Janin Dan Sistem Kehidupannya
Janin Dan Sistem Kehidupannya
Pada sirkulasi janin, ventrikel kanan dan kiri berada dalam sirkuit paralel
yang berlawanan dengan sirkuit seri neonatus atau dewasa. Pada janin, pertukaran
gas dan metabolit dilakukan oleh plasenta. Paru-paru tidak memberikan pertukaran
gas, dan pembuluh darah dalam sirkulasi paru-paru mengalami vasokonstriksi. 1
Ada empat bangunan kadiovaskular unik pada janin yang penting untuk
mempertahankan sirkulasi paralel ini: 1. Foramen ovale 2. Duktus arteriosus
Botalli 3. Arteri & vena umbilikalis 4. Duktus venosus Arantii.8
a) Jantung
Dari dahulu diduga tebalnya lapisan otot pada arteri kecil paru yang
menyebabkan resistensi vaskular menjadi tinggi. Tetapi penyelidikan terakhir
menduga bahwa tebalnya lapisan otot arteri ini tidak berubah selama
kehidupan janin, baik pada manusia maupun pada sapi. Meskipun demikian
adanya hipertensi pulmonal pada janin diduga karena meningkatnya lapisan
otot, dan mungkin yang menyebabkan sirkulasi fetal persisten pada neonatus.
Hal ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Nilai P50 pada darah janin 2,4 kPa dan pada darah dewasa 3,5 kPa
d) Perjalanan Sirkulasi
Darah yang kembali dari leher dan kepala janin, yang sangat kurang
teroksigenasi (PO2 12-14 mmHg), melalui vena kava superior masuk atrium
kanan dan secara khusus melintasi trikuspidalis, bukannya foramen ovale,
dan mengalir terutama ke ventrikel kanan. Demikian pula darah dari sinus
koronarius melalui jalan yang serupa. Dari ventrikel kanan, darah ini
diejeksikan ke dalam arteria pulmonalis. Sirkulasi arteria pulmonalis
vasokonstriksi, terdapat tekanan dari paru-paru yang belum berkembang
sehingga hanya sekitar 10% aliran keluar ventrikel kanan masuk paru-paru,
dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Sebagian besar
darah ini (yang mempunyai PO2 sekitar 18-22 mmHg) memintasi paru-paru
dan mengalir melalui duktus arteriosus Botalli ke dalam aorta desendens
untuk terus ke bagian bawah tubuh janin.1 Darah dengan kandungan O2
yang rendah tersebut akan mengalir ke organ-organ tubuh sesuai dengan
tahanan vaskular masing-masing, kemudian kembali ke plasenta melalui
dua arteri umbilikalis yang keluar dari arteri iliaca interna. 3 Seterusnya
diteruskan ke peredaran darah di kotiledon dan jonjot-jonjot dan kembali
melalui vena umbilikalis ke janin. Demikian seterusnya, sirkulasi janin ini
berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.8
e) Curah Jantung
Diameter duktus arteriosus pada janin sama dengan diameter aorta, dan
tekanan arteri pulmonalis juga sama dengan tekanan aorta. Tahanan vaskular
paru masih tinggi akibat dari kontraksi otot arteri pulmonalis. Dimensi aorta
dan arteri pulmonalis dipengaruhi oleh aliran darah ke kedua pembuluh
tersebut. Pada kelainan dengan hambatan aliran ke arteri pulmonalis, seluruh
curah jantung menuju ke aorta asenden, sampai penyempitan ismus tidak
terjadi. Sebaliknya bila aliran ke aorta asenden terhambat, misalnya pada
stenosis aorta maka arteri pulmonalis berdilatasi dan terjadi hipoplasia aorta
serta ismus.3
a) Hipofisis Anterior
Mulchahey dan kawan-kawan (1987), dalam suatu tinjauan yang bagus
sekali tentang ontogenesis fungsi dan regulasi kelenjar hipofisis janin,
mengetengahkan suatu pandangan yang menarik dan patut diacungi jempol.
