macam kemungkinan lebih kompleks.
perubahan yang akan terjadi. Metode rating scale merupakan
PG Pesantren Baru merupakan pabrik pendekatan yang digunakan untuk melakukan
gula yang berlokasi di Kediri yang berada penilaian terhadap karyawan berdasarkan
dibawah naungan PT Perkebunan Nusantara faktor-faktor tertentu. Penilai akan menilai
X (PTPN X). PG Pesantren Baru memiliki kinerja karyawannya dengan menggunakan
kapasitas giling sebesar 5.678 ton cane day skala yang sesuai dengan kriteria kinerja
(TCD). PG Pesantren Baru adalah salah satu tertentu. Skala yang ditetapkan dari yang
perusahaan yang memiliki jumlah sumber terendah sampai dengan tertinggi (Kleynhans
daya manusia yang banyak yaitu berjumlah et al., 2006).
1.215 karyawan pada musim giling bulan
Juni 2012. Dengan jumlah karyawan yang METODE PENELITIAN
banyak dibutuhkan tenaga kerja bagian
personalia yang memiliki kinerja yang baik Penelitian ini dilakukan dalam tiga
sehinga dapat mengelola karyawan yang ada tahap, yaitu survei pendahuluan,
di perusahaan dengan baik. pengumpulan data, dan analisis. Metode ANP
Penilaian kinerja karyawan khususnya dimulai dari tahap pemodelan, pembobotan,
bagian personalia yang dilakukan oleh PG pengolahan hasil pembobotan, dan
Pesantren Baru belum cukup optimal normalisasi dari limit matrix. Setelah
dikarenakan belum adanya pembobotan dilakukan survei pendahuluan, diperoleh
terhadap kriteria penilaian kinerja karyawan. beberapa kelompok kriteria kompetesi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembobotan Adapun kriteria kompetensi kinerja karyawan
kriteria penilaian kinerja karyawan untuk dapat dilihat pada Tabel 1.
mengetahui komponen penilaian mana yang Pembobotan kriteria dihitung
lebih penting atau sebaliknya. Selain itu, juga berdasarkan kuesioner pembobotan
dibutuhkan suatu skala penilaian agar kompetensi perusahaan yang telah disebarkan
memudahkan proses penilaian kinerja kepada responden. Tahap pemodelan akan
karyawan. Skala penilaian yang digunakan menjadi dasar pada pembuatan kuesioner
adalah rating scale. Sistem penilaian kinerja untuk menentukan bobot prioritas pada
karyawan dengan menggunakan ANP dan seluruh keterkaitan yang ada. Tahap
rating scale merupakan sistem penilaian yang pemodelan terdiri dari beberapa langkah yaitu
lebih baik dan komprehensif. menentukan cluster dan node yang
Analytic Network Process (ANP) digunakan. Menentukan keterkaitan yang
adalah suatu metode yang digunakan untuk terjadi antar cluster dan node yang telah
menyelesaikan permasalahan pengambilan teridentifikasi serta dilakukan penggambaran
keputusan yang tidak bisa dibuat struktur model jaringan. Keterkaitan node dalam
hirarkinya. Hal tersebut dikarenakan cluster kompetensi (inner depedence) yaitu

