Catatan Pengadaan
Samsul Ramli Trainer Pengadaan Barang dan Jasa
Lalu bagaimana dengan masa pelaksanaan kontrak pekerjaan cleaning services atau
makan minum pasien yang masa pelaksanaan pekerjaannya 12 bulan atau 365 hari? Apa
mungkin pelaksanaan pekerjaan melewati masa 365 hari, sedangkan penyediaan makan
minum pasien mestinya per hari. Jika dengan pemahaman diawal berarti tidak akan pernah
ada denda keterlambatan dalam kontrak makan minuman pasien. Tentu satu hal yang tidak
logis.
Mari kita buka lagi beberapa pasal dalam Perpres 54/2010 sebagaimana diubah terakhir
kali dengan Perpres 172/2014.
Pasal 93
(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:
b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang
Muka dicairkan;
Saya yakin asumsi awal keterlambatan didasarkan pada pasal 93 ayat 1 tersebut diatas.
Bahwa yang dimaknai sebagai keterlambatan adalah tentang kesempatan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan.
Dengan asumsi ini kata keterlambatan pada pasal 19 ayat 2 huruf c dipahami sebagai
ketentuan tentatif ketika terjadi pemutusan kontrak. Artinya jika tidak ada pemberian
kesempatan 50 hari maka
tidak ada keterlambatan. Karena tidak ada keterlambatan berarti saat pemutusan kontrak
tidak perlu dikenakan denda keterlambatan. Apakah ini benar?
Menurut saya ini tidak logis. Coba kita membaca konstruksi pasal 93 ayat 2 jelas sekali
bahwa sanksi pemutusan kontrak sifatnya kumulatif, karena kata sambung yang dipakai
adalah dan bukan atau atau dan/atau. Simpulan saya ketika putus kontrak maka denda
keterlambatan juga dikenakan.
Untuk menjawab ini mari kita kupas yang dimaksud dengan keterlambatan dulu. Kalau saya
tidak sepakat dengan denisi keterlambatan hanyalah soal pemberian kesempatan 50 hari.
Argumennya saya ambil dari pasal 120.
Pasal 120
Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia
Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana
ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak
untuk setiap hari keterlambatan
Jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak tidak hanya merujuk pada total waktu
pelaksanaan tetapi juga bagian-bagian waktu pelaksanaan yang tertuang dalam jadwal
pelaksanaan pekerjaan. Karena bagian waktu pelaksanaan atau tahapan pekerjaan adalah
juga kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dengan demikian yang dimaksud terlambat
tidak hanya terlambat terkait total kontrak tapi juga bagian-bagian kontrak.
Hal ini senada dengan denisi yang tertuang dalam Petunjuk Penanganan Kontrak Kritis,
Pemutusan Kontrak (Terminasi) yang disusun Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV
disebutkan bahwa Pelanggaran mendasar atas Kontrak termasuk, akan tetapi tidak terbatas
pada penyedia jasa konstruksi terlambat menyelesaikan pekerjaan melampaui jumlah hari
yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan maksimun yang dapat dibayar oleh
Penyedia jasa konstruksi melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam Data
Kontrak.
Kemudian Ketentuan Kriteria kesepakatan untuk kondisi suatu kontrak dinilai dalam
katagori Terlambat apabila :
1. Dalam periode I (rencana pelaksanaan sik 0%-70%) dari kontrak terjadi keterlambatan
antara 10%-20%.
2. Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan sik 70%-100%) dari kontrak terjadi
keterlambatan progres sik antara 0.5%-10%.
Dengan pemahaman ini maka yang disebut keterlambatan adalah tentang kesepakatan
rencana pelaksanaan sik pekerjaan yang ditawarkan penyedia kemudian dituangkan dalam
kontrak. Untuk konstruksi ketika pada perencanaan semestinya diperjanjikan 30 hari pertama
progres sik sudah harus 30%, namun riil hanya 10%, maka sejak hari 30 mekanisme
penanganan keterlambatan atau dalam bahasa teknis sebagai kontrak kritis diterapkan.
Kondisi ini sudah termasuk klausul keterlambatan. Sejak saat ini penyedia sudah terkena
pasal terlambat. Namun demikian dalam hal pengenaan denda keterlambatan harus
dipertegas dalam ketentuan kontrak.
Jika jumlah hari yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan maksimun yang dapat
dibayar oleh Penyedia jasa konstruksi melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam
Data Kontrak maka pemutusan kontrak sepihak dapat dilakukan. Umumnya data kontrak
mengacu pada maksimal jumlah hari keterlambatan 50 hari (pasal 93 Perpres 54/70) atau
maksimal denda 5% dari nilai kontrak (UU 18/199 ps. 43 ayat 2).
