Anda di halaman 1dari 5

IDENTIFIKASI KUALITAS GAS SO2

DI DAERAH INDUSTRI PENGECORAN LOGAM CEPER


Oleh : Wiharja *)

Abstrak
Di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten telah lama berkembang industri
pengecoran logam. Untuk mengantisipasi pengeruh aktifitas industri tersebut
terhadap kualitas udara disekitarnya, khususnya konsentrasi SO2 maka penelitian
ini dilakukan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsentrasi gas SO2 udara
ambient di wilayah pengecoran logam masih jauh dibawah nilai ambang batas
yang diperlukan, sehingga keberadaannya tidak menimbulkan pengaruh negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat disekitarnya.

Katakunci : Kualitas SO2, Udara ambien, dan Pengecoran logam.

1. PENDAHULUAN berubah kekuning-kuningan, udara yang


semakin tidak segar dan lain-lain.
1.1. Latar Belakang Meskipun demikian, sampai saat ini
penelitian mengenai masalah lingkungan,
Sejak jaman dahulu, di Kecamatan khususnya terhadap kualitas lingkungan dan
Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, telah dampak terhadap kesehatan manusia masih
berkembang industri pengecoran logam yang sangat minim. Teguh dkk.(2), telah
dilakukan oleh masyarakat. Pada saat ini mengidentifikasi kualitas debu dalam udara
terdapat sekitar 300 pengusaha pengecor ambien pada lokasi industri pengecoran
logam, yang sebagian besar masih logam tersebut. Sebagai kelanjutan dari
menggunakan teknologi konvensional dan penelitian sebelumnya, dalam tulisan ini telah
belum memperhatikan masalah lingkungan. diidentifikasi kualitas gas SO2 yang
Dengan teknologi tersebut, produk merupakan salah satu komponen penyebab
yang dihasilkan masih berupa besi tuang, timbulnya pencemaran dan penurunan
seperti produk rumah pompa, lampu kualitas udara, disamping komponen debu
penerangan jalan seni, meja-kursi antik, beserta kandungan logamnya, NO2, dll.
komponen mesin kendaraan, blok canvas rem
kereta serta produk alat-alat berat. Pada 1.2. Tinjauan Pustaka
perkembangannya, saat ini penggunaan
teknologi tungku induksi dengan Udara adalah suatu kesatuan ruangan,
menggunakan listrik telah dipergunakan oleh dimana makhluk hidup berada di dalamnya.
beberapa industri untuk menghasilkan produk Udara atmosfer merupakan campuran gas
berupa baja cetak. Kendala yang ada adalah yang terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20%
belum dikuasainya teknologi induksi sehingga oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon
hasilnya masih banyak yang gagal (reject), monoksida dan sisanya terdiri dari Neon,
serta membutuhkan investasi yang cukup Helium, Metan dan Hidrogen. Udara
besar. dikatakan normal dan dapat mendukung
Dampak lain dari keterbatasan kehidupan manusia, apabila komposisinya
pengetahuan dan penggunaan teknologi seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila
konvensional di industri pengecoran logam terjadi penambahan gas lain, apalagi yang
Ceper ini, adalah semakin memburuknya menimbulkan gangguan serta perubahan dari
kondisi lingkungan di wilayah industri dari hari komposisi, maka dikatakan udara sudah
ke hari. Secara fisik dampak lingkungan ini tercemar.
telah dirasakan oleh sebagian besar Pencemaran udara adalah adanya atau
masyarakatnya, seperti warna air sumur yang masuknya salah satu atau lebih zat pencemar