2
hubungan yang terjadi dalam satu cluster, elemen yang ada tercakup. Skala yang
sedangkan keterkaitan yang terjadi antar node digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
dan cluster (outer dependence). Tabel 2. Skala Dasar Perbandingan
Tabel 1. Kriteria Kompetensi Karyawan Berpasangan
No Kriteria Kompetensi Tingkat Definisi Penjelasan
1 Keterampilan Teknis (KT) Kepen-
Kecakapan/kemampuanateknisapelak- tingan
sanaan tugas (KT1) (Gomes, 2003) 1 Sama Dua elemen
Kecepatan penyelesaian tugas (KT2) penting- mempunyai pengaruh
(Gomes, 2003) nya yang sama
Pelaksanaan tugas sesuai instruksi, 3 Sedikit Pengalaman dan
pedoman dan metode kerja (KT3) lebih penilaian sedikit
(Nuraida, 2008) penting memihakasatua
Ketekunan/kerajinan (KT4) elemenadibandingkan
(Purwanto, 2006) pasangannya
2 Kepribadian/ Penampilan (KP) 5 Lebih Pengalaman dan
Kelakuan/kejujuran (KP1) penting penilaian dengan kuat
(Martoyo, 2007) memihak satu elemen
Loyalitas dan disiplin (KP2) dibandingkan
(Ardana et al., 2012 ) pasangannya
Kesehatan dan penampilan (KP3) 7 Sangat Satu elemen sangat
(Prasetyo, 2004) jelas lebih disukai dan secara
Presensi (KP4) (Martoyo, 2007) penting praktis dominasinya
3 Keterampilan Mengurus Tugas (KMT) terlihat
Kepemimpinan (KMT1) 9 Mutlak Satu elemen terbukti
(Rivai dan Sagala, 2009) penting mutlak lebih disukai
Tanggungjawab (KMT2) dibandingkan dengan
(Ardana et al., 2012 ) pasangannya
Kreativitas/inisiatif (KMT3) 2,4,6,8 Nilaia Nilai ini diberikan bila
(Sonnetag, 2003) tengah ada kompromi dintara
Kesanggupan mengorganisir/ diantara dua pilihan
koordinasi jenis-jenis kerja lain dua nilai
(kuantitas) (KMT4) keputusan
(Siswoutomo, 2005) yang
4 Hubungan Kerja (HK) berdekatan
Hubungan Kerja Terhadap Atasan Sumber: Bayazit (2006)
(HK1) (Ardana et al., 2012 )
Hubungan Kerja Terhadap Untuk mendapatkan suatu nilai tertentu dari
teman sederajat (HK2) semua nilai responden dilakukan perhitungan
(Ardana et al., 2012 )
rata-rata geometrik, secara sistematis dapat
Hubungan Kerja Terhadap
bawahan/lintas departemen (HK3) dituliskan dalam persamaan berikut :
(Ardana et al., 2012 ) gij= (1)
Keterangan :
Tahapan setelah penyusunan jaringan gij: rata-rata geometrik pendapat gabungan
adalah tahap pembobotan. Pembobotan aij: nilai skala perbandingan antara kriteria
dilakukan pada seluruh keterkaitan antar ke i dan ke j
cluster dan antar node yang memiliki lebih m: jumlah responden
dari satu keterkaitan pada setiap cluster.
Pembobotan ANP menggunakan metode Langkah selanjutnya adalah
perbandingan berpasangan antar dua elemen menghitung bobot prioritas. Bobot prioritas
dengan 9 (sembilan) skala hingga semua yang diperoleh dari keterkaitan antar node

3
dan cluster akan disusun pada clustermatrix. mengalikan nilai dari sel cluster matrix
Berikut adalah cara menghitung bobot dengan nilai di setiap sel unweighted
prioritas keterkaitan antar node dan cluster supermatrix.
(Vpi): Setelah diperoleh weighted
Bobot relatif dinormalkan= (2) supermatrix, langkah selanjutnya adalah
mencari limiting matrix untuk mendapatkan
Keterangan: nilai prioritas stabil dengan cara
gij:arata-rata geometrik pendapat gabungan memangkatkan supermatrix dengan dirinya
n: jumlah matriks perbandingan suatu kriteria sendiri. Tahap akhir adalah dengan
Vpi= (3) menormalisasi limiting matrix. Normalisasi

