Anda di halaman 1dari 56

GASTRO-INTESTINAL TRACT

1
Perdarahan GIT

Erny
Fakultas Kedokteran FK UWKS
2012

2
Standart kompetensi
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu
mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara
paripurna pada kasus perdarahan GIT pada anak

Subkompetensi :
1. Mengetahui definisi perdarahan GIT
2. Mengetahui epidemiologi perdarahan GIT
3. Mengetahui tanda & gejala klinis perdarahan GIT
4. Mengetahui cara diagnosis perdarahan GIT
5. Menentukan pemeriksaan penunjang diagnosis
6. Menentukan program tatalaksana
7. Menentukan prognosis
3
Definisi
Adanya darah yang
tampak nyata pada saat
muntah atau bersama
feses

Klasifikasi :
1. Perdarahan GIT atas
(esofagus, lambung,
duodenum)
2. Perdarahan GIT bawah
(intestine, colon, rectum,
anus)

4
Chorns disease

Diverticulum meckel

Colon Carcinoma Juvenile polips

GASTRO-INTESTINAL BLEEDING
5
Epidemiologi
Insiden pasti belum dapat ditentukan
Perdarahan GIT berat : jarang
10%-20% dari seluruh kasus rujukan
ICU : 6-20% : perdarahan GIT atas
Perdarahan rectal : 0.3%

6
Etiologi

Neonates 1 bulan-1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun


Anal fissures Upper GIT : Upper GIT : Upper GIT :
(tersering) GER NSAID Portal HT
bacterial enteritis Helicobacter pylory Penyakit sistemik Ulcus duodenum
Alergi susu sapi NSAID/steroid Keganasan Esofagitis
Intususepsi Infeksi sistemik Luka bakar Gastritis
Menelan darah ibu Trauma kepala
sekresi asam Lower GIT : Lower GIT :
lambung : NSAID, Fisura ani Lower GIT : Juvenile polip
steroid Intususepsi Juvenile polip IBD
volvulus, koagulopati, Malrotasi Divertickle meckel Diare infeksi
NEC, Hirshprung, Alergi susu sapi
enterocolitis,
diverticle meckel

7
Diagnosis klinis perdarahan GIT
Neonatus 1 bulan 1 tahun 1 tahun 2 tahun > 2 tahun
Riwayat intake susu GIT BAWAH GIT ATAS GIT BAWAH
sapi/soya Nyeri perut episodik, Obat : NSAID Perdarahan feses
obat : NSAIDs, heparin, muntah, feses berlendir : luka bakar luas (curling minimal (Chron disease)
tolazoline, intususepsi ulcer) Perdarahan akut/kronik :
Indomethacin Bayi rewel + frekuensi trauma kepala (cushing Inflammation Bowel
Riwayat obat maternal : gerakan usus, diare warna ulcer) Disease
Aspirin, cephalothin, & terang Keganasan Diare profus disertai
phenobarbital (kelainan Sepsis darah : colitis
koagulasi)
Prematuritas, distress GIT BAWAH
neonatal & penggunaan Nyeri (-)
ventilasi mekanik Darah segar : polip
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda klinis shock/renjatan : HR, Tensi, capilarry refill dengan perubahan posisi tubuh
epistaxis, nasal polyps, dan erosi oropharyngeal dari bahan kaustik/lainnya
Bising usus : hiperaktif (perdarahan GIT atas)
Nyeri tekan abdomen dengan/tanpa massa : intususepsi/iskemia
Hepatomegaly, splenomegaly, jaundice : penyakit hepar dengan hipertensi portal
Inspeksi area perianal : fisura, fistula, lacerasi atau bekas trauma
Colok dubur : polip, masa atau darah segar
Inspeksi perdarahan kulit : penyakit sistemik (IBD, Henoch schonlein ) : purpura, ekimosis, petekie
Palpasi : Masa bentuk seperti sosis : intususepsi
Distensi abdomen, dehidrasi, tanda peritonitis : ganggren usus

