Jejak Vol.1 No.1 20081 PDF
Jejak Vol.1 No.1 20081 PDF
DAFTAR ISI
Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi Ekonomi terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 20022005
Bambang Prishardoyo ................................................................................................................... 18
The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital sebagai Pemacu
Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
P. Eko Prasetyo .............................................................................................................................. 1831
Penentuan Bentuk Fungsi Model Empirik: Studi Kasus Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru
di Indonesia
Andryan Setyadharma ..................................................................................................................... 4149
Deteksi Dini Krisis Perbankan Indonesia: Identifikasi Variabel Makro dengan Model Logit
Shanty Oktavilia ............................................................................................................................... 5062
INDEK ................................................................................................................................................ 83
Pengantar Redaksi
Puji syukur redaksi pajatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahNya yang
diberikan kepada kita semua. Hanya dengan kekuasaanNya-lah, dan setelah melalui proses yang cukup
menghabiskan waktu serta energi, maka Jurnal Ekonomi dan Kebijakan (JEJAK) Volome 1, Nomor 1,
September 2008, yang dikelola oleh Tim Redaksi di Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNNES dapat terbit
perdana untuk mengunjungi Anda semua. Redaksi mengucapkan terimakasih atas dapat terbitnya perdana
jurnal JEJAK ini kepada semua pihak terutama kepada seluruh pengirim artikel dan penyunting Ahli. Sungguh
menjadi kebanggaan redaksi tersendiri karena semua artikel yang terbit pada edisi perdana ini tanpa disadari
ternyata saling keterkaitan yang teridentifikasi dari masalah pertumbuhan ekonomi, kebijakan, investasi, model
teori dan aplikasi serta upaya cara mengatasinya yang tercermin dalam masalah upaya pengentasan
kemiskinan baik dari kajian teori maupun aplikasinya.
Pada terbitan perdana ini, disajikan delapan artikel yang 87,5% atau tujuh artikel merupakan hasil riset
dan 12,5% atau satu artikel merupakan hasil kajian teoritis. Semua artikel ini merupakan kajian kusus dalam
ruang lingkup bidang ilmu ekonomi pembangunan dan kebijakan. Artikel pertama ditulis oleh Bambang
Prishardoyo menganalisis tentang tingkat pertumbuhan ekonomi dan potensi ekonomi terhadap PDRB di
Kabupaten Pati periode 2000-2005. Selanjutnya Etty Soesilowati menganalisis tentang dampak pertumbuhan
ekonomi Kota Semarang terhadap kemacetan lalulintas di wilayah pinggiran dan kebijakan yang ditempuhnya.
Untuk menjembatani masalah pertumbuhan ekonomi, investasi dan masalahnya, baik ditingkat regional maupun
nasional, P. Eko Prasetyo mengkaji masalah kualitas pertumbuhan ekonomi melalui; peran faktor teknologi dan
investasi human capital sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Masih terkait tetang kajian
investasi, Hadi Sasana mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta di Jawa Tengah.
Selanjutnya, kajian dari segi model teori ekonomi dan aplikasinya diawali dari artikel hasil karya Andryan
Setyadharma yang mengkaji penentuan bentuk fungsi model empirik; studi kasud permintaan kendaraan roda
empat di Indonesia. Sedangkan, Shanty Oktavilia, telah mengidentifikasikan variabel makro dengan model logit
untuk mengkaji masalah diteksi dini krisis perbankan Indonesia. Kajian model selanjutnya tentang keterkaitan
desentralisasi fiskal sebagai political proces dengan tingkat kemiskinan di Indonesia adalah merupakan artikel
hasil karya dari Lesta Karolina Sebayang. Kemudian sebagai penutup dalam edisi perdana ini, masih terkait
dengan artikel masalah kemiskinan, Siti Maisaroh telah mengkaji masalah peningkatan produksi kerajinan
sebagai upaya mendukung program pengentasan kemiskinan.
Akhir kata, berbagai upaya telah tim redaksi upayakan agar jurnal ini berkualitas. Namun, karena jurnal
ini baru terbit pertama kali dan belum banyak pengalaman sudah barang tentu masih banyak kekurangan.
Karena itu, jika ada kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya jurnal ini dapat redaksi terima
dengan senang hati. Harapan redaksi semoga terbitnya jurnal JEJAK ini akan banyak manfaatnya bagi para
pembaca semua. Amin.
ABSTRACT
Developing the economy in a region is a process in which a regional government and its society
manage and exploit their resources by having a partnership between the regional government and
private businessmen, so that it stimulate the economy activities or increase the economy growth and
there will be a new wide range of work fields. The problems of the present study are stated as follow:
(1)what sectors are the basis for Kabupaten Pati from 2000 to 2005? (2)what are the roles of kabupaten
Pati and the others areas in supporting the economy growth. The aims of the study are: (1) for knowing
which economy sectors that become the basis for kabupaten Pati, (2) the roles of Kabupaten Pati and
the others area in supporting the economy growth. This study uses quantitative qualitative approach and
the data analyzed are taken from Kabupaten Pati. Furthermore, in analyzing the data, economy based
model which uses location quotient(LQ) analysis, shift share analysis, gravity analysis was chosen.
Finally, the LQ analysis showed that the basis sectors that could be developed were agricultural sector
(average: 1,66); electricity, gas and water sector (average: 1,27); construction sector (average: 1,14);
finance, rent and company services sector (average: 1,71) and the gravity analysis showed that the
interaction between Kabupaten Pati and Kudus was the best and the strongest.
Keywords: economic growth, economic base.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meng- Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai ke-
analisis sektor-sektor ekonomi mana yang paling naikan GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu
strategis untuk dikembangkan dan menganalisis lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
keterkaitan-keterkaitan Kabupaten Pati dengan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi
daerah di sekitarnya sehingga saling menunjang terjadi atau tidak. (Arsyad,1997:13). Jika ingin
pertumbuhan ekonominya. Penelitian ini diharapkan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus
dapat memberi tambahan informasi dan bahan kajian membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tentang perkembangan perekonomian daerah. tahun. Dalam membandingkannya harus disadari
bahwa perubahan nilai pendapatan yang nasional
yang terjadi dari tahun ke tahun disebabkan oleh dua
LANDASAN TEORI
faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan
Pembangunan Ekonomi perubahan harga-harga. Adanya pengaruh dari faktor
yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai pendapatan nasional menurut harga yang berlaku
peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yaitu pada tahun yang bersangkutan. Suatu perekonomian
tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkem-
pada satu tahun tertentu melebihi tingkat pertam- bangan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai
bahan penduduk. Perkembangan GDP yang berlaku lebih tinggi dari waktu sebelumnya.
dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh
Pi Pj
Metode Analisis Data Tij =
d 2 ij
1. Analisis Location Quatient (LQ)
Dimana :
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk T ij = Daya tarik-menarik antar daerah i de-
menganalisis sektor potensial atau basis dalam ngan j
perekonomian suatu daerah. P i = Jumlah penduduk di daerah i
Rumus untuk menghitung LQ adalah sebagai P j = Jumlah penduduk di daerah j
berikut: d ij = Jarak antara i dan j
yi / yt
LQ =
Yi / Yt HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana: Hasil Penelitian
yi = Pendapatan sektor ekonomi di Kabupaten
Pati 1. Analisis location quotient (LQ)
yt = Pendapatan total Kabupaten Pati (PDRB)
Berdasarkan tabel 1, maka dapat teridentifikasi
Yi = Pendapatan sektor ekonomi di Propinsi
yang merupakan sektor basis maupun non basis.
Jawa Tengah
Kabupaten Pati mempunyai 4 sektor basis, sektor
Yt = Pendapatan total ekonomi di Propinsi Jawa
tersebut yaitu sektor pertanian, Sektor Listrik, Gas
Tengah
dan Air Bersih, Sektor bangunan, Sektor keuangan,
2. Analisis Shift Share sewa dan jasa perusahaan
Adalah suatu teknik untuk menganalisis perubah-
an struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan 2. Analisis Shift Share
perekonomian nasional.
Rumus analisis shift share (John Glosson 1990: Berdasarkan tabel pertumbuhan komponen pro-
95-96) sebagai berikut: porsional Kabupaten Pati selama periode 2000-2005
(lihat tabel 2), diketahui bahwa nilai proporsional shift
Gj : Yjt Yjo (Pj) Kabupaten Pati dari tahun 2000-2005 nilainya
ada yang positif dan negatif, hal ini bila Pj > 0, maka
Nj : Yjo(Yt/Yo)- Yjo
Kabupaten Pati akan berspesialisasi pada sektor
SEKTOR 2000 - 2001 2001 - 2002 2002 - 2003 2003 - 2004 2004-2005 Rata-rata
-28828,773 16690,748 -83698,962 2422,073 -8921,270 -20467,237
Pertanian
(tlp) (tcp) (tlp) (tcp) (tlp) (tlp)
1162,3224 -105,3423 135,8892 -622,633 1049,375 323,92226
Pertambangan
(tcp) (tlp) (tcp) (tlp) (tcp) (tcp)
3036,9362 11015,728 3159,975 8266,676 -3784,631 4338,9368
Industri
(tcp) (tcp) (tcp) (tcp) (tlp) (tcp)
-788,3063 2424,928 -1431,933 1142,741 2009,783 671,44254
Listrik & Air Bersih
(tlp) (tcp) (tlp) (tcp) (tcp) (tcp)
2467,049 12310,259 14806,030 5373,107 3212,856 7633,8602
Bangunan
(tcp) (tcp) (tcp) (tcp) (tcp) (tcp)
-27024,162 -10418,520 1641,699 -17569,732 4734,111 -9727,3208
Perdagangan
(tlp) (tlp) (tcp) (tlp) (tcp) (tlp)
5355,749 2352,358 1268,164 -637,016 2845,321 2236,9152
Pengangkutan
(tcp) (tcp) (tcp) (tlp) (tcp) (tcp)
-3069,867 -2235,557 -4307,021 -2865,855 -796,517 -2654,9634
Keuangan
(tlp) (tlp) (tlp) (tlp) (tlp) (tlp)
28778,638 -21962,008 266655,567 1114,488 -1347,376 54647,862
Jasa-jasa
(tcp) (tlp) (tcp) (tcp) (tlp) (tcp)
-18910,4 10072,59 198229,4 -3376,15 -998,348 37003,41
Jumlah
(tlp) (tcp) (tcp) (tlp) (tlp) (tcp)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Keterangan (tcp): sektor tumbuh cepat di tingkat propinsi ; (tlp): sektor tumbuh lambat di tingkat propinsi
Berdasarkan tabel diatas, sektor-sektor yang sebesar -5340,4541; sektor jasa-jasa sebesar -
memiliki rata-rata positif yaitu sektor industri 4461,3735.
pengolahan dengan Dj rata-rata sebesar 1389,7845;
sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 561,76534;
3. Analisis Keterkaitan Wilayah (Gravitasi)
sektor perdagangan sebesar 2069,4551; sektor
keuangan, sewa dan jasa perusahaan sebesar Berdasarkan perhitungan analisis gravitasi
6279,7015. Sedangkan nilai negatif menunjukkan maka dapat diketahui hasil analisis gravitasi berikut
sektor tersebut tumbuh lambat dibanding dengan pada tabel 4.
pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Jawa Pada tabel analisis gravitasi diatas, tercermin
Tengah. Sektor-sektor yang memiliki rata-rata negatif bahwa periode penelitian penulis yang paling kuat
yaitu sektor pertanian dengan Dj rata-rata sebesar - dengan Kabupaten Pati adalah Kabupaten Kudus,
20225,728; sektor pertambangan dan penggalian kedua adalah Kabupaten Rembang, ketiga adalah
sebesar -1033,4831; sektor bangunan sebesar - Kabupaten Grobogan, keempat adalah Kabupaten
2834,4635; sektor pengangkutan dan komunikasi Blora, Kabupaten Jepara.