Keterangan: dilakukan untuk mengetahui kontribusi nilai
Vpi: bobot prioritas bobot prioritas akhir seluruh node pada
j : bobot tiap variabel clusternya masing-masing.
Bobot dari masing-masing kriteria
Setelah didapatkan Vpi, dilakukan tersebut akan digunakan dalam menilai
perhitungan nilai eigen maksimum ( maks) kinerja karyawan. Penilaian dilakukan oleh
dengan rumus: penilai (atasan) terhadap kinerja karyawannya
maks = (jumlah kolom ke-j x Vpi untuk dengan menggunakan skala penilaian kinerja
i=j) (4) (rating scale). Skala penilaian kinerja
karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.
Untuk mengukur konsistensi hasil Tanggapan-tanggapan penilai diberikan
perbandingan berpasangan dilakukan dengan nilai numerik agar memungkinkan
perhitungan nilai consistency ratio (CR), skor rata-rata dihitung dan dibandingkan
yaitu: dengan karyawan lainnya.
Tabel 3. Skala Penilaian Kinerja Karyawan
Concistency Ratio (CR) = (5) Skala Keterangan
Penilaian
Concistency Index (CI) = (6)
1 Tidak memuaskan/Sangat Jelek
Keterangan: 2 Perlu perbaikan/Jelek
RI: Random Index 3 Memenuhi harapan/Cukup
maks : nilai eigen maksimum 4 Melebihi harapan/Baik
n:jumlah matriks perbandingan kriteria 5 Luar biasa/Amat baik
Sumber:Nurmianto dan Siswanto (2006)
Matriks perbandingan dapat diterima jika
nilai rasio konsistensi (CR) 0,1. Jika nilai Bobot kriteria yang didapatkan akan
CR > 0,1 maka pertimbangan yang dibuat dikalikan dengan nilai dari setiap kriteria.
perlu diperbaiki. Perhitungan untuk mendapatkan skor dari
Hasil bobot prioritas dari tiap kriteria kompetensi adalah sebagai
pembobotan keterkaitan antar cluster disusun berikut:
pada cluster matrix. Setelah penyusunan pada Skor= bobot x nilai (7)
cluster matrix, pembobotan dilanjutkan pada
keterkaitan antar node yang disusun pada Selanjutnya dihitung nilai prestasi kinerja
matrix yang sesuai selnya. Supermatrix yang karyawan dengan rumus:
diperoleh merupakan supermatrix yang masih Nilai prestasi kinerja= skor
belum terbobot (unweighted supermatrix) (skor tiap kriteria Kompetensi) (8)
sehingga perlu dilakukan pembobotan untuk
mendapatkan supermatrix yang terbobot Skala nilai yang digunakan dalam penilaian
(weighted supermatrix). Cara mendapatkan dapat dilihat pada Tabel 4
weighted supermatrix adalah dengan

4
Tabel 4. Skala Nilai yang digunakan dalam kriteria kompetensi. Berdasarkan model
Penilaian jaringan penilaian kinerja karyawan yang
No Skala Kategori Interval Nilai dapat dilihat pada Gambar 1, terdapat
Nilai keterkaitan node dalam satu cluster (inner
1 A Kinerja 4,20 < n 5,00 dependence) dan berbeda cluster (outer
sangat tinggi dependence). Pengukuran tingkat konsistensi
2 B Kinerja tinggi 3,40 < n 4,20 jawaban dari kedua responden dalam
3 C Kinerja 2,60 < n 3,40 pengisian kuesioner perbandingan
sesuai standar berpasangan harus dilakukan untuk
4 D Kinerja rendah 1,80 < n 2,60 mengetahui validitas dari kuesioner yang
5 E Kinerja diberikan.
tidak efektif 1 n 1,80
Seluruh rasio konsistensi dari hasil
pengisian kuesioner oleh responden ahli
Sumber: Waryanto dan Millafati (2006) adalah 0,1. Hal ini berarti bahwa data yang
diperoleh adalah konsisten sehingga dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan dan dipertanggungjawabkan.
Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah
Gambaran Umum Perusahaan menentukan weighted supermatrix
PG Pesantren Baru merupakan salah
(supermatrik yang telah dibobotkan) yaitu
satu dari anak perusahaan milik PTPN X dengan cara melakukan perkalian antara nilai
yang bergerak di bidang industri gula. PG cluster matrix dengan unweighted
Pesantren Baru memiliki kapasitas giling
supermatrix. Setelah diperoleh weighted
sebesar 5678 ton cane day (TCD) dan supermatrix, tahapan selanjutnya adalah
memiliki 1215 karyawan pada bulan Juni menentukan limiting matrix dengan cara
2012. PG Pesantren Baru memiliki visi
memangkatkan weighted supermatrix dengan
menjadi perusahaan agribisnis berbasis
dirinya sendiri hingga nilai bobot dinyatakan
perkebunan yang terkemuka di Indonesia stabil. Nilai bobot dinyatakan stabil ketika
yang tumbuh dan berkembang bersama mitra.
telah terdistribusi pada keseluruhan matrik
Jabatan tertinggi di PG Pesantren Baru
yaitu mempunyai nilai sama pada setiap
dipegang oleh seseorang Administratur yang baris.
dibantu oleh beberapa kepala bagian. Tahapan akhir pembobotan dengan
ANP adalah normalisasi limiting matrix.
Penilaian Kinerja Karyawan Bagian Normalisasi limiting matrix digunakan untuk
Personalia mengetahui kontribusi nilai kepentingan atau
Karyawan bagian personalia terdiri
nilai bobot prioritas akhir seluruh node pada
dari 1 (satu) orang RC personalia (Kepala
masing-masing cluster kompetensi. Hasil dari
Bagian Personalia), 1 (satu) orang asisten RC normalisasi limiting matrix dapat dilihat pada
personalia dan 7 (tujuh) orang staff. RC Tabel 5.
personalia merupakan kepala bagian
Berdasarkan pada Tabel 5, dapat
personalia yang bertugas melakukan diketahui bobot tertinggi pada kelompok
pengawasan terhadap kinerja karyawan kompetensi keterampilan teknis adalah
personalia. RC personalia dibantu oleh
kecakapan/ kemampuan teknis pelaksanaan
seorang asisten RC personalia dalam
tugas. Menurut Bateman dan Snell (2008),
menjalankan tugasnya. kemampuan teknis dihasilkan dari
Sistem penilaian kinerja karyawan
pengetahuan, informasi, praktik, dan
berdasarkan kompetensi di PG Pesantren
kecerdasan. Kompetensi kecakapan/
Baru adalah penilaian yang dilakukan oleh kemampuan teknis pelaksanaan tugas
responden ahli terhadap karyawan bagian dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat
personalia berdasarkan tingkat kepentingan
menyelesaikan tugas yang dibebankan

