Anda di halaman 1dari 4

JeJamuran adalah rumah makan yang menawarkan aneka macam olahan makanan

berbahan dasar jamur sekaligus tempat belajar bagaimana cara membudidaya berbagai jenis
jamur. Rumah makan serba jamur ini hasil kolaborasi Bapak Ratidjo HS yang mempunyai bisnis
pembibitan jamur dan istrinya Indaryati yang pandai memasak.
Sebenarnya Bapak Ratidjo HS telah berkecimpung dalam bidang budidaya jamur sejak
tahun 1968 ketika ditugaskan membuat bibit jamur di Dieng. Namun pada tahun 1997, beliau
memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan memulai usaha pembibitan jamur sendiri di
Yogyakarta..
Jamur yang dikembangkan oleh Bapak Ratidjo adalah jamur jenis umum seperti merang,
tiram, kuping dan shitake. Sedangkan jenis lain yang cukup mahal harganya seperti jamur inoki,
simeji, lingi, maytake, tiram warna biru, abu-abu, cokelat yang ditanam di media berbahan
organik, kayu dan jerami yang mengandung unsur karbon (C) dalam bentuk karbohidrat dan
nitrogen (N) dalam bentuk amonium.
Setelah berhasil mengembangkan aneka jenis jamur yang bermanfaat bagi kesehatan
karena jamur merupakan makanan yang bisa mencegah segala macam penyakit seperti kanker,
Bapak Ratidjo beserta istrinya membuka Jejamuran pada tahun 2007 yang semula hanya
berjualan di depan rumah dengan mengandalkan tiga menu yaitu sate jamur, pepes jamur dan
jamur goreng tepung.
Selanjutnya usahanya berkembang pesat menjadi sebuah rumah makan dan muncul
berbagai menu dari jamur seperti tongseng, telur dadar shitake, lumpia, jamur asam manis, jamur
bakar, wedang jejamuran yang hingga kini mencapai 14 macam menu dengan menggunakan
beragam jenis jamur yang dibudidayakan. Menu-menu yang unik, menarik dan bisa membujuk
orang untuk mampir dan mencoba. Harganya sedikit bervariasi, sekitar Rp 6 ribu hingga Rp 15
ribu. Rumah makan ini buka dari jam 09.00-21.00
Rumah makan ini jika dirata-rata, dalam hari-hari biasa, sehari bisa menghabiskan 350-
400 kg jamur dengan jumlah pengunjung 100-150 0rang. Sedangkan pada akhir pekan atau pada
musim liburan jumlahnya bisa sampai dua kali lipat. Rumah makan ini mempekerjakan 143
orang karyawan dan dengan berbekal resep tradisional keluarga, diharapkan jamur dapat menjadi
menu alternatif yang dicintai keluarga.
Jejamuran resto terletak di Jejamuran, Niron, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta, 55512
telpon 0274 868170. Dari arah kota Yogya kearah Magelang sampai dengan perempatan Beran
Lor, kemudian belok kanan/ utara kira-kira 800 meter.

Sambil nunggu, di resto ini juga menyediakan kolam terapi ikan. Tau kan ikan yang
bisa buat refleksi karena bakal ngerubungin kaki kita sambil kaya gigit-gigit gitu?
Kolam ini gratis. Jadilah saya dan teman-teman main disini karena

penasaran..

ajahnya mensiratkan kebijakan, garis mukanya dibentuk oleh pengalaman dan falsafah hidup
yang sedemikian rupa. Hal ini saya temukan waktu pertama kali saya ke Rumah Makan (RM)
Jejamuran di Jogja. Kami bertiga berniat liputan untuk 2 media online yang coba kami bangun,
salah satunya di bidang kuliner dan kami memutuskan salah satu tempat yang akan dikunjungi
adalah Jejamuran.

Pertama kali bertemu dengan Pak Ratidjo adalah saat kita akan memilih tempat duduk untuk
memesan makanan, pada waktu itu saya melihat ada bapak-bapak kira-kira berumur 60-an
sedang mengobrol dengan salah satu pengunjung restoran, waktu itu saya belum tau beliau
adalah pemilik Rumah Makan yang kami singgahi.

Kami memilih tempat duduk yang terletak di tengah-tengah RM, lorong antara dua pendopo
besar dan disampingnya ada berbagai macam jenis jamur dan ada penjelasannya tentang nama
dan manfaat jamur tersebut. Tempat duduk yang kami tempati pada dindingnya terdapat banyak
pigura foto, kliping liputan tentang jejamuran, dari foto bersama presiden sampai menteri ada
disitu. Dari sanalah saya mengetahui bahwa bapak setengah baya tersebut adalah pemilik
Jejamuran yang menerima berbagai penghargaan di pigura-pigura tersebut.

Pak Ratidjo memulai belajar tentang jamur sejak tahun 68, beliau belajar dari orang Taiwan,
negara pusat mengembangan jamur pada waktu itu. Dimulai dari perusahaan jamur di Dieng,
dengan 7000 karyawan, produk jamur dengan kualitas ekspor sudah dipasarkan ke berbagai
negara, tetapi perusahaan ini tidak bertahan dan kolaps.

Rumah Makan Jejamuran dimulai dari satu meja di pinggir jalan, pelanggan pertama jejamuran
adalah para sopir truk yang lewat dan bapak petani yang pulang dari sawah, waktu itu tahun 97,
kenang Pak Ratidjo. Sedangkan Rumah Makan Jejamuran secara resmi di buka pada tahun 2006
lalu.

Etos Kerja

Jadi kalau bekerja tidak nunggu disuruh


Dari cerita beliau terlihat jelas motto hidup dan idealisme dalam bekerja. Karyawan Jejamuran
setiap hari pada pukul 08.00 di briefing tentang job desk pekerjaannya. Dari tukang parkir
sampai koki. Setiap karyawan dikondisikan untuk mencintai perkerjaannya, tahu akan tanggung
jawab masing masing. Jadi kalau bekerja tidak nunggu disuruh kata Pak Ratidjo.

Memilih Karyawan

Daripada bekerja sebagai penambang pasir, mereka saya berikan pilihan yang lebih baik untuk
bekerja ditempat saya, saja ajak ngobrol kebutuhannya apa, saya akan coba memenuhi

Secara gamblang Pak Ratidjo menjelaskan bahwa bekerja di Jejamuran tidak untuk karir. Banyak
lulusan tata boga keluar masuk bekerja di jejamuran, tidak ada yang bertahan lama.

Maka dari itu beliau mencari karyawan restonya dengan cara unik. Karena disekitar daerah
tersebut banyak sekali orang yang mengangkut pasir untuk mata pencahariannya, maka orang-
orang tersebut diajak ngobrol Pak Ratidjo untuk bekerja ditempatnya. Daripada bekerja sebagai
pengangkut pasir, mereka saya berikan pilihan yang lebih baik untuk bekerja ditempat saya, saja
ajak ngobrol kebutuhannya apa, saya akan coba memenuhi.

Begitupun juga dengan koki-koki dan juru masak, tidak ada yang lulusan tata boga. Sebagian
besar juru masaknya adalah ibu-ibu dari desa sekitar yang ditinggal suami dan mempunyai anak
sebagai tanggungan. Pendekatan yang dilakukan sama dengan karyawan yang lain, diajak
ngobrol tentang kebutuhan dan tanggung jawabnya. Sampai sekarang, kesejahteraan karyawan
jejamuran semakin membaik, selain karena pengunjung yang semakin banyak, sudah pula
diterapkan asuransi jiwa untuk setiap karyawan sehingga mereka lebih nyaman untuk bekerja.

Jejamuran Resto

Berbicara dengan Jamur


Pak Ratidjo menjelaskan bahwa dulu banyak sekali orang yang tiba-tiba membuka restoran
jamur seperti dirinya. Tapi sampai sekarang tidak ada yang bertahan lama. Banyak restoran yang
dibuka banyak juga yang tiba-tiba tutup dengan berbagai sebab.

Beliau menyakini bisnisnya akan bertahan karena dia yakin dan mencintai bidang yang
digelutinya ini. Memang banyak orang yang membuka restoran jamur, mereka tidak lama
bertahan karena tidak total mencintai pekerjaan mereka, belum-belum sudah menghitung
keuntungan yang akan didapat, tidak memikirkan budidaya yang benar ujarnya. Kalau saya
sudah belajar tentang jamur sejak tahun 68, istilahnya saya sudah bisa berbicara dengan
jamur katanya. Kalau saya masuk ke pembiakan dan melihat jamur maka saya tahu apa yang
mereka butuhkan, apakan hawa terlalu panas, kelembabannya kurang, dan lain-lain.

Seakan mereka ngomong sama saya Jelas Beliau.


Kalau saya masuk ke pembiakan dan melihat jamur maka saya tahu apa yang mereka butuhkan,
apakan hawa terlalu panas, kelembabannya kurang, dan lain-lain. Seakan mereka ngomong sama
saya.

Tentang Wirausaha
Obrolan kita semakin panjang lebar, kita sekali-kali menambahi cerita dan penjelasan dari beliau
tentang pemikirannya dan usaha yang digeluti. Pak Ratidjo mengatakan bahwa untuk
membangun suatu usaha rumusnya semua sama, tidak ada yang instan, harus fokus, lebih baik
dari yang lain dan mencintai pekerjaan itu. Karakter inilah yang coba diturunkan kepada anak-
anaknya.

Seperti yang dijelaskan oleh beliau bahwa managemen perusahaan sekarang dipegang oleh anak-
anaknya. Dari masalah keuangan sampai manajemen tempat budidaya jamur itu sendiri. Saya
tau persis karakter anak-anak saya, mereka pasti mengikuti gaya hidup sederhana seperti saya,
yang tidak saya tau kan karakter-karakter pendampingnya Ujar Beliau, dan kita semua tertawa.

Saya tau persis karakter anak-anak saya, mereka pasti mengikuti gaya hidup sederhana seperti
saya, yang tidak saya tau kan karakter-karakter pendampingnya.

Begitu mengesankan pertemuan kami dengan Pak Ratidjo, saya pun meminta ijin untuk foto
bersama dan beliaupun dengan senang hati meluluskannya. Setelah kami berpamitan saya sempat
menoleh kebelakang dan selalu dengan senyum ramahnya beliau menyapa pengunjung yang baru
saja datang, mungkin memberikan cerita dengan semangat yang sama

Anda mungkin juga menyukai