Esu (Electro Surgery Unit)
Esu (Electro Surgery Unit)
Disusun Oleh:
Ratna Dinar P
NIM. P27838012085
SURABAYA
2015
ESU (ELECTRO SURGERY UNIT)
I. Teori Dasar
ESU atau electro surgery unit merupakan alat yang digunakan pada saat tindakan
pembedahan. Pada zaman dahulu, pembedahan dilakukan secara konvesional dengan
menggunakan pisau bedah, resiko yang ditimbulkan adalah pasien akan banyak mengeluarkan
darah. Dengan menggunakan ESU, pendarahan yang terjadi dapat diminimalisir, karena
pembuluh darah yang terbuka disekitar luka dapat langsung menutup.
Electrosurgical Unit (ESU) merupakan suatu alat medis yang memanfaatkan arus listrik
frekwensi tinggi melalui generator (pembangkit) yang mengubah arus listrik frekuensi rendah
(50/60 Hz) menjadi arus listrik frekuensi tinggi (300 kHz 4 MHz), yang digunakan untuk
memotong/ membedah, membekukan/mengentalkan dan mengeringkan jaringan. ESU memiliki
prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan jaringan yang akan dipotong.
Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh tertentu
dengan menggunakan elektroda sebagai medianya.
Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemen-elemen di dalam
tubuh yang berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari
masing-masing elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar 68%, lemak
14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka semakin baik daya hantar listriknya.
Apabila tahanan ini dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah
menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang
dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh.
a) Efek Faradik
Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi
tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk
menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang digunakan sekurang-kurangnya
300KHz,
b) Efek Elektrolitik
Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik frekuensi rendah
(<5KHz) di dalam jaringan biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion
dalam tubuh. Terjadinya pergerakan ionion pada sel dari kutub (+) bergerak menuju ke kutub
negative(-) dan ionion dari kutub negative(-) ke kutub positif(+) mengakibatkan kerusakan
elektrolit pada jaringan.
Gambar 1.3 Efek Elektrolitik
c) Efek Thermal
Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi
tinggi yang masuk ke dalam tubuh.
b) Mode Monopolar
Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda
pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari generator frekuensi tinggi melalui elektroda
aktif ke jaringan tubuh pasien kembali ke generator melalui elektroda pasif. Arus listrik akan
terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik
dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan dan kerapatan arus. Mode monopolar lazimnya
digunakan pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting.
II. Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada ESU
a. K3 pada Alat
Setiap akan digunakan harus dipakai dengan teliti
Pemeriksaan untuk tandatanda kerusakan penyekatan pada kabel, konektor, dan
aksesoris lainnya.
Rangkaian pengaman harus ditest untuk kelayakan pakai
Indikator alarm dan suara harus diset dalam keadaan baik atau tidak
Setiap tiga bulan atau sesudah perbaikan
Pentahanan harus ditest dengan benar dan teliti
Setiap tahun atau sesudah diperbaiki
Mengetes arus bocor frekuensi rendah.
Tes rangkaian pengaman, cek kelayakan
Alarm dan visual alarm, cek kelayakan
b. K3 pada Pasien
Berdoa
Elektroda pasif harus sesuai pemasangannya
Jika tidak sesuai, maka saat dilakukan pembedahan pada pasien, misalnya hanya jarak
sekian yang diperlukan untuk proses pembedahan, maka hasilnya tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan.
Selain itu, apabila dilakukan pembedahan di daerah A pada pasien, maka pada daerah
B (elektroda pasif) akan timbul luka bakar.
Timbulnya keringat pada pasien/suhu tubuh pasien
Hal ini dikarenakan apabila pada tubuh pasien terdapat keringat, maka akan
menimbulkan luka bakar pada tubuh pasien. Karena pada dasarnya keringat mengandung
garam yang mempunyai sifat elektrolisis, sehingga dapat menghantarkan listrik.
c. K3 pada Operator
Berdoa
Harus mengerti dosis yang dibutuhkan
Hal ini dikarenakan, apabila seorang operator tidak mengetahui berapa kekuatan panas
yang dibutuhkan untuk melakukan pembedahan pada tubuh pasien, maka akan
menimbulkan luka bakar pada tubuh pasien dan daya tembus pembedahannya akan
semakin dalam.
Penggunaan APD
APD yang dibutuhkan seorang operator ESU antara lain yaitu:
Alas Kaki
Untuk menghindari adanya arus bocor pada grounding saat alat dioperasikan.
Sarung tangan/handscoon
Untuk melindungi operator dan pasien dari kontaminasi virus atau kotoran yang ada
Masker
Seorang operator harus mengetahui dimana dan bagaimana letak penempatan elektroda
yang benar dan sesuai pada pasien agar tidak timbul malpraktek.
d. K3 pada Teknisi
Berdoa
Sebelum melakukan perbaikan, maka alat harus dishortkan terlebh dahulu.
Hal ini dilakukan karena ESU merupakan alat yang menggunakan daya tinggi, dan
frekuensi tinggi(pada ESU yang menggunakan tabung).
Penggunaan APD
APD yang dibutuhkan seorang teknisi ESU antara lain yaitu:
Alas Kaki
Untuk menghindari adanya arus bocor pada grounding saat alat dioperasikan.
IV. Ketika ESU bekerja apakah frekuensi yang ditimbulkan dapat mempengaruhi
peralatan yang ada di sekitarnya?
Menurut saya, frekuensi yang ditimbulkan tidak mempengaruhi peralatan lain yang berada di
sekitarnya. Karena, dari beberapa sumber referensi yang saya baca, tidak menyebutkan bahwa
frekuensi pada ESU akan mempengaruhi kinerja pada peralatan lain yang ada disekitarnya. Pada
beberapa sumber referensi yang saya baca, banyak yang menyebutkan bahwa frekuensi yang
ditimbulkan oleh ESU akan mempengaruhi kesehatan dari orang yang menggunakannya.
Dampak yang ditimbulkan akibat frekuensi yang ditimbulkan oleh ESU ini antara lain yaitu efek
fisiologis, biasanya menyerang pada otak dan system syaraf. Hal ini biasanya ditandai dengan
cirri menurunnya daya ingat, kepala pusing, dan tumor otak akibat paparan gelombang RF dan
EMF yang ditimbulkan oleh ESU. Selain itu, dampaknya juga terjadi pada reproduksi dan
pengembangan seseorang, efek medan amplitude modulasi yang mempengaruhi mobilitas ion
kalsium pada jaringan otak, efek pulsa medan yang mempengaruhi organ pendengaran pada
manusia, serta indikasi terjadinya kanker. (http://azrymulia.blogspot.com/2013/03/pengaruh-
radiasi-gelombang.html)