5
dengan baik. Sebagai contoh, karyawan kompetensi pelaksanaan tugas sesuai
bagian personalia yang bertugas mengurusi instruksi, pedoman dan metode kerja
administrasi kepegawaian dan kepensiunan diperlukan agar arus pekerjaan di tempat
harus mengerti dan memiliki kemampuan kerja dapat berjalan dengan baik dan lancar.
teknis dalam mengurus administrasi Kompetensi ini mendapatkan bobot terendah
kepegawaian dan kepensiunan seperti dikarenakan karyawan personalia berbeda
kemampuan membuat laporan administrasi dengan karyawan dibagian produksi.
kepegawaian dan kepensiunan. Karyawan Karyawan di bagian personalia tidak
tersebut harus mengerti ketentuan pensiun membutuhkan pedoman dan metode kerja
seperti batas usia pensiun, syarat-syarat yang detil dalam pelaksanaan tugasnya.
pensiun dan perhitungan uang pensiun. Setiap karyawan bagian personalia telah
Tabel 5. Bobot Kriteria Kompetensi memiliki tugas masing-masing sehingga tidak
Kelompok Kriteria Bobot terlalu banyak instruksi yang harus diberikan
No
Kompetensi Kompetensi oleh atasan kepada karyawannya. Selain itu,
1 Keterampilan Kecakapan/ 0.038 karyawan personalia tidak harus
Teknis Kemampuan teknis menyelesaikan pekerjaannya dengan urutan
(0.079) pelaksanaan tugas yang tetap (pasti tidak berubah) sehingga
Kecepatan 0.02
tidak menutup ruang bagi karyawan untuk
Penyelesaian tugas
Pelaksanaan tugas 0.008 melakukan improvisasi dalam menyelesaikan
sesuai instruksi, pekerjaannya.
pedoman dan Bobot tertinggi pada kelompok
metode kerja kompetensi kepribadian/penampilan adalah
Ketekunan/kerajinan 0.013 kelakuan/kejujuran. Kompetensi ini penting
2 Kepribadian/ Kelakuan/kejujuran 0.145 dikarenakan karyawan personalia memiliki
Penampilan Loyalitas dan disiplin 0.098 kelakuan yang baik maka tidak sulit baginya
(0.339) Kesehatan dan 0.019 untuk membina hubungan kerja yang baik
Penampilan terhadap atasan, teman sederajat, dan
Presensi 0.077 bawahan/lintas departemen. Kelakuan yang
3 Keterampilan Kepemimpinan 0.016 baik diiringi sifat jujur yang apabila dimiliki
Mengurus Tanggung jawab 0.03 oleh individu karyawan dapat menjadi nilai
Tugas Kreativitas/inisiatif 0.012 tambah bagi karyawan tersebut.
(0.069) Kesanggupan 0.011 Menurut Prasetyo (2004), kejujuran
mengorganisir/ dalam bekerja dapat membuat karyawan
koordinasi jenis- bekerja dengan tenang dan nyaman sehingga
jenis kerja lain dapat bekerja dengan baik tanpa ada rasa
(kuantitas) gelisah dalam bekerja. Oleh karena itu,
4 Hubungan Hubungan kerja 0.204 kelakuan baik dan kejujuran menjadi kriteria
Kerja terhadap atasan
penting dalam penilaian kinerja karyawan
(0.513) Hubungan kerja 0.194
terhadap teman bagian personalia. Kelakukan/kejujuran
sederajat karyawan di PG Pesantren Baru ini dilihat
Hubungan kerja 0.115 dari ada tidaknya penyimpangan terhadap
terhadap bawahan/ aturan-aturan perusahaan yang dilakukan
lintas departemen tenaga kerja selama dalam melaksanakan
Sumber: Data Primer diolah (2013) pekerjaannya. Sebagai contohnya, karyawan
personalia yang bertugas melaksanakan
Bobot terendah pada kelompok pembayaran gaji harus jujur dengan tidak
kompetensi keterampilan teknis adalah mengambil sebagian atau memotong gaji
pelaksanaan tugas sesuai instruksi, pedoman karyawan secara diam-diam sehingga proses
dan metode kerja. Menurut Nuraida (2008),