Pemahaman ini juga akan mampu menjawab pertanyaan untuk pengadaan barang atau jasa
lainnya. Seperti kasus pengadaan makan minuman pasien diatas. Artinya perhitungan
keterlambatan bukan realisasi pelaksanaan pekerjaan melewati 365 hari melainkan
keterlambatan persatuan waktu. Misal disepakati jika pengiriman makanan terlambat 1 hari
akan dikenakan sanksi denda keterlambatan 1/1.000 dari total kontrak kemudian maksimal
jumlah hari keterlambatan adalah 50 hari.
Pertanyaan selanjutnya berapa besar denda yang harus dikenakan jika terjadi pemutusan
kontrak? Pertama yang harus dilihat denisi pasal 93 ayat 2 huruf c disitu tertulis denda
keterlambatan sehingga harus dilihat apakah terjadi keterlambatan seperti tertuang dalam
kontrak atau tidak. Jika denisi keterlambatan seperti denisijuknisBalai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional IV dan hal tersebut dituangkan dalam SSKK atau SSUK maka Denda adalah
sebesar peristiwa keterlambatan tersebut. Jika tidak terjadi atau tidak didenisikan maka
sanksi Denda tidak dapat dikenakan, terkecuali telah melewati masa pelaksanaan pekerjaan
seperti tertuang dalam pasal120 maka berlaku denda keterlambatan.
Denda dalam konstruksi, jika kita melihat Permen PU 14/2013, tidak hanya denda
keterlambatan. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia mensubkontrakkan pekerjaan
tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak maka akan dikenakan denda senilai
pekerjaan yang dikontrakkan kepada pihak lain atau sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Share this:
Previous Next
Leave a Reply
Enter your comment here...
Bagaimana dengan jaminan pelaksanaan yang nilainya dari kontrak awal, apakah dikembalikan kepada
rekanan atau dicairkan dan disetor ke kas negara, sementara rekanan telah menyerahkan jaminan
pelaksanaan atas sisa pekerjaan yang dilanjutkan ke tahun berikutnya (PMK 25/2012)
Reply
Reply
Terima kasih atas pencerahannya. Saya bertanya: Ada pek pemavingan, paving dipasang 100%, tapi
kualitasnya oleh tim p2p sebagian tidak diterima, waktu pelaksanaan sudah habis. Apa yang harus dilakukan
? apakah denda dan black list ? terima kasih
Reply
Pak Suastina: Jika P2P tidak terima maka mau tidak mau pekerjaan dianggap tidak selesai atau
wanprestasi jika memang karena kesalahan penyedia. Jika PPK memberikan masa keterlambatan
maka penyedia dikenakan denda terlebih dahulu jika selesai maka tidak di BL. Jika tidak selesai juga
maka dikenakan sanksi putus kontrak, denda dan jaminan pelaksnaan dicairakan
Reply
Mohon pencerahan, dlm kasus lain, P2P menerima dengan catatan ditemukan kekurangan
volume RAB yg dituangkannya dalam BAST..sebab pada volume pemasangan keramik konsultan
perencana menghitung luasan dari as bangunan berbeda dengan cara menghitung P2P yang
berdasarkan volume yg terpasang sehingga saat PHO tim P2P menghitung kurang jumlah
keramik yang terpasangapa yang harus dilakukan?? Makasih banyak
Reply
Pak Giri: P2HP harus menghitung sesuai dengan standar perhitungan yang digunakan
dalam kontrak sehingga tidak bisa menggunakan standar perhitungannya sendiri. Jika
standar perhitungan perencana berbeda dengan standar perhitungan dalam kontrak
berarti ada masalah pada saat pemilihan penyedia, selama standar perhitungan antara
kontrak dengan P2HP dengan hasil yang sama mestinya tidak masalah.
Reply
Putus !!! kata putus dengan lima huruf pada hakekatnya kata yang sangat di takuti bagi semua insan, seperti
putus cinta putus hubungan.putus jalan . putus jembatan ..dan putus-putus lainnya. Artinya kata Putus
disebut juga pemisah antara yang satu dengan yang lainnya.Kembali ke Putus Kontrak .Putus kontrak dapat
juga dikatakan putusnya ikatan pihak tertentu dengan pihak tertentu lainnya yang disebabkan oleh sesuatu.
Sesuatu disini dapat berupa kelalaian, kealpaan dan mungkin juga kesengajaan.
