Anda di halaman 1dari 16

TL5324TUGAS REKAYASA KESELAMATAN

PEKERJAAN BEKERJA DIKETINGGIAN


PT. WASKITA KARYA

DIANTI
25315041

KESEHATAN DAN KESELAMATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
Latar Belakang

Pada setiap jenis pekerjaan memiliki risiko bahaya terhadap kesehatan


dan keselamatan. Risiko kesehatan dan keselamatan yang potensial bagi
pekerja adalah kecelakaan kerja dan penyakit jabatan (penyakit menular
dan penyakit tidak menular). Tinggi risiko tersebut bergantung pada
jenis produksi, teknologi, dan bahan yang digunakan, tata ruang dan
lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksana.

Pekerjaan bidang konstruksi adalah pekerjaan yang padat akan aktivitas


dengan level risiko yang cukup tinggi, salah satunya adalah bekerja
diketinggian. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian finansial
yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, pekerjaan
bidang konstruksi memerlukan keterlibatan engineering sebagai
perencana, kontraktor sebagai pelaksana, dan konsultan sebagai
pengawas yang memberikan konstribusi dalam mewujudkan kesehatan
dan keselamatan kerja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) mengenai Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3), diketahui bahwa angka kasus kecelakaan kerja
masih sangat tinggi. Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa
angka kecelakaan kerja di Indonesia yaitu 103.000/tahun dengan 2400
kasus menyebabkan kematian. Kecelakaan kerja bidang konstruksi
memiliki angka kasus yang tinggi yaitu 32%, manufaktur 32%,
transportasi 9%, kehutanan 4%, dan pertambangan 2%. Informasi berita
di Liputan 6 RCTI pada tanggal 19 Januari 2016, melalui Kementeriaan
Kesehatan RI menyatakan bahwa kasus kecelakaan kerja
bidangkonstruksi terdapat 363 kasus dengan kerugian mencapai 5,8
miliar.

Pada pekerjaan bidang konstruksi diperlukan perizinan kerja yang terdiri


dari request dan work permit. Dalam makalah ini akan dibahas work
permit atau umumnya disebut dengan perizinan kerja oleh K3 pada PT.
Waskita Karya.

PT. Waskita Karya


PT. Waskita Karya merupakan perusahaan yang didirikan sebagai Badan
Usaha MIlik Negara pada tanggal 1 Januari 1961 melalui proses
nasionalisasi perusahaan asing yang semula bernama Volker
Aannemings Maatschapij N. V. dan kemudian diubah menjadi PT. Waskita
Karya. Selain bergerak dalam bidang konstruksi, perusahaan ini juga
menjalankan bisnis di bidang pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan,
investasi, agro industri, pekerjaan terintegrasi serta layanan jasa
peningkatan kemampuan di bidang konstruksi (Waskita Karya, 2012).

PT. Waskita Karya sebagai salah satu badan usaha bidang konstruksi
terbesar di Indonesia. Perusahaan ini selalu mengendalikan risiko
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, mutu, dan
pengamanan dengan cara menerapkan sistem manajemendalam
memenuhi stakeholders. Organisasi internal Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) perusahaan ini jugatelah menerapkan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Selain itujuga menempatkan K3 sebagai
prioritas utama dari awal pengerjaan proyek sampai dengan akhir
pelaksanaan pekerjaan, dan melakukan penerapan dan
pemeliharaanprogram pengembangan K3. Organisasi internal
perusahaan ini berjalan baik sesuai dengan fungsinya, sebagai
penerapan standar mutu perusahaan ini berpedoman pada (Waskita
Karya, 2012):

ISO 14001: 2004 (Sistem Manajemen Lingkunga)


OHSAS 18001: 2007 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
ISO 9001: 2008 (Sistem Manajemen Mutu)
Sertifikat Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

PT. Waskita Karya melakukan kegiatan konstruksi seperti pembangunan


jalan tol, flyover, jembatan, bangunan, bahan konstruksi (beton), dan
lainnya.Beberapa peraturan dan prosedur kerjaoleh lembaga atau
instansi berwenang dan bertanggung jawab dibidang konstruksi yang
mendasari proses kerja, yaitu:

UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


UU RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
PP RI No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan

Untuk mengimplementasikan atau menerapkan keselamatan kesehatan


kerja, lingkungan, mutu, dan pengamanan (K3LMP) diperlukan program
pelaksanaan audit internal. Pelaksanaan audit internal memiliki prosedur
audit internal sendiri dalam PW-K3LMP-08, seperti perizinan kerja.Unit
proses konstruksi salah satunya adalah bekerja diketinggian

Perizinan Kerja Bekerja Diketinggian

Pengertian bekerja diketinggian oleh Assosiation Rope Access Indonesia


dan Rope and Work Corporation adalah setiap pekerjaan yang bekerja
pada lokasi ketinggian 2 meter atau lebih dari permukaan tanah dengan
tingkat risiko tinggi seperti bahaya jatuh, sehingga memerlukan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman khusus untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.

Pada pekerjaan bidang konstruksi dikenal istilah perizinan kerja.


Beberapa pekerjaan memerlukan perizinan kerja sebelum pekerjaan
dimulai dan beberapa pekerjaan tidak. Peraturan tersebut biasanya
merupakan hasil kesepakatan dalam dokumen kontrak dalam
perencanaan konstruksi antara kontraktor dan engineer. Perizinan kerja
ditujukan untuk pekerjaan yang mengandung risiko bahaya tinggi.
Tujuan perizinan kerja adalah untuk memantau dan memastikan seluruh
risiko bahaya dari area atau situasi ataupun aktivitas operasional dan
aktivitas kerjadi tempat kerja sudah terdapat pengendalian sehingga
aman untuk dilakukan pekerjaan tersebut (Wahyuni, 2010).

Perizinan kerja terbagi mejadi request dan work permit. Request


diperlukan oleh kontraktor untuk meminta izin bekerja pada engineer
untuk melaksanakan pekerjaan di lokasi tertentu. Request tersebut
berlaku pada waktu tertentu tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan.
Work permit merupakan formulir yang dikeluarkan oleh pengawas atau
supervisor atau pelaksana kepada subkontraktor atau mandor pada
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang dianggap memiliki
risiko bahaya. Pekerjaan yang termasuk diatur dalam perizinan kerja
salah satunya adalah bekrja diketinggian (Wahyuni, 2010).
Formulir perizinan kerja bekerja diketinggianberisi peraturan atau
kebijakan perusahaan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pekerja yang
harus dipatuhi oleh pengaju izin. Peraturan atau kebijakan tersebut
terdiri dari kebijakan administratif dan teknis. Kebijakan teknis.
Pengajuan pezinan kerja yang telah disahkan atau diizinkan oleh
petugas yang berwenang memiliki jangka waktu atau batas waktu
tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Jika melebihi
batas waktu, maka pekerja harus mengajukan kembali perizinan kerja
tersebut.

Pada perizinan kerja PT. Waskita Karya mewajibkan kepada setiap


pekerja konstruksi yang akan melakukan pekerjaan konstruksi bekerja
diketinggian untuk mengisi formulir perizinan kerja. Perizinan kerja diisi
oleh Kepala Lapangan atau pelaksana yang terkait daerah kerjanya, dan
kemudian dilakukan pengesahan izin kerja oleh Kepala Lapangan dan
petugas K3LMP.Berikut merupakan isian formulir perizinan kerja.