6
pembayaran gaji berjalan lancar tanpa ada Bobot terendah pada kelompok
pihak yang merasa dirugikan. kompetensi keterampilan mengurus tugas
Bobot terendah pada kelompok adalah kesanggupan mengorganisir/
kompetensi kepribadian/penampilan adalah koordinasi jenis-jenis kerja lain. Menurut
kesehatan dan penampilan. Kesehatan yang Ruky (2006), kesanggupan mengorganisir
dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi adalah kemampuan karyawan dalam
internal karyawan yang tidak menyebabkan mengorganisir pekerjaannya sesuai dengan
karyawan tersebut harus secara rutin prioritasnya. Bobot ini dianggap tidak lebih
berkunjung ke rumah sakit di saat-saat jam penting dikarenakan pada bagian personalia
kerja. Selain itu, apabila terdapat karyawan setiap karyawan telah memiliki tugasnya
yang sakit sehingga tidak bisa hadir maka masing-masing sehingga yang lebih
pekerjaannya pada hari tersebut dapat diutamakan adalah kemampuan
dilimpahkan kepada rekan kerjanya. Sebagai menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan
contoh, karyawan yang bertugas mengurus pada setiap individu karyawan.
pinjaman pegawai tidak bisa hadir Bobot tertinggi pada kelompok
dikarenakan sakit maka pada hari tersebut kompetensi hubungan kerja adalah hubungan
tugasnya akan digantikan dengan rekannya kerja dengan atasan. Kompetensi ini sangat
dibawah pengawasan oleh atasan. Oleh penting bagi tenaga kerja bagian personalia
karena itu, kompetensi kesehatan ini karena hubungan kerja yang baik terhadap
dianggap tidak terlalu penting, sama halnya atasan dapat memperlancar proses
seperti penampilan. Menurut Prasetyo (2004), komunikasi dalam bekerja sehingga dapat
penampilan yang baik di kantor adalah menghindari terjadinya misunderstanding
penampilan yang rapi dan sesuai dengan antara atasan dengan tenaga karyawan
suasana kantor. Penampilan tidak lebih personalia. Komunikasi dalam pekerjaan
penting dikarenakan hanya sebagai etika merupakan suatu jembatan yang
bahwa pada saat bekerja, karyawan harus mempertemukan antaranggota dalam suatu
berpakaian rapi dan sesuai seragam kantor perusahaan. Atasan merupakan orang terbaik
yang telah dipersiapkan. untuk memberikan bimbingan dan arahan
Bobot tertinggi pada kelompok yang berkenaan dengan pekerjaan. Atasan
kompetensi keterampilan mengurus tugas juga harus memastikan bahwa informasi di
adalah tanggung jawab. Sikap bertanggung perusahaan dapat diperoleh semua tenaga
jawab penting bagi karyawan di dalam kerjanya. Oleh karena itu, sangat penting bagi
bekerja. Karyawan yang memiliki sikap karyawan personalia untuk membina
bertanggung jawab akan berusaha hubungan yang baik terhadap atasan guna
semaksimal mungkin menyelesaikan meningkatkan prestasi dalam bekerja.
pekerjaannya dengan baik dan sesuai dengan Hubungan kerja terhadap teman
waktu yang telah ditentukan. Sebagai contoh, sederajat diangap lebih penting dibandingkan
karyawan personalia yang mengurusi dengan bawahan/lintas departemen
penggajian seluruh karyawan di perusahaan dikarenakan teman sederajat merupakan
bertanggung jawab harus dapat rekan kerja yang dapat menjadi partner
menyelesaikan data penggajian karyawan secara langsung maupun tidak langsung di
sebelum akhir bulan. Hal ini dikarenakan dalam sebuah tim kerja. Didalam suatu
pemberian gaji karyawan di PG Pesantren perusahaan diperlukan sebuah tim kerja yang
Baru dilakukan pada akhir bulan. Oleh karena kompak sehingga dapat memperlancar
itu, sikap bertanggung jawab menjadi penting pekerjaan. Menurut Tenner dan Detoro dalam
untuk dimiliki oleh karyawan dalam Poernomo (2006), kerjasama tim adalah
melaksanakan pekerjaannya agar dapat sekelompok orang-orang yang bekerja
terselesaikan dengan baik dan tepat pada bersama untuk mencapai tujuan yang sama
waktunya. dan tujuan tersebut akan lebih mudah dicapai