Kenapa putus harus di denda ? dan apakah denda juga sudah dapat menyelesaikan masalah ??? sampai
disini dulu ya pak/buk pemirsa dan mungkinkah akan konsekwen kita akan melaksanakan denda ??? putus
disini akan menghilangkan hak penting untuk suatu konstruksi yakni hak memelihara..manakah yang besar
pendapatan denda dri pada resiko kerusakan karena hilangnya hak pemeliharaan yang 180 hari kerja ???
Reply
Pak Zulmadi: Tepat sekali pak analisanya. Karena ini soal manajemen risiko maka tentu putusannya
tidak serta merta sama pada semua kondisi. Dalam kerangka itu seperti Bapak sampaikan
pertimbangan putus kontrak harus komprehensif mana yang lebih besar manfaatnya, bahkan sekarang
Perpres 4/2015 mencantumkan klausul bahwa sisa pekerjaan dapat dilakukan penunjukan langsung ini
bisa jadi salah satu solusi. Semoga kedepan semakin banyak solusi aplikatif dan solutif yang dapat
mempertahankan output secara lebih baik.
Reply
maaf pak perpre 4/2015 yang menyatakan hal tersebut ada di klausul mana ya? tks
Reply
Mba Santi: semua ada di Perpres 54/2010 sebagaimana diubah dengan Perpres
4/2015 jadi jangan cuma baca Perpres 4/2015.
Reply
pasal 120 perpres 54/2010 menyebutkan bahwa denda keterlambatan sebesar 1/1000 dari NILAI KONTRAK
atau NILAI BAGIAN KONTRAK. MIsalnya pekerjaan jalan 1000 meter sudah dikejakan sepanjang 900 meter
dan sudah dapat berfungsi,namun sisanya yang 100 meter penyelesaiannya melebihi batas waktu
kontrak,apakah denda tsb dihitung dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak. mohon penjelasannya dan
dasar hukumnya.Tks. Salam.
Reply
Pak Soepriyadi: sekali lagi tergantung pada klausul kontraknya apakah bersifat total loss atau
perbagian. Disinilah pentingnya PCM dan SCM agar risiko2 yang bisa saja terjadi dalam pelaksanaan
kontrak bisa diantisipasi sejak awal.
Reply
Thanks atas pencerahannya pak. Saya mau tanya..pekerjaan yg melewati tahun anggaran, berdasarkan
penelitian PPK bahwa rekanan akan mampu menyelesaikan pekerjaan sisa selama 50 Hari Kalender.
Ternyata sampai dengan waktu yg diberikan si rekanan juga tidak dapat menyekesaikan pekerjaan apakah
PPK dapat memberikan pertambahan waktu lagi atau langsung putus kontrak? Thank atas jawabannya pak.
Reply
Pak Budi Rahmat: Umumnya orang memahami bahwa masa keterlambatan maksimal 50 hari sehingga
jika Bapak menanyakan apakah boleh diberi masa keterlambatan lebih dari 50 hari maka jawaban saya
adalah Bapak akan menabrak pemahaman umum dan risiko atas ini adalah Bapak harus
memperjuangkan justikasi teknis kenapa diperpanjang melebihi 50 hari. Utamanya justikasi
efektivitas. Secara logika penyedia yang baik adalah penyedia yang menawar pada paket yang rasional
bisa diselesaikan olehnya, kemudian ketika menawar dan berkontrak penyedia tidak mampu
menyelesaikan dengan selisih yang lebih dari 10% maka penyedia seperti ini tidak layak untuk diberi
masa keterlambatan apalagi setelah diberi masa keterlambatan masih juga tidak selesai. Jika ini
dilakukan juga maka seluruh beban dan risiko ada di PPK. Untuk itu menurut saya sebaiknya putus saja.
Reply
bagaimana solusinya kalau ppk terlambat mencairkan jaminan pelaksanaannya dan ternyata masa komplain
yang tertera dalam jaminan hanya 30 hari kalender, apakah masih ada solusi untuk mencairkan
jaminannya,mohon pencerahannya. terimaksih
Reply
Pak Haidir: Saya tidak tau apa solusi lain yang mudah Pak.. harapannya penyedia sadar daripada
bermasalah sebaiknya penyedia membayar sebesar nilai jaminan Kemudian segera minta advis dari
Inspektorat untuk penyelesaian yang lebih baik
Reply
assalamu alaikum wr wb
mohon pencerahan, setelah kontrak diputus maka dapat dilakukan penggantian rekanan dengan menunjuk
pemenang urutan 2, bagaimana cara peneetapan dan penunjukan, terima kasih
Reply
Samsul Ramli on July 27, 2015 at 2:31 PM
Pak Ihyan nizam: kalimat tepatnya sesuai Perpres 4 adalah melakukan penunjukan langsung terhadap
cadangan 1 atau 2. Artinya disusun HPS sisa pekerjaan dan seterusnya termasuk dokumen penunjukan
langsung kemudian mengundang cadangan untuk menawar dan negosiasi.
Reply
Saya mau tanya..pekerjaan yg melewati tahun anggaran dana tersebut dicairkan 100% dengan progres
pekerjaan 65%, berdasarkan penelitian PPK bahwa rekanan akan mampu menyelesaikan pekerjaan sisa
selama 50 Hari Kalender. Ternyata sampai dengan waktu yg diberikan si rekanan juga tidak dapat
menyekesaikan pekerjaan hanya mendapatkan peningkatan progres pekerjaan 1.5% serta oleh ppk dilakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK) kemudian sisa dana tersebut dikembalikan kepada kas negara setelah itu
dilakukan pemeriksaan oleh inspektorat dan ada temuan berupa denda keterlambatan dan jaminan
pelaksanaan lalu oleh ppk temuan tersebut dikembalikan (setor)lagi ke kas negara, apakah masalah tersebut
dapat di perkarakan oleh penegak hukum, dan dasarnya apa untuk diperkarakan? Thank pak.
Reply
PAk Riko: tergantung pada adanya niat jahat dan perbuatan jahat dari kesalahan tersebut, jika dalam
proses penyelidikan dan penyidikan ditemukan bukti2 maka pasti akan dibawa kepersidangan. Jika
yakin tidak ada perbuatan jahat silakan mempertahankan diri.
Reply
Reply
Pak Riko: istilah ini biasanya digunakan untuk menilai bobot denda atas prestasi pekerjaan yaitu denda
yang dihitung berdasarkan total nilai kontrak tanpa memperhitungkan prestasi pekerjaan.
Reply
pak,
ada satu kasus dimana masa pelaksanaan yg tertuang dlm spmk telah berakhir, penyedia dibolehkan tetap
bekerja dgn dikenakan denda, pekerjaan sisa tsb sedang dikerjakan, tiba2 terjadi bencana alam yg
mengharuskan perubahan volume pekerjaan. bagaimana tindakan yg harus kita ambil pak.?
apakah ada ketentuan yang memungkinkan adanya perubahan/addendum kontrak (penyesuaian volume)
pada saat penyedia menyelesaikan pekerjaannya dalam masa denda.? tks
Reply
Pak Julianto : selama kontrak masih belum diputus menurut saya bisa saja. Artinya sejak bencana
tersebut masa keterlambatan berakhir dan denda dikenakan sesuai dengan keterlambatan kemudian
dilakukan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk memberikan waktu yang cukup dalam
menyelesaikan pekerjaan akibat bencana.
Reply
Terima kasih atas pencerahannya pak, tapi ada yang belum jelas tentang apa yang dimaksud dengan nilai
bagian kontrak pada Pasal 120 Perpres 54 tersebut?
Terus apakah benar sanksi itu ada dua? Yang pertama 1/1000 dari nilai kontrak dan yang kedua 1/1000 dari
sisa pekerjaankalau memang benar mohon apa jadi dasar hukumnya. Terima kasih
Reply
Pak Muhibuddin: total loss atau bagian pekerjaan yang belum berfungsi operasional mestinya sudah
disepakati paling lambat pada saat sebelum tanda tangan kontrak. Untuk kontrak turnkey tentu total
loss, sedangkan utk kontrak lumpsum termin umumnya atas dasar bagian pekerjaan meski tidak
menutup kemungkinan total loss. Demikian juga harga satuan. Jadi kembali kepada kesepakatan
berkontrak. Jika tidak disepakati terlebih dahulu maka auditor dapat menyimpulkan diantara keduanya.
Reply
Mohon Petunjuk,saya ada kasus waktu pelaksanaan pekerjaan seharusnya selesai tanggal 9 Nopember 2015
tetapi pekerjaan baru dapat diselesaikan pada tanggal 7 desember 2015, dan pelaksana terkena denda.
apakah setiap terjadi keterlambatan maka harus dilakukan addendum kontrak, apakah tanpa addendum
denda keterlambatan. terima kasih
Reply
Pak Farij: kalau terlambat tidak diperlukan addendum masa pelaksanaan pekerjaan namun bisa saja
ada addendum yang lain semisal masa laku jaminan pelaksanaan dan lain-lain jadi harus dilihat dari
hal-hal yang sah dan perlu diubah.
Reply
hasan on December 14, 2015 at 1:18 PM
Pak Farij: jika terjadi pemutusan hubungan kontrak apakah PPPHP masih harus tandatangan penerimaan
barang dan bagaimana prosessnya, makasih
Reply
Pak Hasan: sesuai dengan perintah dari PA, pemutusan kontrak adalah tanggungjawab PPK dan
pembayaran diteliti atas pertimbangan tim peneliti kontrak jadi PPHP bisa saja tidak terlibat.