Tahun Kab. Kudus Kab. Rembang Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Jepara
2000 1,393,695,814 489,762,165.9 293,771,701.9 178,453,187.7 127,397,013.4
2001 1,422,898,580 498,435,694.7 299,582,526.3 181,210,005.7 130,873,780.3
2002 1,461,177,242 512,012,179.1 308,475,270.9 185,710,743.6 135,432,685.7
2003 1,522,516,811 528,224,802.8 314,889,794.3 189,396,088.6 142,094,449.4
2004 1,551,073,788 538,028,668.2 321,289,425.2 192,415,555.9 145,852,852.3
2005 1,599,817,751 550,943,522. 330,507,952.7 196,829,190. 151,211,392.7
Rata-rata 1,491,863,31 519,567,838.8 311,419,445.2 185,335,795.3 138,810,362.3
Sumber : Data sekunder yang diolah
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Potensi sektor perdagangan, hotel dan restoran
jika dilihat dari kriteria LQ merupakan sektor non
Sektor pertambangan dan penggalian merupa-
basis. Hasil analisis shift share menunjukkan
kan sektor non basis. Hasil analisis shift share
nilai rata-rata komponen pertumbuhan propor-
menunjukkan nilai rata-rata komponen pertum-
sional (Pj) sebesar -9727,3208, sektor ini memi-
buhan proporsional (Pj) sebesar 323,92226,
liki pertumbuhan lebih lambat di tingkat propinsi.
yang berarti sektor ini merupakan sektor yang
Nilai komponen Dj sebesar 2069,4551 menun-
tumbuh cepat di propinsi Jawa Tengah.
jukkan sektor ini pertumbuhannya lebih cepat
Komponen diferensial (Dj) sebesar -1033,4831
dibanding pertumbuhan di propinsi.
yang berarti sektor ini mempunyai daya saing
menurun sehingga pertumbuhannya lebih lam- g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
bat. Berdasarkan hasil analisis LQ sektor ini meru-
c. Sektor Industri Pengolahan pakan sektor non basis. Hasil analisis shift share
menunjukkan nilai rata-rata komponen pertum-
Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor industri
buhan proporsional (Pj) positif sebesar
pengolahan termasuk sektor non basis. Hasil
2236,9152, yang menunjukkan bahwa sektor ini
analisis shift share menunjukkan nilai rata-rata
memiliki pertumbuhan lebih cepat di tingkat
komponen pertumbuhan proporsional (Pj) positif
propinsi. Nilai rata-rata komponen Dj sebesar -
sebesar 4338,9368. Nilai rata-rata komponen Dj
5340,4541 menunjukkan daya saing sektor ini
adalah sebesar 1389,7845 menunjukkan daya
menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat
saing sektor ini meningkat sehingga pertum-
dibanding pertumbuhan di propinsi.
buhannya lebih cepat dari propinsi.
h. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Dari hasil analisis location quotient sektor
Hasil analisis location quotient, sektor listrik, gas
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dan air bersih merupakan sektor basis dengan
merupakan sektor basis. Hasil analisis shift
nilai rata-rata1,27. Hasil analisis shift share
share menunjukkan nilai rata-rata komponen
menunjukkan nilai rata-rata komponen pertum-
pertumbuhan proporsional (Pj) negatif sebesar -
buhan proporsional (Pj) positif sebesar
2654,9634 yang berarti bahwa sektor ini meru-
671,44254, yang menunjukkan bahwa sektor ini
pakan sektor yang tumbuh lambat di propinsi
memiliki pertumbuhan lebih cepat di tingkat
Jawa Tengah. Nilai rata-rata komponen Dj
propinsi. Komponen Dj sebesar 561,76534
sebesar 6279,7015 menunjukkan daya saing
menunjukkan daya saing sektor ini meningkat
sektor ini meningkat sehingga pertumbuhannya
sehingga pertumbuhannya lebih cepat dari
lebih cepat dari propinsi.
propinsi.
i. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa berdasarkan hasil analisis LQ
termasuk dalam sektor non basis. Hasil analisis
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Arikunto, Suharsimi,1998, Prosedur Penelitian,
1. Berdasarkan hasil analisis location quotient Yogyakarta: Rineka cipta.
sektor-sektor potensial yang dapat diandalkan Arsyad, Lincolin,1995, Pengantar Perencanaan dan
selama tahun analisis 2000-2005 adalah sektor Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta:
pertanian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor BPFE
bangunan, sektor keuangan, sewa dan jasa
Badan Pusat Statistik, 2006, Kabupaten Pati Dalam
perusahaan. Angka
2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan wilayah Djojohadikusumo, Sumitro, 1995, Perkembangan
(Gravitasi) selama tahun analisis 2000-2005 Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi
menunjukkan bahwa Kabupaten yang paling kuat Pertumbuhan dan Ekonomi Pembanguna,
interaksinya dengan Kabupaten Pati adalah Jakarta: LP3ES.
Kabupaten Kudus dengan nilai interaksi rata-rata Glasson, John, 1990, Pengantar Perencanaan Re-
sebesar 1,491,863,31. Sedangkan yang paling gional, terjemahan Paul Sitohang, Jakarta: LPFE
sedikit interaksinya adalah Kabupaten Jepara UI
dengan nilai interaksi rata-rata sebesar Prasetyo, Supomo, 1993, Analisis Shift- Share:
138,810,362.3. Perkembangan dan Penerapan, Yogyakarta:
JEBI
Saran Soeratna dan Lincolin Arsyad,1988, Metodologi
Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis,
Dari hasil kesimpulan maka dapat disarankan Yogyakarta: BPFE
beberapa hal sebagai berikut :
Suryana, 2000, Model Gravitasi sebagai Alat Peng-
1. Kepada pemerintah daerah Kabupaten Pati ukur Hiterland dari Central Placa: Satu Kajian
selaku penggerak pembangunan daerah dapat Teoritik, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
memberi perhatian pada sektor pertanian; sektor Yogyakarta:UGM
listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; dan Warpani, Suwardjoko, 1984, Analisis Kota dan
sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan Daerah, Bandung: Penerbit ITB.
ABSTRACT
The aim of this research is to know how much is the impact of Semarang economics growth to the
intensity of traffic jam on Semarang Mranggen road, and, what is the strategy to solve it. This research
used descriptive percentase and SWOT analysis. The economics growth which is measured is Gross
Domestic Product per capita (PDRB) during 1996 2005, and it had become a free variable. Meanwhile,
the level of the annual average traffic jam during 1996 2005 had become a bounded variable. To know
the policy strategy, it was done by interviewing some stake holders that has an authority in the field of
transportation. The result of this research showed that the economics growth of Semarang city had
impact on individual role to the traffic jam as sum of 80,9%. The rest, 44,6% was influenced by some
other things such as the activity of micro trader (PKL), parking man, public transportation and also people
who crossed the road. Based on SWOT analysis, the most appropriate strategy to solve the traffic jam is
by integrated horizontal strategy. It means, all institutions that subordinated by Local Government
(Pemda) such as Bapeda, Dinas Perhubungan dan Satpol PP, should work together to overcome the
traffic jam based on each authority. Nevertheless, the role of the police of Demak County as a vertical
institution is not less important. In the long run, it is important to develop a modern public transportation
system which is integrated, comfortable and also efficient, geometry road system that will be able to
avoid the traffic intersection, and also to educate people how to do a good manner in traffic
Keywords: Economic Growth, Traffic Jam, Policy Strategic.
Tabel 1. Panjang Ruas Jalan dan Tingkat Kepadatan Lalulintas di Kecamatan Mranggen
Panjang Ruas Jalan Volume Kapasitas Jalan Kecepatan Rata-rata
No. Nama Ruas V/C
(m) (V) (C) (km/jam)
1. Mranggen-Banyumeneng 10.170 473 1.920 0,25 23,24
2. Mranggen- Bulusari 6.570 294 1.920 0,15 30,32
3. Candisari- Karanggawang 3.375 274 858 0,32 22,62
4. Kangkung-Tlogorejo 7.600 231 858 0,27 19,52
5. Jalan SMU Mranggen 2.400 112 857 0,13 18,23
6. Brambang- Waru 8.460 128 857 0,15 20,24
7. Mranggen- Kebonbatur 4.200 133 862 0,15 25,60
8. Banyumeneng- Kawengan 2.300 - 862 - -
Sumber : Studi Manajemen Transportasi, 2006
Dari klasifikasi jalan menunjukan bahwa jalan penyeberang jalan dan simpang tak bersinyal. Hal ini
raya Purwodadi-Semarang (Kec. Mranggen) ber- sejalan dengan pendapat Sukirno (1976 :169) yang
fungsi sebagai kolektor primer dan termasuk mengatakan bahwa jumlah kendaraan bermotor yang
golongan kelas II, yang berarti konstruksi permu- dimiliki oleh warga masyarakat berkembang pesat
kaannya aspal beton. Tataguna lahan disepanjang sebagai akibat dari pertambahan pendapatan di
jalan berupa pasar, pertokoan dan beberapa perkotaan serta kemajuan teknologi kendaraan
perkantoran. Berkaitan dengan berbagai aktivitas bermotor.
yang terjadi di sekitar kawasan pasar, trotoar yang Lebih jauh, fungsi kendaraan sebagai modal
digunakan untuk berdagang, parkir, angkutan umum memiliki arti bahwa kendaraan sebagai input untuk
dan pejalan kaki memakan sebagian badan jalan dan menaikan produktivitas harus efisien. Contoh kasus
mengurangi lebar efektif jalur lalulintas jalan tersebut. apabila seorang penduduk harus mengeluarkan
Adapun arus dan tingkat kepadatan lalulintas di biaya perjalanan untuk berangkat dan pulang kerja
jalan raya Mranggen dan perkembangannya dapat dalam jarak tertentu difungsikan sebagai biaya tetap
penulis sajikan sebagai berikut. (FC), artinya jumlah biaya yang dikeluarkan tetap
Tabel 4. Jumlah Arus dan Tingkat Kepadatan meskipun waktu tempuh perjalanan bisa lebih cepat
Lalulintas di Jalan Raya Mranggen Tahun 2001 atau lebih lambat. Jadi biaya totalnya sama dengan
2005 serta Perkembangannya biaya tetap (TC = FC). Untuk mendukung produk-
tivitasnya, dia mengeluarkan biaya untuk membeli
Arus lalulintas Tingkat Kepadatan Pertum-
Tahun Rata-rata Tahunan Lalulintas buhan
sepeda motor yang disebut biaya marginal (MC).
(smp/jam) (smp/km) (%) Setelah memiliki sepeda motor nilai FC akan turun
2001 12.970,80 324,27 - dan menimbulkan biaya variabel (VC) yaitu berupa
2002 13.008,60 325,22 1,29 biaya pemeliharaan sepeda motor, sehingga TC =
2003 13.188,60 329,72 1,60 FC + VC. Namun dalam kenyataannya TC perjalanan
2004 13.317,85 332,95 0,75 dengan angkutan umum > TC perjalanan dengan
2005 13.387,95 334,70 0,54 sepeda motor.
Sumber: Data Diolah Sementara hasil wawancara juga menunjukan
bahwa penyebab kemacetan juga diakibatkan oleh
Hasil perhitungan menunjukan bahwa setiap aktivitas pasar Ganefo yang terletak di sebelah Timur
kenaikan nilai PDRB per kapita sebesar satu satuan, pasar Mranggen, banyaknya becak, dokar serta
maka akan diikuti kenaikan kemacetan lalulintas di angkuta umum yang ngetem di pinggir jalan, dimana
Kec. Mranggen sebesar 0,0000173. Atau jika PDRB disepanjang jalan tersebut terdapat beberapa industri
per kapita naik sebesar Rp.100.000,- maka kema- besar.
cetan naik sebesar 1,73 smp/jam.
Instansi perhubungan sendiri tidak mempunyai
Besarnya kontribusi PDRB per kapita Kota kebijakan yang riil untuk mengurangi masalah
Semarang terhadap kemacetan lalulintas di Keca- kemacetan lalulintas. Tapi sebagai instansi di bawah
matan Mranggen adalah sebesar 65,4%, sedangkan Pemda bersama-sama dengan Bappeda dan Satpol
sisanya 44,6% dipengaruhi oleh faktor lain seperti PP telah memiliki kebijakan untuk menertibkan PKL
adanya aktivitas PKL, parkir, angkutan umum, serta dan tempat parkir. Sebenarnya dipersimpangan
ABSTRACT
In the process of developing economy in a whole and continuously, the macro economy stability of a
country is an essential prerequisite for producing a quality economic growth. For achieving the quality
economic growth, there should be a continuous capital human investment and the use of continuous
science and technology (IPTEK). The process of developing economy will be able to transform the
society condition from vicious circle to virtuous circle condition if the growth of economy is qualified.
Keywords: Quality of growth; human capital, technology and virtuous circle.