7
dengan melakukan kerjasama tim daripada dengan nilai karyawan berdasarkan rating
dilakukan sendiri. scale untuk kriteria tersebut. Selanjutnya,
Menurut Nainggolan (2010), penting dilakukan penjumlahan terhadap nilai
untuk menciptakan lingkungan kerja yang kompetensi yang telah dihitung bobotnya
nyaman seperti hubungan yang baik dengan sehinga diperoleh nilai untuk keseluruhan
sesama rekan kerja sehingga bukan hanya kriteria kompetensi karyawan. Adapun nilai
suasana persaingan yang ada tetapi juga kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 6.
suasana kekeluargaan. Walaupun beban kerja Tabel 6. Nilai Kinerja Karyawan
yang besar ditempat kerja, dengan adanya Berdasarkan Kompetensi Perusahaan yang
hubungan yang baik antar rekan kerja dan telah dibobotkan
rasa kekeluargaan bisa dipastikan tidak akan No Nama Nilai Skala Keterangan
menimbulkan stress ditempat kerja. Oleh
karena itu, hubungan terhadap teman 1 Ds 3.808 B Kinerja Tinggi
sederajat menjadi kriteria yang penting dalam 2 Is 3.784 B Kinerja Tinggi
3 Tw 3.724 B Kinerja Tinggi
penilaian kinerja karyawan bagian personalia. 4 Aw 3.707 B Kinerja Tinggi
Bobot terendah pada kelompok 5 Se 3.202 C Kinerja Sesuai Standar
kompetensi hubungan kerja adalah hubungan 6 Ak 2.984 C Kinerja Sesuai Standar
kerja dengan bawahan/lintas departemen. 7 Bi 2.984 C Kinerja Sesuai Standar
Kompetensi hubungan kerja terhadap Sunber: Data Primer diolah (2013)
bawahan/lintas departemen dianggap tidak
lebih penting dibandingkan hubungan kerja
Berdasarkan data yang dapat dilihat
terhadap teman sederajat dikarenakan pada
pada Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
bagian personalia, karyawan personalia tidak
karyawan bagian personalia mempunyai
memiliki bawahan secara langsung. Namun,
kinerja yang baik dan tidak ada karyawan
pada praktek di lapangnya, karyawan
yang memiliki kinerja dibawah standar. Hal
personalia dapat memerintah tenaga kerja lain
ini dikarenakan nilai karyawan personalia PG
yang posisinya berada dibawah posisi
Pesantren Baru terdiri dari B dan C.
karyawan personalia seperti penerima tamu
Karyawan bernilai B berarti kinerja karyawan
dan office boy. Hubungan yang harmonis
tersebut digolongkan pada kinerja tinggi
dengan semua tenaga kerja dibutuhkan dalam
sedangkan karyawan yang bernilai C berarti
bekerja termasuk hubungan harmonis dengan
kinerja karyawan tersebut digolongkan pada
bawahan/lintas departemen. Hal ini
kinerja yang sesuai standar.
dikarenakan karyawan personalia bertugas
Berdasarkan hasil penilaian dapat
mengurus semua hal yang berkaitan dengan
diketahui bahwa tidak ada tenaga kerja yang
ketenagakerjaan yang ada di perusahaan.
mendapatkan nilai A (kinerja sangat tinggi),
Bobot dari setiap kriteria kompetensi
D (kinerja rendah), dan E (kinerja tidak
perusahaan yang telah dihitung dengan ANP
efektif). Karyawan tidak ada yang
diaplikasikan dalam penilaian kinerja
mendapatkan nilai A dikarenakan tidak
karyawan bagian personalia. Sistem penilaian
adanya reward berdasarkan prestasi kerja
kinerja karyawan dalam penelitian ini lebih
karyawan sehingga karyawan tidak
baik dan komprehensif apabila dibandingkan
termotivasi untuk selau meningkatkan
dengan sistem penilaian yang telah dilakukan
kinerjanya. Selama ini, hasil penilaian kinerja
selama ini. Hal ini dikarenakan adanya bobot
karyawan digunakan sebagai bahan evaluasi
untuk setiap kriteria kompetensi karyawan
pihak manajemen. Reward yang diberikan
yang diukur sehingga lebih adil karena
juga hanya apabila karyawan telah bekerja
kriteria yang lebih penting memiliki bobot
selama 20 tahun, 25 tahun, 30 tahun, dan 35
yang lebih tinggi. Hasil penilaian kinerja
tahun. Reward yang diberikan kepada
karyawan diperoleh dengan cara mengalikan
karyawan tersebut berupa sertifikat
bobot kriteria yang diperoleh dari ANP