8
Diagnosis causatif yang
dipertimbangkan
NEC
Portal hypertension (variceal bleeding)
Caustic ingestions
Salmonella Infection
Sexual Assault
Epistaxis

9
Diagnosis banding
Anal Fistulas and Fissures
Diaper Rash
Fever in the Neonate and Young Child
Gastrointestinal Foreign Bodies
Hemolytic Uremic Syndrome
Inflammatory Bowel Disease
Intussusception
Pediatric Dehydration
Pediatric Foreign Body Ingestion
Pediatric Gastroenteritis

10
Pemeriksaan penunjang diagnosis
Neonatus 1 bulan 1 tahun 1 tahun 2 tahun > 2 tahun
Upper endoskopi : GIT ATAS GIT ATAS GIT ATAS
erythema, perdarahan Foto abdomen dengan Pengukuran kadar Upper endoskopi : varices,
difus, erosi, ulcus mukosa kontras, esofagoskopi : gastrin plasma : ulcus ulcer
gaster : stress gastritis GER pepticum non infeksi H
IgG, biopsi mukosa gaster pylori GIT BAWAH
: Gastritis infeksi Endoskopi +biopsi : 1. Colonoskopi
Helicobacter pylori perdarahan masif 2. Arteriografi
3. Endoskopi
GIT BAWAH GIT BAWAH 4. Imaging abdominal :
USG abdomen Colonoskopi (juvenile a)Foto polos abdomen
(intususepsi) : pseudo polip) b)Foto abdomen +
kidney sign abdominal scanning : kontras barium
(patognomonic) diverticulum meckle c)Doppler USG
Foto abdomen dengan (akurasi 90%) d)Barium enema
kontras : ganggren usus 4. NGT :
A. konfirmasi diagnostik
perdarahan
B. Negatif palsu 16% jika
regurgitasi
duodenopilorik (-)

11
Penatalaksanaan
Neonatus 1 bulan 1 tahun 1 tahun 2 tahun > 2 tahun
GIT ATAS GIT ATAS GIT ATAS GIT ATAS
Stress gastritis : suportif : acid-reducing agents, diet Epineprine : ulcus Vasopressin, octreotide, &
resusitasi hipoksemia; lunak & prokinetic agents pepticum beta blocker : mengontrol
suction nasogastric; H2 : Peptic esophagitis - GER produksi asam perdarahan varices
bloker H2 blockage, antibiotic & lambung esofagus
medikamentosa gagal : bismuth : Gastritis primer Pembedahan : Balloon tamponade SB :
bedah - infeksi H Pylorii medikamentosa gagal keberhasilan 80%
Hemorrhagic disease of Koreksi kelainan mengontrol perdarahan
the newborn (HDN): metabolik & asam GIT BAWAH Endoscopic sclerotherapy
Profilaktik vit K1 BBL, FFP lambung : gastritis Transfusi darah : dengan sodium
& PRC sekunder - penyakit perdarahan masif morrhuate : keberhasilan
sistemik berat Pembedahan : reseksi 90-95% mengontrol
GIT BAWAH NEC pada divertikulum perdarahan
non-operative : GIT BAWAH meckel
puasa, antibiotik, total Laksative untuk GIT BAWAH
parenteral nutritional, & melunakkan feses : fisura proctocolectomy : IBD
dekompresi nasogastrik : ani indikasi :
recovery rate 70-80% Barium enema : reduksi 1. Perdarahan
Operative : urgent intususepsi (90% berhasil) persisten/berulang
laparotomy : indikasi : Eliminasi susu sapi : alergi 2. Anemia
1. Management non- susu sapi Metronidazole/vancomycin
operative gagal : diare infeksi shigella, E
2. sepsis progresif Coli
3. perforasi usus Colonoscopy : lesi vaskuler
4. perdarahan persisten
12
Prognosis
Tergantung
1. Causa
2. Usia
3. Ketepatan & kecepatan diagnostik &
tatalaksana dini