18 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
mengambil manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang satu prasyarat esensial yang umum harus dipenuhi.
tinggi dan menikmati bagian dari peningkatan Karena itu, syarat perlu untuk memacu pertumbuhan
pendapatan. Dengan demikian, kondisi pengang- ekonomi yang tinggi dan berkualitas diperlukan
guran di negara ini harus terus ditekan seminimal beberapa faktor pendorong utama seperti; investasi
mungkin. Karena itu, kebijakan pemerintah harus human capital yang cukup dan berkelanjutan serta
mampu mendorong sektor riil yang banyak menyerap penguasan penggunaan teknologi. Sedangkan,
tenaga kerja. syarat cukupnya harus ada kesinergian antara peran
Selanjutnya, pengelolaan ekonomi yang pro dan potensi modal sosial yang dimiliki. Tujuan artikel
poor diarahkan untuk mengurangi kemiskinan. ini baru ingin menjelaskan betapa pentingnya peran
Menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan dan potensi investasi human capital dan teknologi
indikator keharusan yang secara loangsung dapat dalam memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menunjukkan peningkatan kesejahteraan rakyat. dan berkualitas yang selama ini pernah dicapai oleh
Karena itu, berbagai kebijakan pemerintah dan beberapa negara maju. Secara teoritis dan empiris,
program pemerintah secara langsung maupun tidak peran keduanya telah terbukti mampu memacu
langsung harus mampu menyentuh masyarakat di pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
lapisan bawah. Karena itu, sasaran pembangunan
menjadi tidak hanya untuk peningkatan pendapatan, PEMBAHASAN
melainkan juga harus mampu untuk memberikan
akses yang lebih luas kepada masyarakat seperti The New Growth Theory: Beyond and Behind The
dalam bidang pendidikan, kesehatan, air bersih dan Solow Model
sebagainya. Upaya-upaya tersebut harus dilaksana- Sebuah teori Klasik sebelum Robert M Solow
kan sejalan dengan komitmen pemerintah dalam (Behind the Solow model), mengatakan bahwa
menjalankan tujuan pembangunan millenium deve- sebuah negara berkembang atau terbelakang hanya
lopment goals (MDGs). Berdasrkan target-target perlu meningkatkan akumulasi capital fisik (C),
tersebut diharapkan dapat terciptanya distribusi tenaga kerja (L) dan sumber daya manusia (H) dan
pendapatan yang lebih merata (growth with equality). efisiensi alokasi dalam penggunaannya. Dalam hal
Untuk mewujudkan berbagai hal tersebut di ini, peran teknologi belum dipandang sebagai
atas, maka kita mesti harus sadar bahwa masih pemacu dalam pertumbuhan ekonomi. Apabila ada
banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar kegagalan dalam pasar dalam proses pembangunan
pertumbuhan ekonomi tidak hanya sekedar tinggi tesebut, maka hanya akan diselesaikan melalui
saja melainkan juga harus berkualitas. Persaoalanya mekanisme perencanaan efisiensi alokasi dan pena-
adalah kita harus mampu mendayagunakan semua rikan investasi penggunaan sumber daya tersebut.
potensi yang dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia, Selanjutnya, pandangan pemikiran baru dari
baik itu modal alam atau fisik, modal manusia teori Neo-Klasik setelah model Solow (Beyond the
(human capital), dan juga modal sosial (social Solow model) mengatakan bahwa, pentingnya
capital) serta kemampuan dan penguasaaan terha- transformasi dalam proses pembangunan yang baik
dap penggunaan teknologi. Perlu digaris bawai tidak hanya terbatas pada peningkatan efisiensi
bahwa, modal sosial mempunyai potensi dan peran alokasi dan akumulasi faktor (C, L, dan H) saja.
yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi Dalam hal ini telah memandang bahwa pendidikan
bangsa ini. Karena tanpa disinergikan dengan modal dan ketrampilan adalah penting, karena pendidikan
sosial, kita tidak akan pernah mampu memiliki equity tidak hanya mampu meningkatkan faktor H, tetapi
social, maka tanpa peran modal sosial yang dasat juga mampu meningkatkan wawasan faktor H untuk
pertumbuhan ekonomi yang merata (growth with menerima perubahan dan peningkatan pertumbuhan
equality) tidak pernah akan tercapai. ekonomi. Dalam hal ini, peran teknologi sudah mulai
Dalam kaitannya dengan semua hal tersebut di nampak walaupun baru secara implisit melalui
atas, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas baru parameter pendidikan dari faktor sumber daya
dapat dicapai jika dipenuhi beberapa persyaratan, di manusia (H). Dalam model Solow tersebut variabel
mana stabilitas ekonomi makro adalah sebagai salah teknologi ini masih dianggap sebagai variabel
20 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
k
.
h 0
. .
( k 0) E
k 0
.
( k 0)
. .
( h 0) ( h 0)
0 h
Gambar 1. Dinamika human capital per unit tenaga kerja efektif
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang dalam berbagai literatur termasuk bank dunia, baik
tinggi dan berkualitas diperlukan saving dan yang menyangkut ekonomi makro maupun pertum-
teknologi. Sementara saving dan teknologi tersebut buhan ekonomi dalam jangka panjang. Hasil studi
dapat dihasilkan oleh karena adanya investasi mereka menemukenali berbagai faktor yang
human caital yang cukup berkualitas. Dengan ada- menentukan perjalanan perekonomian suatu negara
nya saving dan penguasaan terhadap penggunaan yang tadinya tertinggal cukup jauh dengan negara-
teknologi tersebut akan diperoleh jalan emas (golden negara Eropa Barat dan Amerika Utara, kini telah
rule) dari berbagai alternatif pilihan teori yang terbaik berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
(trunpike theorema). sedemikian cepat dan berkualitas, sehingga Penda-
Model Solow telah menunjukkan bahwa patan Nasional per kapita mereka telah mampu
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam melampaui negara-negara maju. Jepang, Singapura
pendapatan per pekerja harus berasal dari kemajuan dan Swiss adalah contoh negara-negara kecil yang
teknologi. Model Solow yang ini telah menjelaskan kini sangat maju.
variabel teknologi sebagai variabel eksogeneous, Jepang dan Singapura adalah contoh negara
namun determinan teknologi belum dijelaskan secara kecil yang sangat sempurna dalam membangun
lebih detail. Kemudian, perkembangan pemikiran ekonomi makro melalui pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi setelah model Solow telah berkualitas yang dipacu oleh peran sumber daya
berupaya menjadikan variabel teknologi sebagai manusia yang berkualitas dalam mendorong kema-
variabel endogeneous. Untuk lebih jelasnya juan bangsanya. Jika dulu kiblat manajemen industri
keterangan ini dapat dilihat pada Gambar-2 di bawah dan bisnis hanya di negara barat, kini sudah ada
ini. kiblat alternatif di Asia yakni Jepang dan Singapura.
Selanjutnya, para peneliti dan ahli ekonomi Selain itu, salah satu fenomena pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi yang baru seperti; Robert ekonomi yang pernah sangat menonjol di Asia pada
Barro, David Romer, Paul Romer, Gregory Mankiw, awal tahun 1970 hingga pertengahan tahun 1990-an
Xavier Sala-I-Martin adalah tokoh-tokoh baru teori adalah apa yang dikenal dengan East Asian
pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak meng- Miracle. Tujuh negara yang pada waktu itu oleh
angkat isyu bahwa perspektif jangka panjang dalam Bank Dunia dapat disebut sebagai keajaiban Asia
ekonomi makro tidak kalah pentingnya dengan Timur adalah negara-negara; Korea Selatan,
model-model stabilitas ekonomi, (Handoko, 2001). Thailand, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia
Studi-studi mereka hingga kini telah banyak dimuat dan Indonesia.
Persoalanya adalah mengapa tujuh negara negara yang bersangkutan menjadi lebih rentan
keajaiban Asia Timur tersebut khususnya Indone- terhadap ganguan krisis ekonomi. Ketika, pada tahun
sia, kini justru makin terpuruk dan menuju ke negara 1997 terjadi krisis ekonomi di Asia dan krisis energi
yang dapat dikatakan negara gagal. Tesis Paul di dunia pada saat ini, adalah bukti nyata bahwa
Krugman sebenarnya telah menyangkal bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia
prediksi negara-negara Asia Timur tersebut akan timur terutama Indonesia adalah belum kokoh karena
mengambil alih perkembangan ekonomi dari negara- memang tidak berkualitas. Akibatnya stabilitas
negra industri maju karena kemampuan mereka ekonomi makro negara tersebut (Indonesia) menjadi
untuk menerapkan teknologi maju menuju ke tingkat mudah terkena ganguan krisis tersebut.
produktivitas yang tinggi. Menurut hasil penelitian
Krugman, negara-negara Asia Timur berhasil
Reformasi Investasi Human Capital dan
mencapai pertumbuhan tinggi karena berhasil dalam
Teknologi: dari Vicious Circle ke Virtuous Circle
mengakumulasi kapital dan tenaga kerja yang sangat
tinggi, dan bukan karena kemampuan dalam Stiglitz, (2000, 2001) telah mengamati beberapa
penggunaan teknologi yang maju, sehingga mereka faktor penyebab keterbelakangan, sehingga
kemudian akan mengalami law of diminishing return. pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan tidak berkua-
Artinya, mereka tidak akan pernah mampu melampui litas yaitu; dimulai dari kurangnya kapital fisik (K),
negara-negara maju yang tingkat produktivitasnya kemudian kurangnya kapital sumber daya manusia
telah tinggi. (H), dan kurang berfungsinya peran intervensi
Selanjutnya, Alwyn Young dan Lawrence Lau pemerintah (ekonomi kelembagaan). Dengan model
melanjutkan penelitian seperti yang dilakukan oleh fungsi produksi agregatif dapat dituliskan sebagai
Krugman dengan menghitung Total Factor Q = f (A, K, L, R, H). Di mana Q adalah output
Productivity (TFP) di negara-negara Asia Timur itu. Ia produksi, L adalah tenaga kerja, R adalah sumber
menjelaskan bahwa memang negara-negara daya alam (natural capital), serta faktor A adalah
tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata terdiri dari; informasi, ilmu pengetahuan (knowledge)
6 persen hingga 7 persen per tahun selama 25 dan teknologi, termasuk proses produksi serta faktor
tahun, tetapi nilai TFP-nya hanya tumbuh 3-4 persen modal sosial (social capital).
saja, dan tidak berbeda jauh dengan negara-negara Selanjutnya, tanpa mengupas lebih mendalam
OECD. Artinya, bahwa pertumbuhan ekonomi variabel A tersebut, ia menegaskan bahwa intensitas
negara-negara Asia Timur ini memang tinggi tetapi, variabel A akan menentukan apakah proses
karena tidak ditompang oleh nilai produktivitas yang pembangunan merupakan vicious circle ataukah
tinggi pula, maka pertumbuhan ekonomi tersebut virtuous circle. Jika sebuah proses pembangunan
menjadi tidak berkualitas. Selanjutnya, adanya dipandang sebagai sebuah transformasi dari sebuah
pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas tataran masyarakat yang satu ke tataran yang lain
tersebut menyebabkan stabilitas ekonomi makro tanpa pendidikan, maka sebuah masyarakat tersebut
22 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
akan terjebak pada tataran keterbelakangan (vicious informasi, dan teknologi merupakan pendorong
circle) karena ketidakmampuannya untuk meramu utama dalam kegiatan ekonomi di suatu negara,
variabel (K, L, R, dan H) yang tersedia untuk menuju (Prasetyo, 2008).
ke sebuah dinamika tataran yang lebih maju Dengan demikian, reformasi investasi human
(virtuous circle) yang juga memiliki daya saing tinggi capital dan teknologi melalui pendidikan yang lebih
(lihat Gambar-3 di bawah). berkualitas di segala bidang di Indonesia sudah
Pada umumnya negara-negara berkembang mutlak harus segera dilakukan secara besar-besaran
sering terjebak dalam keterbelakangan ini. Karena, agar terhindar dari keterbelakangan (vicious circle)
negara-negara berkembang pada prinsipnya hanya tetapi, mampu menuju ke sebuah negara yang lebih
perlu meningkatkan akumulasi K, L, dan H serta maju (virtuous cirlce). Pembangunan yang hanya
efisiensi alokasi penggunaannya, kurang memikirkan mengandalkan sumber daya fisik dan kekayaan alam
kuantitas dan kualitas variabel A secara konsisten saja, kini sudah dapat dikatakan telah gagal.
dan berkesinambungan melalui pendidikan yang Pengalaman menunjukkan bahwa sumber daya alam
lebih tinggi dan berkualitas. Hal ini sejalan dengan Indonesia kaya-raya tetapi, mengapa masih banyak
pemikiran Vinod Thomas (2000) dalam The Quality rakyat Indonesia tetap miskin dan menganggur, serta
of Growth, ia mengatakan bahwa pembangunan masih terbelakang hampir dalam segala bidang?
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masya- Kerangka kerja untuk mendorong pertumbuhan
rakat dan memperluas peluang untuk menentukan ekonomi yang tinggi dan berkualitas serta memiliki
nasibnya sendiri secara merdeka. daya saing yang baik di Indonesia masih kurang
Dalam era millineum ketiga ini dan ke depan didukung oleh peran teknologi dan human capital
yakni setelah ilmu ekonomi dianggap mati oleh Paul (melalui pendidikan yang berkualitas), maka
Omerod, maka paradigma dan arah pembangunan dampaknya tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang
ekonomi baru (new economy) pada saat ini dan tidak berkualitas tetapi daya saing ekonomi
mendatang adalah pembangunan ekonomi yang Indonesia juga tetap rendah. (lihat Gambar-3 di
padat investasi sumber daya manusia (human capi- bawah ini). Rendahnya daya saing ekonomi
tal) yang berkualitas khususnya melalui pendidikan Indonesia karena produktivitasnya yang rendah dan
dan latihan. Dengan kata lain perlu dikembangkan rendahnya produktivitas karena rendahnya teknologi
perpaduan antara faktor H dan faktor A untuk dan faktor pendidikan, maka dampaknya kualitas
mengelola faktor L, dan K, sehingga dapat dihasilkan tenaga kerja juga tetap rendah dan menghasilkan
produksi (Q) yang berkualitas seperti yang diharap- produk yang rendah kualitasnya.
kan. Karena dalam new economy faktor pendidikan,
24 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
banyak mengangkat knowledge sebagai topik kajian. Indonesia termasuk kategori rendah, tetapi sejak
Dari kajian Bank Dunia tersebut, ternyata terdapat tahun 1980- 2003 tergolong menengah. Walaupun,
korelasi yang kuat dan positip antara pertumbuhan dibandingkan dengan negara lain, pada tahun 2003,
knowledge dengan pertumbuhan ekonomi di suatu nilai HDI Indonesia lebih tinggi daripada Laos (0.545)
negara. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel-1 serta Kamboja (0.571). Namun, kondisi pemba-
dan Gambar 4 serta Gambar 5 di bawah ini. ngunan sumber daya manusia di Indonesia tergolong
Peringkat kualitas pembangunan manusia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-
Indonesia 2007-2008 masih stagnan di bawah negara lain seperti; Malaysia, Korea Selatan dan
Vietnam yakni dengan skor 0,728 dan pada posisi Singapura. Di mana kategori nilai HDI lebih besar
107 dari 177 negara yang di survai. Pada tahun 1975 daripada 0.8 dikategorikan tinggi; nilai HDI antara 0.5
kondisi pembangunan ekonomi dilihat dari hingga 0.8 dikategorikan sedang, dan nilai HDI
sumbangan nilai Human Development Index (HDI) kurang dari 0.5 dikategorikan rendah.
Selain itu, daya serap teknologi di perusahaan- Ketika awal tahun 2000-an hingga pertengahan
perusahaan (industri) di Indonesia dalam skala 1-7 tahun 2008 sekarang ini produksi minyak dibatasi
mencapai angka 4,5 yang berarti paling rendah oleh OPEC, maka produktivitas negara-negara yang
dibandingkan dengan negara-negara Asean lainnya, tidak berbasis pada human capital dan teknologi
seperti; Malaysia yang mencapai 5,9 dan Thailand terus menurun lebih cepat. Penurunan produktivitas
mencapai 5,3 termasuk Vietnam yang mencapai 5,2. ini sebenarnya telah dimulai tahun 1973, (Mankiw,
Sedangkan, industri-industri di Singapura adalah 2003). Ketika, pertumbuhan produktivitas minyak
yang paling besar menyerap teknologi, yakni menurun hampir bersaman dengan naiknya harga
mencapai nilai 6,0. Kondisi ini dapat sebagai salah minyak yang kini terus naik dan pada Juli 2008 telah
satu indikator bahwa tingkat inovasi dan penggunaan mencapai harga US$145 per barel. Sebagai ekonom,
teknologi di Indonesia tergolong masih rendah. berpendapat bahwa penurunan produktivitas ini
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang di mungkin saja disebabkan oleh perubahan-perubahan
capai oleh Indonesia sekalipun tinggi tetap belum dalam angkatan kerja di Indonesia yang belum ber-
dapat dikatakan berkualitas. kualitas. Sedangkan, masih rendahnya kualitas
Fenomena ini lebih nampak ketika ada angkatan kerja di Indonesia karena human inves-
gangguan krisis ekonomi dunia, Indonesia menjadi ment juga rendah, akibatnya penguasaan teknologi
salah satu negara yang paling mudah terkena dalam segala bidang di Indonesia juga masih rendah.
dampaknya dibandingkan negara tentangganya. Dengan masih tetap rendahnya penguasaan
Karena, pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) teknologi dalam segala bidang ini menyebabkan
di Indonesia lebih banyak dipacu oleh laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi tidak
pertumbuhan konsumsi, sedangkan pertumbuhan berkualitas. Selanjutnya, dengan masih rendahnya
ekonomi negara tetangga lebih banyak didorong oleh kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka akan
laju investasi human capital dan teknologi. Akibatnya, semakin sulit tujuan growth with equality yang dapat
kondisi ekonomi makro Indonesia sekalipun dilihat mensejahterakan rakyat akan tercapai.
dari indikator pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, Argumentasi lain yang dapat untuk memperkuat
tetapi masih tetap rentan terhadap gejolak krisis. Hal bahwa sasaran utama pembangunan ekonomi makro
ini memperkuat argumentasi bahwa masalah di Indonesia yang ingin dicapai pemerintah SBY-JK
stabilitas ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi melalui growth with equality masih sulit di capai
adalah dua hal yang saling berkaitan erat. adalah, karena rantai nilai (value chain) yang dapat
memberikan nilai tambah bagi kehidupan riil
26 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
masyarakat juga rendah. Pada Gambar-6, nampak barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
bahwa rantai nilai makro pada industri di Indonesia industri di Indonesia. Pada Gambar-7 dan Tabel-2,
sebesar (3,1) pada skala 1-7, adalah masih relatif nampak bahwa nilai GDP dan nilai ekspor Indonesia
lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara masih lebih rendah dibanding negara Asean
Asean lainnya, kecuali Vietnam (2,9). Rantai nilai lainnya. Data dari Bank Dunia pada Tabel-3, menun-
makro ini sangat berhubungan dengan pendeknya jukkan persentase nilai ekspor industri manufaktur
rantai produksi dalam suatu perusahaan industri berteknologi tinggi di Indonesia hanya mencapai
yang bersangkutan secara mikro. Selanjutnya, 16,30 persen dari total ekspor manufaktur. Angka ini
kondisi ini berpengaruh pada rendahnya nilai tambah masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-
yang dihasilkan perusahaan industri tersebut bagi negara tetangga, kecuali Vietnam.
kehidupan masyarakat.
Dampak selanjutnya, nilai ekspor barang dan
jasa juga akan tetap rendah, khususnya hasil ekspor
28 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
juga tetap masih rendah, maka dampak selanjutnya Rendahnya komitmen pemerintah yang
adalah tingkat produktivitas dan kualitas pertum- ditunjukan oleh rendahnya belanja negara terhadap
buhan ekonomi yang diperoleh oleh rakyat Indonesia pendidikan ini diperparah lagi dengan adanya laju
juga tetap rendah. migrasi intelektual (brain drain) yang cenderung terus
Pada Tabel-4 ini, tingkat belanja negara meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi brain
Indonesia untuk pendidkan pada tahun 2005 nampak drain dari negara tersebut, maka negara tersebut
belum mencapai 1 persen dari GDP, dan jika dilihat sebenarnya semakin dirugikan, kecuali mereka
dari APBN pada tahun 2008 juga baru sebesar 11 memperoleh return devisa yang lebih besar bagi
pesen, yang berarti masih belum terpenuhinya negaranya. Pada Gambar-8, nampak bahwa brain
batasan minim 20 persen dari APBN. Rencananya drain di Indonesia cukup tinggi, dan lebih tinggi
pada RKP tahun 2009 rencana batas minimal 20 daripada di negara; Korea Selatan, Filipina, Vietnam
persen anggaran pendidikan ini baru akan dipenuhi. bahkan Cina. Fenomena semakin tingginya brain
Hal ini menunjukkan bahwa komitmen pemerintah drain tersebut artinya, orang-orang yang berpen-
terhadap pendidikan yang berkualitasw di Indonesia didikan semakin tinggi (intelektual) di Indonesia justru
masih rendah dan kini justru nampak ada kencen- menjadi tidak suka untuk bekerja di negara Indonesia
derungan yang makin menurun. Hal ini mengindikasi- sendiri. Hal ini dimungkinkan karena mereka hanya
kan bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi semakin memperoleh income yang lebih kecil jika mereka
jauh dari harapan. bekerja di luar negeri. Inilah fakta bahwa pendidikan
di Indonesia kurang diperhatikan, maka fenomena ini
Tabel 4. Persentase Belanja Negara untuk Pendidikan dari GDP, tahun 2005
Persentase Belanja Persentase Tingkat Pendidikan Persentase Tingkat
Nama Negara
Pendidikan Terhadap GDP Menengah Wanita Pendidikan Tinggi Wanita
Indonesia 0,90 63,80 14,70
Thailand 4,20 74,20 45,40
Malaysia 8,00 80,90 38,00
Filipina 3,20 90,30 32,40
Vietnam - 74,80 13,20
Singapura 3,70 - -
Korea Selatan 4,60 93,10 -
Sumber: World Bank, 2006
30 The Quality of Growth: Peran Teknologi dan Investasi Human Capital . . . (Prasetyo: 18 - 31)
untuk kesejahteraan mayoritas rakyat. Penyaluran Pada Kualitas Pertumbuhan, Jurnal Ekonomi
kredit dikatakan berkualitas, jika memiliki multiplier Pembangunan, Vol. 6. No. 2, Yogyakarta: FE UII
effect baik bagi pelaku usaha, pekerja, dan terhadap Indrawati, Sri Mulyani, 2007, Prospek Pembangunan
pemerintah kabupaten/kota, di mana pelaku usaha Ekonomi 2008, Jurnal Negarawan, No. 06, Vol.
tersebut tinggal, misal dengan meningkatnya lapang- 2, November 2007.
an kerja. Dalam upaya ini, dibutuhkan instrumen- Mankiw, N.G., 2007, Macroeconomics, 6th, New
instrumen untuk mendorong penyaluran kredit yang York: Worth Publishers
berkualitas agar sektor riil mampu bergerak dan Meier, G.M., 1995, Leading Issues in Economic
mendominasi penyaluran kredit di sektor produktif. Development, 6th, Oxford University Press
Tetapi, tetap dalam upaya untuk mendorong sektor
Prasetyo, P. Eko, 2008, Peran Investasi Human
riil tumbuh, karena perbankan tidak dapat bekerja Capital Melalui Pendidikan Dalam Memacu
sendiri, maka harus didukung oleh pemerintahan Pertumbuhan Ekonomi, Jurnal Dinamika Pendi-
setempat. Dengan demikian, untuk mempercepat laju dikan Ekonomi, Vol. 3, No. 1, 2008, Semarang:
pertumbuhan yang berkualitas, kebijakan penurunan FE UNNES
BI rate saat ini tidak akan kondusif jika tidak diba- Romer, David, 1996, Advanced Macroeconomics,
rengi dengan perbaikan iklim bisnis dan investasi, International Edition, Singapore: McGraw-Hill inc.
seperti; investasi human capital, social capital,
Sampurno, 2007, Knowledge-Base Economy: Sum-
teknologi informasi, perbaikan infrastruktur serta
ber Keunggulan Daya Saing Bangsa,
penegakan hukum dan debirokratisasi investasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(karena pada saat ini, meski telah ada paket inves-
Stiglitz, J.E., 2000, Development Thinking at the
tasi, tapi dalam implementasi belum jalan
Millennium, Annual World Bank Conference on
sebagaimana mestinya).
Development Economics, April, 2000, The World
Bank.
DAFTAR PUSTAKA Stiglitz, J.E., and S. Yusuf, (2001), Rethinking the
East Asian Miracle, Oxford: World Bank-Oxford
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi,
University Press.
Yogyakarta: BPFE
Thomas V., et.al, 2001, The Quality of Growth,
Dornbusch, Rudiger, at.al, 2008, Macroeconomics,
Oxford University Press.
9th, New York: McGraw-Hill Inc.
Wahyoedi, Soegeng, 2000, The New Growth
Foucault, Michel, 2002, Power or Knowledge,
Theory: Peran Ilmu Pengetahuan dan Investasi
Yogyakarta: Bentang.
Modal Sumber Daya Manusia Sebagai Pemacu
Handoko, Budiono Sri, 2001, Pemikiran Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi, Jakarta: Ukrida Press.
Pembangunan Di Awal Millenium: Penekanan
World Development Report, 2006/2007
ABSTRACT
Investment very significant influence economic growth, this research aim to identify and analyse
factors influencing private invesment in Central Java Province. Analyse use multiple regression model
with Ordinary Least Square method (OLS). Result of analyse indicate that, rate of interest negative
influence and significant to private invesment in Central Java coefficient 1017.464. Government
expenditure and inflation have positive influence and significant to private invesment in Central Java
coefficient 243.715 and 0.19.
Keywords: private invesment, rate of interest, government expenditure and inflation
32 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
internasional, memfasilitasi promosi yang sis- tahun tidak stabil (berfluktuasi). Perkembangan
tematis di dalam dan luar negeri serta membantu investasi di Jawa Tengah selama 6 tahun terakhir
pengembangan sistem penjaminan sesuai keten- adalah sebagai berikut tabel 1.
tuan perbankan dan pranata sosial ekonomi. Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa
5. Meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dalam investasi PMA/PMDN di Jawa Tengah selalu
struktur ekonomi melalui obyek-obyek wisata mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan nilainya
yang berbasis ekonomi kerakyatan dan keles- cenderung mengalami penurunan. Penurunan nilai
tarian lingkungan. investasi PMA lebih tajam daripada nilai investasi
Secara umum kondisi perekonomian di Jawa PMDN. Pada tahun 1997 nilai investasi dari PMA
Tengah sejak tahun 1999 menunjukkan adanya adalah sebesar US$2.221.516.899.19 dan meningkat
perkembangan yang positif, setelah dalam kurun menjadi US$3.072.199.262.68 (tahun 1998), namun
waktu 19971998 dilanda krisis ekonomi yang serius. demikian akibat krisis multidemensional yang
Berangsur-angsur perekonomian di kabupaten/kota melanda di negara kita termasuk di Jawa Tengah,
mulai meningkat dan pada tahun 2002 pertumbuhan nilai investasi dari PMA menurun sangat drastis
ekonomi di seluruh kabupaten/kota tumbuh positif. (US$80.018.358.00) pada tahun 2003. Demikian pula
nilai investasi PMDN, pada tahun 1997 nilai PMDN di
Untuk mencapai visi dan misi pembangunan
Jawa Tengah sebesar Rp7.406.630.814.479, akibat
seperti yang tertuang dalam Renstrada Jawa Tengah
krisis multidemensional nilai investasi PMDN
diperlukan investasi yang cukup besar terutama dari
menurun menjadi sebesar Rp3.607.653.588.597
kalangan swasta. Kegiatan investasi diharapkan
(tahun 2003). Hal ini sangat mengganggu kegiatan
berpengaruh positip terhadap pertumbuhan ekonomi,
perekonomian di Jawa Tengah apabila tidak
kehadirannya mampu berperan sebagai motor
diketahui faktor-faktor penyebabnya.
penggerak dan sekaligus menjadi pendorong perce-
patan (akselerasi) pembangunan secara luas. Dengan latar belakang tersebut di atas secara
umum permasalahannya adalah adanya kecen-
Pengalaman negara-negara lain yang pere-
derungan penurunan nilai investasi swasta (PMA dan
konomiannya tumbuh dengan pesat menunjukkan
PMDN) di Jawa Tengah. Untuk menganalisis
bahwa kegiatan invesatsi sangat signifikan mempe-
permasalahan tersebut perlu diteliti mengenai faktor
ngaruhi peningkatan ekspor, devisa negara, penda-
faktor yang mempengaruhi penanaman modal
patan negara maupun daerah, penyerapan tenaga
swasta asing maupun penanaman modal dalam
kerja serta alih teknologi yang kesemuanya itu
negeri di Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini
bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan
adalah: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
masyarakat.
mempengaruhi investasi swasta (PMA dan PMDN) di
Di negara-negara berkembang termasuk Jawa Tengah. (2) Menganalisis pengaruh tingkat
Indonesia, walaupun terjadi akselerasi investasi suku bunga, laju inflasi dan pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, daerah Jawa Tengah terhadap besarnya investasi di
namun terdapat berbagai kendala yang menyebab- Jawa Tengah.
kan investasi (PMA maupun PMDN) dari tahun ke
34 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
investasipun akan berkurang. Itulah sebabnya Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai
mengapa dikatakan bahwa dorongan untuk meng- akibat dari: (1) kenaikan harga-harga barang yang
adakan investasi ditentukan oleh keuntungan yang diimpor, (2) penambahan penawaran uang yang
diharapkan darininvestasi baru dan besarnya tingkat berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi
bunga. dan penawaran barang, dan (3) kekacauan politik
Menurut Keynes, bunga adalah semata-mata dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang
gejala moneter, bunga adalah pembayaran untuk kurang bertanggung jawab.
mrnggunakan uang. Berdasarkan atas pendapat Inflasi dapat mempengaruhi kegiatan investasi,
yang demikian mengapa Keynes yakin bahwa akan hal ini dapat dilihat dari pengaruh inflasi terhadap
pengaruh uang terhadap sistem ekonomi seluruhnya. pengangguran. AW. Phillips pada tahun 1958 dalam
Tingkat bunga memiliki fungsi alokatif dalam tulisannya yang berjudul the relation between
perekonomian, khususnya dalam penggunaan uang unemployment and the rate of change of money
dan modal. Tingkat bunga ditentukan oleh pena- wage rates in United Kingdom dari studi lapangan
waran dan permintaan uang. Tingkat bunga akan tentang hubungan antara kenikan upah dengan
mempengaruhi kegiatan ekonomi. Perubahan tingkat pengangguran di Inggris. Hasil kesimpulanya adalah
bunga selanjutnya akan mempengaruhi investasi terdapat hubungan yang negatif antara tingkat
(Mankiw, 2000). pengangguran dan tingkat kenaikan upah. Apabila
tingkat pengangguran rendah maka tingkat kenaikan
upah tinggi dan sebaliknya. (Sadono Sukirno, 2000).
3. Laju inflasi
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses 4. Pengeluaran pemerintah
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi
perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu
semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan
periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari
oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah
satu negara ke negara lainnya. Masalah kenaikan
satu pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk
harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh banyak
mendukung kegiatan roda perekonomian agar
faktor, pada umumnya inflasi berasal dari salah satu berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran peme-
atau gabungan dari dua masalah berikut: rintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali
1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekono-
kemampuan perusahaan-perusahaan untuk mian. Untuk menjalankan sektor yang tidak dilakukan
menghasilkan barang-barang dan jasa. Keinginan oleh sektor swasta seperti memproduksi barang
untuk mendapatkan barang yang mereka publik. Memproduksi barang publik tentu memer-
butuhkan akan mendorong para konsumen lukan dana yang terwujud dalam pengeluaran
meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. pemerintah baik level nasional maupun daerah.
Sebaliknya para pengusaha akan mencoba Pengeluaran pemerintah disini tidak dibedakan
menahan barangnya dan menjual kepada pembeli antara pengeluaran rutin dan pembangunan, meski
yang bersedia membayar pada harga yang lebih pengeluaran pembangunan yang memiliki pengaruh
tinggi. Kedua-dua kecenderungan ini akan terdekat dengan investasi. Namun secara umum
menyebabkan kenaikan harga-harga. pengeluaran pemerintah haruslah dilihat secara utuh
2. Para pekerja di berbagai kegiatan ekonomi yang sehingga pengaruh atau timbal balik pengeluaran
menuntut kenaikan upah. Apabila pengusaha pemerintah terhadap perekonomian dapat terlihat.
mulai menghadapi kesulitan dalam mencari Keynes mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah
tambahan pekerja untuk menambah produksinya, diperlukan untuk mendorong meningkatnya penge-
para pekerja akan terdorong untuk menuntut luaran agregat di saat daya beli masyarakat menurun
kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan upah dan lesu. Pengeluaran pemerintah dapat memberi-
berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan kan pendapatan kepada masyarakat sehingga
biaya produksi dari berbagai produksi barang dan masyarakat dapat melakukan kegiatan ekonomi
jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. seperti biasanya (Kuncoro, 2000) .
36 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
tahunnya. Pada tahun 2000 kenaikan investasi bangan PMA di Jawa Tengah pada tahun 2000
swasta sebesar 61,4 persen (Rp3,142 triliun) dan mengalami penurunan lagi menjadi sebesar
tahun berikutnya yaitu pada tahun 2001 investasi 72.072,43 ribu US$. Namun pada tahun 2001 dan
naik menjadi Rp4,2 triliun. Pada tahun 2002 investasi 2002 nilai PMA mengalami peningkatan yaitu
mengalami penurunan kembali menjadi 2,4 triliun. menjadi 96.681,99 ribu US$ dan 91.765,00 ribu US$.
Investasi yang terjadi di Jawa Tengah pada kurun Perkembangan investasi dalam negeri (PMDN)
waktu 1986 sampai dengan 2002 adalah sebagai di Jawa Tengah memiliki ketahanan yang lebih baik
berikut: dari pada PMA dalam menghadapi krisis ekonomi
Tabel 2. Perkembangan Investasi Jawa Tengah nasional. Pada tahun 1999 terjadi penurunan nilai
Tahun 1986 2002 (Juta Rupiah) PMDN sebesar 58 persen, namun pada tahun 2000
dan 2001 nilai PMDN yang masuk Jawa Tengah
Realisasi Investasi
Tahun Tahun Realisasi mengalami peningkatan terutama pada tahun 2000
di Jawa Tengah
yaitu peningkatan sebesar 135 persen. Pada tahun
1986 321,48 1995 7.176,45
2002 nilai PMDN mengalami penurunan sebesar 52
1987 640,03 1996 11.168,13
persen menjadi sebesar Rp1,6 triliun.
1988 917,46 1997 15.974,21
1989 3.989,96 1998 27.136,80 Perilaku PMDN dan PMA seperti di atas
1990 5.925,25 1999 1.946,89 membuat nilai total investasi swasta di Jawa Tengah
1991 3.894,66 2000 3.142,74 menjadi fluktuatif dan tidak stabil. Berikut ini disajikan
1992 1.594,84 2001 4.216,71 perkembangan PMA dan PMDN di Jawa Tengah
1993 2.873,73 1998-2002.
2002 2.361,64
1994 9.793,34
Penurunan nilai investasi swasta di Jawa
Sumber: BPS Jawa Tengah , 1988-2003
Tengah pada tahun 1998 yaitu dari Rp27,1 triliun
Nilai investasi di Jawa Tengah pada tahun 1998 menjadi Rp1,9 triliun pada tahun 1999 disebabkan
sampai dengan 2002 memiliki gap yang sangat oleh banyak hal, antara lain yaitu:
besar, terlebih bila dibandingkan angka tahun 1998 a. Nilai PMA pada tahun 1999 mengalami
dan 1999. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia penurunan sebesar 95,8 persen, sehingga total
pada awal tahun 1997 sebagai penyebab utama penerimaan investasi swasta yang merupakan
perbedaan angka yang sangat besar pada total penjumlahan PMA dan PMDN pada tahun 1999
investasi swasta di Jawa Tengah pada tahun 1998 menjadi berkurang.
dan 1999. Pada tahun 1998 jumlah penanaman
b. Nilai tukar dol1ar Amerika terhadap rupiah pada
modal asing yang masuk ke Jawa Tengah cukup
tahun 1998 ke 1999 juga mengalami penurunan
besar jumlahnya yaitu sebesar 3.072.199,26 ribu
dari Rp8.025,00 menjadi Rp7.100,00 sehingga
US$, dan mulai tahun 1999 akibat krisis ekonomi
nilai PMA dalam rupiah menjadi berkurang
nasional telah memberikan pengaruh terhadap
dibanding tahun 1998.
jumlah penanaman modal asing yang masuk ke
Jawa Tengah. Pada tahun 1999 jumlah PMA turun c. Nilai PMDN pada tahun 1999 juga mengalami
menjadi sebesar 127.915,63 ribu US$. Perkem- penurunan sebesar 58,1 persen sehingga total
Tabel 3. Perkembangan PMA dan PMDN di Jawa Tengah Tahun 1998 2002
PMA PMDN Total investasi
Tahun
(Ribu Rp) (Ribu Rp) (Ribu Rp)
1998 24.654.399.061,50 2.482.396.430,00 27.136.795.491,50
1999 908.200.973,00 1.038.689.120,00 1.946.890.093,00
2000 691.534.965,85 2.451.203.420,00 3.142.738.385,85
2001 1.005.492.696,00 3.211.218.970,00 4.216.711.666,00
2002 820.379.100,00 1.541.259.600,00 2.361.638.700,00
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2003
38 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
Tabel 7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Jawa Tengah
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 14491,144 4060,224 3,569 ,003
SB -1017,464 232,262 -,438 -4,381 ,001
In 243,715 62,262 ,397 3,914 ,002
PP ,190 ,026 ,743 7,178 ,000
Model Summary
Adjusted Std. Error of Durbin-W
Model R R Square
R Sauare the Estimate atson
1 ,9363 ,877 ,849 3564,57213 1,576
a. Predictors: (Constant), PP, SB, IN
b. Dependent Variable: IS
R square adjusted bernilai 0,849 yang artinya meningkatkan investasi swasta sebesar 1017,464
variabel independen dalam model persarnaan regresi satuan.
setelah diadakan penyesuaian dapat menjelaskan Sementara itu tingkat inflasi memiliki hubungan
variasi dari variabel dependen sebesar 84,9% dan positip dan berpengaruh signifikan terhadap investasi
sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar swasta di Jawa Tengah. Hal ini bisa dimaknai bahwa
persamaan. Hal ini dapat diartikan bahwa suku perkembangan investasi swasta di daerah Jawa
bunga, inflasi dan pengeluaran pemerintah dapat Tengah seiring dengan perkembangan inflasi di
menjelaskan dengan kekuatan 84,9% terhadap daerah ini. Para investor di Jawa Tengah merespon
investasi swasta yang ada di Jawa Tengah. secara positif atas perkembangan harga dengan
Uji t-statistik atau uji variabel secara individu meningkatkan nilai investasinya. Peningkatan inflasi
juga menunjukkan bahwa suku bunga, inf1asi dan sebesar satu persen akan meningkatkan investasi
pengeluaran pemerintah secara berturut-turut swasta sebesar 243,715 satuan. Meskipun kadang-
memi1iki ni1ai signifikan di bawah = 5%. Hal ini kala inflasi nasional memiliki pengaruh yang negatif
berarti setiap variabe1 secara individu memiliki terhadap investasi swasta nasional, namun untuk
tingkat signifikansi yang tinggi, sehingga model investasi swasta suatu daerah hasil dapat saja
persamaan garis regresi tersebut dapat terbentuk berbeda karena perilaku investasi di daerah berbeda
sebagai berikut: dengan investasi pada tingkat nasional.
Pengeluaran pemerintah memiliki hubungan
IS = 14491,144 - 1017,464 SB + yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap
243,715 In + 0,190 PP + u (2) perkembangan investasi swasta di Jawa Tengah.
Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif
Dari hasil estimasi didapatkan bahwa tingkat sebesar 0,19. Hal ini bermakna bahwa pengeluaran
suku bunga memiliki hubungan negatif dan pemerintah sebesar satu satuan akan meningkatkan
berpengaruh signifikan terhadap perkembangan investasi swasta sebesar 0,19 satuan. Oleh karena
investasi swasta di Jawa Tengah. Tingkat suku itu, pemerintah diharapkan terus meIakukan kontri-
bunga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi businya melalui pengeluaran pemerintah, khususnya
swasta di Jawa Tengah sebesar -1017,464. Hal ini pengeluaran pembangunan agar pembangunan di
memiliki makna bahwa untuk mendukung perkem- daerah dapat meningkat ke taraf yang lebih maju dan
bangan investasi di Jawa Tengah maka tingkat suku modern sehingga dapat menarik minat investasi baik
bunga yang stabil dan rendah sangat diperlukan dan dari dalam negeri maupun luar negeri.
harus diusahakan oleh pemerintah. Karena penu-
runan tingkat bunga sebesar satu persen akan
40 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Jawa Tengah (Sasana: 32 - 40)
PENENTUAN BENTUK FUNGSI MODEL EMPIRIK:
STUDI KASUS PERMINTAAN KENDARAAN RODA EMPAT BARU
DI INDONESIA
Andryan Setyadharma
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
email: andryan_sds@yahoo.com
ABSTRACT
In many cases, the determination of form of the regression function of the empirical model between
the linear model and the log-linear model is neglected when someone starts research. Someone
concludes the best model only by comparing the R2 value from respective function form and determines
the best form of the function model only based on the highest R2 value. This is clearly wrong. This study
attempted to find the best regression function model by using two kinds of tests: MacKinnon, White and
Davidson Test (MWD Test) and Bera and McAleer Test (B-M Test). This Study showed that the two
forms of the empirical function models-both the linear and log-linear functions- could be used to estimate
the demand of the new four wheels vehicle in Indonesia. Furthermore, checking by using classical
assumption, we found that the log-linear function model is the best model to estimate the demand of the
new four wheels vehicle in Indonesia.
Keywords: empirical model, linear model, log-linear model
C -8871,56 C 1,64
(-0,28) (0,30)
IHM 89,73 Log IHM -0,26
(0,21) (-0,19)
YCAP 80,42 Log YCAP 2,01
(1,78)*** (1,79)***
PREMIUMRIIL -6,76 Log PREMIUMRIIL -0,75
(-1,40) (-3,57)*
PERTAMAXRIIL 5,81 Log PERTAMAXRIIL 0,50
(3,50)* (3,33)*
SOLARRIIL -7,13 Log SOLARRIIL -0,14
(-1,68)*** (-1,10)
SBIRIIL -1635,87 SBIRIIL -0,05
(-4,69)* (-3,73)*
INFLASI -846,55 INFLASI -0,03
(-3,10)* (-2,85)*
F-Stat 29,261* F-Stat 26,987*
Adjusted R2 0,728 Adjusted R2 0,710
Keterangan:
Nilai dalam kurung ( ) adalah nilai t statistik
* Signifikan pada level 1%
** Signifikan pada level 5%
*** Siginifikan pada level 10%
C -12617.45 C 0.98
(-0.40) (0.21)
IHM 219.51 Log IHM -0.30
(0.50) (-0.20)
YCAP 68.92 Log YCAP 2.15
(1.49) (2.31)**
PREMIUMRIIL -2.12 Log PREMIUMRIIL -0.89
(-0.33) (-3.68)*
PERTAMAXRIIL 5.20 Log PERTAMAXRIIL 0.54
(2.98)* (3.39)*
SOLARRIIL -11.44 Log SOLARRIIL -0.05
(-1.99)** (-0.33)
SBIRIIL -1950.19 SBIRIIL -0.04
(-4.35)* (-2.97)*
INFLASI -1011.92(-3.26)* INFLASI -0.02
(-2.37)**
Z1 -22969.28 Z2 0.00
(-1.11) (-1.33)
Keterangan:
Nilai dalam kurung ( ) adalah nilai t statistik
* Signifikan pada level 1%
** Signifikan pada level 5%
*** Siginifikan pada level 10%
Lebih lanjut lagi, berdasarkan persamaan (4) di di mana F1 MOBILDt = log (F1) dan F2L MOBILDt =
atas maka dibangun suatu hipotesis seperti berikut antilog (F2). Ut serta Vt adalah residual dari
ini: persamaan (5) dan (6).
H0 : 9 = 0 c. Nilai Ut serta Vt disimpan sebagai variabel.
d. Lakukan regresi dengan memasukkan nilai
HA : 9 0
residual hasil regresi persamaan (5) dan (6)
Bila 9 berbeda dengan nol secara statistik, sebagai variabel pembantu dalam persamaan
maka maka hipotesis yang menyatakan bentuk berikut:
model log-linier adalah yang terbaik ditolak dan
begitu pula sebaliknya. Masih dari tabel 2, hasil MOBILDt = 1 + 2IHMt + 3YCAPt +
regresi menunjukkan bahwa koefisien Z2 tidak
4PREMIUMRIILt + 5PERTAMAXRIILt +
signifikan secara statistik. Dengan demikian, bentuk
model log-linier adalah yang terbaik. 6SOLARRIILt + 7SBIRIILt + 8INFLASIt +
Kesimpulan yang dapat diambil adalah 9Ut + e1t (7)
berdasarkan uji MWD, baik model linier maupun log-
L MOBILDt = 1 + 2 LIHMt + 3LYCAPt +
linier sama baiknya untuk digunakan dalam meng-
estimasi Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru di 4LPREMIUMRIILt + 5LPERTAMAXRIILt +
Indonesia.
6LSOLARRIILt + 7SBIRIILt + 8INFLASIt +
9Vt + e2t (8)
2. Uji Bera dan McAleer (B-M Test)
e. Uji hipotesis nol yang pertama adalah 9 = 0 dan
Uji ini dikembangkan oleh Bera dan McAleer
tahun 1988 yang didasarkan pada dua regresi hipotesis nol yang kedua adalah 9 = 0. Jika 9
pembantu (two auxiliary regressions) dan uji ini bisa berbeda dengan nol secara statistik, maka bentuk
dikatakan merupakan pengembangan dari uji MWD model linier ditolak dan sebaliknya. Pada bagian
sebagaimana yang dibahas di atas. lain, jika 9 berbeda dengan nol secara statistik,
maka hipotesis alternatif yang mengatakan bah-
Seperti halnya dalam uji MWD, untuk dapat wa bentuk fungsi log-linier yang benar ditolak.
menerapkan uji B-M, perlu dilakukan langkah-
langkah berikut ini: Berdasarkan persamaan (7) di atas maka
dibangun suatu hipotesis seperti berikut ini:
a. Estimasi persamaan (1) dan (2) kemudian nyata-
kan nilai prediksi MOBILDt dan L MOBILDt masing- H0 : 9 = 0
masing sebagai F1 dan F2. HA : 9 0
Bila 9 tidak berbeda dengan nol secara Kesimpulan yang dapat diambil adalah berda-
statistik, maka hipotesis yang menyatakan bentuk sarkan uji B-M, baik model linier maupun log-linier
model linier adalah yang terbaik harus diterima dan sama baiknya untuk digunakan dalam mengestimasi
begitu pula sebaliknya. Hasil regresi pada tabel 3 Permintaan Kendaraan Roda Empat Baru di
berikut ini menunjukkan bahwa koefisien Ut tidak Indonesia.
signifikan secara statistik. Dengan demikian, hipo-
tesis yang menyatakan bentuk model linier adalah
HASIL PENGUJIAN
yang terbaik diterima.
Berdasarkan persamaan (8) di atas maka Tabel 4 berikut ini merangkum hasil dari Uji
dibangun suatu hipotesis seperti berikut ini untuk MWD dan Uji B-M dan hasil pengujian menunjukkan
menguji model log-linier: bahwa kedua model tersebut layak untuk digunakan
untuk mengestimasi permintaan kendaraan roda
H0 : 9 = 0 empat baru di Indonesia. Pertanyaan selanjutnya
HA : 9 0 adalah model mana yang akan digunakan?. Ketika
kedua model layak digunakan maka langkah
Bila 9 berbeda dengan nol secara statistik, selanjutnya adalah menguji kedua model dengan
maka maka hipotesis yang menyatakan bentuk asumsi klasik seperti terlihat pada tabel 5.
model log-linier adalah yang terbaik ditolak dan
begitu pula sebaliknya. Masih dari tabel 3, hasil
regresi menunjukkan bahwa koefisien Vt tidak
signifikan secara statistik. Dengan demikian, bentuk
model log-linier adalah yang terbaik.
ABSRACT
Indonesia suffered from banking crisis for several times. It was the effect of the worst crisis occurred
in 1997. Actually, Bath Thailand which plunged into 27,8% at the third quarter of the year 1997 was the
beginning problem that caused Asia currency crisis. This study analyzes the influence of macro indicator
as an early warning system by using logit econometrics model for predicting the possibilities of banking
crisis that may occur in Indonesia.
Kewords: Banking Crisis, macro economic indicator, EWS-logit model
yang juga mengalami kesulitan dalam memenuhi persen BPD, 11,4 persen bank non devisa). Kedua,
kewajiban valuta asing kepada perbankan. Besarnya estimasi biaya penyelamatan bank diperkirakan
kesulitan likuiditas pada akhirnya telah memicu mencapai kurang lebih Rp320 Triliun, yang berarti
terjadinya krisis pada perbankan nasional. lebih kurang 51 persen dari total PDB pada tahun
Batasan apakah suatu negara sedang meng- 1999. Ketiga, pada bulan Agustus 1998, pemerintah
alami krisis perbankan atau tidak, sampai sejauh ini mengumumkan beberapa bank dinasionalisasikan,
belum ada standar atau pun patokan yang bersifat dan keempat masyarakat rentan terhadap isu,
baku. Studi empiris yang dilakukan oleh Demirguc- sehingga terjadi trust dana masyarakat secara besar-
Kunt dan Detragiache (1998), tentang determinan besaran, terutama selelah Kebijakan penutupan 16
krisis perbankan, menggariskan bahwa suatu periode Bank November 1997.
keterpurukan perbankan dapat dikategorikan sebagai Penjelasan mengenai kondisi krisis perbankan
krisis apabila memenuhi minimal satu dari empat di Indonesia tersebut di atas, menunjukkan bahwa
kondisi sebagai berikut: terjadinya krisis perbankan didahului oleh terjadinya
1. Rasio non performing asset terhadap total asset fluktuasi dan ketidakstabilan makro ekonomi yang
dalam sistem perbankan telah melampaui 10 menyebabkan terdepresiasinya mata uang domestik
persen. secara signifikan dan menyulut tingginya tingkat
bunga dan inflasi, yang berujung pada terjadinya
2. Biaya penyelamatan perbankan paling tidak
krisis
mencapai 2 persen dari PDB.
3. Masalah perbankan telah menyebabkan terjadi-
LANDASAN TEORI
nya nasionalisasi bank-bank.
4. Terjadi penarikan dana besar-besaran (bank a. Definisi Krisis Keuangan dan Perbankan
rush) atau pembekuan dana nasabah (deposit
Pada intinya stabilitas keuangan adalah terhin-
freezes) atau penjaminan simpanan masyarakat
darnya dari krisis sistem keuangan (avoidance of
secara merata yang diberlakukan oleh peme-
financial crises) (Farlane, 1999 dan Sinclair, 2001).
rintah.
Secara spesifik stabilitas sistem keuangan adalah
Dari ciri-ciri tersebut, apabila dikaitkan dengan stabilitas lembaga-lembaga dan pasar keuangan
kondisi perbabkan di Indonesia maka dapat yang membentuk suatu sistem keuangan (Crockett,
dikatakan perbankan Indonesia sudah dalam 1997). Industri perbankan oleh beberapa ahli
kategori krisis. Hal ini tercermin dari kondisi-kondisi ekonomi dianggap sebagai industri yang memerlukan
sebagai berikut (Indira dan Mulyawan, 1998): perhatian khusus karena dianggap mudah dipenga-
Pertama, pada bulan Mei 1998, rasio aktiva produktif ruhi oleh faktor-faktor eksternal perbankan dan
yang non performing terhadap total asset mencapai merupakan bagian integral dari sistem pembayaran
23,8 persen (dengan proporsi pada setiap bank: 22,5 (Kaufman, 1997). Sifat perbankan yang merupakan
persen bank devisa, 21,4 persen bank persero, 14,2 bagian dari sistem pembayaran tersebut meng-
persen bank asing, 21 persen bank campuran, 9,5 akibatkan timbulnya pandangan bahwa permasa-
lahan di industri perbankan dapat menyebabkan efek waktu singkat akan menyebabkan timbulnya
negatif terhadap perekonomian yang dampaknya permasalahan likuiditas pada industri perbankan
jauh lebih besar daripada efek negatif karena yang kemudian akan mendorong bank-bank untuk
kejatuhan suatu perusahaan biasa. Dalam hal ini, menggunakan segala cara yang mungkin dilakukan
kekhawatiran yang timbul adalah efek bola salju dari guna memenuhi penarikan dana oleh masyarakat,
kejatuhan suatu bank yang menyebabkan jatuhnya termasuk didalamnya upaya untuk menjual aset yang
bank dan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki ada dengan harga murah. Kondisi ini menimbulkan
hubungan bisnis dengan bank tersebut. distress pada sistem perbankan dan membawa
Beberapa analis mengutarakan alasan-alasan dampak lanjutan pada penurunan rentabilitas yang
yang mendukung pernyataan bahwa industri pada akhirnya menuju pada kondisi insolvent.
perbankan sebagai industri memerlukan perhatian Kegagalan perbankan secara individual sebe-
khusus. Alasan-alasan tersebut antara lain adalah narnya tidak terlalu berpengaruh dalam perekono-
bahwa industri perbankan memiliki: mian secara keseluruhan. Namun apabila kegagalan
1. Rasio kas terhadap aset yang rendah; terjadi pada sektor perbankan secara keseluruhan,
yaitu terganggunya hubungan antar bank sebagai
2. Rasio modal terhadap aset yang rendah; dan
dampak kondisi fundamental ekonomi yang tidak
3. Rasio dana jangka pendek terhadap total deposit stabil, dikhawatirkan akan semakin memperburuk
yang tinggi. kondisi perekonomian secara keseluruhan. Terdapat
Dengan memperhatikan kondisi di atas, pena- tiga alasan utama mengapa stabilitas sistem keuang-
rikan dana dalam skala besar yang terjadi dalam an dan perbankan mendapat perhatian penting (BI,
Data diawali tahun 1983 karena pada tahun Li : Variabel dependen (= 1 bila terjadi krisis
tersebut merupakan awal deregulasi sektor perban- dan = 0 bila tidak terjadi krisis)
kan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat Pi : Probabilitas
menganalisis perkembangan data sampai tahun Xij : Variabel independen
2003 yang dimaksudkan untuk melihat apakah
Dari model umum tersebut dperoleh model logit
potensi.
untuk krisis di Indonesia sebagai berikut:
Pi
Teknik Analisis dengan Model Logit Li = log = bo + b 1 X 1 + b 2 X 2 +
1 Pi
Untuk mengetahui pengaruh dan tingkat signi-
b 3 X 3 + ........ + b 12 X 12 + u i (2)
fikansi masing-masing indikator fundamental ekono-
mi terhadap krisis perbankan yang terjadi di Di mana :
Indonesia digunakan Model Logit. Model Logit X1 : Nilai tukar rupiah
X2 : Suku bunga deposito riil
Tabel 3. Variabel Bebas yang Digunakan dalam Model Logit dengan Series Kuartal
Tabel 4. Probabilitas z-Statistik Model Logit dengan 2. Dari tabel 4 tersebut nampak bahwa hanya
Series Bulanan variabel cash bank ratio, variabel pertumbuhan
simpanan, variabel pertumbuhan domestik kredit,
Variabel Bebas Probabilitas z-statistik Keterangan
pertumbuhan kurs, dan variabel multiplier M2
CBR 0.0542 * signifikan mempengaruhi probabilitas terjadinya
INFLASI 0.1155 *** krisis pada 5%. Pada variabel rasio m2 dan
PBD 0.0250 * cadangan devisa signifikan pada 10%
PDK 0.0359 *
3. Serupa dengan R2, untuk melihat kemampuan
PKURS 0.0466 *
model di dalam menerangkan variasi perubahan
SBK_SBD 0.4007 ***
variabel berikutnya dalam model logit digunakan
SBD 0.5876 ***
Pseudo R2. Seperti halnya dengan R2 nilai
EMB 0.3404 ***
pseudo R2 adalah 0 Pseudo R2 1. Di mana
M2_CD 0.0731 **
semakin tinggi Pseudo R2 kemampuan model
M2M 0.0138 *
dalam menerangkan variasi perubahan model
C 0.1622 ***
Sumber: Hasil Estimasi
terikatnya. Bila nilai Pseudo R2 adalah satu
Keterangan: *) Signifikan pada =5% **) signifikan pada berarti pencocokan sempurna, sedangkan bila
=10% ***) Tidak Signifikan nilai Pseudo R2 nol berarti tidak ada hubungan
variabel tak bebas dengan variabel bebas. Dalam
a. Rasio cadangan likuiditas bank dan total d. Variabel pertumbuhan nilai tukar Rupiah
asset (cash bank ratio-CBR) dalam hasil terhadap US Dolar (PKurs) dalam hasil
estimasi mempunyai koefisien 189,92. Hal estimasi dengan regresi logit mempunyai
ini berarti apabila variabel-variabel lain koefisien 0,256. Hal ini berarti apabila
dianggap konstan maka penurunan rasio variabel-variabel lain dianggap konstan maka
cadangan likuiditas bank dan total asset kenaikan pertumbuhan nilai tukar Rupiah
sebesar 1 akan menyebabkan peningkatan terhadap US Dolar sebesar 1 persen akan
secara rata-rata pada estimasi logit pro- menyebabkan peningkatan secara rata-rata
babilitas terjadinya krisis perbankan sebesar pada estimasi logit probabilitas terjadinya
189,92. Interpretasi selanjutnya adalah krisis perbankan sebesar 0,25. Ukuran
melihat ukuran probabilitas (term of odds) dari probabilitas (term of odds) dari variabel PBD
variabel CBR dengan meng-antilog-kan diketahui dari antilog koefisien PBD sebesar
koefisien terlebih dulu. Antilog dari koefisien 1,804. Hal ini berarti variabel pertumbuhan
CBR diperoleh nilai 8,317E+189. Hal ini nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar dapat
berarti Variabel rasio cadangan likuiditas bank menyebabkan kemungkinan terjadi krisis
dan total asset dapat menyebabkan kemung- sebanyak 1,804 kali dari pada kemungkinan
kinan terjadi krisis sebanyak 8,317E+189 kali tidak terjadi krisis.
dari pada kemungkinan tidak terjadi krisis. e. Variabel multiplier M2 dalam hasil estimasi
dengan regresi logit mempunyai koefisien
ABSTRACT
This research aims to calculate fiscal capacity and estimate fiscal capacity, and poverty. Variable
used in this research are fiscal capacities, Gross Regional Domestic Product (GRDP), and poverty
variable. Data used in this research is secondary sources from 25 Provinces in Indonesia with year time
period 1999 - 2003. This research limits its research object only 25 Provinces in Indonesia. In general,
this paper concludes that Gross Regional Domestic Product (GRDP) and fiscal capacity have an effect
on significant statistically to poverty, its meaning that fiscal capacity in 25 the provinces can express
ability to improve economic growth. Government policy in APBD as political process influence fiscal
capacities, economic growth, and poverty in Indonesia. Recomendation from this research are local
goverment must concern about fiscal capacity end Regional Domestic Product (GRDP) end goverment
try to increase responsibility so all of country can improve their wealth.
Keywords: Fiscal capacity, Gross Regional Domestic Product (GRDP), poverty, fiscal policy
Cina, 1999
Indonesia, 2002
Filipina, 1999
Thailand, 2002
0 10 20 30 40 50 60
Porsi pengeluaran daerah dalam total pengeluaran
Sumber: Depkeu dan IMF
Gambar 1. Indonesia yang Terdesentralisasi
3. Autokorelasi
DAFTAR PUSTAKA
Istilah autokorelasi diartikan sebagai adanya
korelasi antar anggota series dari observasi baik Ahmad, Ehtisham, Bert Hofman (Maret 2000).
Decentralization-Opportunities and Risks, IMF and
pada time series maupun cross-section. Autokorelasi
World Bank Resident Mission.
sebagai masalah klasik seringkali terjadi karena;
masalah inersia dalam variabel ekonomi, bias Bank Indonesia (2003) Laporan Perekonomian Indonesia
spesifikasi, fenomena Cobweb (ada pola musiman), 2003, ISSN 0522-2572.
penggunaan time-lag, manipulasi data, transformasi Bambang Brodjonegoro, Otonomi Daerah dan Kondisi
data yang tidak tepat, dan non-stasionaritas. Fiskal Indonesia, www. KPPOD.go.id.
Salah satu teknik untuk mendeteksi ada atau Frida, Asnita (2003), Penanaman Modal Asing Langsung
tidaknya autokorelasi adalah dengan memperhatikan dan Efisiensi Kebijakan Fiskal Daerah di Indonesia
1998-2005, Tesis, tidak untuk dipublikasikan.
nilai Durbin-Watson statistik (d-statistik) dan
membandingkannya dengan nilai d- tabel. Berdasar- Gujarati, Damodar N. (2003) Basic Econometrics, Fourth
kan nilai dw-statitik sebesar 1,86 (dL = 1,613; du = Edition, Mc Graw Hill.
1,736) menunjukkan bahwa model persamaan bebas Isdijoso, Brahmantio, Wibowo, Tri (2004) Analisis Kebi-
autokorelasi positif dan negatif . jakan Fiskal Pada Era Otonomi Daerah:Studi Kasus
Sektor Pendidikan di Kota Surakarta, Departemen
Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Hyman, David N. (1996) Public Finance A Contemporary
1. Kesimpulan Apllication of Theory to Policy, Fifth Edition, The
Dryden Press.
Berdasarkan bahasan di atas dapat ditarik
Kuncoro, M., (1995) Desentralisasi Fiskal di Indonesia:
beberapa kesimpulan sebagai berikut: Dilema Otonomi dan Ketergantungan, Prisma 4: 3-17.
a. Kapasitas fiskal masing-masing daerah berpe- Mckay, Andrew, (2002) Assesing The Impact of Fiscal
ngaruh pada tingkat kemiskinan. Berarti ketika Policy on Poverty, Discussion Paper, 2002/43, World
kapasitas fiskal meningkat maka akan menurun- Institute for Development Economics Research.
kan tingkat kemiskinan. Perbedaan kapasitas Mardiasmo, (2002) Otonomi dan Manajemen Keuangan
fiskal masing-masing daerah juga kan mempe- Daerah, Penerbit Andi Yogyakarta.
ngaruhi pengalokasian atau skal prioritas juga
PSEK-UGM (2003) Penyusunan Standar Pelayanan Mini-
akan bervariasi.
mal (SPM) Pemerintah, Laporan Akhir, Kota
Surabaya.
ABSTRACT
The research is aimed at finding the dominan factors do develop the small-scale industry as an effort
to the poor program to empower the society. By using the methodology participation action researh
(PAR) involving the active participation of the society, Especially to the small craftsment to clarify the
problems and how find the solution. The collecting is done by using the method of simple random
sampling against 100 respondents sample of the small-scale industrial housholds. The result of the
survey shows that skill factor and the marketing factor belong to the core variable. Which each of them
has the higest elasticity against the product to the amount of 0.4147 or 41,47% and 0.2517 or 25,17%.
Accordingly, the recomendation to develop the small-scale industry as reflected on the increasing
product, it is hoped to give priority to the skill factor and marketing factor then to the capital factor or
other factor.
Keywords: skill, marketing and capital factor to develop the small craftsment solution.
6 9
5 1
Modal tak cukup dan tak Hasil produksi
ada jaminan sederhana/kecil
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan adalah faktor marketing dan produksi yang masing-
bahwa nilai sub faktor sisi kekuatan internal nampak masing memiliki nilai sub skor 1.55 dan 0.80.
lebih besar daripada nilai sub sisi faktor eksternal. Sedangkan, nilai faktor internal dari sub faktor sisi
Dalam faktor internal tersebut nampak bahwa nilai kelemahan adalah sub faktor financial dan marketing,
skor tertinggi yang menjadi kekuatan usaha IKK ini yang memiliki skor 0.80 dan 0.75. Artinya, strategi
Ln Q = 0 + 1 Ln X1 + 2 Ln X2 + 3 Ln X3 + 4 Ln X4 + 5 Ln X5 + 2.
LnQ = -5.1470 + 0.0465LnX1 + 0.4147LnX2 + 0.2292LnX3 + 0.1390LnX4 + 0.2517LnX5
Std. Error = (0.0160) (0.0423) (0.0547) (0.0295) (0.0436)
T-Statistik = 2.911 9.799 4.189 4.713 5.772
R Squared = 0.9741 R Adjusted = 0.9754
2 R Multiple = 0.9876
F-Statistik = 745.751 D.W., Test = 1.8511 Responden = 100
Banking crisis (krisis perbankan): 50, 51, 53, 55, 58, Log-linear model (model log-linier): 41, 42, 45, 46,
59, 60 47, 48
Brain drain (migrasi intelektual): 29, 30 Macro economic indicator (indikator ekonomi makro):
capital factor (faktor modal): 22, 70, 81 3, 24, 50, 70
Economic base (basis ekonomi): 1, 3, 33 Marketing factor (faktor pemasaran): 70, 73, 81
Fiscal capacity (kapasitas fiskal): 63, 64, 65, 66, 67, Quality of growth (kualitas pertumbuhan): 18, 23, 31,
68 20, 26, 28, 29, 30, 31
Fiscal policy (kebijakan fiskal): 40, 63, 65, 67, 68, 69 Rate of interest (suku bunga): 32, 33, 34, 36, 38, 39,
40, 42, 43, 53, 55, 56
Government expenditure and inflation (inflasi dan
pengeluaran pemerintah): 32, 33, 39, 40 Skill (keahlian): 70, 73, 77, 80, 81
Gross Regional Domestic Product (GRDP) (Produk small craftsment (industri kecil kerajinan): 70, 72, 76
Domestik Regional Bruto (PDRB)): 1, 2, 3, Technology (teknologi):
4, 9, 13, 14, 63, 65, 67, 68 Traffic jam (kemacetan lalu lintas): 9, 12, 14
Human capital (modal manusia): 18, 19, 20, 21, 22, Virtuous circle (proses menuju kebaikan/kemajuan):
23, 24, 26, 28, 30, 31 18, 22, 23
Linear model (model linier): 41, 42, 44, 45, 46, 47 Vicious circle (lingkaran setan): 22, 23
Pada kesempatan nomer terbitan perdana ini, Redaksi Jejak Mengucapkan Terima Kasih kepada berbagai
pihak terutama kepada para mitra bestari yang telah membantu mengoreksi naskah ini sebelum diterbitkan
yakni:
1. Prof. Dr. Mudrajat Kuncoro, M.Soc.
(Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta)
2. Prof. Dr. Tulus Haryono, MS.
(Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)
3. Dr. R. Maryatmo, MA.
(Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta)
4. Dr. Trenggonowati, MM.
(Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung, Semarang)
5. Dr. Azwardi, M.Si.
(Fakultas Ekonomi Universitas Palembang)
A. Ketentuan Umum:
1. Artikel lebih diutamakan hasil penelitian, dan kajian empiris atau hasil pemikiran konseptual dan kajian
teoritis dalam bidang ekonomi yang belum pernah dimuat dan tidak sedang dikirim ke terbitan/jurnal lain.
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Inggris yang baik. Diketik 1 spasi untuk
abstrak serta 1,5 spasi untuk isi dengan font Arial 11 dan menggunakan ukuran kertas UNESCO A4, 210 x
297 mm sebanyak 15-20 halaman.
3. Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan disertai soft copy dalam bentuk CD, atau disket atau USB
serta dilengkapi dengan riwayat hidup, alamat lembaga/instansi, dan e-mail atau nomor telpon.
4. Penilaian, penerimaan atau penolakan artikel oleh tim redaksi JEJAK berdasarkan pada Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah 2006 oleh LIPI dan DP2M serta taat pada pedoman atau kaidah selingkung
JEJAK. Hasil kemungkinan tentang penilaian artikel dapat berupa:
a. Diterima tanpa perbaikan
b. Diterima dengan sedikit perbaikan oleh redaksi
c. Diterima dengan perbaikan dari penulis
d. Ditolak karena kurang/tidak memenuhi syarat
5. Hasil tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
B. Ketentuan Khusus:
1. Sistematika Artikel
a. Sistematika penulisan di JEJAK harus lengkap dan bersistem baik yang mengikuti kaedah-kaedah
selingkung dan ciri berkala ilmiah sebagai berikut:
1). Sistematika artikel hasil penelitian: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum
200 kata berisi tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci; pendahuluan yang berisi latar
belakang penelitian, pokok masalah serta tujuan penelitian; landasan teori yang berisi penelitian
sebelumnya dan landasan teori yang digunakan; metode penelitian; hasil dan pembahasan;
simpulan dan saran; serta daftar pustaka.
2). Sistematika artikel hasil pemikiran konseptual: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak
(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan berisi latar belakang dan ruang lingkup tulisan;
pembahasan berisi bahasan utama yang dapat dibagi ke dalam sub-bagian; penutup; serta daftar
pustaka.
b. Penulis artikel pada JEJAK JEP FE UNNES dituntut untuk menggunakan bahasa analisis secara tajam, jelas,
lengkap, kritis, argumentatif dan informatif serta komplementer yang dilengkapi seperti; gambar, foto, tabel,
grafik, model dan sebagainya untuk mendukung pemaparan analisis deskriptif dan sintesisnya.
c. Gaya selingkung berkala sistem pengacuan pustaka harus baku dan ditulis secara konsisten diurutkan
menurut alfabetis (nama, tahun, urut abjad) mengikuti sistem Harvard.
1) Untuk buku ditulis dengan urutan: Nama pengarang, Tahun, Judul Buku, Edisi, Kota penerbit: Nama
penerbit.
3. Format Artikel
JUDUL
Judul artikel harus ditulis spesifik dan efektif, tidak boleh disingkat dan tidak lebih dari 14 kata dalam tulisan
berbahasa Indonesia, atau 10 kata bahasa Inggris, sehingga sekali dibaca dapat ditangkap maksudnya secara
komprehnsif. Keefektifan judul harus bersifat baku dan lugas.
Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis baku dan lengkap tanpa gelar akademis, dan di bawah nama penulis disertai alamat
lembaga dan alamat e-mail.
ABSTRAK
Abstrak ditulis secara gamblang, utuh dan lengkap mengambarkan esensi keseluruhan tulisan, dan abstrak
bukan ringkasan. Isi abstrak maksimal 200 kata yang meliputi tujuan penelitian atau penulisan artikel, metode
yang digunakan, hasil atau kesimpulan. Jika artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstrak harus ditulis
dalam bahasa Inggris. Tetapi, jika artikel ditulis dalam bahasa inggris, maka abstrak tetap dalam bahasa inggris
saja.
PENDAHULUAN
Tidak hanya berisi latar belakang masalah pentingnya penelitian tersebut dilakukan, tetapi juga berisi pokok
masalah, serta tujuan penelitian dan sintesa dari artikel yang ditulis oleh penulis.
LANDASAN TEORI
Berisi penelitian sebelumnya yang mendukung penguatan pentingnya penelitian atau artikel tersebut perlu
dilakukan dan landasan teori yang benar-benar digunakan dalam artikel tersebut, serta hipotesis penelitian jika
ada.
METODE PENELITIAN
Menguraikan desain riset atau tata cara penelitian secara rinci (metode, jenis data, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan model analisis data serta cara penafsiran atau cara interprestasi hasil penelitian)
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar bacaan yang aktual dan hanya berisi sumber acuan yang digunakan saja serta harus mengikuti
sistematika seperti yang telah dijelaskan di atas. Daftar rujukan bacaan diharapkan 85% dari referensi buku
atau jurnal-jurnal ilmiah terbaru maksimal terbitan 10 tahun terakhir. Semakin tinggi pustaka primer yang diacu
akan semakin baik dan makin bermutu artikel tersebut, tetapi semakin sering penulis mengacu pada diri sendiri
(self citation) akan dapat mengurangi prioritas penilaian berkala dan penolakan dimuatnya artikel.
Pemeriksaan
Naskah Teknis
Distribusi
Jurnal
Tidak Laik Ya
Tidak
Laik
Ya
Editing/
Sunting
Desain/Setting
Pracetak
Master
Jurnal
Ketentuan Umum:
6. Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan disertai soft copy dalam bentuk CD, atau disket atau USB
serta dilengkapi dengan riwayat hidup, alamat lembaga/instansi, dan e-mail atau nomor telpon.
Pengiriman artikel juga dapat melalui email: jejak_fe@staff.unnes.ac.id atau jejak_feunnes.yahoo.com
7. Penilaian, penerimaan atau penolakan artikel oleh tim redaksi JEJAK berdasarkan pada Panduan
Akreditasi Berkala Ilmiah 2006 oleh LIPI dan DP2M serta taat pada pedoman atau kaidah selingkung
JEJAK. Hasil kemungkinan tentang penilaian artikel dapat berupa:
a). Diterima tanpa perbaikan
b). Diterima dengan sedikit perbaikan oleh redaksi
c). Diterima dengan perbaikan dari penulis
d). Ditolak karena kurang/tidak memenuhi syarat
8. Hasil tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis dan redaksi tidak berkewajiban mengembalikan
artikel yang ditolak.