8
penghargaan dan medali emas. Karyawan Bateman dan Snell. 2008. Manajemen
tidak ada yang mendapatkan nilai D dan E Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam
dikarenakan karyawan hanya berusaha agar Dunia yang Kompetitif. Saleba Empat.
tidak mendapatkan punishment yang Jakarta. Hal:27.
diterapkan oleh pihak perusahaan dengan
cara mendapatkan nilai B dan C untuk Bayazit. 2006. Use of Analytic Network
kinerjanya. Process in Vendor Selection Decisions.
Bencmarking: An International Journal.
SIMPULAN 13(5): 566-579.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Gomes, F.C. 2003. Manajemen Sumber
dapat disimpulkan bahwa: Daya Manusia. Andi Offset.
1. Bobot kriteria kompetensi yang diperoleh Yogyakarta. Hal: 142.
untuk kelompok kompetensi
keterampilan teknis (0.079), kepribadian/ Kleynhans, R., Markham, L., Meyer, W.,and
penampilan (0.339), keterampilan Aswegen, S.V. 2006. Human Resource
mengurus tugas (0.0690, dan hubungan Management Fresh Perspectives. Person
kerja (0.513). Prentice Hall. South Africa. Page:154.
2. Berdasarkan hasil penilaian terhadap 7
(tujuh) karyawan bagian personalia Martoyo, S. 2007. Manajemen Sumber
didapatkan hasil bahwa 4 (empat) Daya Manusia. BP-FE-Yogyakarta.
karyawan memiliki kinerja tinggi yaitu Yogyakarta. Hal:109-111.
memperoleh nilai berkisar antara 3.40 < n
4.20 sedangkan 3 (tiga) karyawan Mursidi. 2009. Pengaruh Pendidikan Dan
lainnya memiliki kinerja sesuai standar Pelatihan Terhadap Kinerja
yaitu memperoleh nilai berkisar antara Karyawan. Jurnal Teknik Industri.
2.60 < n 3.40. 10(2):120127.