Perizinan Kerja Pekerjaan Bekerja Diketinggian PT. Waskita


Karya
Subkontraktor Jumlah personil
Nama kru Pekerjaan diizinkan untuk dimulai pada:
Jenis pekerjaan Tanggal
Lokasi pekerjaan Mulai kerja
Peralatan yang digunakan Selesai kerja
Jam kerja
N Tida
Pertanyaan Iya
o k

1 Apakah rencana kerja sudah diperiksa dan didiskusikan?

2 Apakah pemeriksaan sudah dilakukan oleh kedua belah pihak?

3 Apakah para pekerja sudah dijelaskan bahaya yang ada?

4 Apakah pekerja sudah berpengalaman?
Apakah kondisi pekerja sehat dan berani bekerja di
5
ketinggian?

6 Apakah keadaan sekitar sudah diperiksa dan aman?
Apakah tangga kerja sudah dipersiapkan cukup kuat dan
7
aman?
Apakah platform cukup kuat dan luas untuk penempatan
8
peralatan yang diperlukan serta diberi pagar pengaman?
Apakah life line (tali penggantung untuk pengaman) sudah
9
dipasang?

10 Apakah barikade/ tanda peringatan/ rambu sudah dipasang?

11 Apakah perlu lampu penerangan?

12 Apakah perlu alat komunikasi?


Apakah Instruksi Kerja (IK) pekerjaan tersebut sudah dimiliki
13
dan dimengerti serta dipahami oleh pekerja?

14 Apakah rencana evakuasi sudah dipersiapkan?

15 Apakah sudah ditunjuk petugas untuk mengawasi?
Apakah lokasi cukup aman untuk bekerja, misalnya terhadap
16
bahaya listrik?

17 Apakah perlu jaring pengaman?

18 Apakah perlu perhatian terhadap hal-hal lain yang kurang?
Body
Harmess
Gloves
19 Alat pelindung diri yang wajib dipakai
Helm
Safety
Shoes
Formulir Perizinan Kerja Pekerjaan Bekerja Diketinggian PT. Waskita Karya
SuratKeputusan Bersama (SKB) Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum No. 174/Men/1986 dan N0.104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
merupakan pedoman pembuatan dan penyusunan perizinan kerja
pekerjaan bidang konstruksi. Pada perundangan mengatur hal-hal
sebagai berikut:

a. Perencanaan kegiatan konstruksi


b. Kewajiban umum kontraktor dalam pengawasan konstruksi
c. Kewajiban kontaktor mengomunikasikan dan hak pekerja
mengetahui risiko kerja
d. Pekerjaan konstruksi dilakukan oleh ahli berpengalaman atau
bersertifikasi
e. Ketentuan kesehatan kerja dan pertolongan pada kecelakaan
f. Kewajiban organisasi kesehatan dan keselamatan kerja dalam
keamanan
Keamanan dan kebersihan
Instruksi kerja
g. Inventaris (fasilitas pendukung) untuk pekerjaan bekerja
diketinggian
Tangga kuat dan aman
Lapisan pelataran atau platform
Sabuk ikat pinggang pengaman
Terali pengaman pada sisi atau lokasi terbuka
Alat jaring atau jala perangkap
h. Pemberian dan pamasangan barikade atau tanda peringatan
ataupun rambu sebagai peringatan pada alat, bahan, lokasi, atau
hal lain yang dapat menimbulkan risiko bahaya
i. Tempat kerja dan peralatan
Pintu masuk atau keluar (jalur evakuasi)
Lampu atau penerangan
Kebersihan
Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadan kebakaran
akibat aliran listrik
j. Alat komunikasi sebagai peralatan untuk mengangkat
(pengawasan dan pemeliharaan)
k. Inventaris (fasilitas pelindung) alat pelindung diri (APD)

Semua hal yang ada pada formulir perizinan merupakan bagian dari SKB
tersebut. Namun dua kolom yaitu apakah perlu alat komunikasi dengan
jawaban tidak dan apakah perlu perhatian terhadap hal-hal lain yang
kurang dengan jawaban iya. Sebaikknya, diperlukan adanya alat
komunikasi jika terjadi keadaan darurat dan adanya hal lain yang perlu
diperhatikan untuk memantau dan memastikan seluruh risiko bahaya
dari area atau situasi ataupun aktivitas operasional dan aktivitas kerja di
tempat kerja sudah terdapat pengendalian sehingga aman untuk
dilakukan pekerjaan.

Revisi atau pembaharuan formulir perizinan kerja pekerjaan bidang


konstruksi bekerja diketinggian dapat berpedoman dengan perundangan
SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
174/Men/1986 dan N0.104/KPTS/1986.