Pertama, mereka mengabaikan validitas konsep bahwa pengendalian sekresi
hipofisis anterior janin tergantung pada pematangan system saraf pusat.
ACTH pertama kali dideteksi pada hipofisis janin pada minggu ke-7
kehamilan dan sebelum akhir minggu ke-17, hipofisis janin mampu
mensintesis dan menyimpan semua hormon hipofisis. GH, ACTH dan LH
telah diidentifikasi pada hipofisis janin manusia pada kehamilan 13 minggu.
Lebih jauh, hipofisis janin responsif terhadap hormon-hormon
hipofisiotropik dan mampu mensekresi hormon-hormon ini sejak kehamilan
dini.
Kadar hormon pertumbuhan hipofisis agak tinggi pada darah tali pusat,
meskipun peranan untuk hormon tersebut dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak jelas. Dekapitasi in utero tidak banyak
mengganggu pertumbuhan sisa lainnya pada janin binatang, seperti yang
diperlihatkan oleh Bearn (1967) dan lainnya. Lagipula, janin-janin
anensefalik manusia dengan jaringan hipofisis kecil tidak banyak berbeda
dari janin-janin normal.
b) Neurohipofisis
Neurohipofisis janin berkembang dengan baik pada kehamilan 10
sampai 12 minggu dan sudah dapat ditemukan oksitosin dan arginin
vasopresin (AVP). Di samping itu, hormon vasotosin (AVT) terdapat di
hipofisis janin dan kelenjar pineal. AVT hanya terdapat pada kehidupan
janin manusia. Pada binatang-binatang dewasa, infus AVT meningkatkan
tidur dan merangsang pelepasan prolaktin.
d) Tiroid
Sistem hipofisis-tiroid mampu berfungsi pada akhir tri trimester
pertama (lihat tabel). Tetapi sampai tengah-tengah kehamilan, sekresi
thyroid-stimulating hormone dan hormon tiroid masih rendah. Ada
peningkatan yang lumayan besar setelah waktu ini.
Hormon tiroid yang berasal dari ibu melintasi plasenta pada tingkat
yang sangat terbatas dengan triyodotironin lebih mudah lewat darpada
tiroksin. Ada aksi terbatas hormon tiroid selama kehidupan janin. Janin
manusia yang atiroid tumbuh secara normal pada waktu lahir. Hanya
jaringan-jaringan tertentu yang mungkin responsive terhadap hormon tiroid,
yaitu otak dan paru.
e) Kelenjar Paratiroid
Ada bukti yang baik bahwa paratiroid menguraikan parathormon pada
akhir trimester pertama dan kelenjar tersebut tampaknya memberi respon in
utero terhadap stimulasi pengaturan. Neonatus dari ibu-ibu dengan
hiperparatiroidisme, misalnya dapat menderita tetani hipokalsemik.
f) Kelenjar Adrenal
Adrenal janin manusia disbanding dengan ukuran badan totalnya jauh
lebih besar daripada perbandingan ukuran tersebut pada orang dewasa,
seluruh pembesaran tersebut merupakan bagian dalamnya atau yang disebut
zone janin korteks adrenal. Zone janin yang normalnya mengalami
hipertrofi tersebut, mengalami involusio dengan cepat setelah lahir. Zone
janin tersebut tidak ada dalam kejadian yang jarang, dimana hipofisis janin
secara kongenital tidak ada.
g) Gonad
Siiteri dan Wilson (1974) mendemontrasikan sintesis testosteron oleh
testis janin dari progesterone dan pregnenolon pada kehamilan 10 minggu.
Lebih lanjut, Leinonen dan Jaffe ( 1985) menemukan bahwa sel-sel Leydig
testis janin luput dari desensitisasi yang khas pada testis dewasa, yang
diberi tantangan-tantangan hCG berulang.