13
Diare akut dan komplikasinya

Erny
Fakultas Kedokteran FK UWKS
2012

14
Standart kompetensi
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu mendiagnosis dan
melakukan tatalaksana secara paripurna pada kasus diare dengan
atau tanpa komplikasi pada anak

Subkompetensi :
1. Mengetahui definisi diare dengan atau tanpa komplikasi
2. Mengetahui epidemiologi diare dengan atau tanpa komplikasi
3. Mengetahui tanda & gejala klinis diare dengan atau tanpa
komplikasi s
4. Mengetahui cara diagnosis diare dengan atau tanpa komplikasi
5. Menentukan pemeriksaan penunjang diagnosis
6. Menentukan program tatalaksana
7. Menentukan prognosis

15
Definisi
BAB >3x/hari dengan perubahan konsistensi
feses menjadi cair dengan atau tanpa lendir &
darah
Klasifikasi :
1. Diare akut : <7 hari
2. Diare berkepanjangan : 7-14 hari
3. Diare kronis : >14 hari

16
Epidemiologi
Merupakan masalah kesehatan utama di
Indonesia : penyebab morbiditas & mortalitas
Mortalitas (dunia) : 17%
Mortalitas (Indonesia) : 42% (Riskesdes, 2007)
Urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak di
populasi

17
Etiologi
Bakteri : Virus : Parasit :
1. Aeromonas 1. Rotavirus 1. E histolitica
2. Bacillus cereus 2. Cytomegalo virus 2. Giardia Lamblia
3. Campylobacter jejuni 3. Astrovirus 3. Trichuris trichiuria
4. E Coli 4. Enteric adenovirus 4. Strongyloides Ster
5. Salmonela 5. Herpes simplex virus 5. Blastocystic homonis
6. Shigella 6. Coronavirus 6. Balantidium coli
7. Staphylococcus aureus 7. Calcivirus
8. Vibrio cholerae 8. Norwalk virus

Negara berkembang :
1. Rotavirus
2. E Coli
3. Shigella
4. Campylobacter jejuni
5. cholera

18
Mekanisme diare
Secara umum :
1. Gangguan proses absorbsi
2. Gangguan proses sekresi

Menurut penyebab :
1. Gangguan absorbsi/diare osmotik
2. Malabsorpsi
3. Gangguan sekresi/diare sekretorik
4. Gangguan peristaltik
5. Diare inflamasi
6. Diare terkait imunologi

19
Mekanisme diare

Gangguan proses absorbsi Gangguan proses sekresi

Penurunan fungsi absorpsi Enterotoksin bakteri


Bahan kimia

Obat magnesium hidroklorida


Defisiensi sukrase-isomaltase Stimulasi :
Defisiensi laktase 1. Laksansia
Konsumsi makanan yang tidak dicerna 2. garam empedu
: hipertonis intraluminal- 3. asam lemak rantai panjang
hiperosmolaritas

kadar cAMP intraseluler


Hiperosmolaritas intraluminal permeabilitas intestinal
kerusakan sel mukosa intestinal

Air mengalir ke intraluminal

Daya absorpsi kolon < Feses cair-diare Na, Cl influx intraluminal

20
Manifestasi klinis

frekuensi BAB >3x Perubahan Gejala Manifestasi


konsistensi feses abdominal sistemik

lendir dan darah nyeri perut penyakit


Mual penyebab diare :
Muntah 1. Enteral
kram perut 2. Parenteral

21
GEJALA KHAS DIARE AKUT

Gejala klinis Rotavirus Shigella salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp perut
Kramp perut Kolik perut Kramp perut
Nyeri kepala - + + - - -
Lama sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari bervariasi 3 hari

Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Bau Langu Busuk - - Amis
Warna Kuning hijau Merah hijau Kehijauan Tdk berwarna Merah hijau Air cucian beras
Lekosit - + + - - -
Lain-lain anoreksia Kejang Sepsis meteorismus Infeksi
sistemik

22
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan fisik Laboratorium

1. Lama 1. BB 1. Mencari penyakit dasar


2. Frekuensi 2. vital sign, 2. Menentukan akibat
3. Volume kesadaran Darah dari diare terutama
4. konsistensi tinja 3. Abdomen : bising akibat dehidrasi
5. warna, bau, lendir, usus, 1. DL Urine
darah meteorismus 2. SE
6. Muntah 4. Tanda dehidrasi : Feses
3. BGA
7. BAK (jumlah, Mata cowong, 1. UL
4. Glukosa
frekuensi, warna turgor kulit, UUB, 2. kultur
5. kultur makroskopis Mikroskopis
dalam 6-8 jam mukosa urine
darah
terakhir) 5. Tanda penyakit
8. Demam sistemik lainnya 1. Watery, mukus (-) : 1. Lekosit : kuman
9. nyeri perut enterotoksin virus, invasif/mempro
10.ISPA, OMA, campak, protozoa, infeksi diluar duksi sitotoksin
BP GIT : shigella,
11.Riwayat makanan 2. Darah, mukus : E salmonella, C
terakhir : intoksikasi Histolitica, E Coli, jejuni, EIEC,
Trichiura 2. Kista :
3. Bau busuk : salmonela, amubiasis
giardiasis, 3. Kultur feses
cryptosporidium,
strongyloides 23
Penentuan derajat dehidrasi
symptom Minimal/tanpa Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat,
dehidrasi sedang, kehilangan kehilangan BB>9%
kehilangan BB<3% BB 3-9%
Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargi, tidak
gelisah, iritable sadar
HR Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, TTB
Pernafasan Normal Normal-cepat Cepat-dalam
Mata Normal Sedikit cowong Cowong
Air mata Normal Berkurang Tidak ada
Mulut lidah Basah Kering Sangat kering
Turgor kulit Normal Kembali < 2 detik Kembali >2 detik
Capilary refill normal Memanjang Memanjang
minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,
sianotik
BAK Normal Berkurang Minimal

24
Program tatalaksana

Rehidrasi Medikamentosa Dietetik Edukasi

tanpa dehidrasi dehidrasi Dehidrasi berat ASI


ringan-sedang makanan yang
mudah dicerna,
Terapi rehidrasi oral bebas serat & tidak
Rehidrasi parenteral :
(TRO) ; merangsang
Harus MRS Ringer laktat :
Cairan RT: larutan GG peristaltik (pedas,
Cairan diberikan : 1. Usia < 1 tahun :
Dosis : 10ml/kg/BAB asam, berlemak)
1. Peroral : 30ml/kgBB/jam
atau dilanjut
75ml/kg/3 jam
1. Usia < 1 tahun : 50- 70ml/kgBB/5 jam Zinc : 10 hari (< 2 tahun : 50-00ml/BAB
2. Pipa nasogastrik
100ml/BAB 2. Usia > 1 tahun : > 2 tahun : 100-200ml/BAB
: 20ml/kg/jam :
2. Usia 1-5 tahun : 100- 30ml/kgBB/0,5 Antibiotika :
memburuk :
200ml/BAB jam dilanjut 1. Kolera : tetracycline
pasang cairan
3. 5-12 tahun : 200- dengan 12,5mg/kgBB/4xsehari selama 3 hari
intravena
300ml/BAB 70ml/kgBB/2,5 atau eritromycin
4. >12 tahun : jam 12,5mg/kgBB/4xsehari selama 3 hari
400ml/BAB 2. Shigella disentri : ceftriaxone 50-
100mg/kgBB/1x/im/iv selama 5 hari
3. Amubiasis : metronidazole
Evaluasi 10mg/kgBB/3x/5-10 hari
4. Giardiasis : metronidazole
5mg/kgBB/3x/5 hari
Obat anti diare : tidak dianjurkan pada
25
anak
Komplikasi
Gangguan elektrolit :
1. Hipernatremia : Na plasma >150mmol/L
2. Hiponatremia : Na plasma <130mmol/L
3. Hiperkalemia : K plasma >5 mEq/L
4. Hipokalemia : K plasma < 3,5mEq/L

Diare berkepanjangan
Diare kronik :
1. Sindroma pasca enteritis
2. Diare intractable

Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik

26
Prognosis
Tergantung :
1. Status gizi anak : gizi buruk : jelek
2. Status dehidrasi
3. Penyakit dasar yang menyebabkan diare
4. Kecepatan dan ketepatan upaya rehidrasi

27
Gastroesophageal reflux

Erny
Fakultas Kedokteran FK UWKS
2012

28
Standart kompetensi
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu
mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara
paripurna pada kasus GFR pada anak

Subkompetensi :
1. Mengetahui definisi GFR
2. Mengetahui epidemiologi GFR
3. Mengetahui tanda & gejala klinis GFR
4. Mengetahui cara diagnosis GFR
5. Menentukan pemeriksaan penunjang diagnosis
6. Menentukan program tatalaksana
7. Menentukan prognosis
29
Definisi
Gastroesophageal reflux :
Imaturitas fungsi sphincter esofagus distal, relaksasi sphincter &
menyebabkan reflux dari gaster ke esofagus

Merupakan fenomena fisiologis :


1. jika tidak ada faktor predesposisi, tumbuh kembang normal &
tidak memerlukan terapi
2. Terjadi pada usia usia 0-1 tahun : 60-70% bayi mengalami emesis
1x/24 jam pada usia 3-4 bulan

Fenomena patologis : Jika terjadi komplikasi :


1. Gagal tumbuh
2. Erosi esofagus
3. Striktur esofagus
4. Penyakit respirasi kronis
30
31
Faktor risiko

Faktor anatomis Gangguan Obat makanan Kelainan


fungsi neurologis

Sudut HIS Pola makan >>


(esofagus & Transient lower Diazepam
esophageal Theophilin malam hari CP, DS
gaster) Posisi
datar spinchter metilxantin
relaxation

Hiatal henia tonus Macam Asam


Gangguan sphinchter Lemak
lokasi motilitas
sphinchter
esofagus distal pengosongan
di thorax Lambung >>

tekanan thorax :
reflux gastroesofages

32
Epidemiologi
Bayi : angka kejadian , usia puncak 1-4 bulan
85% bayi : muntah selama minggu I post natal
& 60-70% manifestasi klinis GER (+) pada usia
3-4 bulan
Usia 6 bulan (60%) : Gejala membaik tanpa
terapi : dengan posisi tubuh & mulai makan
padat
90% membaik sempurna pada usia 8-10 bulan

33
Diagnosis

Anamnesa Pemeriksaan fisik Penunjang


Bayi tampak rewel/iritabilitas diagnosis
Gejala GIT : Tidak spesifik
1. Nafsu makan menurun
2. Muntah
3. Regurgitasi Manometri : menilai motilitas esofagus & fungsi
4. Kerusakan gigi spinchter esofagus distal
5. halitosis Esofagogastroduodenoscopy : indikasi pada
kegagalan terapi medikamentosa : visualisasi
6. Nyeri perut dan/nyeri dada
mukosa & mengambil spesimen histopatologi
Gejala respirasi :
Histologi : tanda peptic esofagitis : hiperplasi sel
1. Apnea & ataubradikardia basal, papila meluas & eosinofil mukosa (>20/hpf
2. Wheezing : indikasi alergi esofagitis)
3. Stridor Imaging :
4. Pneumonitis rekuren 1. Upper GI series : evaluasi anatomi GIT atas &
5. Nyeri tenggorokan waktu pengosongan lambung
6. Batuk kronis 2. Gastric scintiscan : menilai waktu
7. Laringitis pengosongan lambung & reveal reflux
8. Rasa terbakar di dada 3. Esofagografi : menilai integritas peristaltik
Akibat GER : BB menurun atau gagal esofagus
tumbuh Intraesofageal pH probe monitoring : kriteria
standar menilai kuantitas GER

34
Gejala respirasi pada GER

Tr respirasi proksimal Mikroaspirasi Larynx


& esofagus asam lambung

Air
Aktivasi inflamasi
Asam
Distensi
Reseptor inflamasi tr respirasi laryngeal
abdominal bronkospasme

tahanan Laryngitis
jalan nafas

penyakit Tr Respirasi reaktif

35
Diagnosis banding
Antral web
Intestinal motility disorder
Irritable bowel syndrome
Peptic ulcer disease
Tracheoesofageal fistula

36
Komplikasi
Striktur :
1. Terjadi pada mid-esofagus - distal
esofagus
2. Gejala :
Disfagia saat diberi makanan padat
Muntah berisi makanan yang belum
dicerna
3. Terapi : operasi
4. Evaluasi : barium esophagrafi :
evaluasi lokasi striktur

37
Barrett esofagus :
1. Komplikasi GERD
2. Meningkatkan risiko terjadi
adenocarcinoma
3. Terapi : operasi

38
Program tatalaksana

Medikamentosa Pembedahan Dietetik Edukasi

Antasida : Komplikasi (+)


1. proteksi mukosa terhadap
aktivitas proteolitik pepsin, Makan sedikit Posisi duduk
asam lambung tetapi sering setelah
2. aluminium hidroksida, sereal makan/minum
magnesium hidroksida Menghindari
Histamine H2 antagonis : makanan asam,
1. asam lambung dalam coklat, mint
reflux
2. cimetidine, ranitidine
Proton pump inhibitor :
1. supresi asam lambung :
2. omeprazole

BB
2 minggu evaluasi episode muntah 39
Step-up & step-down terapi
(North American Society for Pediatric Gastroenterology)

Step-up terapy :
Progresi terapi dietetik menjadi terapi
medikamentosa H2 -receptor blockade (ranitidine,
nizatidine) hingga proton pump inhibitors
(omeprazole, lansoprazole)
Step-down :
Dimulai dengan penggunaan PPI selama 2 minggu &
dievaluasi manifestasi klinis jika membaik, dosis
diturunkan dan dihentikan
40
41
Prognosis
Selama masa bayi : prognosis baik
80% : resolusi pada usia 18 bulan
Gejala menetap s/d 18 bulan : kronik GER : risiko
jangka panjang
GER refrakter / komplikasi (+) (striktur, aspirasi,
penyakit respirasi) : indikasi tindakan operatif
(fundoplication)
Prognosis operasi : baik
GER + kelainan neurologis : terapi medikamentosa
tidak menunjukkan hasil yang bermakna : risiko
komplikasi

42
SINDROMA MALABSORPSI

Erny
Fakultas Kedokteran FK UWKS
2012

43
Standart kompetensi
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu
mendiagnosis dan melakukan tatalaksana secara
paripurna pada kasus malabsorpsi pada anak

Subkompetensi :
1. Mengetahui definisi malabsorpsi
2. Mengetahui epidemiologi malabsorpsi
3. Mengetahui tanda & gejala klinis malabsorpsi
4. Mengetahui cara diagnosis malabsorpsi
5. Menentukan pemeriksaan penunjang diagnosis
6. Menentukan program tatalaksana
7. Menentukan prognosis
44
Definisi
Sindroma malabsorpsi : kumpulan
gejala yang terdiri dari beberapa
kelainan klinis yang menyebabkan :
1. Diare kronis
2. Distensi abdominal
3. Gagal tumbuh

Klasifikasi :
1. Sindroma malabsorpsi kongenital
2. Sindroma malabsorpsi dapatan

Dampak : satu/lebih tahapan


hidrolisis instinal & transport nutrisi

45
Epidemiologi
Prevalensi Sindroma malabsorpsi kongenital :
1. Celiac disease (1%)
2. Cystic fibrosis
Sindroma malabsorpsi dapatan :
1. Alergi susu sapi & alergi susu soya (3%) (bayi & anak)
2. Enteritis akut (rotavirus) : intoleransi lactose transien
3. Sindroma malabsorpsi sekunder : Penyakit hati,
pankreas dan intestinal
Mortality/Morbidity
1. Morbiditas : malnutrisi berat dengan komplikasi
penyakit sistemik
2. Mortalitas : relatif rendah
46
Penyakit kongenital :
Patofisiologi malabsorpsi 1. Cistic fibrosis
2. Swachman-diamond syndrome
Penyakit dapatan sekunder :
Karbohidrat celiacdisease

Lactase
sukrosa zat tepung laktosa glucose & galactose
(kanji)
sucrase-isomaltase

Saliva, amilase pankreatik

Maltose
SGLT-1
Maltotriose
residu tinggi polimer glukose
NaKATPase
glucoamylase

fructose glucose NaKATPase


glucose SGLT-1 Enterosit Brush-border
NaKATPase

perbedaan gradien konsentrasi (difusi)

47
Metabolisme Protein

Post natal-periode neonatus :


Pepsinogen sistem pengangkutan peptida
Hidrolisis
Lambung pH<4 kecil lebih aktif dari sistem
pengangkutan asam amino
Pepsin
Penyakit kongenital pencernaan
protein :
1. kistik fibrosis
Peptida 2. Shwachman-Diamond
pancreatic Peptidase syndrome
proteases
Duodenum 3. enterokinase deficiency
Peptida asam amino
Penyakit dapatan pencernaan
BM kecil Bebas 30%
protein &/absorpsi non-spesifik :
70%
kerusakan absorpsi permukaan
intestinal
1. enteritis virus luas
translokasi sistim transport 2. enteropati alergi protein
khusus 3. celiac disease
Usus halus
sel epitel enterosit

48
Metabolisme Lemak

Enzym lipase-colipase complex


berkembang bertahap : bayi
pH asam lambung << Trigliserida kapasitas rendah mengabsorbsi
lemak (steatorhea fisiologis)
Lipase hidrolisis parsial
sekresi garam empedu tidak
adekwat pada usia bayi
lipase-colipase complex

lumen duodenojejunal Penyakit kongenital (cystic fibrosis


and Shwachman-Diamond
Konsentrasi adekwat syndrome : defisiensi lipase &
garam empedu terkonjugasi colipase
Penyakit dapatan (sekunder
micelles
terutama dari oenyakit hati &
traktus bilier/pankreatitis kronis)

49
Sindroma
malabsorpsi

Karbohidrat Lemak Protein

1. Insufisiensi panpreatik 1. Insufisiensi pankreatic 1. Defisiensi enzym pancreatic


2. Kerusakan brush border eksokrine : pankreatitis, eksokrin : kistik fibrosis
disakaridase kanker pankreas, kolestasis, 2. Defisiensi enterokinase
3. Pasca infeksi GIT : kerusakan vili & penyakit intestinal luas kongenital : chrons disease,
mikrovili : Reduksi transien enzym 2. Gangguan produksi/sekresi celiac disease
lactase empedu : penyakit hati,
4. Defisiensi sucrase & isomaltase : cholestasis
congenital enzym defisiensi
5. Overgrowth normal flora pada usus
halus : mengganggu metab
karbohidrat intraluminal 50
Diagnosis
Gejala GIT : Pemeriksaan fisik :
Distensi abdominal (gas minimal) nyeri perut 1. Tanpa gejala GIT : gagal tumbuh,
hebat : malnutrisi, BB sulit naik, pubertas
1. disertai diare cair, nyeri perut +/-, iritasi kulit terlambat
perianal : malabsorpsi karbohidrat 2. Tanda malnutrisi : otot lembek, atrofis,
2. Nyeri perut berulang : celiac disease atrofi lidah, pembesaran hati/limpa
Muntah : 3. Dehidrasi
1. Mual periodik, distensi abdomen & nyeri 4. Tanda peningkatan aktivitas peristaltik :
abdomen + diare : infeksi giardiasis Borborygmi
2. Muntah + nyeri abdomen sedang-berat + Bloody 5. Feses banyak + diaper rash atau eksim
stool : malabsorpsi protein / IBD (protein)
Diare kronik/kambuhan
Nafsu makan jelek : kistik fibrosis & gas abdominal
>>