Reply
Pak ini ada kasus pekerjaan yg pekerjaan nya tlh hbs tgl 10 des 2015..
Sedangkan progres pekerjaan cm smpai 50%.. Akan tetapi tahap pncairan dana sdh 65%..
Apakah ada syarat pmberian wkt kterlambatan yg di hitung dr progres pekerjaan?
Mhn pencerahannya pak..
Reply
Mba Yulianda: PPK harus menilai apakah penyedia memiliki motivasi dan kemampuan atau tidak untuk
menyelesaikan pekerjaan, jika tidak putus kontrak kemudian penyedia hanya bisa dibayar sebesar
progres pekerjaan yang dapat dibayar dikurangi seluruh kewajiban seperti tertuang dalam kontrak
seperti pencairan jaminan pelaksanaan, denda dan kelebihan pembayaran dikembalikan ke kas
daerah/negara. Jika Ya maka diberikan masa keterlambatan hingga maksimal 31 Desember dengan
berkonsultasi ke pihak pembayaran/keuangan
Reply
Jika pekerjaan terlambat dan melampaui batas kontrak, namun addendum terbit dengan diberi jangka waktu
50 hari, dan pekerjaan selesai sesuai dengan addendum, apakah masih kena deda pak??,
Reply
Pak Iqbal: jika keterlambatan akibat kesalahan penyedia tetap dikenakan denda
Reply
Reply
Pak Hendra:
1. kalau tahun depan tidak ada anggarannya, tidak bisa diberikan kesempatan 50 hari, nanti siapa yang
bayar?
2. Dasarnya pada ketentuan kontrak dan bagian pekerjaan yang berfungsi operasional, kalau satu
kesatuan konstruksi total loss kalau ada tahapan umumnya menggunakan sisa pekerjaan.
3. Perpres tidak melarang lebih dari 50 hari karena kalimat awalnya dapat, hanya saja perpres
menganjurkan 1x keterlambatan maksimal 50 hari. Tentang jaminan pelaksanaan 9% selama
dituangkan dalam kontrak tidak ada yang dilanggar. Untuk APBN tentu PPK tidak berani mengatur
berbeda dengan PMK 234 sehingga opsi penyedia bersedia atau tidak kemudian putus.
Reply
Mohon petunjuk
1. Untuk pengadaan langsung non konstruksi apa diperlukan jaminan pelaksanaan?
2.bagaimana bila pada pengadaan langsung non konstruksi yg tidak terdapat jaminan pelaksanaan,penyedia
lalai tidak melaksanakan pekerjaan?apa yg harus dilakukan ppkom
Reply
Reply
ariyanto on May 1, 2016 at 5:26 AM
jika ppk memutuskan kontrak pada saat berakhirnya masa kontrak, apakah perlu didenda keterlambatan?
trims pak
Reply
Pak Ariyanto: tergantung klausul kontrak.. umumnya denda keterlambatan hanya utk yang terlambat
saja
Reply
Reply
Sama2 pak
Reply
mohon pencerahan pak samsul ramli saya mau nanya ada kasus :
ada suatu lelang barang/jasa yang sudah lewat batas waktu dari kontrak, kemudian dengan kesepakatan
antara PPK dan penyedia di beri waktu tambahan 50 hari kalender lagi, tetapi setelah 50 hari kalender
penyedia ternyata tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut., sehingga PPK memutuskan kontrak , yang
menjadi pertanyaan :
1. apakah jaminan pelaksanaan pekerjaan lelang barang tersebut dapat dicairkan oleh PPK.
2. apakah penyedia masih didenda keterlambatan dalam pengiriman barang yang sudah melebihi 50 hari
kalender tersebut
3. apakah PPK dapat menjatuhkan wanprestasi atau blacklist terhadap penyedia tersbut
untuk penjelasanya kami ucapkan terima kasih.
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Pak bernard: kalo keterlambatan adalah karena salah penyedia berarti dikenakan sanksi buat penyedia.
Utk itu melakukan addendum waktu pelaksanaan adalah kesalahan. Keterlambatan yg dikenakan denda
adalah penundaan pemutusan kontrak yg dihitung sejak tgl berakhir masa pelaksanaan sd pekerjaan
selesai atau pemutusan kontrak
Reply
Maaf Pak mengganggu lagi, jika alasan keterlambatan dan akhirnya Pemutusan Kontrak tsb,
adalah karena faktor cuaca dan pekerjaan tambah (kelebihan volume lebih besar dari 10%)
sebagai akibat dari perencanaan oleh konsultan yang tidak cocok lokasi pekerjaannya, maka
apakah penerapan denda oleh PPK tetap diberlakukan? Sementara PPK sejak awal sudah
memaklumi keadaan tsb dengan memberikan addendum dimaksud.