Risiko Bahaya Bekerja Diketinggian

Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah pemasangan kaca dan kusen, dan
plafon dengan menggunakan beberapa peralatan seperti gerinda dan
bor. Berdasarkan peraturan atau kebijakan perusahaan PT. Waskita Karya
pada formulir perizinan kerja tersebut, maka dapat diketahui beberapa
risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi, yaitu:

a. Risiko kecelakaan kerja secara umum


Material atau peralatan jatuh dari ketinggian. Hal ini dapat
disebabkan oleh jatuhnya material atau peralatan kerja
Pekerja terjatuh dari ketinggian. Hal ini dapat disebabkan oleh
kerusakan alat panjat seperti tangga, pengaman lantai terbuka,
lubang, dan perancah.
b. Risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi saat bekerja pada posisi
tinggi
Pekerja terjatuh di lantai yang sama. Hal ini dapat disebabkan
oleh tersandung peralatan kerja, tersandung kabel, ataupun
tersandung material
Pekerja terjatuh dari atas ke bawah. Hal ini dapat disebabkan
oleh jatuh dari atas perancah, tangga, atap, ataupun atas
bangunan
Pekerja tidak memahami tempat kerja. Hal ini dapat disebabkan
oleh patform yang tidak memadai, lantai berlubang atau
ambruk
Alat pelindung bahaya jatuh yang tidak memadai seperti single
lanyard dan life line tidak kuat menahan beban, fall arrest tidak
bekerja dengan benar
Pekerja tidak menggunakan full body harness. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh pekerja tidak merasa diingatkan oleh
atasan, tenaga kerja menganggap ringan risiko jatuh, tidak
mengerti potensi bahaya pekerjaannya, dan kebiasaan lama
Pekerja mengangkat personel dengan menggunakan peralatan
yang tidak sesuai yaitu menggunakan bracket buatan sendiri,
menggunakan keranjang yang tidak sesuai dengan standar
Pekerja tidak dalam posisi atau sikap kerja yang benar pada
saat melakukan pekerjaan (ergonomi) seperti hanya
mneggunakan satu tangan dalam mengerjakan pekerjaan, atau
tumpuan badan tidak baik dan benar
c. Risiko kecelakaan kerja yang berkaitan dengan pekerjaan
Pekerja tertimpa oleh material atau peralatan kerja seperti kaca,
kusen, plafon, gerinda, dan bor
Pekerja terluka oleh material atau peralatan seperti kaca, kusen,
plafon, gerinda, dan bor
Pekerja tersengat listrik melalui peralatan listrik yang digunakan
pada saat proses pekerjaan berlangsung seperti gerinda dan bor

Prosedur Administratif Bekerja Diketinggian

Prosedur bekerja diketinggian dibuat untuk menjelaskan pengaturan dan


pengendalian serta mengoordinir pekerjaan. Penggunaan prosedur ini
memastikan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang terlibat di
dalamnya. Prosedur ini dibuat pada saat dilakukannya perencanaan.

Prosedur ini menjelaskan sistem dan peralatan yang digunakan untuk


melaksanakan pekerjaan diketinggian. Prosedur kerja diketinggian pada
kebijakan administratif adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2010):