Karakteristik feses :
1. bercampur bahan makanan
2. berair : intoleransi karbihidrat
3. Pucat, membubur + bau busuk : malabsorpsi lemak (steatorrhea) : giardiasis, enterokinase
defisiensi, disfungsi hepatic & pancreatic
4. berdarah : malabsorpsi protein/giardiasis
Gejala lain :
Gejala sistemik : lemah, mudah lelah & gagal tumbuh (malabsorpsi karbohidrat, lemak/protein )
Anemia makrositik : malabsorpsi asam folat & B12 51
Pemeriksaan penunjang diagnosis
Laboratorium : Urinalisis :
Analisis feses : 1. Kadar gula meningkat :
1. Bercampur makanan : malabsorpsi malabsorpsi glukose-galactose :
karbohidrat kongenital malfungsi SGLT-1
2. asam : pH<5,5 : malabsorpsi karbohidrat 2. Kadar 4-hydroxyphenylacetic :
3. Asam empedu sindroma overgrowth bacteria
4. Jumlah lemak feses & jumlah lemak Imaging : upper GT radiografi :
makanan diukur selama 3 hari ; normal 1. Dinding usus menebal
absorpsi lemak >95%; 60-80% : malabsorpsi 2. Peningkatan jumlah cairan di
sedang, <50% malabsorpsi berat jejuni loop
5. Jumlah Serum protein (a1-antitripsin) :
malabsorpsi lemak 1. Substance tolerance test
6. Ovum & parasit : giardia spesies 2. Mucosal biopsy
1. Hapusan darah tepi : anemia megaloblastik
2. Total serum protein & kadar albumin rendah
3. Fat-soluble vitamin level : malabsorpsi lemak
4. Lipid profile : LDL, kolesterol
5. CRP : IBD
6. IgG, IgA : enteropati
52
Diagnosis banding
Congenital Microvillus Atrophy
Constitutional Growth Delay
Crohn Disease
Cystic Fibrosis
Diarrhea
Failure to Thrive
Gastroenteritis
Giardiasis
Growth Failure
Irritable Bowel Syndrome
Lactose Intolerance

53
Program tatalaksana
Medical care :
1. Dietetik : Tergantung macam substansi
intoleransi
2. Antibiotika : metronidazole
3. Cholestiramine : malabsorpsi asam empedu
4. Imunosupresan : enteropati
Surgical care : Transplantasi organ pada
kondisi terminal penyakit hati
54
Prognosis
Atrofi mukosa (GE infeksi, enteropati, malnutrisi) : reduksi
permukaan intestinal 80%
Dengan perbaikan penyebab :
1. pemulihan terjadi secara cepat (4-6 hari)
2. Lambat
3. >2 bulan : villi permukaan 63% normal kembali tetapi
permukaan mikrovili hanya 38% kembali normal
Beberapa sindroma malabsorpsi bersifat transien : hanya
memerlukan perubahan dietetik
Sebagian besar penyakit penyebab malabsorpsi sekunder
bersifat progresif & menyebabkan komplikasi sistemik &
bersifat fatal

55
Terima kasih semoga bermanfaat

Team IKA FK UWKS

56

Anda mungkin juga menyukai