*)
Peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi

Identifikasi Kualitas Gas SO2 di Daerah(Wiharja) 251


di udara, dalam jumlah dan waktu tertentu, Disamping dampak terhadap
yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia tersebut, polutan ini juga
manusia, hewan, tumbuhan, dan benda- berpengaruh negatif pada benda-benda
benda lainnya. (Undang-undang no 4 tahun maupun tanaman melalui pembentukan hujan
1982 tentang pokok-pokok pengelolaan asam.
lingkungan hidup). Secara umum, proses pembentukan
Secara umum terdapat 8 parameter gas sulfur oksida hasil pembakaran bahan
pencemar udara yaitu, debu, NH3, Pb, CO, bakar fosil mengikuti mekanisme reaksi
SO2, hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara sebagai berikut :
bersamaan maupun sendiri-sendiri memiliki S + O2 SO2
potensi bahaya bagi lingkungan, yang meliputi 2 SO2 + O2 2 SO3
dampak bagi kesehatan masyarakat, hewan,
tanaman maupun bagi material (benda) Dari hasil pembakaran ini, jumlah
seperti bangunan, logam dll. SO2 selalu akan lebih besar dari jumlah SO3,
Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan karena pembentukan SO3 sangat dipengaruhi
gas polutan yang banyak dihasilkan dari oleh kondisi reaksi seperti suhu dan jumlah
pembakaran bahan bakar fosil yang O2, dan biasanya tidak lebih dari 10 % jumlah
mengandung unsur belerang seperti minyak, pembentukan gas Sulfur oksida.
gas, batubara, maupun kokas. Disamping Meskipun pembakaran bahan bakar
SO2, pembakaran ini juga menghasilkan gas fosil oleh manusia merupakan salah satu
SO3, yang secara bersama-sama dengan gas sumber emisi SO2 ke udara, namun
SO2 lebih dikenal sebagai gas SOx (sulfur diperkirakan jumlah emisi ini hanya sepertiga
oksida). dari total emisi SO2 yang ada. Penyumbang
Akibat utama pencemaran gas sulfur terbesar dari polutan ini adalah berasal dari
oksida, khususnya SO2 terhadap manusia aktivitas alam seperti dari letusan gunung
adalah terjadinya iritasi pada system berapi yang menghasilkan gas H2S. Melalui
pernapasan. Beberapa penelitian proses oksidasi di udara, selanjutnya gas H2S
menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan ini berubah menjadi gas SO2.
terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm Selain sumber-sumber emisi dari
atau lebih. Bahkan pada beberapa individu hasil pembakaran bahan bakar fosil di atas,
yang sensitive, iritasi sudah terjadi pada industri pengolahan hasil tambang, seperti
paparan 1-2 ppm saja. Untuk penderita yang Industri peleburan baja merupakan industri
mempunyai penyakit kronis pada system terbesar yang menghasilkan SOX. Hal ini
pernapasan dan kardiovaskular dan lanjut disebabkan karena elemen yang penting
usia gas ini merupakan polutan yang secara alami terdapat dalam bentuk logam
berbahaya karena dengan paparan yang sulfida seperti tembaga (CuFeS2 dan Cu2S),
rendah saja ( 0,2 ppm) sudah dapat Seng (ZnS), merkuri (HgS), dan timbal (PbS).
menyebabkan iritasi tenggorokan. Lebih Di samping itu sulfur merupakan kontaminan
lengkap, pada Table 1 ditunjukkan pengaruh yang tidak dikehendaki dalam logam dan
SO2 dalam berbagai kadar (ppm) terhadap biasanya lebih mudah menghilangkan sulfur
kesehatan manusia. dari permukaan logam yang kasar
dibandingkan menghilangkannya dari produk
Tabel 1. : Pengaruh Gas SO2 Terhadap Manusia metal yang lain.
Beberapa reaksi yang terjadi pada
Kadar Dampaknya terhadap manusia proses peleburan logam adalah sbb :
(ppm)
- Jumlah minimum yang dapat dideteksi
3~5 2 ZnS + 3 O2--------> 2 ZnO + 2 SO2
baunya
8 ~ 12
- jumlah minimum yang segera 2 PbS + 3 O2 -------> 2 PbO + 2 SO2
mengakibatkan iritasi tenggorokan
- Jumlah minimum yang mengakibatkan
iritasi pada mata
Untuk produksi tembaga, penanganan CuS
20 - Dapat menyebabkan batuk akan membentuk metal melalui reaksi :
- Jumlah maksimum yang diperbolehkan
untuk paparan yang lama Cu2S + O2 --------> 2 Cu + SO2
50 ~ - Jumlah maksimum yang dibolehkan untuk
100 paparan yang singkat ( + 30 menit)
400 ~ - Sudah berbahaya walaupun dalam Dari reaksi ini tampak bahwa, SO2
500 paparan yang singkat juga dihasilkan dari hasil samping industri
Sumber : Philip Kristanto, Ekologi Industri, Edisi logam.
(2)
Pertama cetakan pertama, 2002.

252 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 251-255


Lebih jauh, gas SO2 ini telah Pemilihan titik sampling diutamakan
menimbulkan hujan asam sebagai hasil reaksi pada wilayah-wilayah padat industri terutama
: industri pengecoran logam, disamping itu juga
O2 + SO2 + H2O --------> H2 SO4 dilakukan pengambilan sampel pada daerah
yang terletak di sekitar daerah industri
yang menghasilkan pH air hujan cenderung tersebut seperti Dusun Ndoyo dan
rendah ( pH < 7). Kecamatan Delanggu. Sedangkan parameter
Untuk mengurangi dampak yang diukur adalah gas SO2.
lingkungan yang diakibatkan oleh gas SO2
sebagai hasil aktivitas manusia, perlu adanya 2.2. Waktu Penelitian
upaya pencegahan secara terus menerus
untuk menurunkan kadar emisi gas ini hingga Penelitian dilaksanakan pada
pada kadar dibawah nilai ambang batas yang tanggal 6 Juli 2001 sampai dengan 8 Juli
diijinkan. Salah satu upaya pencegahan ini 2001. Pengambilan sampel dilakukan secara
dikenal sebagai pendekatan penerapan kontinyu dari titik sampling yang satu ke titik
teknologi produksi bersih. sampling yang lain, masing-masing 2 (dua)
kali pengulangan.
1.3. Tujuan
2.3. Metoda Pengambilan Sampel
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh kegiatan industri Pengambilan sampel gas SO2
pengecoran logam di Ceper terhadap udara menggunakan metode pararosanilin dengan
disekitarnya. peralatan impinger3. Prinsip dari metode ini
adalah berdasarkan pada absorbsi gas SO2
2. METODE PENELITIAN dari udara pada larutan penyerap kalium tetra
kloromerkurat (TCM). Dalam hal ini terbentuk
2.1. Lokasi Penelitian kompleks diklorosulfito merkurat yang tahan
oksidasi udara. Selanjutnya kompleks
Sebagai kelanjutan dari penelitian tersebut kemudian direaksikan dengan
sebelumnya(1), penelitian ini dilakukan pada pararosanilin dan formaldehida membentuk
titik pengambilan sampel yang sama di 3 asam pararosanilin metil sulfonat yang
(tiga) Desa pada kecamatan Ceper yaitu berwarna. Intensitas warna yang terjadi diukur
Desa Tegalrejo, Desa Ngawonggo dan Desa dengan spektrofotometer yang dihubungkan
Ceper. Penelitian difokuskan pada 9 langsung dengan jumlah SO2 yang ada dalam
(sembilan) titik sampling dengan masing- sample udara yang telah diambil.
masing 2 (dua) kali pengukuran. Kesembilan Metode pengukuran tersebut
lokasi sampling tersebut, yaitu: berdasarkan reaksi Schiff yang dapat
mengukur konsentrasi SO2 pada kisaran 25 ~
A. Desa Tegalrejo 1000 g/m3 pada laju aliran sample udara
1. Laboratorium pengecoran logam yang sama, sedangkan untuk yang lebih kecil
2. Rumah Lurah Tegalrejo dari 25 g/m3 dapat diukur dengan volume
3. PT. Batur jaya (Dusun Batur) sample udara yang lebih besar. Kisaran kerja
4. PT. Bahama (Dusun Batur) absorbsi antara 0,03g ~ 1,00g atau 0,8 g
~ 27 g ion sulfit pada larutan 25 ml dengan
B. Desa Ceper mengikuti hukum beer.
1. Dusun Jeblogan Dalam udara sample tersebut juga
2. Kantor Desa Ceper terdapat kandungan zat zat yang lain yang
dapat mengganggu pengukuran kadar gas
C. Desa Ngawonggo SO2, diantaranya ialah, NOX, O3, Fe, Mn, Cr.
1. Rumah Lurah Ngawonggo Gangguan dari gas yang lain dapat dicegah
dengan jalan :
D. Di luar daerah industri NOX dapat dihilangkan dengan asam
1. Kecamatan Delanggu (sebelah utara sulfanat (HNSO3H)
desa Ngawonggo) O3 dapat dihilangkan dengan
2. Dusun Ndoyo, Desa Cetan (sebelah memperlambat waktu sampling.
tenggara desa Tegalrejo) Fe, Mn, Cr dapat dihilangkan dengan
Na2EDTA dan asam fosfat, sedikit 60 g

Identifikasi Kualitas Gas SO2 di Daerah(Wiharja) 253


Fe3+, 10 g Mn, 10 g Cr3+ dapat ditolerir pengecoran logam yang hampir 50% berada
dengan pereaksi absorbsi 10 ml. di dusun Batur, Desa Tegalrejo.
Lebih lanjut, untuk mengetahui
Rumus Perhitungan Konsentrasi : perbedaan pengaruh kedua variabel ini
terhadap kualitas udara ambien, dalam
( A Ao ) ( Bs ) penelitian ini dicoba melakukan uji korelasi
g SO2 / m3 = --------------------- x D (1) menggunakan uji statistik (uji-t) terhadap data
Vr kualitas SO2 dan debu. Hasil pengujian
Dimana : terhadap data analisa SO2 dan debu pada
A = Absorbansi sample masing-masing lokasi dihasilkan nilai korelasi
Ao = Absorbansi pereaksi blanko 0,032 yang berarti bahwa data hasil
Vr = Volume udara terkoreksi pada pengukuran antara SO2 dan debu mempunyai
25C dan 760 mmHg (m3) derajat korelasi yang sangat rendah atau
Bs = Faktor kalibrasi, ( g/unit dapat dikatakan tidak ada korelasinya.
absorbansi)
D = Faktor pengencer, untuk sampel Tabel 2. Jumlah Industri Di Wilayah Industri
Pengecoran Logam Ceper
30 menit dan 1 jam , D = 1, untuk
sampel 24 jam, D = 10 3
Jumlah Kadar (g/m )*
Lokasi Pengambilan
Industri/ Debu
(
Sampel SO2
Konsentrasi SO2 dapat dihitung Desa 1)

sebagai ppm SO2 dengan cara : Desa Tegalrejo 134


Laboratorium 7,1 205,7
pengecoran logam 7,3 140,3
ppm SO2 = g SO2 /m3 x 3,82 x 10-4 (2)
Rumah Lurah 1,4 108,2
Tegalrejo 1,6 119,5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Batur jaya 9,3 191,0
(Dusun Batur) 9,0 220,2
Untuk mendukung penelitian ini, telah PT. Bahama 7,3 458,3
(Dusun Batur) 5,7 454,6
diukur beberapa data meteorologi terkait Desa Ceper 40
dengan waktu pengambilan sampel udara. Dusun Jeblogan 1,8 355,6
Secara umum, kondisi meteorologi saat 1,0 186,0
pengambilan sampel adalah kondisi cuaca Kantor Desa 3,9 118,8
cerah, tekanan berkisar 748,03 ~ 754,38 Ceper 2,0 113,5
Desa Ngawonggo 38
mmHg, suhu 31 ~ 38C, kelembaban 46 ~ Rumah Lurah 5,2 540,0
77%, dan kecepatan angin rendah (dibawah Ngawonggo 5,2 738,9
60 m/menit). Di luar daerah -
Hasil perhitungan kadar SO2 secara industri
lengkap untuk masing-masing lokasi disajikan Kecamatan 8,9 101,1
Delanggu (sebelah 8,2 167,8
dalam tabel 2. utara desa
Dari tabel tersebut tampak bahwa pada Ngawonggo)
seluruh titik pengambilan sampel, kadar SO2 Dusun Ndoyo, 1,4 165,4
yang dihasilkan masih jauh dari nilai ambang (sebelah tenggara 0,0 387,1
desa Tegalrejo)
batas yang diperbolehkan yaitu 260 g/m3.
Keterangan :
Hasil ini sangat berbeda dengan hasil
Kadar SO2 dan Debu terdiri dari Kadar
identifikasi kualitas debu yang telah dilakukan
hasil analisa pagi hari (data atas) dan
pada penelitian sebelumnya(1). Hasil
analisa sore hari (data bawah).
penelitian sebelumnya pada lokasi yang
Standar baku SO2 dan debu untuk udara
sama, telah memberikan gambaran bahwa
ambien masing-masing adalah 900
pada beberapa wilayah di dalam kawasan
g/Nm3 dan 230 g/Nm3 .(4)
industri pengecoran logam ini, tingkat
pencemaran debu yang diduga bersumber
Hasil ini memberi gambaran bahwa
dari aktifitas pengecoran logam telah
kedua bahan polutan ini memberikan dampak
melampaui nilai ambang batas yang
pencemaran yang berbeda terhadap
ditentukan. Lokasi-lokasi ini, yaitu lokasi
lingkungan industri pengecoran logam ini.
Rumah Lurah Ngawonggo, PT Bahama,
Dengan asumsi bahwa sumber emisi kedua
dusun Batur) dan dusun jeblogan(1). Tingginya
bahan polutan ini sama, yaitu industri
tingkat pencemaran debu ini, diduga erat
pengecoran logam, maka perbedaan
berkaitan dengan konsentrasi industri
kontribusi pencemaran lingkungan ini

254 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 3, No. 3, September 2002: 251-255


disebabkan perbedaan massa kedua polutan 4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41
tersebut. Polutan debu memiliki massa yang Tahun 1999 tentang Pengendalian
jauh lebih besar dibandingkan dengan massa Pencemaran Udara.
gas SO2, sehingga sebaran partikel debu 5. Parker, 1981. Air Pollution. John Willey &
cenderung tidak jauh dari sumber emisi. Hal Sons, New York.
ini sangat berbeda dengan karakteristik SO2 6. Perry R.H, 1984. Chemical Enggineering
yang berupa gas. Dengan sifat gas ini maka Hand Book, Sixth edition.
sebaran SO2 terdispersi dengan udara dan
sangat tergantung pada kondisi udara sesaat,
seperti kecepatan angin, suhu udara dll.
Selain itu, rendahnya kadar SO2
udara ambien pada wilayah industri
pengecoran logam ini juga diduga karena
aktifitas pengecoran tidak banyak
menghasilkan emisi gas SO2. Hal ini
didasarkan pada fakta bahwa proses
pengecoran ini digunakan bahan bakar kokas
yang kandungan belerangnya sangat rendah,
sehingga emisi gas SO2 yang dihasilkan juga
akan sangat kecil.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan


yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi gas SO2 udara ambien
wilayah industri pengecoran logam di
Ceper masih jauh dibawah nilai ambang
batas yang ditentukan, sehingga belum
berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat sekitarnya,
2. Berbeda dengan konsentrasi debu yang
sudah cukup tinggi di beberapa lokasi,
rendahnya konsentrasi SO2 ini diduga
karena sebaran SO2 jauh lebih luas
dibanding dengan sebaran debu,
3. Untuk menghasilkan gambaran tentang
kondisi lingkungan industri pengecoran
logam ini, khususnya udara, perlu
adanya pelelitian lanjutan terhadap
kualitas Nox, bahan oksidan, kandungan
logam-logam berbahaya dalam debu. dll.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prayudi T dan Susanto J.P. 2001,


Kualitas Debu Dalam Udara Sebagai
Dampak Industri Pengecoran Logam
Ceper, Jurnal Teknologi Lingkungan.
2. Kristanto P, 2002, Ekologi Industri,
Edisi Pertama, Cetakan Pertama.
3. Khasani, S. I. 1995, Peralatan Impinger,
Kalibrasi dan Aplikasinya, Kursus Teknik
Analisa Debu dan Gas Berbahaya,
Bandung.

Identifikasi Kualitas Gas SO2 di Daerah(Wiharja) 255

Anda mungkin juga menyukai