a. Yard Construction Manager


Memastikan prosedur ini sudah tersosialisasi kepada
departemen terkait
Memastikan semua peralatan dan material yang digunakan
untuk berkerja di ketinggian tersedia dan sudah diinspeksi
Memastikan supervisor berada di tempat atau mengawasi di
tempat kerja pada saat anggotanya bekerja di ketinggian.
b. Protect HSE Manager
Melakukan sosialisasi prosedur ini kepada semua departemen
terkait
Memastikan semua orang yang bekerja di atas ketinggian
sudah ditraining dan peduli dengan prosedur
Memastikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk bekerja di
ketinggian tersedia dan terpelihara dengan baik
c. Yard Facility Coordinator
Memastikan bawahannya peduli dengan prosedur bekerja di
ketinggian
Memastikan bawahannya sudah mengikuti training bekerja di
ketinggian dan familiar dengan prosedur ini
Memastikan kondisi APD (Full Body Harness) dalam kondisi
bagus dan diinspeksi
Mempunyai daftar sertifikat pekerja (Scaffolder) dan mereka
bertanggung jawab merawat APD.
d. HSE Coordinator
Mengechek dan menjaga stok APD untuk bekerja di ketinggian
Mengatur schedule training pekerja baru atau kontrak baru
sebelum bekerja di ketinggian
Memastikan prosedur bekerja di ketinggian dilaksanakan atau
implementasikan
Memastikan pekerja memakai APD yang layak ketika bekerja di
ketinggian.
e. Safetyman
Memonitor dan mengechek pemakaian Full Body Harness ketika
orang bekerja di ketinggian
Memastikan pekerja mencantolkan double lanyard atau tali
ketika bekerja di ketinggian
Menghentikan segera, apabila menemukan pekerja di
ketinggian lebih dari 2 meter tidak memakai Full Body Harness
Memasang barricade atau pita penghalang di awah orang
bekerja di ketinggian
Memasang tanda Hati-hati orang bekerja di atas
f. Scaffolder dan Pekerja
Semua orang yang bekerja di atas 2 meter harus mengikuti
prosedur bekerja di ketinggian dan pencegahan terhadap benda
jatuh
Wajib memakai Full Body Harness dan mencantolkan lanyard
atau tali di atas dada atau tempat aman
Melindungi alat tangan ketika bekerja di ketinggian
Memasang barricade atau pita penghalang di bawah orang
bekerja di ketinggian
Tidak menjatuhkan material ke bawah
Helm atau topi keselamatan wajib dilengkapi dengan tali dagu
Wajib bertanggung jawab untuk memelihara Full Body Harness

Prosedur Pengoperasian Standar (SPP) Bekerja Diketinggian

Prosedur Pengoperasian Standar adalah oleh PT. Freeport Indonesia. PPS


bertujuan untuk memberikan panduan kepada karyawankonstruksi
perkotaan dan umum untuk dapat memahami, mengikuti dan
menerapkan tata cara bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter atau
ketinggian kurang dari 2 meter tetapi memiliki potensi bahaya terjatuh
dari ketinggian. PPS ditujukan kepada untuk semua karyawan konstruksi
perkotaan maupun umum yang akan bekerja diketinggian. PPS
perusahaan ini melingkupi beberapa hal sebagai berikut (Freeport
Indonesia, 2015):

A. Alat pelindung diri (APD)

Pada PPS ini, APD yang disarankan adalah pelindung kepala,


pelindung jatuh, sarung tangan, sepatu safety, dan pelindung mata

B. Tindakan pencegahan umum


Pekerja konstruksi yang bekerja diketinggian adalah pekerja
dengan keahlian berpengalaman atau bersertifikasi
Pekerja dalam keadaan sehat
Alat pelindung jatuh telah disetujui dan diizinkan untuk
digunakan
Pemeriksaan dan inspeksi alat pelindung diri dan fasilitas
pendukung yang akan digunakan
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung pelaksanaan
pekerjaan bekerja diketinggian
Kontak keadaan darurat
C. Prosedur kerja

Prosedur pengoperasian standar yang diperlukan untuk bekerja


diketinggian terdapat beberapa unit proses diantaranya:

a. Persiapan sebelum pekerjaan dimulai

Hal ini dilakukan terhadap alat pelindung diri dan fasilitas


pendukung yang akan digunakan dalam pekerjaan apakah
dapat berfungsi dengan baik dan benar

b. Saat naik atau turun ke dan dari lokasi ketinggian

Gunakan alat pelindung diri seperti pelindung jatuh dan fasilitas


pelindung seperti tangga serta ergonomi yang baik dan benar

c. Bekerja diketinggian umum.