DAFTAR PUSTAKA Nainggolan, S. 2010. Pentingnya Hubungan


Baik dalam Lingkungan Kerja. Dilihat
Agarwal, A., Shankar, R., dan Tiwari, M.K. 21 Mei 2013.
2006. Modeling the metrics of lean, <http://managementfile.com/journal.php?
agile and leagile supply chain: An ANP- id=345&sub=journal&page=hr>.
based approach. European Journal of
Operational Research. 173: 211225. Nuraida, I. 2008. Manajemen Administrasi
Perkantoran. Penerbit Kanisius.
Ardana, I.K., Mujiati, N.W., dan Utama, Yogyakarta. Hal 37.
I.W.M. 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Graha Ilmu. Nurmianto, E. dan Siswanto, N. 2006.
Yogyakarta.Hal:21-138. Perancangan Penilaian Kinerja
Karyawan Berdasarkan Kompetensi
Basuki, D. T., Rahayu, M., dan Sumiati. Spencer Dengan Metode Analytical
2008. Model Pemilihan Rekanan Hierarchy Process (Studi Kasus Di Sub
Strategis Penyedia Peralatan Pabrik Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan
Gula dengan Penerapan Metode Fuzzy Umum, Kota Probolinggo). Jurnal
dan Analytical Network Process (Studi Teknik Industri ITS. 8(1): 40-53.
di PT Kebon Agung, Surabaya). Jurnal
Aplikasi Manajemen. 6(2): 117-130. Poernomo, E. 2006. Pengaruh Kreativitas
Dan Kerjasama Tim Terhadap

9
Kinerja Manajer Pada PT. Jesslyn K
Cakes Indonesia Cabang Surabaya.
Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi. 6(2): 102-
108.

Prasetyo, R. H. 2004. 20 Langkah Mudah


untuk Sukses Berkarier. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta. Hal: 10-157.

Purwanto, D. 2006. Komunikasi Bisnis.


Penerbit Erlanga. Jakarta. Hal 25.

Rivai, V. dan Sagala, E.J. 2009. Manajemen


Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Hal 13-334.

Ruky, A.S. 2006. Sistem Manajemen


Kinerja. PT Sun. Jakarta. Hal: 48.

Siswoutomo, W. 2005. Panduan Karir di


Dunia Teknologi Informasi. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta. Hal: 78.

Sonnentag, S. 2003. Recovery, work


engagement, and proactive behavior: A
new look at the interface between
nonwork and work. Journal of Applied
Psychology. 88 (3): 518 528.

Vanany, I. 2003. Aplikasi Analytic Network


Process (ANP) Pada Perancangan
Sistem Pengukuran Kinerja (Studi
Kasus Pada PT. X). Jurnal Teknik
Industri. 5(1): 50-62.

Waryanto, B. dan Millafati. 2006.


Transformasi Data Skala Ordinal ke
Interval dengan Menggunakan Makro
Minitab. Jurnal Informatika Pertanian.
15:881-895.

10
Gambar 1. Model Jaringan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Beserta Bobot Kriteria Kompetensi

Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi

Keterampilan Teknis Kepribadian/Penampilan Keterampilan Mengurus Tugas Hubungan Kerja


(KT1) (0.079) (KP) (0.039) (KMT) (0.069) (HK) (0.513)

Kecakapan/kemampuan
Kelakuan/kejujuran Kepemimpinan Hubungan kerja terhadap
teknis pelaksanaan tugas
(KP1)(0.145) (KMT1) (0.016) atasan (HK1) (0.204)
(KT1) (0.038)

Kecepatan penyelesaian Loyalitas dan disiplin Tanggung jawab Hubungan kerja terhadap
tugas (KT2) (0.02) (KP2) (0.098) (KMT2) (0.03) teman sederajat (HK2) (0.194)

Pelaksanaan tugas sesuai


Kesehatan dan penampilan Kreativitas/inisiatif Hubungan kerja terhadap
instruksi, pedoman, dan
(KP3) (0.019) (KMT3) (0.012) bawahan (HK3) (0.115)
metode kerja (KT3) (0.008)

Kesanggupan mengorganisisr/
Ketekunan/kerajinan Presensi
koordinasi jenis-jenis kerja lain
(KT4)(0.013) (KP4) (0.077)
(kuantitas) (KMT4) (0.011)

11

Anda mungkin juga menyukai