Terima kasih pak, mohon jangan bosan memberikan pencerahan.
Reply
Pak Bernard: jika benar kendala sebenarnya adalah buruknya perencanaan maka
kesalahan mestinya bukan oleh pelaksana..dengan demikian tdk ada pasal denda.. yg
jadi catatan waktu MC0 atau PCM atau SCM sdh disampaikan atau tidak keberatan atas
itu
Reply
Pagi,Pak Samsul.
Terkait dengan tidak selesainya pekerjaan sesuai dengan SPMK pekerjaan konstruksi.
2. apakah CCO ada batas waktunya?karena seringkali penyedia mengajukan CCO mendekati batas akhir
pekerjaan, sehingga terkesan mencari-cari alasan agar mendapatkan perpanjangan waktu dan berharap
tidak dikenakan denda seperti poin 1) di atas.lebih parahnya lagi penyedia berusaha meyakinkan KPA agar
permohonannya tersebut disetujui.
Reply
1. Selama bisa dipastikan penyebab keterlambatan adalah kesalahan dan tanggungjawab ppk bukan
penyedia menjadi hak penyedia mendapatkan perpanjangan tanpa denda
2. Tdk ada batasan waktu selama memang kesalahan bukan pada penyedia artinya tanggungjawab ada
di ppk maka dari itu pastikan bahwa penyedia bukan mencari2 alasan..
Reply
terima kasih atas jawabannya,pak. jika diberikan perpanjangan, bagaimana dengan jaminan
pelaksanaannya apakah diperpanjang atau tidak,pak?
Reply
Reply
Reply
Pak Yudi: jaminan pelaksanaan semakin panjang semakin bagus buat PPK sebagai wakil pemerintah
Jaminan uang muka juga demikian namun begitu masa pelunasan uang muka sebaiknya tdk melebihi
masa pelaksanaan karena uang muka adalah risiko bagi PPK dan negara utk itu jangan kemudian masa
laku jamuka diperpanjang pelunasanbuang muka jg diperpanjang
2. Masa pemeliharaan berlaku bersamaan dgn masa pemeliharaan artinya sejak pekerjaan dapat
dibayar oleh PA
Reply
Reply
Reply
Selamat Malam pak samsul: mau tanya sedikit, saya buat kontrak dengan bahasa untuk dengan
keterlambatan : Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan karena
kesalahan atau kelalaian Penyedia maka Penyedia berkewajiban untuk membayar denda kepada PA sebesar
1/1000 (satu per seribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum selesai dikerjakan dari nilai SPK sebelum
PPN untuk setiap hari keterlambatan, apakah bisa seperti itu.. Trimakasih
Reply
Pak TM Murza: sebenarnya tidak masalah malah lebih jelas. Hanya saja menurut saya yang harus
disadari degnan mengatakan jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan maka sanksi buat penyedia yang
putus kontrak kumulatif termasuk denda keterlambatan maksimal yaitu 5% dari sisa bagian kontrak, ini
biasanya jadi perdebatan. Tapi jika kalimatnya adalah Jika hingga batas akhir masa pelaksanaan
pekerjaan penyedia belum dapat menyelesaikan pekerjaan maka berdasarkan penelitian PPK penyedia
dapat diberikan masa keterlambatan sampai dengan 50 hari dengan membayar denda keterlambatam
1/1000/hari dari sisa harga bagian pekerjaan/kontrak yang belum selesai dikerjakan dari nilai SPK
sebelum PPN ini berarti pilihan buat PPK jika diputus kontrak maka sanksinya tidak termasuk denda
keterlambatan
Reply
trima kasih sebelumnya,,untuk kejadian sekarang,, posisi pekerjaan sik sudah 100 %, hanya
saja melampaui dari 60 hari sesuai kontrak, pekerjaan dilakukan dengan denda keterlambatan
sejumlah 25 hari. tanpa tidak melewati tahun anggaran,. sehingga apa bisa kita denda
keterlambatam 1/1000/hari dari sisa harga bagian pekerjaan/kontrak yang belum selesai
dikerjakan dari nilai SPK sebelum PPN. trima kasih ya pak..
Reply
Jawaban saya tadi adalah untuk ketetapan didalam SSUK dan SSKK jadi tentang proses
pelaksanaan saat ini silakan lihat klausul kontraknya. Jika klausul SSUK dan SSKK nya
berbunyi seperti yang bapak sebutkan tentu tidak masalah.
Reply
Maaf pak sy mau tanya jg, kasus seperti ini sama seperti yg saya alami skr, tp bedanya sy
pengadaan dokumen amdal (bkn kontruksi), pekerjaan tsb smpai saat ini mencapai +/-74%,
bagaimana pak solusi untuk sy thd kasus ini ?, apabila saya tambah wktu pekerjaan sangat tdk
mungkin karena thn sdh hmpir habis atau apabila hrus sya bayarkan bagaimana?denda yg
bagaimana hrus saya lakukan?..
Reply
Yang harus dipastikan adalah penyebab keterlambatan jika karena kesalahan penyedia
maka dapat diputus kontrak atau dilanjutkan dgn denda smp akhir tahun jika putus
kontrak berarti produk perencanaan tdk dapat digunakan maka mestinya tdk ada
pembayaran
Reply
selamat siang pa, untuk form dalam bentuk surat denda atau memakai berita acara penghitungan denda
melibatkan pphp, ,maaf apakah bapak memiliki dokumen contoh surat denda bagi penyedia. terimakasih
Reply
Reply
Mohon solusinya
Kasus ada di pengadaan barang dan jasa telah melewati masa kontrak tapi progres pekerjaan sekitar 70%
dan dari pihak Instansi terkait hanya memberikan perpanjangan waktu 50 hari secara Lisan. Setelah saya
konrmasi ke bank untuk perpanjangan kontrak, pihak bank meminta Nomor addendum sedangkan pihak
instansi tidak dapat memberikan Nomor tersebut.
Apakah pihak instansi dapat mencairkan jaminan pelaksanaanya dan memberikan blacklist pada
perusahaan saya?
Terima kasih sebelumnya
Reply
Terimakasih atas penjelasannya Pak Samsul.saya mau nanya ni pak,,ada pekerjaan konstruksi gedung
bertahap.untuk tahapan tahun ini kontraknya berakhir tanggal 31 Desember.dan masih ada tahap selanjutnya
di tahun anggaran berikutnya.jika pekerjaan tahun ini tidak selesai sampai akhir kontrak,sanksi apa yg
dilakukan Pak.terimakasih
Reply
Karena bertahap berarti tanggungjawab penyedia tahap sekarang sama persis seperti penyedia
umumnya yaitu sesuai dgn keyentuan kontrak
Reply
Mohon penjelasannya,
1. dalam pelaksaan pekerjaan kontruksi yang bersumber dari DAK yang melewati masa spmk, apakah bisa
menggunakan rujukan PMK 243 tahun 2015 dalam pemberian kesempatan sampai 90 hari selain
menggunakan perpres yang ada, karena DAK adalah APBN yang diberikan ke Daerah dan masuk dalam
sumber APBD, sedangkan pengelolaan APBD selalu merujuk pada Permendagri (setahu saya permendagri
belum mengaturnya)
2. Dalam PMK 243 tahun 2015 perpanjangan 90 hari harus menambah jaminan pelaksanaan sebesar 4%
sehingga menjadi 9%, apakah jika penerapan denda di dalam sskk hanya menerapkan 1/1000 x sisa
pekerjaan tetap memerlukan jaminan tambahan 4% untuk 90 hari. jika kita menghitung besaran denda
maksimal dari nilai kontrak diberikan kesempatan 50 hari maka sama dengan 5% dari nilai kontrak, jika
denda hanya dari bagian pekerjaan yang belum dilaksanakan maka ketika menerapkan kesempatan 90 hari
sama dengan 4,5% dari nilai kontrak atau dengan kata lain tidak memerlukan 4% tambahan jaminan
pelaksanaan.
terima kasih sebelumnya.
Reply
1. Kalau Dana DAK sdh masuk DPA maka APBD bukan APBN lagi berbeda jika dana APBN Murni
2. Jaminan pelaksanaan bukan menjamin denda keterlambatan jadi jgn bandingkan besaran jamlak
dgn dendanya.. denda adalah denda.. jika 90 hari maka denda 9% dan jamlak 9% denda ditahan saat
pembayaran sedang jamlak berbentuk garansi bank
Reply
Samsul on January 3, 2017 at 5:39 PM
Reply
1. Harus dilihat dari perjalanan kontrak, curah hujan tidak selalu dapat dijadikan dasar untuk
permakluman tidak dapat diselesaikannya pekerjaan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati,
apalagi kalau daerah tersebut atau waktu pelaksanaan pekerjaan berada pada musim penghujan. Ini
bagian dari manajemen risiko pekerjaan ketika melakukan penawaran. Untuk itu jika hal ini bagian dari
kesalahan penyedia maka adalah hal PPK untuk menyatakan wanprestasi setelah melalui proses
pembahasan bersama (SCM). Sanksi dari wanprestasi adalah putus kontrak. Memberikan masa
keterlambatan adalah hak PPK untuk meberi atau tidak. Jika berdasarkan penelitian kondisi sdh tidak
memungkinkan maka PPK sesuai amanat kontrak dapat memutus kontrak. Sesuai bunyi kontrak
penyedia dapat diusulkan dimasukkan daftar hitam untuk diproses lebih lanjut melalui APIP dan PA.
2. Jika penyedia wanprestasi tidak dapat menyelesaikan pekerjaan maka sanksi kumulatif adalah
pencairan jaminan pelaksanaan selain putus kontrak dan usulan daftar hitam.
3. Prosedurnya jelas dalam SSUK dan SSK dan Dokumen lelang, PPK melakukan claim langsung
kepada penerbit jaminan dengan menyerahkan surat pemutusan wanprestasi dan sertikat asli jamlak,
kemudian penerbit punya waktu maksimal 14 hari untuk segera mencairkan jaminan tanpa syarat
lainnya.
Reply
Pak Samsul, saya ingin bertanya. Apabila dalam keadaan tertentu, dalam kasus saya, persoalan lokasi yang
menyebabkan terhambatnya pekerjaan dan saya rasa sampai akhir batas kontrak pekerjaan tidak selesai,
apakah sy dapat mengajukan pemutusan kontrak di akhir masa kontrak? Sebagai gambaran, lokasi proyek
saya di sebuah distrik sebut saja C di pedalaman papua yg merupakan perbatasan antara 2 kabupaten A dan
B. Ada proyek peningkatan bandara dari kabupaten lain di distrik ini sehingga pesawat yg akan membawa
bahan saya ke lokasi tidak bisa beroperasi di bandara tersebut. Satu-satunya akses
2. Apakah dapat dikatakan ini merupakan kelalaian saya sebagai peyedia? Mengingat hingga batas waktu
kontrak, sy hanya dapat mengerjakan 30% pekerjaan dikarenakan belum ada lagi pesawat yg bisa mendarat
di lokasi sehingga droping bahan terlambat.
2. Apakah perusahaan saya akan dimasukkan kedalam daftar hitam?
3. Apakah sy harus membayar denda bila diputus kontrak?
Terima kasih atas infonya pak, karena kami di papua sangat minim informasi ini. Salam.
Reply
1. Hal tersebut adalah peristiwa kompensasi mestinya sejak terjadinya peristiwa diluar kendali para
pihak dilakukan rapat pembahasan untuk mengatasi masalah. Secara kontraktual penyedia dapat
meminta kompensasi bahkan dapat mengundurkan diri dari pekerjaan jika kendala tersebut tidak bisa
dijamin oleh PPK untuk dapat ditangani, tanpa dikenakan sanksi apapun.
2. Jika peristiwa tersebut diluar kendali para pihak maka menurut saya penyedia tidak dapat dikenakan
sanksi, terkecuali penyedia menerima dikenakan sanksi.
3. Pemutusan kontrak karena peristiwa kompensasi tidak dapat dikenakan denda atau sanksi apapun.
Reply
Terima kasih pak informasinya. Hal ini sangat membantu karena menjadi perdebatan di tempat
kami. Saya telah membaca Artikel bapak yang lain Catatan Kontrak: Sanksi versus
Kompensasi dan menemukan jawaban dari kasus saya. Sekali lagi terima kasih pak.
Reply
Reply
Satu lagi pak, apakah perusahaan saya masih dapat mengikuti lelang (lanjutan)
pekerjaan ini jika tahun ini pekerjaan tersebut didanai kembali? Terima kasih.
Assalamulaikum, Pak samsul, kami tahun 2016 mengerjakan kegiatan pengaspalan jalan sepanjang 1500 m.
tanggal mulai kontrak bulan juli 2016 dan berakhir 25 desember 2016, namun sampai waktu pelaksanaan
berakhir pekerjaan hanya dapat di selesaikan 65%.. apa saran bapak yang saya harus lakukan apakah
dengan menghitung (opname) progres lalu membayar sesuai dengan progres tsb kemudian memutus
kontrak, atau dengan memberikan waktu 50 hari lalu menjatuhkan denda sesuai dengan sisa nilai kontrak
atau bagaimana yang terbaik mengingat tahun anggaran sudah masuk tahun anggaran 2017.. mohon
penjelasan pak samsul.. wassalamualaikum w.w.
Reply
Reply
Reply
Jaminan pelaksanaan mengikat ke total kontrak bukan progres pekerjaan..ini berbeda dgn denda..
Reply