Pekerjaanpekerja diketinggian secara umum harus melakukan


hal dasar sebagai berikut:

1. Terapkan metode 100% tied-off yaitu lanyarddalam kondisi


selalu terkait pada struktur yang kuat atau tali lifeline. Jika
diperlukan, gunakan dua lanyard sekaligus agar lanyard
selalu terkait.
2. Posisi pencantolan lanyard harus lebih tinggi dari posisi
pekerja sewaktu berada diketinggian.
3. Terapkan teknik pencantolan lanyard sedemikian rupa
sehingga dapat menahan tubuh jatuh tidak sampai ke
permukaan tanah.
4. Pastikan peralatan/ material yang digunakan saat bekerja
diketinggian tidak jatuh kebawah.

Gambar 1. Prosedur Umum Bekerja Diketinggian


D. Bekerja diketinggian menggunakan scaffold

Scaffoldatau umunya disebut dengan perancah menurut


Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan adalah suatu tangga atau
peralatan platform yag dibangun sementara dan digunakan untuk
penyangga tenaga kerja atau barang pada saat bekerja diatas
ketinggian. Perancah ditujukan untuk meminimalkan risiko atau
mencegah potensi bahaya. Syarat dan ketentuan penggunaan
perancah pada pekerjaan konstruksi dapat diketahui di SKB Menteri
Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/Men/1986 dan
N0.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.

E. Bekerja diketinggian menggunakan tangga lipat portable

Penggunaan tangga untuk mempermudah tenaga kerja menjangkau


pekerjaan diketinggian harus mengacu pada persyaratan Portable
Ladder Requirements. Tangga yang akan digunakan harus bersih,
tidak licin, dan dalam keadaan sempurna.Syarat dan ketentuan
penggunaantangga lipat portable pada pekerjaan konstruksi dapat
diketahui diSKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No. 174/Men/1986 dan N0.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

F. Menaikkan dan menurunkan material dan peralatan


Pada pekerjaan konstruksi yang memerlukan proses pengangkutan
dapat berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. 05/Men/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut serta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No. 09/Men/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat
dan Angkut

G. Setelah pekerjaan selesai

Housekeeping merupakan hal yang perlu diperhatikan setelah


pekerjaan selesai, besih dan rapihkan kembali semua peralatan kerja
yang digunakan pada pekerjaan tersebut.

Kesimpulan

Perizinan kerja adalah formulir yang diperlukan khusus untuk pekerjaan


yang mengandung risiko bahaya yang tinggi. Pekerjaan konstruksi
bekerja diketinggian merupakan salah satu pekerjaan yang termasuk
diatur dalam perizinan kerja. Perizinan kerja berisi peraturan atau
kebijakan administrative dan teknis yang ditujukan pada pekerja.

Pekerjaan bekerja diketinggian menuntut pekerja untuk bekerja dalam


keadaan safety, menguasai lokasi pekerjaan terutama mengenai tingkat
risiko yang dapat ditimbulkan, menguasai lokasi pekerjaan terutama
mengenai tingkat risiko yang dapat ditimbulkan serta memahami teknik
yang dapat mengantisipasi risiko kerja diketinggian dengan didukung
alat pelindung diri yang disesuaikan dengan kebutuhan atau spesifikasi
pekerjaan yang akan dilakukan.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia: Situasi Kesehatan Kerja. ISSN
2442-7659.
Freeport Indonesia. 2015. Prosedur Pengoperasian Standar (PPS):
Bekerja Diketinggian.
Waskita Karya. 2015. Perizinan Kerja Pekerjaan Bekerja Diketinggian PT.
Waskita Karya.
Prosedur Pengoperasian Standar (PPS) Bekerja Diketinggian PT. Freeport
Indonesia. SOP-MGC-2015-001
Wahyuni, I. 2010. Sistem Pengendalian Bahaya Bekerja DIketinggian
Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT. Bunanusa
Utama Fabricators Serang, Banten (laporan Khusus Diploma III).
https://core.ac.uk/download/files/478/12350361.pdf
Waskita Karya. 2012. Dedicated To Global Construction Innovation:
Annual Report 2012. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai